Anda di halaman 1dari 24

STRATEGI PENINGKATAN SINERGI TNI-POLRI GUNA MENGAWAL

IMPLEMENTASI PROGRAM STRATEGIS PEMERINTAH


DALAM RANGKA MEWUJUDKAN INDONESIA MAJU

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tahun 2021 merupakan tahun kedua dari Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) IV tahun 2020-2024, yakni mewujudkan
masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur dengan tema
“Indonesia Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil, dan
Berkesinambungan.”.
Indonesia maju adalah suatu kondisi dimana seluruh rakyat berhasil
mencapai cita-citanya, Indonesia yang demokratis, serta persamaan hak
seluruh warga negara di depan hukum. Oleh sebab itu Indonesia harus
menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan berdaya saing
karena SDM merupakan salah satu faktor penting yang menjadi penggerak
untuk memastikan tercapainya arah, tujuan, dan sasaran suatu organisasi.
Dalam situasi ini, peningkatan sinergi TNI-Polri untuk mengantisipasi dan
menangani ancaman serta serangan terkait keamanan adalah harga mati.
TNI-Polri perlu membangun inisiatif dan kerja sama (sinergitas) yang lebih
erat dan luas sesuai dengan peraturan yang berlaku. Jalan menuju Indonesia
maju melalui pembangunan nasional akan dapat tercapai melalui kerja keras
dan kolaborasi dari seluruh elemen bangsa. Dengan semangat persatuan dan
gotong royong, berbagai aral melintang akan dapat dilalui dengan baik.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulisan Naskah Karya
Perorangan ini akan mengangkat suatu pokok permasalahan, yaitu:
“Bagaimana strategi peningkatan sinergi TNI-Polri guna mengawal
implementasi program strategis pemerintah dalam rangka mewujudkan
Indonesia maju?”
2. Pokok-Pokok Persoalan
Untuk dapat menjawab pokok permasalahan di atas maka diambil
beberapa pokok persoalan, antara lain:
a. Bagaimana kemampuan sumber daya manusia atau personel polri
dalam meningkatkan sinergi TNI-Polri?
b. Bagaimana metode peningkatan sinergi TNI-Polri guna mengawal
implementasi program strategis pemerintah?
c. Bagaimana strategi peningkatan strategi TNI-Polri guna mengawal
implementasi program strategis pemerintah dalam rangka
mewujudkan Indonesia maju?

3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari tulisan ini dibatasi pada strategi peningkatan sinergi
TNI-Polri guna mengawal implementasi program pemerintah dalam rangka
mewujudkan Indonesia maju.

4. Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari penulisan Naskah Karya Perorangan ini
adalah sebagai berikut:
a. Maksud:
Penulisan Naskah Karya Perorangan ini dimaksudkan untuk
memenuhi persyaratan seleksi dalam Dik SIP angkatan 50 T.A.
2021mengikuti seleksi Program Pendidikan Sespati.
b. Tujuan:
Memberikan sumbangan pemikiran dan masukan sekaligus solusi
yang tepat bagi upaya peningkatan sinergi TNI-Polri

5. Metode dan Pendekatan


Metode yang dipergunakan dalam menyiapkan naskah ini adalah
metode deskriptif-analisis dengan pendekatan kesisteman yang
komprehensif, integral, dan holistik yang bersumber pada desk-study
mengenai peningkatan sinergi TNI-Polri guna mengawal implementasi
program strategis pemerintah dalam rangka mewujudkan Indonesia maju.
6. Sistematika
Sistematika dari Naskah Karya Perorangan ini adalah sebagai berikut:
a. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang, pokok-pokok persoalan, ruang
lingkup, maksud dan tujuan, metode dan pendekatan serta
sistematika yang berkaitan dengan tulisan ini.
b. BAB II KONDISI SAAT INI
Pada bab ini akan diuraikan tentang gambaran mengenai kondisi
sinergi TNI-Polri saat ini; serta gambaran mengenai postur Polri,
baik dari aspek Sumber Daya Manusia (SDM), dukungan
anggaran, dukungan sarana dan prasarana, maupun metode yang
digunakan.
c. BAB III KONDISI YANG DIHARAPKAN
Bab ini akan menjelaskan tentang kondisi-kondisi yang diinginkan
terutama yang berkaitan dengan peningkatan sinergi TNI-Polri,
baik dari aspek Sumber Daya Manusia (SDM), dukungan
anggaran, dukungan sarana dan prasarana, maupun metode yang
digunakan.
d. BAB IV PEMECAHAN MASALAH
Bab ini akan menguraikan tentang analisis SWOT yang meliputi
Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities
(peluang), dan Threats (ancaman) terkait strategi yang akan
dilakukan untuk peningkatan sinergi TNI-Polri guna mengawal
implementasi program strategis pemerintah dalam rangka
mewujudkan keamanan dalam negeri.
e. BAB VII PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan rekomendasi terkait strategi
peningkatan sinergi TNI-Polri guna mengawal implementasi
program strategis pemerintah dalam rangka mewujudkan
Indonesia maju.
BAB II
KONDISI SAAT INI
7. Sinergi TNI-Polri Saat Ini
Tidak dipungkiri bahwa hingga saat ini konflik antara TNI dengan Polri
masih cukup sering terjadi. Beberapa pengamat menilai kondisi ini layaknya
puncak gunung es sebagai dampak dari perselisihan-perselisihan lama yang
tidak terselesaikan secara tuntas. Sebagian pihak bahkan beranggapan
bahwa perselisihan dimulai sejak pemisahan antara TNI dengan Polri dari
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) pada tahun 2000.
Salah satu contoh kasus perselisihan antara TNI dengan Polri adalah
peristiwa ketika beberapa oknum TNI menyerang dan merusak Polsek
Ciracas, Jakarta Timur, pada dini hari 29 Agustus 2020. Siang harinyaTNI
1
merilis keterangan resmi melalui laman https://kodamjaya-tniad.mil.id yang
menyatakan bahwa penyerangan Polsek Ciracas disebabkan oleh kecelakaan
lalu lintas (kecelakaan tunggal) yang melibatkan seorang anggota TNI. Ia
melaporkan kepada seniornya bahwa dirinya dikeroyok hingga akhirnya
berhasil memprovokasi sekitar 100 (seratus) orang anggota TNI AD yang
kemudian melakukan pengrusakan toko-toko di jalan hingga Polsek Ciracas
yang berujung pada pembakaran 2 (dua) unit mobil di area parkir Mapolsek
Ciracas dimana salah satunya merupakan mobil Wakapolsek Ciracas,
pengrusakan 1 (satu) kendaraan operasional polisi, dan pengrusakan 1 (satu)
unit bus Polri. Dua personel polisi, yakni anggota Sabhara dan Pam Obvit
yang saat itu tengah melakukan patroli di sekitar Mapolsek Ciracas juga
mengalami luka benda tumpul yang diduga akibat pukulan oleh salah satu
dari sekelompok penyerang tersebut. Selain kasus tersebut, masih cukup
banyak konflik lainnya yang melibatkan anggota TNI dan Polri yang seolah
tidak ada akhirnya. Oleh sebab itu perlu dilakukan pembenahan maupun
peningkatan sinergi antara TNI dengan Polri untuk mengawal implementasi
program strategis pemerintah dalam rangka mewujudkan Indonesia maju.

1
Kodamjaya-tniad.mil.id, 2020, Konferensi Pers Lanjutan
Penanganan
Penyelidikan dan Penyidikan Perkara Perusakan Mapolsek Ciracas dan
Sekitarnya

8. Sumber Daya Manusia (SDM)


Postur polri saat ini memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) berjumlah
470.391 (empat ratus tujuh puluh ribu tiga ratus sembilan puluh satu)
personel. Berdasarkan sebarannya, Polda Jatim memiliki SDM terbanyak
yakni 41.373 (empat puluh satu ribu tiga ratus tujuh puluh tiga) personel,
disusul Polda Jateng sebanyak 38.463 (tiga puluh delapan ribu empat
ratus enam puluh tiga) personel, dan Polda Jabar sebanyak 32.490 (tiga
puluh dua ribu empat ratus sembilah puluh) personel. Polda Kaltara memiliki
SDM paling sedikit, yaitu 2.577 (dua ribu lima ratus tujuh puluh tujuh)
personel, Polda Sulbar memiliki 2.771 (dua ribu tujuh ratus tujuh puluh satu)
perseonel, dan Polda Gorontalo memiliki 3.984 (tiga ribu sembilan ratus
delapan puluh empat) personel. Mabes Polri memiliki 26.924 (dua puluh
enam ribu sembilan ratus dua puluh empat) personel atau 5,72% (lima koma
tujuh puluh dua persen) dari total SDM keseluruhan. Berdasarkan proporsi
kepangkatan, personel Polri golongan Bintara merupakan yang terbanyak
yakni 365.053 (tiga ratus enam puluh lima ribu lima puluh tiga) perseonel atau
77,6% (tujuh puluh tujuh koma enam persen) dari total keseluruhan. Personel
Polwan dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) wanita terdiri dari 36.817 (tiga puluh
enam ribu delapan ratus tujuh belas) personel atau 7,8% (tujuh koma delapan
persen) dari total keseluruhan. namun berdasarkan Daftar Susunan Personel
(DSP) ideal yang telah dirancang, Polri masih mengalami kekurangan SDM
sebanyak 270.068 (dua ratus tujuh puluh ribu enam puluh delapan) personel.
Postur Polri saat ini hanya mencapai 61,3% (enam puluh satu koma tiga
persen) atau masih mengalami kekurangan sebesar 38,7% (tiga puluh
delapan koma tujuh persen) dari DSP. Jumlah SDM Polri yang belum
memenuhi DSP tentunya dapat mempengaruhi tingkat kinerja Polri untuk
mengawal implementasi program strategi pemerintah dalam rangka
mewujudkan indonesia maju.
namun berdasarkan Daftar Susunan Personel (DSP) ideal yang telah dirancang,
Polri masih mengalami kekurangan SDM sebanyak 270.068 (dua ratus tujuh puluh
ribu enam puluh delapan) personel. Postur Polri saat ini hanya mencapai 61,3%
(enam puluh satu koma tiga persen) atau masih mengalami kekurangan sebesar
38,7% (tiga puluh delapan koma tujuh persen) dari DSP.

Bayu Hermawan, 2019, Personel Polri Bertambah 27.012 Orang Sepanjang 2019
(online), https://nasional.republika.co.id/berita/q3805b354/personel-polri-bertambah-
27012-orang-sepanjang-2019#:~:text=Personel%20polri%20bertambah
%20sebanyak%2027.012,menjadi%20470.391 %20personel%20pada%202019, (20
Januari 2021).
2Farouk Arnaz, 2020, Polri Kekurangan 27.000 Personel Termasuk 95.000
Perwira (online), https://www.beritasatu.com/nasional/652343/polri-kekurangan-270000-
personel-termasuk-95000-perwira, (20 Januari 2021).
09. Dukungan Anggaran
Secara keseluruhan total anggaran yang dialokasikan oleh pemerintah
kepada Polri pada tahun 2020 adalah sebesar Rp104,7 (seratus empat koma
tujuh) triliun atau meningkat sebesar Rp10 (sepuluh) triliun dibandingkan
dengan tahun 2019.. Selain dialokasikan untuk program-program reguler,
Polri juga memiliki beberapa rencana program untuk pengalokasian anggaran
tersebut, seperti: (1) Pemenuhan Alat Material Khusus (Almatsus) sebanyak
33.046 (tiga puluh tiga ribu empat puluh enam) unit dengan alokasi anggaran
sebesar Rp6,3 (enam koma tiga) triliun; (2) Rumah dinas, asrama, dan mess
seluas 94 (sembilan puluh empat) ribu meter persegi dengan alokasi
anggaran sebesar Rp681,7 (enam ratus delapan puluh satu koma tujuh)
miliar; dan (3) Pembangunan SKCK (Surat Keterangan Catatan Kelakuan)
online di 100 (seratus) Polsek dengan alokasi anggaran sebesar Rp20,4 (dua
puluh koma empat) miliar.

10. Dukungan Sarana dan Prasarana


Secara keseluruhan dukungan sarana dan prasarana Polri semakin
meningkat dari tahun ke tahun khususnya peralatan operasional seperti alat
transportasi udara (pesawat udara dan helikopter), transportasi laut (kapal
dengan berbagai tipe), dan transportasi darat (kendaraan bermotor patroli dan
kendaraan bermotor taktis), persenjataan, alat penginderaan, teknologi
informasi dan komunikasi, serta materiil atau suku cadang yang tersebar
mulai dari Mabes Polri hingga tingkat Polsek.

11. Metode yang Digunakan


Peningkatan sinergi TNI-Polri guna mengawal implementasi program
strategis pemerintah dalam rangka mewujudkan Indonesia maju akan
dilakukan pada level strategis, level organisasi, dan level program yang
meliputi berbagai aspek, yaitu: (1) Aspek historis, (2) Aspek psikologis-
kultural, (3) Aspek regulasi, (4) Aspek manajemen, (5) Aspek doktrin
pimpinan/komandan, (6) Aspek budaya Esprit De Corp, (7) Aspek sosial, dan
(8) Aspekteknologi.
BAB III

KONDISI YANG DIHARAPKAN


12. Memenuhi Indikator Indonesia Maju
Adapun indikator dalam mewujudkan Indonesia maju adalah sebagai
berikut:

“Polri yang Melayani”, yaitu memberikan pelayanan kepolisian yang lebih cepat,
lebih mudah, lebih baik, dan lebih optimal bagi masyarakat dengan memenuhi
standar mutu pelayanan dan tingkat kepuasan masyarakat, . Secara eksternal
menjadikan Polri sebagai Public Service Organization (PSO) dan secara internal
menerapkan budaya atasan melayani bawahan (servant leadership).

“Polri yang Proaktif”, yaitu adanya pemahaman bahwa jika suatu kondisi tidak
segera mendapat respons maupun penanganan maka dapat berpotensi
menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban,, serta aktif dalam menjalin
kerja sama yang sinergis dengan pemangku kepentingan untuk memperoleh
solusi yang tepat guna.
“Polri yang Transparan dan ”, yaitu memberikan informasi yang dibutuhkan oleh
masyarakat secara proporsional dan terbuka. Secara eksternal membuka akses
informasi kepada pemangku kepentingan; dan secara internal bersikap terbuka,
bersedia menerima komplain, dan dapat memberikan respons yang baik.

“Polri yang Akuntabel”, yaitu pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok Polri


dengan selalu mengikuti kaidah hukum dan prosedur baku serta bertindak sesuai
dengan norma dan etika. Secara eksternal melakukan penanganan perkara
secara tegas dan tuntas, tidak diskriminatif, memenuhi rasa keadilan dan
kepastian hukum; dan secara internal menekankan agar setiap personel Polri
dalam mengemban tugas harus penuh dengan rasa tanggung jawab.
13. Sumber Daya Manusia (SDM)
Dalam upaya meningkatkan sinergi TNI-Polri, pada Rapim tahun 2020
yang bertemakan “Dilandasi Profesionalitas, Soliditas, dan Sinergisitas, akan
Mengawal Pembangunan Nasional Dalam Rangka Menuju Indonesia Maju”,
TNI memberikan penekanan tentang kebijakan TNI dalam menghadapi tugas-
4
tugas ke depannya yang terkait dengan Polri, yang terdiri dari:
a. P5 yang meliputi Proper, Planning, Prevent, Pissful, dan
Performance.
b. Peningkatan kesiapsiagaan dan komando kewilayahan.
c. Antisipasi kerawanan pilkada serentak yang meliputi pemilihan 9
(sembilan) gubernur, 224 (dua ratus dua puluh empat) bupati, dan
37 (tiga puluh tujuh) walikota di berbagai daerah; antisipasi politik
identitas; pemantauan di titik kerawanan wilayah; serta
pengamanan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX di Papua.
d. Menurunkan ego sektoral antar instansi.
e. Meningkatkan kepekaan, kepedulian, dan refleksi diri.
f. Menjaga kepercayaan TNI dan Polri di tengah masyarakat.
g. Antisipasi dan siaga bencana alam maupun bencana
kemanusiaan.
h. Mewaspadai eksploitasi sumber daya alam ilegal berlebihan.

Adminfakta, 2020, Panglima TNI dan Kapolri Tegaskan Soliditas dan Sinergitas TNI-Polri Harga Mati
(online). https://faktapers.id/2020/01/panglima-tni-dan-kapolri-tegaskan-soliditas-dan-sinergitas-tni-polri-harga-
mati/, (20 Januari 2021).
Sementara dari sisi Polri, upaya yang dapat dilakukan dalam menjaga
5
sinergitas dengan TNI menuju Indonesia maju adalah sebagai berikut:
a. Terus menciptakan sinergi bersama TNI dalam menjaga
kamtibmas dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indoneisa dengan mengesampingkan ego sektoral sehingga tidak
berebut peran.
b. Berperan sebagai konsultan yang sifatnya memberi pemecahan
masalah (problem solving) dengan mengedepankan sikap humanis
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
c. Melakukan deteksi dini, pencegahan, dan penegakan hukum
terhadap kejahatan-kejahatan kerah putih yang menggunakan
kemajuan IT dan ilmu pengetahuan (skema ponzi, investasi palsu,
dan kejahatan di institusi keuangan).
d. Mengantisipasi penyebaran berita bohong (hoax) dan ujaran
kebencian (hate speech) serta mengantisipasi kejahatan yang
bernuansa SARA.
e. Bersikap netral dalam menjaga keamanan pilkada serentak
dengan mengikuti mekanisme yang telah diatur dalam perundang-
undangan.
f. Membentuk Satgas Nusantara guna membantu tugas operasional
yang dilaksanakan secara struktural.
g. Memberikan atensi terhadap segala potensi bencana alam sesuai
dengan prediksi BMKG.
h. Terkait penanggulangan bencana Covid-19, peran TNI dan Polri
harus dioptimalkan dalam menindak tegas masyarakat yang tidak
menjalankan protokol kesehatan sebagaimana mestinya.

5 Ibid.
14. Sarpras
Sejalan dengan adanya peningkatan anggaran terutama anggaran
belanja barang dan belanja modal, makaUntuk alokasi anggaran tersebut
dapat ditingkatkan untuk menunjang pengadaan sarana dan prasarana yang
lebih lengkap, lebih memadai, lebih modern, dan lebih sesuai untuk
menunjang kebutuhan pelaksanaan tugas-tugas kepolisian dan mendukung
sinergi TNI-Polri.

15. Metode yang Digunakan


Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memantapkan
sinergi TNI-Polrl, antara lain:
Level strategis,, yaitu mengenai turunan produk perundang-
undangan pertahanan militer dan non-militer yang dilakukan dengan
melengkapi peraturan perundang-undangan, baik pada TNI maupun Polri
untuk memperkuat sinergi antara kedua instansi tersebut guna mengatasi
6
situasi kontinjensi dan situasi area abu-abu (grey area).
Level organisasi dan , fokus pada pengembangan koordinasi, kerja
sama, dan komunikasi antar TNI-Polisi, melalui: (a) Meningkatkan kembali
pemahaman jiwa korsa dan pengaplikasiannya sehingga solidaritas fanatisme
yang salah dapat ditinggalkan; (b) Meningkatkan dan memperbaiki koordinasi
inter dan antar institusi;

Meningkatkan intensitas latihan bersama dalam menghadapi operasi


gabungan untuk mengatasi bencana alam, aksi terorisme, maupun gerakan
separatisme; serta (d) Memperbaiki dan meningkatkan kualitas kepemimpinan
7
dari masing-masing lembaga.

Level Program., fokus pada internal lembaga masing-masing,


khususnya terkait dengan peningkatan kompetensi, kesejahteraan, dan
8
pendidikan.
6
Bayu Marhaenjati, 2015, Indonesia Butuh RUU Tugas Perbantuan Dibandingkan
RUU Kamnas (online), https://www.beritasatu.com/nasional/310988-indonesia-butuh-ruu-tugas-
perbantuan-dibanding-ruu-kamnas, 20 Januari 2021).

Kusnanto Anggoro, 2019, Operasi dan Koordinasi Instansi Intelijen (online),


http://ina.propatria.or.id, (20 Januari 2021).

8 Agus Soebagyo, Sinergi Dalam Menghadapi Ancaman Cyberwarfare, Naskah


pada Sesko AD TNI, Bandung, 2014, hlm 2.
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH
Dilakukan analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities,
Threats) untuk dapat merumuskan strategi peningkatan sinergi TNI-Polri guna
mengawal implementasi program strategis pemerintah dalam rangka
mewujudkan Indonesia maju, dengan penjabaran sebagai berikut:

17. Faktor Internal


16.
a. Kekuatan (Strengths)
1) Adanya semangat Esprit de Corps dalam
menumbuhkembangkan Polri sebagai lembaga yang jujur,
bersih, dan profesional.
2) Kebijakan pimpinan Polri yang telah mengambil langkah
reformasi menuju Polisi Sipil melalui pembenahan
berkelanjutan pada reformasi struktural, instrumental, dan
kultural.
3) Tunjangan kinerja/remunerasi yang diberikan kepada
personel Polri mampu memberikan dorongan dan semangat
untuk terus melakukan pembenahan, perbaikan, dan
peningkatan kinerja.
4) Adanya pengembangan budaya karakter berkeunggulan
untuk menjadi acuan dalam perubahan karakter SDM Polri.
5) Tersedianya lembaga pendidikan khususnya Sespim dalam
rangka peningkatan kualitas SDM Polri untuk organisasi
tingkat tinggi (perwira tinggi)..
b. Kelemahan (Weaknesses)
1) Masih kurangnya integritas dan soliditas dalam lingkup
internal.
2) Postur Polri yang belum ideal.
3) Kompetensi SDM masih kurang memadai.
4) Kualitas pelayanan dan Standar Operasional Prosedur (SOP)
belum optimal.
5) Kinerja harkamtibmas dan gakkum belum optimal, yang salah
satunya disebabkan masih kurang memadainya sarana dan
6) prasarana maupun peralatan kepolisian yang sesuai dengan
perkembangan zaman.
6) Sistem manajemen kinerja belum optimal. Belum ada sistem
penilaian kinerja personel Polri yang terstandar sehingga sulit
untuk mengukur dan mengetahui sejauh mana tingkat
keberhasilan setiap personel dalam menghadapi tuntutan
kompetensinya.
7) Reformasi di bidang kultural belum menunjukkan kemajuan
yang signifikan dan masih terdapat anggota Polri yang
menerapkan paradigma lama dalam pelaksanaan tugasnya.
8) Kurangnya sinergi dengan pihak lain. Kerja sama antara Polri
dengan Kementerian/Lembaga, baik dalam negeri maupun
luar negeri dalam bentuk Sinergi Polisional (Spindep) masih
belum optimal karena kerja sama selama ini masih berjalan
secara parsial (fungsi masing-masing) dan belum ada
penanggungjawaban.
9) Masih terdapat ego sektoral dan fanatisme berlebih terhadap
korps maupun instansi masing-masing.
10)
17. Faktor Eksternal
a. Peluang (Opportunities)
1) Undang-undang Nomor 34 tahun 2004 tentang Tentara
Nasional Indonesia yang sejalan dengan Undang-Undang
Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
2) Adanya komitmen dari TNI dan Polri untuk saling bersinergi.
3) Perubahan politik dan hukum yang direfleksikan dengan
kemandirian Polri yang ditegaskan oleh Undang-Undang
Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
4) Adanya kontrol dari masyarakat luas terhadap pelaksanaan
tugas TNI dan Polri.
5)
6) Adanya kepedulian, dukungan, dan partisipasi dari semua
unsur masyarakat terhadap penyelenggaraan profesi TNI dan
Kepolisian yang berwatak sipil, tidak memihak, dan tidak
diskriminatif.
7)
Kepolisian yang berwatak sipil, tidak memihak, dan tidak
diskriminatif.

6) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan


peluang yang cukup besar bagi berkembangnya teknologi
maupun manajemen dalam pelaksanaan sinergi TNI-Polri
serta didukung oleh media informasi yang bebas dan
independen.
7) Sistem desentralisasi/otonomi daerah sebagai upaya untuk
lebih mendekatkan pelayanan kepada masyarakat sejalan
dan saling mendukung dengan program Polri.
b. Ancaman (Threats)
1) Kecenderungan meningkatnya kualitas dan kuantitas akan 4
(empat) jenis kejahatan, yakni kejahatan konvensional,
kejahatan transnasional, kejahatan terhadap kekayaan
negara, dan kejahatan yang berimplikasi kontinjensi
berdampak bagi pelaksanaan tugas Polri.
2) Masih rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
Polri dan masih terdapat kecenderungan citra negatif di mata
masyarakat.
3) Masih terdapat kelompok status quo yang tidak menginginkan
perubahan di dalam tubuh Polri.
4) Masih adanya upaya-upaya intervensi dari luar terhadap Polri
dalam kaitan proses reformasi yang sedang dijalankan oleh
Polri.
5) Pengaruh globalisasi sosial budaya denderung mengubah
sistem sosial masyarakat menjadi individualisme dan
egosentris.
6) Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).
7) Potensi krisis ekonomi sebagai dampak dari pandemi Covid-
19.
18. Strategi Peningkatan Sinergi TNI-Polri Guna Mengawal
Implementasi Program Strategis Pemerintah
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan sebagai strategi
peningkatan sinergi TNI-Polri guna mengawal implementasi program strategis
pemerintah adalah sebagai berikut:
a. Aspek historis, dilakukan melalui upaya Menekan euphoria karena
pemisahan Polri dari struktur Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia (ABRI).
b. Aspek psikologis-kultural terkait kesenjangan kewenangan,
dilakukan melalui upaya Menghapus sikap overacting dan euforia
kewenangan yang dimiliki sebagai instansi yang berdiri sendiri dan
berada di bawah presiden.
c. Aspek regulasi, dilakukan melalui upaya:
1) Melakukan reformasi peradilan militer melalui revisi Undang-
Undang Nomor 31 tahun 1997 tentang Peradilan Militer untuk
menjamin terlaksananya akuntabiltas hukum secara benar
dan adil.
2) Melakukan revisi terhadap TAP MPR Nomor VI dan VII tahun
2000 yang memisahkan secara mutlak-diametral fungsi
pertahanan-keamanan (hankam) agar penanganan kedua
bidang tersebut dapat lebih terpadu dan bersinergi.
19. Strategi Peningkatan Sinergi TNI-Polri Guna Mengawal
Implementasi Program Strategis Pemerintah
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan sebagai strategi
peningkatan sinergi TNI-Polri guna mengawal implementasi program strategis
pemerintah dalam rangka mewujudkan Indonesia maju adalah sebagai
berikut:
d. Aspek historis, dilakukan melalui upaya:
1) Mengkaji dan mengevaluasi kembali kebijakan terkait
pemisahan antara TNI dengan Polri sehingga hal-hal yang
dianggap dapat berpotensi menyebabkan perselisihan antara
TNI dengan Polri dapat dibenahi.
2) Menekan euforia karena pemisahan Polri dari struktur
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).
e. Aspek psikologis-kultural terkait kesenjangan kewenangan,
dilakukan melalui upaya:
1) Menghapus sikap overacting dan euforia kewenangan yang
dimiliki sebagai instansi yang berdiri sendiri dan berada di
bawah presiden.
2) Menanamkan kesadaran kepada segenap personel bahwa
TNI-Polri bukan rival melainkan partner yang harus bekerja
sama dan saling bahu-membahu untuk mengawal
implementasi program strategis pemerintah dalam rangka
mewujudkan Indonesia maju sebagainmana yang dicita-
citakan.
f. Aspek regulasi, dilakukan melalui upaya:
1) Melakukan reformasi peradilan militer melalui revisi Undang-
Undang Nomor 31 tahun 1997 tentang Peradilan Militer untuk
menjamin terlaksananya akuntabiltas hukum secara benar
dan adil.
2) Melakukan revisi terhadap TAP MPR Nomor VI dan VII tahun
2000 yang memisahkan secara mutlak-diametral fungsi
pertahanan-keamanan (hankam) agar penanganan kedua
bidang tersebut dapat lebih terpadu dan bersinergi.
Membahas turunan produk perundang-undangan pertahanan
militer dan nirmiliter untuk memberikan maupun melengkapi
peraturan perundang-undangan yang sudah ada, baik itu
pada TNI, Polri, dan komponen bangsa lainnya.
3) Merevisi atau merumuskan regulasi yang betujuan untuk
meningkatkan pembangunan dan perekonomian yang
berpengaruh pada stabilitas keamanan nasional.
4) Merumuskan dan mensahkan Undang-Undang Keamanan
Nasional (UU Kamnas) atau UU Keamanan Negara
(Kamneg) yang telah tertunda sejak tahun 2005 guna
mengatur secara lebih jelas dan tegas mengenai fungsi TNI
dan Polri.
d. Aspek manajemen, dilakukan melalui upaya:
1) Meningkatkan pengawasan terhadap segenap jajaran TNI
dan Polri agar tidak melakukan tindakan anarkis.
2) Mengoptimalkan pertanggungjawaban hukum dengan
memberikan sanksi tegas terhadap personel TNI dan Polri
yang melakukan tindakan-tindakan anarkis.
3) Memberikan sosialisasi kepada segenap jajaran TNI dan Polri
mengenai pentingnya sinergi antar kedua instansi demi
terwujudnya keamanan nasional.
4) Menanamkan kepada segenap jajaran TNI dan Polri bahwa
sinergitas bukan hanya pada tampuk pimpinan tetapi juga
hingga level terbawah antar kedua instansi.
5) Menerapkan P5, yaitu Proper, Planning, Prevent, Pissful, dan
Performance dalam rangka menghasilkan kinerja yang lebih
baik.

e. Aspek doktrin pimpinan/komandan, dilakukan melalui upaya:


1) Menghentikan/menghapuskan doktrin yang mengindikasikan
kebencian dan rivalitas antara TNI dengan Polri.
2) Memberikan hukuman/sanksi yang tegas kepada
pimpinan/komandan yang memberikan doktrin permusuhan,
kebencian, kesenjangan, dan sebagainya yang berpotensi
menciptakan gesekan antara TNI dengan Polri..
Pembenahan praktik-praktik kepemimpinan dimana pimpinan
harus dapat memberikan inspirasi, motivasi, dan menjadi
teladan/contoh yang baik bagi bawahan.

f. Aspek budaya Esprit De Corp, dilakukan melalui upaya:


1) Memahami semangat dan amanat korps sebagaimana
mestinya, dimana tugas sebagai alat pertahanan dan
keamanan negara bukan berarti membenarkan tindakan
kekerasan dan main hakim sendiri.
2) Meningkatkan kembali pemahaman jiwa korsa dan
aplikasinya sehingga solidaritas bersifat fanatisme yang salah
dapat ditinggalkan.
3) Menanamkan kesadaran terhadap segenap jajaran TNI dan
Polri bahwa atribut korps bukan sebagai bentuk arogansi
tetapi sebagai pengingat akan tugas pokok dan fungsi mulia
yang diemban.
4) Menghilangkan ego sektoral dan menyatukan cita-cita.
Memberikan contoh teladan kepada masyarakat akan sosok
TNI dan Polri yang profesional.
g. Aspek sosial, dilakukan melalui upaya:
1) Meminimalisasi kesenjangan antara TNI dengan Polri di
bidang kesejahteraan sehingga tidak timbul rasa
ketidakpuasan serta kecemburuan antara masing-masing
instansi.
2) Pembenahan kelembagaan melalui peningkatan sinergi tugas
dan fungsi yang lebih jelas dan terpadu antara TNI dengan
Polri.
3) Pembenahan kurikulum pendidikan sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi masing-masing instansi yang disesuaikan
dengan tuntutan perkembangan zaman.
4) Membangun paradigma dan peran sosial TNI dan Polri di
dalam sistem ketatanegaraan.
5) Meningkatkan kepedulian antar lembaga dan individu di
jajaran TNI-Polri melalui optimalisasi pembinaan hubungan
serta deteksi dini dan pencegahan dini potensi konflik.
h. Aspek teknologi, dilakukan melalui upaya :
i.
j. Anggota TNI dan Polri harus selalu siap menghadapi perubahan
teknologi dan dampak yang timbul di tengah perkembangan zaman
dan persaingan global saat ini.
1) Melakukan uji literasi atau verifikasi terhadap informasi-
informasi hoaks di media sosial/media online yang bersifat
provokatif.
2) Membangun platform teknologi media untuk mendukung
komunikasi yang intensif dan jejaring sosial antara TNI
dengan Polri dalam rangka memperkuat hubungan yang
sinergis dan memperluas jaringan informasi.

Dalam upaya peningkatan sinergi guna mengawal implementasi


program strategis pemerintah dalam rangka mewujudkan Indonesia maju,
maka sudah seharusnya TNI dan Polri dapat meredam ego sektoral serta
mulai bekerja sama dan saling bahu-membahu untuk menjaga keutuhan
bangsa dan mewujudkan cita-cita Negara Kesatuan Republik Indonesia.
BAB V
PENUTUP
19. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
a. Hingga saat ini konflik antara TNI dengan Polri masih cukup sering
terjadi. Beberapa pengamat menilai kondisi ini layaknya puncak
gunung es sebagai dampak dari perselisihan-perselisihan di masa
lalu yang tidak terselesaikan secara tuntas.
b. Peningkatan sinergi TNI-Polri dilakukan melalui pembenahan di
level strategis, level organisasi, dan level program yang meliputi
aspek historis, aspek psikologis-kultural terkait kesenjangan
kewenangan, aspek regulasi, aspek manajemen, aspek doktrin
pimpinan/komandan, aspek budaya esprit de corp, aspek sosial,
serta aspek teknologi.
c. Peningkatan sinergi TNI-Polri diharapkan dapat mengawal
implementasi program strategis pemerintah dalam rangka
mewujudkan Indonesia maju, terlebih dalam kondisi pandemi
Covid-19 yang berpotensi menciptakan krisis ekonomi dan
permasalahan-permasalahan krusial lainnya.

20. Rekomendasi
Terdapat beberapa rekomendasi yang dapat diberikan terkait sinergitas
TNI-Polri guna mengawal implementasi program strategis pemerintah dalam
rangka mewujudkan Indonesia maju, antara lain:
a. Membuat desain mekanisme sinergi kelembagaan yang bersifat
konstruktif dari level pimpinan hingga menyentuh level
prajurit/personel di lapangan.
b. Memperbanyak kegiatan bersama antara TNI dengan Polri dalam
rangka meningkatkan soliditas dan solidaritas kedua instansi.
c. Meningkatkan dan memperbaiki koordinasi inter dan antar instansi
serta meningkatkan intensitas latihan bersama dalam menghadapi
operasi gabungan untuk bencana alam, Covid-19, separatisme,
dan kegiatan lainnya.
d.
Meningkatkan kompetensi personel melalui pelatihan dan
pengembangan kemampuan sesuai dengan tugas masing-masing
serta pembenahan kesejahteraan personel, baik materil dan non-
materil.
e. Memperkuat sistem pelatihan dan pendidikan tentang
penghormatan atas negara hukum dan HAM serta menghilangkan
sikap-sikap arogansi dan fanatisme esprit de corps yang salah.
Membuat website atau media sosial yang berisikan sosialiasi dan
kegiatan nyata dari sinergi antara TNI dengan Polri.
DAFTAR PUSTAKA

Adminfakta, TNI dan Kapolri Tegaskan Soliditas dan Sinergitas TNI-Polri Harga
Mati (online). https://faktapers.id/2020/01/panglima-tni-dan-

kapolri-tegaskan-soliditas-dan-sinergitas-tni-polri-harga-mati/, (20 Januari 2021),


2020.

Agus Soebagyo, Sinergi Dalam Menghadapi Ancaman Cyberwarfare, Makalah


Dibawakan Pada Sesko AD TNI, Bandung, 2014.

Bayu Hermawan, Personel Polri Bertambah 27.012 Orang Sepanjang 2019

(online), https://nasional.republika.co.id/berita/q3805b354/personel-polri-bertambah-
27012-orang-sepanjang-2019#:~:text=Personel%20polri%20bertambah
%20sebanyak%2027.01 2,menjadi%20470.391%20personel%20pada%202019, (20
Januari 2021), 2019.

Bayu Marhaenjati, Indonesia Butuh RUU Tugas Perbantuan Dibandingkan RUU


Kamnas (online), https://www.beritasatu.com/nasional/310988-

indonesia-butuh-ruu-tugas-perbantuan-dibanding-ruu-kamnas, 20 Januari 2021),


2015.

Farouk Arnaz, Polri Kekurangan 27.000 Personel Termasuk 95.000 Perwira

(online), https://www.beritasatu.com/nasional/652343/polri-kekurangan-270000-
personel-termasuk-95000-perwira, (20 Januari 2021), 2020.

Kodamjaya-tniad.mil.id, Konferensi Pers Lanjutan Penanganan Penyelidikan dan


Penyidikan Perkara Perusakan Mapolsek Ciracas dan Sekitarnya

(online), https://kodamjaya-tniad.mil.id/konferensi-pers-lanjutan-penanganan-
penyelidikan-dan-penyidikan-perkara-perusakan-mapolsek-ciracas-dan-sekitarnya/,
(20 Januari 2021), 2020.

Kusnanto Anggoro, Operasi dan Koordinasi Instansi Intelijen (online),


http://ina.propatria.or.id, (20 Januari 2021), 2019.

Anda mungkin juga menyukai