U ntuk membuat keputusan yang rasional sesuai dengan tujuan perusahaan, manajer
keuangan perlu memiliki alat-alat analisis. Bab ini membahas dua laporan keuangan
utama yang memberikan informasi penting untuk dianalisis. Pihak perusahaan dan
pihak-
pihak di luar perusahaan menggunakan analisis laporan keuangan untuk beberapa tujuan yang
berbeda sesuai dengan kepentingannya, misalnya:
a. Pemasok (kreditur barang dagangan) tertarik pada likuiditas perusahaan. Kredit jangka
pendek dan kemampuan perusahaan dalam melunasi utangnya dengan cepat merupakan
pertimbangan utama dari analisis likuiditas.
b. Pemegang obligasi tertarik pada perusahaan yang mempunyai kemampuan aliran kas dalam
jangka panjang, agar dapat melunasi utangnya dan pada perusahaan yang mempunyai
kemampuan untuk mendapatkan laba di masa datang.
c. Investor akan memusatkan perhatiannya pada perusahaan yang mempunyai keuntungan
dan dalam kondisi stabil.
d. Manajer menggunakan untuk pengawasan di dalam perusahaan (internal control).
Dua jenis laporan keuangan utama yang dapat memberikan informasi penting dalam analisis
laporan keuangan, yaitu neraca dan laba rugi.
2.1 AKTIVA
Aktiva adalah segala sesuatu yang menjadi milik perusahaan. Aktiva ditulis dalam
laporan neraca berdasarkan tingkat likuiditasnya, yaitu dari yang paling likuid (most liquid)
sampai kurang likuid (least liquid). Kas (cash) adalah aktiva yang paling likuid sehingga ditulis
paling atas. Kemudian rekening di bawahnya adalah surat berharga jangka pendek yang
diperdagangkan (marketable securities). Beberapa perusahaan mencatat dan meng-
gabungkannya menjadi satu, yaitu kas dan yang diekuivalenkan dengan kas (cash and cash
equivalent).
Selanjutnya rekening di bawahnya adalah piutang dagang (accounts receivable), yang
biasanya mempunyai tenggang waktu satu atau dua bulan sebelum dilunasi menjadi uang kas.
Setelah itu rekening persediaan (inventory) yang merupakan produk dari suatu produksi.
1
Produk
2
tersebut harus dijual lebih dahulu untuk menjadi piutang dagang baru setelah dilunasi menjadi
uang kas. Aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan aktiva jangka panjang lainnya adalah
paling tidak likuid sehingga ditulis paling bawah dari seluruh aktiva.
Tabel 5.1 Neraca PT. IndoRaya untuk Tahun yang berakhir 31 Desember 20X1 dan 20X2 1)
20X1 20X2
AKTIVA 2)
Aktiva Lancar
Kas dan ekuivalen kas Rp 217.000.000 Rp 220.720.000
Piutang dagang3) 917.600.000 840.720.000
Persediaan 4) 1.531.400.000 1.647.960.000
Biaya-biaya dibayar dimuka5) 21.080.000 26.040.000
Pajak dibayar dimuka 35.960.000 43.400.000
Jumlah aktiva lancar6) Rp2.723.040.000 Rp2.778.840.000
Aktiva Tetap7) 1.907.120.000 1.979.040.000
Dikurangi: Akumulasi penyusutan 8) –980.840.000 –1.062.680.000
Aktiva tetap bersih Rp 926.280.000 Rp 916.360.000
Investasi jangka panjang -- 80.600.000
Aktiva tetap lainnya 254.200.000 254.200.000
JUMLAH AKTIVA 9) Rp3.903.520.000 Rp4.030.000.000
Penjelasan:
1) Menunjukkan posisi perusahaan pada tanggal tertentu; 2) Apa saja yang dimiliki perusahaan;
3) Jumlah yang diutang oleh konsumen; 4) Bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi; 5)
Biaya-biaya yang telah dibayar; 6) Dapat menjadi kas dalam setahun; 7) Jumlah awal yang
dibayarkan untuk tanah, gedung, dan peralatan; 8) Pengurangan aktiva tetap yang
terakumulasi;
9) Aktiva = utang + ekuitas; 10) Apa saja yang diutang perusahaan; 11) Kepentingan
kepemilikan pemegang saham; 12) Utang kepada pemasok atas barang-barang dan jasa-jasa;
13) Kewajiban yang belum dibayar; 14) Upah, gaji, dan lain-lain yang belum dibayar; 15) Utang
dalam waktu setahun; 16) Utang yang tidak perlu dibayar dalam waktu setahun, misalnya
obligasi; 17) Jumlah awal yang diinvestasikan oleh pemegang saham di perusahaan; 18) Laba
yang ditahan atau diinvestasikan kembali di perusahaan; 19) Utang + ekuitas = aktiva.
2.2 UTANG JANGKA PENDEK DAN UTANG JANGKA PANJANG
Utang-utang perusahaan terdiri dari dua kelompok dan ditulis dalam neraca urut dari
waktu yang terpendek jatuh temponya untuk dibayar, yaitu: (1) utang lancar (current liabilities),
yaitu utang jangka pendek yang waktunya kurang dari setahun dan (2) utang jangka panjang
(long-term liabilities), yaitu utang yang jatuh temponya lebih dari satu tahun.
2.3 EKUITI
Ekuiti terdiri atas nilai buku saham biasa, agio saham, dan laba yang ditahan: (1) Nilai
saham biasa (common stock) ditentukan dari berapa jumlah lembar saham biasa yang beredar
(outstanding) dikalikan dengan nilai nominal per lembar saham biasa, (2) nilai agio saham
(additional paid-in capital) menunjukkan selisih harga saham biasa per lembar pada pasar
primer terhadap nilai nominalnya, dikalikan dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar,
dan (3) laba yang ditahan (retained earning) menunjukkan akumulasi laba perusahaan setelah
sebagian laba tersebut dibagikan dalam bentuk dividen kas (cash dividend). Jadi, laba yang
ditahan adalah sebagian laba yang ditahan untuk diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan.
Penjelasan:
1) Mengukur profitabilitas selama satu periode waktu tertentu; 2) Jumlah yang diterima atau
piutang dari pelanggan; 3) Secara langsung dihubungkan dengan tingkat kegiatan operasional:
upah, bahan baku, dan overhead; 4) komisi penjualan, iklan, gaji, dan lain-lain; 5) Laba
operasional; 6) Biaya atas dana pinjaman; 7) Laba yang dikenai pajak; 8) Jumlah laba bagi
pemegang saham.
Analisis dana yang diperlukan perusahaan
Menentukan
Analisis kondisi keuangan dan profitabilitas perusahaan kebutuhan
Analisis risiko pendanaan perusahaan
bisnis perusahaan
Negosiasi dengan pemasok modal
Ilustrasi:
Quick ratio perusahaan untuk 20X1 dan 20X2 sebagai berikut:
Quick ratio20𝑋2 =
Quick ratio20𝑋1 =
Rp2.723.040 − Rp970.920
Rp1.531.400
=Rp2.778.840
1,23 − Rp1.647.960
atau = 1,11 atau 111%
123% Rp1.020.520
Arti quick ratio sebesar 1,23 atau 123% untuk 20X1 adalah bahwa setiap kewajiban jangka
pendek sebesar Rp100 dijamin oleh aktiva lancar selain persediaan sebesar Rp123 atau
123% dari kewajiban jangka pendek tersebut. Begitu pula quick ratio sebesar 1,11 atau
111% untuk 20X2. Seperti halnya current ratio, quick ratio juga tidak mempunyai pedoman
umum untuk menilai apakah angka rasio tersebut disebut baik, terlalu likuid, atau kurang
likuid. Ada pendapat yang menyatakan hasil dari quick ratio juga belum mencerminkan
secara tepat likuiditas suatu perusahaan. Terutama jika diketahui jatuh tempo piutang
dagang perusahaan lebih lama dari jatuh tempo utang lancarnya.
Ilustrasi:
Tingkat perputaran piutang perusahaan untuk 20X1 dan 20X2, dengan asumsi 1 tahun = 365
hari, sebagai berikut:
Rp917.600 × 365
Receivable turnover (in days)20X1 = = 73 hari
Rp4.614.040
Receivable turnover (in days)20X2 =
Rp840.720 × 365 = 62 hari
Rp4.950.080
Ilustrasi:
Tingkat perputaran persediaan perusahaan untuk 20X1 dan 20X2, dengan asumsi 1 tahun =
365 hari, sebagai berikut:
Rp1.531.400 × 365
Inventory turnover (in days)20X1 = 180 hari
Rp3.100.000
Rp1.647.960 × 365
= Inventory turnover (in = 181 hari
Rp3.323.200
days)20X2 =
SIKLUS OPERASI V.S. PERPUTARAN KAS (OPERATING CYCLE V.S. CASH CYCLE)
Siklus operasi perusahaan adalah lama waktu kas yang diperlukan sejak membeli sampai
pengumpulan piutang dagang. Secara matematik adalah:
Siklus operasi = Perputaran persediaan (hari) + Perputaran piutang (hari)
Disini penekanan pada fakta bahwa perhitungan dimulai dari perjanjian untuk membeli
bukan dari pengeluaran kas yang nyata. Apabila kita ingin mengukur jangka waktu tersebut
dari pengeluaran kas yang nyata untuk pembelian sampai pengumpulan piutang dagang
disebut perputaran kas. Rumusnya adalah:
Perputaran Kas = Perputaran operasi – Perputaran Utang (hari)
atau,
Siklus kas = Perputaran persediaan (hr) + Perputaran piutang (hr) – Perputaran Utang (hr)
Jangka waktu perputaran operasi perusahaan merupakan faktor penting dalam menentukan
kebutuhan akan aktiva lancar perusahaan. Perusahaan yang mempunyai perputaran operasi
sangat pendek akan beroperasi secara efektif terhadap jumlah aktiva lancar relatif sedikit
dan rasio yang rendah untuk current ratio dan quick ratio.
Ilustrasi:
Total assets turnover perusahaan untuk 20X1 dan 20X2 sebagai berikut:
Rp4.614.040
Total assets turnover (in times)20X1 = = 1,18 ×
Rp3.903.520
Rp4.950.080
Total assets turnover (in times)20X2 = = 1,23 ×
Rp4.030.000
Ilustrasi:
Return on equity perusahaan untuk 20X1 dan 20X2 sebagai berikut:
Rp245.520
Return on equity (ROE)20X1 = = 0,1139 atau 11,39%
Rp2.155120
Rp249.240
Return on equity (ROE)20X2 = = 0,1119 atau 11,19%
Rp2.227.040
Rasio ini menunjukkan earning power dari investasi nilai buku para pemegang saham dan
frekwensi penggunaan dalam membandingkan terhadap beberapa perusahaan dalam
industri sejenis. ROE yang tinggi menunjukkan penerimaan perusahaan akan kesempatan
investasi yang sangat baik dan manajemen biaya yang efektif. Apabila perusahaan telah
memilih untuk melaksanakan tingkat utang yang tinggi dari standar industri maka ROE yang
tinggi merupakan hasil dari asumsi yang berlebihan dari risiko finansial. Untuk meneliti laba
secara lebih rinci, dapat digunakan pendekatan Dupont di atas, yaitu:
ROE = ROI × Equity multiplier
= Net profit margin × Assets turnover × Equity multiplier
EAT Net sales Total assets
= × ×
Net sales Total assets Equity
Ilustrasi:
Return on equity perusahaan untuk 20X1 dan 20X2 sebagai berikut:
Rp245.520 Rp4.614.000 Rp3.903.520
ROE20𝑥1 = × ×
Rp4.614.000 Rp3.903.520 Rp2.155.120
= 5,32% × 1,18 × 1,81 = 11,39%
Rp249.240 Rp4.950.080 Rp4.030.000
ROE20𝑥2 = × ×
Rp4.950.080 Rp4.030.000 Rp2.227.040
Stabilitas rasio leverage (utang) perusahaan bersama dengan tingkat utang dari industri
akan dipandang menguntungkan oleh kreditur. Gross profit margin dan net profit margin
umumnya memperlihatkan perkembangan yang baru saja terjadi dan sekarang lebih kuat untuk
perusahaan khas dalam industri. ROI relatif lebih stabil sepanjang waktu, tetapi masih di bawah
tingkat standar indutri. Keterlambatan perputaran aset sepanjang waktu telah mengurangi
setiap akibat positif dari profitabilitas penjualan di atas rata-rata. Dari analisis rasio aktivitas,
diketahui bahwa penyebab utamanya adalah jumlah piutang dan persediaan yang relatif besar.
Analisis trend rasio-rasio keuangan sepanjang waktu dan perbandingan dengan rata-rata
industri, dapat memberi pandangan yang bernilai kepada penganalisis tentang perubahan-
perubahan kondisi prestasi keuangan perusahaan.
Tabel 5.5 Laporan Rugi Laba Common Size PT. Sejahtera Utama
Reguler (dalam jutaan) Common Size (%)
20X0 20X1 20X2 20X0 20X1 20X2
Penjualan bersih Rp323.780 Rp375.088 Rp479.077 100,00 100,00 100,00
Harga pokok penjualan 148.127 184.507 223.690 45,75 49,19 46,69
Laba kotor Rp175.653 Rp190.581 Rp255.387 54,25 50,81 53,31
Biaya penjualan, umum,
dan administrasi 131.809 140.913 180.610 40,71 37,57 37,70
Penyusutan 7.700 9.593 11.257 2,38 2,56 2,35
Biaya bunga 1.711 1.356 1.704 0,53 0,36 0,36
Laba sebelum pajak Rp 34.433 Rp 38.717 Rp 61.816 10,63 10,32 12,90
Pajak 12.740 14.712 23.490 3,93 3,92 4,90
Laba setelah pajak Rp 21.693 Rp 24.005 Rp 38.326 6,70 6,40 8,00
9. ANALISIS INDEKS
Pada analisis ini, seluruh angka pada laporan laba rugi dan neraca untuk tahun dasar yang
sama menggunakan 100% dan laporan keuangan tahun-tahun yang lain disusun berdasarkan
tahun dasar. Pemilihan tahun dasar tidak selalu tahun yang paling awal, tetapi tahun yang
dianggap normal. Analisis ini dilakukan untuk membandingkan perkembangan dari waktu ke
waktu. Perhatikan contoh pada Tabel 5.6 dan Tabel 5.7.
Tabel 5.6 Neraca Index PT. Sejahtera Utama
Reguler (dalam jutaan) Index (%)
AKTIVA 20X0 20X1 20X2 20X0 20X1 20X2
Kas Rp 2.507 Rp 11.310 Rp 19.648 100,00 451,14 783,73
Piutang dagang 70.360 85.147 118.415 100,00 121,02 168,30
Persediaan 77.380 91.378 118.563 100,00 118,09 153,22
Aktiva lancar lain 6.316 6.082 5.891 100,00 96,30 93,27
Aktiva lancar Rp156.563 Rp193.917 Rp262.517 100,00 123,86 167,67
Aktiva tetap bersih 79.187 94.652 115.461 100,00 119,53 145,81
Aktiva tetap lain 4.695 5.899 5.491 100,00 125,64 116,95
Jumlah aktiva Rp240.445 Rp294.468 Rp383.469 100,00 122,47 159,48