Anda di halaman 1dari 84

CSE – 07 = PENERAPAN K3 DALAM PELAKSANAAN

KONSTRUKSI

PELATIHAN
AHLI K3 KONSTRUKSI

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

KATA PENGANTAR

Modul CSE – 07 = Penerapan K3 dalam pelaksanan konstruksi merupakan salah satu modul
yang cukup penting dalam satu kesatuan modul-modul pelatihan Ahli K3 Konstruksi.
Apabila dalam pelaksanaan konstruksi ini telah tersusun metode kerja / pelaksanaan yang
betul-betul berbasis K3, kemudian metode kerja lengkap dengan instruksi kerja dilaksanakan
dengan disiplin dan konsisten, diharapkan cita-cita nihil kecelakaan dapat tercapai.

Dengan tercapainya nihil kecelakaan termasuk nihil penyakit kerja akan membawa
perusahaan mencapai prestasi dan reputasi yang baik sebagai modal utama untuk
berkompetensi dalam arena persaingan yang sangat ketat.

Biarpun telah dipersiapkan secara matang yang mengacu kepada SKKNI (Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) dan SLK (Standar Latihan Kerja) yang sudah dibahas
dalam konvensi nasional yang dihadiri para pakar atau ahlinya dan asosiasi profesi,
dimaklumi bahwa materi pelatihan ini dimasa mendatang perlu terus disempurnakan.
Sehubungan dengan itu sumbang saran dan koreksi dari semua pihak sangat diharapkan.

Terima kasih
Tim Penyusun

ii
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

LEMBAR TUJUAN

JUDUL PELATIHAN : AHLI K3 KONSTRUKSI

TUJUAN PELATIHAN :
A. Tujuan Umum Pelatihan
Setelah mengikuti peserta diharapkan mampu :
Merencanakan, melaksanakan, mengembangkan dan mengevaluasi penerapan
ketentuan K3 untuk mencapai tingkat efektivitas dan efisien penyelenggara konstruksi
mencapai nihil kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

B. Tujuan Khusus Pelatihan


Setelah mengikuti pelatihan peserta mampu :
1. Menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan K3 Konstruksi
2. Mengkaji dokumen kontrak dan metode kerja pelaksana konstruksi
3. Merencanakan dan menyusun program K3
4. Membuat prosedur kerja dan instruksi kerja penerapan ketentuan K3
5. Melakukan sosialisasi dan pengawasan pelaksanaan program, prosedur kerja dan
instruksi kerja K3
6. Melakukan evaluasi dan membuat laporan penerapan SMK3 dan pedoman teknis K3
yang mengacu peraturan perundang-undangan yang berlaku
7. Mengusulkan perbaikan metode kerja pelaksanaan konstruksi berbasis K3, jika
diperlukan
8. Melakukan penanganan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta keadaan
darurat

Seri / Judul Modul = CSE – 07 : Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah selesai mengikuti modul ini, peserta mampu melakukan penerapan K3 dalam
pelaksanaan konstruksi dengan metode kerja dan instruksi kerja berbasis K3

iii
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Setelah modul ini diajarkan, peserta mampu
1. Membaca dan meneliti metode kerja dan instruksi kerja sudah berbasis K3 atau belum
2. Memperbaiki metode kerja dan instruksi kerja pelaksanaan konstruksi yang belum
berbasis K3
3. Membuat dan mengusulkan pembuatan metode kerja dan instruksi kerja berbasis K3
4. Menerapkan SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dalam
pelaksanaan konstruksi.

iv
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i


LEMBAR TUJUAN .........................................................................................................ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii
DAFTAR MODUL ........................................................................................................ iv
PANDUAN PERHUBUNGAN DAFTAR GAMBAR ....................................................... vi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1-1
1.2. Lingkup Pekerjaan Sumber Daya Air ...................................................... 1-2
1.3. Proses Penyusunan Modul ...................................................................... 1-2

BAB 2 INTEGRASI KEPASTIAN MUTU, K3 DAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN DALAM


PELAKSANAAN KONSTRUKSI
2.1 Pengertian ............................................................................................... 2-1
2.2 Kepastian Mutu ........................................................................................ 2-1
2.2.1 Sistem Manajemen Mutu.............................................................. 2-1
2.2.2 Tanggung jawab manajemen ....................................................... 2-6
2.3 Sistem Manajemen K3.............................................................................. 2-7
2.4 Sistem Manajemen Lingkungan .............................................................. 2-12
2.4.1 Prinsip Dasar Pengelolaan Lingkungan ...................................... 2-12
2.4.2 Komponen pekerjaan konstruksi yang menimbulkan
dampak lingkungan ..................................................................... 2-14
2.4.3 Dampak yang timbul pada pekerjaan konstruksi ......................... 2-15
2.4.4 Kebijakan dan peraturan perundang-undangan ......................... 2-15

BAB 3 SITE PLAN (RENCANA TATA LETAK LAPANGAN)


3.1 Umum ..................................................................................................... 3-1
3.2 Metode Pelaksanaan Pekerjaan yang baik ............................................. 3-2
3.3 Lingkup Pekerjaan Sumber Daya Air ....................................................... 3-3
3.4 Lingkup Pekerjaan Sumber Daya Air ....................................................... 3-3
3.5 Dalam Lingkup Pekerjaan Sumber Daya Air dalam Koridor Site Plan ...... 3-3
3.6 Pekerjaan Dewatering ............................................................................ 3-12
3.7 Pekerjaan Pemancangan ....................................................................... 3-17
3.8 Pekerjaan Tanah .................................................................................... 3-20

v
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3.9 Pekerjaan Beton ..................................................................................... 3-22


3.10 Pekerjaan Tunnel ................................................................................... 3-30
3.11 Pembuatan Daftar Simak ........................................................................ 3-40

BAB 4 PENERAPAN K3 PADA PEMAKAIAN TANGGA DAN PERANCAH


4.1 Hal-hal penting dalam pemasangan perancah.......................................... 4-1
4.2 Standar Aturan pemasangan pekerjaan perancah .................................... 4-1
4.3 Pembuatan Daftar Simak ......................................................................... 4-7

RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA

vi
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

DESKRIPSI SINGKAT
PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN

1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja „Ahli K3 Konstruksi“ dibakukan
dalam SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) yang didalamnya sudah
dirumuskan uraian jabatan, unit-unit kompetensi yang harus dikuasai, elemen
kompetensi lengkap dengan kriteria unjuk kerja (performance criteria) dan batasan-
batasan penilaian serta variabel-variabelnya.
2. Mengacu kepada SKKNI, disusun SLK (Standar Latihan Kerja) dimana uraian jabatan
dirumuskan sebagai Tujuan Umum Pelatihan dan unit-unit kompetensi dirumuskan
sebagai Tujuan Khusus Pelatihan, kemudian elemen kompetensi yang dilengkapi dengan
Kriteria Unjuk Kerja (KUK) dikaji dan dianalisis kompetensinya yaitu kebutuhan :
pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku kerja, selanjutnya dirangkum dan
dituangkan dalam suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan.

3. Untuk mendukung tercapainya tujuan pelatihan tersebut, berdasarkan rumusan


kurikulum dan silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusunlah seperangkat modul-modul
pelatihan seperti tercantum dalam „DAFTAR MODUL“ dibawah ini yang dipergunakan
sebagai bahan pembelajaran dalam pelatihan „Ahli K3 Konstruksi“.
DAFTAR MODUL

No. Kode Judul Modul

1. CSE – 01 UUJK, Etos Kerja dan Etika Profesi

2. CSE – 02 Manajerial dalam Penerapan K3

3. CSE – 03 Peraturan Perundang-Undangan K3

4. CSE – 04 Pengetahuan Dasar K3

5. CSE – 05 Teknik Konstruksi

6. CSE – 06 Manajemen dan Administrasi K3

7. CSE – 07 Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

8. CSE – 08 Penerapan K3 dalam Pengoperasian Peralatan

9. CSE – 09 Kesiagaan dan Tanggap Darurat

10. CSE – 10 Sosialisasi dan Audit Penerapan K3

11. CSE – 11 Perlindungan Lingkungan dan Higiene Proyek

vii
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

DAFTAR GAMBAR

No. No. Gambar Judul Gambar

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

viii
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

PANDUAN PEMBELAJARAN

A. BATASAN
No. Item Batasan Uraian
Keterangan
1. CSE – 07= Penerapan K3 dalam
Seri / Judul
Pelaksanan Konstruksi

2. Deskripsi Materi ini terutama untuk pembentukan


kemampuan untuk menerapkan ketentuan
K3 dalam pelaksanan konstruksi K3 dalam
pelaksanaan konstruksi secara disiplin dan
konsisten

3. Tempat kegiatan Di dalam ruang kelas, lengkap dengan


fasilitasnya.
4. Waktu 4 jam pelajaran (1 JP = 45 menit)
pembelajaran
atau sampai tercapainya minimal
kompetensi yang telah ditentukan
(khususnya domain kognitif)

ix
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

B. PROSES PEMBELAJARAN
Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung
1. Ceramah pembukaan
 Menjelaskan pengantar  Mengikuti penjelasan pengantar, OHT1
 Menjelaskan TIK dan TIU , TIK dan pokok bahasan
TIU, pokok bahasan  Mengajukan pertanyaan,
 Merangsang motivasi apabila kurang jelas
dan minat peserta untuk
mengerti / memahami
dan membandingkan
pengalamannya serta
bertanya
 Waktu = 10 menit
2. Ceramah Bab I
Pendahuluan
 Umum  Mengikuti penjelasan dan OHT2
 Lingkup pekerjaan terangsang untuk berdiskusi
 Waktu = 20 menit  Mencatat hal-hal yang penting
 Mengajukan pertanyaan bila
perlu
3. Bab 2 Integrasi Kepastian
Mutu, K3 dan Lingkungan
 Pengertian  Mengikuti penjelasan dan OHT3
 Kepastian mutu terangsang untuk berdiskusi
 SMK3  Mencatat hal-hal yang penting
 Sistem Manajemen  Mengajukan pertanyaan bila
Lingkungan perlu

 Waktu = 40 menit

Ilustrasi
pembuktian
kebenaran rumus

x
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung


4. Penjelasan : Bab 3
Pembuatan Metoda
Pelaksanaan Berbasis K3  Mengikuti penjelasan dan OHT4
 Umum terangsang untuk berdiskusi
 Metode kerja  Mencatat hal-hal yang penting
 Lingkup pekerjaan SDA  Bertanya bila perlu
 Pekerjaan dewatering
 Pekerjaan tanah
 Pekerjaan beton

 Waktu = 120 menit

5. Bab 4 Penerapan K3 pada


Pemakaian Tangga dan
Perancah  Mengikuti penjelasan dan OHT5
 Hal-hal penting terangsang untuk berdiskusi
 Standar aturan  Mencatat hal-hal yang penting
pemasangan perancah  Bertanya bila perlu
 Daftar simak

 Waktu = 45 menit

6. Penutup
 Merangkum semua bab - Peserta diberi kesempatan
 Tanya jawab bertanya jawab / diskusi dan OHT6
 Diskusi ditanya oleh instruktur secara
lisan / tertulis
 Waktu = 30 menit

xi
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

MATERI SERAHAN

xii
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanan Konstruksi

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Umum
Modul ini berisi prosedur standar dan pedoman yang perlu diikuti dalam pelaksanaan
pembangunan proyek SDA. Penggunaan metode konstruksi atau metode pelaksanaan
yang berbasis mutu, K3 dan perlindungan lingkungan akan menyakinkan bahwa
pelaksanaan pekerjaan akan terselesaikan dalam batas waktu dan dana yang tersedia
serta mutu yang tercantum di dalam spesifikasi. Peningkatan mutu proses
pelaksanaan pekerjan akan mengurangi pekerjaan perbaikan atau pengerjaan kembali
penyelesaiannya.
Metode konstruksi pada hakekatnya adalah penjabaran tata cara dan teknik-teknik
pelaksanaan pekerjaan, merupakan inti dari seluruh kegiatan dalam system
manajemen konstruksi. Metode pelaksanaan konstruksi merupakan kunci untuk dapat
mewujudkan seluruh perencanaan menjadi bentuk bangunanfisik. Pada dasarnya
metode konstruksi merupakan penerapan konsep rekayasa berpijak pada keterkaitan
antara persyaratan dalam dokumen kontrak, keadaan teknis dan ekonomis yang ada
dilapangan dan seluruh sumber daya termasuk pengalaman kontraktor. Kombinasi dan
keterkaitan ketiga elemen secara interaktif membentuk kerangka gagasan dan konsep
metode optimal yang diterapkan dalam pelaksanaan konstruksi. Biasanya dituangkan
dalam bentuk bagan. Konsep metode pelaksanaan mencakup pemilihan dan
penetapan yang berkaitan dengan keseluruhan segi pekerjaan termasuk system
manajemen mutu SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dan
system manajemen lingkungan serta pemilihan dan penetapan sarana dan prasarana
yang bersifat sementara sekalipun.

1-1
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanan Konstruksi

1.2 Lingkup Pekerjaan Sumber Daya Air


Yang menjadi lingkup pekerjaan SDA adalah pekerjaan yang umum dilaksanakan yang
meliputi tahapan dan metode konstruksi (metode pelaksanaan) untuk pekerjaan
sebagai berikut :
1. Pekerjaan Dewatering
2. Pekerjaan Tanah
3. Pekerjaan Dam dan Cofferdam
4. Pekerjaan Beton
5. Pekerjaan Batu dan Pasangan Batu
6. Pekerjaan Pemancangan
7. Pekerjaan Tunnel
8. Pekerjaan Pintu/ Hidromekanikal
9. Pekerjaan Jalan Inspeksi

1.3 Proses Penyusunan Modul


Penyusunan modul akan selalu diupayakan mengacu kepada SLK (Standar Latihan
Kerja) sedangkan Standar Latihan Kerja disusun mengacu kepada SKKNI (Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia).
Didalam proses penyusunan modul sering terjadi muncul elemen kompetensi yang
perlu dimasukan dan dituangkan dalam pokok bahasan biarpun tidak tertuang dalam
silabus Standar Latihan Kerja.
Seperti halnya untuk mempelajari dan meneliti metode kerja pelaksanaan item
pekerjaan sudah berbasis K3 atau belum, ternyata didalam metode kerja juga harus
berbasis sistem mutu dan pengendalian dampak lingkungan.
Sesuai kenyataan ini, maka sebagai Ahli K3 Konstruksi juga perlu kompetensi untuk
mengenali teknik-teknik atau metoda penerapan sistem manajemen mutu dan
perlundungan lingkungan yang akan lebih baik, efektif dan efisien apabila dapat
diintegrasikan secara sinergi dengan penerapan ketentuan K3.

1-2
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

BAB 2
INTEGRASI KEPASTIAN MUTU, K3 DAN
PERLINDUNGAN LINGKUNGAN DALAM PELAKSANAAN KONSTRUKSI

2.1 Pengertian
Didalam pelaksanaan konstruksi yang mengacu kepada dokumen kontrak dipastikan
ada unsur-unsur yang harus dilaksanakan secara disiplin, konsisten dan mendasar
sebagai suatu prinsip yang tidak boleh di langgar, antara lain :
1. Kepastian mutu (quality assurance) produk konstruksi
2. Kepastian penerapan ketentuan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
3. Kepastian perlindungan dan pelestarian lingkungan

2.2 Kepastian Mutu


2.2.1 Sistem Manajemen Mutu (Quality Management System)
Sistem Manajemen Mutu dalam suatu perusahaan pelaksana konstruksi
mewajibkan manajemen untuk menetapkan standard & prosedur operasional
yang diberlakukan diseluruh perusahaan. Untuk memastikan bahwa standard &
prosedur diterapkan dan diikuti maka harus di-dokumentasi-kan.
Secara hirarki maka dokumen sistem mutu (Quality System) adalah sebagai
berikut :
a. Manual Mutu (Quality Manual)
Manual Mutu berisi ringkasan dari sistem mutu perusahaan, dan harus
dapat menyajikan gambaran yang jelas mengenai Sistem Mutu yang
diterapkan diperusahaan.
Manual Mutu tersebut terdiri dari :
 Informasi mengenai perusahaan dan lingkup bisnisnya
 Kebijaksanaan mengenai pengendalian atas manual & prosedur
perusahaan
 Kebijakan Mutu dari perusahaan yang ditandatangani oleh Pimpinan
Perusahaan (Top Manajemen)
 Struktur Organisasi perusahaan dan typical organisasi lapangan
 Uraian Tugas (Job descriptions) dari personil kunci (key personel)
 Manajemen Representatif (Quality System Assurance Manager)
 Review atas Sistem Mutu yaitu Manajemen, Review & Audit Mutu
Internal

2-1
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

b. Prosedur Mutu (Quality Procedures)


Perusahaan harus menetapkan prosedur-prosedur yang akan dibuat, yaitu
yang terkait langsung dan berpengaruh pada mutu produk/jasa.
Cara yang baik untuk memulai adalah dengan membuat flow chart dari
kegiatan-kegiatan perusahaan dan mengidentifikasi kegiatan kunci (key
activities).
Idealnya prosedur-prosedur ini dibuat oleh personil yang ditugaskan pada
masing-masing kegiatan (person in charge) sehingga akan menghasilkan
prosedur-prosedur yang real dan applicable.

Prosedur-prosedur tersebut meliputi :


1) Maksud & tujuan dan lingkup kegiatan yang akan dibuat prosedurnya
2) Segmen-segmen dari kegiatan, guna menunjukkan bagaimana kegiatan
tersebut harus dilaksanakan.
3) Personil yang bertanggung jawab dalam kegiatan tersebut (person in
charge)
4) Personil yang bertanggung jawab atas inspeksi & tes
5) Referensi sebagai tambahan literatur seperti produk hukum yang terkait,
standard dsb.
6) Check list atau form-form dari setiap kegiatan, termasuk contoh form
harus dilampirkan pada prosedur.
7) Tindakan yang harus dilakukan jika timbul non-conformance selama
pelaksanaan pekerjaan.

c. Rencana Mutu Kontrak (RMK) (Contract Quality Plan)


Dokumen Rencana Mutu kontrak berisikan strategi perusahaan untuk
mencapai mutu hasil kerja yang sesuai persyaratan seperti yang ditetapkan
didalam spesifikasi teknis, dan menyajikan gambaran secara ringkas
(summary) dari pekerjaan yang informative.

Dokumen ini harus disiapkan setelah dinyatakan sebagai pemenang tender


untuk pekerjaan yang bersangkutan dalam hal ini sesuai amanat Keputusan
Menteri Kimpraswil Nomor : 362/KPTS/M/2004, tentang Sistem Manajemen
Mutu Konstruksi, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah.

2-2
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

Prosedur
Mutu
Kantor

Manual Rencana
& Mutu
Prosedur Kontrak
Mutu
Perusahaan
Prosedur
Mutu
Proyek

Dokumen Sistem Mutu untuk Kontraktor

Prosedur
Mutu
Kantor

Manual
& Prosedur Rencana
Prosedur Mutu Mutu
Mutu Desain Kontrak
Perusahaan

Prosedur
Mutu Rencana
Konstruksi Mutu
Kontrak

Dokumen Sistem Mutu untuk Kontraktor rancang – bangun (design & built)
Dalam Dokumen Rencana Mutu Kontrak tersebut tercantum secara rinci
mengenai hal-hal sebagai berikut :
1) Bagan Alur (Flow Chart) kegiatan pelaksanaan pekerjaan
2) Penetapan Prosedur dan instruksi kerja yang akan dipergunakan sesuai
dengan alur kegiatan tersebut diatas.

2-3
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3) Penetapan pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh sub-kontraktor.


4) Rencana Inspeksi dan Test yang meliputi : kegiatan yang perlu diperiksa
mutu pekerjaannya sebelum kemudian dilanjutkan keproses selanjutnya,
type dan frekuensi inspeksi dan jenis recordnya.
5) Kriteria keberterimaan (acceptance criteria) atas kegiatan tersebut
diatas dan toleransi penerimaan yang diijinkan
6) Daftar peralatan pokok yang akan dipergunakan

b. Instruksi Kerja
Menurut Kepmen Kipraswil No. 362/KPTS/M/2004, yang dimaksud dengan
instruksi kerja seperti tertuang dalam Bab I Umum, huruf F : Dokumentasi
Sistem Manajemen Mutu Konstruksi, butir : 6 Instruksi Kerja sebagai berikut:
a. Instruksi kerja berisi cara atau petunjuk teknis dari suatu aktivitas atau
kegiatan yang berkaitan dengan penjaminan mutu konstruksi pada
tingkat Unit Pelaksana di lingkungan Departemen Kimpraswil.
b. Instruksi Kerja minimal mencakup :
1) Pejabat yang membuat memeriksa dan mengesahkan instruksi
kerja,
2) Riwayat perubahan instruksi kerja
3) Daftar distribusi instruksi kerja
4) Lingkup penerapan instruksi kerja
5) Referensi atau acuan yang digunakan dalam instruksi kerja
6) Tahapan proses, aktivitas atau kegiatan sesuai instruksi kerja
7) Daftar lampiran berupa format catatan mutu yang merupakan
pencatatan dari pelaksanaan kegiatan sesuai instruksi kerja.
8) Alur kerja dari aktivitas
9) Daftar peralatan yang dipergunakan
10) Daftar rincian kegiatan atau aktivitas
11) Daftar simak atau dafatr periksa

2-4
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

Format pembuatan Instruksi Kerja dapat diikuti sebagai berikut :


INSTRUKSI KERJA Tgl. Edisi Pertama : No. Kopi :
No. Edisi : Tgl. Revisi :
No. Dokumen : Halaman Ke :

ALAT BAHAN LOKASI PEKERJAAN

KRITERIA STATUS
No. LANGKAH PEKERJAAN
KEBERTERIMAAN BAIK TDK.
Catatan : Kriteria keberterimaan mungkin dapat disamakan dengan kriteria kinerja

Quality Sistem Manager menyimpan daftar seluruh Rekaman Mutu dan


mengetahui dimana dan siapa yang memegang

Perusahaan menetapkan masa berlakunya rekaman tersebut dan


menginstruksikan kepada petugas pengendali dokumen (PPD) di site agar
setelah proyek selesai maka semua rekaman mutu diserahkan kepada PPD
perusahaan untuk didokumentasikan.

Seperti diuraikan didepan bahwa instruksi kerja berisi instruksi-instruksi


tertulis yang harus dilakukan atau bisa dipakai sebagai pedoman untuk
menjawab : BAGAIMANA MELAKUKAN ??
Semua item pekerjaan harus ditulis dalam „Instruksi Kerja“, sehubungan
dengan itu harus sudah ada dan apabila belum ada harus dipertanyakan,
karena dengan instruksi kerja berarti ada pedoman „tertulis“ untuk
melakukan semua unsur-unsur item pekerjaan.
Sebagai contoh instruksi kerja seperti contoh berikut :
Dalam hal ini mengingatkan kembali azas kepastian mutu (quality
assurance) yaitu :
- Tulis yang akan dikerjakan dan
- Kerjakan yang telah ditulis
Penerapan azas kepastian mutu ini antara lain dibuat :
 Manual / metode kerja
 Panduan atau SOP (Standard Operational Procedure)
 Instruksi kerja
 Bukti-bukti kerja

2-5
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

a. Statistik pengendalian proses atau sering disebut SPC (Statistical


Process Control) yang didukung dengan teori The Deming Cycle dengan
teori Plan- Do – Check – Act.
b. Perbaikan secara terus menerus (continuous improvement)
- Adanya anjuran perbaikan secara terus menerus mengisyaratkan
bahwa apa yang pernah dihasilkan tidak selalu sempurna dan masih
perlu adanya penyempurnaan terus menerus untuk mencapai hasil
seperti ariginasi perencanaannya.
-
2.2.2 Tanggung Jawab Manajement (Management Responsibility)
Perencanaan dan implementasi Manajemen Mutu dimulai dari tanggung jawab
Manajemen (Management Responsibility) yang dalam hal ini adalah Kebijakan
Mutu (Quality Policy).
Komitmen dan keterlibatan dan top manajemen adalah sangat penting dalam
memacu perusahaan untuk mencapai mutu produk / jasa yang sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan.
a. Kebijakan Mutu
Sebagai landasan dimulainya kegiatan penerapan system manajemen mutu
yang ditandatangani Pimpinan Perusahan sebagai manifestasi komitmen
dari top manajemen dan seluruh jajarannya untuk menerapkan system
manajemen mutu.
b. Organisasi
Dalam upaya mencapai tujuan (objective) yang telah ditetapkan oleh
perusahaan maka diperlukan organisasi yang mencakup :
1. Bagan organisasi yang mencerminkan alur wewenang (authority) dan
tanggung jawab (responsibility).
Didalam menulis tanggung jawab (responsibility) diharapkan sudah
mencantumkan 3 unsur yaitu tentang :
 Sistem manajemen mutu
 Sistem manajemen K3
 Sistem manajemen lingkungan
2. Uraian tugas (job description) yang berisi tugas-tugas, wewenang dan
tanggung jawab untuk jabatan / tugas tertentu.
Kejelasan (clarity) akan tugas yang diberikan dan dipercayakan kepada
seseorang merupakan tiang utama bagi keberhasilan pelaksanaan
tugas itu nantinya. Dengan kejelasan atas tugas seseorang, maka akan
mudahlah bagi si pengemban tugas untuk menyiapkan dirinya guna
2-6
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan lingkup, tanggung jawab


dan wewenangnya.
Adalah mutlak bagi seorang pejabat (jabatan apapun ada pada level
manapun yang diserahkan kepadanya) untuk mengenali, memahami
dan mampu melaksanakan dengan baik fungsi, lingkup tugas dan
bagaimana dia akan melaksanakannya, disamping mengenali fungsi,
lingkup tugas pejabat lain. Dan juga tidak boleh dilupakan Sasaran Kerja
Individu (SKI) dan Sasaran Kerja Kelompok (SKK) serta target yang
harus dicapai.
Informasi mengenai hal-hal tersebut tadi antara lain terdapat pada
uraian tugas dan jabatan (job description), serta pada prosedur
(procedure) dan petunjuk kerja (work instruction) yang ada.
c. Tinjauan Manajemen (Management Review)
Standard menyebutkan bahwa rapat tinjauan manajemen diselenggarakan
secara berkala, dipimpin oleh Top Manajemen sesuai dengan stratanya
yang tujuannya untuk melihat kesesuaian dan kefektifan penerapan
prosedur/ instrkuksi kerja dalam memenuhi standard.

2.3 Sistem Manajemen K3


Dalam rangka penerapan system manajemen K3 sudah ada dasar hukumnya yaitu :
 Undang-undang Nomor : 1 tahun 1970 tentang : Keselamatan Kerja.
 Undang-undang lainnya yang terkait dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang : Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Khusus tentang peraturan perundang-undangan terkait dengan pekerjaan konstrksi
antara lain :
 Undang-undang RI nomor : 18 tahun 1999, tentang : Jasa Konstruksi
Bab V Penyelenggara Pekerjaan Konstruksi pasal 23 ayat (2) : Penyelenggara
pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang keteknikan, keamanan,
keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan tenaga kerja, serta tata lingkungan
setempat untuk menjamin terwujudnya tertib penyelenggara pekerjaan konstruksi.
 Undang-undang RI nomor : 17 tahun 2004, tentang : Sumber Daya Air Bab VII
Pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan pasal 63 ayat (1) : Pelaksanaan
konstruksi prasarana sumber daya air dilakukan berdasarkan norma, standar,
pedoman dan manual dengan memanfaatkan teknologi dan sumber daya lokal
serta mengutamakan keselamatan, keamanan kerja dan keberlanjutan fungsi
ekologis sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2-7
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

Sesuai amanat undang-undang tersebut diatas, bahwa keselamatan dan kesehatan


kerja supaya menjadi perhatian dan diterapkan ketentuan dan persyaratan-persyaratan
dipenuhi.
Sehubungan dengan itu setiap menyusun rencana program, prosedur/ metode /
instruksi kerja harus selalu menerapkan ketentuan/ persyaratan K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) memantapkan penerapan ketentuan K3, dilingkungan Departemen
Pekerjaan Umum telah ditertbitkan beberapa pedoman teknis, antara lain salah
satunya dituangkan dalam Keputusan Menteri Kimpraswil (sekarang Dep. PU) nomor :
384/KPTS/M/2004, tentang : Pedoman Teknis Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
tempat Kegiatan Konstruksi Bendungan yang isinya sebagai berikut :
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Singkatan
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar belakang
1.2 Dasar
1.3 Maksud dan tujuan
1.4 Pengertian
1.5 Ruang lingkup
1.6 Ketentuan umum untuk semua orang
Bab 2 Manajemen K3 Konstruksi Bendungan
2.1 Pembina K3 Konstruksi Bendungan
2.2 Organisasi K3
2.3 Rencana Kerja dan pelatihan
2.4 Pelaksanaan sistem manajemen K3 (SMK3)
2.5 Audit
2.6 Pelaporan
Bab 3 Petunjuk K3 Umum
3.1 Petunjuk umum bagi semua tenaga kerja proyek tenaga kerja, umum dan
tamu proyek
Pintu masuk dan keluar
Lampu penerangan
Ventilasi dan sirkulasi udara
Alat pemanas
3.2 Pencegahan Terhadap Bahaya Kebakaran dan
Alat pemadam kebakaran

2-8
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

Bahan –bahan yang mudah terbakar


Lingkungan dan pemakaian bahan –bahan kimia
Mudah terbakar
Cairan mudah terbakar
Inspeksi dan pengawasan
Perlengkapan dan peringatan
3.3 Perlindungan pekerja
Perlindungan terhadap benda jatuh dan bagian
Bangunan rubuh
Perlindungan agar orang tidak jatuh
Lantai terbuka/ lubang pada lantai
Lubang pada dinding
Tempat kerja yang tinggi
3.4 Kesehatan
Kewajiban perusahaan
Tenaga kerja yang harus diperiksa
Pengawasan kegiatan kesehatan kerja
Perselisihan
Pemeriksaan kesehatan berkala
Pemeriksaan kesehatan berkala
Pemeriksaan khusus
Kewajiban melaporkan penyakit akibat kerja
Tindakan pencegahan
Kewajiban tenaga kerja
Peran serta hyperkes
3.5 Lingkungan di sekitar daerah kerja bendungan
Kebersihan lokasi kerja
Kebisingan
Vibrasi
3.6 Penanganan keadaan darurat (sistem tanggap darurat)
3.7 Pertolongan pertama pada kecelakaan
3.8 Tempat kerja dan alat-alat kerja
Kebersihan dan kerapihan tempat kerja
Pencegahan dari bahaya kejatuhan benda
Larangan memasuki lokasi kerja
3.9 Tanda peringatan dan rambu
Penempatan tanda bahaya

2-9
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

Alat pelindung diri


BAB 4 PEKERJAAN GALIAN PONDASI BENDUNGAN
4.1 Site plan pekerjaan bendungan
4.2 Persyaratan tata letak material dan tempat kerja
4.3 Persyaratan rencana penggalian
4.4 Pekerjaan galian dan timbunan
Perlindungan galian terbuka
Persyaratan umum pekerjaan galian tanah
Pekerjaan galian dan sumuran
Perkuatan dinding galian tanah
Ventilasi udara
Pencegahan bahaya kebakaran di dalam galian tanah
Fasilitas keselamatan di dalam galian tanah
Pergerakan selama penggalian sumuran
Penyelamatan dalam keadaan darurat
Bekerja di ruangan bertekanan
BAB V PEKERJAAN TEROWONGAN
5.1 Peraturan umum
5.2 Penerangan
5.3 Keadaan darurat
5.4 Peledakan didalam terowongan
5.5 Transportasi hasil peledakan
5.6 Kesehatan lingkungan didalam terowongan
5.7 Pelaksanaan galian terowongan
5.8 Disain penyangga dan pemasangannya
5.9 Pengontrol debu di dalam terowongan
BAB VI PEKERJAAN DRILLING, BORING DAN GROUTING
6.1 Persiapan
6.2 Pelaksanaan
BAB VII PEKERJAAN BETON DAN PASANGAN BATU
7.1 Pekerjaan cetakan beton
7.2 Pekerjaan pembesian
7.3 Pekerjaan beton
7.4 Pekerjaan shcortcrete
7.5 Pekerjaan di tempat tinggi
BAB VIII PEKERJAAN PERANCAH
8.1 Peraturan umum

2-10
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

8.2 Bahan-bahan
8.3 Konstruksi perancah
8.4 Pemeriksaan dan pemeliharaan
8.5 Perlengkapan pengangkat pada perancah
8.6 Kerangka siap pasang
8.7 Penggunaan perancah
8.8 Pelataran tempat kerja
8.9 Balustrade, pengaman dan papan pengaman kaki
8.10 Gang, ramp dan jalur pengangkut bahan
BAB IX PEKERJAAN BLASTING DAN PENANGANAN BAHAN PELEDAK
9.1 Perakitan dan peledakan
9.2 Petunjuk keamanan gudang bahan peledak
9.3 Pengangkutan bahan peledak di jalan raya
BAB X PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA DAN PENGELASAN
10.1 Jalan hantar dan jalan kerja
10.2 Material pra cetak
10.3 Penyaringan dan pencampuran tanah, pasir dan gravel
10.4 Penimbunan dan pemadatan
10.5 Pekerjaan pemancangan
Umum
Pemeriksaan dan pemeliharaan mesin pancang
Pengoperasian
Mesin pancang
Mesin pancang terapung
Pemancangan turap baja
BAB XI PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA DAN PENGELASAN
11.1 Konstruksi baja
11.2 Pekerjaan pengelasan
11.3 Pekerjaan mekanikal – elektrikal
11.4 Pekerjaan hidro mekanikal
11.5 Pekerjaan pengecatan
11.6 Pekerjaan pengakhiran (finishing)
BAB XII PENGGENANGAN
BAB XIII PENGGUNAAN PERALATAN KONSTRUKSI
13.1 Alat angkat
13.2 Peralatan pekerjaan tanah
13.3 Mesin pemecah batu

2-11
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

13.4 Soil / road compactor


13.5 Mesin pengaduk beton
13.6 Peralatan pemindah tanah
13.7 Power shoevel dan excavator
13.8 Bulldozer
13.9 Mesin penggilas jalan
13.10 Alat-alat pemuat
13.11 Traktor dan truk
13.12 Traktor dan truk pengangkut
Kabin
Rem
Pipa knalpot
13.13 Truk pengangkat dan truk untuk keperluan lainnya
Konstruksi
Cara penggunaan
13.14 Penggunaan alat bantu kerja konstruksi
BAB XIV PEMENUHAN FASILITAS KANTOR, BARAK KERJA, BENGKEL / MOTOR
POOL, GUDANG DAN PENGOEPRASIANNYA
14.1 Pemenuhan fasilitas kesehatan, kebersihan kantor dan barak kerja
14.2 Bengkel dan motor pool
Lampiran
Rambu-rambu
Alat pelindung diri
Alat pemadam kebakaran

2.4 Sistem Manajemen Lingkungan


2.4.1 Prinsip Dasar Pengelolaan Lingkungan Hidup
1. Prinsip Pengelolaan Lingkungan.
Pengelolaan lingkungan adalah upaya terpadu dalam melaakukan
pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian dan
pengembangan lingkungan hidup, sehingga pelestarian potensi sumber
daya alam dapat tetap dipertahankan, dan pencemaran atau kerusakan
lingkungan dapat dicegah.
Perwujudan dari usaha tersebut antara lain dengan menerapkan teknologi
yang tepat dan sesuai dengan kondisi lingkungan.
Untuk itu berbagai prinsip yang dipakai untuk pengelolaan lingkungan
antara lain :

2-12
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

a. Preventif (pencegahan), didasarkan atas prinsip untuk mencegah


timbulnya dampak yang tidak diinginkan,
b. Kuratif (penanggulangan), didasarkan atas prinsip menanggulangi
dampak yang terjadi atau yang diperkirakan akan terjadi, namun karena
keterbatasan teknologi, hal tesebut tidak dapat dihindari.
c. Insentif (kompensasi), didasarkan atas prinsip dengan mempertemukan
kepentingan 2 pihak yang terkait, disatu pihak pemrakarsa/pengelola
kegiatan yang mendapat manfaat dari proyek tersebut harus
memperhatikan pihak lain yang terkena dampak, sehingga tidak merasa
dirugikan.

2. Pendekatan Pengelolaan Lingkungan


Rencana pengelolaan lingkungan, harus dilakukan dengan
mempertimbangkan pendekatan teknologi, yang kemudian harus dapat
dipadukan dengan pendekatan ekonomi, serta pendekatan institusional
sebagai berikut :
a. Pendekatan Teknologi.
Berupa tata cara teknologi yang dapat dipergunakan untuk melakukan
pengelolaan lingkungan, seperti :
1. Melakukan perbaikan kerusakan lingkungan, antara lain dengan :
a. Melakukan reklamasi lahan yang rusak.
b. Memperkecil erosi dengan sistem terasering dan penghijauan.
c. Penanaman pohon-pohon kembali pada lokasi bebas quary dan
tanah kosong.
d. Tata cara pelaksana konstruksi yang tepat.
2. Menanggulangi menurunnya potensi sumber daya alam, antara lain
dengan :
a. Mencegah menurunnya kualitas/kesuburan tanah, kualitas air
dan udara.
b. Mencegah rusaknya kondisi flora yang menjadi habitat fauna.
c. Meningkatkan diversifikasi penggunaan bahan material
bangunan.
3. Menanggulangi limbah dan pencemaran lingkungan, antara lain
dengan :
a. Mendaur ulang limbah, hingga dapat memperkecil volume
limbah.

2-13
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

b. Mengencerkan kadar limbah, baik secara alamiah maupun


secara engineering.
c. Menyempurnakan design peralatan/mesin dan prosesnya,
sehingga kadar pencemar yang dihasilkan berkurang.

b. Pendekatan Ekonomi.
Pendekatan ekonomi yang dapat dipakai dalam pengelolaan lingkungan
antara lain:
1. Kemudahan dan keringanan dalam proses pengadaan peralatan
untuk pengelolaan lingkungan.
2. Pemberian ganti rugi atau kompensasi yang wajar terhadap
masyarat yang terkena dampak.
3. Pemberdayaan masyarakat dalam proses pelaksanaan kegiatan dan
penggunaan tenaga kerja.
4. Penerapan teknologi yang layak ditinjau dari segi ekonomi.

c. Pendekatan Institusional /Kelembagaan.


Pendekatan institusional yang dipakai dalam pengelolaan lingkungan,
antara lain :
1. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait, dan
masyarakat setempat dalam pengelolaan lingkungan.
2. Melengkapi peraturan, dan ketentuan serta persyaratan pengelolaan
lingkungan termasuk sanksi-sanksinya.
3. Penerapan teknologi yang dapat didukung oleh institusi yang ada.

2.4.2 Komponen Pekerjaan Konstruksi Yang Menimbulkan Dampak


Komponen pekerjaan konstruksi dapat menimbulkan dampatk terhadap
lingkungan hidup, sangat dipengaruhi oleh jenis besaran dan volume pekerjaan
tersebut serta kondisi lingkungan yang ada di sekitar lokasi kegiatan.
Pada umumnya komponen pekerjaan konstruksi yang dapat menimbulkan
dampak antara lain :
1. Persiapan Pelaksanaan Konstruksi.
a. Mobilitas peralatan berat, terutama untuk jenis kegiatan konstruksi yang
memerlukan banyak alat-alat berat, dan terletak atau melintas areal
permukiman, serta kondisi prasarana jalan yang kurang memadai.
b. Pembuatan dan pengoperasian bengkel, basecamp dan barak kerja
yang besar dan terletak di areal pemukiman.

2-14
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

c. Pembukaan dan pembersihan lahan untuk lokasi kegiatan yang cukup


luas dan dekat areal pemukiman.
2. Pelaksanaan Kegiatan Konstruksi.
a. Pekerjaan tanah, mencakup penggalian dan penimbunan tanah.
b. Pengangkutan tanah dan material bangunan.
c. Pembuatan pondasi, terutama pondasi tiang pancang.
d. Pekerjaan struktur bangunan, berupa beton, baja dan kayu.
e. Pekerjaan jalan dan pekerjaan jembatan.
f. Pekerjaan pengairan seperti saluran dan tanggul irigasi/banjir, sudetan
sungai, bendung serta bendungan.

2.4.3 Dampak Yang Timbul Pada Pekerjaan Konstruksi


Pada suatu pekerjaan konstruksi perlu dipertimbangkan adanya dampak-
dampak yang timbul akibat pekerjaan tersebut serta upaya untuk
menanganinya.
Disesuaikan dengan jenis dan besaran pekerjaan konstruksi serta kondisi
lingkungan di sekitar lokasi kegiatan, penentuan jenis dampak lingkungan yang
cermat dan teliti, atau melakukan analisis secara sederhana dengan memakai
data sekunder.
Berdasarkan pengalaman selama ini berbagai dampak lingkungan yang dapat
timbul pada pekerjaan konstruksi dan perlu diperhatikan cara penanganannya
adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya Pencemaran Udara dan Debu.
2. Terjadinya erosi dan longsoran tanah serta genangan air.
3. Percemaran kualitas air.
4. Kerusakan prasarana jalan dan fasilitas umum.
5. Gangguan Lalu Lintas.
6. Berkurangnya keaneka-ragaman flora dan fauna.

2.4.4 Kebijakan dan Peraturan Perundang-undangan


Kebijakan-kebijakan pemerintah di bidang lingkungan hidup tersebut diatas,
selanjutnya dijabarkan dalam berbagai peraturan perundangan seperti :
1. Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2. Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1986 yang kemudian disempurnakan
dengan PP No. 51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan.

2-15
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3. Berbagai Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup/Kepala Bappedal


tentang Pedoman Umum Pelaksanaan AMDAL, sebagai penjabaran dari PP
No. 51 Tahun 1993.
4. Berbagai Keputusan Menteri-Menteri Sektoral tentang Pedoman Teknis
Pelaksanaan AMDAL untuk masing-masing sektor sebagai penjabaran dari
Pedoman Umum Pelaksanaan AMDAL dari Menteri Negara Lingkungan
Hidup.

Selain itu berbagai peraturan perundangan yang diterbitkan akhir-akhir ini juga
banyak yang mengacu pada permasalahan Lingkungan Hidup seperti Undang-
Undang Penataan Ruang, Undang-Undang Konservasi Sumber Daya Hayati
dan Ekosistemnya, Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung dan sebagainya.

Khususnya untuk pekerjaan konstruksi dapat mengacu kepada :


1. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor. 531/KPTS/1989 tentang
Pedoman Penyaringan Amdal Proyek Bidang Pekerjaan Umum
2. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 557KPTS/1989 tentang
Petunjuk Tata Laksana Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Departemen
Pekerjaan Umum.

2-16
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

BAB 3
PEMBUATAN METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI BERBASIS K3

3.1 Umum
Sebelum mempelajari dan meneliti metoda kerja pelaksanaan konstruksi sebaiknya
dapat memahami lebih dahulu tentang pembuatan metoda kerja.

Metode pekerjaan atau yang biasa disebut ’CM’ (construction method) merupakan
urutan pelaksanaan pekerjaan yang logis dengan teknik sehubungan dengan
tersedianya sumber daya yang dibutuhkan dalam kondisi medan kerja, guna
memperoleh cara pelaksanaan yang efektif dan efisien, selain itu harus mengacu
kepada ketentuan K3 dan perlindungan lingkungan.
Metode pelaksanaan pekerjaan tersebut, sebenarnya telah dibuat oleh kontraktor yang
bersangkutan pada waktu membuat ataupun mengajukan penawaran pekerjaan.
Dengan demikian ’CM’ tersebut telah teruji saat melakukan klarifikasi atas dokumen
tendernya terutama construction methodnya, namun demikian tidak tertutup
kemungkinan bahwa pada waktu menjelang pelaksanaan atau pada waktu
pelaksanaan pekerjaan, CM perlu atau harus dirubah.
Metode pelaksanaan yang ditampilkan dan diterapkan merupakan cerminan dari
profesionalitas dari tim pelaksana proyek, yaitu manajer proyek dan perusahaan yang
bersangkutan. Karena itu dalampenilaian untuk menentukan pemenang tender,
penyajian metode pelaksanaan mempunyai bobot penilaian yang tinggi. Yang
diperhatikan bukan rendahnya nilai penawaran harga, meskipun kita akui bahwa
rendahnya nilai penawaran merupakan jalan untuk memperoleh peluang ditunjuk
menjadi pemenang tender/pelelangan.
Dokumen metode pelaksanaan pekerjaan terdiri dari:
 Project plan
 Denah fasilitas proyek(jalan kerja, bangunan fasilitas dan lain-lain)
 Lokasi pekerjaan
 Jarak angkut
 Komposisi alat (singkat/produktivitas alatnya)
 Kata-kata singkat (bukan kalimat panjang), dan jelas mengenai urutan
pelaksanaan
 Sket atau gambar bantu penjelasan pelaksanaan pekerjaan.
 Uraian pelaksanaan pekerjaan.
 Urutan pelaksanaan seluruh pekerjaan dalam rangka penyelesaian proyek
(urutan secara global)

3-1
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

 Urutan pelaksanaan per pekerjaan atau per kelompok pekerjaan yang perlu
penjelasan lebih detail. Biasanya yang ditampilkan adalah pekerjaan penting
atau pekerjaan yang jarang ada, atau pekerjaan yang mempunyai nilai besar,
pekerjaan dominan (volume kerja besar). Pekerjaan ringan atau umum
dilaksanakan biasanya cukup diberi uraian singkat mengenai cara
pelaksanaannya saja tanpa perhitungan kebutuhan alat dan tanpa gambar/sket
penjelasan cara pelaksanaan pekerjaan
 Perhitungan kebutuhan peralatan konstruksi dan jadwal kebutuhan peralatan
konstruksi dan jadwal kebutuhan peralatan
 Perhitungan kebutuhan tenaga kerja dan jadwal kebutuhan tenaga kerja (tukang
dan pekerja)
 Perhitungan kebutuhan material dan jadwal kebutuhan material
 Dokumen lainnya sebagai penjelasan dan pendukung perhitungan dan
kelengkapan yang diperlukan

3.2 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Yang Baik

 Memenuhi syarat teknis


 Dokumen metode pelaksanaan pekerjaan lengkap dan jelas memenuhi
informasi yang dibutuhkan
 Bisa dilaksanakan dan efektif
 Aman untuk dilaksanakan
- Terhadap bangunan yang akan dibangun
- Terhadap para pekerja yang melaksanakan pekerjaan yang bersangkutan
- Terhadap bangunan lainnya
- Terhadap lingkungan sekitarnya
 Memenuhi standar tertentu yang ditetapkan atau disetujui tenaga teknik yang
berkompeten pada proyek tersebut, misalnya memenuhi tonase tertentu,
memenuhi mutu tegangan ijin tertentu dan telah memenuhi hasil testing
tertentu.
 Memenuhi syarat ekonomis
 Biaya murah
 wajar dan efisien
 Memenuhi pertimbangan non teknis lainya

3-2
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3.3 Aman untuk dilaksanakan


Pembuatan metoda pelaksanaan pekerjaan konstruksi harus aman untuk dilaksanakan
merupakan butir penting meneliti metode kerja sudah berbasis K3 atau belum
merupakan tugas Ahli K3 Konstruksi untuk mempelajari, memeriksa dan meneliti
secara cermat semua metode kerja per item pekerjaan.

3.4 Lingkup Pekerjaan Sumber Daya Air


Yang menjadi lingkup pekerjaan sda adalah pekerjaan yang umum dilaksanakan
meliputi tahapan dan metode pelaksanaan konstruksi untuk pekerjaan sebagai berikut :
1. pekerjaan dewatering
2. pekerjaan pemancangan
3. pekerjaan tanah
4. pekerjaan dam dan cofferdam
5. pekerjaan beton
6. pekerjaan batu dan pasangan batu
7. pekerjaan tunel dan pekerjaan dibawah tanah
8. pekerjaan pintu / hiromekanikal
9. pekerjaan jalan inspeksi

3.5 Dalam lingkup pekerjaan Sumber Daya Air seperti tersebut diatas akan di cover
dalam koridor Site Plan (Rencana Tata Letak Lapangan)
Medan kerja yang akan menjadi lokasi konsentrasi kegiatan selama pembangunan
perlu dipahami dengan cermat agar semua pelaksanaan pekerjaan nantinya berjalan
lancar, aman, selamat dan sehat. Hal ini mencakup baik untuk kepentingan bangunan
yang akan didirikan ataupun fasilitas maupun bangunan sementara yang diperlukan
selama berlangsungnya pekerjaan.
Tujuan kegiatan ini ialah agar bisa menyusun Tata Letak Lapangan (Site Plan) yang
dapat menjamin rasa aman bagi seluruh pekerja/ karyawan sebagai dasar untuk
mengatur tata letak fasilitas maupun bangunan-bangunan sementara yang diperlukan
selama pekerjaan proyek tersebut seperti kantor, gudang, bengkel, laboratorium
lapangan, pos keamanan, pagar keliling dan sebagainya. Tata Letak dilokasi proyek itu
sangat berpengaruh dalam efisiensi pekerjaan selama proses konstruksi. Hal-hal
yang memerlukan perhatian dalam hal ini ialah :
Hubungan antara gambar rencana dan hasil penhgecekan lapangan; sejauh mana
terdapat penyimpangan dan apa saja catatan yang didapatkan dalam hubungan
kedua hal tersebut dilihat dari segi K3.

3-3
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

Akses untuk keluar masuk lokasi kegiatan utama proyek perlu pemikiran tersendiri
dalam mencapai seoptimal mungkin penerapan ketentuan K3 dengan tetap
menjamin efisiensi transportasi bahan, peralatan ataupun juga pekerja.
Fasilitas untuk menyimpanan atau lapangan penumpukan bahan harus mudah
dibongkar dan diangkat untuk keperluan penggunaan dalam proses konstruksi.
Akomodasi untuk keperluan karyawan atau Bedeng sementara untuk pekerja.
Perlu juga dipertimbangkan kesehatan dan higiene lingkungan proyek keleluasaan
pandangan dari kantor keseluruh lokasi proyek, fasilitas air berih atau pembuangan
limbah.
Jenis-jenis peralatan yang diperkirakan akan digunakan dan lapangan atau fasilitas
untuk meletakkannya.
Pagar untuk lokasi-lokasi yang memerlukan pengamanan ekstra.
Fasillitas dan tenaga keamanan untuk mencegah pencurian maupun perampokan
yang merugikan.
Penerangan bagi lokasi kegiatan utama proyek diperlukan terutama bila harus ada
kegiatan di malam hari.
Kantor Proyek, termasuk penyimpanan alat-alat Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan P3 K.

Hal-hal lain yang juga memerlukan perhatian ialah tentang pembinaan hubungan
dengan masyarakat sekitar lokasi proyek termasuk para pemuka masyarakat dan
tokoh Agama dan lain-lain. Tujuannya ialah untuk mendapatkan dukungan atau
sedikitnya tidak akan mendapat gangguan keamanan, keselamatan dan kesehatan
dari anggota masyarakat sekitar proyek. Yang sangat diinginkan ialah bila kebetulan
bisa pendapatkan sumber daya manusia disekitar lokasi proyek yang dapat direkrut
dan dilibatkan selama periode pembangunan. Bisa dalam bentuk turut bekerja atau
anggota masyarakat itu membuka usaha dagang kebutuhan sehari-hari bagi para
tukang bangunan, seperti restoran sementara, warung kopi dan warung rokok dsb.
Secara ideal hendaknya tumbuh rasa ikut memiliki atau sekadar ikut menjaga proyek
tersebut walaupun setelah selesai nantinya.

Masalah yang juga sangat penting ialah mengetahui lokasi dan alamat terdekat Klinik,
Paramedis, Doker atau Rumah Sakit serta kantor Dinas Tenaga Kerja dan kantor
Jamsostek berikut tilpon dan tilpon genggam untuk bisa sewaktu-waktu dihubungi
dalam hal diperlukan bila terjadi kecelakaan kerja.

3-4
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3.5.1 Kebersihan Lokasi Kerja


a. Bahan-bahan yang tidak terpakai dan tidak diperlukan lagi harus
dipindahkan ketempat yang aman, seperti :
1. Semua paku yang menonjol harus disingkirkan atau dibengkokan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan
2. Peralatan dan benda-benda kecil tidak boleh dibiarkan karena benda-
benda tersebut dapat menyebabkan kecelakaan, misalnya membuat
orang jatuh atau tersandung (terantuk).
3. Sisa-sisa barang alat-alat dan sampah tidak boleh dibiarkan tertumpuk
ditempat kerja.
4. Tempat-tempat kerja dan gang-gang (passageways) yang licin karena
oli atau sebab lain yang dibersihkan atau disiram pasir, abu atau
sejenisnya
5. Alat-alat yang mudah dipindah-pindahkan setelah dipakai harus
dikembalikan pada tempat penyimpanan semula.

b. Tempat Pembuangan (disposal area)


1. Bahan bongkaran dan lain-lain yang sudah tidak terpakai tersebut harus
dibuang / diangkut keluar lokasi pekerjaan atau ke tempat pembuangan
yang aman.
2. Tidak diperbolehkan membuang bahan kimia dan bahan beracun dan
berbahaya atau bahan/ sisa bahan yang mengandung zat tersebut yang
dapat mencemari tanah dan lingkungan
3. Tidak diijinkan membuang sisa material ke dalam saluran drainase
alami :
4. Limbah sebelum dibuang harus dipisahkan dan diperlakukan sesuai
peraturan penanganan limbah.
 Limbah kertas, sampah dibakar atau dikubur
 Limbah pelumas bekas, cat dan bahan yang bersifat korosif lainnya
harus disimpan di dalam drum yang ditutup rapat dan ditanam

3.5.2 Kebisingan
a. Kebisingan dan getaran yang membahayakan bagi tenaga kerja harus
dikurangi sampai di bawah nilai ambang batas
b. Kebisingan dan getaran di tempat kerja tidak boleh melebihi ketentuan nilai
ambang batas yang berlaku

3-5
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

c. Jika bekerja pada atau dekat mesin yang bising, yakinkan bahwa mesin
yang bising diletakan antara tanggul timbunan atau diantara tanggul/
tembok bata atau penyekat lainnya untuk sedapat mungkin mengisolasi
kebisingan dari pekerja
d. Kebisingan dan getaran yang timbul, tidak boleh secara terus menerus
dalam jangka panjang pada setiap jangka waktu tertentu harus
diistirahatkan
e. Tanyakan apakah tingkat kebisingan telah diukur dan bagaimana hasilnya;
(kebisingan yang kontinu pada 85 db(a) atau lebih menyebabkan kerusakan
pendengaran).
f. Jika kebisingan tidak dapat diatasi secara teknis, maka tenaga kerja harus
memakai alat pelindung telinga (ear protectors).
g. Mintalah agar ear muffs atau ear plugs yang tepat dan yakinkan bahwa
terpasang baik dan cocok
h. Pakailah alat pelindung telinga selama berada pada tempat kerja dengan
kebisingan
i. Jika alat pelindung telinga tidak digunakan, agar selalu dalam keadaan
bersih dan disimpan pada tempat yang aman
j. Masukan sumbat telinga dengan tangan bersih
k. Perhatikan bila rusak ; jika ear muffs sudah longgar atau sumbar telinga
menjadi keras dan rusak, mintalah penggantinya.

3.5.3 Penanganan Keadaan Darurat (Sistem Tanggap Darurat)


a. Suatu rencana evakuasi untuk keadaan dan pertolongan pertama harus
dibuat sebelumnya untuk setiap daerah tempat bekerja meliputi seluruh
pegawai/ petugas, Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) dan
peralatan, alat-alat komunikasi, alat-alat jalur transportasi harus telah
dipersiapkan dan tersedia
b. Persiapan-persiapan harus dilakukan untuk memungkinkan mengangkut
dengan cepat, jika diperlukan untuk petugas yang sakit atau mengalami
kecelakaan ke rumah sakit atau tempat berobat semacam ini.
c. Petunjuk/ informasi harus diumumkan ditempel di tempat yang baik
(strategis) yang memberitahukan :
1. Tempat yang terdekat dengan kotak obat-obatan, alat-alat P3K, ruang
P3K, ambulans, kereta untuk orang sakit dan tempat dimana dapat
dicari orang yang bertugas untuk urusan kecelakaan

3-6
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

2. Tempat telepon terdekat untuk menelepon/ memanggil ambulans,


nomor telepon dan nama orang yang bertugas dan lain-lain.
3. Nama, alamat, nomor telepon dokter, rumah sakit dan tempat penolong
yang dapat segera dihubungi dalam keadaan darurat/ emergency.

3.5.4 Tempat Kerja dan Alat-alat Kerja


a. Disetiap tempat kerja harus dilengkapi dengan sarana untuk keperluan
keluar masuk bagi pekerja dan karyawan yang bekerja ditempat tersebut.
b. Tempat-tempat kerja, tangga-tangga, lorong-lorong dan gang-gang tempat
orang bekerja atau tempat-tempat yang sering dilalui, harus diberi
penerangan yang cukup.
c. Semua tempat kerja harus mempunyai ventilasi yang cukup sehingga dapat
mengurangi bahaya akibat debu, uap dan bahaya lainnya.

3.5.5 Kebersihan dan Kerapihan Tempat Kerja


a. Kebersihan dan kerapian di tempat kerja harus dijaga dengan baik
b. Bahan bangunan, peralatan dan lain-lain diatur/ ditempatkan sehingga tidak
merintangi lalu lintas yang dapat menimbulkan kecelakaan

3.5.6 Pencegahan dan Bahaya Kejatuhan Benda


a. Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk menjamin bahwa peralatan
perancah, alat-alat kerja, bahan-bahan dan benda-benda lainnya tidak
dilemparkan, diluncurkan ke bawah yang dapat menyebabkan kecelakaan
b. Dilokasi yang mungkin terjadi seperti itu, harus diberi pagar/ tali/ tanda
pengaman dan rambu-rambu
c. Pada lokasi terbuka yang cukup luas, harus dipasang jaring/ net sepanjang
areal kerja
d. Pengamanan pada daerah terbuka/ lubang, diberikan, rambu-rambu
peringatan, batasan masuk ke lokasi/ atau daerah terlarang.

3.5.7 Larangan Memasuki Lokasi Kerja


a. Orang yang tidak berkepentingan dilarang memasuki tempat kerja
b. Apabila karena alasan tertentu harus memasuki/ melewati tempat kerja
harus :
1. Memakai Alat Pelindung Diri (APD)
2. Ada ijin dari petugas atau didampingi petugas yang lebih mengetahui
kondisi tempat kerja

3-7
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3. Tidak boleh membawa benda atau peralatan yang dapat menimbulkan


bahaya
4. Tindakan harus dilakukan untuk mencegah bahaya terhadap orang yang
disebabkan oleh runtuhnya bagian yang lemah dari bangunan darurat
atau bangunan yang tidak stabil.

3.5.8 Tanda Peringatan dan Rambu-rambu


a. Penempatan Tanda Bahaya
1. Tanda keselamatan kerja yang standar harus digunakan di tempat kerja:
- Ditempat dimana bahaya tidak mudah diketahui seperti pada
pekerjaan penggalian dan kegiatan-kegiatan di bagian atas
- Ditempat dimana terdapat sudut/ bagian tersembunyi di lapangan
yang mungkin menimbulkan bahaya (tikungan) bagi kendaraan
harus dipasang kaca.
2. Papan pengumuman atau rambu petunjuk dipasang pada tempat-
tempat yang menarik perhatian; tempat yang strategis yang menyatakan
dimana kita dapat menemukan :
a. Alarm kebakaran
b. Nomor telepon dan alamat-alamat Dinas Pemadam Kebakaran yang
terdekat

Daftar Simak Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Jenis Pekerjaan : Site Plan (Rencana Tata Letak Lapangan)
Lokasi : ..................................................................................
No. Daftar Pertanyaan Ya Tidak
1. Kebersihan Lokasi Kerja
1.1 Bahan-bahan yang tidak terpakai dan tidak
diperlukan lagi harus dipindahkan ketempat yang
aman, seperti :
1. Semua paku yang menonjol harus disingkirkan
atau dibengkokan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan
2. Peralatan dan benda-benda kecil tidak boleh
dibiarkan karena benda-benda tersebut dapat
menyebabkan kecelakan, misalnya membuat
orang jatiuh atau tersandung (terantuk)
1.2 Tempat Pembuangan (disposal area)
1. Bahan bongkaran dan lain-lain yang sudah

3-8
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

No. Daftar Pertanyaan Ya Tidak


tidak terpakai tersebut harus dibuang/
diangkut keluar lokasi pekerjaan atau ke
tempat pembuangan yang aman
2. Tidak diperbolehkan membuang bahan kimia
dan bahan beracun dan berbahaya atau
bahan/ sisa bahan yang mengandung zat
tersebut yang dapat mencemari tanah dan air
dan lingkungan
3. Tidak diijinkan membuang sisa material ke
dalam saluran drainase alami :
4. Limbah sebelum dibuang harus dipisahkan
dan diperlakukan sesuai peraturan
penanganan limbah :
i. Limbah kertas, sampah dibakar atau
dikubur
ii. Limbah pelumas bekas cat dan bahan
yang bersifat korosif lainnya harus
disimpan didalam drum yang ditutup rapat
dan ditanam.
2. Kebisingan dan Getaran
2.1 Kebisingan dan getaran yang membahayakan
bagi tenaga kerja harus dikurangi sampai di
bawah nilai ambang batas.
2.2 Kebisingan dan getaran di tempat kerja tidak
boleh melebihi ketentuan nilai ambang batas yang
berlaku
2.3 Jika bekerja pada atau dekat mesin yang bising,
yakinkan bahwa mesin yang bising diletakan
antara tanggul/ tembok atau penyekat lainnya
untuk sedapat mungkin mengisolasi kebisingan
dari pekerja
2.4 Kebisingan dan getaran yang timbul, tidak boleh
secara terus menerus dalam jangka waktu
tertentu harus diistirahatkan.
2.5 Tanyakan apakah tingkat kebisingan telah diukur
dan bagaimana hasilnya; (kebisingan yang
kontinu pada 85 db(a) atau lebih menyebabkan
kerusakan pendengaran).
2.6 Jika kebisingan tidak dapat diatasi secara teknis

3-9
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

No. Daftar Pertanyaan Ya Tidak


maka tenaga kerja harus memakai alat pelindung
telinga (ear protectors)
2.7 Mintalah agar ear muffs atau ear plugs yang tepat
dan yakinkan bahwa terpasang baik dan cocok
2.8 Pakailah alat pelindung telinga selama berada
pada tempat kerja dengan kebisingan
2.9 Jika alat pelindung telinga tidak digunakan, agar
selalu dalam keadaan bersih dan disimpan pada
tempat yang aman
2.10 Masukan sumbat telinga dengan tangan bersih
2.11 Perhatikan bila rusak ; jika ear uffs sudah longgar
atau sumbat telinga menjadi keras dan rusak,
mintalah penggantinya
3. Penanganan Keadaan Darurat (Sistem Tanggap
Darurat)
3.1 Suatu rencana evakuasi untuk keadaan darurat
dan pertolongan pertama harus dibuat
sebelumnya untuk setiap daerah tempat bekerja
meliputi seluruh pegawai/ petugas, pertolongan
pertama pada kecelakaan (P3K) dan peralatan,
alat-alat komunikasi, alat-alat jalur transportasi
harus telah dipersiapkan dan tersedia;
3.2 Persiapan-persiapan harus dipersiapkan untuk
memungkinkan mengangkut dengan cepat, jika
diperlukan untuk petugas yang sakit atau
mengalami kecelakaan kerumah sakit atau tempat
berobat semacam ini.
3.3 Petunjuk/ informasi harus diumumkan ditempel di
tempat yang baik (strategis) yang
memberitahukan:
1. Tempat yang terdekat dengan kotak obat-
obatan, alat-alat P3K, ambulans, kereta untuk
orang sakit dan tempat dimana dapat dicari
orang yang bertugas untuk urusan
kecelakaan.
2. Tempat telepon terdekat untuk menelepon/
memanggil ambulans, nomor telepon dan
nama orang yang bertugas dan lain-lain.
3. Nama, alamat, nomor telepon dokter, rumah

3-10
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

No. Daftar Pertanyaan Ya Tidak


sakit dan tempat penolong yang dapat segera
dihubungi dalam keadaan darurat/ emergency.
4. Tempat Kerja dan Alat-alat Kerja
4.1 Disetiap tempat kerja harus dilengkapi dengan
sarana untuk keperluan keluar masuk bagi pekerja
dan karyawan yang bekerja ditempat tersebut.
4.2 Tempat-tempat kerja, tangga-tangga, lorong-
lorong dan gang-gang tempat orang bekerja atau
tempat-tempat yang sering dilalui, harus diberi
penerangan yang cukup.
4.3 Semua tempat kerja harus mempunyai ventilasi
yang cukup sehingga dapat mengurangi bahaya
akibat debu, uap dan bahaya lainnya.
5. Kebersihan dan Kerapihan Tempat Kerja
5.1 Kebersihan dan kerapian di tempat kerja harus
dijaga dengan baik
5.2 Bahan bangunan, peralatan dan lain-lain diatur/
ditempatkan sehingga tidak merintangi lalu lintas
yang dapat menimbulkan kecelakaan.
6. Pencegahan dari Bahaya Kejatuhan Benda
6.1 Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk
menjamin bahwa peralatan perancah, alat-alat
kerja, bahan-bahan dan benda-benda lainnya
tidak dilemparkan, diluncurkan atau dijatuhkan
kebawah yang dapat menyebabkan kecelakaan
6.2 Dilokasi yang mungkin terjadi seperti itu, harus
diberi pagar/ tali/ tanda pengaman dan rambu-
rambu
6.3 Pada lokasi terbuka yang cukup luas, harus
dipasang jaring/ net sepanjang areal kerja
6.4 Pengamanan pada daerah terbuka/ lubang,
diberikan, rambu-rambu peringatan, batasan
masuk kelokasi atau daerah terlarang.
7. Larangan Memasuki Lokasi Kerja
7.1 Orang yang tidak berkepentingan dilarang
memasuki tempat kerja
7.2 Apabila karena alasan tertentu harus memasuki/
melewati tempat kerja harus :
1. Memakai Alat Pelindung Diri (APD)

3-11
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

No. Daftar Pertanyaan Ya Tidak


2. Ada ijin dari petugas atau didampingi petugas
yang lebih mengetahui kondisi tempat kerja.
3. Tidak boleh membawa benda atau peralatan
yang dapat menimbulkan bahaya
4. Tindakan harus dilakukan untuk mencegah
bahaya terhadap orang yang disebabkan oleh
runtuhnya bagian yang lemah dari bangunan
darurat atau bangunan yang tidak stabil.

Dibuat Oleh :
Tanggal :
Diketahui :

3.6 Pekerjaan Dewatering


Dewatering ada beberapa sistem :
a. Dewatering sistim pompa biasa kapasitas sesuai kebutuhan
b. Dewatering sistim submersible pump, kapasitas menyesuaikan
c. Dewatering sistim bertingkat
d. Dewatering sistim penggalian / aliran / sodetan

Metoda pelaksanaan adalah sebagai berikut :


a. Dewatering sistim pompa biasa
- Lubang galian yang tergenang air siap dikeringkan
- Buat sumuran dipinggir galian yang posisinya lebih dalam dari elevasi galian
yang ada dan terletak diluar rencana bangunannya
- Penempatan pompa dibuat yang strategis agar tidak mengganggu operasi
pekerjan yang lain.
- Apabila lubang galian cukup dengan panjang slang air maka pompa cukup
diletakkan di permukaan tanah
- System pemompaan dimulai / diperhitungkan sebelum jam kerja sampai kering,
sehingga pelaksanaan pekerjaan tidak kehilangan waktu.
b. Dewatering Sistim submersible pump
- Biasanya pengeringan dengan submersible pump digunakan dalam
pemompaan yang volume airnya cukup besar
- Lubang galian yang tergenang air, siap untuk dikeringkan
- Buat sumuran seperti sistim pompa biasa, ukurannya lebih besar

3-12
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

- Pompa dibuatkan tempat / rakit dari drum atau sejenis untuk menggantungkan
pompa submersible tersebut.
- Kedudukan pompa setelah digantung dalam rakit dimasukkan ke lubang galian
- Apabila sudah kering, sistim pompa submersible ini dimatikan dieselnya dipanil
listriknya bila diperlukan dihidupkan lagi.

c. Dewatering sistim bertingkat


- Sistem ini dilaksanakan apabila galian cukup dalam dilereng tebing sehingga
pompa penghisap pembuang tidak bisa mencapai daerah pembuangan
- Sistim ini seperti pompa biasa
- Pada daerah pembuangan awal (tahap 1) dibuat bak penampung
- Dari bak penampung dipompa lagi hingga pembuangan kedua dan seterusnya
seperti ke pembuangan.
d. Dewatering sistim aliran / sodetan
- Hal ini berlaku apabila elevasi galian disekitar / lebih rendah dan sulit untuk
mengeringkan
- Atau dengan membuat saluran dengan panjang dan dalam seperlunya cukup
untuk mengalirkan dan biaya lebih murah dari pada sistim biasa.

Peralatan :
 Pompa air …….. unit
 Pompa submersible …….. unit
 Slang air …….. unit

3-13
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

Gambar 3.1

IDENTIFI-
KASI
POTENSI
BAHAYA

3-14
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

Gambar 3.2

IDENTIFI-
KASI
POTENSI
BAHAYA

3-15
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

Gambar 3.3

IDENTIFI-
KASI
POTENSI
BAHAYA

3-16
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3.7 Pekerjaan Pemancangan


a. Pengecoran dan Pemancangan Tiang Pancang
Metoda Pelaksanaan Cor Tiang Pancang
- Buat Vallen bath atau lantai kerja ukuran sesuai yang dibutuhkan
- Elevasi rata, halus, padat
- Siap bekisting ukuran sesuai spek.
- Siap rangkaian besi sesuai spek.
- Lantai kerja yang sudah keras, dimarking untuk ukuran tiang pancang
- Lantai kerja diberi alas plastic atau dikapur, agar tidak melekat
- Pasang bekisting berhadapan sesuai ukuran lebar & tinggi tiang pancang
- Pemasangan bekisting yang halus berhadapan selig 1 bh/gang
- Pengecoran selang-seling
- Setelah dicor selang-seling dilaksanakan, tunggu umur sampai dengan 24 jam
- Bongkar bekisting secara hati-hati dan bersihkan
- Beton tiang pancang yang satu sebagai bekisting tiang pancang yang belum
dicor
- Oleskan kapur yang tebal pada tiang pancang yang sedang dibungkus
- Masukkan rangkaian besi beton dan atur beton deckingnya
- Cor tiang pancang tersebut
- Demikian pengecoran tiang pancang dan setiap pengecoran diberi kode/
tanggal
- Berikan titik angkat apabila cor dibersusun
- Tunggu umur sesuaui spek.
b. Metode Pelaksanaan Pemancangan
1. Persiapan
- Ada gambar kerja / shop drawing
- Mempelajari letak tiang pancang terhadap as
- Menempatkan tumpukan tiang pancang terhadap titik pancang
- Transportasi tiang pancang ke lokasi pemancangan
- Urutan pemancangan
- Lahan harus bebas dari gangguan-gangguan yang menghambat
- Jalur/ tempat kedudukan alat pancang harus stabil dan cukup longgar untuk
maneuver alat berat
- Ruang gerak peralatan harus menjamin keselamatan kerja
- Marking / mengecek posisi bouwplank
- Check as memanjang dan melintang
- Mengukur titik pancang / patok-patok

3-17
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

- Memonitor pemancangan
- Melaksanakan kalendering
- Alat pancang sesuai dengan ketinggian tiang pancang
- Berat dan merk hammer sesuai spek.
- Di cek kedudukan alat sudah stabil dan benar
2. Pelaksanaan
- Meletakkan/ mendudukkan alat pancang yang pas dekat titik pancang
- Mengambil tiang pancang yang sudah disiapkan / berada didekatnya
- Mendirikan tiang pancang tepat pada titik yang ditetapkan
- Tegak lurusnya tiang pancang dichek dengan theodolit dari dua arah
- Apabila tiang pancang telah berdiri tegak lurus, mulai dilaksanakan
pemancangan dan memonitor sampai pemancangan selesai.
3. Toleransi
Bergeser terhadap as mendatar : 0-5 cm maksimum 10% bergeser terhadap as
vertical (tegak lurus) tinggi tiang 20 m : 0 – 2,5 cm maksimum 1%.
4. Peralatan pengecoran tiang pancang
- Batching plant ………. Unit
- Truck mixer ………. Unit
- Concrete Mixer ………. Unit
- Concrete Vibrator ………. Unit

3-18
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

Gb. 4.4 Flow Chart Pemancangan

START

Pekerjaan
Persiapan

IDENTIFI-
KASI
Meletakkan
POTENSI
alat pancang
BAHAYA

Ambil Tiang
Pancang

Mendirikan
Pancang pada Titik

N
Check

Pancang

Y
Check Pelurusan

SELESAI

c. Pemancangan Proteksi Galian Steel Sheet Pile


1. Metoda Pelaksanaan Pancang Steel Shet Pile
- Tentukan / marking lokasi letak steel sheet pile
- Pasang profil-profil untuk posisi steel sheet pile asalkan tidak terganggu
peralatan berat yang akan beroperasi.
- Pancang patok pembantu di luar rencana sheet pile awal jarak +/- 1,00
meter lurus dengan rencana pemasangan sheel pile
- Pancang steel sheet pertama / awal pada posisinya

3-19
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

- Hubungkan patok pembantu tadi dengan pancangan steel sheet pile


pertama dari permukaan sheet pile +/- 0,5 – 1,00 meter dengan besi canal
kanan dari kiri dan dibaut kuat sehingga tidak bergerak dan kedudukan
stabil, water pass yang berfungsi sebagai rel atau patokan pelurusan
- Kemudian pancangan selanjutnya dipanutkan mengikuti riil tersebut.
- Apabila riil pengapit / panutan habis dapat disambung / digeser kearah
selanjutnya
- Demikian hingga pemancangan tersebut selanjutnya
Catatan :
- Steel sheet pile untuk pertemuan sudah ada tersendiri
- Apabila didalam steel sheet pile akan digali / untuk konstruksi tertentu,
maka agar tidak mengguling / roboh diberi perkuatan kedalam / keluar.
2. Galian didalam steel sheet pile
- Setelah perkuatan kearah dalam maupun luar selesai maka dapat
diteruskan penggalian batu
- Penggalian dapat dimulai dengan tenaga atau backhoe
- Bila tanah ex galian perlu dibuang, gunakan alat angkut dump truk.
- Demikian hingga elevasi yang diperlukan tercapai.
3. Standar hasil :
- Mendapatkan pemancangan steel sheet pile vertikal, lurus, kuat
- Mendapatkan galian didalam steel sheet pile, tanpa ada pergeseran steel
sheet pile
4. Peralatan :
a. Crane : kapasitas sesuai dimensi steel sheet pile …… Unit
b. Vibro hammer : berat disesuaikan jenis tanah dan panjang/
berat sheet pile …………… unit
c. Generator : sesuai kapasitas vibrometer ……… unit
d. Excavator ……….. unit
e. Water pass dan theodolit ……….. unit
f. Dump truck …………. unit

3.8 Pekerjaan Tanah


a. Pekerjaan Galian Tanah
1. Metoda Pelaksanaan
 Menyiapkan as saluran
 Menentukan batas galian bodem
 Menentukan batas timbunan kanan dan kiri (untuk benangan)

3-20
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

 Menggali tanah sampai kedalaman yang ditentukan selebar bodem saluran.


Hasil galian dibuang kekanan dan kekiri atau dibuang dengan dump truck.
Menggali tanah untuk membentuk kemiringan bagian kiri galian tanah
sifatnya kasar belum difinish sehingga belum tepat sesuai kemiringan yang
ditentukan.
 Menggali tanah untuk membentuk kemiringan bagian kanan galian tanah,
sifatnya kasar belum difinishkan sehingga belum tepat sesuai kemiringan
yang ditentukan.
 Memasang kembali patok as batas bodem, batas kemiringan atas kanan
dan kiri pada patok-patok yang kurang akibat operasi alat berat
 Rapikan Galian sesuai ketentuan
 Peralatan :
- Excavator ……… unit
- Dump truck ……… unit
- Dozer ……… unit
- Compactor / vibrator ……… unit
- Tangki air ……… unit

b. Pekerjaan Timbunan Tanah


Contoh : Earth Work Canal Construction
1. Metode Konstruksi Timbunan untuk saluran irigasi primer, sekunder dan sub
sekunder
 Setting out lokasi saluran irigasi oleh surveyor bersama dengan konsultan
supervisi
 Setting out lokasi Borrow area yang telah disetujui surveyor beserta
konsultan supervisi
 Selected material untuk timbunan dari quarry yang telah disetujui, mulai
digali dengan menggunakan excavator dan ditransport ke site
menggunakan dumptruck dengan jumlah yang cukup dengan jarak angkut
yang disetujui bersama dengan konsultan (sekitar 1-25 km).
 Permukaan tanah yang akan ditimbun harus dikupas dulu dan dibersihkan
dari kotoran, tumbuh-tumbuhan dan material lain. Juga harus dibersihkan
dari genangan air atau tanah yang terlalu basah.
 Sebelum menimbun tanah, permukaan tanah harus dipadatkan dan
dikasarkan dengan menggunakan bulldozer

3-21
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

 Material tanah yang dihampar dengan ketebalan + 20-30 cm lapis demi


lapis dengan menggunakan dozer
 Material tanah harus dibasahi dengan menggunakan tangki air apabila
moisture content (kurang) dan dijemur dulu apabila moisture content terlalu
tinggi, untuk mencapai moisture content yang optimum
 Lapisan timbunan harus dipadatkan dengan vibro roller atau sheep foot
roller untuk mencapai kepadatan yang direncanakan
 Jumlah lintasan compactor diputuskan sebelumnya pada pelaksanaan trial
embankment
 Setelah top elevasi dari timbunan tercapai, finishing slope timbunan atau
trimming dilakukan dengan exacavator.
2. Peralatan berat yang dipakai :
 Dozer ….. unit
 Excavator ….. unit
 Dumptruck ….. unit
 Vibro roller ….. unit
 Water Tank Truck ….. unit

3.9 Pekerjaan Beton


3.9.1 Tahapan Pekerjaan Beton
Pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi beton bertulang, tahapan pekerjaannya
adalah sebagai berikut :
Pemeriksaa n
Bah an Semen

Ag regat h alus (pa sir)

Pemeriksaa n Agreg at kasar,


Ben da Uji kerikil, batu pecah

Air
Persia pan
Ba ja Tulangan

IDENTIFI- Bahan pemban tu


Peng adukan
KASI
POTENSI
BAHAYA
Pe ngan gkutan

Pen gecoran

Pemadatan

Perawa tan beton

3-22
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

a. Pemeriksaan Bahan-Bahan
 Bila dianggap perlu Pengawas Bangunan dapat memerintahkan agar
diadakan pemeriksaan pada bahan-bahan atau pada campuran bahan-
bahan yang dipakai dalam pelaksanaan konstruksi beton bertulang
untuk menguji apakah syarat-syarat mutu dipenuhi.
 Pemeriksaan bahan-bahan dan beton harus dilakukan dengan cara-cara
yang ditentukan dalam peraturan ini. Hasil-hasil pemeriksaan demikian
harus dipelihara baik dan disimpan oleh Pengawas Ahli dan apabila
diminta harus dapat ditunjukkan kepada Pengawas Bangunan setiap
saat selama pekerjaan berlangsung dan setiap saat selama 2 tahun
sesudah pekerjaan selesai.

b. Persiapan
 Sebelum pembuatan beton dimulai, semua alat-alat pengaduk dan
pengangkut beton harus sudah bersih
 Sebelum beton dicor semua ruang-ruang yang akan diisi dengan beton
harus dibersihkan dari kotoran-kotoran, kemudian cetakan-cetakan dan
pasangan-pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton
harus dibasahi dengan air sampai jenuh, sedangkan tulangan harus
terpasang dengan baik sesuai gambar kerja.
 Bidang-bidang beton lama yang akan berhubungan erat dengan beton
baru harus dikasarkan dan dibersihkan
 Air harus dibuang dari semua ruang-ruang yang akan diisi dengan beton

c. Pengadukan
 Pengadukan beton pada semua mutu beton, kecuali mutu Bo, harus
dilakukan dengan mesin pengaduk.
 Selama pengadukan berlangsung kekentalan adukan beton harus
diawasi terus menerus oleh tenaga pengawas yang ahli dengan jalan
memeriksa slump pada setiap campuran beton yang baru.
 Waktu pengadukan bergantung pada kapasitas drum pengaduk,
banyaknya adukan yang diaduk, jenis dan susunan butir dari agregat
yang dipakai dan slump dari betonnya, akan tetapi pada umumnya
harus diambil paling sedikit 1.5 menit setelah semua bahan-bahan
dimasukkan kedaam drum pengaduk.

3-23
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

 Apabila karena sesuatu hal adukan beton tidak memenuhi syarat


minimal,misalnya terlalu encer karena kesalahan dalam pemberian
jumlah air pencampur atau sudah mengeras sebagian atau yang
tercampur denga bahan-bahan asing, maka adukan ini tidak boleh
dipakai dan harus disingkirkan dari tempat pelaksanaan.

d. Pengangkutan
Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat
pengecoran harus dilakukan dengan cara-cara dengan mana dapat dicegah
pemisahan dan kehilangan bahan-bahan.
Cara pengangkutan adukan beton harus lancar sehingga tidak terjadi
perbedaan waktu pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor
dengan yang akan dicor.
Adukan beton sudah harus dicor dalam waktu 1 jam setelah pengadukan
dengan air dimulai. Jangka waktu ini dapat diperpanjang apabila digerakkan
kontinu secara mekanis dan bila perlu dipakai bahan-bahan penghambat
pengikatan setelah mendapat izin.

e. Pengecoran
Beton harus dicor sedekat-dekatnya ke tujuannya yang terakhir untuk
mencegah pemisahan bahan-bahan akibat pemindahan adukan di dalam
cetakan.
Sejak pengecoran dimulai, pekerjaan ini harus dilanjutkan tanpa berhenti
sampai mencapai siar-siar pelaksanaan yang ditetapkan sebagai berikut :
1. Siar-siar pelaksanaan harus ditempatkan dan dibuat sedemikian rupa
hingga tidak banyak mengurangi kekuatan dari konstruksi.
2. Antara pengecoran balok atau pelat dan pengakhiran pengecoran kolom
harus ada waktu yang cukup untuk memberi kesempatan kepada beton
dari kolom untuk mengeras.
3. Pada pelat dan balok, siar-siar pelaksanaan harus ditempatkan kira-kira
di tengah-tengah bentangnya, dimana pengaruh gaya melintang sudah
banyak berkurang.

3-24
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

f. Pemadatan
 Untuk mencegah timbulnya rongga-rongga dan sarang-sarang kerikil,
adukan beton harus dipadatkan selama pengecoran.
 Pemadatan ini dapat dilakukan dengan menumbuk-numbuk adukan atau
dengan memukul-mukul cetakan, tetapi dianjurkan untuk senantiasa
menggunakan alat-alat pemadat mekanis (alat penggetar).
 Pada umumnya jarum penggetar harus dimasukkan kedalam adukan
kira-kira vertical, tetapi dalam keadaan-keadaan khusus boleh miring 45
derajat.
 Selama penggetaran jarum tidak boleh digerakkan kea rah horizontal
karena hal ini akan menyebabkan pemisahan bahan-bahan
 Harus dijaga agar jarum tidak mengenai cetakan atau bagian beton
yang sudah mulai mengeras.
 Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang jarum dan
pada umumnya tidak boleh lebih tebal dari 30 a 50 cm ;
 Jarum penggetar ditarik dari adukan beton apabila adukan mulai
nampak mengkilap sekitar jarum.
 Jarak antara pemasukan jarum harus dipilih sedemikian rupa hingga
daerah-daerah pengaruhnya saling menutupi.

g. Pemeliharaan Beton
Setelah pelaksanaan pengecoran, beton akan mengeras dan menyusut.
Hal ini disebabkan karena terjadinya reaksi kimia antara air dan semen yang
mengeringkan sebagian masa beton.
Besarnya penyusutan sangat dipengaruhi oleh banyaknya air yang
digunakan dalam campuran beton.
Penyusutan pada beton cair akan lebih besar dari beton kental. Beton di
udara yang lembab akan berkurang penyusutannya bila dibandingkan beton
yang berada pada udara kering. Dengan demikian maka untuk mengurangi
penyusutan menjadi sekecil mungkin seminimum mungkin, menggunakan
alat penggetar mekanik dan beton dalam keadaan lembab selama mungkin
setelah pengecoran.
Adanya penyusutan dapat menimbulkan retak. Biasanya retak terjadinya
karena adanya penahanan penyusutan.
Untuk mengurangi terjadinya keretakan, maka diusahakan agar beton pada
kondisi kelembaban yang merata.

3-25
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

Dalam aplikasi di lapangan maka setelah pelaksanan pengecoran dilakukan


pemeliharaan dengan cara membasahi permukaan beton dengan air,
menutup permukaan beton dengan karung yang basah, membasahi
permukaan dengan membuatkan pelindung / atap disertai dengan
pengukuran kelembaban udara.

h. Pendarahan (bleeding)
Pada penuangan spesi beton senantiasa akan terdapat tidak tercampurnya
spesi beton (dari salah satu sebab). Bahan-bahan yang halus (ringan)
biasanya oleh bahan kasar (berat). Air merupakan bahan yang paling ringan
dalam campuran dan akibatnya yaitu air naik ke permukaan beton.
Pengendapan dan penaikan air ini dinamakan pendarahan susunan butir,
banyaknya air dan kecepatan spesi mengeras. Akibat dari pendarahan akan
menghasilkan kualitas permukaan beton sangat buruk.

Gambar Pendarahan (bleeding)

i. Sangkar kerikil
Akibat dari tinggi jatuh yang tinggi atau kerapatan tulangan dalam bekistinig
dan jarak dari dinding yang terlalu dekat, dapat terjadi sungkar kerikil. Hal ini
adalah pengumpulan kerikil di satu tempat di mana kadar air pasir dan
semennya sedikit.
Sangkar kerikil ini dapat dicegah secara :
- tinggi jatuh yang rendah
- kecukupan ruangan antara batang tulangan dan bekisting
- ukuran butir-butir sesuai dengan ruang bebas di bekisting
- pemampatan yang baik

3-26
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

j. Penuangan
Pengisian acuan dengan beton dinamakan „penuangan/ pengecoran“,
karena spesi beto harus dikerjakan dalam waktu yang singkat, maka ini
merupakan suatu pekeraan yang kritis. Ketika pengecoran harus dilakukan
penjagaan yang cukup. Apabila pada penuangan terjadi suatu kesalahan,
maka tindakan biaya perbaikannya tinggi dan besar. Kemungkinan bahwa
nivo kualitas pekerjaan beton juga sangat mengecewakan. Bergantung
pada masalah yang spesifik. Untuk dinding dan kolom jarak „tinggi jatuh“
dari spesi beton tidak boleh jatuh, agar mencegah segresi spesi beton.
Pencampuran spesi ini disebabkan karena bahan-bahan yang terberat dan
terbesar akan jatuh ke bawah lebih dahulu. Selanjutnya kerikil dan
kemudian pasir dan akhirnya pasta semen yang akan jatuh dalam bekisting.
Pencampuran sebelumnya yang baik itu akan terpengaruh dan kualitas
beton buruk sekali.

Percampuran akibat jarak tinggi jatuh yang besar

Karena itu maksimal tinggi jatuh bebas akan dibatasi sampai sekitar 1,5
meter. Untuk tinggi jatuh yang sangat tinggi harus digunaan talang cor atau
klep cor pada bekisting. Tulangan pada lantai-lantai dimana pekerja cor
akan berjalan diatasnya jangan dirancang terlalu kecil (lunak). Perhitungkan
pula dengan pembebanan yang tinggi akibat kendaraan angkutan pada
dasar tanah.
Cheklist berikut ini harus dilakukan sebelum penuangan :
- apakah tulangan telah selesai

3-27
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

- apakah bekisting / acuan telah dibasahi dan atau diberi minyak bekisting
- kecukupan adanya perancah, tangga dan papan untuk dijalani
- cukup personil
- listrik / lampu bila dibutuhkan
- cukup adanya bahan-bahan
- apa dan bahan persediaan
- apakah ada jalanan masuk, rute pengangkutan
- adanya alat pemadatan

Pekerjaan termasuk persiapan tempat dimana beton akan dicor, persiapan dan
pemeliharaan dari pondasi, pengadukan beton dan dewatering.
 Untuk gudang semen, kita harus membuat lantai yang aman dari pengaruh
cuaca dimana dibuat lantai kayu yang ditinggikan dan semen selalu ditutup
plastic pelindung.
 Hasil uji material beton dan job mix formula untuk setiap type / kelas beton
harus sudah dilaksanakan dan disetujui oleh engineer.
 Lokasi pengecoran harus diperhitungkan cukup luas untuk pelaksanaan
pengecoran beton dan memudahkan akses kelokasi baik material peralatan
maupun tenaga kerja.
 Fabrikasi bekisting terbuat dari kayu atau besi dengan joint yang kedap
mortar dan cukup kuat / kaku dan tidak mengalami deformasi pada waktu
pengecoran beton dan konstruksinya harus gampang dilepas tanpa
merusak betonnya.
 Permukaan ditempat sambungan beton harus dikasarkan dan harus
dibersihkan dengan air dan disemprot dengan mortar pada waktu
pengecoran lanjutan.

a. Metode konstruksi beton lining saluran :


 Ditempat yang ada airnya, dilakukan dewatering dengan memakai sub
mersible pump 4” diameter
 Pekerjaan tanah diselesaikan lebih dahulu
 Setting out dilokasi lining
 Bekisting disiapkan sesuai tebal lining dan dipasang diantara segmen
lining sampai dengan kaki lining. Posisi yang tepat dari bekisting pada
expansion joint, control joint dan construction joint dan joint sealant
untuk memudahkan pengecoran beton.

3-28
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

 Batching Plant digunakan untuk lokasi yang bisa dijangkau truk mixer
dan beton mixer digunakan ditempat yang sempit.
 Setelah adukan beton mengering, bekisting dapat dilepas dan diisi
dengan expansion joint atau joint sealant untuk dilatasi.
 Setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari premature drying,
temperatur udara yang terlalu panas dan mechanical in jury.
 Beton harus diaga selalu dari hilangnya kelembaban dengan suhu yang
relative konstan untuk memastikan hidrasi yang sesuai untuk semen dan
pengerasan dari betonnya.
b. Metoda Konstruksi untuk Struktur
 Setting out lokasi oleh survey bersama supervisi engineers
 Galian ditempat lokasi struktur dilakukan dengan excavator dan / atau
man power
 Potong dan bengkok pembesian di base camp
 Menyiapkan lantai kerja
 Memasang pembesian struktur lantai sesuai gambar kerja
 Kontraktor bersama konsultan supervisi memeriksa pemasangan
pembesian dan menyiapkan cek list apakah pembesian perlu diperbaiki
atau tidak
 Pasang bekisting dari struktur lantai termasuk supporting, kalau
diperlukan
 Pengecoran untuk struktur lantai dapat dilaksanakan biasanya dengan
memakai talang
 Bekisting dan supporting bisa dilepas
 Tahapan untuk pelaksanaan struktur dinding seperti pada tahapan
pelaksanaan struktur lantai
 Hasil dari pengecoran beton diperiksa bersama supervisi engineer dan
dipersiapkan check list perbaikan / penyempurnaan
 Setelah perbaikan beton diselesaikan, dapat dilanjutkan menyiapkan
pemasangan batu dan aksesorisnya.
c. Peralatan :
c1. Untuk beton lining :
- Batching Plant …… Unit
- Truck Mixer …… Unit
- Steel Slepform Screed …… Unit
- I m mersion type vibrator …… Unit

3-29
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

- Winset ……. Unit


c2. Untuk beton struktur :
- Batching Plant ……. Unit
- Truck Mixer ……. Unit
- Concrete Vibrator ……. Unit

3.10 Pekerjaan Tunnel


Pelaksanaan pembuatan terowongan pada umumnya dilakukan dalam 4 tahapan
kerja :
a. Tahap I, Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum
pekerjaan utama pembuatan terowongan dapat dimulai :
1. Pekerjaan survey (surveying & lay out of works) meliputi :
 Pembuatan peta situasi pekerjaan lapangan (lay out of works)
 Pembuatan bench mark (patok BM) dan patok / titik referensi
 Pembuatan ground profile (potongan memanjang tanah / bukit) dan
ground section (potongan melintang tanah / bukit)
2. Pembuatan jalan kerja (construction & hauling roads), termasuk jembatan/
gorong-gorong sementara jika diperlukan.
Apabila untuk mencapai lapangan kerja terdapat sungai dan untuk kegiatan
lapangan harus menyeberang sungai tersebut, maka kontraktor harus
membuat jembatan atau gorong-gorong sementara yang biasanya hal ini telah
termuat dalam dokumen tender atau penawaran.
3. Penyiapan bangunan fasilitas sementara (temporary facilities works) antara
lain kantor lapangan dan camp, gudang material, instalasi pemecah batu
(crushing plant), instalasi pengaduk beton (batching plant), bangunan fasilitas
laboratorium berikut peralatannya, gudang bahan peledak / dinamit, instalasi
listrik dan air (untuk keperluan kantor, camp dan lapangan) dan bangunan
fasilitas lainnya yang diperlukan sehubungan dengan kontrak.
4. Land clearing dan grubbing
Land clearing dan grubbing adalah kegiatan pembersihan medan kerja dari
pepohonan, semak belukar bonggolnya. Pekerjaan ini biasanya dilakukan
dengan alat bulldozer atau dapat dikombinasi dengan excavator sesuai
dengan keadaan di lapangan.

3-30
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

b. Tahap II, Pekerjaan Penggalian Terbuka (open excavation)


1. Pembersihan lapangan kerja (clearing of site)
Sebelum memulai kegiatan penggalian, terlebih dahulu dilakukan
pembersihan lapangan kerja (clearing site) pada areal yang akan digali yang
diikuti dengan pekerjaan survey untuk menentukan batasan areal kerja,
sesuai dengan gambar rencana.
Pembersihan lapangan kerja dapat dilakukan dengan tenaga orang atau
dengan peralatan mesin (sesuai denga kebutuhan dan keadaan medan
kerja).
Setelah medan kerja dan batasan daerah yang akan digali telah dipasang
sesuai dengan gambar kerja (working drawing), maka kegiatan pekerjaan
penggalian dapat dilakukan.
2. Penggalian Tanah (excavation of common material)
Sebelum kegiatan penggalian dimulai, terlebih dahulu disiapkan batas-batas
galian yang lazimnya dipasang bow plank atau papan batas dan penunjuk
kemiringan galian, sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam gambar kerja
yang telah disetujui engineer atau approved working drawing.
Untuk pengerjaan penggalian tanah (common material), biasanya dilakukan
dengan alat excavator (back hoe), sedangkan bahan hasil galian diangkut
kelokasi pembuangan (disposal area) yang telah ditetapkan dalam kontrak
atau yang disetujui engineer. Penetapan jenis, kapasitas dan jumlah
excavator maupun truk yang digunakan untuk menggali dan mengangkut hasil
galian perlu disesuaikan dengan volume gaian yang direncanakan, agar dapat
diselesaikan sesuai denga schedule yang disetujui engineer. Sudah barang
tentu perhitungan yang teliti agar efisiensi kerja dapat dicapai dengan hasil
kerja yang baik.
Ditempat pembuangan hasil galian tanah (disposal area), perlu dioperasikan
setidak-tidaknya sebuah bulldozer untuk peralatan (spreading) dan mengatur
bentuk timbunan buangan tanah tidak mudah longsor dengan gambar
disposal area yang disetujui engineer.
Agar pekerjaan penggalian tanah ini dapat sesuai dengan gambar kerja perlu
adanya pemantauanu secara terus menerus oleh petugas pengukuran
(survey) sampai penggalian tanah selesai.
3. Penggalian batu (rock excavation)
Sebelum kegiatan penggalian batu dilakukan, terlebih dahulu mempelajari
keadaan batuan yang akan digali, agar penggalian batu dapat dilaksanakan

3-31
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

dengan baik. Mengenal jenis dan kondisi batuan yang terdapat dalam
dokumen tender serta memeriksa keadaan dilapangan.
Geological formation (formasi geologi) dan kelas batuan dilokasi rencana
terowongan perlu diketahui dengan seksama untuk menentukan jenis maupun
kapasitas alat yang akan digunakan.
a) Fresh rock (F)
b) Slightly weathered (SW)
c) Moderately weathered (MW)
d) Highly weathered (HW)
e) Completely weathered (CW)
Untuk a, b, dan c disebut batuan, sehingga sebelum memulai pekerjaan
penggalian diperlukan pengukuran guna mengetahui batas galian common
dan galian batu. Hal ini perlu dilakukan karena umumnya unit price (harga
satuan) galian batu jauh mahal dari galian tanah (common).
Metode penggalian batu pada medan terbuka biasanya dilakukan dengan
cara peledakan (blasting) oleh karenanya metode kerja ini harus diajukan
kepada Engineer untuk mendapatkan persetujuannya (approval). Agar dapat
dicapai efisiensi kerja yang baik perlu adanya trial blasting setidak-tidaknya 3
kali. Dalam trial blasting ini yang paling penting adalah penetapan jarak
lubang bor, tinggi benhcut dan coefisien blasting, guna jumlah bahan peledak
yang digunakan.
Pada trial blasting yang pertama biasanya digunakan angka coefisien blasting
terkecil, kemudian yang kedua lebih besar dan yang ketiga lebih besar lagi,
misalnya untuk quartzite fresh rock pertama dengan C=0.3, kemudian kedua
dengan C=0.35 dan yang ketiga dengan C=0.4.
Dari ketiga hasil trial blasting tersebut kita bandingkan mana yang paling baik
dan efektf kita pilih yang selanjutnya ditetapkan sebagai “blasting pattern”
yang digunakan untuk penggalian batu secara menyeluruh. Namun demikian
tidak menutup kemungkinan adanya perubahan sesuai dengan keadaan
dilapangan.
Untuk melakukan pekerjaan penggalian dengan cara blasting ini, site engineer
kontraktor harus mengatur sedemikian rupa agar memperhatikan kemananan
bagi para pekerja dan orang-orang yang berada di sekitar areal kerja blasting.
Sistim peringatan dengan cara memasang tanda bendera merah maupun
dengan membunyikan sirine atau pemberitahuan dengan pengeras suara
sangat diperlukan. Apabila pekerjaan blasting ini dilakukan dengan kurang

3-32
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

hati-hati dapat menimbulkan kecelakaan yang fatal bagi tenaga kerja maupun
orang-orang yang berada disekitar areal kerja.
Apabila blasting telah dilakukan perlu ada petugas khusus yang memeriksa
lapangan di areal blasting apakah semua bahan peledak telah meledak
semua atau belum. Setelah dilakukan pemeriksaan dilapangan ternyata
dinyatakan bahan peledak telah meledak semua baru petugas yang akan
membuang hasil ledakan dapat diijinkan mengambil batuan untuk meledakan
bahan peledak yang belum meledak tersebut.
4. Open Cut Excavation
Pada hakekatnya open cut excavation adalah sama dengan open excavation
hanya biasanya open cut excavation merupakan kelanjutan dari open
excavation sehingga kegiatannya juga hampir sama. Perbedaan antara open
excavation dan open cut excavation adalah sebagai berikut :
 Open excavation merupakan galian terbuka dengan batasan terbawah
berupa dataran (plat form)
 Open cut exacavation merupakan galian terbuka dengan bentuk tertentu
yang biasanya ditempat ini didirikan bangunan, misalnya untuk power
station untuk conduit dan sebagainya.
Open cut excavation ada yang merupakan kelanjutan dari open excavation
namun ada pula yang berupa galian tersendiri.
Metode kerja open cut excavation secara prinsip sama dengan open
excavation hanya sedikit perbedaan pada bentuk galiannya.
5. Perkuatan bidang galian miring (slope protection)
Pada bidang galian terbuka baik yang permanent maupun sementara, harus
diperhitungkan apakah perlu perkuatan lereng (slope protection) atau tidak, ini
tentunya disesuaikan dengan keadaan geologi di lapangan maupun yang
tertuang dalam kontrak.

Jika tercantum didalam kontrak maka kontraktor harus melaksanakan sesuai


kontrak, namun jika tidak tercantum dalam kontrak dan keadaan memerlukan
proteksi, maka hal ini dapat dibicarakan dengan pihak engineer atau dapat
juga kontraktor melaporkan masalah ini kepada engineer. Sudah barang tentu
hal ini atas dasar keamanan pekerjan agar tidak menimbulkan longsoran yang
dapat mempersulit operasi kerja dilapangan.
Perkuatan lereng yang lazim diterapkan pada suatu proyek bendungan
adalah shotcrete, shotcrete dengan wire mesh, pasangan batu atau cukup
dengan gebalan rumput (sodding). Untuk menetapkan jenis perkuatan lereng

3-33
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

ini tergantung dari keadaan geologi di lapangan. Apabila dengan perkuatan


seperti tersebut diatas masih dipandang kurang memadai, dapat pula
dikombinasi dengan penambahan batang angker baja digrouting (grouted
anchor bar), dapat pula ditambah dengan lubang-lubang pematusan (drain
holes).
 Perkuatan lereng dengan shotcrete
Perkuatan lereng dengan shotcrete, diterapkan pada bagian bidang galian
permanen maupun sementara tergantung kebutuhan. Pada bidang galian
batu biasanya dengan shotcrete tebal 5 cm sedangkan pada bidang galian
tanah (common) dengan shotcrete tebal 10 cm dengan tambahan jarring
kawat baja (wire mesh). Perkuatan lereng dengan shotcrete dilakukan
dengan menggunakan mesin. Bahan shotcrete adalah campuran cement,
air dan aggregate pasir halus dan kasar dengan proporsi campuran yang
telah ditetapkan didalam spesifikasi teknik (technical specification).
Sebelum shotcrete diterapkan pada bidang permukaan galian, biasanya
dilakukan trial di lapangan didekat batching plant, yang dilanjutkan dengan
pengujian di laboratorium untuk mengetahui strengthnya. Hasil pengujian
ini disusun dalam laporan kemudian diajukan kepada engineer untuk
mendapatkan approval. Sudah barang tentu yang diajukan tersebut harus
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam technical specification. Jika
approval dari engineer telah diterbitkan, pekerjaan shotcrete dapat
dilaksanakan dilapangan. Pada pekerjaan shotcrete dengan wire mesh,
pelaksanaannya dapat dilakukan dua kali yaitu shotcrete layer pertama
diterapkan kemudian wire mesh dipasang dan dilanjutkan dengan
shotcrete. Cara shotcrete secara langsung ini harus dilakukan oleh tenaga
yang betul berpengalaman.
Untuk mencegah air tanah menekan lapisan shotcrete, lazimnya
dilengkapi dengan weep hole dari pipa pvc Ø 50 mm. dengan weep hole
ini air tanah dapat disalurkan keluar, sehingga shotcrete dapat lebih stabil
dan kemungkinan terkelupasnya lapisan shotcrete dapat dicegah.
 Perkuatan lereng dengan shotcrete yang dikombinasi dengan anchor dan
drain holes.
Sebelum pekerjaan shotcrete dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan
pengeboran pada titik-titik yang telah ditentukan untuk rencana
pemasangan anchor bar atau drain holes.
Apabila pengeboran telah selesai, lubang bor dibersihkan dengan
semburan angin kemudian volume sesuai perhitungan yang selanjutnya

3-34
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

anchor bar dimasukkan dengan hati-hati kedalam lubang. Cara seperti ini
lazim dilakukan di lapangan, namun ada pula setelah lubang disiapkan,
batang angker dimasukkan kedalam lubang baru kemudian diisi bahan
sement mortar hingga penuh. Cara yang kedua ini biasanya tidak terpakai
dapat diyakini apakah penggroutingan dapat penuh hingga ujung angker
atau tidak.
Jika drain hole haus dibuat terlebih dahulu disiapkan lubangnya dengan
cara pengeboran pada titik-titik yang telah disiapkan. Setelah lubang bor
dibersihkan kemudian pipa pvc yang telah dilubangi dibalut geotextile atau
tanpa geotextile, dimasukkan kedalam lubang dengan sedikit diputar, agar
mudah memasukkannya. Di bagian ujung luar pipa pvc kurang lebih
sedalam 20 cm lubang ditutup dengan cement mortar lihat sket.
Apabila anchor bar dan drain holes telah terpasang semua baru
kemudiani shotcrete diterapkan. Untuk mencegah lubang drain hole
tertutup material shotcrete, sebelum shotcrete diterapkan, terlebih dahulu
lubang pipa pvc ditutup dengan bahan kertas atau bahan lain, baru
setelah schotcrete selesai tutup / sumbat tersebut dilepas. Shotcrete yang
dikombinasi dengan anchor bar dan drain hole biasanya diterapkan pada
perkuatan bidang galian yang kondisi batuannya kurang baik atau rawan
longsor. Kondisi batuan yang harus dishorcrete dan tambahan anchor bar
serta drain hole biasanya pada bidang galian yang terdapat dyke, shear
zone, jalur mica schist dan fractures.
 Perkuatan bidang lereng dengan pasangan batu
Perkuatan bidang lereng dengan pasangan batu dapat diterapkan pada
bidang galian yang apabila dishotcrete material shotcretenya tidak dapat/
sulit menempel pada bidang galian. Sudah barang tentu jenis perkuatan
lereng ini atas dasar pertimbangan yang masak oleh ahli geologi.
Untuk mengendalikan air tanah agar tidak membahayakan stabilitas
pasangan batu, lazimnya dipasang weep hole atau drain hole.
 Perkuatan lereng dengan gebalan rumput (sodding)
Pada bidang galian yang masih cukup banyak material claynya dan
dimungkinkan rumut bisa tumbuh, gebalan rumput (sodding) dapat
diterapkan. Biasanya jenis perkuatan bidang galian dengan sodding ini
untuk areal yang tidak membahayakan terhadap bangunan yang ada
disekitarnya atau untuk daerah yang kurang penting, misalnya untuk
acces road.

3-35
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

c. Tahap III, Pekerjaan Penggalian Dalam Tanah (Under Ground Excavation)


Pekerjaan pengendalian dalam tanah (under ground excavation) atau lazim juga
disebut penggalian terowongan (tunnel excavation) adalah pekerjaan yang
memerlukan keahlian khusus dan peralatan yang khusus pula.
1. Pekerjaan persiapan
Sebelum melakukan penggalian didalam terowongan, perlu dikaji dengan
seksama kondisi geologi baik yang tercantum dalam dokumen tender maupun
keadaan setelah open excavation dan open cut excavation selesai.
Mempelajari kondisi batuan terutama pada bagian portal hulu (upstream
portal) dan portal hilir (downstream portal) harus dilakukan untuk menyiapkan
pekerjaan awal galian terowongan. Lazimnya pada kedua bagian ini dipasang
steel rib support dari baja H yang dirangkai dengan batang baja atau kayu
sebagai penahab. Pada steel rib support ini biasanya dilapisi shotcrete atau
papan kayu sebagai penutup dan dibebani karung plastic berisi pasir (sand
bag) sebagai pemberat.
Dari jenis batuan yang ada dilapangan maupun yang tertuang dalam
dokumen tender dapat ditetapkan alat untuk pelaksanaan penggalian.
Penggalian didalam terowongan pada umumnya dilakukan dengan cara
peledakan (blasting), namun jika tidak mungkin dilakukan didalam terowongan
dapat pula digali dengan mesin bor horizontal dengan diameter hingga 2
meter yang biasanya hasil galian bor tadi langsung dimasukkan (di loading)
kedalam truck disebelah belakangnya sebagai contoh penggalian terowongan
headrace bendungan Saguling di Jawa Barat.
Dalam menentukan posisi awal dibagian portal hulu dan hilir, tim survey harus
bekerja denga teliti guna menentukan aligmen, elevasi dan station pada
kedua portal tersebut.

2. Trial Blasting (percobaan peledakan)


Trial blasting sangat diperlukan untuk mendapatkan standar blasting yang
baik yang biasanya dilakukan pada bagian portal hulu maupun hilir. Trial
blasting ini sangat besar manfaatnya agar tidak terjadi over break atau
terjatuhnya batuan dengan volume yang besar yang sudah barang tentu
sangat merugikan kontraktor. Seperti hal pada galian batu di bagian open
excavation, coefisien blasting ditentukan mulai dari yang kecil yang kemudian
ditambah sedikit demi sedikit. Trial blasting sebaiknya dilakukan pada luasan
terbatas, sebagai contoh untuk quartzite fresh rock dengan C=0,4 untuk yang
ketiga dan terakhir dengan C=0,45. Dengan trial blasting ini akan dapat

3-36
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

diseleksi dan dipilih hasil ledakan yang paling baik, artinya tidak terlalu banyak
over break dan tidak terlalu banyak yang tersisa dan hasil pilihan ini dapat
digunakan sebagai blasting pattern untuk penggalian dalam terowongan
(tunnel excavation).
Tabel dibawah adalah contoh batuan dan angka koefisien blasting rata-rata
yang lazim digunakan.
No. Nama Batuan Koefisien “C”
1. Soft limestone 0.20
2. Soft sandstone, conglomerate 0.26
3. Hard sandstone, conglomerate 0.30
4. Middle limestone, slate 0.35
5. Hard slate, grain limestone 0.40
6. Weathered andesite 0.20 – 0.30
7. Hard andesite 0.30 – 0.35
8. Quartzite, andesite (fresh) 0.42 – 0.50
9. Granite, gneiss 0.45
10. Hard granite 0.57

Catatan : untuk trial blasting dapat digunakan C=75% dari table, dapat pula
ditentukan lain sesuai dengan pengalaman blasting expert.
3. Penggalian terowongan (tunnel excavation)
Setelah berhasil menentukan blasting pattern, dapat dilanjutkan penggalian
didalam terowongan dengan tahapan kedalaman antara 1.5 meter hingga 2
meter tunnel driving. Pada umumnya setelah mucking selesai dilakukan
disusul dengan pekerjaan supporting.
Supporting atau perkuatan yang perlu diaplikasikan didalam permukan galian
terowongan ada beberapa macam antara lain :
 Supporting jenis rock bolt
Supporting jenis rockbolt diterapkan untuk memperbaiki struktur batuan
agar ada tahanan yang baik antara butiran batu yang satu dengan butiran
batu yang lainnya, sehingga kemungkinan runtuhnya butiran batu yang
besar dapat dicegah. Rockbolt biasanya dengan menggunakan batang
besi beton ulir (deformed bar) D 25 dengan panjang 3 meter masuk
kedalam batuan. Dibagian ujung luar dilengkapi plat baja landasan, plant
ring dan mur (nut) dan dibagian dalam diperkuat dengan epoxi resin,
sedalam kira-kira 75 cm, sebagai angkernya. Untuk menentukan panjang
rock bolt yang masuk kedalam batuan tergantung dari ukuran diameter
terowongan dan biasanya ditentukan oleh design engineer. Epoxi resin
merupakan bahan yang dikemas seperti kapsul dan akan pecah jika
ditusuk besi beton dan akan mengeras dalam waktu yang cepat. Jika
rockbolt dengan epoxi rexin sebagai angker telah mengeras dengan

3-37
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

sempurna plat landasan plat ring dan mur dipasang yang selanjutnya
dilakukan penarikan batang rockbolt dengan cara memutar mur dengan
daya antara 60% hingga 80% dari kapasitas baja rock bolt. Untuk rock bolt
D 25 ditetapkan daya torsi sebesar 8-12 ton atau diambil rata-rata 10 ton.
Pemasangan rockbolt ini lazimnya dilakukan dengan jarak rata-rata 3
meter satu sama lain untuk seluruh bidang galian batu. Pada bidang
galian yang bukan batu misalnya shear zone atau soft dyke, rock bolt
biasanya tidak perlu karena tidak efektif.
 Shotcrete tanpa wire mesh
Shotcrete tanpa wire mesh (chain link) diterapkan pada permukaan galian
batu yang baik(fresh rock), biasanya dengan tebal rata-rata 5 cm.
shotcrete didalam terowongan dilaksanakan dengan sarana kerja untuk
pekerja yaitu dengan baket yang ada di mesin jumbo drill. Lihat foto
terlampir.
 Shotcrete dengan wire mesh (chain link fabric)
Shotcrete dengan wire mesh (chain link) diterapkan pada bagian
permukaan galian batuan yang fractures. Pelaksanaan shotcrete dengan
tambahan material wire mesh (chain link) lebih sulit dibandingkan dengan
dipekerjaan open menggantung untuk itu perlu dipasang dengan
pertolongan angker-angker dari batang baja yang ditancapkan disela-sela
batuan atau dengan membuat luabgn khusus pada batuan.
 Steel rib support
Steel rib support biasanya diterapkan pada bagian galian yang kondisinya
lembek misalnya shear zone atau soft dyke atau yang sangat fractures.
Ada juga steel support ini masih dikombinasi dengan grouted anchor bar,
misalnya di spillway shaft bendungan Batulegi.
4. Sistim drainase (drain system)
Selama penggalian terowongan berlangsung sistim drainase harus mendapat
perhatian karena pekerjaan shotcreting tidak dapat dilaksanakan pada bagian
yang terdapat sumber airnya. Demikian pula pada saat mucking air yang ada
dalam terowongan harus disalurkan keluar dengan baik agar tidak
mengganggu tranportasi angkutan bahan galian keluar terowongan.
5. Control survey
Control survey juga harus diperhatikan dan dilakukan dengan sangat teliti,
karena jika terdapat kesalahan sedikit saja akan menimbulkan arah
(alignment) terowongan bisa berubah. Control survey ini untuk memantau
alignment (tunnel axis), slope dan diameter dari terowongan.

3-38
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

6. Tahapan penggalian terowongan


Terowongan dengan diameter besar lazimnya digali secara bertahap dari
bagian upper half yang setelah selesai upper half dilanjutkan dibagian lower
half.
Untuk terowongan dengan diameter kecil, misalnya 4-5 meter, dapat digali
secara langsung dengan mengatur bentuk permukaan bagian dasar, agar
peralatan dapat beroperasi dengan baik, terutama untuk transpoprtasi
angkutan bahan hasil peledakan keluar terowongan.

d. Pelaksanaan Pembetonan
 Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan yang harus dilakukan sebelum pelaksanaan
pembetonan (concreting) adalah sebagai berikut :
 Pengecekan secara menyeluruh permukaan galian terowongan untuk
mengetahui apakah galiani terowongan telah masuk design line atau
belum. Dalam hal ini survey terhadap alignment, elevasi dan diameter
hasil galian sudah sesuai dengan design, perlu adanya galian susulan
yang untuk ini dapat dilakukan dengan alat “giant breaker” atau alat
yang lain yang sesuai.
 Penyiapan dan pemasangan baja tulangan (reinforcement bar)
Apabila terowongan harus dilapisi dengan beton bertulang, perlu
disiapkan pabrikasi tulangan sesuai dengan working drawing yang telah
disetujui engineer. Apabila pabrikasi baja tulangan telah selesai dibuat,
dapat dilanjutkan dengan pemasangan ditempat yang akan dicor.
 Penyiapan dan pemasangan bekisting (form work)
Untuk terowongan dengan diameter besar, misalnya terowongan
pengelak bendungan Batulegi 11.50 m di hilir dan 10 m dihulu, form
work dapat dibuat 3 macam pertama untuk bagian lower (invert) yang
kedua untuk bagian site wall dan ketiga untuk bagian upper half.
 Penyiapan peralatan pembetonan berikut penerangan
Jika persiapan lapangan telah cukup, selanjutnya penyiapan concrete
pump, agritator truck (AT), vibrator untuk pemadatan beton, peralatan
untuk test beton, lampu penerangan dan sarana kerja lainnya yang
diperlukan.
 Pelaksanaan pembetonan
Untuk pembetonan terowongan bagian invert perlu disiapkan placement
sequence agar didapat hasil yang tidak keropos atau terdapat honey comp.

3-39
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

Oleh karenanya construction method untuk pembetonan perlu diajukan


kepada engineer untuk mendapatkan persetujuan.
Khusus untuk bagian invert ini apabila terdapat permukaan yang dikawatirkan
keropos atau honey comp, sesaat setelah form dibuka dimana beton masih
belum begitu mengeras dapat langsung diperbaiki, namun kalau beton telah
mengeras perbaikannya harus dilakukan secara khusus setelah benar-benar
dan beton telah keras dan dingin.
Pemadatan beton dengan vibrator harus dilakukan oleh tenaga yang
berpengalaman untuk mencegah rusaknya mutu beton, hal ini dimungkinkan
akibat konsentrasi vibrator di suatu tempat yang terlalu lama.
Construction sequence sangat menentukan hasil pembetonan, oleh
karenanya petugas yang mengerjakan pembetonan harus diberi penjelasan
dengan baik oleh site engineer dan jika dipandang perlu pada saat awal Site
Engineer harus ikut memantau jalannya pengecoran (concrete placement).

3.11 Pembuatan Daftar Simak


Setelah dilakukan identifikasi atau dikaji potensi bahaya setiap kegiatan dalam item
pekerjaan yang dituangkan dalam metode kerja, langkah selanjutnya dibuat suatu
daftar simak untuk “Penerapan Ketentuan K3” (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
yang dituangkan dalam format daftar simak sebagai berikut :

DAFTAR SIMAK K3
1. Jenis Pekerjaan : .......................................................................................
2. Nama Proyek : .......................................................................................
3. Lokasi Proyek : .......................................................................................
Dilaksanakan
No. Uraian
Ya Tidak

Dibuat oleh : ........................................................................................


Tanggal : .......................................................................................
Diperiksa oleh : .......................................................................................

3-40
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

BAB 4
PENERAPAN K3 PADA PEMAKAIAN TANGGA DAN PERANCAH

4.1 Hal Hal Penting Dalam Pemasangan Perancah

1. Standar :
 Peraturan,
 Standar Nasional,
 Standar Internasional,
 Ketentuan / Rujukan Berdasarkan Perhitungan Faktor Keamanan Konstruksi/
Construction Safety.

2. Jenis Pekerjaan yang menggunakan penyangga perancah:


 Pekerjaan Galian (Excavation Works),
 Pekerjaan Konstruksi Bawah Tanah (Underground Construction Works),
 Pekerjaan Urugan / Timbunan (Embankment / Filling).
 Penyangga Struktur Bangunan

3. Persyaratan Teknis Perancah. :


 Kestabilan. & Kesetimbangan,
 Faktor Keamanan,
 Keahlian Tenaga Kerja (SDM).

4. Pengawasan. :
 Inspeksi,
 Pemeriksaan & Pengecekan Berkala.

5. Pemeliharaan.

4.2 Standar Aturan Pemasangan Pekerjaan Perancah

1. Peraturan Umum
a. Perancah harus dibuatkan untuk semua pekerjaan yang tidak bisa dikerjakan
secara aman pada suatu ketinggian .
b. Perancah hanya dapat dibuat dan diubah oleh :
1) Pengawas yang ahli dan bertanggung jawab
2) Orang – orang yang ahli dibidang perancah

4-1
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

c. Pemasangan perancah harus dilaksanakan dan diawasi oleh :


1) Pemasangan oleh tenaga kerja yang mempunyai ketrampilan dan keahlian
kerja dalam bidang perancah
2) Pengawasan oleh Pengawas yang ahli dalam bidang k3 perancah

2. Bahan – bahan
a. Kayu yang akan digunakan, harus berurat lurus, padat , tidak ada mata kayu
yang besar – besar, kering tidak membusuk, tidak ada lubang ulat, dan lain –
lain kerusakan yang dapat mem-bahayakan.Tali baja yang telah terkena asam
atau bahan kimia, karat lainnya, tidak boleh digunakan .
b. Tali yang terbuat dari serat tidak dapat digunakan, yang mudah mengundang
bahaya.
c. Papan untuk perancah harus tahan retak atau pecah.
d. Paku harus mempunyai panjang dan tebal yang cukup.
e. Paku besi yang getas (cast iron) tidak boleh digunakan.
f. Bahan – bahan yang digunakan untuk pembuatan perancah harus disimpan
dengan baik dan jauh dari material yang berbahaya.
g. Pengikat untuk perancah yang terbuat dari kayu, harus berupa baut besi
dengan ukuran yang memadai, cincin penutup, mur, tali serat yang dipadatkan,
sekrup dan lain – lain pengaman yang dibutuhkan.

3. Konstruksi Perancah
a. Perancah harus dihitung dengan faktor pengaman (safety factor) sebesar 4
(empat) kali beban maksimal.
b. Perancah harus diberi tangga pengaman untuk tempat berjalan dan lain – lain
fasilitas yang aman.
c. Perancah harus cukup diberi penguat (braced).baik secara diagonal maupun
horozantal.
d. Perancah yang tidak bebas harus dikaitkan kebangunan dengan system jepit
(rigid connections) yang kuat dengan jarak tertentu.
e. Perancah tidak boleh terlalu tinggi diatas angker yang tertinggi, maksimal
sejumlah 3 perancah tersusun, karena dapat membahayakan kestabilan dan
kekuatannya.
f. Untuk perancah yang berdiri sendiri harus terdiri atas gelagar memanjang dan
melintang yang dihubungkan dengan kuat pada tiang penyangga, keatas atau
kesamping, bergantung pada pemakaiannya untuk menjamin kestabilan sampai
perancah dapat dilepas.

4-2
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

g. Semua kerangka bangunan dapat perlengkapan yang digunakan untuk


menunjang pelataran tempat bekerja harus berdasarkan standard konstruksi;
mempunyai pondasi yang kuat dan cukup tertanam dan diberi penguat untuk
kesetabilan.
h. Batu bata, pipa yang rusak, bahan pembuat cerobong asap dan bahan – bahan
lain yang tidak semestinya dipakai untuk penahan perancah tidak boleh dipakai.
i. Bila perlu untuk menghindari benda yang terjatuh, perancah harus diberi
semacam tenda / kasa pengaman.
j. Paku – paku harus ditanam penuh, tidak boleh separuh dan kemudian
dibengkokkan.
k. Paku tidak boleh menerima gaya tegangan langsung.

4. Pemeriksaan dan Pemeliharaan

a. Setiap bentuk perancah harus diperiksa sebelum digunakan, oleh orang yang
berwenang untuk meyakinkan, dan pemeliharaannya diperiksa setiap hari dan
secara berkala mingguan, bulanan dengan item pemeriksaan meliputi :
1) kondisi kestabilan .
2) kerusajkan Bahan, berubah bentuk (deformasi), cacat / rusak, keropos..
3) Kondisi pengamanan sperti pin lock,
4) Aman penggunaannya.
b. Perancah harus diperiksa oleh seorang tenaga ahli yang berwenang sedikitnya
seminggu sekali yaitu sesudah cuaca buruk, atau gangguan dalam masa
pembangunan yang agak lama.
c. Setiap bagian dari perancah harus diperiksa sebelum dipasang.
d. Setiap bagian harus dipelihara dengan baik dan teratur sehingga tidak ada
yang rusak atau membahayakan waktu dipakai.
e. Perancah tidak boleh sebagian dibuka dan ditinggal terbuka, kecuali kalau hal
itu tetap menjamin keselamatan.

5. Perlengkapan Pengangkat Pada Perancah


a. Pada waktu mengangkat perlengkapan yang digunakan pada perancah:
b. Bagian – bagian dari perancah harus diperiksa dengan cermat dan kalau perlu
diperkuat.

4-3
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

c. Setiap pengeseran dari kayu penyangga (putlog) harus dicegah. Tiang


penyangga harus dihubungkan erat pada bagian bangunan yang kuat, ditempat
alat pengangkat dipasang.
d. Bila pelataran untuk alat pengangkat tidak menggunakan terali pengaman
sehingga muatan yang diangkat dapat menggangu perancah, harus dipasang
pengaman vertikal untuk mencegah muatan alat pengangkat menyangkut pada
perancah.

6. Kerangka Siap Pasang ( Prefabricated Frames ).


a. Kerangka siap pasang yang digunakan untuk perancah harus dijepit sempurna
dikedua muka dan harus dipasang terali pengaman (guard rails).
b. Kerangka yang beda macamnya tidak boleh dipakai berpasangan.
c. Kerangka harus cukup kuat dan kaku untuk mencegah perubahan dalam
pengangkutan, pelaksanaan, dan sebagainya.
d. Untuk perancah yang tidak tertanam pada bangunan harus diberi pengaman
untuk mencegah pengeseran vertikal dari kerangka

7. Penggunaan Perancah.
a. Kejutan gaya yang besar tidak boleh dibebankan kepada perancah.
b. Pemasangan perancah harus memperhitungkan distribusi gaya – gaya lateral
c. Bila perlu untuk mencegah bahaya, muatan yang diangkat naik dikendalikan
dengan tali yang dikaitkan ke muatan (tagline). Untuk mencegah muatan
beradu dengan perancah.
d. Distribusi gaya muatan untuk perancah harus merata, atau gaya muatan tidak
diboplehkan terkonsentrasi dalam satu titik, untuk mencegah bahaya runtuh
(collaps) sebagai akibat tidak stabil / tidak ada keseimbangan.
e. Dalam penggunaan perancah harus dijaga bahwa beban / gaya muatan tidak
boleh melebihi kapasitas yang ditentukan (over loaded).
f. Perancah tidak boleh dipakai untuk menyimpan bahan – bahan kecuali bahan
yang segera dipakai.
g. Tenaga kerja tidak boleh bekerja di dekat bangunan perancah sewaktu angin
kencang.
h. Untuk mencegah kerusakan, bahan – bahan perancah harus dipasang dengan
hati – hati.

4-4
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

8. Pelataran Tempat Bekerja / Platform.


a. Semua perancah dimana tenaga kerja berada harus dilengkapi dengan platform
untuk bekerja.
b. Bagian – bagian dari peralatan untuk bekerja tidak boleh ditunjang oleh batu
bata, pipa – pipa bahan bongkaran, cerobong asap atau bahan – bahan lain
yang semestinya.
c. Pelataran tempat bekerja tidak boleh ditumpangkan kepada cerobong,
penampung air hujan, serambi, atap, penangkal petir, atau bagian – bagian lain
yang tidak semestinya.
d. Pelataran tempat bekerja tidak boleh digunakan sebelum betul – betul selesai
dan diberi pengaman yang baik.
e. Pelataran harus paling sedikit dari tepi luarnya berjarak 60 (enam puluh) cm
dari sisi dinding bangunan.
f. Pelataran harus cukup lebar sesuai dengan pemakaiannya. Pada setiap bagian
harus tidak terhalang dan minimal selebar 60 (enam puluh) cm.
g. Harus disediakan sebuah tempat yang bebas dari rintangan atau timbunan –
timbunan, sedikitnya selebar 1,8 (satu koma delapan) meter.
h. Setiap pelataran untuk bekerja harus dipasang minimal 1 (satu) meter di bawah
puncak tiang penyangga.
i. Setiap pelataran tempat bekerja di atas 2 (dua) m dari tanah harus dipasang
papan yang rapat.
j. Pelataran bekerja harus menggunakan papan pengaman kaki berukuran : tebal
minimal 2,5 (dua koma lima) cm dan lebar minimal 15 (lima belas) cm.
k. Papan – papan untuk pelataran bekerja harus menonjol keluar dari tempat
tumpuan maksimal sejarak 4 (empat) kali tebalnya papan.
l. Papan – papan diusahakan tidak boleh berlapis – lapis, atau harus digunakan
cara hubungan siku – siku untuk mengurangi pengeseran dan mencegah
kesulitan berjalan bagi kereta dorong.
m. Papan – papan untuk lantai harus mempunyai tebal yang sama.
n. Setiap papan yang merupakan bagian dari pelataran tempat bekerja harus
ditumpu oleh sedikitnya 3 (tiga) tumpuan, kecuali bila jarak dari kayu
penyanggah dan tebal dari papan dapat menjamin terhindarnya kemungkinan
terguling atau melengkung.
o. Pelataran harus benar – benar berkonstruksi kuat sehingga tidak ada
pengeseran selama pekerjaan berlangsung.

4-5
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

9. Balustrade Pengaman dan Papan Pengaman Kaki.


(Guard Rails and Toe Boards).

a. Setiap bagian dari tempat bekerja yang mempunyai kemungkinan untuk


seseorang terjatuh dari bagian yang terbuka 2 (dua) m atau lebih diberi pagar
pengaman .
b. Balustrade pengaman, papan pengaman kaki dan perlengkapan lain yang
dipakai untuk pelataran harus selalu tetap di tempat yang ditentukan kecuali bila
ada perubahan – perubahan bangunan atau transportasi bahan bangunan yang
memerlukan perubahan perancah di bagian itu.
c. Papan pengaman kaki dan balustrade pengaman harus dibangun disebelah
dalam pelataran dengan arah vertikal, kecuali bila telah dipakai cara lain untuk
mencegah seseorang jatuh keluar pelataran.

10. Gang, Ramp, Dan Jalur Pengangkut Bahan

(ramp = Jalur penghubung antar tingkat pelataran yang tidak sama tinggi)

a. Gang – gang tempat berjalan maupun tempat transportasi bahan – bahan harus
dibangun dan disanggah sedemikian rupa sehingga tidak goyah, melendut atau
ambruk akibat pembebanan maksimal yang bekerja padanya.
b. Setiap gang, ramp dan jalur pengangkut bahan yang setiap bagiannya
mempunyai tinggi lebih dari 2 (dua) m diatas tanah atau lantai harus : ditutup
rapat – rapat dengan papan dan, mempunyai lebar tidak kurang dari 60 (enam
puluh) cm.
c. Bila gang, ramp dan jalur pengangkut bahan itu terpakai juga untuk
pengangkutan bahan harus diusahakan agar ada suatu jalur bebas yang :
lebarnya cukup untuk pengangkutan bahan tanpa membangun balustrade
beserta pengaman kakinya dan, lebar tidak boleh kurang dari 60 (enam puluh)
cm.
d. Kemiringan dari setiap gang, ramp dan jalur pengangkut bahan – bahan tidak
boleh melebihi 1 (vertikal) : 4 (horizontal).
e. Apabila untuk mengatasi kemiringan tadi diperlukan pemasangan anak tangga
maka pemasangannya harus :
1) Ditempatkan pada jarak yang sama sesuai dengan kemiringan , dan
2) Selebar gang, ramp dan jalur pengangkut bahan kecuali jalur jalan selebar
10 cm untuk jalan roda kereta dorong.

4-6
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

f. Gang, ramp dan jalur pengangkut bahan dimana memungkinkan seseorang


terjatuh dari ketinggian 2 (dua) m lebih harus dilengkapi dengan balustrade .
g. Ramp dan jalur pengangkut bahan yang dibuat untuk jalan masuk kendaraan –
kendaraan kedalam tempat kerja harus : mempunyai kekuatan dan stabilitas
yang cukup, sehingga dapat menahan muatan maksimal yang sesuai dan,
mempunyai kemiringan dan lebar yang aman untuk kendaraan pengangkut
muatan.

4.3 Pembuatan Daftar Simak


Setelah dilakukan identifikasi atau dikaji potensi bahaya setiap kegiatan dalam item
pekerjaan yang dituangkan dalam metode kerja, langkah selanjutnya dibuat suatu
daftar simak untuk “Penerapan Ketentuan K3” (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
yang dituangkan dalam format daftar simak sebagai berikut :

DAFTAR SIMAK POTENSI BAHAYA/ KECELAKAAN

1. Jenis Pekerjaan : .......................................................................................


2. Nama Proyek : .......................................................................................
3. Lokasi Proyek : .......................................................................................

Potensi Bahaya/
No. Uraian Kegiatan
Kecelakaan Kerja

Dibuat oleh : ............................ Nama .............................. tanggal .....................


Diperiksa oleh : ............................ Nama .............................. tanggal .....................
Diperiksa oleh : ............................ Nama .............................. tanggal .....................
4-7
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

DAFTAR SIMAK K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA)

1. Jenis Pekerjaan : .......................................................................................


2. Nama Proyek : .......................................................................................
3. Lokasi Proyek : .......................................................................................

Dilaksanakan
No. Uraian Ketentuan K3
Ya Tidak

Dibuat oleh : ......................................................................................


Tanggal : ......................................................................................
Diperiksa oleh : ......................................................................................

4-8
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

Bentuk lain Daftar Simak K3

DAFTAR SIMAK K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

JENIS PEKERJAAN : ..........................................................................................................


NAMA PROYEK : ..........................................................................................................
LOKASI PROYEK : ..........................................................................................................

No. Daftar Pertanyaan Ya Tidak

Dibuat oleh : …………………………………………………………………


Tanggal : …………………………………………………………………
Diketahui Oleh : …………………………………………………………………

4-9
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

Bentuk lain Daftar Simak Potensi Bahaya/ Kecelakaan

DAFTAR SIMAK POTENSI KECELAKAAN/ BAHAYA

No. Keterangan A B C D E F G H Keterangan

Pengisian bahan
1.  A. Kebakaran
bakar
Pemeriksaan air B. Terkena uap air
2.  
batere (accu) batere (accu)
Pemeriksaan
3.  C. Terkena air panas
minyak hidrolik
Pemeriksaan air D. Terkena
4. 
pendingin semprotan minyak
Pemeriksaan
5.  E. Jatuh terpeleset
kondisi alat kendali,
Manouver di tanah F. Terbenam di tanah
6. 
lembek lembek
Mendorong dan
7.  G. Jatuh ke jurang
menimbun jurang
Naik / turun
8.  H. Terguling
tanjakan

9. Naik / turun Unit  E. Jatuh terpeleset

4-10
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

RANGKUMAN

Bab 1 :
1. Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dalam pelaksanaan konstruksi
merupakan salah satu inti untuk mencapai tujuan penerapan K3 sesuai dengan banyak
peraturan perundang-undangan tentang dan terkait K3
2. Pelaksanaan konstruksi berbasis K3 sangat erat sekali dengan metoda pelaksanaan
pekerjaan, karena metoda pelaksanaan merupakan penjabaran tata cara dan teknik-
teknik pelaksanaan pekerjaan sebagai inti dari seluruh kegiatan dalam sistem
manajemen konstruksi.

Bab 2 :
1. Pembuatan metoda pelaksanaan konstruksi (construction methode) merupakan urutan
pelaksanaan pekerjaan yang logis dengan teknik tersedianya sumber daya yang
dibutuhkan dalam kondisi medan kerja tertentu, guna memperoleh cara pelaksanaan
yang efektif dan efisien.
2. Didalam prakteknya seyogyanya penyusunan metoda pelaksanaan selalu mengacu dan
mengintegrasikan sistem kepastian mutu, sistem manajemen K3 dan perlindungan
pencemaran lingkungan.
3. Tentang ketentuan K3 diharapkan semua pihak mengerti dan menerapkan kewajibannya
dan haknya seperti diatur dalam peraturan perundangan.
4. Tentang perlindungan lingkungan menerapkan sistem manajemen lingkungan sampai
selalu dapat meminimalkan dampak lingkungan atau pencemaran lingkungan.
5. Alangkah indahnya hidup ini apabila dapat melaksanakan tugas pekerjaan pelaksanaan
konstruksi selalu menggunakan metoda yang bagus, tepat sasaran efisien dan efektif
yang juga selalu mengacu kepada ketentuan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
serta mampu melakukan perlindungan lingkungan dengan seminimal mungkin terjadi
pencemaran lingkungan.

Bab 3 :
1. Pembuatan metoda kerja harus aman untuk dilaksanakan dengan pengertian aman
terhadap bangunan yang dibangun, aman terhadap pekerja, aman terhadap lingkungan
sekitarnya.
2. Untuk menjamin aman untuk dilaksanakan, maka penyusunan metoda kerja harus
diidentifikasikan potensi bahaya pada setiap kegiatan pada item pekerjaan.
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

3. Hasil identifikasi potensi bahaya diolah sedemikian rupa dan dirumuskan menjadi
ketentuan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang dituangkan dalam daftar simak
sebagai berikut :
DAFTAR SIMAK K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
1. Jenis Pekerjaan : .......................................................................................
1. Nama Proyek : .......................................................................................
2. Lokasi Proyek : .......................................................................................
Dilaksanakan
No. Uraian
Ya Tidak

Dibuat oleh : ........................................................................................


Tanggal : .......................................................................................
Diperiksa oleh : .......................................................................................

Bab 4 :
1. Hal penting dalam pemasangan perancah :
 Standar
 Jenis pekerjaan menggunakan perancah
 Persyaratan teknis perancah
 Pengawasan
 Pemeliharaan
 Pembongkaran

2. Standar aturan pemasangan pekerjaan perancah :


1. Peraturan umum
2. Bahan-bahan perancah
3. Teknik konstruksi perancah
4. Pemeriksaan dan pemeliharaan
5. Perlengkapan pengangkat pada perancah
6. Kerangka siap pasang
7. Penggunaan perancah
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

8. Pelatan tempat kerja


9. Rel pengaman/ papan pengaman kaki
10. Gang, ramp dan jalur pengakut bahan
Pelatihan Ahli K3 Konstruksi Penerapan K3 dalam Pelaksanaan Konstruksi

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang No. 1 thn 1970 tentang Keselamatan Kerja

2. Undang-undang RI No. 18 tahun 1999, tentang : Jasa Konstruksi

3. Undang-Undang No. 13 tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan

4. Undang-undang RI No. 17 tahun 2004, tentang : Sumber Daya Air

5. PERMENAKER No. Per 01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada
Konstruksi Bangunan

6. Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum
No.Kep.174/MEN/ 1986, No. 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan Kerja Pada Tempat
Kegiatan Konstruksi

7. Keputusan Menteri KIMPRASWIL nomor : 362/KPTS/M/2004, tentang Sistem


Manajemen Mutu Konstruksi , Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah.

8. Keputusan Menteri KIMPRASWIL nomor : 384/KPTS/M/2004, tentang Pedoman Teknis


Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada tempat Kegiatan Konstruksi Bendungan.

9. OHSAS 18001:1999, Occupational Health And Safety Assessment Series


10. OHSAS 18002:2000, Guideline for the implementation of OHSAS 18001:1999

Anda mungkin juga menyukai