Bab I
Pendahuluan
Huluan
1
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
I. Latar Belakang
Pemanfaatan potensi yang ada Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
dapat dilakukan melalui penyediaan wadah pelayanan serta sarana fisik / fasilitas yang
lebih baik sesuai dengan tuntutan di masyarakat.
Guna meningkatkan citra tersebut, perlu ditetapkan suatu pedoman standarisasi desain
bangunan gedung yang tetap berorientasi kepada visi dan misi Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan, sehingga terbangun kepercayaan diri dan komitmen yang kuat
dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. Pedoman tersebut akan menjadi
acuan dalam merumuskan perencanaan desain pembangunan/renovasi bangunan
gedung di lingkungan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.
2
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
A. Maksud
Pedoman standarisasi desain ini dimaksudkan sebagai acuan dalam melaksanakan
pembangunan/renovasi bangunan gedung di lingkungan Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Kesehatan mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan.
B. Tujuan
1. Pembangunan dan pemanfaatan gedung Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan sesuai dengan fungsinya, memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan,
kemudahan dan kenyamanan, serta efektif dan efisien dalam penggunaan sumber
daya dan serasi dengan lingkungannya.
2. Penyelenggaraan pembangunan/renovasi bangunan gedung di lingkungan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang tertib, efektif dan efisien.
3
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
C. Sasaran Perencanaan
Sasaran perencanaan pembangunan/renovasi bangunan gedung di lingkungan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, adalah sebagai berikut:
1. Menciptakan konsep desain yang dapat menampilkan identitas Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan.
2. Mendesain bentuk yang mempunyai kesatuan dan keseragaman dengan bangunan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan lainnya.
3. Merancang gedung yang mudah diaplikasikan pada bangunan baru maupun lama.
4. Memilih material bangunan yang tepat.
5. Menentukan material bangunan yang mudah dalam perawatan.
6. Menghasilkan desain yang ramah dan dapat diterima lingkungan.
4
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
Bab II
5
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
I. Persiapan
6
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
B. Persiapan Proyek
1. Tahap persiapan proyek pembangunan Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan merupakan kegiatan persiapan setelah anggaran BBM (Belanja Barang
Modal) disetujui oleh Dewan Pengawas dan ditetapkan oleh Direksi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.
2. Tahap persiapan proyek dilakukan oleh pejabat yang berwenang sesuai Peraturan
Direksi No. 10 Tahun 2014, yang pelaksanaannya dilakukan oleh pejabat yang
berwenang sesuai Peraturan Direksi No. 10 Tahun 2014, berdasarkan program dan
pembiayaan yang telah disusun sebelumnya.
3. Kegiatan yang harus dilakukan dalam tahap persiapan pembangunan bangunan
gedung Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan meliputi:
a. Pembentukan Organisasi Tim Pengelola Proyek dan Panitia Pengadaan Barang dan
Jasa yang diperlukan.
b. Pengadaan Jasa Konsultan Manajemen Konstruksi (MK) adalah untuk proyek–
proyek, sebagai berikut :
Bangunan bertingkat diatas 4 lantai; dan/atau
Bangunan dengan luas total di atas 5.000 m2; dan/atau
Bangunan dengan nilai pekerjaan fisik di atas Rp 5.000.000.000,-; dan /atau
Yang melibatkan lebih dari satu penyedia jasa perencanaan maupun pelaksana
konstruksi; dan/atau
Yang dilaksanakan lebih dari satu tahun anggaran (multiyears project).
7
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
8
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
9
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
10
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
Bab III
Pengajuan Rencana
Pembangunan / Renovasi Gedung
Pengajuan Renca
11
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
I. Definisi / Istilah
Bangunan atau gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan
tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah
dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk
hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial,
budaya, maupun kegiatan khusus.
Pembangunan gedung adalah upaya perubahan pada fisik bangunan yang dilandaskan
pada pilihan pandangan tertentu yang terkait dengan pengalaman atau sejarah, realitas
keadaan yang sedang dihadapi, serta kebutuhan dan kepentingan pihak-pihak yang
membuat keputusan pembangunan.
Renovasi adalah upaya mengubah sebagian atau beberapa bagian bangunan yang
kurang representatif terutama bagian interior, agar bangunan tersebut dapat diadaptasi
untuk mengakomodasikan fungsi atau kegiatan baru, tanpa menimbulkan perubahan yang
berarti bagi keutuhan struktur maupun fasade bangunan tersebut.
Pemugaran merupakan upaya untuk memelihara dan memanfaatkan sumber daya / aset
agar maknanya dapat dipertahankan keberadaannya demi kelangsungan hidup manusia
yang berbudaya, suatu proses daur ulang atas sumber daya/aset yang akan dilestarikan
serta dilindungi. Restorasi (pemugaran) juga berarti mengembalikan sebuah bangunan atau
kawasan kepada kondisi awal, sejauh yang diketahui dengan menghilangkan
penambahan baru atau membuat elemen eksisting tanpa adanya penggunaan bahan
baru.
12
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
13
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
14
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
15
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
A. Biaya Perencanaan
Biaya perencanaan merupakan biaya maksimum yang dapat digunakan untuk membiayai
perencanaan bangunan gedung, yang dilakukan oleh Konsultan Perencana secara
kontraktual dari hasil pelelangan, penunjukan langsung, atau pemilihan langsung. Besarnya
biaya perencanaan dihitung berdasarkan prosentase terhadap nilai total keseluruhan
bangunan atau mengacu pada Peraturan Menteri pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007
tentang Pedoman Teknis Pembangunan Gedung Negara.
Penggunaan biaya perencanaan selanjutnya diatur sebagai berikut:
1. Biaya perencanaan dibebankan pada biaya untuk komponen kegiatan perencanaan
proyek yang bersangkutan.
2. Besarnya nilai biaya perencanaan maksimum dihitung berdasarkan prosentase
terhadap biaya perencanaan konstruksi terhadap nilai biaya konstruksi fisik bangunan.
3. Untuk biaya perencanaan pekerjaan-pekerjaan yang belum ada pedoman harga
satuan tertingginya (non standar), besarnya biaya perencanaan dihitung secara
orang/bulan dan biaya langsung yang bisa diganti, sesuai dengan ketentuan billing rate
yang berlaku.
4. Biaya perencanaan ditetapkan dari hasil Pelelangan/Pemilihan Langsung, maupun
Penunjukan Langsung pekerjaan yang bersangkutan, yang akan dicantumkan dalam
kontrak sudah termasuk biaya untuk:
a. Honor tenaga ahli dan tenaga penunjang (biaya langsung personil),
b. Materi, penggandaan laporan, sewa peralatan, sewa kendaraan (biaya langsung
non personil),
16
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
17
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
18
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
Penggunaan biaya konstruksi fisik gedung Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan selanjutnya diatur sebagai berikut:
1. Biaya konstruksi fisik dibebankan pada biaya untuk komponen kegiatan konstruksi fisik
proyek gedung Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.
2. Biaya konstruksi fisik maksimum untuk pekerjaan standar, dihitung dari hasil perkalian
total luas bangunan gedung dengan standar harga satuan per-m2 tertinggi yang
berlaku.
3. Untuk biaya konstruksi fisik pekerjaan yang belum ada pedoman harga satuannya (non
standar), dihitung dengan rincian kebutuhan nyata dan dikonsultasikan dengan instansi
teknis setempat.
4. Biaya konstruksi fisik ditetapkan dari hasil pelelangan pekerjaan, maksimum sebesar
biaya konstruksi fisik yang tercantum dalam dokumen pembiayaan bangunan gedung
yang bersangkutan, yang akan dicantumkan dalam kontrak, yang di dalamnya
termasuk biaya untuk:
1) Pelaksanaan pekerjaan di lapangan (material/bahan, tenaga, dan alat)
2) Jasa dan overhead pemborong
3) Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), yang gambar IMB-nya telah mulai diproses oleh
Pengelola Proyek dengan bantuan Konsultan Perencana atau Manajemen
Konstruksi
19
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
5. Pembayaran biaya konstruksi fisik dapat dibayarkan secara bulanan atau tahapan
tertentu (termin) yang didasarkan pada prestasi/kemajuan pekerjaan fisik di lapangan.
20
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
21
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
Bab IV
Konsep Arsitektur dan Lingkungan
22
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
B. Bentuk Bangunan
Sebagai fasilitas kantor, bentuk bangunan adalah bentuk yang geometris dengan
kecenderungan persegi. Bentuk yang terjadi diharapkan dapat memperkuat kesan formal
sebagai fungsi kantor yaitu dapat memfasilitasi atau mewadahi kegiatan-kegiatan
operasional Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.
Kisi-kisi juga mengurangi dampak kaca sebagai elemen facade terhadap ruang dalam
agar lebih teduh serta juga bayang-bayang yang terbentuk akan lebih memberikan efek
dinamis di dalam ruang. Repetisi kisi-kisi horisontal dari aluminium selain sebagai elemen
estetika juga berfungsi sebagai penunjang privasi kerja tanpa meninggalkan konsep
‘terbuka’ dan ‘menerima’.
23
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
Untuk mendukung RTH maka ditetapkan pula antara lain Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB). Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah angka
prosentase berdasarkan perbandingan antara seluruh luas lantai dasar bangunan gedung
dengan luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana
tata ruang dan tata bangunan yang ada. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah angka
perbandingan antara jumlah seluruh luas lantai seluruh bangunan gedung terhadap luas
tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan tata
bangunan yang ada. KLB ditetapkan sesuai dengan rencana intensitas pemanfaatan lahan
dari suatu lingkungan berdasarkan rencana kota yang ada, yang sekaligus dapat
membatasi ketinggian bangunan.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
adalah ruang terbuka yang berhubungan langsung dengan bangunan dan terletak di
dalam lahan kantor.
RTH berfungsi sebagai tempat tumbuhnya tanaman, pepohonan, resapan air, dan sirkulasi
pengguna kantor. Selain itu, RTH juga mempunyai fungsi dalam membentuk suasana kantor
lebih menarik melalui penataan elemen ruang luar seperti air, lampu, sculpture, batu yang
menunjang kegiatan kantor.
RTH akan terbentuk dan ditentukan melalui penerapan ketetapan batasan-batasan ruang
seperti GSB (Garis Sempadan Bangunan), KDB (Koefisien Dasar Bangunan), KLB (Koefisien
Lantai Bangunan).
Setiap lahan Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan akan memperhatikan
potensi unsur-unsur alami yang ada seperti danau atau sungai yang letaknya
bersinggungan dengan lahan, sehingga keberadaan Kantor Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan akan tetap ramah lingkungan. Orientasi tata letak juga akan
disesuaikan karena adanya lingkungan di sekitarnya yang membatasi atau justri
memberikan potensi arsitektural ruang luar.
Penentuan ketinggian lahan dan bangunan dari permukaan jalan untuk pengendalian
keselamatan bangunan dari bahaya banjir, tanah longsor, pencapaian bentuk atau
estetika secara keseluruhan / kesatuan lingkungan. Ketinggian ini sesuai dengan kondisi
lingkungan tiap lahan Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.
24
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
Garis Sempadan Bangunan adalah garis atau batas sempadan bangunan terhadap jalan
atas suatu persil tanah dari besaran yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang kota.
KDH (Koefisien Dasar Hijau) direncanakan minimal 40% terhadap luas lahan, termasuk lahan
parkir dan pedestrian, karena ditanami pepohonan dan tanaman perdu, material
perkerasan lahan parkir menggunakan aspal.
C. Tata Tanaman
Tanaman dipilih sesuai dengan karakter dan waktu tumbuh tiap tanaman berkaitan dengan
potensi negatif terhadap lingkungan. Potensi negatif tersebut antara lain kekuatan akar,
batang, cabang yang rapuh bisa mengakibatkan kebakaran serta efek polusi udara yang
diakibatkan bagian tumbuhan pada kesehatan manusia.
Perlu diperhatikan juga fungsi tanaman di dalam lahan Kantor Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan sebagai tanaman peneduh, pengarah, buffer, pelindung, atau
hanya memberikan kesan indah.
25
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
2. Sirkulasi
a. Sistem sirkulasi yang direncanakan saling mendukung, antara sirkulasi eksternal
dengan internal bangunan, serta antara individu pemakai bangunan dengan
sarana transportasinya. Sirkulasi yang baik akan mempermudah pencapaian, baik
yang bersifat pelayanan publik maupun pribadi.
b. Sistem sirkulasi yang direncanakan memperhatikan kepentingan bagi aksesibilitas
pejalan kaki.
c. Sirkulasi memungkinkan adanya ruang gerak vertikal (clearance) dan lebar jalan
yang sesuai untuk pencapaian darurat oleh kendaraan ambulance, pemadam
kebakaran, dan kendaraan pelayanan lainnya.
d. Sirkulasi diberi perlengkapan seperti tanda penunjuk jalan, rambu-rambu, papan
informasi sirkulasi, elemen pengarah sirkulasi (dapat berupa elemen perkerasan
maupun tanaman), guna mendukung sistim sirkulasi yang jelas dan efisien serta
memperhatikan unsur estetika.
3. Jalan
a. Penataan jalan tidak dapat terpisahkan dari penataan pedestrian, penghijauan,
dan ruang terbuka umum.
b. Penataan ruang jalan dapat sekaligus mencakup ruang-ruang antar bangunan
yang tidak hanya terbatas dalam Damija, dan termasuk untuk penataan elemen
lingkungan, penghijauan, dan lain-lain.
c. Pemilihan bahan pelapis jalan dapat mendukung pembentukan identitas lingkungan
yang dikehendaki, dan kejelasan kontinuitas pedestrian, misalnya dengan paving
stone, aspal, beton, dan sebagainya.
4. Pedestrian
a. Jalan utama pedestrian mempertimbangkan sistem pedestrian secara keseluruhan,
aksesibilitas terhadap subsistem pedestrian dalam lingkungan, dan terhadap
lingkungan sekitarnya.
b. Jalur pedestrian menciptakan pergerakan manusia yang tidak terganggu oleh lalu
lintas kendaraan.
c. Penataan pedestrian mampu merangsang terciptanya ruang yang layak digunakan
/ manusiawi, aman, nyaman, dan memberikan pemandangan yang menarik.
d. Elemen pedestrian (street furniture) harus berorientasi pada kepentingan pejalan
kaki, baik ukuran posisi (tinggi-rendah), besarnya huruf, warna, dan sebagainya.
26
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
5. Parkir
a. Penataan parkir berorientasi kepada kepentingan pejalan kaki, memudahkan
aksesibilitas, dan tidak mengganggu sirkulasi kendaraan.
b. Luas, distribusi, dan perletakan fasilitas parkir diupayakan tidak mengganggu
kegiatan bangunan dan lingkungannya, serta disesuaikan dengan daya tampung
lahan.
c. Penataan parkir tidak terpisahkan dengan penataan lainnya seperti jalan,
pedestrian dan penghijauan.
6. Pertandaan (Signage)
a. Penempatan signage Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan,
termasuk papan iklan/reklame, harus membantu orientasi tetapi tidak mengganggu
karakter lingkungan yang ingin diciptakan/dipertahankan, baik penempatannnya
pada bangunan, kavling, pagar, atau pun ruang publik.
b. Penataan bangunan dan lingkungan harus berorientasi pada lingkungan /kawasan
sehingga tercipta keharmonisan lingkungan, Oleh sebab itu mesti dilakukan
pengaturan dan pembatasan pada signage berkaitan dengan ukuran, bahan, motif,
dan lokasi signage diatur dan ditentukan tersendiri.
27
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
28
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
29
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
Bab V
Standarisasi Desain Gedung
30
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
I. Kantor Pusat
A. Lobby dan Receptionist
31
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
32
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
33
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
34
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
35
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
36
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
37
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
38
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
39
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
40
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
41
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
D. Ruang Staff
42
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
43
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
E. Ruang Sekretaris
44
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
45
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
46
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
47
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
48
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
49
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
POTONGAN B POTONGAN C
50
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
G. Pantry
1
51
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
POTONGAN 1 POTONGAN 2
52
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
H. Toilet
53
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
54
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
55
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
56
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
57
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
58
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
59
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
60
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
61
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
62
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
63
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
64
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
65
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
66
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
67
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
68
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
69
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
D. Ruang Staff
70
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
71
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
72
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
E. Ruang Sekretaris
73
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
74
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
F. Ruang Rapat
75
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
76
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
77
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
78
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
POTONGAN B POTONGAN C
Gambar 5.3.30. Potongan-B & C Backdrop Ruang Rapat Kantor Divisi Regional
79
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
G. Pantry
80
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
H. Toilet
C D
81
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
82
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
83
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
84
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
85
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
86
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
87
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
88
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
89
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
90
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
91
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
92
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
93
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
94
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
95
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
96
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
97
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
98
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
99
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
100
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
101
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
102
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
D. Ruang Staff
103
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
104
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
105
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
E. Ruang Sekretaris
106
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
F. Ruang Rapat
107
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
108
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
109
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
110
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
POTONGAN B POTONGAN C
111
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
112
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
H. Pantry
113
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
114
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
I. Toilet
115
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
116
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
117
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
118
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
119
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
120
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
121
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
122
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
123
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
124
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
125
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
ALTERNATIF 1 ALTERNATIF 2
126
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
127
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
128
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
129
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
130
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
131
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
132
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
133
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
Bab VI
Spesifikasi dan Elemen Bangunan
Huluan
134
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
135
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
SPESIFIKASI MATERIAL
STRUKTUR
STRUKTUR BAWAH Pondasi Pondasi tapak (Footplat)
(SUB STRUCTURE) Pondasi batu kali
Pondasi bor pile / tiang pancang
STRUKTUR ATAS Balok Beton bertulang
(UPPER STRUCTURE) Kolom Beton bertulang
Plat Lantai Beton bertulang
Dinding Beton ringan atau Batu bata finish
acian
Rangka Atap Baja ringan
ARSITEKTUR
FINISHING LANTAI Teras dan Lobby Homogeneus Tile 60 x 60 cm (warna
Ruang Kerja cream dengan border hitam)
Ruang Kepala Grup / Karpet tile (tipe Thistle 30512 Sand)
Divisi Regional
Ruang Kepala Cabang Homogeneus Tile 60 x 60 cm (warna
cream)
Ruang Kepala Homogeneus Tile 60 x 60 cm (warna
Departemen cream)
Ruang Kepala Unit Homogeneus Tile 60 x 60 cm (warna
cream)
Ruang Rapat Grup Karpet tile (tipe Thistle 30512 Sand)
Ruang Rapat Divisi Homogeneus Tile 60 x 60 cm (warna
Regional / Cabang cream)
Toilet Keramik 30 x 30 cm
Ruang Service Keramik 30 x 30 cm
FINISHING DINDING Eksterior Cat tembok wheater shield (warna
putih, abu-abu, cokelat)
Batu alam andesit (warna abu tua)
Batu alam susun sirih finish coating
clear
Alumunium Composite Panel (ACP)
136
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
PINTU DAN JENDELA Kusen dan daun Alumunium finish coating (warna
jendela putih) ruang luar
Kusen pintu Kayu Kamper oven finish cat melamik
(warna coklat tua) ruang dalam
Daun pintu Panel
Double plywood
PLAFOND Gypsum 9 mm dengan rangka hollow
4 X 4 cm
PENUTUP ATAP Atap Datar : Beton bertulang dengan
lapisan waterproof
Atap miring : zincalum / galvanis
MEKANIKAL – ELEKTRIKAL – PLUMBING
AIR BERSIH Sumur bor / PAM
Ground Water Tank (GWT) / Roof Tank
AIR KOTOR Septic tank
Elemen ruang luar sebagai signage dari Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan adalah Logo dan nama yang dipasang di bagian luar bangunan dan pada
backdrop lobby serta menjadi inspirasi style penataan ruang dalam yang menjadikan
keseluruhan desain menyatu dan terkoordinasi.
Makna, ketentuan serta ukuran logo dan nama telah ditetapkan oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, sebagai berikut :
1. Logo BPJS Kesehatan merujuk pada SK Direksi No. 224 Tahun 2013
Bentuk/format Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan berpedoman pada
format yang telah ada, sebagai berikut :
a. Simbol :
Bentuk dasar logo adalah simbol dari 4 (empat) elemen penting yang saling
berkaitan erat didalam pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan. Keempat elemen ini divisualisasikan dengan 4 (empat) orang yang
saling bergandengan, gotong royong, dan merangkul sebagai wujud sikap
perlindungan atas jaminan kesehatan.
137
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
d. Makna :
4 (empat) elemen yang saling merangkul (gotong royong) mencerminkan sebuah
kepedulian, kebersamaan, serta kepercayaan dalam memberikan kepastian
pelayanan, perlindungan dan jaminan kesehatan sebagai dasar kebaikan untuk
seluruh masyarakat Indonesia. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
merupakan sebuah kepedulian yang berkontribusi pada pemeliharaan kesehatan
dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat
Indonesia.
138
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
4. Papan Nama :
a. Format logo pada papan nama untuk Kantor Pusat, Kantor Divisi Regional, Kantor
Cabang, Kantor Layanan Operasional Kabupaten/Kota, dan BPJS Kesehatan Center
sesuai dengan logo dengan tulisan “BPJS Kesehatan - Badan PenyelengaraJaminan
Sosial".
b. Ukuran papan nama :
- Kantor Divisi Regional : Panjang = min. 275 cm
Lebar = min. 50 cm
- Kantor Cabang : Panjang = min. 275 cm
Lebar = min. 50 cm
- KLO Kabupaten/Kota : Panjang = min. 165 cm
Lebar = min. 30 cm
- BPJS Kesehatan Center : Panjang = min. 165 cm
Lebar = min. 30 cm
A. Kelengkapan Administrasi
Secara administrasi setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif
yang meliputi:
1. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah
2. Status kepemilikan bangunan gedung
3. Izin Mendirikan Bangunan gedung
Izin Mendirikan Bangunan Gedung (IMB) adalah perijinan yang diberikan oleh Pemerintah
Daerah kepada pemilik bangunan gedung untuk membangun baru, memperluas,
mengurangi, dan/atau merawat bangunan gedung sesuai dengan persyaratan administrasi
dan teknis yang berlaku.
Permohonan Izin Mendirikan Bangunan Gedung (PIMB) adalah permohonan yang dilakukan
oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan kepada Pemerintah Daerah untuk
mendapatkan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dalam rangka renovasi/pembangunan
gedung Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.
139
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
140
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
141
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
142
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
143
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
144
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
145
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
146
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
147
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
148
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
Prioritas satu sampai dengan enam merupakan elemen yang wajib diterapkan pada semua
bangunan kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. Hal ini agar tercipta
keseragaman karakter dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. Apabila tidak
dapat diterapkan secara keseluruhan, maka penerapan elemen detail bangunan diterapkan
secara berurutan sesuai dengan prioritas yang telah ditentukan.
149
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
150
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
151
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
POTONGAN B POTONGAN C
DETAIL A
152
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
153
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
154
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
155
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
156
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
157
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
158
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
159
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
160
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
Prioritas enam sampai dengan dua belas merupakan detail elemen yang harus diterapkan juga
dalam bangunan kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. Hal ini merupakan
detail yang dapat memperlengkap kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan,
namun untuk penerapan detail ini lebih fleksibel karena dapat dikondisikan dengan berbagai
kondisi terhadap bangunan eksisting.
161
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
3. R. Tamu Ruang untuk tamu yang bersifat semi privat. Digunakan untuk
tamu Kepala Departemen, Kepala Unit, dan staff.
5. R. Tunggu Peserta Ruang terbuka yang terdapat kursi untuk menunggu antrian
counter.
7. R. Pamer dan brosur Merupakan ruang terbuka yang berupa meja, dimana terdapat
berbagai brosur informasi terkait BPJS Kesehatan.
11. R. Kepala Grup / Divisi Regional Merupakan ruang aktivitas untuk Kepala Grup / Divisi Regional.
162
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
21. R. Persiapan Ruang yang berfungsi untuk menyiapkan keperluan bagi ruang
Auditorium.
22. Gudang Perkakas Auditorium Merupakan ruang penyimpanan berbagai alat dan kebutuhan
ruang Auditorium.
23. R. Penyimpanan file. Ruang untuk menyimpan berkas maupun file atau data aktif
yang digunakan oleh BPJS Kesehatan.
24. Gudang penyimpanan file. Merupakan gudang yang terletak dekat garasi motor, yang
berfungsi menyimpan data maupun berkas inaktif BPJS
Kesehatan yang sudah tidak terpakai.
27. Toilet Pria Merupakan ruang ekskresi untuk pegawai pria BPJS Kesehatan.
28. Toilet Wanita Merupakan ruang ekskresi untuk pegawai wanita BPJS
Kesehatan.
163
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
164
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
165
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
Agar didapatkan irama dan style yang terkoordinasi di seluruh bangunan, maka ruang
dalam kantor juga didesain dengan style yang seirama dengan facade bangunan. Desain
background ruang kerja ruang Kepala juga menggunakan pola facade bangunan yang
dimasukkan dalam ruang dengan tetap menggunakan ornamen minimalis modern.
Adanya void pada setiap lobby memberikan makna “menerima” tamu dengan hormat.
Void ini juga menambah kesan aliran ruang yang menerus dari lantai atas ke lantai bawah,
sehingga bangunan menjadi terintegrasi secara fungsi dan kegiatannya.
Karakter modern bahan stainless steel dan bentuk yang sederhana pada style minimalis
seperti pada handle, grill (kisi-kisi) dan frame kaca sebagai pencerminan pelayanan yang
cepat, mudah dan up to date.
Penzoningan ruang / zona ruang didasarkan pada karakter fasilitas dan kegiatannya yaitu
ruang publik, ruang semi publik (semi privat), ruang privat, dan ruang servis. Zona
merupakan suatu kumpulan ruang atau suatu area yang memiliki fungsi dan tujuan yang
hampir sama sehingga dapat digolongkan ke dalam beberapa zona, antara lain yang
diterapkan di Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, sebagai berikut :
1. Zona Publik merupakan zona yang terbuka dan dapat dimanfaatkan oleh orang umum,
yaitu: Lobby, Resepsionis, Ruang Tunggu, Counter, Kasir, dan Toilet Tamu.
2. Zona Semi Privat merupakan zona yang hanya dapat digunakan oleh orang yang
memiliki kepentingan yang berhubungan dengan orang yang bekerja pada ruangan
kantor. Ruangan yang termasuk dalam zona ini adalah: Ruang Tamu, Ruang Konsultasi
Peserta, dan Ruang Rapat.
3. Zona Privat merupakan zona yang dapat digunakan oleh orang tertentu, dalam hal ini
yang dapat masuk ke zona ini hanya pegawai Badan Penyelenggara Jaminan Sosiaol
Kesehatan. Ruangan yang termasuk dalam zona ini adalah: Ruang Kepala Divisi
Regional, Ruang Kepala Cabang, Ruang Kepala Departemen/Unit Keuangan, Ruang
Sekretaris, Ruang Arsip, Ruang Server, dan Ruang Kerja Staff Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan.
4. Zona Servis merupakan zona pendukung dari sebuah kantor Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan, yang berfungsi menunjang kegiatan kantor. Ruangan yang
termasuk dalam zona ini adalah: Pantry, Toilet, Musholla, Tempat Wudhu, janitor, dan
Gudang.
166
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
Bab VII
Ketentuan dan Standarisasi
Gedung Arsip
167
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
Standar ini merupakan bagian yang melengkapi standar sebelumnya yaitu Keputusan
Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2000 tentang Standar Minimal
Gedung dan Ruang Penyimpanan Arsip Inaktif.
A. Lokasi
Tempat penyimpanan arsip jauh dari lokasi yang berbahaya seperti :
a) Area penyimpanan bahan kimia, dapur, Unit AC (diharuskan ada), kamar mandi atau
basement yang bukan diperuntukkan sebagai tempat penyimpanan arsip.
b) Jalan masuknya terkontrol dan terhindar dari unsur-unsur yang mengganggu keamanan
arsip.
168
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
B. Kontrol Lingkungan
1. Kontrol lingkungan dilakukan secara tepat sesuai dengan retensinya/jangka waktu
simpan arsip.
2. Untuk menjaga kondisi fisik arsip tetap baik suhu dijaga agar tidak melebihi 270 derajat
Celcius dan mempunyai kelembaban tidak lebih dari 60 %.
3. Pencahayaan langsung terhadap arsip dihindarkan.
4. Jendela tidak diutamakan, apabila jendela tidak bisa dihindari seyogyanya memasang
tirai.
5. Lingkungan harus bersih dari kontaminasi industri atau gas.
6. Sirkulasi udara yang bebas dan segar.
7. Ruang penyimpanan arsip media magnetik harus terlindung dari medan magnet.
C. Perlindungan
1. Adanya program pencegahan bahaya untuk menjamin arsip tidak hilang dan ditangani
secara baik.
2. Pencegahan kebakaran dan unsur lainnya termasuk pemasangan heat/smoke
detection, fire alarm, extinguisher, sprinkler system yang terpasang dimasing-masing
ruang/lantai ruang penyimpanan arsip.
D. Pemeliharaan
1. Program pemeliharaan arsip dan lokasi penyimpanan arsip harus dapat dilaksanakan
untuk menjamin kestabilan lingkungan yang cocok.
2. Pelaksanaan pengawasan penyimpanan arsip harus secara berkelanjutan dan berkala.
3. Perbaikan ruang penyimpanan arsip dilaksanakan secara cepat dan tepat.
4. Adanya perbaikan arsip segera setelah diketahui adanya kerusakan arsip.
E. Penanganan Arsip
1. Pencarian dan penggunaan arsip di lokasi penyimpanan menjadi subyek pokok
pengawasan untuk melindungi arsip dari kerusakan.
2. Penanganan terhadap arsip dilaksanakan secara hati-hati untuk mengurangi kerusakan
arsip serta menjamin pelestariannya.
3. Tehnik dan prosedur penanganan arsip dipahami dan dilaksanakan oleh seluruh
pengelola/pengguna arsip agar aman dan terlindung.
4. Penanganan secara hati-hati dalam proses fotocopi dan pengalihmediaan arsip
disesuaikan dengan peraturan dan standar yang berlaku.
169
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
F. Kemudahan Akses
1. Penyimpanan arsip harus memperhatikan kemudahan akses arsip yang diinginkan yaitu
harus mudah diidentifikasi, mudah diketahui lokasinya dan mudah ditemukan kembali.
2. Tersedianya standar dokumentasi dan daftar lokasi penyimpanan arsip.
G. Proteksi
1. Peralatan dan tempat penyimpanan arsip sebaiknya dapat menjamin arsip selalu
aman, mudah terjangkau dan terlindung dari bahaya.
2. Setiap peralatan dan tempat penyimpanan dijamin dalam keadaan bersih untuk
menjamin kebersihan.
170
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
Tabel 5. Ketentuan Minimal Penyimpanan Fisik Arsip dengan Jangka Simpan 30 Tahun
Lebih atau Arsip Statis
KONDISI LINGKUNGAN PENGAMANAN PROTEKSI
FORMAT KUALITAS
SUHU/RH PENCAHAYAAN ALAT PEMADAM KEAMANAN PERALATAN KONTAINER PEMBUNGKUS
UDARA
Kertas (a) Suhu ± 20o C − Penyaring Lampu TL/neon − Heat/smoke − Pengawasan Rak baja Boks bebas Sampul, folder
− Files ± 2o C pembuang debu detection 24 jam baik asam dan amplop
− Cards RH ± 50% ± dan partikel lain, − Fire alarm fisik/elektronik bebas asam
− Computer 5% gas asam dan − Sprinkler − Alarm
printout dan oksidasi system system
sejenisnya − Ventilasi baik − Exlinguishers − Access
control
Kertas (b) Suhu ± 20o C − Penyaring Lampu TL/neon − Heat/smoke − Pengawasan Rak baja Boks bebas Lembaran
− Maps ± 2o C pembuang debu detection 24 jam baik asam kosong bebas
− Plans RH ± 50% ± dan partikel lain, − Fire alarm fisik/elektronik asam
− Charts 5% gas asam dan − Sprinkler − Alarm
oksidasi system system
− Ventilasi baik − Exlinguishers − Access
control
Media foto Suhu (18o C − Penyaring Lampu TL/neon − Heat/smoke − Pengawasan − Rak baja Boks bebas Amplop,
Hitam putih RH 35% pembuang debu detection 24 jam baik − Filing asam lembaran
atau warna menurunkan dan partikel lain, − Fire alarm fisik/elektronik cabinet kaleng/can film
− Sheet film selulose gas asam dan − Sprinkler − Alarm − Rak bebas asam
− Cine film asetat dan nitrat oksidasi system system bertingkat
− X-rays film harus − Ventilasi baik − Exlinguishers − Access − Rak kaca
− Mikroforms terpisah dari control dan
− Glass plate Arsip lain vertical
photo
171
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
Jenis lain Suhu (5o C − Penyaring Lampu TL/neon − Heat/smoke − Pengawasan Rak baja Boks bebas −Amplop,
− Gramophone RH 35% ± pembuang debu detection 24 jam baik Filing cabinet, asam lembaran dan
disk 5% suhu RH dan partikel lain, − Fire alarm fisik/elektronik rak bertingkat, kaleng/ can
− Mixed media harus stabil, arsip gas asam dan − Sprinkler − Alarm rak kaca dan film bebas
system harus disesuaikan oksidasi system system vertikal bisa asam
sebelum dan − Ventilasi baik − Exlinguishers − Access disimpan di −material
sesudah disimpan control freezer atau pendingin harus
di ruang di refrigerator dalam kondisi
pendingin tersegel
Media Suhu 18o C ± − Penyaring Lampu TL/neon − Heat/smoke − Pengawasan Rak tidak Tidak
Magnetik 2o C pembuang debu tombol detection 24 jam baik mengandung mengandung
- Computer RH 35% ± dan partikel lain, pengatur − Fire alarm fisik/elektronik magnet magnet,
tapes dan 5% Suhu & gas asam dan waktu − Sprinkler − Alarm berkualitas
disks RH harus oksidasi system system segel, rak
- Video tapes stabil − Ventilasi baik − Exlinguishers − Access kaset
- Audio tapes control
KONDISI LINGKUNGAN PENGAMANAN PROTEKSI
- Magneto
FORMAT KUALITAS
optical disk SUHU/RH PENCAHAYAAN ALAT PEMADAM KEAMANAN PERALATAN KONTAINER PEMBUNGKUS
UDARA
Media Optic Suhu 18o C ± − Penyaring Lampu TL/neon − Heat/smoke − Pengawasan Berlapis Bebas asam Amplop,
− Compact dan 2o C pembuang Tombol detection 24 jam baik mesiu dan lembaran
mini disk RH 35% ± debu dan pengatur waktu − Fire alarm fisik/elektronik email metal bebas asam
− Laser disk 5% Suhu & partikel − Sprinkler − Alarm matang
RH harus lain; gas system system
stabil asam dan − Exlinguishers − Access
oksidasi control
− Ventilasi
baik
Jenis lain Suhu 20o C ± − Penyaring Lampu TL/neon − Heat/smoke − Pengawasan Rak baja Bebas asam Bebas asam
- Gramophone 2o C pembuang detection 24 jam baik Rak vertikal
disk RH 50% ± debu dan − Fire alarm fisik/elektronik untuk
- Mixed media 5% Suhu & partikel − Sprinkler − Alarm gramaphone
system RH harus lain; gas system system disk
stabil asam dan − Exlinguishers − Access
oksidasi control
− Ventilasi
baik
172
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
173
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
174
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
175
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
176
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
177
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
178
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
Bab VIII
Pedoman Pemeliharaan /
Perawatan Gedung
5 oma
179
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
Iha
raan/Perawatan Gedung
I. Definisi
Pemeliharaan adalah kegiatan menjaga keandalan bagunan gedung beserta prasarana
dan sarananya agar selalu layal fungsi. Selain itu, perawatan juga berarti kegiatan
memperbaiki dan/atau mengganti bagian bangunan gedung, komponen, bahan
bangunan, dan/atau prasarana dan sarana agar bangunan gedung Kantor Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan tetap layak fungsi.
Layak fungsi adalah suatu kondisi bangunan gedung yang memenuhi persyaratan
administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung yang
ditetapkan.
Pemeriksaan berkala adalah kegiatan pemeriksaan kondisi seluruh atau sebagian bagunan
gedung, komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarananya dalam
tenggang waktu tertentu guna mencapai kelayakan fungsi bangunan gedung Kantor
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.
Umur bangunan adalah jangka waktu bangunan dapat tetap memenuhi fungsi dan
keandalan bangunan, sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.
Penyusutan adalah nilai degradasi bangunan yang dihitung secara sama besar setiap
tahunnya selama jangka waktu umur bangunan. Untuk bangunan gedung pemerintah
seperti Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, nilai penyusutan adalah
sebesar 2% per tahun untuk bangunan gedung dengan minimum nilai sisa (salvage value)
sebesar 20%.
Penyusutan bangunan gedung pemerintah yang dibangun dengan konstruksi semi
permanen, penyusutannya sebesar 4% per tahun, sedangkan untuk konstruksi darurat
sebesar 10% per tahun dengan minimum nilai sisa (salvage value) sebesar 20%.
Intensitas kerusakan bangunan dapat digolongkan atas 3 (tiga) tingkat kerusakan, yaitu:
1. Kerusakan ringan,
Kerusakan terutama pada komponen non struktural, seperti penutup atap, langit-langit,
penutup lantai, acian dinding, dan dinding pengisi.
2. Kerusakan sedang,
Kerusakan pada sebagian komponen non struktural, dan atau komponen struktural
seperti struktur atap, lantai, dinding, dan lain-lain.
180
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
3. Kerusakan berat,
Kerusakan pada sebagian besar komponen bagunan, baik struktural maupun non
struktural yang apabila setelah diperbaiki masih dapat berfungsi dengan baik
sebagaimana mestinya.
Penentuan tingkat kerusakan adalah setelah berkonsultasi dengan instansi teknis setempat.
181
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
Bab IX
Penutup
Penutup
182
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN
Pedoman ini dimaksudkan menjadi arahan dan acuan untuk pembangunan Bangunan
Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang akan dilakukan di tiap area
dan daerah di Indonesia. Pembangunan bisa berupa pembangunan baru, renovasi,
preservasi, rehabilitasi, dan restorasi. Tujuan utama dari pedoman ini adalah memberikan
citra baik yang sama dan menggambarkan kualitas pelayanan yang sama.
Tentunya dengan berbagai potensi dan kendala di seluruh Indonesia serta ragamnya
persoalan lahan dan kebijakan, maka dimungkinkan adanya penyesuaian terhadap
elemen lokal di daerah masing-masing dan dilakukan sejauh tidak menyimpang dari
pedoman secara umum.
Ukuran, bentuk facade, dan ruang dalam juga diusahakan mengacu pada pedoman.
Sementara untuk spesifikasi interior dan perabotan juga sebaiknya mengarah pada apa
yang tertulis di pedoman ini, kecuali di kondisi-kondisi tertentu berkaitan dengan
permasalahan pengadaan dan penyediaan material di daerah.
Masalah teknis pengajuan proses renovasi ataupun pembangunan baru dari tiap Kantor
Divisi Regional, Kantor Cabang, Kantor Layanan Operasional Kabupaten/Kota, dan BPJS
Kesehatan Center Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan juga akan diberlakukan
tata cara dan prosedur yang berdasar pada ketentuan yang disepakati di pedoman ini
yang disesuaikan dengan ketentuan dan karakter budaya setempat.
Kantor baru yang memungkinkan untuk berada pada lahan yang luas maka dimungkinkan
hanya terdiri dari satu lantai dengan desain khusus yang tetap berdasarkan arahan
pedoman ini meski ada beberapa penyesuaian berkaitan dengan jumlah lantai. Demikian
pula untuk kantor di ruko yang hanya dua lantai atau pun empat lantai perlu adanya
koordinasi khusus dan panduan desain sesuai dengan lingkup kegiatan pelayanannya.
183