Anda di halaman 1dari 21

BAB 5

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN


1. ARTI PENTING LAPORAN KEUANGAN

U ntuk membuat keputusan yang rasional sesuai dengan tujuan perusahaan, manajer
keuangan perlu memiliki alat-alat analisis. Bab ini membahas dua laporan keuangan
utama yang memberikan informasi penting untuk dianalisis. Pihak perusahaan dan
pihak-
pihak di luar perusahaan menggunakan analisis laporan keuangan untuk beberapa tujuan yang
berbeda sesuai dengan kepentingannya, misalnya:
a. Pemasok (kreditur barang dagangan) tertarik pada likuiditas perusahaan. Kredit jangka
pendek dan kemampuan perusahaan dalam melunasi utangnya dengan cepat merupakan
pertimbangan utama dari analisis likuiditas.
b. Pemegang obligasi tertarik pada perusahaan yang mempunyai kemampuan aliran kas dalam
jangka panjang, agar dapat melunasi utangnya dan pada perusahaan yang mempunyai
kemampuan untuk mendapatkan laba di masa datang.
c. Investor akan memusatkan perhatiannya pada perusahaan yang mempunyai keuntungan
dan dalam kondisi stabil.
d. Manajer menggunakan untuk pengawasan di dalam perusahaan (internal control).
Dua jenis laporan keuangan utama yang dapat memberikan informasi penting dalam analisis
laporan keuangan, yaitu neraca dan laba rugi.

2. NERACA PERUSAHAAN (BALANCE SHEET)


Neraca merupakan ringkasan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu yang
menunjukkan jumlah aktiva sama dengan jumlah kewajiban dan ekuitas. Tabel 5.1 adalah
contoh neraca perusahaan manufaktur, PT. IndoRaya, untuk tahun yang berakhir 31 Desember
20X1 dan 20X2.

2.1 AKTIVA
Aktiva adalah segala sesuatu yang menjadi milik perusahaan. Aktiva ditulis dalam
laporan neraca berdasarkan tingkat likuiditasnya, yaitu dari yang paling likuid (most liquid)
sampai kurang likuid (least liquid). Kas (cash) adalah aktiva yang paling likuid sehingga ditulis
paling atas. Kemudian rekening di bawahnya adalah surat berharga jangka pendek yang
diperdagangkan (marketable securities). Beberapa perusahaan mencatat dan meng-
gabungkannya menjadi satu, yaitu kas dan yang diekuivalenkan dengan kas (cash and cash
equivalent).
Selanjutnya rekening di bawahnya adalah piutang dagang (accounts receivable), yang
biasanya mempunyai tenggang waktu satu atau dua bulan sebelum dilunasi menjadi uang kas.
Setelah itu rekening persediaan (inventory) yang merupakan produk dari suatu produksi.
1
Produk

2
tersebut harus dijual lebih dahulu untuk menjadi piutang dagang baru setelah dilunasi menjadi
uang kas. Aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan aktiva jangka panjang lainnya adalah
paling tidak likuid sehingga ditulis paling bawah dari seluruh aktiva.
Tabel 5.1 Neraca PT. IndoRaya untuk Tahun yang berakhir 31 Desember 20X1 dan 20X2 1)
20X1 20X2
AKTIVA 2)

Aktiva Lancar
Kas dan ekuivalen kas Rp 217.000.000 Rp 220.720.000
Piutang dagang3) 917.600.000 840.720.000
Persediaan 4) 1.531.400.000 1.647.960.000
Biaya-biaya dibayar dimuka5) 21.080.000 26.040.000
Pajak dibayar dimuka 35.960.000 43.400.000
Jumlah aktiva lancar6) Rp2.723.040.000 Rp2.778.840.000
Aktiva Tetap7) 1.907.120.000 1.979.040.000
Dikurangi: Akumulasi penyusutan 8) –980.840.000 –1.062.680.000
Aktiva tetap bersih Rp 926.280.000 Rp 916.360.000
Investasi jangka panjang -- 80.600.000
Aktiva tetap lainnya 254.200.000 254.200.000
JUMLAH AKTIVA 9) Rp3.903.520.000 Rp4.030.000.000

UTANG10) DAN EKUITAS 11)


Utang Lancar
Utang bank dan utang wesel Rp 441.440.000 Rp 555.520.000
Utang dagang12) 168.640.000 183.520.000
Utang pajak13) 157.480.000 44.640.000
Utang lancar lainnya14) 203.360.000 236.840.000
Jumlah utang lancar15) Rp 970.920.000 Rp1.020.520.000
Utang Jangka Panjang16) 777.480.000 782.440.000
Ekuitas:
Saham biasa, nominal Rp1.000 per lembar17) 522.040.000 522.040.000
Agio saham17) 447.640.000 447.640.000
Laba ditahan18) 1.185.440.000 1.257.360.000
Jumlah ekuitas19) Rp2.155.120.000 Rp2.227.040.000

JUMLAH UTANG DAN EKUITAS Rp3.903.520.000 Rp4.030.000.000

Penjelasan:
1) Menunjukkan posisi perusahaan pada tanggal tertentu; 2) Apa saja yang dimiliki perusahaan;
3) Jumlah yang diutang oleh konsumen; 4) Bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi; 5)
Biaya-biaya yang telah dibayar; 6) Dapat menjadi kas dalam setahun; 7) Jumlah awal yang
dibayarkan untuk tanah, gedung, dan peralatan; 8) Pengurangan aktiva tetap yang
terakumulasi;
9) Aktiva = utang + ekuitas; 10) Apa saja yang diutang perusahaan; 11) Kepentingan
kepemilikan pemegang saham; 12) Utang kepada pemasok atas barang-barang dan jasa-jasa;
13) Kewajiban yang belum dibayar; 14) Upah, gaji, dan lain-lain yang belum dibayar; 15) Utang
dalam waktu setahun; 16) Utang yang tidak perlu dibayar dalam waktu setahun, misalnya
obligasi; 17) Jumlah awal yang diinvestasikan oleh pemegang saham di perusahaan; 18) Laba
yang ditahan atau diinvestasikan kembali di perusahaan; 19) Utang + ekuitas = aktiva.
2.2 UTANG JANGKA PENDEK DAN UTANG JANGKA PANJANG
Utang-utang perusahaan terdiri dari dua kelompok dan ditulis dalam neraca urut dari
waktu yang terpendek jatuh temponya untuk dibayar, yaitu: (1) utang lancar (current liabilities),
yaitu utang jangka pendek yang waktunya kurang dari setahun dan (2) utang jangka panjang
(long-term liabilities), yaitu utang yang jatuh temponya lebih dari satu tahun.

2.3 EKUITI
Ekuiti terdiri atas nilai buku saham biasa, agio saham, dan laba yang ditahan: (1) Nilai
saham biasa (common stock) ditentukan dari berapa jumlah lembar saham biasa yang beredar
(outstanding) dikalikan dengan nilai nominal per lembar saham biasa, (2) nilai agio saham
(additional paid-in capital) menunjukkan selisih harga saham biasa per lembar pada pasar
primer terhadap nilai nominalnya, dikalikan dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar,
dan (3) laba yang ditahan (retained earning) menunjukkan akumulasi laba perusahaan setelah
sebagian laba tersebut dibagikan dalam bentuk dividen kas (cash dividend). Jadi, laba yang
ditahan adalah sebagian laba yang ditahan untuk diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan.

3. LAPORAN LABA RUGI PERUSAHAAN (INCOME STATEMENT)


Laporan laba rugi merupakan ringkasan pendapatan (revenues) dan biaya-biaya (costs)
perusahaan selama periode tertentu, dan diakhiri dengan laba bersih (net profit) atau rugi (loss)
selama periode tersebut. Table 5.2 adalah contoh laporan laba rugi sebuah perusahaan
manufaktur, PT. IndoRaya, untuk tahun yang berakhir 31 Desember 20X1 dan 20X2.
Tabel 5.2 Laporan laba rugi PT. IndoRaya untuk tahun yang berakhir 31 Desember 20X1 dan
20X21)
20X1 20X2
Penjualan bersih, semua kredit2) Rp4.614.040.000 Rp4.950.080.000
Harga pokok penjualan3) 3.100.000.000 3.323.200.000
Laba kotor Rp1.514.040.000 Rp1.626.880.000
Biaya penjualan, umum, dan administrasi4) 1.042.840.000 1.130.880.000
Laba sebelum bunga dan pajak (EBIT)5) Rp 471.200.000 Rp 496.000.000
Biaya bunga6) 86.800.000 105.400.000
Laba sebelum pajak (EBT)7) Rp 384.400.000 Rp 390.600.000
Pajak 138.880.000 141.360.000
Laba setelah pajak (EAT) 8) Rp 245.520.000 Rp 249.240.000

Dividen kas Rp 161.200.000 Rp 177.320.000


Penambahan laba ditahan Rp 84.320.000 Rp 71.920.000

Catatan: Biaya penyusutan tahun 20X1 dan 20X2 nasing-masing Rp141.360.000


dan Rp138.880.000

Penjelasan:
1) Mengukur profitabilitas selama satu periode waktu tertentu; 2) Jumlah yang diterima atau
piutang dari pelanggan; 3) Secara langsung dihubungkan dengan tingkat kegiatan operasional:
upah, bahan baku, dan overhead; 4) komisi penjualan, iklan, gaji, dan lain-lain; 5) Laba
operasional; 6) Biaya atas dana pinjaman; 7) Laba yang dikenai pajak; 8) Jumlah laba bagi
pemegang saham.

3.1 HARGA POKOK PENJUALAN (COST OF GOODS SOLD) DAN BIAYA-BIAYA


Harga pokok penjualan menunjukkan biaya produksi barang sesungguhnya yang dijual
selama periode tersebut. Yang termasuk di sini adalah biaya bahan baku langsung, biaya tenaga
kerja langsung yang berkaitan dengan produksi, dan biaya overhead pabrik. Biaya-biaya
penjualan, umum dan administrasi seperti biaya bunga ditunjukkan secara terpisah dari harga
pokok penjualan karena biaya-biaya tersebut dipandang sebagai biaya-biaya periode, bukan
biaya-biaya produksi.
Untuk perusahaan manufaktur, biaya penyusutan pada umumnya diperlakukan sebagai
satu komponen harga pokok produksi (cost of good manufactured, CGM) sehingga biaya
penyusutan juga menjadi bagian dari harga pokok penjualan. Sedangkan bagi perusahaan
dagang (pedagang besar atau pedagang eceran), biaya penyusutan pada umumnya dicantumkan
secara terpisah sebagai biaya periode lainnya (seperti biaya bunga) di bawah laba kotor.
Penyusutan didasarkan pada biaya historis di mana dalam suatu periode inflasi mungkin tidak
berhubungan dengan biaya ekonomis.

3.2 LABA DITAHAN DAN DIVIDEN


Tiga baris terakhir dari laporan laba rugi menunjukkan laporan laba yang ditahan yang
disederhanakan. Dividen mengurangi laba setelah pajak untuk meningkatkan laba yang ditahan.
Pada Tabel 5.2, penambahan laba yang ditahan pada tahun 20X2 sebesar Rp71.920.000 ini
harus sesuai dengan kenaikan laba yang ditahan pada Tabel 5.1, yaitu dari Rp1.185.440.000
pada tahun 20X1 menjadi Rp1.257.360.000 pada tahun 20X2. Ini menunjukkan adanya
hubungan antara dua laporan keuangan, yaitu neraca dan laporan laba rugi terbaru.

4. ALUR PIKIR ANALISIS


Beberapa cara atau pendekatan dapat digunakan oleh para analis keuangan untuk
memperoleh gambaran bagaimana mendapatkan dana bagi perusahaan. Mereka akan memilih
pendekatan yang dianggap paling tepat. Gambar 5.1 menunjukkan salah satu contoh alur pikir
yang dapat digunakan untuk membuat keputusan pendanaan bagi perusahaan.
Gambar 5.1 juga menunjukkan bahwa penentuan kebutuhan dana tidak hanya dari sudut
pandang perusahaan saja dan asumsi bahwa pendanaan dapat dicapai, namun rencana tersebut
harus juga disampaikan kepada pemasok dana dari luar perusahaan. Dengan kata lain,
perusahaan harus memiliki usaha yang kuat untuk menarik pemasok modal. Bagian terpadu
dari analisis pendanaan adalah analisis rasio keuangan yang merupakan sisi bahasan bab ini.

4.1 ANALISIS DANA, KONDISI KEUANGAN, DAN RISIKO BISNIS


Analisis dana yang diperlukan perusahaan menekankan pada komponen trend dan
komponen musiman. Berapa besarnya dana yang diperlukan di masa yang akan datang,
bagaimana karakteristik dana tersebut, apakah dana bersifat permanen atau temporer? Alat
analisis yang digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini adalah analisis laporan
sumber dan penggunaan dana dan analisis aliran kas yang dibicarakan pada Bab 6.
Analisis kondisi keuangan dan profitabilitas perusahaan menggunakan rasio-rasio keuangan.
Semua data rasio keuangan yang berasal dapat memberi pandangan mengenai kesehatan
keuangan perusahaan. Berbagai macam rasio keuangan dibahas pada bagian lain dari bab ini.
Analisis risiko bisnis perusahaan berhubungan dengan risiko operasional perusahaan.
Sebagai contoh adalah: Apakah perusahaan beroperasi pada titik break even, di atas titik break
even, atau masih di bawah titik break even; apakah perusahaan berada pada bisnis yang mudah
berubah.


Analisis dana yang diperlukan perusahaan
Menentukan
Analisis kondisi keuangan dan profitabilitas perusahaan kebutuhan
Analisis risiko pendanaan perusahaan
bisnis perusahaan
 Negosiasi dengan pemasok modal

Gambar 5.1 Alur pikir bagi analis keuangan


Ketiga analisis di atas merupakan satu kesatuan dan hasil dari ketiga analisis ini
digunakan untuk menentukan kebutuhan keuangan perusahaan. Semakin besar kebutuhan
dana, semakin besar pula jumlah pendanaan yang diperlukan.

4.2 KARAKTERISTIK KEBUTUHAN DANA


Karakteristik kebutuhan dana sangat menentukan jenis pendanaan yang akan digunakan.
a. Jika pada analisis dana yang diperlukan terdapat komponen musiman dalam bisnis,
pendanaan yang tepat adalah pendanaan yang bersifat jangka pendek, misalnya utang
kepada bank yang jatuh temponya disesuaikan dengan umur kebutuhan.
b. Kondisi keuangan dan kinerja perusahaan juga mempengaruhi jenis pendanaan yang akan
digunakan. Semakin besar tingkat likuiditas perusahaan, semakin kuat pula keseluruhan
kondisi keuangan; Pendanaan dengan utang akan semakin menarik jika ada perbaikan
dalam likuiditas, kondisi keuangan, dan laba perusahaan.
c. Tingkat risiko bisnis juga mempengaruhi jenis pendanaan yang akan digunakan. Semakin
besar risiko bisnis, semakin rendah keinginan pendanaan dengan saham biasa. Dengan kata
lain, pendanaan ekuitas bersifat lebih aman jika tidak terdapat kewajiban kontraktual,
misalnya pembayaran bunga dan angsuran pokok pinjaman, seperti pada utang. Perusahaan
dengan risiko bisnis yang tinggi pada umumnya sangat tidak disarankan untuk mengambil
risiko keuangan

5. PENGGUNAAN RASIO-RASIO KEUANGAN


Untuk mengevaluasi kondisi dan prestasi keuangan perusahaan, seorang analis keuangan
perlu melakukan pemeriksaan pada berbagai aspek kesehatan keuangan perusahaan. Alat yang
sering digunakan selama pemeriksaan tersebut adalah rasio keuangan, atau indeks yang
berkaitan dengan dua data keuangan. Rasio keuangan adalah indeks yang menghubungkan dua
angka akuntansi dan diperoleh dengan cara membagi angka satu dengan angka lain. Dengan
rasio-rasio, seorang analis akan mendapatkan suatu yang lebih berguna daripada hanya melihat
jumlahnya.

5.1 PERBANDINGAN-PERBANDINGAN INTERNAL (INTERNAL COMPARISONS)


Analisis rasio-rasio keuangan melibatkan dua jenis perbandingan. Analis keuangan dapat
membandingakan rasio pada saat ini dengan rasio pada masa lalu dan masa yang akan datang
dalam perusahaan yang sama. Suatu rasio tertentu untuk tahun sekarang dapat dibandingkan
dengan rasio-rasio yang sama untuk tahun-tahun sebelumnya. Jika rasio keuangan disusun
selama beberapa tahun, analis keuangan dapat mempelajari perubahan dan menentukan
apakah ada peningkatan atau penurunan dalam kondisi dan prestasi keuangan perusahaan
selama beberapa periode waktu yang dianalisis. Pada dasarnya, sorang analis keuangan tidak
hanya memperhatikan satu rasio pada satu periode saja, tetapi juga memperhatikan rasio-rasio
selama beberapa periode.

5.2 PERBANDINGAN-PERBANDINGAN EKSTERNAL (EXTERNAL COMPARISONS) DAN SUMBER-


SUMBER RASIO-RASIO INDUSTRI
Metoda perbandingan rasio yang kedua ini melibatkan perbandingan rasio-rasio sebuah
perusahaan dengan perusahaan-perusahaan sejenis atau dengan rata-rata industri pada saat
yang sama. Perbandingan akan memberikan wawasan tentang kondisi dan prestasi keuangan
perusahaan. Perbandingan tersebut juga membantu kita mengenal setiap penyimpangan yang
signifikan dari setiap rata-rata industri atau standar yang dapat digunakan. Rasio-rasio
keuangan berbagai industri dipublikasikan oleh lembaga-lembaga yang terkait.
Kriteria bahwa perusahaan paling sedikit harus mempunyai current ratio 1,5 atau 150%
dianggap kurang sehat adalah kurang tepat. Pernyataan yang benar tentang likuiditas
perusahaan adalah apakah perusahaan mempunyai kemampuan membayar utangnya tepat
pada waktunya. Beberapa perusahaan yang sehat mempunyai kemampuan membayar utang
tepat pada waktunya meskipun current ratio-nya di bawah 1,5. Hal itu tergantung pada sifat
bisnisnya.

6. JENIS-JENIS RASIO KEUANGAN


Rasio-rasio keuangan yang secara umum digunakan terdiri atas dua jenis. Rasio-rasio
jenis pertama merupakan ringkasan dari berbagai aspek kondisi keuangan perusahaan pada
waktu tertentu yang menggunakan informasi dari neraca. Rasio-rasio jenis pertama sering
disebut rasio-rasio neraca karena rasio-rasio ini menggunakan data neraca. Sedangkan rasio-
rasio jenis kedua merupakan ringkasan dari berbagai aspek kinerja perusahaan selama periode
tertentu yang menggunakan informasi dari laporan laba rugi dan neraca. Rasio-rasio jenis kedua
sering disebut rasio-rasio laporan laba rugi dan neraca karena rasio-rasio ini menggunakan data
dua laporan keuangan yaitu laporan laba rugi dan neraca. Dua jenis rasio tersebut dapat dilihat
pada Gambar 5.2. Meskipun rasio-rasio dapat dihitung dengan informasi yang tersedia dari dua
laporan keuangan utama (neraca dan laporan laba rugi), namun tidak satupun dari rasio-rasio
tersebut dapat memberikan informasi yang cukup untuk menyimpulkan kondisi dan kinerja
keuangan perusahaan.

Rasio-rasio Neraca Rasio-rasio Laporan Laba Rugi dan Neraca

Rasio-rasio utang menunjukkan


Rasio-rasio
seberapa
cakupan
besar
meng-
perusahaan
hubungkandidanani
beban keuangan
dengan utang
perusahaan dan kemampuan untuk memenuhi kew

io likuiditas mengukur kemampuan perusahaan


Rasio-rasio
meme- aktivitas
nuhi kewajiban
mengukur
jangka
keefektifan
pendekperusahaan menggunakan semua aktivanya.

Rasio-rasio profitabilitas menghubung- kan laba dengan penjualan dan investasi.

Gambar 5.2 Jenis-jenis Rasio Keuangan


Jenis-jenis rasio keuangan dibagi menjadi lima kelompok, yaitu: (1) rasio-rasio likuiditas
(liquidity ratios), (2) rasio-rasio utang (leverage ratios), (3) rasio-rasio cakupan (coverage
ratios),
(4) rasio-rasio aktivitas (activity ratios), dan (5) rasio-rasio kemampulabaan (profitability
ratios). Dua kelompok rasio pertama menggunakan data dari neraca dan tiga kelompok ratio
berikutnya menggunakan data neraca dan laporan laba rugi.

6.1 RASIO-RASIO NERACA


Yang termasuk rasio-rasio neraca adalah rasio-rasio likuiditas dan rasio-rasio utang.
Kedua kelompok rasio tersebut, baik pembilang maupun penyebut, menggunakan data neraca.
Semua ilustrasi rasio-rasio neraca berikut ini menggunakan data neraca yang ditunjukkan pada
Tabel 5.1.

6.1.1 RASIO-RASIO LIKUIDITAS (LIQUIDITY RATIOS)


Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu aktiva diubah menjadi kas tanpa perubahan
harga yang berarti. Rasio-rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban-kewajiban finansial jangka pendek tepat pada waktunya. Dua
macam rasio likuiditas yang biasa dipergunakan dalam perusahaan, yaitu rasio lancar dan rasio
cepat.

 RASIO LANCAR (CURRENT RATIO)


Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar (current assets) dengan utang
lancar (current liabilities). Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk utang
lancar dengan aktiva lancar.

Current ratio = Aktiva lancar


Utang lancar
Ilustrasi:
Current ratio perusahaan untuk 20X1 dan 20X2 sebagai berikut:
Rp2.723.040
Current ratio 20X1 = = 2,80 atau 280%
Rp970.920
Rp2.778.840
Current ratio 20X2 = = 2,72 atau 272%
Rp1.020.520
Tidak ada pedoman umum yang dapat menilai bahwa current ratio suatu perusahaan
dikatakan baik atau buruk hanya dengan melihat hasil angka perbandingannya saja. Jadi,
apakah current ratio PT. IndoRaya sebesar 280% untuk tahun 20X1 dan 272% untuk tahun
20X2 ini disebut terlalu likuid atau kurang likuid sulit untuk dinilai hanya dengan melihat
neracanya saja. Informasi lain yang lebih rinci masih diperlukan, misalnya skedul aliran kas
masuk dari persediaan, piutang dagang, dan perlu juga diperhitungkan aliran kas keluar
untuk perusahaan sehari-hari. Hal yang paling penting adalah bahwa perusahaan dapat
melunasi utang lancarnya tepat waktu tanpa harus menyediakan kas yang besar. Kas yang
terlalu besar berarti banyak kas yang menganggur yang akibatnya perusahaan menjadi
kurang efisien. Sedangkan kas yang terlalu sedikit juga dapat mengganggu skedul pelunasan
utang lancar dan operasi perusahaan.

 RASIO CEPAT (ACID-TEST RATIO ATAU QUICK RATIO)


Alat ukur yang lebih akurat untuk mengukur tingkat likuiditas perusahaan adalah quick ratio
(atau disebut juga acid-test ratio). Rasio ini merupakan perbandingan antara jumlah aktiva
lancar setelah dikurangi persediaan dengan jumlah utang lancar. Persediaan tidak
dimasukkan dalam perhitungan quick ratio, karena persediaan merupakan komponen atau
unsur aktiva lancar yang paling rendah tingkat likuiditasnya.
Aktiva lancar − persediaan
Quick ratio =
Utang lancar

Ilustrasi:
Quick ratio perusahaan untuk 20X1 dan 20X2 sebagai berikut:
Quick ratio20𝑋2 =
Quick ratio20𝑋1 =
Rp2.723.040 − Rp970.920
Rp1.531.400
=Rp2.778.840
1,23 − Rp1.647.960
atau = 1,11 atau 111%
123% Rp1.020.520
Arti quick ratio sebesar 1,23 atau 123% untuk 20X1 adalah bahwa setiap kewajiban jangka
pendek sebesar Rp100 dijamin oleh aktiva lancar selain persediaan sebesar Rp123 atau
123% dari kewajiban jangka pendek tersebut. Begitu pula quick ratio sebesar 1,11 atau
111% untuk 20X2. Seperti halnya current ratio, quick ratio juga tidak mempunyai pedoman
umum untuk menilai apakah angka rasio tersebut disebut baik, terlalu likuid, atau kurang
likuid. Ada pendapat yang menyatakan hasil dari quick ratio juga belum mencerminkan
secara tepat likuiditas suatu perusahaan. Terutama jika diketahui jatuh tempo piutang
dagang perusahaan lebih lama dari jatuh tempo utang lancarnya.

6.1.2 RASIO-RASIO UTANG (LEVERAGE RATIOS)


Ada dua macam rasio leverage, yaitu: (a) rasio utang terhadap ekuitas (debt-to-equity ratio)
dan (b) rasio utang terhadap jumlah aktiva (debt-to-total assets ratio).

 RASIO UTANG TERHADAP EKUITAS (DEBT-TO-EQUITY RATIO).


Rasio ini digunakan untuk menilai banyaknya utang yang digunakan oleh perusahaan.
Jumlah utang
Debt to equity ratio =
Jumlah ekuiti
Ilustrasi:
Total debt-to-equity ratio perusahaan untuk 20X1 dan 20X2 sebagai berikut:
Rp970.920 + Rp777.480
Debt to equity ratio20X1 = = 0,8113 atau 81,13%
Rp2.155.120
Rp1.020.520 + Rp782.440
Debt to equity ratio20X2 = = 0,8096 atau 80,96%
Rp2.227.040
Debt-to-equity ratio 0,8113 untuk 20X1 menunjukkan bahwa jika para pemegang saham
menyediakan Rp100, kreditur menyediakan Rp81 untuk perusahaan ini. Para kreditur
umumnya senang bila rasio ini rendah. Semakin rendah rasio tersebut berarti semakin tinggi
tingkat pendanaan perusahaan yang disediakan oleh para pemegang saham dan semakin
besar tingkat perlindungan kreditur dari kehilangan uang yang diinvestasikan ke perusahaan
tersebut.

 RASIO UTANG TERHADAP JUMLAH AKTIVA (DEBT-TO-TOTAL ASSETS RATIO).


Rasio ini mengukur berapa persen aktiva perusahaan yang didanai dengan utang.
Jumlah utang
Debt to asset ratio =
Jumlah aktiva
Ilustrasi:
Debt-to-total assets ratio perusahaan untuk 20X1 dan 20X2 sebagai berikut:

Debt to asset ratio20X1 = Debt to asset ratio20X2 =


Rp970.920 + Rp777.480 44,79%
= Rp3.903.520
0,4
479 Rp1.020.520 + Rp782.440
ata = 0,4474 atau 44,74%
u Rp4.030.000
Debt-to-asset ratio 10X1 ini menunjukkan bahwa 44,79% aktiva perusahaan didanai dengan
utang dan 45,21% didanai dengan ekuitas yang berasal dari para pemegang saham. Secara
teoritis, apabila perusahaan dilikuidasi saat ini maka aktiva dijual dan utang perusahaan
harus dilunasi lebih dahulu.

6.2 RASIO-RASIO NERACA DAN LAPORAN LABA RUGI


Yang termasuk rasio-rasio laporan laba rugi dan neraca adalah rasio-rasio cakupan, rasio-
rasio aktivitas, dan rasio-rasio profitabilitas. Ketiga kelompok rasio ini menggunakan data
laporan laba rugi dan neraca. Semua ilustrasi berikut ini menggunakan data neraca dan laporan
laba rugi yang ditunjukkan pada Tabel 5.1 dan Tabel 5.2.

6.2.1 RASIO-RASIO CAKUPAN (COVERAGE RATIOS)


Rasio ini menghubungkan beban keuangan perusahaan terhadap kemampuannya untuk
membayar beban keuangan tersebut.
 RASIO COVERAGE
Rasio coverage adalah interest coverage ratio atau times interest earned. Rasio ini adalah rasio
laba sebelum bunga dan pajak (earning before interest and tax, EBIT) pada periode tertentu
terhadap jumlah biaya bunga periode tersebut.
Laba sebelum bunga dan pajak
Interest coverage ratio =
Biaya bunga
Ilustrasi:
Interest coverage ratio perusahaan untuk 20X1 dan 20X2 sebagai berikut:
Rp471.200
Interest coverage ratio20X1 = = 5,43 atau 543%
Rp86.800
Rp496.000
Interest coverage ratio20X2 = = 4,71 atau 471%
Rp105.400
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi pembayaran bunga dan
kemampuan menghindari kebangkrutan. Pada umumnya, semakin tinggi rasio ini berarti
semakin mampu perusahaan untuk membayar bunga. Hal ini juga menandakan bahwa
perusahaan mempunyai kapasitas untuk mengambil utang baru. Analisis yang lebih luas
akan mengevaluasi kemampuan perusahaan untuk membayar semua beban yang bersifat
tetap. Selain kewajiban membayar bunga, perusahaan juga memiliki kewajiban tetap lain,
misalnya membayar utang pokok, dividen saham preferen, sewa, dan biaya-biaya lainnya.
Analisis tipe ini merupakan ukuran yang lebih realistis dari rasio interest coverage yang
sederhana terutama dalam menentukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi utang
jangka panjang.
Dalam menilai risiko keuangan perusahaan, analis keuangan perlu menghitung lebih dahulu
rasio utang sebagai ukuran risiko perusahaan secara kasar. Berdasarkan jadwal pembayaran
utang dan rata-rata tingkat bunga, rasio utang mungkin dapat memberikan gambaran
perusahaan secara akurat dalam memenuhi kewajiban finansialnya. Jadi, dalam menganalisis
rasio utang terhadap analisis rasio coverage, analis keuangan juga perlu menganalisis
kemampuan aliran kas perusahaan untuk membayar utang.

6.2.2 RASIO-RASIO AKTIVITAS (ACTIVITY RATIOS)


Rasio-rasio aktivitas mengukur sejauh mana keefektifan manajemen perusahaan
mengelola semua aktivanya. Artinya, rasio ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen perusahaan dalam mengelola persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan
barang jadi serta kebijakan manajemen dalam mengelola aktiva lainnya. Rasio aktivitas
menganalisis hubungan antara laporan laba-rugi, khususnya penjualan, terhadap unsur-unsur
yang ada pada neraca, khususnya unsur-unsur aktiva. Rasio aktivitas ini diukur terhadap istilah
perputaran unsur-unsur aktiva yang dihubungkan terhadap penjualan.

 PERPUTARAN PIUTANG (RECIEVABLE TURNOVER)


Rasio perputaran piutang memberi pandangan tentang kualitas piutang perusahaan (piutang
dagang) dan kesuksesan perusahaan dalam mengumpulkan piutang dagang tersebut.
Penjualan kredit bersih setahun
Receivable turnover (in times) =
Rerata piutang
Ilustrasi:
Receivable turnover perusahaan untuk 20X1 dan 20X2 sebagai berikut:
Rp4.614.040
Receivable turnover20X1 = = 5,03 ×
Rp917.600
Rp4.950.080
Receivable turnover20X2 = = 5,89 ×
Rp840.720
Selain dinyatakan dengan berapa kali dalam setahun (in times), tingkat perputaran piutang
juga dapat dinyatakan dengan berapa hari dalam setahun (in days).
Jumlah hari dalam setahun
Receivable turnover (in days) =
Perputaran piutang
atau,
Piutang × jumlah hari dalam setahun
Receivable turnover (in days) =
Penjualan kredit setahun

Ilustrasi:
Tingkat perputaran piutang perusahaan untuk 20X1 dan 20X2, dengan asumsi 1 tahun = 365
hari, sebagai berikut:
Rp917.600 × 365
Receivable turnover (in days)20X1 = = 73 hari
Rp4.614.040
Receivable turnover (in days)20X2 =
Rp840.720 × 365 = 62 hari
Rp4.950.080

 PERPUTARAN PERSEDIAAN (INVENTORY TURNOVER).


Rasio ini digunakan untuk mengukur keefektifan manajemen perusahaan dalam mengelola
persediaan. Rasio ini dihitung terhadap cara membagi harga pokok penjualan (cost of goods
sold) terhadap rata-rata persediaan.
Harga pokok penjualan
Inventory turnover (in times) =
Rerata persediaan
Ilustrasi:
Inventory turnover perusahaan untuk 20X1 dan 20X2 sebagai berikut:
Rp3.100.000
Inventory turnover20X1 = = 2,02 ×
Rp1.531.400
Rp3.323.200
Inventory turnover20X2 = = 2,02 ×
Rp1.647.960
Selain dinyatakan dengan berapa kali dalam setahun (in times), tingkat perputaran
persediaan juga dapat dinyatakan dengan berapa hari dalam setahun (in days).
Jumlah hari dalam setahun
Inventory turnover (in days) =
Perputaran persediaan
atau,
Rerata persediaan × Jumlah hari dalam setahun
Inventory turnover (in days) =
Harga pokok penjualan

Ilustrasi:
Tingkat perputaran persediaan perusahaan untuk 20X1 dan 20X2, dengan asumsi 1 tahun =
365 hari, sebagai berikut:
Rp1.531.400 × 365
Inventory turnover (in days)20X1 = 180 hari
Rp3.100.000
Rp1.647.960 × 365
= Inventory turnover (in = 181 hari
Rp3.323.200

days)20X2 =

 SIKLUS OPERASI V.S. PERPUTARAN KAS (OPERATING CYCLE V.S. CASH CYCLE)
Siklus operasi perusahaan adalah lama waktu kas yang diperlukan sejak membeli sampai
pengumpulan piutang dagang. Secara matematik adalah:
Siklus operasi = Perputaran persediaan (hari) + Perputaran piutang (hari)
Disini penekanan pada fakta bahwa perhitungan dimulai dari perjanjian untuk membeli
bukan dari pengeluaran kas yang nyata. Apabila kita ingin mengukur jangka waktu tersebut
dari pengeluaran kas yang nyata untuk pembelian sampai pengumpulan piutang dagang
disebut perputaran kas. Rumusnya adalah:
Perputaran Kas = Perputaran operasi – Perputaran Utang (hari)
atau,
Siklus kas = Perputaran persediaan (hr) + Perputaran piutang (hr) – Perputaran Utang (hr)
Jangka waktu perputaran operasi perusahaan merupakan faktor penting dalam menentukan
kebutuhan akan aktiva lancar perusahaan. Perusahaan yang mempunyai perputaran operasi
sangat pendek akan beroperasi secara efektif terhadap jumlah aktiva lancar relatif sedikit
dan rasio yang rendah untuk current ratio dan quick ratio.

 PERPUTARAN TOTAL AKTIVA (TOTAL ASSETS TURNOVER)


Total assets turnover (TATO) menunjukkan efisiensi perusahaan dalam menggunakan total
asetnya untuk menghasilkan penjualan. Total assets turnover dihitung dari pembagian antara
penjualan bersih terhadap total asetnya. Rumusnya adalah:
Penjualan bersih
Total assets turnover (in times) =
Jumlah aktiva

Ilustrasi:
Total assets turnover perusahaan untuk 20X1 dan 20X2 sebagai berikut:
Rp4.614.040
Total assets turnover (in times)20X1 = = 1,18 ×
Rp3.903.520
Rp4.950.080
Total assets turnover (in times)20X2 = = 1,23 ×
Rp4.030.000

6.2.3 RASIO-RASIO KEMAPULABAAN (PROFITABILITY RATIOS)


Rasio profitabilitas terdiri dari dua jenis rasio, yang menunjukkan laba dalam
hubungannya dengan penjualan dan rasio yang menunjukkan laba dalam hubungannya dengan
investasi. Kedua rasio ini secara bersama-sama menunjukkan efektivitas operasi perusahaan.
Profitabilitas suatu perusahaan antara lain diukur terhadap (a) gross profit margin (GPM), (b)
net profit margin (NPM), (c) return on invesment (ROI), dan (d) return on equity (ROE).

 GROSS PROFIT MARGIN (GPM)


Gross profit margin merupakan perbandingan penjualan bersih dikurangi harga pokok
penjualan terhadap penjualan bersih atau rasio antara laba kotor terhadap penjualan bersih.
Rumus gross profit margin (GPM) adalah:
Penjualan bersih − Harga pokok penjualan
Gross profit margin =
Penjualan bersih
Ilustrasi:
Gross profit margin perusahaan untuk 20X1 dan 20X2 sebagai berikut:
Rp4.614.040 − Rp3.100.000
Gross profit margin20X1 = = 0,3281 atau 32,81%
Rp4.614.040
Rp4.950.080 − Rp3.323.200
Gross profit margin20X2 = = 0,3287 atau 32,87%
Rp4.950.080

 NET PROFIT MARGIN (NPM)


Net profit margin (NPM) atau marjin laba bersih merupakan laba atas penjualan setelah
menghitung seluruh biaya dan pajak. Marjin ini menunjukkan perbandingan laba bersih
setelah pajak terhadap penjualan.
Laba bersih setelah pajak
Net profit margin =
Penjualan bersih
Ilustrasi:
Net profit margin perusahaan untuk 20X1 dan 20X2 sebagai berikut:
Rp245.520
Net profit margin20X1 = = 0,0532 atau 5,32%
Rp4.614.040
Rp249.240
Net profit margin20X2 = = 0,0504 atau 5,04%
Rp4.950.080

 ROI DAN PENDEKATAN DUPONT


Sekitar tahun 1919, perusahaan Dupont menggunakan pendekatan dari analisis rasio untuk
mngevaluasi efektivitas perusahaan. Dupont menganalisis return on Investment (ROI) atau
earning power terhadap mengalikan antara net profit margin (NPM) terhadap total asset
turnover (TATO).
Earning power = Sales profitability × Asset efficiency
Atau,
ROI = Net profit margin × Total asset turnover
Ilustrasi:
Earning power atau ROI perusahaan untuk 20X1 dan 20X2 sebagai berikut:
Earning Power 20X1 = 5,32% × 1,18 = 6,28%
Earning Power 20X2 = 5,04% × 1,23 = 6,20%

 RETURN ON EQUITY (ROE)


Return on equity (ROE) atau sering disebut rentabilitas ekuitas dimaksudkan untuk
mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik ekuitas. ROE
membandingkan laba bersih setelah pajak (EAT) dikurangi dividen saham preferen kalau ada
terhadap ekuitas. Rumusnya adalah:
Laba setelah pajak
Return on equity (ROE) =
Jumlah ekuiti

Ilustrasi:
Return on equity perusahaan untuk 20X1 dan 20X2 sebagai berikut:
Rp245.520
Return on equity (ROE)20X1 = = 0,1139 atau 11,39%
Rp2.155120
Rp249.240
Return on equity (ROE)20X2 = = 0,1119 atau 11,19%
Rp2.227.040
Rasio ini menunjukkan earning power dari investasi nilai buku para pemegang saham dan
frekwensi penggunaan dalam membandingkan terhadap beberapa perusahaan dalam
industri sejenis. ROE yang tinggi menunjukkan penerimaan perusahaan akan kesempatan
investasi yang sangat baik dan manajemen biaya yang efektif. Apabila perusahaan telah
memilih untuk melaksanakan tingkat utang yang tinggi dari standar industri maka ROE yang
tinggi merupakan hasil dari asumsi yang berlebihan dari risiko finansial. Untuk meneliti laba
secara lebih rinci, dapat digunakan pendekatan Dupont di atas, yaitu:
ROE = ROI × Equity multiplier
= Net profit margin × Assets turnover × Equity multiplier
EAT Net sales Total assets
= × ×
Net sales Total assets Equity
Ilustrasi:
Return on equity perusahaan untuk 20X1 dan 20X2 sebagai berikut:
Rp245.520 Rp4.614.000 Rp3.903.520
ROE20𝑥1 = × ×
Rp4.614.000 Rp3.903.520 Rp2.155.120
= 5,32% × 1,18 × 1,81 = 11,39%
Rp249.240 Rp4.950.080 Rp4.030.000
ROE20𝑥2 = × ×
Rp4.950.080 Rp4.030.000 Rp2.227.040

= 5,04% × 1,23 × 1,81 = 11,19%

7. ANALISIS KECENDERUNGAN (TREND ANALYSIS)


Seorang analis keuangan dapat mendeteksi perkembangan atau penurunan kondisi
keuangan dan kinerja sebuah perusahaan dengan cara membandingkan rasio-rasio keuangan
sepanjang waktu untuk perusahaan yang sama. Namun demikian, perbandingan rasio-rasio
tersebut akan lebih bermanfaat jika diberikan data rasio industri. Sebagai ilustrasi, perhatikan
Tabel 5.3. Tabel tersebut menunjukkan perbandingan rasio-rasio keuangan Perusahaan
IndoRaya selama tiga tahun, periode 20X0, 20X1, dan 20X2 dan rasio-rasio median industri.
Seperti terlihat pada tabel, current ratio selalu menurun selama periode tersebut, tetapi
masih lebih tinggi dari rata-rata industri. Rata-rata periode pengumpulan piutang dan
perputaran persediaan dalam hari menunjukkan pertumbuhan sejak tahun 20X0 dan melebihi
tingkat rata-rata industri. Kecenderungan di sini menunjukkan bahwa relatif terjadi
penambahan piutang. Perputaran masing-masing lambat, sehingga menimbulkan pertanyaan
pada kualitas dan likuiditas dari aset-aset tersebut. Jika analisis trend dari piutang dan
persediaan dihubungkan dengan perbandingan terhadap rasio rata-rata industri, kesimpulan
yang mungkin adalah terjadi
suatu masalah. Analisis akan menyelidiki kebijakan kredit perusahaan, pengalaman
pengumpulan piutang dan kerugian perusahaan dari piutang yang tak tertagih. Lebih jauh, perlu
kiranya memeriksa manajemen persediaan, dan setiap ketidakseimbangan dalam memutuskan
persediaan (misal barang jadi, barang setengah jadi, dan bahan mentah). Jadi, meskipun
likuidtas perusahaan di atas rata-rata industri tertapi terlihat jelas, kemunduran dalam piutang
dan persediaan memerlukan perhatian dan penelitian secara mendalam.
Tabel 5.3 Perbandingan Rasio-rasio Keuangan PT. Indo Raya, periode 20X0 s.d. 20X2
dan Rata-rata Industri 20X2
Median Industri
Rasio-rasio Keuangan 20X0 20X1 20X2 20X2
Liquidity:
1. Current ratio 2,95 2,80 2,72 2,10
2. Quick ratio 1,30 1,23 1,11 1,10
Leverage:
1. Debt-to-equity ratio 0,76 0,81 0,81 0,80
2. Debt-to-total assets ratio 0,43 0,45 0,54 0,44
Coverage:
1. Interest coverage ratio 5,95 5,43 4,71 4,00
Activity:
1. Average collection period 55 hari 73 hari 62 hari 45 hari
2. Inventory turnover 136 hari 180 hari 181 hari 111 hari
3. Total assets turnover 1,25  1,18  1,23  1,66 
Profitability:
1. Gross profit margin 30,6 % 32,8 % 32,9 % 23,8 %
2. Net profit margin 4,90 % 5,32 % 5,04 % 4,70 %
3. Return on invesment 6,13 % 6,29 % 6,19 % 7,80 %
4. Return on equity 10,78 % 11,36 % 11,19 % 14,04 %

Stabilitas rasio leverage (utang) perusahaan bersama dengan tingkat utang dari industri
akan dipandang menguntungkan oleh kreditur. Gross profit margin dan net profit margin
umumnya memperlihatkan perkembangan yang baru saja terjadi dan sekarang lebih kuat untuk
perusahaan khas dalam industri. ROI relatif lebih stabil sepanjang waktu, tetapi masih di bawah
tingkat standar indutri. Keterlambatan perputaran aset sepanjang waktu telah mengurangi
setiap akibat positif dari profitabilitas penjualan di atas rata-rata. Dari analisis rasio aktivitas,
diketahui bahwa penyebab utamanya adalah jumlah piutang dan persediaan yang relatif besar.
Analisis trend rasio-rasio keuangan sepanjang waktu dan perbandingan dengan rata-rata
industri, dapat memberi pandangan yang bernilai kepada penganalisis tentang perubahan-
perubahan kondisi prestasi keuangan perusahaan.

8. ANALISIS COMMON SIZE


Dalam analisis common size, berbagai komponen neraca dan laporan laba rugi dinyatakan
dengan prosentase.Untuk angka-angka yang ada di neraca, angka dasar (common base) yang
digunakan adalah total aktiva. Dalam hal ini total aktiva dianggap memiliki angka dasar 100%.
Sedangkan untuk laporan laba-rugi, penjualan bersih digunakan sebagai angka dasar yang
bernilai 100%. Penyajian dalam bentuk common zize akan mempermudah pembaca
menganalisis laporan keuangan dengan memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi
dalam neraca dan
laporan laba-rugi. Dua contoh laporan keuangan common size dapat dilihat pada Tabel 5.4 untuk
neraca laba dan Tabel 5.5 untuk laporan rugi.
Tabel 5.4 Neraca Common Size PT. Sejahtera Utama
Reguler (dalam jutaan) Common Size (%)
AKTIVA 20X0 20X1 20X2 20X0 20X1 20X2
Kas Rp 2.507 Rp 11.310 Rp 19.648 1,04 3,84 5,12
Piutang dagang 70.360 85.147 118.415 29,26 28,92 30,88
Persediaan 77.380 91.378 118.563 32,18 31,03 30,92
Aktiva lancar lain 6.316 6.082 5.891 2,63 2,07 1,54
Aktiva lancar Rp156.563 Rp193.917 Rp262.517 65,11 65,86 68,46
Aktiva tetap bersih 79.187 94.652 115.461 32,93 32,14 30,11
Aktiva tetap lain 4.695 5.899 5.491 2,06 2,00 1,43
Jumlah aktiva Rp240.445 Rp294.468 Rp383.469 100,00 100,00 100,00

Reguler (dalam jutaan) Common Size (%)


UTANG DAN
20X0 20X1 20X2 20X0 20X1 20X2
EKUITAS
Utang dagang Rp 35.661 Rp 37.460 Rp 62.725 14,83 12,72 16,36
Utang wesel 20.501 14.680 17.298 8,52 4,99 4,51
Utang lancar lain 11.054 8.132 15.741 4,60 2,76 4,10
Utang lancar Rp 67.216 Rp 60.272 Rp 95.764 27,95 20,47 24,97
Utang jangka panjang 888 1.276 4.005 0,37 0,43 1,04
Jumlah utang Rp 68.104 Rp 61.548 Rp 99.769 28,32 20,90 26,02
Saham biasa 12.650 20.750 24.150 5,26 7,05 6,30
Agio saham 37.950 70.350 87.730 15,78 23,89 22,88
Laba ditahan 121.741 141.820 171.820 50,64 48,16 44,80
Jumlah ekuitas Rp172.341 Rp232.920 Rp283.700 71,68 79,10 73,98
Jumlah utang dan
ekuitas Rp240.445 Rp294.468 Rp383.469 100,00 100,00 100,00

Tabel 5.5 Laporan Rugi Laba Common Size PT. Sejahtera Utama
Reguler (dalam jutaan) Common Size (%)
20X0 20X1 20X2 20X0 20X1 20X2
Penjualan bersih Rp323.780 Rp375.088 Rp479.077 100,00 100,00 100,00
Harga pokok penjualan 148.127 184.507 223.690 45,75 49,19 46,69
Laba kotor Rp175.653 Rp190.581 Rp255.387 54,25 50,81 53,31
Biaya penjualan, umum,
dan administrasi 131.809 140.913 180.610 40,71 37,57 37,70
Penyusutan 7.700 9.593 11.257 2,38 2,56 2,35
Biaya bunga 1.711 1.356 1.704 0,53 0,36 0,36
Laba sebelum pajak Rp 34.433 Rp 38.717 Rp 61.816 10,63 10,32 12,90
Pajak 12.740 14.712 23.490 3,93 3,92 4,90
Laba setelah pajak Rp 21.693 Rp 24.005 Rp 38.326 6,70 6,40 8,00
9. ANALISIS INDEKS
Pada analisis ini, seluruh angka pada laporan laba rugi dan neraca untuk tahun dasar yang
sama menggunakan 100% dan laporan keuangan tahun-tahun yang lain disusun berdasarkan
tahun dasar. Pemilihan tahun dasar tidak selalu tahun yang paling awal, tetapi tahun yang
dianggap normal. Analisis ini dilakukan untuk membandingkan perkembangan dari waktu ke
waktu. Perhatikan contoh pada Tabel 5.6 dan Tabel 5.7.
Tabel 5.6 Neraca Index PT. Sejahtera Utama
Reguler (dalam jutaan) Index (%)
AKTIVA 20X0 20X1 20X2 20X0 20X1 20X2
Kas Rp 2.507 Rp 11.310 Rp 19.648 100,00 451,14 783,73
Piutang dagang 70.360 85.147 118.415 100,00 121,02 168,30
Persediaan 77.380 91.378 118.563 100,00 118,09 153,22
Aktiva lancar lain 6.316 6.082 5.891 100,00 96,30 93,27
Aktiva lancar Rp156.563 Rp193.917 Rp262.517 100,00 123,86 167,67
Aktiva tetap bersih 79.187 94.652 115.461 100,00 119,53 145,81
Aktiva tetap lain 4.695 5.899 5.491 100,00 125,64 116,95
Jumlah aktiva Rp240.445 Rp294.468 Rp383.469 100,00 122,47 159,48

UTANG DAN EKUITAS


Utang dagang Rp 35.661 Rp 37.460 Rp 62.725 100,00 105,04 175,89
Utang wesel 20.501 14.680 17.298 100,00 71,61 84,38
Utang lancar lain 11.054 8.132 15.741 100,00 73,57 142,40
Utang lancar Rp 67.216 Rp 60.272 Rp 95.764 100,00 89,67 142,47
Utang jangka panjang 888 1.276 4.005 100,00 143,69 451,01
Jumlah utang Rp 68.104 Rp 61.548 Rp 99.769 100,00 90,37 146,50
Saham biasa 12.650 20.750 24.150 100,00 164,03 190,91
Agio saham 37.950 70.350 87.730 100,00 185,38 231,17
Laba ditahan 121.741 141.820 171.820 100,00 116,49 141,14
Jumlah ekuitas Rp172.341 Rp232.920 Rp283.700 100,00 135,15 164,62
Jumlah utang dan
ekuitas Rp240.445 Rp294.468 Rp383.469 100,00 122,47 159,48

Tabel 5.7 Laporan Rugi Laba Index PT. Sejahtera Utama


Reguler (dalam jutaan) Index (%)
20X0 20X1 20X2 20X0 20X1 20X2
Penjualan bersih Rp323.780 Rp375.088 Rp479.077 100,00 115,85 147,96
Harga pokok penjualan 148.127 184.507 223.690 100,00 124,56 151,01
Laba kotor Rp175.653 Rp190.581 Rp255.387 100,00 108,50 145,39
Biaya penjualan, umum,
dan administrasi 131.809 140.913 180.610 100,00 106,91 137,02
Penyusutan 7.700 9.593 11.257 100,00 124,58 146,19
Biaya bunga 1.711 1.356 1.704 100,00 79,25 99,59
Laba sebelum pajak Rp 34.433 Rp 38.717 Rp 61.816 100,00 112,44 179,53
Pajak 12.740 14.712 23.490 100,00 115,48 184,38
Laba setelah pajak Rp 21.693 Rp 24.005 Rp 38.326 100,00 110,66 176,67

Anda mungkin juga menyukai