UUJN - P, HURUF :
c. MEMBUAT KOPI DARI ASLI SURAT DI BAWAH TANGAN BERUPA SALINAN YANG MEMUAT URAIAN
SEBAGAIMANA DITULIS DAN DIGAMBARKAN DALAM SURAT YANG BERSANGKUTAN;
a. pemeriksaan terhadap Notaris yang dimintakan persetujuan kepada Majelis Kehormatan Notaris
Wilayah oleh penyidik, penuntut umum, atau hakim;
c. pemberian persetujuan atau penolakan terhadap permintaan persetujuan pemanggilan Notaris untuk
hadir dalam penyidikan, penuntutan, dan proses peradilan yang berkaitan dengan akta atau protokol
Notaris yang berada dalam penyimpanan Notaris.
Jadi tafsirnya jika Notaris dipanggil Penyidik berkaitan dengan Pasal 15 ayat (2) UUJN – P huruf a, b, c
dan d tidak perlu izin MKNW, karena MKNW tidak diberi kewenangan untuk melakukkanya, artinya
hadapi saja sendiri oleh Notaris yang bersangkutan.
2. Bahwa ada juga yang berpendapat, meskipun hal yang disebutkan dalam Pasal 15 ayat (2) UUJN
– P huruf a, b, c dan d tidak dan bukan kewenangan MKNW, MKNW tetap harus melakukan mengambil
keputusan karena semua yang dilakukan Notaris sebagaimana tersebut dalam Pasal 15 UUJN – P sebagai
tindakkan dalam Jabatan Notaris. Dalam kaitan ini MKNW wajib mengambil DISKRESI yang melekat pada
jabatan MKNW.
Saya berpendapat yang nomor 2 (dua) yang harus dilakukan oleh MKNW, sebagai upaya melindungi
jabatan Notaris. Tapi apakah MKNW mau ?
Kita berharap organisasi bisa menginisiasi kedua hal tersebut, sehingga menjadi patokan dan pedoman
kita semua. (HBA – INC).