1
Ida Fitri Shohibah, Mengenal Nama Bulan Dalam Kalender Hijriahn (t.t: Balai
Pustaka, t.t), 2.
1
2
ِ ِ َّ ِ َّ ِ
ُت اللَّه ۚ َواللَّه َ ِاه ُدوا يِف َس بِ ِيل اللَّ ِه أُو ٰلَئ
َ َ ك َيْر ُج و َن َرمْح َ اجُروا َو َج
َ ين َه َ إ َّن الذ
َ ين َآمنُوا َوالذ
يم ِ َغ ُف
ٌ ور َرح ٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang
berhirah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat
Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Q.S Al-
Baqarah [2]: 18)
letak geografis. Menurut Prof. Dr. Haji Abdul Malik Amrullah atau yang
2
Hamka, Juz ‘Amma Tafsir al-Azhar, (Depok, Gema Insani, 2015), 37
3
pribadi yang lebih baik lagi dalam konteks ke Islaman. Yang menjadi
Faktor lain yang mempengaruhi adalah karna mereka (para remaja yang
media sosial.3
disebutkan:
3
Suci Wahyu, Hirah Islami Milenial Berdasarkan Paradigma Berorentasi
Identitas (Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi, Vol.3, No.2, 2019)
4
4
Ahzami Saimun Jazuli, Hirah Dalam Pandangan Al-Qur’an (Depok: Gema
Insani, 2006), 15.
5
Dalam penelitian ini penulis mengabil kata kunci Hirah sebagai suatu
sarana dalam penerapan metode semantik al-Quran. Penelitian ini
menggunakan analisis semantik yang dikembangkan oleh Toshihiko Izutsu,
seorang ahli linguistik yang sangat tertarik pada al-Quran. Sebagai seorang
non-Muslim yang konsen pada bidang linguistik Izutsu memiliki pandangan
bahwa alqur’an merupakan perkataan tuhan yang sampaikan melalui nabi
Muhammad melalui malaikat Jibril secara mutawatir.6 Menurut Toshihiko
Izutsu semantik al-Quran berusaha menyingkap pandangan dunia al-Quran
melalui analisis semantik terhadap materi di dalam al-Quran itu sendiri.
Yakni kosa kata atau istilah-istilah penting yang banyak digunakan oleh al-
Qur’an.
Kosa kata yang terdapat dalam al-Quran sarat pesan moral, budaya,
peradaban dan sebagainya. Sehingga kosa kata yang memiliki makna yang
begitu luas tersebut ditampung di dalam kandungan al-Quran yang kemudian
dikenal dengan keseluruhan konsep yang terorganisir dan disimbolkan
dengan kosa kata weltanschauung yang dikembangkan oleh Toshihko Izutshu
sendiri.7
Demikian gambaran tentang hijrah yang nanti akan menjadi fokus
utama pembahasan melalui metode semantik yang di tawarkan Toshihiko
Izutsu sebagai pisau analisis dalam menggali makna secara mendalam dan
komprehensif di dalam al-Qur’an.
5
Muhammad Fuad abf al-baqi, al-Mu’jam al-Mufahras li al-fazh al-Quran al-
karim (kairo: Dar al-Hadist, 1991), 730-73.
6
Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, h. 165. Hal ini disampaikan juga
oleh Faturrahman dalam Tesisnya yang berjudul al Quran dan Tafsirnya dalam
Perspektif Toshihiko Izutsu,, 60.
7
Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusi terj. Agus Fahri Husein (dkk)
(Yogyakarta: tiara Wacana, 1997), 3.
6
D. TINJAUAN PUSTAKA
Sejumlah penelitian tentang topik Hirah dan berkaitan tentang semantik
Toshihiko Izutsu yang telah dilakukan, baik yang mengkaji secara spesifik
sumber data yang diperoleh, isu, maupun yang menyinggung secara umum.
Berikut beberapa tinjauan umum atas karya-karya penelitian mengenai
Hirah dan semantik Toshihiko Izutsu :
8
Petama, sebuah artikel yang ditulis oleh Warsito Raharjo Jati dengan
judul IslamPopuler Sebagai Pencarian Indentitas Muslim Kelas Menengah
Indonesia. 21Dalam tulisannya ini Warsito ini ingin menelisik sebuah
pertemuan identitas antara Islamdan modernitas. Dari percampuran kedua
identitas tersebut yang mana Islammewakili konservatisme dan modernisme
mewakili progresivitas muncul terma baru yang oleh Warsito disebut
sebagai “IslamPopuler”.Kontekstualisasi dilakukan sebenarnya dengan
tujuan bahwa Islamadalah agama yang mampu berpijak pada setiap
zamannya. Islampopuler di sini diartikan oleh Warsito sebagai modus cara
beragama baru yang tidak hanya menampilkan sisi dalam agama, namun
juga menampilkan sisi luar dari agama tersebut, yaitu seperti gaya bahasa,
fashion, musik, maupun dalam cara berfikir dan bertindak dalam keseharian
nya mencerminkan Islamdengan modern. Dari sinilah Warsito menganggap
bahwa Islamseperti ini hanya yang Nampak ke permukaan hanyalah simbol
semata.
Kedua, artikel yang ditulis oleh Erik Setiawan dkk dengan judul
Makna Hirah pada Mahasiswa Mahasiswa Fikom Unisba di Komunitas
(followers) Akun LINE @DakwahhIslam. 22 Di abad 21 sekarang seperti
sekarang ini, penggunaan teknologi sudah menjadi kebutuhan primer bagi
setiap manusia, tidak terkecuali bagi seorang muslim. Teknologi sebagai
jembatan manusia untuk mengerti setiap aktifitas yang terjadi dalam momen
tertentu yang tidak bisa dilihat secara langsung. Dalam konteks dakwah Erik
Setiawan dkk ingin memperlihatkan bagaimana cara kerja dakwah
Islamdalam dunia media sosial, seperti LINE. Dari media sosial inilah
mereka ingin membuat terobosan baru dalam bidang dakwah, tidak
terkecuali salah satu misinya yaitu ingin menyadarkan setiap insan muslim
agar kembali ke dalam jalur yang benar. Dakwah dalam konteks media
sosial yang mereka gagas amat sangat berhasil untuk menarik minat pemuda
9
dan pemudi. Meskipun di lain sisi yang ditampilkan hanya sebatas tampilan
luar semata.
Keriga, artikel yang ditulis oleh Firly Annisa dengan judul Hirah
Milenial: Antara Kesalehan dan Populism. 23 Dalam artikelnya tersebut
Firly ingin menjelaskan bahwa pesan-pesan Tuhan
(agama) yang ditangkap oleh kaum yang dianggap milenial hari ini
tidak menunjukkan kesakralan nya lagi. Dalam konteks agama sendiri
keilmuan itu sangatlah penting, karena hal tersebut untuk menjaga
kemurnian ajaran. Tetapi apa yang didapat oleh mereka kaum milenial
adalah hanya ajaran agama yang sepotong-potong. Mereka menerima
hanya atas dasar bahwa pesan tersebut benar, tidak dilandasi dengan asal
usul turunnya pesan agama tersebut. Selain itu, kaum milenial hari ini
merubah paradigma lama tentang agama bahwa seorang ulama tidak
harus yang memakai sarung, jubah, atau bahkan imamah. Penceramah
hari ini haruslah mengikuti trend. Konsumsi agama yang mereka dapat
juga tidak seimbang, maksudnya mereka lebih antusias mendengarkan
ceramah tentang cinta, pacaran yang tidak boleh, dan ujungujungnya
pasti nikah muda. Hal inilah yang bagi Firly agama tidak lagi
menunjukkan kesalehannya melainkan hanya sebatas populism semata.
Keempat, jurnal yang ditulis ahmad Majid dengan judul Makna
Sinkronik-Diakronik Kata ‘Usr dan Yusr dalam Surat Al-Insyiroh.
Tulisan yang mengkaji tentang makna semantik kata ‘usr dan yusr pada
QS. Al-Insyiroh ayat 5-6, dia menyesbutkan kata ‘usr dan yusr
disebutkan dalam jumlah yangsama. Namun bentuk masing-masing
berbeda. kata‘usr tersusun dalam bentuk ma’rifat yang menunjukan
kekhususan sedangkan redaksi kata yusr berupa nakirah yang membawa
pesan kemudahan bisa datang dan di peroleh dalam berbagai bentuknya.
Artinya ketika ada suatu kesulitan datang maka akan datang kemudahan
10
dari arah yang berbeda. Kajian tentang makna semantik menguak pesan-
pesan kehidupan.
Kelima, jurnal yang di tulis oleh Muhbib Abdul Wahab Hirah dan
Kepemimpinan Profetik. tulisan ini mengagabarkan tentang perjuangan
pejalanan hirah Nabi dari Makkah ke Madinah kemudian ketauladan dari
kepemimpinan Nabi dalam ketika memipin umat islam.8
Keenam, murni yang berjudul Konsep Hijrah Dalam Perspektif Al-
Qur’an ( Studi Terhadap Pandangan Quraish Shihab dalam tafsir Al-
Misbah) Skripsi ini membahas tentang konsep hijrah dalam perspektif al-
Qur’an dengan kajian tafsir madu’i (tematik). Pokok pembahsan dari skripsi
ini yaitu mengungkap kosep Hijrah yang di sebutkan di dalam al-Qur’an,
kemudian mengungkap makna hijrah dalam pandangan Quraish shihab
dalam tafsir al-Misbah. Menurut penelis kata hijrah secara umum di maknai
dengan perpindahan dari sesuatu yang bersifat buruk kepada sesuatu yang
bersifat lebih baik. Sedangkan Hijrah mengandung hikmah yang sangat
besar dalam kehidupan manusia antara lain pengorbanan, hidup akan terasa
lebih bermakna, dan senantiasa bertawakal kepada Allah SWT.9
Ketujuh, “Relasi tuhan dan manusia: pendekatan sematik terhadap
al-Qur’an” di tulis oleh Toshihiko Izutsu. Buku ini menjelaskan tentang
semantik al-Quran, penerapan metode semantik terhadap kata kunci al-
Quran. Titik tekan buku ini adalah analisis semantik, yaitu relasi tuhan dan
manusia.
Kedelapan, skripsi yang tulis oleh Eko Budi Santoso. Skripsi ini
berjudul Makna Tawwakul dalam al-Quran: aplikasi semantik toshihiko
8
Muhbib Abdul Wahab, Hirah dan Kepemimpinan Profetik (jurnal Uin Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2015)
9
Murni ”Konsep Hijrah Dalam Perspektif Al-Qur’an ( Studi Terhadap
Pandangan Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah)”(Skripsi Fakultas Ushuluddin dan
Filsafat UIN Alauddin, Makasar, 2013)
11
izutsu. Skripsi ini membahas tentang makna dasar, makna relasional dan
pekembangan makna Tawwakul di tinjau dari sisi sinkronik dan akronik. 10
Kesembilan, skripsi yang di tulis oleh Muflihun Hidayatullah. Yang
berjudul Iklas dalam Al-Qur’an: Perspektif Semantik Toshihiko Izutsu. Di
dalam skripsi tersebut menggali makna iklas yang terkandung di dalam al-
Qur’an dengan mengginakan metode semantik Toshihiko Izutsu. Studi ini
membahas tentang makna ikhlas dalam al-Qur’an. Permasalahan yang
diangkat dalam skripsi ini menjawab relevansi penggunaan ikhlas yang
dikaitkan dengan musibah. Penulis menelusuri dengan perspektif semantik
Toshihiko Izutsu. Dalam menjawab permasalahan penelitian, penulis
menggunakan analisis deskriptif, yaitu dengan menggambarkan data-data
yang ditemukan secara apa adanya dan merekonstruksinya melalui
kategorisasi sesuai data yang didapat. Penelitian ini menemukan bahwa
penggunaan ikhlas dalam al-Qur’an dengan pendekatan semantik
Toshihiko Izutsu bermakna ketauhidan, keselamatan dan terpilih. 11
Kesepuluh, tesis yang di tulis oleh Faturtahman berjudul Al-
Qur’an dan Tafsirnya Dalam Perspektif Toshihiko Izutsu. Tesis ini
membuktikan bahwa menjadi Muslim bukanlah merupakan syarat utama
bagi seseorang untuk dapat mengkaji al-Qur‘an. Kesimpulan tesis ini
pada dasarnya menolak pendapat yang menyatakan bahwa non-Muslim
tidak boleh mengkaji al-Qur‘an. tesis ini mendukung gagasan tentang
kemungkinan bagi setiap orang dapat mengkaji al-Qur‘an tanpa dibatasi
oleh agamanya, apakah ia Muslim atau bukan.12
10
Eko Budi Santoso, Makna Tawwakul dalam al-Quran: aplikasi semantik
toshihiko izutsu (Skripsi Fakultas Ushuluddin Uin Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2015)
11
Muflihun hidayatullah, “Iklas Dalam Al-Qur’an Perspektif Toshihiko Izutsu
(Skripsi Fakultas Ushuluddin Uin Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2018)
12
Faturrahman “Al-Qur’an dan Tafsirnya dala Perpektif Toshihiko Izutsu (Skripsi
Fakultas Ushuluddin Uin Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2012)
12
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis,
yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.
a. Data Primer
Adapun sumber data primer adalah menggunakan sumber-
sumber dari al-Qur’an dan terjemahanya, buku-buku tentang
semantik, dalam hal ini penulis menggunakan buku “Relasi Tuhan
dan Manusia: Semantik al-Qur’an” karya Toshihiko Izutsu.
b. Data Sekunder
sedangkan yang menjadi data sekunder adalah buku-buku,
kitab tafsir, kitab hadis, kamus, artikel-artikel di majalah dan
internet, maupun media informasi lainnya yang bisa dipertanggung
jawabkan kebenaran datanya yang berkaitan dengan pokok
permasalahan pada penelitian ini dan dianggap penting untuk
dikutip.16
16
Suhasini Ari Kunto, Prosedur penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2002), 117
17
Anton Bakker dan achmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat,
(Yoyakarta: Kanisius, 1992), 10
18
M. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), 27. Lihat juga
Mardalis, Metode penelitian: Suatu pendekatan Proposal, (Jakarta: PT. Bumi aksara,
1999), 28
14
1. Sistematika Pembahasan
Dalam penulisan hasil penelitian, dibutuhkan sebuah sistematika
penulisan agar permasalahan tersusun secara sistematis dan tidak keluar dari
pokok permasalahan yang akan diteliti. Untuk itu, penulis menyusun
sistematika pembahasan sebagai berikut:
Bab pertama, berisikan pendahuluan. Bab ini mencakup latar
belakang penelitian, masalah-masalah yang akan diteliti, tujuan dan kegunaan
penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan
sistematika pembahasan.
19
Mustika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2004), 3
15
20
Ibnu Manzur, Lisa al-Arab, vol.5 (Beirut : Dar Sadir, t.th), 55.
21
Supiana dan Karman, Ulumul Quran dan Pengenalan Metodologi Tafsir, (Bandung:
Pustaka lslamika, 2002), 302
22
Pembagian ini bukan disimpulkan oleh ulama tafsir pada zaman dahulu akan teteapi
pembagian metode ini muncul belakangan setelah buku-buku tafsir ditulis.
17
B. SEMANTIK
Semantik merupakan ilmu yang mempelajari tentang tentang makna
dari sebuah kata yang di pakai untuk memahami ekspresi manusia melaui
bahasa. Secara sedeharna semantik di definisikan sebagai telaah makna yang
terkandung dalam sebuah kata, meliputi lambang-lambang atau tanda-tanda
yang memberi penjelasan terhadap sebuah kata, korelasi antara makna kata
dan dampak yang diberikan terhadap kehidupan sosial masyarakat yang
berhubungan langsung terhadap makna tersebut.27 Dalam komunikasi
masyarakat yunani semantik berarti memaknai, berasal dari kosa kata sema
yang berarti “tanda” atau semino yang berati “menandai”.28
Kemudain semantik disepakati sebagai salah satu cabang ilmu
pengetahuan dalam bidang studi liguistik untuk mencari jawaban atas makna
sebuah kata dalam bahasa. Fokus dalam kajian semantik adalah menkaji
hubungan linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda dengan
hal yang berkaikan atau yang ditandainya. maka semantik adalah ilmu yang
membahas tentang makna arti dari sebuah kata. Abdul chaer dalam tulisanya
menyebut semantik merupakan salah satu dari tiga bagian analis bahasa
antaralain :fonologi, gramatikal, dan semantik.29
Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) penertian semantik
adalah “ilmu tentang makna kata dan kalimat; pengetahuan selukbeluk dan
pengeseran arti kata atau bagian dari struktur bahasa yang berhubungan
dengan makna ungkapan dan struktur makna ungkapan” yaitu maksud dari
pembicara dan penulis, atau pengertian yang diberikan pada suatu
pembahasan30 sedangkan Frank Robert pamler menjelaskan tentang semantik
27
Hendry Guntur Tarigan, Pengajaran Semantik (Bandung: Angkasa, 1985), 7.
28
Toshihiko Izutsu Relasi Tuhan dan Manusia, 2.
29
Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta,2009),
60.
30
https://.kbbi.web.id/semantik
19
istilah kata kunci dari objek pembahasan yang di angkat dalam kajian
analitiknya. Kemudian istilah-istilah kunci tersebut yang terdapat dalam
suatu bahasa kemudian dikaitkan dengan suatu pandangan yang pada
akhirnya bermuara pada pengertian konseptual yang dinamakan
Weltanschauung yaitu tentang padangan masayarakat umum yang
menggunakan bahasa tersebut sebagai alat berbicara dan berfikir hingga alat
yang digunakan dalam menkonsepkan dan menafsirkan tentang kehidupan
yang melingkupinya. Ia menambahkan semantik secara etimologi merupakan
disiplin ilmu yang berhubungan lansung dengan fenomena makna yang
memiliki pengertian lebih luas dari kata, begitu luasnya hingga ruang
lingkupnya hampir tidak terbatas, mungkin segala sesuatu yang di anggap
memiliki makna bisa dianggap sebagai objek dalam kajian semantik.sehingga
beliau ber anggapan bahwa semantik merupakan susunan yang rumit dan
sangat membingungkan bagi seorang diluar disiplin ilmu linguistik.39
Dalam penerapan semantik terhadap alqur’an (semantik al-Qur’an)
maka kita akan di bawa kepada pemahaman weltanschauung al-Qur’an yaitu
pandangan al-Qur’an tentang visi dan misi Qur’ani tentang alam semesta.
Uraian yang disampaikan melalui kaidah semantik bertujian memberikan
pemahaman makna yang diinginkan oleh al-Qur’an (bukan sang mufassir).
Walaupun tidak dapat dipungkiri akan selalu ada campur tangan dari
pandangan pribadi dari sang mufassir dalam memahami sebuah teks dalam
al-Qur’an.40
Sebagai bahasa asli yang digunakan di dalam al-Qu’an secara linguistik
merupakan karya berbahasa Arab. Maka semua kata yang digukannya
merupakan bahasa arab sehingga memiliki latar belakang pra-Qur’an atau
pra-Islam.
39
Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia,(Yogyakarta, Tiara Wacana, 2003), 3
40
Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia,(Yogyakarta, Tiara Wacana, 2003), 10
23
3. Weltanschauung
Dalam analisis Izutsu, pendekatan semantik bertujuan untuk
menngungkapkan budaya sekitar yang kemudian akan sampai kepada tingkat
rekontruksi analitik struktur keseluruhan budaya yang berlaku di masyarakat,
hal ini lah yang disebut sebagai weltanschauung43. Istilah yang sering muncul
dalam semantik Toshihiko Izutsu adalah kata kunci, kata fokus, medan
semantik dan Weltanscauung. Kata kunci merupakan kata-kata yang
memegang peranan penting dalam penentuan penyusunan struktur konseptual
dasar dunia al-Qur’ān. Kata fokus adalah kata kunci yang khusus membatasi
bidang konseptual yang relatif independen dan berbeda dalam kosa kata yang
lebih besar dan merupakan pusat konseptual dari sejumlah kata kunci
tersebut. Medan semantik adalah wilayah atau kawasan yang dibentuk oleh
beragam hubungan diantara suatu bahasa.44 Dalam metode menganalisis
semantik al-Qur’an Izutsu weltanschauung merupakan tujuan yang ingin di
capai yaitu berkaitan dengan visi misi yanng ingin di sampaikan oleh al-
Qur’an
43
Weltanschauung merupakan kajian tentang sifat dan stuktur pandangan dunia dari
budaya yang berkembang saatini atau pada periode sejarah masa itu,. Lihat. Izutsu, Relasi
Tuhan dan Manusia,.
44
Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 18-20.
26
BAB III
Deskripsi Ayat-ayat Tentang Hijrah
A. Pengertian Hijrah
46
Ahzami Sami’un Jazuli, Hijrah dalam Pandangan Alquran, (Jakarta: Gema
Insani Press, Cet. Pertama, 2006), 15.
47
Syalabi, A, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: PT. Al-Husna
Zikra.,1997) 107-108.
29
48
Al-Damaghani, Husain ibn Muhammad, Qamus al-Qur’an au Ishlah
al-Wujuh wa al-Nazhair fi al-Qur’an al-Karim, (Beirut: Dar al- ‘Ilmi li al-
Malayin, 1983) 471-472.
30
terdapat pada Al-Muzammil [73]: 10, َهَاج ِرين ِ َو ْال ُمdisebutkan tiga kali
dalam al-Qur'an yang terdapat pada At-Taubah [9]: 117, An-Nur [24]: 22,
Al-Ahzab [33]: 6, َ رُونe تَ ْه ُجdisebutkan satu kali dalam al-Qur'an yang
terdapat pada Al-Mu’minun [23]: 67, ت ٍ اج َرا
ِ َ ُمهdisebutkan satu kali dalam
al-Qur'an yang terdapat pada Al-Mumtahanah [60]: 10, ُمهَا ِج ٌرdisebutkan
satu kali dalam al-Qur'an yang terdapat pada Al-Ankabut [29]: 26, ُمهَا ِجرًا
disebutkan satu kali dalam al-Qur'an yang terdapat pada An-Nisa [4]:100
َم ْهجُو ًرdisebutkan satu kali dalam al-Qur'an yang terdapat pada Al-Furqan
[33]: 30, هَا َجرُواdisebutkan lima kali dalam al-Qur'an yang terdapat pada
Al-Baqarah [2]: 218, Ali-Imran [3]: 195, An-Nahl [16]: 41, An-Nahl [16]:
110, Al-Hajj [22]: 58, َ هَا َجرْ نdisebutkan satu kali dalam al-Qur'an yang
terdapat pada Al-Ahzab [33]: 50, هَا َج َرdisebutkan satu kali dalam al-
Qur'an yang terdapat pada Al-Hasyr [59]: 9, هَجْ رًاdisebutkan satu kali
dalam al-Qur'an yang terdapat pada Al-Muzzammil [73]: 10, ُوا ْ فَتُهَا ِجر
disebutkan satu kali dalam al-Qur'an yang terdapat pada An-Nisa [4]: 97,
ْ فَا ْهجُرdisebutkan satu kali dalam al-Qur'an yang terdapat pada Al-
Muddaththir [74]: 5, اج ِرين ِ َ ْال ُمهdisebutkan dua kali dalam al-Qur'an yang
terdapat pada At-Taubah [9]: 100, Al-Hasyr [59]: 8.49
َو ْاه ُج ْر ُه Al- اصرِب ْ َعلَ ٰى َما َي ُقولُو َن َو ْاه ُج ْر ُه ْم َه ْجًراَو ْ
5 Muzammil
ْم [73]: 10 مَجِ ياًل
Al- اصرِب ْ َعلَ ٰى َما َي ُقولُو َن َو ْاه ُج ْر ُه ْم َه ْجًراَو ْ
6 َه ْجًرا Muzammil
يل ِ
[73]: 10 مَج ً
Al-
7 فَ ْاه ُج ْر Muddatstsir
[74]: 5 الر ْجَز فَ ْاه ُج ْر
َو ُّ
َّ ِ ِ َّ ِ
8
هاجر اجُروا
َه َ Al-Baqarah اجُروا
ين َه َ ين َآمنُوا َوالذ َ إ َّن الذ َ
[2]: 218 اه ُدوا يِف َسبِ ِيل اللَّ ِه َو َج َ
Ali Imran
اجُروا َوأُ بعض ُكم ِمن بع ٍ َّ ِ
9
[3]: 195 ين َه َ
ض ۖ فَالذ َ َْ ُ ْ ْ َْ
اجُروا يِف اللَّ ِه ِم ْن َب ْع ِد َما ظُلِ ُمو َّ ِ
An-Nahl
10
[16]: 41 ين َه َ
َوالذ َ
An-Nahl اجُروا ِم ْن َب ْع ِد َما
ين َه َ
مُثَّ إِ َّن ربَّ ِ ِ
ك للَّذ ََ َ
11
[16]: 110 فُتِنُوا
اجُر ْوا يِف ْ َسبِْي ِل ال ٰلّ ِه ِ
Al-Hajj [22]:
12
58 َوالَّذيْ َن َه َ
ِ َّ ِ
19
Al-Anfal [8]: اه ُدوا
اجُروا َو َج َ ين َآمنُوا َو َه َإ َّن الذ َ
72 بِأ َْم َواهِلِ ْم
اه ُدوا يِف َّ ِ
اجُروا َو َج َ ين َآمنُوا َو َه َ َوالذ َ
20 Al-Anfal [8]:
74
َسبِ ِيل اللَّ ِه
32
ِ ِ
ُته ِ ‟An-Nisa ك َمأْ َو ُاه ْم َو ِاس َعةً َفُت َهاجُروا ف َيها ۚ فَأُو ٰلَئِ َ
16 اجُرواْ َ تمِ
[4]: 97 ص ًريا َّم ۖ َو َساءَ ْ َ َج َهن ُ
اج ْر يِف َسبِ ِيل اللَّ ِه جَيِ ْد يِف ومن يه ِ
يه ِ
اج ْر ‟An-Nisa َ َ ْ َُ
17 َُ [4]: 100 ضاأْل َْر ِ
اجًرا إِىَل اللَّ ِه ومن خَي ْرج ِمن بيتِ ِه مه ِ
مه ِ
اجًر ‟An-Nisa َ َ ْ ُ ْ ْ َْ ُ َ
18 َُ [4]: 100 َو َر ُسولِِه
الْمه ِ
اج ِري ِ ِ و َّ ِ
23
َُ At-Taubah الساب ُقو َن اأْل ََّولُو َن م َن الْ ُم َهاج ِر َ
ين َ
ن [9]: 100 صا ِر َواأْل َنْ َ
ُخ ِر ُجوا ِم ْن اج ِر َّ ِ ِ ِ ِ
Al-Hasr [59]: ين أ ْ ين الذ َ ل ْل ُف َقَراء الْ ُم َه َ
24
8 ِديَا ِر ِه ْم
ِ
اب اللَّهُ َعلَى النَّيِب ِّ َوالْ ُم َهاج ِر َ
ين لََق ْد تَ َ
25 At-Taubah
[9]: 117
صا ِر َواأْل َنْ َ
33
ِ
26
An-Nur [24]: َ يُ ْؤتُوا أُويِل الْ ُق ْرىَب ٰ َوالْ َم َساك
ني
ين يِف َسبِ ِيل اللَّ ِه ِ
َ َوالْ ُم َهاج ِر
22
ِ َّ ِ َّ ِ
ون َ ُِولَ ئ
َ ك َي ْر ُج ٰ يل اللَّ ِه أ
ِ ِاه ُد وا يِف َس ب
َ اج ُر وا َو َج
َ ين َه
َ آم نُ وا َو ال ذ َ ين َ إ َّن ال ذ
ِ ِ
ٌ َو اللَّ هُ َغ ُفeۚ ت اللَّ ه
ٌور َر ح يم َ َ َر مْح
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah
dan berjihad di jalan allah, mereka mereka itu mengharapkan rahmat Allah,
dan Allah maha pengampun lagi maha penyayang (Q.S Al-Baqarah 2:218).
ْْك ْم ِم ن
ُ يع َع َم َل َع ِام ٍل ِم ن ِ
ُ اب هَلُ ْم َر بُّ ُه ْم أَ يِّن اَل أُض َ اس تَ َج ْ َف
ُْخ ِر ُج وا ِم ن ِ َّ ٍ ب عْض ُك ْم ِم ْن ب عeۖ َو أُنْث ى
ْ اج ُر وا َو أ
َ ين َه َ فَ ال ذeۖ ْض َ ُ َ ٰ َ ْ ذَ َك ٍر أ
ْار ِه ْم َو أُوذُ وا يِف َس بِ يلِ ي َو قَ ا َت لُ وا َو قُ تِ لُ وا أَل ُ َك ِّف َر َّن َع ْن ُه ْم َس يِّ ئَ ا هِتِ م
ِ َِد ي
eۗ ْد اللَّ ِه ِ ات جَتْ ِر ي ِم ْن حَتْ تِ ه ا ا أْل َ نْه ار َث و اب ا ِم ْن ِع ن ٍ َّْخ لَ َّن ه ْم ج ن
ِ
ً َ ُ َ َ َ ُ َو أَل ُ د
ِ الث و
اب َ َّ ْد هُ ُح ْس ُن َ َو اللَّ هُ ِع ن
“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya
(dengan berfirman): "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal
orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau
perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang
lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung
halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang
dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan
pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-
sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-
Nya pahala yang baik". (Q.S Ali’imran 3:195).
ِ ِ ال إِ يِّن م ه
ِ َ إِ نَّهُ ُه و الeۖ اج ٌر إِ ىَل ٰ َر يِّب
ُْع ز ُيز ا حْلَ ك يم َ َُ َ َ َو قeۘ وط
ٌ ُآم َن لَ هُ ل
َ َف
“Maka Luth membenarkan (kenabian)nya. Dan berkatalah
Ibrahim: "Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang
diperintahkan) Tuhanku (kepadaku); sesungguhnya Dialah Yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Q.S Al-‘Ankabut 29:26).
35
ِ ِ هِل
َ َّ لَ ئِ ْن مَلْ َت نْتَ ِه أَل َ ْر مُجَ نeۖ يم
eۖ ك ُ ْت َع ْن آ َ يِت يَ ا إ ب َْر اه
َ ب أَن
ِ
ٌ ال أ ََر اغَ َق
اه ُج ْر يِن َم لِ يًّ ا
ْ َو
eۖ ًون َس َو اء
َ ُون َك َم ا َك َف ُر وا َف تَ ُك ون َ َو ُّد وا لَ ْو تَ ْك ُف ُر
eۚ يل اللَّ ِه ِ فَ اَل َت تَّ ِخ ُذ وا ِم ْن ه ْم أ َْو لِ ي اء ح ىَّت ي ه
ِ ِاج ُر وا يِف َس ب َُ ٰ َ َ َ ُ
َو اَلeۖ وه ْم
ُ ُْث َو َج ْد مُت
ُ وه ْم َح ي ُ ُْت ل ُ فَ ِإ ْن َت َو لَّ ْو ا فَ ُخ ُذ
ُ وه ْم َو ا ق
ِ ََت تَّ ِخ ُذ وا ِم ْن ه ْم و لِ يًّ ا و اَل ن
ص ًري ا َ َ ُ
“Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi
kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara
mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika
mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan
janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi pelindung, dan jangan
(pula) menjadi penolong,” (Q.S An-Nisa’ 4:89)
36
اغ ًم ا
َ ض ُم َر ِ يل اللَّ ِه جَيِ ْد يِف ا أْل َ ْرِ ِاج ْر يِف َس ب ِ و م ْن ي ه
َُ َ َ
ِ
ِاج ر ا إِ ىَل اللَّ ه ِِ ِ ِ
ً َو َم ْن خَي ْ ُر ْج م ْن َب يْت ه ُم َهeۚ ًَك ث ًري ا َو َس َع ة
eۗ َج ُر هُ َع لَ ى اللَّ ِه ْ ت َف َق ْد َو قَ َع أ ِ ِِ
ُ ْم ْو َ َو َر ُس ول ه مُثَّ يُ ْد ر ْك هُ ال
ِ
يم ا
ً ور ا َر ح ً ان اللَّ هُ َغ ُف
َ َو َك
“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini
tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya
dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya
(sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi
Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S An-Nisa’
4:100)
ور ا
ً آن َم ْه ُج ُ ب إِ َّن َق ْو ِم ي ا خَّتَ ُذ وا َٰه َذ ا ال
َ ْق ْر ِّ ول يَ ا َر
ُ الر ُس
َّ ال
َ ََو ق
“Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku
menjadikan Al Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan” (Q.S Al-
Furqon 25:30)
ْار ِه م
ِ َُخ ِر ُج وا ِم ْن ِد ي ْ ين أ ِ َّ اج ِر ِ ْف َق ر ِاء الْم ه ِ
َ ين ال ذَ َُ َ ُ لل
َون اللَّ ه
َ ْص ُر ْ ض اًل ِم َن اللَّ ِه َو ِر
ُ ض َو انً ا َو َي ن َ َُم َو ا هِلِ ْم َي ب َْت غ
ْ َون ف ْ َو أ
ِ الص
ون
َ ُاد ق َّ ك ُه ُم َ ُِولَ ئ
ٰ أeۚ و ر س ولَ ه
ُ ُ ََ
“Bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari
harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka
menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar” (Q.S Al-Hasr
8)
ج ًر ا مَجِ ي اًل
ْ اه ُج ْر ُه ْم َه َ ُاص رِب ْ َع لَ ٰى َم ا َي ُق ول
ْ ون َو ْ َو
“Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan
jauhilah mereka dengan cara yang baik” (Q.S Al-Muzzammil 73:10)
اه ُج ْر
ْ َالر ْج َز ف
ُّ َو
”Dan perbuatan dosa tinggalkanlah” (Q.S Al-Muddassir 74:5)
ِ ون ع لَ ى النِّ س
َّ َاء مِب َ ا ف
َ ض َل اللَّ هُ َب ع
ٍ ْض ُه ْم َع لَ ٰى َب ع
ْض َ َ َ ال َق َّو ُام
ُ الر َج
ِّ
ِ ات لِ لْغَ ي
ْب ِ
ٌ َات َح اف ظ
ِ
ٌ َات قَ ان ت
فَ َّ حِلeۚ َم و ا هِلِ ْم
ُ َ الص ا
ِ َ و مِبَ ا أَ ن
َ ْ ْف ُق وا م ْن أ َ
39
وه َّن
ُ اه ُج ُرْ وه َّن َو ِ
ُ ُوز ُه َّن فَ ع ظ َ ون نُ ُش َ مِب َ ا َح ِف
َ ُ َو ال اَّل يِت خَتَ افeۚ ُظ اللَّ ه
ِ فَ ِإ ْن أَطَ عْنَ ُك ْم فَ اَل َت ْب غُ وا َع لَ يeۖ وه َّن
ْه َّن َس بِ ي اًل ِ اج ِع َو اض ِ يِف الْم ض
ُ ُْر ب َ َ
ان َع لِ يًّ ا َك بِ ًري ا
َ إِ َّن اللَّ هَ َكeۗ
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh
karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas
sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah
menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang
saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).
Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah
mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah
mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu
mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha
Tinggi lagi Maha Besar” (Q.S An-Nisa’ 4:34)
50
Izza Royani, ”Reinterpretasi Makna Hijrah dalam QS. al-Nisa/4 ayat 100:
Sebuah Respon atas Fenomena Hijrah di Kalangan Artis”, Malan, Journal of Islam and
Muslim Society, E-ISSN 2715-0119, Vol No 1 (2020)
40
54
Sayyid Quthub, Tafsir fi Zhilalil Qur’an: di Bawah Naungan al-Qur’an, (Jakarta: Gema
Insani, 2000), 63-64.
42
55
Hamka, Tafsir al-Azhar, (Jakarta: Panjimas, 1986), 228-23.
43
56
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan keserasian al-Qur’an,
(Tangerang; Lentera Hati, 2008), 684-685.
44
BAB IV
57
Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka
Cipta,2009), 13.
45
61
Kamus Al-muawir arab-indonesia, (Yogyakarta: Pustaka progresif, 1997),
1489
62
Ahzami Sami’un jazuli, Hijrah dalam Pandangan Al-Qur’an (Jakarta, Gema
Insan Press, 2006), 15-16.
63
Kamus Beasar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional,
2008), 523.
47
ِ ِ هِل
َ َّ لَ ئِ ْن مَلْ َت نْتَ ِه أَل َ ْر مُجَ نeۖ يم
eۖ ك ُ ْت َع ْن آ َ يِت يَ ا إ ب َْر اه
َ ب أَن
ِ
ٌ ال أ ََر اغَ َق
اه ُج ْر يِن َم لِ يًّ ا
ْ َو
“Berkata bapaknya: Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku,
hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan
kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama” (Q.S Maryam
19:46)
ِ ِ ال إِ يِّن م ه
ِ َ إِ نَّهُ ُه و الeۖ اج ٌر إِ ىَل ٰ َر يِّب
ُْع ز ُيز ا حْلَ ك يم َ َُ َ َ َو قeۘ وط
ٌ ُآم َن لَ هُ ل
َ َف
48
eۚ ًاغ ًم ا َك ثِ ًري ا َو َس َع ة
َ ض ُم َرِ يل اللَّ ِه جَيِ ْد يِف ا أْل َ ْر
ِ ِاج ْر يِف َس بِ و م ْن ي ه
َُ َ َ
ِ ِِ ِ ِ ِ ِِ ِ ْ و م ْن خَي ْ ر
ت
ُ ْم ْو َ ج م ْن َب يْت ه ُم َه اج ًر ا إ ىَل اللَّ ه َو َر ُس ول ه مُثَّ يُ ْد ر ْك هُ ال ُ ََ
ِ َ َو َكeۗ َج ُر هُ َع لَ ى اللَّ ِه
يم ا
ً ور ا َر ح ً ان اللَّ هُ َغ ُف ْ َف َق ْد َو قَ َع أ
ِ ون ع لَ ى النِّ س
َّ َاء مِب َ ا ف
ٍ ْض ُه ْم َع لَ ٰى َب ع
ْض َ ض َل اللَّ هُ َب ع َ َ َ ال َق َّو ُام ُ الر َجِّ
ْبِ ات لِ لْغَ ي ِ
ٌ َات َح اف ظ
ِ
ٌ َات قَ ان ت
فَ َّ حِلeۚ َم و ا هِلِ ْم
ُ َ الص ا
ِ َ و مِبَ ا أَ ن
َ ْ ْف ُق وا م ْن أ َ
وه َّن
ُ اه ُج ُر ْ وه َّن َو ِ
ُ ُوز ُه َّن فَ ع ظ َ ون نُ ُش َ ُ َو ال اَّل يِت خَتَ افeۚ ُظ اللَّ هَ مِب َ ا َح ِف
ْه َّن َس بِ ي اًلِ فَ ِإ ْن أَطَ عْنَ ُك ْم فَ اَل َت ْب غُ وا َع لَ يeۖ وه َّن ِ يِف الْم ض
ُ ُاض ِر ب
ْ اج ِع َو َ َ
ان َع لِ يًّ ا َك بِ ًري ا
َ إِ َّن اللَّ هَ َكeۗ
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh
karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas
B. Makna Relasional
Makna relasional merupakan makna konotatif, yaitu makna yang
terdapat di luar makna dasar namun memiliki hubungan khusus dengan
makna dasar. Sedangkan dalam perubahannya makna relasional sangat
bergantung pada waktu dan kebudayaan pengguna bahasanya dan
bergantung kepada relasi makna yang berbeda dengan kata-kata dalam
system tersebut.65 Dalam pembahasan untuk mendapatkan makna
relasional kata hijrah Izutsu menggunakan metode analisi sintagmatik dan
paradigmatik.
1. Analisis Sintagmatik
Analisis sitagmatik merupakan sebuah analisa
dengan menetukan suatu kata dengan kata-kata lain yang
mengelilinginya dalam sebuah pembahasan tertentu.
65
Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 12.
50
Fi'il
Al-Anfal
[8]: 72
ُم ْسلِم َسبِ ِيل اللَّ ِه
,َسبِ ِيل اللَّ ِه
mudhori'
An-Nisa'
ِ يه َم ْن ِ يه
اج ْر َُ
[4]: 100 اج ْر َُ خَي ُْر ْج
ِ ُته
اجُروا
An-Nisa' ِظَامِل ِ ُته
اجُروا َسبِ ِيل اللَّ ِه
َ [4]: 97 َ
Fi'il madi' اجُروا
َ َه
Al- ُم ْسلِم اجُروا
َ َه
, َسبِ ِيل اللَّ ِه
Baqarah
66
Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, 36.
51
53
2. Analalisis paradigmatik
a) Rahala
67
Saiful Fajar, Konsep Syaiṭān Dalam Al-Qur’an (Skripsi Ilmu Al-Qur’an dan
Ilmu Tafsir UIN Jakarta, 2018), 29.
54
ِ الص ي ِ الش ت ِ
ْف َّ اء َو َ ِّ َإِ ي اَل ف ِه ْم ِر ْح لَ ة
b) Safara
68
M. Qurais Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an
(Jakarta: Lentera Hati, 2006) vol. 15, 538.
55
c. Karaja
ِ ِ
eۚ َش ُّد قَ ْس َو ًةَ ك فَ ِه َي َك ا حْلِ َج َار ِة أ َْو أ َ ت ُق لُ وبُ ُك ْم ِم ْن َب عْد َٰذ ل ْ مُثَّ قَ َس
َو إِ َّن ِم ْن َه ا لَ َم ا يَ َّش َّق ُقeۚ ار
ُ ْه
ِ ِ ِ
َ َو إِ َّن م َن ا حْل َج َار ِة لَ َم ا َي َت َف َّج ُر م نْهُ ا أْل َ ن
َو َم اeۗ ط ِم ْن َخ ْش يَ ِة اللَّ ِه ُ ِ َو إِ َّن ِم ْن َه ا لَ َم ا َي ْه بeۚ ُْم اء ِ
َ َف يَ ْخ ُر ُج م نْهُ ال
ِ ِ
ون
َ ُْم ل َ اللَّ هُ ب غَ اف ٍل َع َّم ا َت ع
”Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti
batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu
sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan
diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air
69
Nurul Hidayati, Makna Rihlah dan Safar Dalam Al-Qur’an Studi Penafsirab
Ibnukatsir dan Quraish Shihab, (Skripsi Ilmu Al-Qur’an dan Ilmu Tafsir UIN
Yogyakarta, 2017), 6.
70
[1] Ibnu Al-Mandzur, Lisaan Al-Arab, Juz II, 249.
71
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Munawwir, 330.
57
Kharaja
1. Pra Qur’anik
72
http://baitsyariah.blogspot.com/2019/01/tafsir-surah-al-baqarah-ayat-74.html
58
76
A’syā Hamdān, Diwān A’syā Hamdān wa Akhbārah, (Riyad: Dār al-‘Ulūm,
1983), 31.
59
2. Qur’anik
77
Khoirur Rifqi Robiansyah, Tadabbur dalam al-Qur’an Prespektif Semantik
Toshihiko Izutsu (Skripsi Ilmu al-Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta,
2019), 102.
78
Riqza Ahmad, al-Qur’an & Ulum al-Qur’an MindMap (Kudus: PT. Buya
Barakah, 2019), 113.
79
Disebut sebagai masyarakat jahiliah karena masyrakat saat itu tidak memiliki
otoritas hukum yang jelas, kerap menampakkan budaya-budaya yang tidak baik, dan
dikenal sebagai masyarakat penyembah berhala. Namun setelah datangnya semua itu
61
berangsur membaik.
80
Riqza Ahmad, al-Qur’an & Ulum al-Qur’an MindMap, 115.
81
Berikut redaksi ayat 100 surat An-Nisa/4:
eْ e ِمeج
eن ِ eرeْ َ أْلe اe يe ِفe ْدeَ ِجe يeِ هَّللاeلeِ e يe ِبeَ سe يe ِفeرeْ eجeِ eَ اe هeُ يeنeْ eَ مeَو
eْ eرeُ eخeْ َe يeنeْ eََو مe eۚ eً ةeَ عeَ سe َوe اe ًرe يe ِثeَ كe اe ًمeَغe اe َرe ُمeض
eُ هَّللا هَّللا
e َنeَ اe كe َوeۗ eِ eَ ىe لeَ عeُ هeرeُ eeْeَ جe أeََ عeَو قe eَ ْدeَ قe فeت ْ eُ َرe َوe eِ هَّللاeَ ىe لeِ إe اe ًرe ِجeَ اe هe ُمe ِهeee ِتeَ ْيeب
e eوeْ َe مeلe اeُ هeee ْكe ِرe ْدeُ يe َّمeُ ثe ِهe ِلe وeeس
ُ
ُ
e اe ًمe يe ِحe َرe اe ًرe وe فeَغ
“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di
muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa
keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya,
kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju),
maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”
62
82
Jalaludi As-syuthi, Sebab Turunnya Ayat, (Jakarta: Gema Insani, 2008), 93-
94.
83
Izza Royani, ”Reinterpretasi Makna Hijrah dalam QS. al-Nisa/4 ayat 100:
Sebuah Respon atas Fenomena Hijrah di Kalangan Artis”, Malan, Journal of Islam and
Muslim Society, E-ISSN 2715-0119, Vol No 1 (2020)
84
Berikut redaksi ayat 72 surat Al-Anfal/8:
eِ هَّللاe ِلe يe ِبeeس
َ e يe ِفe ْمe ِهeeسe eِ eُ فeَ ْنeَو أe e ْمe ِهe ِلe اe َوeَ ْمe أeee ِبeاe وeَ ُدeهeَج اe َوe eاe وe ُرeج َ eَ اe هe َوeاe وeeeُ نeَمe آe َنe يe ِذeeَّلe اeَّe نeِإ
eاe وeرeُ eجeِ eَ اe هeُ يeمeْ َe لe َوeاe وeeeُ نeَمe آe َنe يe ِذeَّلeَو اe eۚ eض ٰ
َ eَ ِئeلee وeُ أeاe وeرeُ ص َe َeَو نe e اeوeْ e َوe آe َنe يe ِذeeَّلe اeَو
ٍ eَ ْعe بe ُءeَ اe يe ِلeوeْ َe أe ْمeُ هeeض eُ eَ ْعe بeك
ُ ُ
eُ مe كeَ ْيe لeََ عe فeنeِ e يeِّeدeeeلe اe يe ِفe ْمeكe وe ُرeص ْ
َ eَ نe تe ْسe اeنeِ eِ إe َوeۚ eاe وe ُرe ِجeَ اe هeُ يeىeٰ ee تeح َّ َ eءeٍ eي eْ eَ شeنe e ِمe ْمe ِهeَ ِتe اَل يe َوeنeْ e ِمe ْمeَ ُكe لe اeَم
ْ
ُ هَّللا
eِ َe بe َنe وe لeَ مeَ ْعe تe اeَ مeِ بeُ َوe eۗ eق
e ٌرe يeص ٌ eَ اeثe يe ِمe ْمeَُ هe نeَ ْيeَو بe e ْمeَ ُكe نeَ ْيe بeمeٍ eوeْ َe قeىeٰ َe لeَ اَّل عeِ إe ُرeص eْ eَّنeلeا
Ketiga, Hijrah pada Qs. Al-Anfal [8]: 74.86 Ayat ini mirip
redaksinya dengan ayat 72, tetapi ayat ini bukan ulangan yang
lalu, karena ayat yang lalu menginformasikan kerjasama antar
mereka serta pembagian orang-orang beriman menjadi 3
kelompok, sedang ayat ini menginformasikan ganjaran yang
mereka peroleh sebagai imbalan kerjasama dalam kebajikan itu.
Kata karim (mulia) digunakan untuk menyifati sesuatu yang
sempurna dan terpuji. Dengan demikian kata rizqun karim pada
ayat ini, maknanya tidak terbatas hanya pada rezki di surga
85
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002). h. 615-
617
86
Berikut redaksi ayat 74 surat Al-Anfal/8:
َ eَو نe e اeوeْ َوe e آe َنe يe ِذeَّلeَو اe eِ هَّللاe ِلe يe ِبeeس
eاe وe ُرeeَص َ eَ اe هe َوeاe وeeeُ نeَمe آe َنe يe ِذeَّلeَو اe
َ e يe ِفeاe وeَ ُدeهeَج اe َوe eاe وe ُرeج
ْ ْ ً ّ ْ
ٌ eزe eَو ِرe eٌَر ةe e ِفeغe eَ مe ْمeَُ هe لeۚ e اeَح قe e َنe وeُ نe ِمeؤeْ e ُمeلe اe ُمeُ هeك
eٌمe يe ِرeَ كeق ٰ ُ
َ eَ ِئeلee وeأ
87
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, 621-622
88
Berikut redaksi ayat 100 surat At-Taubah/9:
eَ يeeض eِ e َرe ٍنe اeeس َ eأْل َ ْنeَو اe e َنe يe ِرe ِجeَ اe هe ُمe ْلe اe َنe ِمe َنe وeُ لeَّeأْل َ وe اe َنe وeُ قe ِبe اeَّeسeلe اeَو
َ eحeْ eِ إe ِبe ْمeُهe وeeُeَ عe بeeَّتe اe َنe يe ِذeeَّلe اe َوe ِرe اeeصe
eۚ e اeَ ًدeَ بe أeَ اeهe يe ِفe َنe يe ِدe ِلeَخ اe e ُرeَ اe هeأْل َ ْنe اeَ اeَ هe تeحeْ َe تe يe ِرeجeْ َe تeت َ e ْمeَُ هe لeَّe دeََ عe أe َوeُ هe ْنeَ عeاe وeض
ٍ e اeeَّ نeج ُ e َرe َوe ْمeُ هe ْنeَ عeُ هَّللا
َ e ِلeَذeٰ
eُمe يe ِظeَ عe ْلe اe ُزeوeْ َe فe ْلe اeك
89
Bukhari, Shahih al-Bukhori, (Beirut: Darul Kutub, 1997), 6
66
90
al-Bukhāri, al-Jāmi’ al-Shahīh, Vol. 4 (T.tp: Dar Thauq al-Najah, 1422 H.), 15.
Keberadaan hadis diatas juga dapat ditemukan pada kitab-kitab hadis lainnya, seperti
Shahih Muslim pada bab al-Mubaya’ah Ba’da Fath Makkah ‘ala al-Islam. Muslim,
Shāhīh Muslim, Vol. 3, hlm. 1488. Sunan at-Tirmīdzī pada bab Ma Jā’a Fi al- Hijrah, 20
67
3. Pasca Qur’anik
Musnad Ahmad pada musnad ‘Abdullah Ibn ‘Abbas Ibn ‘Abd al-Muththalib. Ahmad, al
Musnad, Vol. 3, hlm. 448.
91
Jazuli, Hijrah dalam Pandangan Alquran, (Jakarta: Gema Insani Press, 2006),
24
92
Khoirur Rifqi Robiansyah, Tadabbur dalam al-Qur’an Prespektif Semantik
Toshihiko Izutsu (Skripsi Ilmu al-Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta,
2019), 108.
68
93
Nurfaruqi, Penafsiran Ayat-ayat Hijrah Menurut Sayyid Qutub di Dalam
Tafsir Fi Zilalil Quran, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung, 2017.
69
96
Agnia Addini, Fenomena Gerakan hijrah di Kalangan Pemuda Muslim
Sebagai Mode Sosial, Journal of Islamic Civilization, Universitas Muhammadiyah
Malang, Volume 1, No. 2, Oktober 2019, 110
72
D. Weltanschauung
Secara umum kata hijrah jika kita tinjau dari segi konteks
penggunaannya di dalam al-Qur’an dengan menggunakan teori semantik
Toshihiko Izutsu memiliki makna berpindah atau meninggalkan. Hijrah
dalam konsepsi al-Qur’an bermakna migrasi teritorial yang dilakukan
nabi dari kota Makkah menuju kota Madinah. Migrasi teritorial ini
memiliki orientasi untuk mencari keselamatan agama sebagai manifestasi
taat kepada Allah Swt.
101
https://andi.link/hootsuite-we-are-social-indonesian-digital-report-2020/
75
menghendaki tranformasi sosial ke arah yang lebih baik secara sifat dan
sikap beragama.
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA