Anda di halaman 1dari 61

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil kemampuan TPACK

guru biologi guru. Profil TPACK meliputi: 1) Deskripsi penguasaan TPACK guru

biologi; 2) Deskripsi kemampuan perencanaan dan penerapan TPACK guru

biologi pada proses pembelajaran. Kemampuan TPACK yang diukur meliputi

komponen PK, CK, TK, PCK, TCK, TPK, dan TPACK serta total TPACK.

Penelitian dilakukan pada 20 SMA di Kota Yogyakarta dengan total responden

berjumlah 29 guru. Demografi responden dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 2. Demografi Guru Biologi SMA Kota Yogyakarta

Persentase
No Karakteristik Kategori Jumlah
(%)
1. Gender Laki-laki 8 27.59
Perempuan 21 72.41
2. Status Sekolah Negeri 14 48.28
Swasta 15 51.72
3. Status Sertifikasi Bersertifikasi 22 75.86
Tidak Bersertifikasi 7 24.14
4. Jenjang S1 25 86.20
Pendidikan Guru S2 4 13.80
5. Latar Belakang Pendidikan Biologi 23 79.31
Akademik Non Pendidikan Biologi 6 20.69
6. Lama Mengajar Guru Utama (15≤ th) 19 65.53
Guru Madya (6-14 th) 3 10.34
Guru Muda (1-5 th) 4 13.79
Guru Pertama (< 1 th) 3 10.34
7. Status Guru PNS 17 58.62
Kepegawaian Guru Non PNS
GTY 8 27.59
GTT 4 13.79

78
Tabel 2. menunjukkan dari total 29 responden didominasi oleh 72.41%

guru perempuan, 51.72% SMA Swasta, 75.86% guru telah bersertifikasi, 86.20

guru bergelar sarjana, 79.31% guru lulusan pendidikan biologi, 65.53% telah

mengajar lebih dari 15 tahun, dan 58.62% guru PNS. Adanya variasi pada jumlah

responden yang tidak seimbang menyebabkan perlu adanya pengontrolan berbagai

variabel yang dimungkinkan dapat menganggu hasil kemampuan TPACK guru

berdasarkan gender guru dan status sekolah.

B. Jawaban Pertanyaan Penelitian

1. Deskripsi Kemampuan TPACK Guru Biologi di Kota Yogyakarta

Deskripsi kemampuan penerapan TPACK guru biologi meliputi

kemampuan PK, CK, TK, PCK, TCK, TPK, TPACK, dan total TPACK

dianalisis secara deskriptif:

a. Penguasaan TPACK Guru Biologi di Kota Yogyakarta

Penguasaan TPACK guru biologi diukur dengan tes tertulis.

TPACK yang diukur meliputi PK, CK, TK, PCK, TCK, TPK, dan

TPACK. Data hasil penguasaan TPACK guru dianalisis secara deskriptif.

Berikut hasil analisis disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan TPACK Guru Biologi

Komponen Nilai Standar Deviasi Kategori


PK 72.22 18.22 Baik
CK 72.67 13.48 Baik
TK 46.67 22.49 Kurang Baik
PCK 53.33 15.41 Cukup Baik
TCK 54.67 18.14 Cukup Baik
TPK 68.67 22.09 Baik
TPACK 45.83 26.33 Kurang Baik
Rata-rata 59.15 19.45 Cukup Baik
*Nilai maksimal 100

79
Berdasarkan hasil tes, guru telah menguasai pengetahuan mengenai

pedagogik (PK) yaitu 72.22, konten (CK) yaitu 72.67, dan pedagogik yang

didukung teknologi (TPK) yaitu 68.67 dengan baik. Selain itu, guru juga

cukup baik menguasai pengetahuan mengenai integrasi pedagogik dan

konten (PCK) yaitu 53.33 dan inteseksi teknologi dan konten (TCK) yaitu

54.67 namun pada komponen pengetahuan mengenai teknologi (TK) yaitu

46.67 dan interseksi ketiga komponen yaitu pedagogik, konten, dan

teknologi (TPACK) yaitu 45.83 masih kurang baik. Secara keseluruhan,

rata-rata penguasaan TPACK guru berada pada kategori cukup baik yaitu

59.15.

Hasil penguasaan TPACK berdasarkan tes menunjukkan

kemampuan pedagogical knowledge (PK) guru dalam kategori baik. Guru

telah memahami pengetahuan tentang karakter peserta didik, teori-teori

pembelajaran, strategi pembelajaran (pendekatan, model, metode, dan

media), dan perencanaan pebelajaran (RPP). Kemampuan lain yaitu

content knowledge (CK) guru juga masuk dalam kategori baik. Guru telah

mengusai materi kelas X, XII, dan XII yang diujikan yaitu bakteri, plantae,

sistem pada manusia yaitu pencernaan, eksresi, imun, dan respirasi,

metabolisme, genetika, dan bioteknologi. Pada komponen teknological

knowledge (TK) guru berada pada kategori kurang baik. Guru kurang

menguasai pengetahuan mengenai website, blog, dan email yang diujikan.

Pada komponen PCK, guru telah mengusai pengetahuan mengenai

pedagogik dan konten biologi (PCK) dengan cukup baik. Guru telah

80
mengusai kesesuaian materi dengan media pembejaran, kesesuaian materi

dengan pendekatan, model, metode, dan media pembelajaran, kesesuaian

materi dengan karakter peserta didik, dan kesesuaian materi dengan

penilaian pembelajaran. Dengan pengusaan pengetahuan PCK yang cukup

baik diharapkan guru dapat menerapkan PCK dalam merencanakan

maupun pelaksanaan pembelajaran.

Pada komponen TCK, guru menguasai pengetahuan mengenai

Technological Content Knowledge (TCK) dengan cukup baik. Guru telah

memahami teknologi yang tepat untuk materi biologi tertentu sesuai

dengan karakteristiknya. Penguasaan TCK yang cukup baik diharapkan

dapat diterapkan dalam perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran

juga akan baik. Pada komponen TPK, guru telah memahami pengetahuan

mengenai teknologi yang tepat untuk mendukung strategi pembelajaran

yang meliputi pendekatan, model, metode, dan media pembelajaran

dengan cukup baik. Hasil yang baik ini diharapkan akan diterapkan oleh

guru dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran di kelas sedangkan

pada komponen TPACK, pengetahuan TPACK guru masih dalam kategori

kurang baik. Guru masih belum memahami kesesuaian teknologi, materi,

pendekatan, model, metode, dan media pembelajaran sesuai dengan

karakter peserta didik.

b. Kemampuan Perencanaan TPACK Guru Biologi pada RPP.

Kemampuan perencanaan TPACK guru biologi pada RPP

diperoleh dari analisis RPP yang dibuat oleh guru. Kemampuan

81
perencanaan TPACK yang diukur adalah PCK, TCK, TPK, dan TPACK.

Data kemampuan perencanaan TPACK guru biologi dianalisis secara

deskriptif. Berikut hasil analisis data disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Kemampuan Perencanaan TPACK Guru Biologi pada RPP

Komponen
Nilai Standar Deviasi Kategori
TPACK
PCK 84.67 11.27 Sangat Baik
TCK 29.47 16.05 Tidak Baik
TPK 60.54 28.57 Cukup Baik
TPACK 44.83 27.19 Kurang Baik
Rata-rata 54.87 20.77 Cukup Baik
*Nilai maksimal 100

Berdasarkan analisis RPP menunjukkan kemampuan guru paling

baik pada komponen PCK sebesar 84.67 dengan kategori sangat baik dan

komponen yang paling rendah adalah TCK sebesar 29.47 dengan kategori

tidak baik. Pada komponen TPK diperoleh nilai 60.54 dengan kategori

cukup baik dan TPACK diperoleh nilai 44.83 dengan kategori kurang

baik. Secara keseluruhan, rata-rata kemampuan perencanaan TPACK guru

berada pada kategori cukup baik sebesar 54.87.

Pada komponen PCK, guru telah merencanakan penerapan PCK

dengan sangat baik. Guru telah mampu menyesuaikan materi sesuai

dengan pendekatan, model, dan metode pembelajaran. Semua guru telah

menggunakan pendekatan saintifik sesuai dengan kurikulum 2013. Model

pembelajaran yang direncanakan diantaranya: discovery learning, inquiry,

problem based learning, project based learning, dan kooperatif learning.

Metode pembelajaran yang direncanakan guru yaitu ceramah, diskusi,

presentasi, tanya jawab, penugasan, demonstrasi, role playing, dan

82
eksperimen. Guru telah berupaya untuk merencanakan penggunaan multi

metode dalam menyampaikan materi agar membuat peserta didik lebih

tertarik belajar. Pemilihan strategi pembelajaran baik pendekatan, model,

dan metode pebelajaran sudah sesuai dengan karakteristik materi yang

disampaikan.

Pada komponen PCK, guru juga telah mampu merencanakan

pemilihan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang

disampaikan. Media pembelajaran yang rencana digunakan guru yaitu

video, virtual lab, gambar objek, real objek, dan games kahoot. Guru juga

telah baik dalam merencanakan penggunaan sumber belajar utama yang

rencana digunakan guru seperti internet, buku paket, PPT, LKPD, artikel,

dan LKS.

Sumber belajar yang dicantumkan pada RPP telah sesuai dengan

karakter yaitu jenjang kelas peserta didik. Aspek keluasan dan kedalaman

materi harus sesuai dengan KD dan IPK pada jenjang pendidikan SMA.

Dari hasil analisis RPP, materi yang tercantum masih sebagian besar guru

tidak menjabarkan materi yang detail sesuai dengan tuntutan KD dan pada

keluasan materi, sebagian besar guru sudah sesuai KD. Guru juga telah

berencana untuk menstimulasi peserta didik untuk aktif dengan merespon

guru baik dalam bentuk pertanyaan maupun menggungkapkan pendapat.

Guru juga telah merencanakan penilaian sikap, kognitif, dan afektif

dengan capaian tujuan pembelajaran sesuai materi. Penilaian sikap

meliputi observasi rating scale, penilaian diri, penilaian antar teman,

83
jurnal; penilaian kognitif yaitu tes tertulis, penugasan; dan penilaian

psikomotor unjuk kerja, penilaian presentasi, observasi, jurnal, portofolio.

Hasil analisis penilaian, instrumen penilaian sudah sesuai dengan tuntutan

KD, yaitu sesuai dengan jenjang kognitif, afektif, dan psikomotor yang

ditentukan dari KD. Sebagian besar guru telah menyesuaikan jenjang

aspek afektif, kognitif, dan psikomotor pada instrumen penilaian dengan

tuntutan KD dan indikator pencapaian kompetensi namun beberapa guru

hanya membuat aspek C1 (remember) dan C2 (understand) pada

instrumen kognitif sedangkan tuntutan KD pada aspek C4 (analyze).

Pada komponen TCK dalam RPP, kemampuan guru berada pada

kategori tidak baik. Kesesuaian teknologi dalam menyampaikan materi

sangat kurang. Teknologi yang direncanakan dalam RPP adalah

penggunaan internet dan virtual lab. Jenis laman internet yang rencananya

digunakan guru adalah ruang guru, youtube, dan google. Sebagian guru

telah menugaskan peserta didik untuk mencari informasi melalui internet.

Selain itu, guru juga banyak yang memanfaatkan internet untuk

mengumpulkan bahan atau materi untuk mencari artikel, gambar, dan

video untuk mendukung pembelajaran namun guru masih kurang

melibatkan teknologi dalam menjabarkan materi secara sistematis dan

detail, mengaitkan materi dengan hasil temuan, menggunakan teknologi

untuk menguatkan konsep, dan mengarahkan peserta didik untuk mencari

contoh-contoh kehidupan sehari-hari terkait materi melalui teknologi.

84
Selanjutnya pada komponen TCK, guru kurang melibatkan

teknologi dalam pembelajaran. Padahal, karakteristik beberapa materi

biologi adalah kompleks dan abstrak sehingga diperlukan teknologi untuk

membantu peserta didik dalam memahaminya. Materi biologi yang

diajarkan terbagi menjadi materi kelas X yaitu virus, animalia, jamur,

plantae; materi kelas XI yaitu sistem eksresi, sistem pencernaan, sistem

peredaran darah, sistem pernapasan, sistem koordinasi; materi kelas XII

yaitu genetika dan metabolisme. Materi biologi baik kelas X, XI, dan XII

memiliki karakteristik materi yang abstrak seperti pada materi sistem –

sistem pada manusia dan materi yang konkret seperti pada jenis jamur,

tumbuhan dan hewan, materi yang sederhana seperti pada morfologi organ

pada manusia, tumbuhan, dan hewan; materi yang kompleks seperti

pewarisan sifat dan fisiologi manusia.

Pada komponen TPK, guru sudah cukup baik menerapkannya pada

RPP. Guru telah cukup baik melibatkan teknologi untuk mendukung

strategi pembelajaran yang akan digunakan. Guru telah cukup baik

melibatkan teknologi dalam mendukung pendekatan, model, metode, dan

media pembelajaran dalam RPP. Pendekatan saintifik yang digunakan oleh

semua guru terdiri dari mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,

menalar, dan membentuk jejaring. Pada tahap mengumpulkan informasi

guru telah merangsang peserta didik mencari infromasi lewat internet.

Model pembelajaran yang paling banyak digunakan guru dalam RPP

adalah discovery dan inquiry. Pada sintak data collection pada model

85
discovery dan inquiry learning, guru juga menugaskan peserta didik untuk

mencari informasi dari buku, LKS, dan juga internet. Metode

pembelajaran yang akan digunakan guru seperti diskusi, presentasi, tanya

jawab, dan penugasan dapat didukung dengan internet. Beberapa guru

mampu mengoperasikan media berbasis tik seperti virtual lab dan e -

learning. Selain itu, teknologi yang digunakan guru telah sesuai dengan

jenjang peserta didik.

Pada komponen TPACK dalam RPP, guru masih kurang baik

dalam merencanakan TPACK pada RPP. Sebagian besar guru telah

mampu menyesuaikan materi, pendekatan, dan teknologi sesuai karakter

peserta didik, menyesuaikan materi, model, dan teknologi sesuai karakter

peserta didik, menyesuaikan materi, media, dan teknologi sesuai karakter

peserta didik, serta menyesuaikan materi, metode, dan teknologi sesuai

karakter peserta didik. Namun guru masih kurang dalam mengitegrasikan

contoh nyata terkait materi dengan teknologi sesuai karakter peserta didik,

kurang memberikan penguatan konsep kepada peserta didik

memanfaatkan media pembelajaran berbasis teknologi, dan belum mampu

merangsang peserta didik untuk menarik kesimpulan menggunakan media

pembelajaran berbasis TIK.

c. Kemampuan Penerapan TPACK Guru Biologi pada Proses


Pembelajaran

Kemampuan penerapan TPACK guru biologi diperoleh hasil

observasi proses pembelajaran. Kemampuan perencanaan TPACK yang

diukur adalah PCK, TCK, TPK, dan TPACK. Data kemampuan penerapan

86
TPACK guru biologi dianalisis secara deskriptif. Berikut hasil analisis

data disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Kemampuan Penerapan TPACK Guru Biologi pada Proses


Pembelajaran

Komponen
Nilai Standar Deviasi Kategori
TPACK
PCK 78.16 12.06 Baik
TCK 34.83 24.44 Tidak Baik
TPK 26.96 27.04 Tidak Baik
TPACK 42.36 27.66 Tidak Baik
Rata-rata 45.57 22.80 Kurang Baik
*Nilai maksimal 100

Tabel 5. menunjukkan kemampuan penerapan paling baik adalah

komponen PCK sebesar 78.16 dengan kategori baik dan komponen yang

paling rendah adalah TCK, TPK, dan TPACK sebesar 34.83, 26.96, dan

42.36 dengan kategori tidak baik. Secara keseluruhan, rata-rata

kemampuan penerapan TPACK guru berada pada kategori kurang baik

dalam proses pembelajaran dengan nilai 45.57.

Pada penerapan komponen PCK secara real di kelas, Guru telah

menerapkan PCK dengan baik. Secara keseluruhan, guru mampu

menyesuaikan materi dengan pendekatan, model, dan metode

pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang digunakan guru adalah

saintifik dan STEM. Model pembelajaran yang digunakan guru yaitu

discovery learning, inquiry, dan project based learning. Metode

pembelajaran yang digunakan ceramah, diskusi, tanya jawab, presentasi,

penugasan, eksperimen, dan simulasi. Guru juga telah mampu menerapkan

media pembelajaran yang sesuai dengan materi. Media pembelajaran yang

87
digunakan guru yaitu video, virtual lab, objek nyata (lumut, paku, dan

jamur), gambar objek, dan media berbasis TIK yaitu LMS.

Guru juga telah dengan baik menggunakan sumber belajar yang

sesuai dengan karakter peserta didik. Sumber belajar yang digunakan guru

seperti buku paket, PPT, LKPD, LKS, handout, dan internet sudah sesuai

dengan peserta didik. Guru juga mempersilakan peserta didik untuk

bertanya serta menjawab pertanyaan yang diajukan guru sehingga tercipta

pembelajaran yang aktif dan interaktif. Guru juga menegur peserta didik

yang tidak memperhatikan pembelajaran dan yang memainkan

smartphone. Dari hasil observasi pembelajaran, guru telah menjabarkan

materi dengan kedalaman dan keluasan sesuai KD dan IPK.

Guru telah menyesuaikan penilaian dengan capaian tujuan

pembelajaran sesuai dengan materi. Pada kegiatan penilaian, guru hanya

melakukan penilaian kognitif dan psikomotor saja tanpa aspek afektif.

Pada pelaksanaan pembelajaran, penilaian guru hanya pada aspek kognitif

yaitu pretes, penugasan, ulangan harian dan aspek psikomotor yaitu

penilaian presentasi, penilaian keaktifan siswa bertanya dan menjawab

pertanyaan yang diajukan guru.

Pada komponen TCK, penerapan TCK guru berada pada kategori

tidak baik. Terdapat guru yang telah melibatkan teknologi untuk

menyampaikan materi namun jumlahnya hanya sedikit. Sebagian besar

guru yang telah melibatkan teknologi adalah penggunaan internet untuk

mencari infomasi dengan baik akan tetapi sebagian besar guru masih

88
sangat kurang penggunaan teknologi. Pengintegrasian teknologi dalam

pembelajaran oleh guru terutama dalam memberikan link website untuk

dikunjungi peserta didik, mencari kelainan sistem eksresi melalui internet

dan ditayangkan langsung dengan projector, dan mencari video sintesis

protein melalui youtube. Penggunaan teknologi untuk menguatkan konsep

peserta didik, menjelaskan contoh sehari-hari terkait materi,

menghubungkan teori dengan hasil temuan peserta didik, mengaitkan

materi dengan materi lain yang relevan maupun menyampaikan materi

secara sistematis dan detail masih sangat kurang dalam proses

pembelajaran.

Pada komponen TPK dalam proses pembelajaran, guru masih

dalam kategori tidak baik. Guru masih belum mampu mengoperasikan

media berbasis TIK, menjelaskan cara pengoperasiannya, merumuskan

hipotesis dengan memanfaatkan teknologi, dan mengkonfirmasi hasil

belajar dengan teori yang ada. Penggunaan teknologi dalam mendukung

strategi pembelajaran guru antara lain meminta peserta didik

mengumpulkan tugas melalui email, mengumpulkan hasil diskusi melalui

LMS, mengunduh materi melalui LMS sekolah, mengajarkan peserta didik

untuk mengunjungi google scholar untuk mendapatkan materi biologi

yang terpercaya, menggunakan media berbasis TIK yaitu virtual lab untuk

belajar sistem pencernaan, dan melakukan posttest dan ulangan harian

melalui LMS namun beberapa guru telah mampu melibatkan teknologi

89
untuk mendukung penerapan pedekatan, model, dan metode pembelajaran.

Teknologi yang digunakan adalah internet sebagai sumber informasi.

Pada komponen TPACK dalam proses pembelajaran, kemampuan

TPACK guru berada pada kategori tidak baik. Guru masih belum mampu

mengintegrasikan teknologi untuk memberikan contoh nyata, penguatan

konsep, dan menarik kesimpulan sesuai dengan jenjang kelas dan karakter

peserta didik. Beberapa guru dapat mengitegrasikan teknologi dengan

materi, pendekatan, model, metode, dan media sesuai jenjang dan karakter

peserta didik.

Data hasil tes mengambarkan penguasaan TPACK guru, data hasil

RPP mengambarkan kemampuan perencanaan TPACK, dan data hasil

observasi pembelajaran mengambarkan kemampuan penerapan TPACK

guru di kelas. Ketiga data tersebut digambarkan dalam grafik untuk

melihat pengetahuan dan keterampilan guru dalam menerapkan TPACK

pada proses pembelajaran. Penguasaan, kemampuan perencanaan, dan

penerapan TPACK guru dapat digambarkan pada grafik berikut.

90
80
70
Nilai TPACK Guru

60
50 Tes
40 RPP
30 Proses Pembelajaran
20
10
0
PK CK TK PCK TCK TPK TPACK

Gambar 2. Grafik Kemampuan TPACK Guru Berdasarkan Tes, RPP, dan Proses
Pembelajaran

90
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui, pengetahuan dasar

TPACK guru meliputi PK dan CK sudah cukup baik kecuali pada TK.

Pada komponen PCK, penguasaan guru memiliki skor lebih rendah

dibandingkan kemampuan perencanaan dan penerapan pada proses

pembelajaran. Pada komponen TCK, penguasaan guru lebih baik

dibandingkan pada perencanaan maupun proses pembelajaran namun pada

kemampuan perencanaan diperoleh skor yang lebih rendah dibandingkan

penerapannya. Pada komponen TPK dan TPACK, penguasaan guru lebih

baik dibandingkan kemampuan perencanaan dan penerapannya. Secara

keseluruhan dapat diketahui, guru memiliki pengetahuan TCK, TPK, dan

TPACK yang cukup baik namun dalam penerapannya pada RPP dan

proses pembelajaran kurang nampak penerapan TPACK guru. Hal ini

menunjukkan guru belum menerapkan pengetahuannya dalam proses

pembelajaran. Hasil berkebalikan ditemukan pada komponen PCK dimana

kemampuan perencanaan dan penerapan guru diperoleh skor yang lebih

tinggi dibandingkan penguasaan pengetahuannya berdasarkan hasil tes.

Data hasil kemampuan perencanaan pada RPP dan penerapan

TPACK guru pada proses pembelajaran dilakukan analisis uji beda untuk

melihat ada tidaknya perbedaan dari perencanaan pada RPP dan penerapan

TPACK pada proses pembelajaran. Jika terdapat perbedaan yang

signifikan antara RPP dan proses pembelajaran artinya terdapat

ketidaksesuaian pelaksanaan proses pembelajaran dengan rencana

91
pembelajaran pada RPP yang disusun oleh guru. Berikut ini disajikan hasil

analisis kesesuaian perencanaan dan penerapan TPACK guru.

Tabel 6. Kesesuaian Kemampuan Perencanaan pada RPP dan


Penerapan TPACK Guru Biologi pada Proses Pembelajaran

RPP Proses Pembelajaran


Komponen Hasil Uji Beda
Standar Standar
TPACK Nilai Nilai sig (2 tailed)
Deviasi Deviasi
PCK 84.67 11.27 78.16 12.06 0.040*
TCK 29.47 16.05 34.83 24.44 0.690
TPK 60.54 28.57 26.96 27.04 0.826
TPACK 44.83 27.19 42.36 27.66 0.721
*Nilai maksimal 100

Berdasarkan hasil di atas, pada komponen PCK diperoleh nilai sig

(0.040) < 0.05 sehingga ditemukan ada perbedaan penerapan PCK yang

signifikan antara RPP dan pelaksanaannya artinya ada ketidaksesuaian

perencanaan PCK guru dengan pelaksanaannya. Pada komponen TCK,

TPK, dan TPACK diperoleh nilai sig > 0.05 sehingga tidak ditemukan

adanya perbedaan yang signifikan antara perencanaan pada RPP dengan

pelaksanaannya dalam pembelajaran. Selain dari hasil observasi, analisis

RPP, dan tes, diperoleh hasil angket guru sebagai berikut.

Tabel 7. Hasil Angket TIK Guru Biologi di Kota Yogyakarta

Standar
Aspek Nilai Kategori
Deviasi
Pelaksanaan pembelajaran TIK 83.67 15.41 Baik
Sikap dan minat guru terhadap TIK 94.00 7.08 Sangat Baik
Pengalaman guru menggunakan TIK 81.30 20.00 Baik
Dukungan sekolah terhadap guru dalam
88.70 13.60 Sangat Baik
mengintegrasikan TIK dalam pembelajaran
*Nilai maksimal 100

Berdasarkan Tabel 7. diketahui bahwa guru merasa telah

melaksanakan pembelajaran yang terintegrasi TIK dengan baik sebesar

92
83.67. Guru juga memiliki sikap dan minat yang sangat baik sebesar 94.00

terhadap TIK. Berdasarkan pengalaman, guru memiliki pengalaman

menggunakan TIK dengan baik sebesar 81.30. Guru juga mendapatkan

dukungan sekolah untuk mengintegrasikan TIK dalam pembelajaran

dengan sangat baik sebesar 88.70. Secara umum, guru memiliki sikap,

pengalaman, dan dukungan sekolah untuk mengintegrasikan TIK dengan

sangat baik.

Guru merasa telah melaksanakan pembelajaran yang terintegrasi

TIK dengan baik. Pada pembelajaran, guru menggunakan media-media

berbasis TIK, mengarahkan peserta didik mengirim tugas ke email,

menugaskan peserta didik mencari materi biologi di internet, memberikan

link/url yang berisi materi untuk diakses peserta didik, dan memiliki forum

diskusi online baik email, grup whatsapp dll untuk sharing materi biologi.

Guru biologi merasa penggunaan media berbasis TIK mempermudah

penyampaian materi kepada peserta didik, dan penggunaan internet dapat

mendukung penerapan pendekatan, model, metode, dan media pebelajaran

di kelas. Guru juga merasa bahwa peserta didik lebih mudah memahami

materi dan lebih tertarik dengan materi yang disampaikan jika

menggunakan internet.

Sikap guru juga positif terhadap TIK, dimana guru merasa internet

sangat bermanfaat untuk mengajar. Selain itu, guru juga merasa bahwa

keterampilan TIK dapat meningkatkan kirneja guru dalam mengajar. Guru

juga sudah merasa percaya diri untuk memadukan TIK dalam

93
pembelajaran. Namun disisi lain, beberapa guru merasa khawatir peserta

didik akan mengakses situs lain yang tidak terkait pembelajaran ketika

menggunakan internet di kelas.

Dari segi pengalaman, guru telah memiliki pengalaman

menggunakan TIK dengan baik. Sebagian besar guru pernah mengikuti

pelatihan tentang cara membuat dan menggunakan media berbasis TIK

serta menerapkan hasil pelatihannya di kelas. Guru juga pernah membuat

media berbasis TIK seperti prezi, flypaper, lectora dll. Guru juga bisa

mencari materi biologi melalui google, youtube dan situs lain. Selain itu,

guru juga dapat mengunduh video, animasi, dan gambar terkait materi

biologi dari internet. Berdasarkan angket, guru juga sering mencari

informasi mengenai strategi pembelajaran yang terbaru melalui internet

dan informasi hasil penelitian/berita terbaru terkait materi biologi melalui

internet.

Dari aspek dukungan sekolah terhadap guru untuk

mengintegrasikan TIK, guru memperoleh dukungan dari dengan sangat

baik. Guru merasa, dari segi fasilitas dan koneksi internet tersedia di

sekolah dengan baik dan dapat mendukung pembelajaran. Di sekolah juga

terdapat tenaga teknis yang dapat membantu guru saat mengalami

kesulitan. Namun beberapa guru juga melaporkan bahwa koneksi internet

sekolah terkadang tidak menjangkau ke beberapa titik di sekolah sehingga

perlu menggunakan koneksi internet pribadi.

94
2. Kemampuan TPACK Guru Biologi Berdasarkan Gender Guru

Kemampuan TPACK guru dikaji berdasarkan variabel gender guru.

Data kemampuan TPACK guru biologi laki-laki dan perempuan dianalisis

secara statistika deskriptif dan inferensial dengan uji beda. Selain itu,

disajikan hasil angket yang menunjukkan sikap, minat, pengalaman, dan

dukungan sekolah terhadap TIK berdasarkan gender guru. Data hasil analisis

disajikan pada sebagai berikut.

a. Penguasaan TPACK Guru Biologi Berdasarkan Gender Guru

Penguasaan TPACK guru biologi dianalisis secara deskriptif dan

inferensial berdasarkan perbedaan antara guru laki-laki dan perempuan.

Hasil analisis disajikan pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8. Hasil Tes Penguasaan TPACK Guru Biologi Berdasarkan


Gender Guru

Guru Laki-laki Guru Perempuan


Komponen Hasil Uji Beda
Standar Standar
TPACK Nilai Nilai sig (2 tailed)
Deviasi Deviasi
PK 64.28 24.28 74.63 15.78 0.193
CK 71.42 15.73 73.04 10.63 0.756
TK 46.42 22.49 46.73 22.99 0.975
PCK 45.23 15.85 55.79 14.74 0.114
TCK 48.57 19.51 56.52 17.73 0.318
TPK 68.57 25.44 68.69 21.59 0.990
TPACK 39.28 37.79 47.82 22.50 0.462
*Nilai maksimal 100

Berdasarkan keseluruhan komponen, guru perempuan cenderung

lebih menguasai TPACK dibandingkan guru laki-laki. Pada komponen

pengetahuan pedagogik (PK) dapat diketahui guru perempuan lebih

menguasai yaitu 74.63 dibanding guru laki-laki yaitu 64.28. Pada

komponen pengetahuan konten (CK) guru perempuan cenderung lebih

95
menguasai yaitu 73.04 dibanding guru laki-laki yaitu 71.42. Pada

komponen pengetahuan mengenai teknologi (TK) juga memberikan hasil

yang sama dimana guru perempuan lebih menguasai teknologi yaitu 46.73

dibandingkan guru laki-laki yaitu 46.42. Pada integrasi pengetahuan yaitu

komponen PCK, guru perempuan cenderung mengusai PCK lebih tinggi

yaitu 55.79 dibandingkan guru laki-laki 45.23. Pada komponen lain, guru

perempuan mengusai TCK cenderung lebih tinggi yaitu 56.52

dibandingkan guru laki-laki yaitu 48.57. Pada komponen TPK, guru

perempuan cenderung lebih tinggi yaitu 68.69 dibanding guru laki-laki

68.57. Pada komponen lain yaitu TPACK, guru perempuan cenderung

lebih tinggi yaitu 47.82 cenderung lebih tinggi dibandingkan guru laki-laki

yaitu 39.28.

Hasil independent sample t test menunjukkan nilai sig > 0.05 pada

seluruh komponen TPACK. Hasil ini menunjukkan tidak ada perbedaan

penguasaan TPACK guru antara guru laki-laki dan perempuan. Oleh

karena itu dapat disimpulkan bahwa penguasaan TPACK guru tidak

dibedakan berdasarkan gender guru.

Hasil analisis kemampuan TPACK dilakukan dengan mengontrol

variabel penganggu yaitu status sertifikasi, lama mengajar, dan jenjang

pendidikan guru. Responden dalam analisis ini seluruhnya telah

bersertifikasi, mengajar lebih dari 15 tahun, dan memiliki jenjang

pendidikan S1. Hasil analisis disajikan pada Tabel berikut.

96
Tabel 9. Hasil Tes Penguasaan TPACK Guru Biologi Berdasarkan
Gender Guru dengan Variabel Penganggu

Guru Laki-laki Guru Perempuan


Komponen Hasil Uji Beda
Standar Standar
TPACK Nilai Nilai sig (2 tailed)
Deviasi Deviasi
PK 44.44 25.45 73.80 14.19 0.012*
CK 73.33 20.81 72.85 11.38 0.955
TK 50.00 25.00 44.64 22.31 0.716
PCK 38.89 19.24 54.76 13.75 0.108
TCK 46.66 11.54 52.85 18.57 0.593
TPK 73.33 30.55 65.71 21.38 0.607
TPACK 50.00 43.30 48.21 22.92 0.917
*Nilai maksimal 100

Berdasarkan Tabel diatas, penguasaan TPACK guru berdasarkan

gender dengan mengontrol variabel status sertifikasi, lama mengajar, dan

jenjang pendidikan guru diperoleh penguasaan PK antara guru laki-laki

dan perempuan berbeda signifikan dengan nilai sig (0.012) < 0.05 artinya

penguasaan PK guru dibedakan berdasarkan gender dengan mengontrol

variabel status sertifikasi, lama mengajar, dan jenjang pendidikan guru.

b. Kemampuan Perencanaan TPACK Guru Biologi pada RPP


Berdasarkan Gender Guru

Kemampuan perencanaan TPACK guru biologi dianalisis secara

deskriptif dan inferensial berdasarkan perbedaan antara guru laki-laki dan

perempuan. Hasil analisis disajikan pada Tabel 10 berikut.

Tabel 10. Kemampuan Perencanaan TPACK Guru Biologi pada RPP


Berdasarkan Gender Guru

Guru Laki-laki Guru Perempuan


Komponen Hasil Uji Beda
Standar Standar
TPACK Nilai Nilai sig (2 tailed)
Deviasi Deviasi
PCK 84.72 7.11 84.65 12.65 0.989
TCK 27.27 4.85 30.30 18.70 0.658
TPK 62.50 17.75 59.79 32.10 0.824
TPACK 46.42 23.84 44.21 28.89 0.849
*Nilai maksimal 100

97
Pada komponen PCK dalam RPP, guru laki-laki memiliki rata-rata

PCK sebesar 84.72 cenderung lebih tinggi daripada guru perempuan

sebesar 84.65 namun perbedaan rata-rata sangat kecil sehingga hasil uji t

tidak ada perbedaan yang nyata dengan nilai sig 0.989 > 0.05. Pada

komponen TCK dalam RPP, guru perempuan memiliki rata-rata nilai TCK

yaitu 30.30 cenderung lebih tinggi daripada guru laki-laki yaitu 27.27

namun hasil uji t tidak ditemukan perbedaan yang nyata dengan nilai sig

0.658 > 0.05. Pada komponen TPK dalam RPP, guru laki-laki memiliki

rata-rata nilai TPK yaitu 62.50 cenderung lebih tinggi daripada guru

perempuan yaitu 59.79 namun hasil uji t tidak ditemukan perbedaan yang

nyata dengan nilai sig 0.824 > 0.05. Pada komponen TPACK dalam RPP,

guru laki-laki memiliki rata-rata nilai TPACK yaitu 46.42 lebih tinggi

daripada guru perempuan yaitu 44.21. Secara keseluruhan, kemampuan

perencanaan TPACK tidak ada perbedaan rata-rata yang siginifikan

dengan nilai sig > 0.05 antara guru laki-laki dan perempuan sehingga

dapat disimpulkan bahwa kemampuan perencanaan TPACK guru tidak

dibedakan berdasarkan gender guru.

Kemampuan perencanaan TPACK guru pada RPP dianalisis

dengan mengontrol variabel penganggu yaitu status sertifikasi, lama

mengajar, dan latar pendidikan guru. Responden guru dalam analisis ini

seluruhnya telah bersertifikat, mengajar lebih dari 15 tahun, dan memiliki

latar belakang akademik pendidikan biologi. Hasil analisis disajikan pada

Tabel berikut.

98
Tabel 11. Kemampuan Perencanaan TPACK Guru Biologi pada RPP
Berdasarkan Gender Guru dengan Variabel Penganggu

Guru Laki-laki Guru Perempuan


Komponen Hasil Uji Beda
Standar Standar
TPACK Nilai Nilai sig (2 tailed)
Deviasi Deviasi
PCK 84.72 6.98 87.96 9.12 0.530
TCK 27.27 7.42 35.60 19.56 0.428
TPK 52.77 18.97 64.81 29.52 0.463
TPACK 42.86 32.98 47.62 30.65 0.795
*Nilai maksimal 100
.
Hasil analisis diatas menunjukkan kemampuan perencanaan PCK,

TCK, TPK, dan TPACK guru antara guru laki-laki dan perempuan tidak

berbeda signifikan dengan nilai sig > 0.05. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa kemampuan perencanaan TPACK guru tidak

dibedakan berdasarkan gender dengan mengontrol variabel status

sertifikasi, lama mengajar, dan latar belakang akademik guru.

c. Kemampuan Penerapan TPACK Guru Biologi pada Proses


Pembelajaran Berdasarkan Gender Guru

Kemampuan penerapan TPACK guru biologi dianalisis secara

deskriptif dan inferensial berdasarkan perbedaan antara guru laki-laki dan

perempuan. Hasil analisis disajikan pada Tabel 12 berikut.

Tabel 12. Kemampuan Penerapan TPACK Guru Biologi pada Proses


Pembelajaran Berdasarkan Gender Guru

Guru Laki-laki Guru Perempuan


Komponen Hasil Uji Beda
Standar Standar
TPACK Nilai Nilai sig (2 tailed)
Deviasi Deviasi
PCK 79.86 11.47 77.51 24.92 0.648
TCK 47.50 24.92 30.00 23.02 0.085
TPK 60.22 23.27 43.29 27.41 0.134
TPACK 58.92 24.66 36.05 26.58 0.044*
*Nilai maksimal 100

99
Pada komponen PCK dalam proses pembelajaran, guru laki-laki

memiliki rata-rata nilai PCK yaitu 79.86 cenderung lebih tinggi daripada

guru perempuan yaitu 77.51 namun hasil uji t menunjukkan tidak ada

perbedaan yang nyata dengan nilai sig 0.648 > 0.05. Pada komponen TCK

dalam proses pembelajaran, guru laki-laki memiliki rata-rata nilai TCK

yaitu 47.50 cenderung lebih tinggi daripada guru perempuan yaitu 30.00

namun hasil uji t menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata dengan

nilai sig 0.085 > 0.05. Pada komponen TPK dalam proses pembelajaran,

guru laki-laki memiliki rata-rata nilai TPK yaitu 60.22 cenderung lebih

tinggi daripada guru perempuan yaitu 43.29. Perbedaan rata-rata keduanya

sangat kecil sehingga tidak ada perbedaan yang nyata dengan nilai sig

0.134 > 0.05. Pada komponen TPACK dalam proses pembelajaran, guru

laki-laki memiliki rata-rata nilai TPACK yaitu 58.92 cenderung lebih

tinggi daripada guru perempuan yaitu 36.05. Hasil uji t menunjukkan ada

perbedaan yang nyata dengan nilai sig 0.044 < 0.05 sehingga dapat

disimpulkan bahwa kemampuan penerapan pada komponen TPACK guru

dibedakan berdasarkan gender guru. Kemampuan penerapan TPACK guru

laki-laki cenderung lebih tinggi dibandingkan guru perempuan.

Pada RPP dan proses pembelajaran antara guru laki-laki dengan

perempuan tidak terlalu berbeda. Dari segi pendekatan yang digunakan,

baik guru laki-laki maupun perempuan menggunakan pendekatan saintifik.

Dari segi model pembelajaran, guru perempuan menggunakan discovery

learning, inquiry, dan project based learning sedangkan guru laki-laki

100
lebih cenderung menggunakan discovery dan inquiry. Dari segi metode

pembelajaran yang dipilih guru perempuan dan laki-laki tidak berbeda

jauh yaitu ceramah, diskusi, tanya jawab, presentasi, eksperimen,

penugasan, simulasi, demonstrasi, dan resitasi. Dari segi media

pembelajaran yang digunakan juga hampir sama seperti torso,video,

gambar objek biologi, dan objek biologi real (jamur, paku,lumut) namun

terdapat beberapa guru perempuan yang menggunakan media

pembelajaran berbasis TIK seperti LMS dan virtual lab.

Dari segi sumber belajar yang digunakan, baik guru laki-laki

maupun perempuan menggunakan internet, LKPD, buku paket, dan PPT

namun beberapa guru perempuan menyiapkan handout berisi ringkasan

materi untuk diberikan kepada peserta didik. Dari segi evaluasi, guru laki-

laki dan perempuan melakukan penilaian kognitif, dan psikomotor saat

pembelajaran. Dalam penggunaan internet, baik guru laki-laki dan

perempuan mengarahkan peserta didik mencari informasi di internet

namun keduanya menunjukkan kekhawatiran jika peserta didik

menyalahgunakan smartphone untuk kegiatan nonakademis. Beberapa

guru perempuan ada yang melarang peserta didik mengeluarkan HP jika

tidak diminta oleh guru. Perbedaan pada pembelajaran, guru perempuan

memberikan nilai-nilai spiritual yang berkaitan dengan materi.

Selain itu, beberapa guru perempuan menegur seluruh peserta didik

untuk merapikan kelas dan memungut sampah yang berserakan dilantai

dan dibuang ke tempat sampah. Guru perempuan juga menegur peserta

101
didik yang tidak rapih memakai seragam. Saat ada peserta didik yang tidak

memperhatikan/ramai, respon guru perempuan dan laki-laki adalah sama

yaitu menegurnya. Saat pembelajaran, ada beberapa guru laki-laki

langsung mencari gambar maupun video melalui internet dan ditayangkan

langsung di kelas melalui projector sedangkan ada beberapa guru

perempuan yang mengajarkan peserta didik untuk mencari materi melalui

google cendekia dan bukan pada wikipedia atau blogspot.

Kemampuan penerapan TPACK berdasarkan gender juga

dianalisis dengan mengontrol variabel penganggu yaitu status sertifikasi,

lama mengajar, dan latar belakang akademik guru. Responden dalam

analisis ini memiliki karakteristik bersertifikat, mengajar lebih dari 15

tahun, dan lulusan akademik pendidikan biologi. Hasil analisis data

disajikan pada Tabel berikut.

Tabel 13. Kemampuan Penerapan TPACK Guru Biologi pada Proses


Pembelajaran Berdasarkan Gender Guru dengan Variabel Penganggu

Guru Laki-laki Guru Perempuan


Komponen Hasil Uji Beda
Standar Standar
TPACK Nilai Nilai sig (2 tailed)
Deviasi Deviasi
PCK 88.88 4.53 76.85 11.56 0.066
TCK 60.00 14.14 20.83 21.51 0.005*
TPK 75.00 13.63 30.30 28.31 0.010*
TPACK 71.42 20.20 27.38 30.12 0.017*
*Nilai maksimal 100

Berdasarkan Tabel diatas, kemampuan penerapan TCK guru

berbeda signifikan antara guru laki-laki dan perempuan dengan nilai sig

(0.005) < 0.05, komponen TPK dengan nilai sig (0.010) < 0.05 dan

komponen TPACK dengan nilai sig (0.017) < 0.05 artinya kemampuan

penerapan TCK, TPK, dan TPACK guru pada proses pembelajaran

102
dibedakan berdasarkan gender dengan mengontrol variabel status

sertifikasi, lama mengajar, dan latar belakang akademik guru namun pada

komponen PCK diperoleh nilai sig (0.066) > 0.05 artinya kemampuan

penerapan PCK guru laki-laki dan perempuan tidak diberbeda secara

signifikan.

Selain dari hasil observasi, analisis RPP, dan tes, diperoleh hasil

angket guru. Data angket yang dihimpun untuk mengetahui sejauh mana

penggunaan teknologi guru dalam proses pembelajaran, sikap dan minat

guru terhadap teknologi, pengalaman menggunakan teknologi, dan

dukungan dari sekolah dalam mengintegrasikan teknologi dalam

pembelajaran. Data angket guru dianalisis secara deskriptif dan disajikan

dalam bentuk Tabel 14. berikut.

Tabel 14. Hasil Angket TPACK Guru Biologi di Kota Yogyakarta


Berdasarkan Gender Guru

Guru Laki-laki Guru Perempuan


Aspek
Nilai SD Kategori Nilai SD Kategori
Pelaksanaan pembelajaran
83.67 12.85 Baik 83.67 16.47 Baik
terintegrasi TIK
Sikap dan minat guru terhadap Sangat Sangat
96.83 5.42 93.12 0.67
TIK Baik Baik
Pengalaman guru Sangat
87.50 27.95 79.17 1.35 Baik
menggunakan TIK Baik
Dukungan sekolah terhadap
Sangat Sangat
guru dalam mengintegrasikan 90.48 13.11 88.10 0.85
Baik Baik
TIK dalam pembelajaran
*Nilai maksimal 100

Berdasarkan Tabel 14 diatas, guru laki-laki dan perempuan

melaksanakan pembelajaran terintegrasi TIK dengan sangat baik sebesar

83.67. Guru laki-laki dan perempuan memiliki sikap dan minat yang

103
sangat baik terhadap TIK namun guru laki-laki cenderung lebih tinggi

yaitu 96.83 dibanding guru perempuan yaitu 93.12. Dari segi pengalaman,

guru laki-laki memiliki pengalaman menggunakan TIK lebih banyak yaitu

87.50 dibandingkan guru perempuan yaitu 79.17 namun keduannya berada

pada kategori sangat baik dan baik. Guru laki-laki memiliki dukungan

sekolah dengan sangat baik yaitu 90.48 dibandingkan guru perempuan

yaitu 88.10 dengan kategori sangat baik. Secara keseluruhan, guru laki-

laki cenderung menampilkan lebih tinggi pada pelaksanaan pembelajaran

terintegrasi TIK, sikap, minat, pengalaman, dan dukungan sekolah

terhadap TIK dibandingkan guru perempuan.

3. Kemampuan TPACK Guru Biologi Berdasarkan Status Sekolah

Kemampuan TPACK dikaji berdasarkan variabel status sekolah. Data

kemampuan TPACK guru biologi yang mengajar di SMA Negeri dan SMA

Swasta yang dibandingkan secara statistika deskriptif dan inferensial dengan

uji beda. Data hasil analisis disajikan sebagai berikut.

a. Penguasaan TPACK Guru Biologi Berdasarkan Status Sekolah

Penguasaan TPACK guru biologi diperoleh dari hasil tes. Data

penguasaan TPACK guru dianalisis secara deskriptif dan inferensial untuk

melihat ada tidaknya perbedaan penguasaan antara guru SMA Negeri dan

Swasta. Berikut disajikan hasil analisis penguasaan TPACK secara

deskriptif pada Tabel 15 berikut.

104
Tabel 15. Hasil Tes Penguasaan TPACK Guru Biologi Berdasarkan
Status Sekolah

SMA Negeri SMA Swasta


Komponen Hasil Uji Beda
Standar Standar
TPACK Nilai Nilai sig (2 tailed)
Deviasi Deviasi
PK 69.60 19.74 75.64 16.12 0.378
CK 72.35 13.47 73.07 9.47 0.870
TK 48.52 20.67 44.23 25.31 0.613
PCK 50.98 16.10 56.41 14.49 0.348
TCK 51.76 20.07 58.46 15.19 0.325
TPK 71.76 24.55 64.61 18.53 0.389
TPACK 45.58 25.36 46.15 28.58 0.955
*Nilai maksimal 100

Berdasarkan Tabel 15 di atas, guru sekolah swasta cenderung lebih

mengusai PK yaitu 75.64 dibandingkan guru sekolah negeri yaitu 69.60.

Pada komponen CK, guru sekolah swasta juga cenderung lebih menguasai

CK yaitu 73.07 dibandingkan guru sekolah negeri yaitu 72.35. Pada

komponen TK, guru sekolah negeri justru lebih menguasai TK cenderung

lebih tinggi yaitu 48.52 dibandingkan guru sekolah swasta yaitu 44.23.

Pada komponen PCK, guru sekolah swasta cenderung lebih menguasai

PCK yaitu 56.41 dibandingkan guru sekolah negeri yaitu 50.98. Pada

komponen TCK, guru sekolah swasta masih cenderung lebih tinggi yaitu

58.46 dibandingkan guru sekolah negeri yaitu 51.76. Pada komponen lain,

guru sekolah negeri cenderung lebih menguasai TPK yaitu 71.76

dibandingkan guru sekolah swasta yaitu 64.61. Pada komponen TPACK,

guru sekolah swasta juga lebih cenderung mengusai yaitu 46.15

dibandingkan guru sekolah negeri yaitu 45.58. Hasil uji beda pada setiap

komponen TPACK menunjukkan tidak ada perbedaan rata-rata yang nyata

antara guru yang mengajar di sekolah negeri dan swasta dengan nilai sig >

105
0.05 sehingga dapat disimpulkan penguasaan TPACK guru tidak berbeda

berdasarkan status sekolah.

Kemampuan penguasaan TPACK guru berdasarkan status sekolah

juga dianalisis dengan mengontrol variabel status sertifikasi, lama

mengajar, dan jenjang pendidikan guru. Responden guru memiliki

karakteristik bersertifikasi, telah mengajar lebih dari 15 tahun, dan

memiliki jenjang pendidikan S1. Hasil analisis disajikan pada Tabel

berikut.

Tabel 16. Hasil Tes Penguasaan TPACK Guru Biologi Berdasarkan


Status Sekolah dengan Variabel Penganggu

SMA Negeri SMA Swasta


Komponen Hasil Uji Beda
Standar Standar
TPACK Nilai Nilai sig (2 tailed)
Deviasi Deviasi
PK 69.44 22.28 66.66 11.78 0.798
CK 73.33 14.35 72.00 8.36 0.850
TK 43.75 18.84 50.00 30.61 0.611
PCK 51.38 16.60 53.33 13.94 0.822
TCK 51.66 19.92 52.00 10.95 0.973
TPK 70.00 26.28 60.00 0.00 0.417
TPACK 45.83 25.74 55.00 27.38 0.521
*Nilai maksimal 100

Berdasarkan Tabel di atas, hasil analisis independent sample t test

diperoleh nilai sig > 0.05 pada komponen PCK, TCK, TPK, dan TPACK

guru artinya tidak ada perbedaan penguasaan TPACK guru di sekolah negeri

maupun swasta. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa penguasaan

TPACK guru tidak dibedakan berdasarkan status sekolah dengan

mengontrol variabel status sertifikasi, lama mengajar, dan jenjang

pendidikan guru.

106
b. Kemampuan Perencanaan TPACK Guru Biologi pada RPP
Berdasarkan Status Sekolah

Kemampuan perencanaan TPACK guru biologi dianalisis secara

deskriptif dan inferensial berdasarkan perbedaan antara guru SMA Negeri

dan Swasta. Hasil analisis disajikan pada Tabel 17 berikut.

Tabel 17 Kemampuan Penerapan TPACK Guru Biologi pada RPP


Berdasarkan Status Sekolah

SMA Negeri SMA Swasta


Komponen Hasil Uji Beda
Standar Standar
TPACK Nilai Nilai sig (2 tailed)
Deviasi Deviasi
PCK 86.90 8.32 82.59 13.42 0.312
TCK 25.32 17.89 33.33 13.60 0.184
TPK 56.35 34.16 64.44 22.69 0.456
TPACK 40.81 29.57 48.57 25.20 0.453
*Nilai maksimal 100

Berdasarkan Tabel 17 diatas dapat diketahui bahwa pada

komponen PCK dalam RPP, guru biologi SMA negeri mampu

merencanakan PCK dengan kecenderungan lebih baik yaitu 86.90

dibandingkan guru SMA swasta yaitu 82.59. Pada komponen TCK dalam

RPP, guru SMA swasta memiliki kecenderungan rata-rata TCK yang lebih

tinggi yaitu 33.33 dibandingkan guru sekolah negeri yaitu 25.32. Pada

komponen TPK dalam RPP, juga menunjukkan hasil yang sama dimana

guru sekolah swasta memiliki rata-rata lebih tinggi yaitu 64.44

dibandingkan guru sekolah negeri yaitu 56.35. Selanjutnya pada

komponen TPACK dalam RPP juga menunjukkan guru sekolah swasta

cenderung lebih tinggi yaitu 48.57 dibandingkan guru sekolah negeri yaitu

40.81. Hasil uji lebih lanjut dengan uji t pada setiap komponen TPACK

menunjukkan tidak ada perbedaan nyata PCK, TCK, TPK, dan TPACK

107
pada guru SMA Negeri dan Swasta dengan nilai sig PCK 0.312 > 0.05, sig

TCK 0.184 > 0.05, sig TPK 0.456 > 0.05, dan sig TPACK 0.453 > 0.05.

Nilai signifikansi yang diperoleh lebih dari 0.05 artinya tidak terdapat

perbedaan rata-rata yang signifikan antara guru SMA Negeri dan SMA

Swasta sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan perencanaan TPACK

guru tidak berbeda berdasarkan status sekolah.

Kemampuan perencanaan TPACK guru juga dianalisis dengan

mempertimbangkan variabel penganggu. Variabel penganggu yang

dikontrol yaitu status sertifikasi, lama mengajar, dan latar belakang

akademik guru. Responden guru seluruhnya bersertifikasi, mengajar lebih

dari 15 tahun, dan lulusan pendidikan biologi. Hasil analisis disajikan pada

Tabel berikut.

Tabel 18. Kemampuan Perencanaan TPACK Guru Biologi


Berdasarkan Status Sekolah dengan Variabel Penganggu

Guru Laki-laki Guru Perempuan


Komponen Hasil Uji Beda
Standar Standar
TPACK Nilai Nilai sig (2 tailed)
Deviasi Deviasi
PCK 87.65 7.74 86.50 10.06 0.800
TCK 31.31 17.67 36.36 18.18 0.584
TPK 62.96 29.39 60.31 26.33 0.855
TPACK 47.62 29.39 44.90 33.42 0.865
*Nilai maksimal 100

Berdasarkan Tabel di atas, hasil analisis independent sample t test

diperoleh nilai sig > 0.05 pada komponen PCK, TCK, TPK, dan TPACK

guru artinya tidak ada perbedaan kemampuan perencanaan TPACK guru

di sekolah negeri maupun swasta. Oleh karena itu dapat disimpulkan

bahwa kemampuan perencanaan TPACK guru tidak dibedakan

108
berdasarkan status sekolah dengan mengontrol variabel status sertifikasi,

lama mengajar, dan latar belakang akademik guru.

c. Kemampuan Penerapan TPACK Guru Biologi pada Proses


Pembelajaran Berdasarkan Status Sekolah

Kemampuan penerapan TPACK guru biologi dianalisis secara

deskriptif dan inferensial berdasarkan perbedaan antara guru SMA Negeri

dan Swasta. Hasil analisis disajikan pada Tabel 19 berikut.

Tabel 19. Kemampuan Penerapan TPACK Guru Biologi pada Proses


Pembelajaran Berdasarkan Status Sekolah

SMA Negeri SMA Swasta


Komponen Hasil Uji Beda
Standar Standar
TPACK Nilai Nilai Sig (2 tailed)
Deviasi Deviasi
PCK 76.58 9.28 79.33 14.34 0.507
TCK 32.14 26.65 37.33 22.82 0.577
TPK 44.15 28.71 51.51 25.86 0.474
TPACK 38.77 29.87 45.71 26.00 0.510
*Nilai maksimal 100

Berdasarkan Tabel 19 diatas dapat diketahui bahwa pada

komponen PCK dalam proses pembelajaran, guru biologi SMA swasta

mampu merencanakan PCK dengan kecenderungan lebih baik yaitu 79.33

dibandingkan guru SMA negeri yaitu 76.58. Pada komponen TCK dalam

proses pembelajaran, guru SMA swasta memiliki kecenderungan rata-rata

TCK yang lebih tinggi yaitu 37.33 dibandingkan guru sekolah negeri yaitu

32.14. Pada komponen TPK dalam proses pembelajaran, juga

menunjukkan hasil yang serupa dimana guru sekolah swasta memiliki

rata-rata lebih tinggi yaitu 51.51 dibandingkan guru sekolah negeri yaitu

44.15. Selanjutnya pada komponen TPACK dalam proses pembelajaran

juga menunjukkan guru sekolah swasta cenderung lebih tinggi yaitu 45.71

109
dibandingkan guru sekolah negeri yaitu 38.77. Hasil uji t pada setiap

komponen menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antara rata-rata

guru yang mengajar di sekolah negeri dan swasta dengan nilai sig > 0.05

sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan penerapan TPACK guru tidak

berbeda berdasarkan status sekolah. Secara keseluruhan, kemampuan

penerapan TPACK guru sekolah swasta cenderung lebih tinggi

dibandingkan guru sekolah negeri.

Pada proses pembelajaran, guru yang mengajar di sekolah negeri

dan swasta tidak berbeda jauh. Sebagian besar guru sekolah negeri dan

swasta menggunakan pedekatan saintifik dan model pembelajaran

discovery, inquiry, dan project based learning. Pemilihan metode

pembelajaran juga hampir sama yaitu ceramah, diskusi, tanya jawab,

pemberian tugas, simulasi, demonstrasi, experimen, dan resitasi. Dari segi

media pembelajaran, kedua sekolah menggunakan video, gambar, dan real

objek biologi namun beberapa sekolah swasta menggunakan LMS (e -

learning) dan torso sedangkan sekolah negeri ada yang menggunakan

virtual lab. Dari segi sumber belajar, kedua sekolah menggunakan buku

paket, internet, LKPD, dan PPT. Dari segi evaluasi juga hampir sama

seperti pretest-posttest, penugasan, penilaian presentasi, dan mencatat

keaktifan peserta didik bertanya namun di sekolah swasta penilaian UH

dan posttest menggunakan LMS.

Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru sekolah negeri

menugaskan peserta didik membersihkan kelas dan menegur yang tidak

110
disiplin sedangkan guru sekolah swasta mengajarkan nilai-nilai spiritual

terkait materi. Dari segi fasilitas wifi, di kedua sekolah tersedia namun

beberapa sekolah negeri dan swasta terkadang wifi tidak bisa digunakan

pada beberapa titik lokasi sekolah. Kedua guru sekolah negeri dan swasta

mengarahkan peserta didik untuk mencari materi di internet.

Kemampuan penerapan TPACK guru juga dianalisis dengan

mempertimbangan variabel penganggu. Variabel penganggu yang

dikontrol yaitu status sertifikasi, lama mengajar, dan latar belakang

akademik guru. Responden guru seluruhnya bersertifikasi, mengajar lebih

dari 15 tahun, dan lulusan pendidikan biologi. Hasil analisis disajikan pada

Tabel berikut.

Tabel 20. Kemampuan Penerapan TPACK Guru Biologi Berdasarkan


Status Sekolah dengan Variabel Penganggu

Guru Laki-laki Guru Perempuan


Komponen Hasil Uji Beda
Standar Standar
TPACK Nilai Nilai sig (2 tailed)
Deviasi Deviasi
PCK 78.39 9.39 81.74 14.23 0.580
TCK 26.66 28.72 35.71 23.70 0.512
TPK 38.38 34.55 45.45 30.60 0.676
TPACK 34.92 37.19 42.85 30.86 0.656
*Nilai maksimal 100

Berdasarkan Tabel di atas, hasil analisis independent sample t test

diperoleh nilai sig > 0.05 pada komponen PCK, TCK, TPK, dan TPACK

guru artinya tidak ada perbedaan kemampuan penerapan TPACK guru di

sekolah negeri maupun swasta. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa

kemampuan penerapan TPACK guru tidak dibedakan berdasarkan status

sekolah dengan mengontrol variabel status sertifikasi, lama mengajar, dan

111
latar belakang akademik guru. Selanjutnya, berikut disajikan hasil analisis

data angket guru pada Tabel 21.

Tabel 21. Hasil Angket TIK Guru Biologi di Kota Yogyakarta Berdasarkan
Status Sekolah

SMA Negeri SMA Swasta


Aspek
Nilai SD Kriteria Nilai SD Kriteria
Pelaksanaan pembelajaran Sangat
82.42 14.47 Baik 84.76 16.61
terintegrasi TIK Baik
Sikap dan minat guru terhadap Sangat Sangat
94.87 7.34 93.33 7.02
TIK Baik Baik
Pengalaman guru menggunakan Sangat
77.88 24.02 Baik 84.17 15.99
TIK Baik
Dukungan sekolah terhadap guru
Sangat Sangat
dalam mengintegrasikan TIK 85.90 11.48 91.11 15.25
Baik Baik
dalam pembelajaran
*Nilai maksimal 100

Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa guru sekolah swasta telah

melaksanakan pembelajaran yang terintegrasi TIK dengan sangat baik yaitu

84.76 sedangkan guru sekolah negeri juga telah melaksanakan dengan baik

yaitu 82.42. Sikap dan minat guru sekolah swasta sangat positif yaitu 93.33

dan guru sekolah negeri yaitu 94.87 dengan kategori sangat baik. Dari segi

pengalaman, guru sekolah swasta memiliki pengalaman terhadap TIK dengan

sangat baik yaitu 84.17 sedangkan guru sekolah negeri yaitu 77.88 dengan

kategori baik. Guru sekolah swasta merasa diberikan dukungan dari sekolah

dengan sangat baik yaitu 91.11 untuk mengintegrasikan TIK dalam

pembelajaran sedangkan guru sekolah negeri juga merasa mendapat dukungan

yang baik yaitu 85.90 dari sekolah.

112
4. Kemampuan TPACK Guru Biologi Berdasarkan Gender Guru dalam
Status Sekolah

Kemampuan TPACK guru dikaji berdasarkan variabel gender guru

yang tersarang pada status sekolah negeri dan swasta. Data kemampuan

TPACK guru biologi laki-laki dan perempuan dibandingkan pada sekolah

dimana guru mengajar yaitu sekolah negeri atau swasta. Faktor gender guru

tersarang pada faktor status sekolah. Keempat kelompok yang diuji yaitu

antara kelompok guru laki-laki dan guru perempuan sekolah negeri dan

swasta. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistika melalui

analisis multiway anova. Data hasil analisis disajikan pada sebagai berikut.

a. Penguasaan TPACK Guru Biologi Berdasarkan Gender Guru


dalam Status Sekolah

Penguasaan TPACK guru biologi dianalisis secara inferensial

mengenai ada tidaknya perbedaan penguasaan TPACK guru laki-laki dan

perempuan dalam status sekolah negeri dan swasta. Hasil analisis

disajikan pada Tabel 22 berikut.

Tabel 22. Hasil Tes Penguasaan TPACK Guru Biologi Berdasarkan Gender
Guru dalam Status Sekolah

Komponen Status Sekolah Gender dalam Status Sekolah


TPACK Fhitung Ftabel(1; 26) Fhitung Ftabel(2; 26)
PK 0.80126 4.23 0.97789 3.37
CK 0.00981 4.23 0.00609 3.37
TK 0.01018 4.23 0.04381 3.37
PCK 0.03600 4.23 0.05356 3.37
TCK 0.03761 4.23 0.02462 3.37
TPK 0.02865 4.23 0.02405 3.37
TPACK 0.00019 4.23 0.01010 3.37
.
Berdasarkan hasil analisis pada faktor status sekolah dapat

diketahui nilai F hitung < F tabel pada seluruh komponen PK, CK, TK,

113
PCK, TCK, TPK, dan TPACK artinya tidak ada perbedaan yang signifikan

penguasaan guru pada status sekolah negeri dan swasta dalam

mempengaruhi penguasaan TPACK guru. Hasil analisis faktor gender

dalam status sekolah didapatkan nilai F hitung < F tabel artinya tidak ada

perbedaan yang signifikan gender pada status sekolah negeri dan swasta

dalam mempengaruhi penguasaan TPACK guru. Oleh karena itu dapat

disimpulkan bahwa penguasaan TPACK antara guru laki-laki dan

perempuan berdasarkan status sekolah negeri dan swasta tidak berbeda.

b. Kemampuan Perencanaan TPACK Guru Biologi pada RPP


Berdasarkan Gender Guru dalam Status Sekolah

Kemampuan perencanaan TPACK guru biologi dianalisis secara

inferensial berdasarkan faktor status sekolah dan gender dalam status

sekolah. Hasil analisis disajikan pada Tabel 23 berikut.

Tabel 23. Kemampuan Perencanaan TPACK Guru Biologi pada RPP


Berdasarkan Gender Guru dalam Status Sekolah

Komponen Status Sekolah Gender dalam Status Sekolah


TPACK Fhitung Ftabel(1; 25) Fhitung Ftabel(2; 25)
PCK 0.04269 4.24 0.04263 3.39
TCK 0.07109 4.24 0.01696 3.39
TPK 0.02131 4.24 0.01199 3.39
TPACK 0.02152 4.24 0.00085 3.39

Berdasarkan faktor status sekolah, hasil analisis menunjukkan

seluruh komponen PCK, TCK, TPK, dan TPACK memiliki F hitung < F

tabel artinya tidak ada perbedaan yang signifikan kemampuan perencanaan

TPACK berdasarkan status sekolah. Selain itu, hasil analisis faktor gender

guru dalam status sekolah negeri dan swasta menunjukkan hasil yang

serupa dengan nilai F hitung < F tabel yang artinya tidak ada perbedaan

114
yang signifikan kemampuan perencanaan TPACK antara guru laki-laki

dan perempuan dalam status sekolah. Oleh karena itu dapat disimpulkan

bahwa kemampuan perencanaan TPACK antara guru laki-laki dan

perempuan berdasarkan status sekolah negeri dan swasta tidak berbeda.

c. Kemampuan Penerapan TPACK Guru Biologi pada Proses


Pembelajaran Berdasarkan Gender Guru dalam Status Sekolah

Kemampuan penerapan TPACK guru biologi dianalisis secara

inferensial berdasarkan faktor status sekolah dan faktor gender dalam

status sekolah. Hasil analisis disajikan pada Tabel 24 berikut.

Tabel 24. Kemampuan Penerapan TPACK Guru Biologi pada Proses


Pembelajaran Berdasarkan Gender Guru dalam Status Sekolah

Komponen Status Sekolah Gender dalam Status Sekolah


TPACK Fhitung Ftabel(1; 25) Fhitung Ftabel(2; 25)
PCK 0.01705 4.24 0.00956 3.39
TCK 0.01325 4.24 0.07302 3.39
TPK 0.02202 4.24 0.06395 3.39
TPACK 0.02039 4.24 0.11644 3.39

Pada faktor status sekolah diperoleh nilai F hitung < F tabel pada

semua komponen TPACK artinya kemampuan penerapan TPACK guru

berdasarkan status sekolah tidak berbeda. Selain itu, hasil analisis

menunjukkan tidak ada perbedaan kemampuan penerapan TPACK antara guru

laki-laki dan perempuan pada status sekolah negeri dan swasta dimana nilai F

hitung < F tabel. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kemampuan

perencanaan TPACK antara guru laki-laki dan perempuan berdasarkan status

sekolah negeri dan swasta tidak berbeda.

115
C. Pembahasan

1. Deskripsi Kemampuan TPACK Guru Biologi di Kota Yogyakarta

Pengukuran TPACK guru meliputi penguasaan TPACK guru dari hasil

tes, kemampuan guru dalam perencanaan TPACK pada RPP dan kemampuan

penerapan TPACK pada proses pembelajaran, dan hasil angket guru meliputi

sikap, minat, dan pengalaman TIK guru serta dukungan sekolah dalam

pegintegrasian TIK.

Berdasarkan Tabel 4, penguasaan TPACK dapat diketahui bahwa guru

telah menguasai PK dan CK dengan kategori baik. Komponen PCK, TCK,

dan TPK dengan kategori cukup baik sedangkan TK dan TPACK berada

paling rendah dengan kategori kurang baik. Secara umum, guru sudah

menguasai pengetahuan tentang pedagogik dan konten namun masih kurang

menguasai pengetahuan tentang teknologi. Hasil ini sesuai dengan pengukuran

UKG guru biologi di Kota Yogyakarta. Berdasarkan hasil UKG tahun 2015,

guru biologi di SMA menguasai pedagogik (PK) sebesar 63.17, profesional

(CK) sebesar 74.22, dan total (PCK) sebesar 70.90. Nilai ini sudah mencapai

diatas nilai minimum sebesar 55.00 yang ditetapkan pemerintah. Hasil ini

menunjukkan bahwa, guru biologi kota Yogyakarta sudah menguasai

pengetahuan pedagogik dan konten serta sudah dapat menerapkannya dengan

baik dalam pelaksanaan pembelajaran.

Berdasarkan Tabel 5, kemampuan perencanaan PCK guru berada pada

kategori baik. Komponen TPK guru sudah cukup baik sedangkan komponen

TPACK guru berada pada kategori kurang baik. Komponen terendah adalah

116
TCK dengan kategori tidak baik. Hasil ini menunjukkan guru masih kurang

optimal dalam melibatkan teknologi dalam perencanaan pembelajaran

terutama pada komponen terendah yaitu TCK. Guru masih kurang melibatkan

teknologi untuk menyampaikan materi biologi kepada peserta didik. Padahal,

karakteristik beberapa materi biologi adalah kompleks dan abstrak sehingga

diperlukan teknologi untuk membantu peserta didik dalam memahaminya.

Melalui internet, peserta didik dapat mengakses sumber-sumber informasi

tanpa batas dan aktual yang dapat diperoleh dalam waktu yang singkat dan

cepat. Berbagai referensi, jurnal, ebook, maupun hasil penelitian lain

dipublikasikan di internet dan tersedia dalam jumlah yang melimpah. Hal ini

memudahkan peserta didik untuk dapat mengakses materi pelajaran yang

dibutuhkan dengan cepat.

Berdasarkan Tabel 6, kemampuan penerapan PCK guru pada proses

pembelajaran berada pada kategori baik sedangkan pada komponen TCK,

TPK, dan TPACK berada pada kategori tidak baik. Hasil ini menunjukkan

bahwa pada proses pembelajaran, guru masih kurang optimal dalam

mengintegrasikan teknologi untuk mendukung kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan hasil penguasaan TPACK, kemampuan perencanaan

TPACK pada RPP, dan kemampuan penerapan TPACK guru pada proses

pembelajaran dapat disimpulkan bahwa penguasaan PK, CK, PCK, TCK, dan

TPK guru sudah baik sedangkan penguasaan TK dan TPACK guru masih

kurang. Hasil ini sesuai dengan penelilitian Suryawati (2014: 68-71), Saltan &

Arslan, (2017: 9), dan Agustin, et al., (2018: 3) menunjukkan bahwa

117
kemampuan guru biologi yang paling rendah adalah TK dan yang paling baik

adalah PCK, sedangkan kemampuan PK, CK, TCK, TPK, dan TPACK adalah

baik. Beberapa penelitian menunjukkan hasil yang serupa yaitu guru sains

memiliki nilai TK dan TPACK yang lebih rendah dibandingkan CK dan PCK

guru. Hal ini menunjukkan bahwa guru sains lebih percaya diri pada

pengetahuan mengenai konten dan pedagogik (PCK) namun kurang percaya

diri terhadap pengetahuan teknologi serta integrasinya dengan konten dan

pedagogik (TCK, TPK) (Jang & Tsai, 2013: 575; Bas & Senturk, 2018: 51).

Pada komponen PCK, hasil tes menunjukkan kategori yang baik dan

pada perencanaan maupun penerapan pada proses pembelajaran juga

menunjukkan hasil yang baik artinya guru telah menerapkan PCK guru yang

baik pada RPP dan proses pembelajaran dengan baik juga. Pada komponen

lain yaitu TCK, TPK, dan TPACK, hasil tes menunjukkan guru telah cukup

baik menguasai pengetahuan tesebut namun pada perencanaan maupun

pelaksanaan pembelajaran guru berada pada kategori kurang baik. Hasil ini

menunjukkan bahwa guru belum menerapkan pengetahuannya ke dalam RPP

dan proses pembelajaran secara optimal. Hasil serupa ditemukan oleh Decoito

& Richardson (2018: 374) dan So & Kim (2009: 111) yang menunjukkan

bahwa guru telah memiliki sikap dan pengetahuan yang baik tentang

pedagogik dan integrasi teknologi dalam pembelajaran, namun dalam

pembelajaran yang real di kelas menunjukkan guru tidak mampu menerapkan

pengetahuannya untuk menciptakan pembelajaran yang terintegrasi TIK. Wu,

et al (2016: 537) dan Chen (2008: 69) menjelaskan bahwa dalam banyak

118
kasus, guru cenderung percaya diri dengan kemampuan TPACKnya dan

memiliki niat untuk mengintegrasikan TIK dalam pembelajaran namun pada

kondisi real praktik, guru tidak menerapkan TIK dalam pembelajaran. Hasil

tersebut juga serupa dengan penelitian Agyei & Voogt (2011: 2318) bahwa

berdasarkan hasil analisis dokumen RPP menunjukkan guru memiliki TPACK

yang baik sedangkan hasil observasi pembelajaran telah tampak integrasi

TPACK guru dalam pembelajaran namun relatif lebih rendah dibandingkan

RPP dan angket.

Selain itu, hasil tersebut menunjukkan bahwa guru masih memiliki

permasalahan dalam mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran.

Padahal, pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 adalah belajar berbasis

aneka sumber, peserta didik mencari tahu sendiri informasi, dan pemanfaatan

teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk meningkatkan efisiensi dan

efektivitas pembelajaran. Penggunaan teknologi masih sangat terbatas pada

PPT. Berdasarkan hasil wawancara peserta didik, Pada umumnya, peserta

didik biasanya belajar dengan PPT yang dijelaskan guru saat pembelajaran.

Hasil serupa ditemukan oleh Lestari (2015: 562) dan Husain (2014: 186-189)

yang menunjukkan bahwa kemampuan perencanaan dan penerapan dari

TPACK guru biologi masih kurang melibatkan teknologi atau internet,

teknologi yang digunakan guru hanya sebatas penggunaan power point (PPT)

sedangkan penggunaan internet terbatas pada kegiatan browsing untuk

mencari infomasi tentang materi pembelajaran. Pelibatan teknologi sebagai

satu sistem yang terintegrasi dalam pembelajaran masih belum diterapkan

119
guru seperti pemanfaatan email, website pendidikan, dan blog masih kurang

optimal.

Penggunaan TIK yang kurang optimal untuk pembelajaran biologi

tentu tidak sesuai dengan pembelajaran abad 21. Selain itu, berdasarkan

Kurikulum 2013 bahwa teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam

Kurikulum 2013 bukan sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri melainkan

sebagai sarana pembelajaran yang diintegrasikan pada semua mata pelajaran

tidak terkecuali mata pelajaran biologi. Dalam materi biologi terdapat materi-

materi yang memiliki karakteristik abstrak dan kompleks. Karakteristik materi

tersebut menyebabkan peserta didik lebih kesulitan dalam memahami materi

sehingga diperlukan bantuan TIK dalam proses pembelajaran. Menurut Wu

(2013: 75) dan Hsu (2015: 18) sains merupakan materi yang lebih abstrak dan

sulit divisualisasikan dengan mudah serta aman untuk peserta didik sehingga

guru sains cenderung lebih banyak menggunakan teknologi saat pembelajaran.

Karakteristik materi biologi sebagai bagian dari sains yaitu dari konkret

hingga abstrak dan sederhana hingga kompleks sangat berpotensi untuk

melibatkan teknologi dalam pembelajaran untuk membantu peserta didik lebih

memahami materi lebih mudah. Oleh karena itu, pembelajaran sains

memerlukan TPACK guru dengan kualitas tinggi (Hsu, 2015: 11)

Kurangnya keterlibatan TIK oleh guru dapat disebabkan karena usia

guru yang sudah senior. Menurut Rogers (1971: 249) karakteristik adopter

inovasi later majority biasanya berusia tua, kurang percaya terhadap inovasi,

sangat berhati-hati, dan memiliki kecurigaan serta keraguan terhadap fungsi

120
dan manfaat inovasi sehingga sedikit lebih lama untuk menerima dan

menerapkan inovasi yang baru. Karakter ini hampir sama dengan kondisi guru

di kota Yogyakarta dimana 65.53 % dari total guru telah mengajar lebih dari

15 tahun dan rata-rata merupakan guru senior. Hasil wawancara, guru masih

memiliki kekhawatiran untuk menerapkan TIK karena guru berkali-kali

mengingatkan peserta didik agar menggunakan smartphone hanya untuk

belajar. Beberapa guru justru tidak memperbolehkan peserta didik

mengeluarkan smartphone saat pembelajaran. Melalui internet, peserta didik

dapat mengakses berbagai informasi secara cepat dan mudah namun

kekhawatiran yang muncul bahwa informasi yang disajikan bisa secara bebas

tanpa adanya verifikasi (Bitok, 2012: 2281). Oleh karena itu, perlu ada

pengawasan, bimbingan, dan melakukan klarifikasi dari guru jika ada konsep

yang salah sehingga tidak menimbulkan miskonsepsi.

Usia dapat mempengaruhi tingkat adopsi TIK guru dalam

pembelajaran. Hasil penelitian Schiller (2008: 176) menjelaskan usia

mempengaruhi penggunaan internet dimana usia kurang dari 50 tahun

cenderung lebih sering menggunakan internet dibandingkan usia diatas 50

tahun sedangkan penelitian Gode, Obegi, & Macharia (2014: 971)

menemukan bahwa usia mempengaruhi integrasi TIK dalam proses belajar

mengajar dimana 69.56% guru dengan usia antara 31-49 tahun telah

mengadopsi TIK sedangkan hanya 3.13% guru berusia 50 tahun yang

mengadopsi TIK dalam pembelajaran. Hasil survei APJII (2017: 9) Pengguna

internet berdasarkan usia paling tinggi adalah 13-18 tahun sebesar 75.50%,

121
19-34 tahun sebesar 74.23%, 35-54 tahun sebesar 44.06%, dan > 54 tahun

sebesar 15/72%. Oleh karena itu dapat disimpulkan semakin usia bertambah

penggunaan internet semakin berkurang.

Alasan lain adalah rendahnya pengetahuan guru mengenai teknologi

(TK). Hasil tes menunjukkan TK guru masih kurang baik. Rendahnya TK

menyebabkan guru tidak memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan

teknologi, pedagogik, dan konten sehingga guru tidak memiliki kemampuan

TPACK (Kafyulilo, 2010: 14). Menurut Balanskat. et al. (2006: 43) bahwa

kurangnya pengetahuan TIK guru merupakan alasan utama guru menjadi

kurang percaya diri dalam mengadopsi serta mengintegrasikan TIK dalam

pembelajaran. Hal ini disebabkan bahwa guru yang kurang menguasai

pengetahuan tentang TIK akan merasa cemas jika harus menggunakan TIK di

depan peserta didik yang lebih pintar dalam menggunakan TIK (Jones, 2004:

7). Selain itu, Kubiatko (2006: 49) menemukan bahwa kurangnya

keterampilan TIK menjadi penyebab guru tidak menggunakan TIK dalam

mengajar biologi. Oleh karena itu, perlu adanya kegiatan pelatihan guru

mengenai TIK dan penerapannya dalam kegiatan pembelajaran.

Pengintegrasian TIK pada pembelajaran bukanlah hal yang mudah.

Beberapa penelitian mengungkapkan hambatan dalam pengintegrasian TIK

dalam pembelajaran. Bingimlas (2018: 243) menjelaskan hambatan utama

integrasi teknologi dalam pembelajaran adalah kurangnya kepercayaan diri,

kurangnya kompetensi, dan kurangnya sumber daya untuk mengakses

teknologi. Berdasarkan hasil angket, guru merasa telah mengintegrasikan Tik

122
dalam pembelajaran, memberikap sikap dan minat positif terhadap TIK,

memiliki pengalaman menggunakan TIK, dan mendapat dukungan dari

sekolah untuk mengintegrasikan TIK dalam pembelajaran. Hasil ini sesuai

penelitian Surjono & Gafur (2010: 167) menunjukkan bahwa keseluruhan

kompetensi TIK peserta didik, guru, pengelola TIK, kepala sekolah, dan

tenaga administrasi di SMA se Kota Yogyakarta termasuk baik sehingga

potensi mengimplementasikan TIK dalam pembelajaran termasuk tinggi

karena didukung oleh SDM yang memiliki kompetensi TIK yang baik, namun

dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan pembelajaran yang

terintegrasi TIK masih kurang optimal dilakukan oleh guru. Hasil ini sesuai

penyataan Kafyulilo (2010: 20) bahwa beberapa literatur menyatakan bahwa

ketika guru memiliki kompetensi TIK maka guru akan menggunakannya

dalam pembelajaran namun terkadang kondisi tersebut tidak terjadi dalam

situasi yang nyata.

Hasil uji kesesuaian pada perencanaan dan penerapan TPACK pada

proses pembelajaran menunjukkan pada domain PCK terdapat perbedaan yang

signifikan antara RPP dan pelaksanaan pembelajaran. Guru melakukan

beberapa improvisasi secara spontan sesuai kondisi dan situasi peserta didik

sehingga pelaksanaannya tidak sesuai rencana di RPP. Pada domain yang

berhubungan dengan teknologi seperti TCK, TPK, dan TPACK tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara RPP dan pelaksanaan pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara, kondisi ini disebabkan karena penggunaan

internet memerlukan waktu persiapan yang cukup banyak terutama ketika

123
waktu belajar hanya satu jam pelajaran yaitu 45 menit dan persiapan berkisar

15-20 menit maka cenderung kurang efektif. Sesuai dengan pendapat

Valcarcel, Basilotta, dan Lopez (2014: 67) yang menyatakan bahwa guru

merasa bahwa TIK memerlukan sejumlah besar perencanaan waktu.

Pada RPP, guru telah merencanakan penerapan pendekatan saintifik

dan model pembelajaran discovery learning, inquiry, problem, dan project

based learning sesuai tuntutan kurikulum 2013. Perencanaan ini sudah sesuai

dengan penerapannya dalam pembelajaran namun beberapa guru

melaksanakannya tidak sesuai dengan sintaks dimana guru di awal telah

menjelaskan konsep materi secara detail kemudian diakhir pembelajaran

diberikan pertanyaan-pertanyaan terkait materi yang telah dijelaskan di awal

sehingga bentuknya seperti latihan soal. Pada hakekatnya, model discovery

mengarahkan peserta didik untuk mencari informasi sendiri dan peserta didik

mengkonstrusikan sendiri apa yang mereka ketahui. Dari segi metode dan

media pembelajaran yang digunakan guru sudah sesuai antara RPP dan

pelaksanaannya. Guru telah mengupayakan menggunakan multi metode dan

multi media untuk mengakomodasi karakteristik peserta didik yang beragam.

Penggunaan media yang bervariasi bertujuan untuk mengakomodasi gaya

belajar peserta didik yang berbeda-beda. Media pembelajaran memiliki

manfaat yang mendukung pembelajaran diantaranya memperjelas penyajian

informasi, meningkatkan motivasi belajar peserta didik, mengatasi

keterbatasan indera, ruang, dan waktu sehingga dari abstrak menjadi konkrit,

124
dan memberikan pengalaman peserta didik tentang peristiwa di lingkungan

(Arsyad, 2010: 26-27).

Pada RPP dan pelaksanaannya ditemukan beberapa ketidaksesuaian.

Beberapa guru merencanakan penggunaan media video dan foto/gambar

namun dalam pelaksanaannya tidak dilakukan. Pada RPP, guru merencanakan

penilaian posttest dengan LMS dan kahoot namun pada pelaksanaannya tidak

dilakukan posttest menggunakan kahoot. Penilaian menggunakan LMS

dilakukan namun ada kendala seperti mati listrik sehingga sistem jaringan

mati. Selain itu ada soal yang tidak muncul di akun peserta didik sehingga

posttest untuk beberapa peserta didik dilakukan diluar jam.

Pada aspek penilaian, guru merencanakan ada penilaian afektif,

kognitif, dan psikomotor sedangkan pada proses pembelajaran hanya

dilakukan penilaian kognitif dan psikomotor. Sebagian besar guru dalam

proses pembelajaran tidak melakukan penilaian sikap peserta didik. Padahal

dalam tuntutan kurikulum harus dilakukan penilaian otentik dimana guru

diminta melakukan evaluasi pada proses pembelajaran dengan menggunakan

lembar pengamatan, penilaian antar teman, rekaman, catatan jurnal, dan

refleksi. Berdasarkan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar

Proses Pendidikan Dasar dan Menengah mencantumkan bahwa penilaian

proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik (authentic

assesment) yang menilai kesiapan peserta didik, proses, dan hasil belajar

secara utuh. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran

dengan menggunakan alat: lembar pengamatan, angket sebaya, rekaman,

125
catatan anekdot, dan refleksi sedangkan evaluasi hasil pembelajaran dilakukan

saat proses pembelajaran dan di akhir satuan pelajaran dengan menggunakan

metode dan alat: tes lisan/perbuatan, dan tes tulis. Oleh karena itu, setiap

proses pembelajaran, guru perlu mencatat dan melakukan penilaian sikap

peserta didik.

Berdasarkan analisis penggunaan internet dari RPP dan catatan hasil

observasi, dapat diketahui bahwa sebanyak 75.86 % dari keseluruhan guru

merencanakan penggunaan internet pada RPP sedangkan pelaksanaannya

hanya sebanyak 62.07% dari keseluruhan guru yang menerapkannya. Ada

selisih 13.79% guru yang merencanakan penggunaan internet namun

pelaksanaanya tidak melibatkan internet. Pada RPP, guru juga mencantumkan

link-link internet untuk diakses peserta didik namun dalam pembelajaran tidak

dilakukan. Guru sudah cukup baik merencanakan pengintegrasian TIK pada

RPP namun pelaksanaannya belum optimal.

Secara umum, pengintegrasian TIK guru biologi dalam pembelajaran

masih kurang optimal. Padahal berdasarkan hasil angket guru, guru sudah

menampilkan sikap dan minat yang positif terhadap penerapan TIK dalam

pembelajaran, pengalaman yang baik terhadap TIK, dan dukungan yang baik

dari sekolah untuk penerapan TIK namun dalam proses pembelajaran yang

aktual di kelas, guru hanya sedikit sekali melibatkan TIK dalam pembelajaran.

2. Kemampuan TPACK Guru Biologi Berdasarkan Gender Guru

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan perbedaan rata-rata

antara guru perempuan dan laki-laki pada PK, CK, TK, PCK, TCK, dan TPK

126
tidak berbeda nyata sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan guru

tersebut tidak berbeda berdasarkan gender guru.

Pada komponen TPACK, hasil tes dan RPP menunjukkan tidak ada

perbedaan yang signifikan antara guru perempuan dan guru laki-laki

berdasarkan hasil tes. Pada penerapan proses pembelajaran juga menunjukkan

guru laki-laki cenderung lebih tinggi menerapkan TPACK dibandingkan guru

perempuan. Hasil uji beda juga menunjukkan bahwa ada perbedaan nyata

TPACK guru laki-laki dan perempuan dalam proses pembelajaran. Hasil ini

menunjukkan bahwa TPACK guru dipengaruhi oleh gender sesuai dengan

penelitian yang dilakukan Lin, et al., 2013: 333; Koh & Chai, 2011: 742;

Luik, Taimalu, & Suviste, 2017: 9). Namun pada komponen lain seperti PK,

CK, TK, PCK, TCK, dan TPK tidak ditemukan perbedaan yang signifikan

Hasil ini sesuai dengan beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa gender

tidak mempengaruhi kemampuan PK, CK, PCK, TCK, dan TPK tidak

signifikan berbeda terhadap gender (Oz, 2015: 125-126; Koh & Chai, 2011:

742; Hosseini & Kamal, 2013: 4; Erdogan & Sahin, 2010: 2710).

Berdasarkan angket dari segi sikap, minat, pengalaman, dan dukungan

sekolah antara guru laki-laki dan perempuan menunjukkan respon positif

terhadap TIK namun guru laki-laki secara umum memberikan respon lebih

positif terhadap TIK dibandingkan guru perempuan. Hasil ini sesuai dengan

beberapa penelitian yang menemukan laki-laki memiliki sikap lebih percaya

diri, positif dan relatif lebih banyak pengalaman dengan komputer dan TIK

(Jimoyiannis & Komis 2007: 168; Varank, 2007: 78; Ertl & Helling, 2011:

127
486-487; Sweeney & Drummond, 2013: 121; Baturay, Gokcearslan, & Sahin,

2017: 12). Lebih lanjut, Varank (2007: 78) menjelaskan bahwa gender hanya

mempengaruhi sikap terhadap TIK namun tidak mempengaruhi kemampuan

TIK laki-laki dan perempuan. Hasil ini sejalan dengan hasil tes dimana tidak

ditemukan perbedaan yang signifikan pengetahuan teknologi (TK) antara guru

perempuan dan laki-laki. Kondisi ini menunjukkan bahwa kesenjangan

penggunaan TIK antara perempuan dan laki-laki semakin berkurang.

Beberapa penelitian menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara

gender dan TIK (Teo, 2008: 418; Cavas, et al., 2009: 7; Gokcearslan, 2010: 1;

Sahin & Akcay,2011: 471; Elsaadani, 2012: 26; Semerci & Aydin, 2018:

101). Di era ini, baik perempuan maupun laki-laki dapat dengan mudah

mengakses teknologi dan meningkatnya jumlah perempuan yang

menggunakan TIK juga menyebabkan kesenjangan penggunaan TIK

berdasarkan gender semakin berkurang.

Penelitian perbedaan gender dalam adaptasi teknologi dan internet

pada tahun 90-an menunjukkan ada gap akibat gender dalam penggunaan

internet dan sebagian besar pengguna internet adalah laki-laki (Sherman, et

al., 2000: 888-889). Hasil serupa juga diperoleh pada penelitian Bimber

(2000: 868) yang menunjukkan ada perbedaan gap yang signifikan dalam

penggunaan internet pada laki-laki dan perempuan di tahun 1996, 1998, dan

1999. Imhof, Vollmeyer, dan Beierlein (2007: 2823) juga melaporkan bahwa

pada tahun 1990-an, laki-laki menggunakan TIK lebih efektif dan persentase

ini menurun seiring berjalannya waktu akibat meningkatnya peluang untuk

128
mengakses teknologi. Kondisi ini menunjukkan bahwa semakin mudahnya

akses internet dan semakin meningkatnya jumlah perempuan kesenjangan TIK

akibat gender semakin berkurang. Dengan kata lain, perempuan semakin

meningkat dalam kemampuan TIK dari tahun ke tahun.

Penguasaan PK dan PCK guru dibedakan secara signifikan

berdasarkan gender dengan mengontrol variabel jenjang pendidikan guru.

Berdasarkan hasil lain, penguasaan PK guru dibedakan berdasarkan gender

dengan mengontrol variabel status sertifikasi, lama mengajar, dan jenjang

pendidikan guru. Hal ini menunjukkan kemampuan PK berbeda antara guru

laki-laki dan perempuan setelah dilakukan pengontrolan status sertifikasi,

lama mengajar, dan jenjang pendidikan sedangkan PCK signifikan berbeda

setelah dilakukan pengontrolan jenjang pendidikan guru. Sebelum dilakukan

pengontrolan tidak ditemukan perbedaan yang signifikan berdasarkan gender.

Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa variabel status sertifikasi,

lama mengajar, dan jenjang pendidikan guru merupakan variabel penganggu

dalam penguasaan TPACK guru biologi.

Kemampuan penerapan TCK, TPK, dan TPACK guru pada proses

pembelajaran dibedakan berdasarkan gender dengan mengontrol variabel

status sertifikasi, lama mengajar, dan latar belakang akademik guru. Sebelum

dilakukan pengotrolan variabel hanya ditemukan kemampuan komponen

TPACK yang signifikan berbeda berdasarkan gender. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa variabel status sertifikasi, lama mengajar, dan latar

129
belakang akademik guru merupakan variabel penganggu dalam kemampuan

penerapan TPACK guru biologi.

Hasil di atas menunjukkan variabel status sertifikasi, lama mengajar,

jenjang pendidikan, dan latar belakang akademik guru merupakan variabel

penganggu yang dapat mempengaruhi gender guru terhadap kemampuan

TPACK guru. Karakteristik responden didominasi guru bersertifikasi,

mengajar lebih dari 15 tahun, dan lulusan strata-1 pendidikan biologi namun

dalam responden ditemukan jenjang pendidikan S2 didominasi guru laki-laki,

guru tidak bersertifikasi didominasi guru perempuan, banyak guru perempuan

yang mengajar kurang dari 15 tahun, dan beberapa guru bukan merupakan

lulusan pendidikan biologi. Kondisi responden tersebut dapat menganggu

hasil penelitian pengaruh gender terhadap kemampuan TPACK guru.

Beberapa penelitian mengenai variabel status sertifikasi, lama mengajar,

jenjang pendidikan, dan latar belakang akademik guru secara signifikan

berpengaruh terhadap kemampuan kinerja guru (Helding & Fraser, 2012: 16;

Khine, 2015: 280; Ingersoll, 1998: 774; Du Plessis, 2017: 29; Hsu & Chen,

2018: 457).

3. Kemampuan TPACK Guru Biologi Berdasarkan Status Sekolah

Hasil tes menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata pada PK, CK,

TK, PCK, TCK, TPK dan TPACK antara guru sekolah negeri dan guru

sekolah swasta sehingga pengetahuan ini tidak dibedakan berdasarkan status

sekolah dimana guru mengajar. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian

Gusen, Dakur, & Shamle (2017: 43) dan Lalitha, & Prasad (2014: 46) yang

130
menemukan bahwa tidak ada perbedaan tingkat penerapan TIK dalam

kegiatan pembelajaran antara guru yang mengajar di sekolah negeri atau

swasta. Lebih lanjut, survei di Amerika menemukan faktor lingkungan

sekolah tidak memberikan pengaruh terhadap proses pembelajaran (NCES,

2007: 16). Meskipun demikian hasil penelitian menunjukkan guru di sekolah

swasta cenderung memiliki TPACK yang lebih tinggi dibandingkan guru di

sekolah negeri. Hasil yang sama ditemukan Malero, Ismail, & Manyilizu

(2015: 29) bahwa SMA swasta menunjukkan kesiapan dalam penggunaan TIK

lebih baik dari pada SMA negeri.

Proporsi status kepegawaian guru di SMA negeri dan swasta berbeda.

Di SMA Negeri, 92.85 % dari keseluruhan guru adalah PNS dan 7.15%

merupakan guru non PNS sebagai guru pengganti. Di SMA Swasta, guru PNS

yaitu 26.67% dari total guru, GTT berjumlah 20% dari total guru, dan paling

banyak GTY yaitu 53.33% dari total guru. Namun berdasarkan hasil

penelitian Nastiti (2016: 84-85) menemukan tidak ada perbedaan kinerja

antara guru PNS dan non PNS berdasarkan kompetensi pedagogik, sosial,

profesional, dan kepribadian. Lebih lanjut Halim & Firmana (2018: 48) dalam

penelitiannya menemukan bahwa tidak ada perbedaan kinerja guru antara

GTY dan GTT. Oleh karena itu, perbedaan proporsi status kepegawaian guru

di SMA negeri yang paling banyak PNS dan SMA swasta paling banyak GTY

tidak mempengaruhi kinerja guru dalam pembelajaran.

Hasil observasi menunjukkan bahwa sekolah Negeri dan Swasta

menerapkan kurikulum yang sama yaitu kurikulum 2013 sehingga dalam

131
pembelajaran tidak berbeda jauh. Penerapan kurikulum 2013 yang semuanya

serba diatur mulai dari model pembelajaran, sumber belajar baik buku guru

dan buku siswa menyebabkan antar guru tidak ada perbedaan dalam kinerja

mengajar karena sudah ada standar yang jelas. Adanya standar bukan berarti

hal yang buruk namun memiliki tujuan agar kualitas guru merata. Ahmad

(2014:101) menjelaskan pada kurikulum 2013, guru tidak diwajibkan

membuat silabus dan telah diberikan satu silabus untuk digunakan pada semua

sekolah. hal ini tentu menimbulkan kelemahan dimana setiap sekolah

memiliki kondisi yang berbeda-beda dan guru tidak diberikan kebebasan

untuk mengembangkan setting pembelajaran sesuai kebutuhan peserta didik.

Pada kurikulum 2013 dapat diasumsikan bahwa guru disetir dari jarak jauh

dengan menggunakan remote kontrol yang sama yaitu silabus. Hal inilah yang

menyebabkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara pembelajaran

guru satu dengan lainnya. Upaya penyamaan setting pembelajaran seperti pada

kurikulum 2013 bukan berarti tidak baik karena dapat memberikan satu

standar pembelajaran yang sama untuk setiap sekolah namun pada praktiknya,

baik dari kondisi peserta didik, budaya, dan kemampuan sekolah tentu

berbeda-beda dan tidak bisa disamakan.

Dari segi sikap, minat, dan pengalaman guru terhadap TIK juga tidak

memiliki perbedaan yang signifikan. Keduannya menunjukkan respon yang

positif terhadap TIK. Meskipun demikian, guru sekolah swasta cenderung

lebih baik dalam melaksanakan pembelajaran terintegrasi TIK dibandingkan

guru sekolah negeri. Guru sekolah swasta juga memiliki sikap dan minat

132
terhadap TIK lebih positif dibandingkan guru sekolah negeri. Hasil lain juga

menunjukkan bahwa guru sekolah swasta memiliki pengalaman dalam

menggunakan TIK lebih banyak dibandingkan guru sekolah negeri. Dari

aspek dukungan sekolah, guru sekolah swasta lebih didukung sekolah baik

dari segi fasilitas maupun ketersediaan tenaga teknis TIK dibandingkan guru

sekolah negeri.

Hasil observasi menunjukkan terdapat dua SMA swasta yang memiliki

LMS. Hal ini menunjukkan SMA swasta memiliki perangkat TIK yang lebih

lengkap dibandingkan SMA negeri. Hasil survei SMAERC (2008: 114)

menunjukkan biaya pendidikan sekolah swasta lebih tinggi untuk

menyediakan fasilitas dan infrastruktur sekolah yang lebih baik dibandingkan

sekolah negeri. Sekolah swasta menuntut biaya pendidikan yang lebih tinggi

dari sekolah negeri. Biaya ini digunakan untuk memberikan fasilitas yang

berkualitas agar mendukung penyelenggaraan pendidikan di sekolah tersebut.

Hasil penelitian Malero, Ismail, & Manyilizu (2015: 32) mengungkapkan

bahwa SMA swasta kota Dodoma, Tanzania lebih baik daripada sekolah

negeri dalam kesiapan penggunaan ICT. Di sekolah swasta terdapat usaha

lebih untuk menyediakan perangkat TIK untuk digunakan dalam

pembelajaran. namun diluar dukungan sekolah terhadap penyediaan fasilitas

TIK, perlu diketahui bahwa guru dan peserta didik di sekolah swasta maupun

negeri telah memiliki perangkat TIK masing sehingga perbedaan ketersediaan

TIK dan infrastruktur di sekolah tidak menjadi penghalang penerapannya

dalam pembelajaran.

133
Penguasaan, kemampuan perencanaan, dan kemampuan penerapan

TPACK guru sekolah negeri dan swasta tidak berbeda signifikan setelah

mengontrol status sertifikasi, lama mengajar, latar belakang akademik, dan

jenjang pendidikan guru. Sebelum dilakukan pengontrolan tidak ditemukan

perbedaan yang signifikan juga. Berdasarkan hasil tersebut, variabel status

sertifikasi, lama mengajar, latar belakang akademik, dan jenjang pendidikan

guru bukan merupakan variabel penganggu dalam kemampuan TPACK guru

biologi. Hasil di atas menunjukkan variabel status sertifikasi, lama mengajar,

jenjang pendidikan, dan latar belakang akademik guru bukan merupakan

variabel penganggu yang dapat mempengaruhi variabel status sekolah

terhadap kemampuan TPACK guru. Karakteristik responden didominasi guru

bersertifikasi, mengajar lebih dari 15 tahun, dan lulusan strata-1 pendidikan

biologi namun dalam responden ditemukan jenjang pendidikan S2 didominasi

guru laki-laki namun jumlahnya hanya kecil sehingga diduga tidak

memberikan pengaruh yang signifikan, guru tidak bersertifikasi seluruhnya

merupakan guru sekolah swasta, beberapa guru sekolah negeri dan swasta

mengajar kurang dari 15 tahun dengan jumlah yang hampir sama, dan

beberapa guru sekolah negeri dan swasta bukan merupakan lulusan

pendidikan biologi namun dengan jumlah yang kecil dan hampir sama

sehingga variabel tersebut diduga tidak terlalu mempengaruhi variabel status

sekolah terhadap kemampuan TPACK guru.

134
4. Kemampuan TPACK Guru Biologi Berdasarkan Gender Guru dalam
Status Sekolah.

Hasil uji multiway anova antara gender guru dalam status sekolah

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan TPACK antara guru

laki-laki dan perempuan pada status sekolah negeri dan swasta. Analisis

terpisah menunjukkan gender guru mempengaruhi secara signifikan

kemampuan TPACK guru sedangkan status sekolah tidak mempengaruhi

secara signifikan. Hal ini menunjukkan status sekolah tidak memberikan

pengaruh yang efektif terhadap kemampuan TPACK guru. Hasil ini sejalan

dengan penelitian Moshahid & Hussain (2017: 146-149) yang menunjukkan

tidak terdapat perbedaan kompetensi mengajar antara guru laki-laki dan guru

perempuan di sekolah negeri begitu juga antara guru laki-laki dan perempuan

di sekolah swasta.

Hasil di atas disebabkan faktor kondisi akademik antara sekolah negeri

dan swasta hampir sama akibat penerapan kurikulum 2013. Baik di sekolah

negeri maupun swasta menerapkan kurikulum yang sama sehingga perbedaan

akademik berdasarkan status sekolah tidak bergitu nampak. Selain itu,

pemisahan kelas antara peserta didik laki-laki dan perempuan hanya beberapa

di sekolah swasta dan jumlahnya hanya kecil. Sebagian besar sekolah swasta

sudah menempatkan peserta didik laki-laki dan perempuan dalam satu kelas

sehingga perbedaan performansi guru berdasarkan gender akibat perbedaan

karateristik peserta didik kurang nampak. Selain itu, Andoh (2015: 1)

menjelaskan guru sekolah negeri dan swasta memiliki kompetensi dalam

menerapkan TIK yang sama dan tidak ada perbedaan yang signifikan.

135
Hasil penelitian ini berlainan dengan penelitian Jamil, Jamil &

Rasheed (2017: 71-93) yang menemukan guru laki-laki di sekolah negeri

menunjukkan sikap dan kepercayaan diri yang lebih baik dibandingkan guru

laki-laki swasta. Guru perempuan di sekolah swasta menunjukkan kompetensi

dan penggunaan TIK dalam pembelajaran yang tinggi dibandingkan guru

perempuan di sekolah negeri. Kemampuan TPACK guru sangat berkaitan

dengan sikap, kepercayaan diri, dan kompetensi TIK. Adanya perbedaan ini

antara guru laki-laki dan guru perempuan di sekolah negeri dan swasta

seharusnya menyebabkan perbedaan kemampuan TPACK guru dalam proses

pembelajaran namun pada penelitian ini tidak ditemukan perbedaan

kemampuan TPACK antara guru laki-laki dan perempuan dalam status

sekolah.

Sekolah negeri memiliki tuntutan mengajar, beban mengajar, dan

administrasi yang lebih banyak dibandingkan sekolah swasta sehingga tingkat

stres pekerjaan guru menjadi tinggi. Seperti hasil penelitian Van Dat Tran

(2015: 153) yang menemukan guru perempuan menunjukkan tingkat stres

yang lebih tinggi dan profesionalitas kinerja yang lebih rendah. Selain itu,

banyak guru perempuan sekolah negeri sehingga didominasi oleh guru

perempuan yang sudah menikah. Kondisi ini hampir berbeda dengan sekolah

swasta yang masih banyak guru yang muda dan belum menikah. Hasil

penelitian menunjukkan guru perempuan yang memiliki balita menunjukkan

tingkat ketidahadiran yang lebih tinggi dibandingkan guru perempuan yang

tidak memiliki anak balita (Sardjunani, 2014: 41). Selain itu, Barik (2017: 43-

136
-45) menjelaskan guru di sekolah negeri mengemukan kesulitan dalam

mengatur kehidupan pekerjaan dan kehidupan pribadinya dibandingkan guru

swasta dan guru di sekolah negeri lebih banyak kehilangan waktu bersama

keluarganya dibandingkan guru sekolah swasta. Perempuan sangat

terpengaruh dengan tingkat stres. Adanya stres dalam pekerjaan dan ditambah

dengan stres dalam kondisi rumah tangga bisa mempengaruhi kinerja guru.

Guru perempuan baik sekolah negeri maupun swasta yang telah menikah

menemukan permasalahan dalam keseimbangan kehidupan kerja dan rumah

tangga untuk itu diperlukan manajemen waktu yang baik. Dalam situasi yang

merugikan ini guru perempuan harus belajar untuk mengelola waktu secara

efisien. Guru perempuan telah mencoba untuk mendapatkan dukungan rumah

tangga dari para pelayan, orang tua/mertua, anak dan bahkan dari suami.

Dukungan berbagai pihak dapat membantu terutama guru perempuan untuk

lebih fokus dalam pekerjaannya sebagai guru.

D. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini terdapat keterbatasan yaitu sebagai berikut.

1. Instrumen observasi yaitu belum mampu mengungkap komponen PK, CK,

dan TK pada perencanaan RPP dan penerapannya dalam proses

pembelajaran.

2. Penelitian ini belum mengkaji spesifik materi biologi tertentu namun

mengkaji berbagai topik materi biologi mulai kelas X, XI, dan XII secara

komprehensif.

137
3. Responden dalam penelitian ini tergolong kecil sehingga pada penelitian

selanjutnya dapat mencakup responden yang lebih besar sehingga

kesimpulan yang diperoleh dapat lebih luas.

4. Pengukuran kemampuan TPACK guru masih terpisah antar komponennya

dan belum mengukur dalam kesatuan yang utuh.

5. Teknologi dalam penelitian ini masih terbatas pada penggunaan internet

sebagai sumber belajar dan media berbasis internet sehingga pada

penelitian selanjutnya diharapkan mengkaji jenis teknologi yang lain.

138

Anda mungkin juga menyukai