Anda di halaman 1dari 183

PEDOMAN STANDAR DESAIN

BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Bab I
Pendahuluan
Huluan

1
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

I. Latar Belakang

Pembangunan merupakan rangkaian upaya yang dilakukan terus-menerus untuk


mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang sejahtera lahir dan batin. Upaya tersebut
dilakukan melalui pemanfaatan potensi yang ada, manusia yang berkualitas, kemampuan
dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan
perkembangan global.

Pemanfaatan potensi yang ada Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
dapat dilakukan melalui penyediaan wadah pelayanan serta sarana fisik / fasilitas yang
lebih baik sesuai dengan tuntutan di masyarakat.

Sebagai realisasi pembangunan kantor pelayanan masyarakat di bidang Kesehatan, Badan


Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan berupaya meningkatkan pelayanan melalui
penyediaan sarana fisik gedung kantor yang lebih baik. Penampilan bangunan secara
keseluruhan sangatlah penting untuk meningkatkan citra bangunan yang sesuai dengan
karakter pelayanan di bidang kesehatan.

Guna meningkatkan citra tersebut, perlu ditetapkan suatu pedoman standarisasi desain
bangunan gedung yang tetap berorientasi kepada visi dan misi Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan, sehingga terbangun kepercayaan diri dan komitmen yang kuat
dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. Pedoman tersebut akan menjadi
acuan dalam merumuskan perencanaan desain pembangunan/renovasi bangunan
gedung di lingkungan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.

II. Visi, Misi, dan Budaya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial


Kesehatan

A. Visi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan

CAKUPAN SEMESTA 2019


Paling lambat 1 Januari 2019, seluruh penduduk Indonesia memiliki jaminan kesehatan
nasional untuk memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan
yang handal, unggul dan terpercaya.

B. Misi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan

1. Membangun kemitraan strategis dengan berbagai lembaga dan mendorong


partisipasi masyarakat dalam perluasan kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN).

2
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

2. Menjalankan dan memantapkan sistem jaminan pelayanan kesehatan yang efektif,


efisien dan bermutu kepada peserta melalui kemitraan yang optimal dengan fasilitas
kesehatan.
3. Mengoptimalkan pengelolaan dana program jaminan sosial dan dana BPJS Kesehatan
secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel untuk mendukung kesinambungan
program.
4. Membangun BPJS Kesehatan yang efektif berlandaskan prinsip-prinsip tata kelola
organisasi yang baik dan meningkatkan kompetensi pegawai untuk mencapai kinerja
unggul.
5. Mengimplementasikan dan mengembangkan sistem perencanaan dan evaluasi,
kajian, manajemen mutu dan manajemen risiko atas seluruh operasionalisasi BPJS
Kesehatan.
6. Mengembangkan dan memantapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mendukung operasionalisasi BPJS Kesehatan.

III. Asas Pembangunan Gedung Kantor Badan Penyelenggara


Jaminan Sosial Kesehatan

Pelaksanaan pembangunan gedung Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan,


berasaskan:
1. Hemat, tidak mewah, efisien, efektif dan sesuai dengan spesifikasi teknis yang
disyaratkan.
2. Terarah dan terkendali sesuai perencanaan, program/kegiatan, serta memenuhi fungsi
setiap unit kerja penggunan bangunan gedung.
3. Semaksimal mungkin menggunakan hasil produksi dalam negeri dengan
memperhatikan kemampuan/potensi.

IV. Maksud, Tujuan dan Sasaran Perencanaan

A. Maksud
Pedoman standarisasi desain ini dimaksudkan sebagai acuan dalam melaksanakan
pembangunan/renovasi bangunan gedung di lingkungan Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Kesehatan mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan.

B. Tujuan
1. Pembangunan dan pemanfaatan gedung Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan sesuai dengan fungsinya, memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan,
kemudahan dan kenyamanan, serta efektif dan efisien dalam penggunaan sumber
daya dan serasi dengan lingkungannya.
2. Penyelenggaraan pembangunan/renovasi bangunan gedung di lingkungan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang tertib, efektif dan efisien.

3
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

C. Sasaran Perencanaan
Sasaran perencanaan pembangunan/renovasi bangunan gedung di lingkungan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, adalah sebagai berikut:
1. Menciptakan konsep desain yang dapat menampilkan identitas Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan.
2. Mendesain bentuk yang mempunyai kesatuan dan keseragaman dengan bangunan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan lainnya.
3. Merancang gedung yang mudah diaplikasikan pada bangunan baru maupun lama.
4. Memilih material bangunan yang tepat.
5. Menentukan material bangunan yang mudah dalam perawatan.
6. Menghasilkan desain yang ramah dan dapat diterima lingkungan.

D. Lingkup Materi Pedoman


Lingkup materi Pedoman Pembangunan Gedung Kantor Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Bab I : Pendahuluan, yang memberikan gambaran umum, meliputi pengertian, visi dan
misi, asas pembangunan gedung Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan,
maksud dan tujuan, serta lingkup materi pedoman.
2. Bab II : Proses Pembangunan/Renovasi, menguraikan tentang persiapan, perencanaan
konstruksi, pelaksanaan konstruksi, serta pemeliharaan konstruksi.
3. Bab III : Pengajuan Rencana Pembangunan / Renovasi Bangunan, meliputi definisi
pembangunan gedung, unsur pembangunan, tahapan pengajuan gambar desain
bangunan, kewenangan persetujuan, format gambar yang diajukan ke kantor pusat,
komponen pembangunan.
4. Bab IV : Konsep Arsitektur Lingkungan, menguraikan tentang perletakan bangunan
yang sesuai dengan Koefesien Lantai Bangunan dan Koefisien Dasar bangunan yang
berpengaruh dengan sirkulasi dan pengelolaan lingkungan, juga tentang gambar-
gambar tentang corporate image, acuan desain bangunan.
5. Bab V : Standarisasi Desain Gedung Kantor, menampilkan gambar – gambar site plan,
denah dan tampak dari bangunan, serta layout dan detail ruangan – ruangan.
6. Bab VI : Spesifikasi dan Elemen Bangunan, menguraikan tentang spesifikasi material
yang digunakan dan elemen-elemen yang menjadi prioritas bangunan, serta spesifikasi
ruangan-ruangan.
7. Bab VII : Ketentuan dan Standarisasi Desain Gedung Arsip, menguraikan tentang
ketentuan dan standar-standar dalam membuat desain gedung arsip.
8. Bab VIII : Pemeliharaan / Perawatan Gedung, menguraikan tentang umur bangunan
dan penyusutan, kerusakan bangunan, perawatan dan pemeliharaan bangunan.
9. Bab IX : Penutup, uraian kesimpulan dan rekomendasi dalam desain dan pembangunan
gedung Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.

4
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Bab II

Proses Pembangunan / Renovasi

5
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

I. Persiapan

A. Penyusunan Program dan Pembiayaan


Penyusunan program dan pembiayaan renovasi/pembangunan Kantor Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan merupakan tahap awal proses penyelenggaraan
renovasi/pembangunan gedung. Kegiatan diawali dengan menentukan program
kebutuhan ruang dan fasilitas bangunan yang diperlukan, serta penyusunan kebutuhan
biaya pembangunannya.
1. Penyusunan program dan pembiayaan pembangunan bangunan gedung Kantor
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan disusun oleh instansi yang
bersangkutan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan).
2. Penyusunan program kebutuhan dan pelaksanaan pembangunan bangunan gedung
Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dilakukan dengan :
a. Menentukan kebutuhan luas ruang bangunan yang akan dibangun disesuaikan
dengan kebutuhan dan fungsi bangunan gedung Kantor Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan, antara lain:
 ruang pelayanan
 ruang kerja
 ruang sirkulasi,
 ruang penyimpanan,
 ruang mekanikal/elektrikal, server
 ruang pertemuan, dan
 ruang-ruang pendukung lainnya (toilet, mushola, pantry, gudang)
b. Menentukan kebutuhan prasarana dan sarana bangunan gedung dengan
kebutuhan dan fungsi bangunan gedung Kantor Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Kesehatan, antara lain:
 kebutuhan parkir,
 sarana penyelamatan dan K3,
 utilitas bangunan,
 sarana transportasi,
 akses jalan masuk dan keluar,
 aksesibilitas bagi penyandang cacat,
 drainase dan pembuangan limbah, serta
 prasarana dan sarana lainnya sesuai dengan kebutuhan dan fungsi bangunan
gedung.
c. Menentukan kebutuhan lahan bangunan Kantor Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Kesehatan.
d. Menyusun jadwal pelaksanaan pembangunan.
Penyusunan program kebutuhan dilakukan dengan mengikuti pedoman, standar, dan
petunjuk teknis pembangunan bangunan gedung Kantor yang berlaku.

6
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

3. Penyusunan kebutuhan pembiayaan pembangunan bangunan gedung Kantor Badan


Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang bersangkutan dilaksanakan setelah
program kebutuhan ditetapkan, yang terdiri atas biaya:
a. Pelayanan studi kelayakan
b. Pelayanan konsultasi (perencanaan / perancangan)
c. Perencanaan konstruksi,
d. Pelaksanaan konstruksi fisik,
e. Manajemen konstruksi atau pengawasan konstruksi, dan
f. Pengelolaan proyek.
4. Penyusunan pembiayaan pembangunan gedung didasarkan pada standar harga per-
m2 tertinggi bangunan gedung yang berlaku. Untuk penyusunan program dan
pembiayaan pembangunan bangunan yang belum ada standar harganya atau
memerlukan penilaian khusus, harus dikonsultasikan kepada instansi teknis setempat.
5. Dokumen program dan pembiayaan merupakan dokumen yang harus diserahkan
kepada pimpinan proyek yang ditetapkan untuk melaksanakan pembangunan
bangunan gedung yang bersangkutan, sebagai bahan acuan.

B. Persiapan Proyek
1. Tahap persiapan proyek pembangunan Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan merupakan kegiatan persiapan setelah anggaran BBM (Belanja Barang
Modal) disetujui oleh Dewan Pengawas dan ditetapkan oleh Direksi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.
2. Tahap persiapan proyek dilakukan oleh pejabat yang berwenang sesuai Peraturan
Direksi No. 10 Tahun 2014, yang pelaksanaannya dilakukan oleh pejabat yang
berwenang sesuai Peraturan Direksi No. 10 Tahun 2014, berdasarkan program dan
pembiayaan yang telah disusun sebelumnya.
3. Kegiatan yang harus dilakukan dalam tahap persiapan pembangunan bangunan
gedung Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan meliputi:
a. Pembentukan Organisasi Tim Pengelola Proyek dan Panitia Pengadaan Barang dan
Jasa yang diperlukan.
b. Pengadaan Jasa Konsultan Manajemen Konstruksi (MK) adalah untuk proyek–
proyek, sebagai berikut :
 Bangunan bertingkat diatas 4 lantai; dan/atau
 Bangunan dengan luas total di atas 5.000 m2; dan/atau
 Bangunan dengan nilai pekerjaan fisik di atas Rp 5.000.000.000,-; dan /atau
 Yang melibatkan lebih dari satu penyedia jasa perencanaan maupun pelaksana
konstruksi; dan/atau
 Yang dilaksanakan lebih dari satu tahun anggaran (multiyears project).

7
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

II. Perencanaan Konstruksi


1. Perencanaan konstruksi merupakan tahap penyusunan rencana teknis (desain)
bangunan Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, termasuk yang
penyusunannya dilakukan dengan menggunakan desain berulang atau dengan disain
prototipe, sampai dengan penyiapan dokumen lelang.
2. Penyusunan rencana teknis bangunan dilakukan dengan menggunakan penyedia jasa
perencana konstruksi (konsultan), baik perorangan ahli maupun badan hukum yang
kompeten, sesuai ketentuan yang berlaku.
3. Rencana teknis disusun berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang disusun oleh
pengelola proyek dan ketentuan teknis (pedoman dan standar teknis) yang berlaku.
4. Dokumen rencana teknis bangunan Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan secara umum meiputi:
a. Gambar-gambar rencana teknis pembangunan, seperti rencana landscape,
rencana arsitektur (eksterior dan Interior), rencana struktur, dan rencana utilitas
bangunan (Mekanikal Elektrikal Plumbing),
b. Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS), meliputi persyaratan umum, administrasi dan
persyaratan teknis bangunan yang direncanakan,
c. Rencana Anggaran Biaya (RAB) renovasi/pembangunan Kantor Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan,
d. Laporan akhir perencanaan, yang meliputi:
 laporan hasil soil test (sondir, boring, dan lain-lain)
 laporan arsitektur;
 laporan perhitungan struktur; dan
 laporan perhitungan utilitas / MEP
e. Keluaran akhir tahap perencanaan adalah dokumen pelelangan, yaitu Gambar
Rencana Teknis (Design Engineer Drawing), Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS),
Rencana Anggaran Biaya (Engineering Estimate), dan daftar volume (Bill Of
Quantity) yang siap untuk dilelangkan,
f. Penyusunan Kontrak Kerja Perencanaan Konstruksi dan Berita Acara Kemajuan
Pekerjaan/Serah Terima Pekerjaan Perencanaan disusun dengan mengikuti
ketentuan yang berlaku,
g. Tahap perencanaan konstruksi untuk bangunan gedung Kantor Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang bertingkat di atas 4 lantai, dan/atau
dengan luas total di atas 5.000 m2, dan/atau nilai pekerjaan fisik di atas
Rp 5.000.000.000,-, dan/atau dengan klasifikasi khusus, dan/atau yang melibatkan
lebih dari satu konsultan perencana maupun pemborong, dan/atau yang
dilaksanakan lebih dari satu tahun anggaran (multi-year project), diharuskan
melibatkan penyedia jasa Manajemen Konstruksi (MK), sejak awal tahap
perencanaan.

8
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

III. Pelaksanaan Konstruksi


1. Pelaksanaan konstruksi bangunan Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan merupakan tahap pelaksanaan mendirikan, memperbaiki, dan atau
memperluas bangunan gedung dilakukan dengan menggunakan penyedia jasa
pelaksana konstruksi, yang merupakan badan hukum yang kompeten.
2. Pelaksanaan konstruksi fisik dilakukan berdasarkan dokumen pelelangan yang telah
disusun oleh perencana konstruksi, dengan segala tambahan dan perubahannya pada
penjelasan pekerjaan waktu pelelangan, serta ketentuan teknis (pedoman dan standar
teknis) yang berlaku.
3. Pelaksanaan pekerjaan konstruksi fisik harus memperhatikan kualitas masukan (bahan,
tenaga, dan alat), kualitas proses (metode pelaksanaan pekerjaan), dan kualitas hasil
pekerjaan. Kecuali terjadi perubahan pekerjaan yang disepakati dan dicantumkan
delam berita acara, ketidaksesuaian hasil pekerjaan dengan rencana teknis yang telah
ditetapkan harus dibongkar dan disesuaikan.
4. Pelaksanaan konstruksi fisik harus mendapatkan pengawasan dari penyedia jasa
pengawas konstruksi atau penyedia jasa Manajemen Konstruksi.
5. Pelaksana pekerjaan konstruksi fisik juga harus memperhatikan ketentuan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) yang berlaku.
6. Keluaran akhir yang harus dihasilkan pada tahap ini adalah:
a. Bangunan gedung Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang
sesuai dengan dokumen untuk pelaksanaan konstruksi.
b. Dokumen pelaksanaan pembangunan Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan, yang meliputi :
 gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan (as built drawings),
 semua berkas perizinan yang diperoleh pada saat pelaksanaan konstruksi fisik,
termasuk Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB),
 kontrak pekerjaan pelaksanaan konstruksi fisik, pekerjaan pengawasan beserta
segala perubahan/addendumnya,
 laporan harian, mingguan, bulanan yang dibuat selama pelaksanaan konstruksi
fisik, laporan akhir Manajemen Konstruksi/pengawasan, dan laporan akhir
pengawasan berkala,
 berita acara perubahan pekerjaan, pekerjaan tambah/kurang, serah terima I
dan II, pemeriksaan pekerjaan, dan berita acara lain yang berkaitan dengan
pelaksanaan konstruksi fisik,
 foto-foto dokumentasi yang diambil pada setiap tahapan kemajuan
pelaksanaan konstruksi fisik,
 manual pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung Kantor Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, termasuk petunjuk yang menyangkut
pengoperasian dan perawatan peralatan dan perlengkapan mekanikal-
elektrikal-plumbing bangunan.

9
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

IV. Pemeliharaan Konstruksi


1. Pemeliharaan konstruksi adalah tahap uji coba dan pemeriksaan atas hasil pelaksanaan
konstruksi fisik. Di dalam masa pemeliharaan ini penyedia jasa pelaksana konstruksi
berkewajiban memperbaiki segala cacat atau kerusakan dan kekurangan yang terjadi
selama masa konstruksi.
2. Dalam masa pemeliharaan semua peralatan yang dipasang di dalam dan di luar
gedung, harus diuji coba sesuai fungsinya. Apabila terjadi kekurangan atau kerusakan
yang menyebabkan peralatan tidak berfungsi, maka harus diperbaiki sampai berfungsi
dengan sempurna.
3. Masa pemeliharaan konstruksi apabila tidak ditentukan lain dalam kontrak kerja
pelaksanaan konstruksi, untuk bangunan sederhana minimal selama 3 (tiga) bulan,
sedangkan untuk bangunan tidak sederhana dan khusus minimal selama 6 (enam)
bulan terhitung sejak serah terima pertama pekerjaan konstruksi atau pelaksanaan
proyek selesai 100%.

10
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Bab III
Pengajuan Rencana
Pembangunan / Renovasi Gedung

Pengajuan Renca

11
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

I. Definisi / Istilah
Bangunan atau gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan
tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah
dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk
hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial,
budaya, maupun kegiatan khusus.

Pembangunan gedung adalah upaya perubahan pada fisik bangunan yang dilandaskan
pada pilihan pandangan tertentu yang terkait dengan pengalaman atau sejarah, realitas
keadaan yang sedang dihadapi, serta kebutuhan dan kepentingan pihak-pihak yang
membuat keputusan pembangunan.

Penyelenggaraan pembangunan gedung adalah kegiatan pembangunan yang meliputi


proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan,
pelestarian, dan pembongkaran.

Pemanfaatan bangunan gedung adalah kegiatan memanfaatkan bangunan gedung


sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan, termasuk kegiatan pemeliharaan, perawatan,
dan pemeriksaan secara berkala.

Kegiatan pembangunan diantaranya adalah pembangunan gedung baru, renovasi,


preservasi, rehabilitasi, dan restorasi.

Pemeliharaan (Preservasi) adalah kegiatan menjaga keandalan bangunan gedung beserta


prasarananya dan sarananya agar selalu layak fungsi. Preservasi mengarah kepada
kegiatan pelestarian yang statis dan pasif.

Rehabilitasi merupakan upaya mengembalikan kondisi objek, bangunan atau kawasan


hingga dapat berfungsi kembali dengan baik. Perubahan-perubahan dapat dilakukan
sampai batas-batas tertentu, agar bangunan dapat beradaptasi terhadap lingkungan atau
kondisi sekarang atau yang akan datang.

Renovasi adalah upaya mengubah sebagian atau beberapa bagian bangunan yang
kurang representatif terutama bagian interior, agar bangunan tersebut dapat diadaptasi
untuk mengakomodasikan fungsi atau kegiatan baru, tanpa menimbulkan perubahan yang
berarti bagi keutuhan struktur maupun fasade bangunan tersebut.

Pemugaran (restorasi) adalah memperbaiki bagian-bagian bangunan yang mengalami


kerusakan. Bangunan tersebut tidak dibongkar seluruhnya karena pekerjaan rehabilitasi
umumnya melibatkan tingkat prosentase kerusakan yang rendah.

Pemugaran merupakan upaya untuk memelihara dan memanfaatkan sumber daya / aset
agar maknanya dapat dipertahankan keberadaannya demi kelangsungan hidup manusia
yang berbudaya, suatu proses daur ulang atas sumber daya/aset yang akan dilestarikan
serta dilindungi. Restorasi (pemugaran) juga berarti mengembalikan sebuah bangunan atau
kawasan kepada kondisi awal, sejauh yang diketahui dengan menghilangkan
penambahan baru atau membuat elemen eksisting tanpa adanya penggunaan bahan
baru.

12
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Perawatan adalah kegiatan memperbaiki dan/atau mengganti bagian bangunan gedung,


komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarana agar bangunan gedung
tetap layak fungsi.

II. Unsur Pembangunan


Unsur-unsur dalam pembangunan terdiri dari :
1. Jasa konstruksi meliputi layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi,
layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultasi
pengawasan pekerjaan konstruksi.
a. Perencana Konstruksi (Konsultan Perencana) adalah penyedia jasa orang
perseorangan atau badan usaha yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang
perencanaan jasa konstruksi yang mampu mewujudkan pekerjaan dalam bentuk
dokumen perencanaan bangunan atau bentuk fisik lain.
b. Manajemen Konstruksi (MK) adalah penyedia jasa orang perseorangan atau badan
usaha yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang manjemen jasa konstruksi,
baik perencanaan maupun pengawasan yang mampu melaksanakan pekerjaan
sejak awal perencanaan pekerjaan konstruksi sampai selesai dan diserahterimakan.
c. Pelaksana konstruksi (Kontraktor Pelaksana) adalah penyedia jasa orang
perseorangan atau badan usaha yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang
pelaksanaan jasa konstruksi yang mampu menyelenggarakan kegiatannya untuk
mewujudkan suatu hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik
lain.
d. Pengawas Konstruksi (Konsultan Pengawas) adalah penyedia jasa orang
perseorangan atau badan usaha yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang
pengawasan jasa konstruksi yang mampu melaksanakan pekerjaan pengawasan
sejak awal pelaksanaan pekerjaan konstruksi sampai selesai dan diserahterimakan.
2. Tim Pengelola Proyek adalah tim yang terdiri dari para ahli yang terkait dengan
penyelenggaraan bangunan gedung untuk memberikan pertimbangan teknis dalam
proses penelitian dokumen rencana teknis dengan masa penugasan terbatas, dan juga
untuk memberikan masukan dalam penyelesaian masalah penyelenggaraan bangunan
gedung tertentu yang susunan anggotanya ditunjuk secara kasus per kasus disesuaikan
dengan kompleksitas bangunan gedung tertentu tersebut.
Tim Pengelola Proyek Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan terdiri dari :
a. Kantor Pusat
 Direktorat SDM dan Umum
 Direktorat Keuangan dan Investasi
b. Kantor Divisi Regional
 Departemen Hubungan Eksternal SDM dan Umum
 Departemen Keuangan dan Perencanaan

13
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

c. Kantor Cabang Kelas Utama & Kelas A


 Unit Umum dan Teknologi Informasi
 Unit Keuangan dan Penagihan
d. Kantor Cabang Kelas B
 Unit Keuangan Umum Teknologi dan Informasi

III. Tahapan Pengajuan Gambar Desain Bangunan


Tahapan proses renovasi/pembangunan bangunan gedung Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan, secara garis besar dibagi menjadi 2 (dua) tahap, yaitu:
1. Tahap Perencanaan
Kelengkapan usulan Renovasi/Pembangunan Bangunan Gedung Kantor Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, antara lain :
a. Rencana kebutuhan pembangunan baru atau renovasi
b. Data/keterangan tentang kekuatan struktur bangunan
c. Gambar denah, tampak, potongan, serta perspektif 3D
d. Gambar kerja (landscape, struktur, arsitektur, MEP)
e. BQ (Bill of Quantity) dan RAB (Rencana Anggaran Biaya)
f. Nilai buku bangunan terakhir
g. Data pendukung lainnya
2. Tahap Realisasi (Pelaksanaan Pekerjaan Fisik)
Anggaran pekerjaan pelaksanaan fisik yang akan diakomodir pada SK BBM (Belanja
Barang Modal) adalah untuk rencana renovasi atau pembangunan yang telah
mendapatkan persetujuan Direksi atas Desain Bangunan dan RAB.

Persetujuan Gambar Desain Bangunan yang diajukan diperlukan sebagai persetujuan


prinsip untuk dasar proses lebih lanjut.
1. Bangunan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Pusat diajukan oleh Kepala
Grup SDS dan Umum kepada Direktur SDM dan Umum Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Kesehatan.
2. Bangunan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Divisi Regional dan Cabang
diajukan oleh Kepala Divisi Regional kepada Direktur SDM dan Umum Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.

IV. Kewenangan Persetujuan


Persetujuan Direksi atas usulan pelaksanaan proses renovasi/pembangunan merupakan ijin
prinsip sebagai dasar proses berikutnya. Kewenangan persetujuan adalah berdasarkan
perkiraan nilai pengadaan fisik, sesuai dengan yang tercantum pada ketentuan dalam
Pedoman Pengelolaan Barang dan Jasa Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
yang berlaku, yaitu Peraturan Direksi No. 10 Tahun 2014 tanggal 01 Januari 2014.

14
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

V. Format Gambar yang Diajukan ke Kantor Pusat


Format A3 dengan posisi landscape dengan kop keterangan gambar (kop kertas gambar)
di sisi bagian tepi kanan yang mencakup:
- nama proyek
- nama pemilik
- nama gambar
- nama tenaga ahli struktur, arsitek, MEP
- nama pemberi persetujuan
- no. kode gambar
- no. lembar gambar
- skala 1 : 100, 1 : 50, 1 : 20, 1 : 10

Gambar 3.1. Contoh Format Kertas Gambar

15
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar-gambar dan data usulan renovasi/pembangunan bangunan gedung Kantor


Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan adalah :
1. Gambar Eksisting (untuk yang direnovasi)
2. Gambar Blok Plan dan Site Plan
3. Gambar Denah dan Layout
4. Gambar Tampak
5. Gambar Potongan
6. Gambar Desain dan Detail
7. Gambar Perspektif 3D Exsterior dan Interior
8. Uraian mengenai alasan renovasi, pembangunan baru, atau kelayakan gedung baik
dari segi peruntukan lahan maupun perkiraan awal biaya yang direncanakan.

VI. Komponen Biaya Pembangunan


Sebagai salah satu komponen pembangunan, anggaran biaya pembangunan gedung
adalah rencana anggaran yang terdiri atas komponen biaya kontruksi fisik, biaya
manajemen/pengawasan konstruksi, biaya perencanaan konstruksi, dan biaya
pengelolaan proyek Gedung Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.

A. Biaya Perencanaan
Biaya perencanaan merupakan biaya maksimum yang dapat digunakan untuk membiayai
perencanaan bangunan gedung, yang dilakukan oleh Konsultan Perencana secara
kontraktual dari hasil pelelangan, penunjukan langsung, atau pemilihan langsung. Besarnya
biaya perencanaan dihitung berdasarkan prosentase terhadap nilai total keseluruhan
bangunan atau mengacu pada Peraturan Menteri pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007
tentang Pedoman Teknis Pembangunan Gedung Negara.
Penggunaan biaya perencanaan selanjutnya diatur sebagai berikut:
1. Biaya perencanaan dibebankan pada biaya untuk komponen kegiatan perencanaan
proyek yang bersangkutan.
2. Besarnya nilai biaya perencanaan maksimum dihitung berdasarkan prosentase
terhadap biaya perencanaan konstruksi terhadap nilai biaya konstruksi fisik bangunan.
3. Untuk biaya perencanaan pekerjaan-pekerjaan yang belum ada pedoman harga
satuan tertingginya (non standar), besarnya biaya perencanaan dihitung secara
orang/bulan dan biaya langsung yang bisa diganti, sesuai dengan ketentuan billing rate
yang berlaku.
4. Biaya perencanaan ditetapkan dari hasil Pelelangan/Pemilihan Langsung, maupun
Penunjukan Langsung pekerjaan yang bersangkutan, yang akan dicantumkan dalam
kontrak sudah termasuk biaya untuk:
a. Honor tenaga ahli dan tenaga penunjang (biaya langsung personil),
b. Materi, penggandaan laporan, sewa peralatan, sewa kendaraan (biaya langsung
non personil),

16
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

c. biaya rapat / pertemuan / survei


d. perjalanan / akomodasi (lokal maupun luar kota),
e. jasa dan overhead manajemen konstruksi,
f. asuransi/pertanggungan (liability insurance),
g. pajak dan iuran daerah lainnya.
5. Pembayaran biaya perencanaan didasarkan pada prestasi kemajuan pekerjaan
perencanaan dan konstruksi fisik di lapangan, yaitu (maksimum):
a. Tahap konsep rancangan 10%
b. Tahap pra-rancangan 15%
c. Tahap pengembangan rancangan 25%
d. Tahap rancangan gambar detail 30%
e. Tahap pengadaan Kontraktor Pelaksana 10%
f. Tahap progres pelaksanaan fisik dan pengawasan berkala 15%
Tahap 1 sampai dengan 4 dapat dijadikan 1 (satu) tahap, setelah Pihak Konsultan
Perencana menyelesaikan seluruh tahap 1 sampai dengan 4.

B. Biaya Pengawasan Konstruksi


Biaya pengawasan konstruksi adalah biaya maksimum yang dapat digunakan untuk
membiayai pengawasan pembangunan bangunan gedung, yang dilakukan oleh konsultan
pengawas secara kontraktual dari hasil pelelangan, penunjukan langsung, atau pemilihan
langsung. Besarnya biaya pengawasan dihitung berdasarkan prosentase terhadap nilai
total keseluruhan bangunan.
Penggunaan biaya pengawasan selanjutnya diatur sebagai berikut :
1. Biaya pengawasan dibebankan pada biaya untuk komponen kegiatan pengawasan
proyek yang bersangkutan.
2. Besarnya nilai biaya pengawasan maksimum dihitung berdasarkan prosentase biaya
pengawasan konstruksi terhadap nilai biaya konstruksi fisik bangunan.
3. Untuk biaya pengawasan pekerjaan-pekerjaan yang belum ada pedoman harga
satuan tertingginya (non standar), besarnya biaya pengawasan dihitung secara orang /
bulan dan biaya langsung yang bisa diganti, sesuai dengan ketentuan billing rate yang
berlaku.
4. Biaya pengawasan ditetapkan dari hasil pelelangan/pemilihan langsung, maupun
penunjukan langsung pekerjaan yang bersangkutan, yang akan dicantumkan dalam
kontrak sudah termasuk biaya untuk:
a. Honor tenaga ahli dan tenaga penunjang (biaya langsung personil),
b. Materi, penggandaan laporan, sewa peralatan, sewa kendaraan (biaya langsung
non personil),
c. biaya rapat / pertemuan / survei
d. perjalanan / akomodasi (lokal maupun luar kota),

17
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

e. jasa dan overhead manajemen konstruksi,


f. asuransi/pertanggungan (liability insurance),
g. pajak dan iuran daerah lainnya.
5. Pembayaran biaya pengawasan dapat dibayarkan secara bulanan atau tahapan
tertentu yang didasarkan pada pencapaian prestasi/kemajuan pekerjaan konstruksi fisik
di lapangan, atau penyelesaian tugas dan kewajiban pengawasan.

C. Biaya Manajemen Konstruksi


Definisi biaya Manajemen Konstruksi (MK) adalah biaya maksimum yang dapat digunakan
untuk membiayai kegiatan manajemen konstruksi pembangunan gedung, yang dilakukan
oleh konsultan Manajemen Konstruksi secara kontraktual dari hasil Pelelangan, Penunjukan
Langsung, atau Pemilihan Langsung.

Jasa Konsultan Manajemen Konstruksi diadakan dengan ketentuan :


1. Pengadaan penyedia jasa Manajemen Konstruksi menunjuk pada Peraturan Direksi
No. 10 Tahun 2014.
2. Penyedia jasa Manajemen konstruksi tidak dapat merangkap sebagai penyedia jasa
perencanaan untuk pekerjaan yang bersangkutan.

Penggunaan biaya manajemen konstruksi selanjutnya diatur sebagai berikut :


1. Biaya Manajemen Konstruksi dibebankan pada biaya untuk komponen kegiatan
Manajemen Konstruksi proyek yang bersangkutan.
2. Besarnya nilai biaya Manajemen konstruksi maksimum dihitung berdasarkan prosentase
biaya Manajemen Konstruksi terhadap nilai biaya konstruksi fisik bangunan atau
mengacu kepada Peraturan Menteri pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Teknis Pembangunan Gedung Negara.
3. Untuk biaya Manajemen Konstruksi, pekerjaan-pekerjaan yang belum ada pedoman
harga satuan tertingginya (non standar), besarnya biaya Manajemen Konstruksinya
dihitung secara orang/bulan dan biaya langsung yang bisa diganti, sesuai dengan
ketentuan billing rate yang berlaku.
4. Biaya Manajemen Konstruksi ditetapkan dari hasil pelelangan/pemilihan langsung,
maupun Penunjukan Langsung pekerjaan yang bersangkutan, yang akan dicantumkan
dalam kontrak sudah termasuk biaya untuk:
a. Honor tenaga ahli dan tenaga penunjang (biaya langsung personil),
b. Materi, penggandaan laporan, sewa peralatan, sewa kendaraan (biaya langsung
non personil),
c. biaya rapat / pertemuan / survei,
d. perjalanan / akomodasi (lokal maupun luar kota),

18
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

e. jasa dan overhead manajemen konstruksi,


f. asuransi/pertanggungan (liability insurance),
g. pajak dan iuran daerah lainnya.

5. Pembayaran biaya Manajemen Konstruksi didasarkan pada prestasi kemajuan


pekerjaan perencanaan dan konstruksi fisik di lapangan, yaitu (maksimum) :
1) Tahap persiapan/pengadaan konsultan perencana 10%
2) Tahap review rencana teknis sampai dengan serah terima
dokumen perencanaan 10%
3) Tahap pengadaan Kontraktor Pelaksana 10%
4) Tahap konstruksi fisik yang dibayarkan berdasarkan
prestasi pekerjaan konstruksi fisik di lapangan sampai
dengan serah terima pertama pekerjaan 65%
5) Tahap pemeliharaan hasil pekerjaan fisik 5%
Tahap 1 dan tahap 2 dapat dijadikan 1(satu) Tahap, setelah pihak Manajemen
Konstruksi menyelesaikan tahap 1 dan tahap 2.

D. Biaya Konstruksi Fisik


Biaya konstruksi adalah biaya untuk pelaksanaan konstruksi fisik bangunan gedung yang
dilaksanakan oleh pemborong melalui kontrak kerja dari hasil Pelelangan (tender),
Penunjukan Langsung, atau Pemilihan Langsung.

Penggunaan biaya konstruksi fisik gedung Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan selanjutnya diatur sebagai berikut:

1. Biaya konstruksi fisik dibebankan pada biaya untuk komponen kegiatan konstruksi fisik
proyek gedung Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.
2. Biaya konstruksi fisik maksimum untuk pekerjaan standar, dihitung dari hasil perkalian
total luas bangunan gedung dengan standar harga satuan per-m2 tertinggi yang
berlaku.
3. Untuk biaya konstruksi fisik pekerjaan yang belum ada pedoman harga satuannya (non
standar), dihitung dengan rincian kebutuhan nyata dan dikonsultasikan dengan instansi
teknis setempat.
4. Biaya konstruksi fisik ditetapkan dari hasil pelelangan pekerjaan, maksimum sebesar
biaya konstruksi fisik yang tercantum dalam dokumen pembiayaan bangunan gedung
yang bersangkutan, yang akan dicantumkan dalam kontrak, yang di dalamnya
termasuk biaya untuk:
1) Pelaksanaan pekerjaan di lapangan (material/bahan, tenaga, dan alat)
2) Jasa dan overhead pemborong
3) Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), yang gambar IMB-nya telah mulai diproses oleh
Pengelola Proyek dengan bantuan Konsultan Perencana atau Manajemen
Konstruksi

19
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

4) Pajak dan iuran daerah lainnya


5) Biaya asuransi selama pelaksanaan konstruksi

5. Pembayaran biaya konstruksi fisik dapat dibayarkan secara bulanan atau tahapan
tertentu (termin) yang didasarkan pada prestasi/kemajuan pekerjaan fisik di lapangan.

E. Biaya Pengelolaan Proyek


Biaya pengelolaan Proyek besarnya biaya maksimum yang dapat digunakan untuk
membiayai kegiatan pengelolaan proyek bangunan gedung. Prosentase besarnya nilai
komponen biaya pengelolaan proyek dihitung berdasarkan nilai keseluruhan bangunan.

Penggunaan biaya pengelolaan proyek selanjutnya diatur sebagai berikut :


1. Biaya Pengelolaan Proyek dibebankan pada biaya untuk komponen kegiatan
pengelolaan proyek dari proyek yang bersangkutan.
2. Besarnya nilai biaya pengelolaan proyek maksimum dihitung berdasarkan prosentase
biaya pengelolaan proyek terhadap nilai biaya konstruksi fisik bangunan.
3. Perincian penggunaan biaya pengelolaan proyek adalah sebagai berikut:
a. Biaya operasional unsur Pemegang Mata Anggaran atau Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan
Biaya operasional unsur Pemegang Mata Anggaran, adalah sebesar 65% dari biaya
pengelolaan proyek yang bersangkutan, untuk keperluan honorarium staff dan
panitia lelang, perjalanan dinas, rapat-rapat, proses pelelangan, bahan dan alat
yang berkaitan dengan pengelolaan proyek sesuai dengan pentahapannya, serta
persiapan dan pengiriman kelengkapan administrasi/dokumen pendaftaran
bangunan gedung.
b. Biaya operasional unsur Pengelola Teknis
1) Biaya operasional unsur Pengelola Teknis, adalah sebesar 35% dari biaya
pengelolaan proyek yang bersangkutan, yang dipergunakan untuk keperluan
honorarium pengelola teknis, honorarium tenaga ahli (apabila diperlukan),
perjalanan dinas, transport lokal, biaya rapat, biaya pembelian/penyewaan
bahan dan alat yang berkaitan dengan proyek yang bersangkutan sesuai
dengan pentahapannya.
2) Pembiayaan diajukan oleh instansi teknis setempat kepada pemimpin
proyek/bagian proyek.
c. Realisasi pembiayaan pengelolaan proyek dapat dilakukan secara bertahap sesuai
kemajuan pekerjaan (persiapan, perencanaan, dan pelaksanaan konstruksi).
Besarnya honorarium mengikuti ketentuan yang berlaku.
4. Biaya pekerjaan yang berada di wilayah yang sukar pencapaiannya/sukar dijangkau
transportasi (remote area), kebutuhan biaya untuk transportasi/perjalanan dinas dalam
rangka survei, aanwijzing, pengawasan berkala, opname lapangan, koordinasi dan
pengelolaan proyek ke lokasi proyek tersebut, dapat diajukan sebagai biaya non
standar, di luar prosentase biaya pengelolaan proyek.

20
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Di dalam masing-masing komponen biaya pembangunan tersebut termasuk semua beban


pajak dan biaya perizinan yang berkaitan dengan pembangunan gedung sesuai ketentuan
yang berlaku.

Kelebihan biaya berupa penghematan yang didapat dari biaya perencanaan,


Manajemen Konstruksi, atau pengawasan serta biaya pengelolaan proyek/kegiatan dapat
digunakan langsung untuk peningkatan mutu atau penambahan kegiatan konstruksi fisik,
dengan melakukan revisi dokumen pembiayaan.

21
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Bab IV
Konsep Arsitektur dan Lingkungan

22
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

I. Konsep Arsitektur Bangunan


A. Tata Letak Bangunan
Dengan pertimbangan keterbatasan lahan dan nilainya yang tinggi di perkotaan, maka
pemanfaatan gedung kantor seoptimal mungkin. Karena fungsinya sebagai kantor maka
penyediaan sirkulasi untuk kebutuhan umum pengguna kantor di lahan gedung juga
disiapkan. Penempatan gedung kantor yang tidak berhimpitan dengan dinding batas
lahan memberikan dampak positif baik bagi ruang dalam gedung yang akan langsung
mendapatkan pandangan dan sinar langsung dari luar bangunan. Implikasi dari kondisi dan
penataan tersebut adalah ketinggian bangunan yang kemudian menjadi 2 lantai.

Pola penataan bangunan terbagi menjadi beberapa alternatif :


1. Pola bangunan memanjang ke samping didesain di lahan yang relatif memanjang ke
samping, posisi Main Entrance di bagian sisi yang panjang di depan,
2. Pola bangunan memanjang ke belakang didesain di lahan yang relatif memanjang ke
belakang, potensi Main Entrance di bagian sisi yang pendek di depan,
3. Pola bangunan mendekati bujur sangkar yang didesain sesuai dengan bentuk lahannya
yang relatif bujur sangkar beraturan.

B. Bentuk Bangunan
Sebagai fasilitas kantor, bentuk bangunan adalah bentuk yang geometris dengan
kecenderungan persegi. Bentuk yang terjadi diharapkan dapat memperkuat kesan formal
sebagai fungsi kantor yaitu dapat memfasilitasi atau mewadahi kegiatan-kegiatan
operasional Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.

Bentuk bangunan didesain bergaya minimalis dengan pendekatan pelaksanaan


pembangunan yang lebih sederhana sehingga dapat diterapkan di bangunan gedung
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan di seluruh Indonesia.

Penggunaan atap datar mendominasi gedung Kantor Badan Penyelenggara Jaminan


Sosial Kesehatan dengan pemanfaatan sebagian atap datar berbahan beton dan atap
miring berbahan zincalum sebagai usaha pemberian cahaya alami di bagian atas void
serta untuk pembuangan air. Usaha tersebut diharapkan memberikan suasana yang lebih
terbuka, terang, grand, ramah lingkungan serta mengurangi penggunaan penerangan
buatan di dalam ruangan. Penggunaan material alam sebagai penutup dinding dan juga
kisi-kisi horisontal sebagai pembentuk facade menambah kesan formal dan anggun
bangunan.

Kisi-kisi juga mengurangi dampak kaca sebagai elemen facade terhadap ruang dalam
agar lebih teduh serta juga bayang-bayang yang terbentuk akan lebih memberikan efek
dinamis di dalam ruang. Repetisi kisi-kisi horisontal dari aluminium selain sebagai elemen
estetika juga berfungsi sebagai penunjang privasi kerja tanpa meninggalkan konsep
‘terbuka’ dan ‘menerima’.

23
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

II. Ruang Terbuka Hijau (RTH)


A. Fungsi RTH
Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah ruang yang dimaksudkan untuk konservasi air tanah,
paru-paru kota, dan dapat menjadi tempat hidup dan berkembangnya flora, fauna dan
ekosistemnya. Ruang terbuka dengan perkerasan dan diberi pot tumbuhan tidak termasuk
Ruang Terbuka Hijau.

Untuk mendukung RTH maka ditetapkan pula antara lain Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB). Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah angka
prosentase berdasarkan perbandingan antara seluruh luas lantai dasar bangunan gedung
dengan luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana
tata ruang dan tata bangunan yang ada. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah angka
perbandingan antara jumlah seluruh luas lantai seluruh bangunan gedung terhadap luas
tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan tata
bangunan yang ada. KLB ditetapkan sesuai dengan rencana intensitas pemanfaatan lahan
dari suatu lingkungan berdasarkan rencana kota yang ada, yang sekaligus dapat
membatasi ketinggian bangunan.

Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
adalah ruang terbuka yang berhubungan langsung dengan bangunan dan terletak di
dalam lahan kantor.

RTH berfungsi sebagai tempat tumbuhnya tanaman, pepohonan, resapan air, dan sirkulasi
pengguna kantor. Selain itu, RTH juga mempunyai fungsi dalam membentuk suasana kantor
lebih menarik melalui penataan elemen ruang luar seperti air, lampu, sculpture, batu yang
menunjang kegiatan kantor.

RTH akan terbentuk dan ditentukan melalui penerapan ketetapan batasan-batasan ruang
seperti GSB (Garis Sempadan Bangunan), KDB (Koefisien Dasar Bangunan), KLB (Koefisien
Lantai Bangunan).

Setiap lahan Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan akan memperhatikan
potensi unsur-unsur alami yang ada seperti danau atau sungai yang letaknya
bersinggungan dengan lahan, sehingga keberadaan Kantor Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan akan tetap ramah lingkungan. Orientasi tata letak juga akan
disesuaikan karena adanya lingkungan di sekitarnya yang membatasi atau justri
memberikan potensi arsitektural ruang luar.

Penentuan ketinggian lahan dan bangunan dari permukaan jalan untuk pengendalian
keselamatan bangunan dari bahaya banjir, tanah longsor, pencapaian bentuk atau
estetika secara keseluruhan / kesatuan lingkungan. Ketinggian ini sesuai dengan kondisi
lingkungan tiap lahan Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.

24
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

B. Ruang Sempadan Bangunan


Ruang Sempadan Bangunan adalah ruang yang dibatasi atau antara GSB (Garis
Sempadan Bangunan) dan batas lahan. Sempadan Bangunan membatasi bagian persil
tanah yang boleh dan tidak boleh dibangun, terdiri dari sempadan muka bangunan,
sempadan samping bangunan dan sempadan belakang bangunan.

Garis Sempadan Bangunan adalah garis atau batas sempadan bangunan terhadap jalan
atas suatu persil tanah dari besaran yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang kota.

Ruang Sempadan Bangunan di Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan


dapat dimanfaatkan sebagai ruang penyelaras suasana antara ruang luar lahan dan ruang
dalam bangunan. Fungsinya dapat berupa taman, pintu masuk / gerbang, pedestrian, pos
keamanan, pagar, papan nama bangunan, tempat sampah, serta area parkir / area untuk
beraktivitas olah raga.

KDH (Koefisien Dasar Hijau) direncanakan minimal 40% terhadap luas lahan, termasuk lahan
parkir dan pedestrian, karena ditanami pepohonan dan tanaman perdu, material
perkerasan lahan parkir menggunakan aspal.

C. Tata Tanaman
Tanaman dipilih sesuai dengan karakter dan waktu tumbuh tiap tanaman berkaitan dengan
potensi negatif terhadap lingkungan. Potensi negatif tersebut antara lain kekuatan akar,
batang, cabang yang rapuh bisa mengakibatkan kebakaran serta efek polusi udara yang
diakibatkan bagian tumbuhan pada kesehatan manusia.

Penempatan tanaman juga memperhitungkan pengaruh alam, angin, panas matahari,


hujan, sehingga penempatannya perlu dipertimbangkan. Efek bayangan yang diakibatkan
oleh tanaman juga dapat membentuk ruang terbuka yang dapat digunakan untuk
berinteraksi oleh para pengguna Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan,
khususnya di ruang luar.

Perlu diperhatikan juga fungsi tanaman di dalam lahan Kantor Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan sebagai tanaman peneduh, pengarah, buffer, pelindung, atau
hanya memberikan kesan indah.

25
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

III. Ruang Luar Bangunan


A. Sirkulasi dan Fasilitas Parkir
1. Ketentuan Umum
Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan direncanakan dapat diakses
dari berbagai sarana transportasi. Untuk kendaraan pribadi disediakan area parkir sesuai
dengan jumlah pengguna kantor dan jumlah luas lantai bangunan.

2. Sirkulasi
a. Sistem sirkulasi yang direncanakan saling mendukung, antara sirkulasi eksternal
dengan internal bangunan, serta antara individu pemakai bangunan dengan
sarana transportasinya. Sirkulasi yang baik akan mempermudah pencapaian, baik
yang bersifat pelayanan publik maupun pribadi.
b. Sistem sirkulasi yang direncanakan memperhatikan kepentingan bagi aksesibilitas
pejalan kaki.
c. Sirkulasi memungkinkan adanya ruang gerak vertikal (clearance) dan lebar jalan
yang sesuai untuk pencapaian darurat oleh kendaraan ambulance, pemadam
kebakaran, dan kendaraan pelayanan lainnya.
d. Sirkulasi diberi perlengkapan seperti tanda penunjuk jalan, rambu-rambu, papan
informasi sirkulasi, elemen pengarah sirkulasi (dapat berupa elemen perkerasan
maupun tanaman), guna mendukung sistim sirkulasi yang jelas dan efisien serta
memperhatikan unsur estetika.

3. Jalan
a. Penataan jalan tidak dapat terpisahkan dari penataan pedestrian, penghijauan,
dan ruang terbuka umum.
b. Penataan ruang jalan dapat sekaligus mencakup ruang-ruang antar bangunan
yang tidak hanya terbatas dalam Damija, dan termasuk untuk penataan elemen
lingkungan, penghijauan, dan lain-lain.
c. Pemilihan bahan pelapis jalan dapat mendukung pembentukan identitas lingkungan
yang dikehendaki, dan kejelasan kontinuitas pedestrian, misalnya dengan paving
stone, aspal, beton, dan sebagainya.

4. Pedestrian
a. Jalan utama pedestrian mempertimbangkan sistem pedestrian secara keseluruhan,
aksesibilitas terhadap subsistem pedestrian dalam lingkungan, dan terhadap
lingkungan sekitarnya.
b. Jalur pedestrian menciptakan pergerakan manusia yang tidak terganggu oleh lalu
lintas kendaraan.
c. Penataan pedestrian mampu merangsang terciptanya ruang yang layak digunakan
/ manusiawi, aman, nyaman, dan memberikan pemandangan yang menarik.
d. Elemen pedestrian (street furniture) harus berorientasi pada kepentingan pejalan
kaki, baik ukuran posisi (tinggi-rendah), besarnya huruf, warna, dan sebagainya.

26
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

5. Parkir
a. Penataan parkir berorientasi kepada kepentingan pejalan kaki, memudahkan
aksesibilitas, dan tidak mengganggu sirkulasi kendaraan.
b. Luas, distribusi, dan perletakan fasilitas parkir diupayakan tidak mengganggu
kegiatan bangunan dan lingkungannya, serta disesuaikan dengan daya tampung
lahan.
c. Penataan parkir tidak terpisahkan dengan penataan lainnya seperti jalan,
pedestrian dan penghijauan.

6. Pertandaan (Signage)
a. Penempatan signage Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan,
termasuk papan iklan/reklame, harus membantu orientasi tetapi tidak mengganggu
karakter lingkungan yang ingin diciptakan/dipertahankan, baik penempatannnya
pada bangunan, kavling, pagar, atau pun ruang publik.
b. Penataan bangunan dan lingkungan harus berorientasi pada lingkungan /kawasan
sehingga tercipta keharmonisan lingkungan, Oleh sebab itu mesti dilakukan
pengaturan dan pembatasan pada signage berkaitan dengan ukuran, bahan, motif,
dan lokasi signage diatur dan ditentukan tersendiri.

B. Pencahayaan Ruang Luar Bangunan


1. Pencahayaan ruang luar bangunan Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan harus disediakan dengan memperhatikan karakter lingkungan, fungsi dan
arsitektur bangunan, estetika amenity, dan komponen promosi.
2. Pencahayaan yang dihasilkan harus memenuhi keserasian dengan pencahayaan dari
dalam bangunan dan pencahayaan dari jalan umum.
3. Pencahayaan mesti didesain agar memanfaatkan penerangan ruang luar alami tetapi
juga tidak berlebihan sehingga silau, visual yang tidak menarik. Hal ini akan dapat
mendukung usaha pencapaian efisiensi energi yang memperhatikan aspek operasi dan
pemeliharaan.

IV. Pengelolaan Dampak Lingkungan


A. Dampak Lingkungan
1. Setiap kegiatan dalam bangunan dan atau lingkungannya sebaiknya dilengkapi
dengan AMDAL sesuai ketentuan yang berlaku, agar kehadiran bangunan tidak
mengganggu dan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
2. Setiap kegiatan dalam bangunan dan atau lingkungannya yang menimbulkan dampak
positif terhadap lingkungan, atau secara teknologi sudah dapat dikelola dampak
terhadap lingkungannya, maka tidak perlu dilengkapi dengan AMDAL, tetapi
diharuskan melakukan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL) sesuai ketentuan yang berlaku.

27
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

3. Kegiatan yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan akibat


kehadiran Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, antara lain :
a. menghilangkan benda-benda dan bangunan peninggalan sejarah yang bernilai
tinggi;
b. mengubah atau memodifikasi areal yang mempunyai nilai keindahan alami yang
tinggi;
c. mengakibatkan/menimbulkan konflik atau kontroversi dengan masyarakat, dan atau
pemerintah.

B. Ketentuan Pengelolaan Dampak Lingkungan


Jenis-jenis kegiatan pada pembangunan Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan dan atau lingkungannya yang wajib AMDAL, adalah sesuai Ketentuan
Pengelolaan Dampak Lingkungan yang berlaku.

Jenis-jenis kegiatan pada pembangunan gedung Kantor Badan Penyelenggara Jaminan


Sosial Kesehatan dan atau lingkungannya yang harus melakukan Upaya Pengelolaan
Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) adalah sesuai ketentuan yang
berlaku.

C. Persyaratan Teknis Pengelolaan Dampak Lingkungan


1. Persyaratan Bangunan
a. Pada bangunan Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang
menggunakan kaca pantul pada tempat bangunan, sinar yang dipantulkan tidak
boleh melebihi 24% dan dengan memperhatikan tata letak serta orientasi bangunan
terhadap matahari.
b. Bangunan Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan lingkup Divisi
Regional atau Kantor Cabang yang menurut fungsinya memerlukan pasokan air
bersih dengan debit > 5 l/dt atau > 500 m3/hari dan akan mengambil sumber air
tanah dangkal dan atau air tanah dalam (deep well) harus mendapat ijin dari dinas
terkait yang bertanggung jawab serta menggunakan air hanya untuk keperluan
darurat atau alternatif dari sumber utama PDAM.
c. Guna pemulihan cadangan air tanah dan mengurangi debit air larian, maka setiap
tapak bangunan gedung Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
harus dilengkapi dengan resapan dan septictank yang ukurannya disesuaikan
dengan standar teknis yang berlaku.

2. Persyaratan Pelaksanaan Konstruksi


a. Setiap Kegiatan konstruksi Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
yang menimbulkan genangan baru sekitar tapak bangunan harus dilengkapi
dengan saluran pengering genangan sementara yang nantinya dapat dibuat
permanen dan menjadi bagian sistem drainase yang ada.

28
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

b. Setiap kegiatan pelaksanaan konstruksi yang dapat menimbulkan gangguan


terhadap lalu lintas umum harus dilengkapi dengan rambu-rambu lalu lintas yang
dioperasikan dan dikendalikan oleh tim pengatur lalu lintas.
c. Penggunaan hammer pile untuk pemancangan pondasi hanya diijinkan bila tidak
ada bangunan rumah sakit di sekitarnya, atau tidak ada bangunan rumah yang
rawan keretakan.
d. Penggunaan peralatan konstruksi yang diperkirakan menimbulkan keretakan
bangunan, sekelilingnya harus dilengkapi dengan kolam peredam getaran.
e. Setiap kegiatan pengeringan (dewatering) yang menimbulkan kekeringan sumur
penduduk harus memperhitungkan pemberian kompensasi berupa penyediaan air
bersih kepada masyarakat selama pelaksanaan kegiatan, atau sampai sumur
penduduk pulih seperti semula.

3. Pembuangan Limbah Cair dan Padat


a. Setiap bangunan yang menghasilkan limbah cair dan padat atau buangan lainnya
yang dapat menimbulkan pencemaran air dan tanah, harus dilengkapi dengan
sarana pengumpulan dan pengolahan limbah sebelum dibuang ke tempat
pembuangan yang diijinkan dan atau ditetapkan oleh instansi yang berwenang.
b. Sarana pengumpulan dan pengolahan air limbah harus dipelihara secara berkala
untuk menjamin kualitas effluent yang memenuhi standar baku mutu limbah cair.
c. Sampah yang dikumpulkan di sarana pengumpulan sampah padat harus selalu
dikosongkan setiap hari untuk menjamin agar lalat tidak berkembang biak dan
mengganggu kesehatan lingkungan bangunan gedung.

4. Pengelolaan Daerah Bencana


a. Suatu daerah dapat ditetapkan sebagai daerah bencana, daerah banjir, dan yang
sejenisnya.
b. Pada daerah bencana dapat ditetapkan larangan membangun atau menetapkan
tata cara dan persyaratan khusus di dalam membangun, dengan memperhatikan
keamanan, keselamatan dan kesehatan lingkungan.
c. Lingkungan bangunan yang mengalami kebakaran dapat ditetapkan sebagai
daerah tertutup dalam jangka waktu tertentu, dibatasi, atau dilarang membangun
bangunan.
d. Bangunan-bangunan pada lingkungan bangunan yang mengalami bencana,
dengan memperhatikan keamanan, keselamatan dan kesehatan, dapat
diperkenankan mengadakan perbaikan darurat, bagi bangunan yang rusak atau
membangun bangunan sementara untuk kebutuhan darurat dalam batas waktu
penggunaan tertentu dan dapat dibebaskan dari perijinan.

29
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Bab V
Standarisasi Desain Gedung

30
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

I. Kantor Pusat
A. Lobby dan Receptionist

Gambar 5.1.1. Perspektif Lobby Receptionist Kantor Pusat

Gambar 5.1.2 Tampak dan Detail Backdrop Lobby Receptionist

31
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.1.3. Tampak Depan Meja Counter Lobby Receptionist

Gambar 5.1.4. Denah Meja Counter Lobby Receptionist

32
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.1.5. Tampak Belakang Meja Counter Lobby Receptionist

Gambar 5.1.6. Tampak Samping Meja Counter Lobby Receptionist

33
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.1.7. Potongan Meja Counter Lobby Receptionist

Gambar 5.1.8. Detail Potongan Meja Counter Lobby Receptionist

34
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

B. Ruang Kepala Grup

Gambar 5.1.9. Perspektif Ruang Kepala Grup

35
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.1.10. Denah Ruang Kepala Grup

36
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.1.11. Tampak-A Ruang Kepala Grup

Gambar 5.1.12. Tampak-C Ruang Kepala Grup

37
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.1.13. Tampak-B Ruang Kepala Grup

Gambar 5.1.14. Tampak-D Ruang Kepala Grup

38
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

C. Ruang Kepala Departemen

Gambar 5.1.15. Perspektif Ruang Kepala Departemen

39
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.1.16. Denah Ruang Kepala Departemen

Gambar 5.1.17. Tampak-A Ruang Kepala Departemen

40
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.1.18. Tampak-B Ruang Kepala Departemen

41
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

D. Ruang Staff

Gambar 5.1.19. Perspektif Ruang Staff

42
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.1.20. Denah Workstation Cubical Staff

43
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

E. Ruang Sekretaris

Gambar 5.1.21. Perspektif Ruang Sekretaris

Gambar 5.1.22. Denah Ruang Sekretaris

44
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.1.23. Tampak-A Ruang Sekretaris

Gambar 5.1.24. Tampak-B Ruang Sekretaris

45
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

F. Ruang Rapat Grup

Gambar 5.1.25. Perspektif Ruang Rapat Grup

46
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.1.26. Denah Ruang Rapat Grup

47
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.1.27. Tampak-A Ruang Rapat Grup

Gambar 5.1.28. Tampak-C Ruang Rapat Grup

48
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.1.29. Tampak-B Ruang Rapat Grup (Backdrop)

Gambar 5.1.30. Potongan-A Backdrop Ruang Rapat Grup

49
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

POTONGAN B POTONGAN C

Gambar 5.1.31. Potongan-B & C Backdrop Ruang Rapat Grup

50
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

G. Pantry
1

Gambar 5.1.32. Denah Pantry Kantor Pusat

51
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

POTONGAN 1 POTONGAN 2

Gambar 5.1.33. Potongan Pantry Kantor Pusat

52
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

H. Toilet

Gambar 5.1.34. Denah Toilet Kantor Pusat

53
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.1.35. Potongan-1 Toilet Kantor Pusat

Gambar 5.1.39. Potongan-2 Toilet Kantor Pusat

54
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.1.36. Potongan-3 Toilet Kantor Pusat

Gambar 5.1.37. Potongan-4 Toilet Kantor Pusat

55
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

II. Kantor Divisi Regional

Gambar 5.2.1. Perspektif Kantor Divisi Regional

Gambar 5.2.2. Tampak Depan Kantor Divisi Regional

56
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.2.3. Tampak Samping Kanan Kantor Divisi Regional

Gambar 5.2.4. Tampak Belakang Kantor Divisi Regional

57
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.2.5. Tampak Samping Kiri Kantor Divisi Regional

58
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.2.6. Blokplan Kantor Divisi Regional

59
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.2.7. Denah Lantai-1 Kantor Divisi Regional

60
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.2.8. Denah Lantai-2 Kantor Divisi Regional

61
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

III. Interior Kantor Divisi Regional


A. Lobby dan Receptionist

Gambar 5.3.1. Perspektif Lobby dan Receptionist Kantor Divisi Regional

Gambar 5.3.2. Tampak dan Detail Backdrop Lobby Receptionist

62
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

B. Ruang Kepala Divisi Regional

Gambar 5.3.3. Perspektif Ruang Kepala Divisi Regional

63
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.3.4. Denah Ruang Kepala Divisi Regional

Gambar 5.3.5. Tampak-A Ruang Kepala Divisi Regional

64
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.3.6. Tampak-B Ruang Kepala Divisi Regional

Gambar 5.3.7. Tampak-C Ruang Kepala Divisi Regional

65
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

C. Ruang Kepala Departemen

Gambar 5.3.8. Perspektif Ruang Kepala Departemen

66
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.3.9. Perspektif Ruang Kepala Departemen Keuangan

Gambar 5.3.10. Denah Ruang Kepala Departemen

67
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.3.11. Tampak-A Ruang Kepala Departemen

Gambar 5.3.12. Tampak-C Ruang Kepala Departemen

68
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.3.13. Tampak-B Ruang Kepala Departemen

Gambar 5.3.14. Denah Ruang Kepala Departemen Keuangan

69
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

D. Ruang Staff

Gambar 5.3.15. Perspektif Ruang Staff dan Workstation Cubical

70
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.3.16. Denah Workstation Cubical Staff

Gambar 5.3.17. Tampak-A Workstation Cubical Staff

71
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.3.2.18. Tampak-B Workstation Cubical Staff

Gambar 5.3.19. Tampak-C Workstation Cubical Staff

72
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

E. Ruang Sekretaris

Gambar 5.3.20. Perspektif Ruang Sekretaris

Gambar 5.3.21. Denah Ruang Sekretaris

73
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.3.22. Tampak-A Denah Ruang Sekretaris

Gambar 5.3.23. Tampak-B Denah Ruang Sekretaris

74
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

F. Ruang Rapat

Gambar 5.3.24. Perspektif Ruang Rapat Kantor Divisi Regional

75
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.3.25. Denah Ruang Rapat Kantor Divisi Regional

76
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.3.26. Tampak-A Ruang Rapat Kantor Divisi Regional

Gambar 5.3.27. Tampak-B Ruang Rapat Kantor Divisi Regional

77
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.3.28. Backdrop Ruang Rapat Kantor Divisi Regional

Gambar 5.3.29. Potongan-A Backdrop Ruang Rapat Kantor Divisi Regional

78
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

POTONGAN B POTONGAN C

Gambar 5.3.30. Potongan-B & C Backdrop Ruang Rapat Kantor Divisi Regional

79
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

G. Pantry

Gambar 5.3.31. Denah Pantry Kantor Divisi Regional

Gambar 5.3.32. Tampak-A Pantry Kantor Divisi Regional

80
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

H. Toilet

C D

Gambar 5.3.33. Denah Toilet Kantor Divisi Regional

81
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.3.34. Potongan-A Toilet Kantor Divisi Regional

Gambar 5.3.35. Potongan-B Toilet Kantor Divisi Regional

82
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.3.36. Potongan-C Toilet Kantor Divisi Regional

Gambar 5.3.37. Potongan-D Toilet Kantor Divisi Regional

83
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

IV. Kantor Cabang

Gambar 5.4.1. Perspektif Kantor Cabang (Alternatif-1)

Gambar 5.4.2. Tampak Depan Kantor Cabang (Alternatif-1)

84
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.4.3. Tampak Samping Kanan Kantor Cabang (Alternatif-1)

Gambar 5.4.4. Tampak Belakang Kantor Cabang (Alternatif-1)

Gambar 5.4.5. Tampak Samping Kiri Kantor Cabang (Alternatif-1)

85
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.4.6. Blokplan Kantor Cabang (Alternatif-1)

86
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.4.7. Denah Lantai-1 Kantor Cabang (Alternatif-1)

87
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.4.8. Denah Lantai-2 Kantor Cabang (Alternatif-1)

88
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.4.9. Perspektif Kantor Cabang (Alternatif-2)

Gambar 5.4.10. Tampak Depan Kantor Cabang (Alternatif-2)

89
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.4.11. Tampak Samping Kanan Kantor Cabang (Alternatif-2)

Gambar 5.4.12. Tampak Belakang Kantor Cabang (Alternatif-2)

Gambar 5.4.13. Tampak Samping Kiri Kantor Cabang (Alternatif-2)

90
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.4.14. Blokplan Kantor Cabang (Alternatif-2)

91
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.4.15. Denah Lantai-1 Kantor Cabang (Alternatif-2)

92
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.4.15. Denah Lantai-2 Kantor Cabang (Alternatif-2)

93
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

V. Interior Kantor Cabang


A. Counter Pelayanan dan Ruang Tunggu Peserta

Gambar 5.5.1. Persepektif Counter Pelayanan dan


Ruang Tunggu Peserta Kantor Cabang

94
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.5.2. Tampak Depan Counter Pelayanan dan


Ruang Tunggu Peserta Kantor Cabang

Gambar 5.5.3. Tampak Samping Counter Pelayanan dan


Ruang Tunggu Peserta Kantor Cabang

95
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.5.4. Detail Backdrop Counter

B. Ruang Kepala Cabang

96
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.5.5. Perspektif Ruang Kepala Cabang

Gambar 5.5.6. Denah Ruang Kepala Cabang

97
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.5.7. Tampak-A Ruang Kepala Cabang

Gambar 5.5.8. Tampak-B Ruang Kepala Cabang

Gambar 5.5.9. Tampak-C Ruang Kepala Cabang

98
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

C. Ruang Kepala Unit

Gambar 5.5.10. Perspektif Ruang Kepala Unit

99
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.5.11. Perspektif Ruang Kepala Unit Keuangan

Gambar 5.5.12. Denah Ruang Kepala Unit

100
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.5.13. Tampak-A Ruang Kepala Unit

Gambar 5.5.14. Tampak-B Ruang Kepala Unit

101
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.5.15. Tampak-c Ruang Kepala Unit

Gambar 5.5.16. Denah Ruang Kepala Unit Keuangan

102
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

D. Ruang Staff

Gambar 5.5.17. Perspektif Ruang Staff dan Workstation Cubical

103
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.5.18. Denah Workstation Cubical Staff

Gambar 5.5.19. Tampak-A Workstation Cubical Staff

104
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.5.20. Tampak-B Workstation Cubical Staff

Gambar 5.5.21. Tampak-C Workstation Cubical Staff

105
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

E. Ruang Sekretaris

Gambar 5.5.22. Perspektif Ruang Sekretaris

Gambar 5.5.23. Denah Ruang Sekretaris

106
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

F. Ruang Rapat

Gambar 5.5.24. Perspektif Ruang Rapat Kantor Cabang

107
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.5.25. Denah Ruang Rapat Kantor Cabang

108
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.5.26. Tampak-A Ruang Rapat Kantor Cabang

Gambar 5.5.27. Tampak-B Ruang Rapat Kantor Cabang

109
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.5.28. Backdrop Ruang Rapat Kantor Cabang

Gambar 5.5.29. Potongan-A Backdrop Ruang Rapat Kantor Cabang

110
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

POTONGAN B POTONGAN C

Gambar 5.5.30. Potongan-B & C Backdrop Ruang Rapat Kantor Cabang

111
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

G. Ruang Konsultasi dan Unit Pengaduan Peserta

Gambar 5.5.31. Perspektif Ruang Konsultasi dan Unit Pengaduan Peserta

Gambar 5.5.32. Denah Ruang Konsultasi dan Unit Pengaduan Peserta

112
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

H. Pantry

Gambar 5.5.33. Denah Pantry Kantor Cabang

Gambar 5.5.34. Tampak-A Pantry Kantor Cabang

113
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.5.35. Tampak-B Pantry Kantor Cabang

114
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

I. Toilet

Gambar 5.5.36. Denah Toilet Kantor Cabang

115
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.5.37. Potongan-A Toilet Kantor Cabang

Gambar 5.5.38. Potongan-B Toilet Kantor Cabang

116
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.5.39. Potongan-C Toilet Kantor Cabang

VI. Kantor Layanan Operasional Kabupaten/Kota

Gambar 5.6.1. Perspektif Kantor Layanan Operasional Kabupaten/Kota

117
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.6.2. Tampak Depan Kantor Layanan Operasional Kabupaten/Kota

Gambar 5.6.3. Tampak Samping Kanan Kantor Layanan Operasional Kabupaten/Kota

Gambar 5.6.4. Tampak Belakang Kantor Layanan Operasional Kabupaten/Kota

118
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.6.5. Tampak Samping Kiri Kantor Layanan Operasional Kabupaten/Kota

Gambar 5.6.6. Blokplan Kantor Layanan Operasional Kabupaten/Kota

119
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.6.7. Denah Kantor Layanan Operasional Kabupaten/Kota

120
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

VII. Counter BPJS Kesehatan Center

Gambar 5.7.1. Perspektif Eksterior BPJS Kesehatan Center

Gambar 5.7.2. Denah BPJS Kesehatan Center

121
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.7.3. Wall Sign BPJS Kesehatan Center

122
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.7.4. Denah Ruang Konsultasi BPJS Kesehatan Center


(Ukuran Ruang 5,00 x 6,00 meter)

Gambar 5.7.5. Denah Ruang Konsultasi BPJS Kesehatan Center


(Ukuran Ruang 4,00 x 6,00 meter)

123
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.7.6. Perspektif Interior Counter BPJS Kesehatan Center


(Alternatif-1)

Gambar 5.7.7. Denah Counter BPJS Kesehatan Center


(Alternatif-1)

124
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.7.8. Perspektif Interior Counter BPJS Kesehatan Center


(Alternatif-2)

Gambar 5.7.9. Denah Counter BPJS Kesehatan Center


(Alternatif-2)

125
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

ALTERNATIF 1 ALTERNATIF 2

Gambar 5.7.10. Potongan Counter BPJS Kesehatan Center

Gambar 5.7.11. Gawangan Pintu Ruang BPJS Kesehatan Center

126
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

VIII. Counter Liaison Office (LO)

Gambar 5.8.1. Perspektif Interior Counter Liaison Office

Gambar 5.8.2. Denah Counter Liaison Office

127
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

IX. Garasi Kendaraan Operasional

Gambar 5.9.1. Persepektif Garasi Kendaraan Operasional

Gambar 5.9.2. Denah Garasi Kendaraan Operasional

128
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

X. Gudang Penyimpanan File Inaktif

Gambar 5.10.1. Perspektif Gudang Arsip Inaktif

Gambar 5.10.2. Denah Gudang Arsip Inaktif

Gambar 5.10.3. Detail Kisi-Kisi Udara Gudang Arsip Inaktif

129
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

XI. Rumah Genset

Gambar 5.11.1. Perspektif Rumah Genset

Gambar 5.11.2. Denah Rumah Genset

130
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

XII. Pos Security

Gambar 5.12.1. Perspektif Pos Security

Gambar 5.12.2. Tampak Depan Pos Security

131
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.12.3. Tampak Samping Kanan Pos Security

Gambar 5.12.4. Tampak Belakang Pos Security

132
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 5.12.5. Tampak Samping Kiri Pos Security

Gambar 5.11.6. Denah Pos Security

133
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Bab VI
Spesifikasi dan Elemen Bangunan
Huluan

134
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

I. Spesifikasi Bahan Bangunan

GRILL STAINLESS STEEL

CLADING BATU ALAM

DINDING BETON RINGAN

KOLOM KANOPI WARNA BIRU

KONGLIONG WARNA HIJAU

KACA TEMPERED 12mm

HOLLOW WARNA COKLAT

CLADING BATU SUSUN SIRIH

Gambar 6.1.1. Spesifikasi Eksterior Bangunan

135
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Tabel 1. Spesifikasi Material yang Digunakan

SPESIFIKASI MATERIAL
STRUKTUR
STRUKTUR BAWAH  Pondasi  Pondasi tapak (Footplat)
(SUB STRUCTURE)  Pondasi batu kali
 Pondasi bor pile / tiang pancang
STRUKTUR ATAS  Balok  Beton bertulang
(UPPER STRUCTURE)  Kolom  Beton bertulang
 Plat Lantai  Beton bertulang
 Dinding  Beton ringan atau Batu bata finish
acian
 Rangka Atap  Baja ringan
ARSITEKTUR
FINISHING LANTAI  Teras dan Lobby  Homogeneus Tile 60 x 60 cm (warna
 Ruang Kerja cream dengan border hitam)
 Ruang Kepala Grup /  Karpet tile (tipe Thistle 30512 Sand)
Divisi Regional
 Ruang Kepala Cabang  Homogeneus Tile 60 x 60 cm (warna
cream)
 Ruang Kepala  Homogeneus Tile 60 x 60 cm (warna
Departemen cream)
 Ruang Kepala Unit  Homogeneus Tile 60 x 60 cm (warna
cream)
 Ruang Rapat Grup  Karpet tile (tipe Thistle 30512 Sand)
 Ruang Rapat Divisi  Homogeneus Tile 60 x 60 cm (warna
Regional / Cabang cream)
 Toilet  Keramik 30 x 30 cm
 Ruang Service  Keramik 30 x 30 cm
FINISHING DINDING  Eksterior  Cat tembok wheater shield (warna
putih, abu-abu, cokelat)
 Batu alam andesit (warna abu tua)
 Batu alam susun sirih finish coating
clear
 Alumunium Composite Panel (ACP)

 Interior  Wallpaper (tipe Bravo 18302 cream)


 Kaca tempered 8 mm (Dinding)
 Kaca tempered 12 mm (Pintu)
 Kaca 5 mm (Jendela)
 Grill stainless steel
 Partisi gypsum 12 mm dengan rangka
hollow 4 X 4 cm
 Keramik 20 x 20 cm  dinding toilet
 Keramik 25 x 33 cm (warna putih)
dinding tempat wudhu

136
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

PINTU DAN JENDELA  Kusen dan daun  Alumunium finish coating (warna
jendela putih)  ruang luar
 Kusen pintu  Kayu Kamper oven finish cat melamik
(warna coklat tua)  ruang dalam
 Daun pintu  Panel
 Double plywood
PLAFOND  Gypsum 9 mm dengan rangka hollow
4 X 4 cm
PENUTUP ATAP  Atap Datar : Beton bertulang dengan
lapisan waterproof
 Atap miring : zincalum / galvanis
MEKANIKAL – ELEKTRIKAL – PLUMBING
AIR BERSIH  Sumur bor / PAM
 Ground Water Tank (GWT) / Roof Tank
AIR KOTOR  Septic tank

SANITAIR  Kloset Duduk


 Wastafel
 Urinior
 Kran, shower, jet washer

(merk minimal setara TOTO atau


American Standard)
Daya listrik Sesuai Kebutuhan

II. Elemen Ruang Luar

Elemen ruang luar sebagai signage dari Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan adalah Logo dan nama yang dipasang di bagian luar bangunan dan pada
backdrop lobby serta menjadi inspirasi style penataan ruang dalam yang menjadikan
keseluruhan desain menyatu dan terkoordinasi.

Makna, ketentuan serta ukuran logo dan nama telah ditetapkan oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, sebagai berikut :

1. Logo BPJS Kesehatan merujuk pada SK Direksi No. 224 Tahun 2013
Bentuk/format Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan berpedoman pada
format yang telah ada, sebagai berikut :
a. Simbol :
Bentuk dasar logo adalah simbol dari 4 (empat) elemen penting yang saling
berkaitan erat didalam pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan. Keempat elemen ini divisualisasikan dengan 4 (empat) orang yang
saling bergandengan, gotong royong, dan merangkul sebagai wujud sikap
perlindungan atas jaminan kesehatan.

137
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

b. Panah warna hijau sebanyak 4 buah yang berputar :


Mencerminkan sebuah lembaga yang mementingkan kesehatan seluruh
masyarakat Indonesia yang dilakukan secara terus menerus (kontinuitas) serta
menumbuhkan sebuah kepercayaan kepada peserta.

c. 4 (empat) Elemen Warna Hijau :


- Pemerintah
- Fasilitas Kesehatan
- Peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
- Instansi/Penyelenggara Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan

d. Makna :
4 (empat) elemen yang saling merangkul (gotong royong) mencerminkan sebuah
kepedulian, kebersamaan, serta kepercayaan dalam memberikan kepastian
pelayanan, perlindungan dan jaminan kesehatan sebagai dasar kebaikan untuk
seluruh masyarakat Indonesia. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
merupakan sebuah kepedulian yang berkontribusi pada pemeliharaan kesehatan
dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat
Indonesia.

2. Logotype merujuk pada SK Direksi No. 224 Tahun 2013.


a. Logotype adalah bentuk tulisan ”BPJS Kesehatan“ yang singkat yang mencerminkan
jaminan yang diberikan efektif dan efisien.
b. Tulisan ”BPJS Kesehatan“ dan “Badan Penyelenggara Jaminan Sosial“ terdiri dari
“BPJS“, “Kesehatan“ dan “Badan Penyelenggara Jaminan Sosial“ dengan jenis
huruf eyechart display dengan bentuk :
 Tulisan “BPJS” dan “Badan Penyelenggara Jaminan Sosial“ warna biru outline
hijau
 Tulisan “Kesehatan“ warna hijau outline biru.
c. Arti warna :
 Warna biru : Melambangkan arti kejujuran dan kedamaian
 Warna hijau : Melambangankan kemurnian dan kesehatan

3. Logo Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan :

138
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

4. Papan Nama :
a. Format logo pada papan nama untuk Kantor Pusat, Kantor Divisi Regional, Kantor
Cabang, Kantor Layanan Operasional Kabupaten/Kota, dan BPJS Kesehatan Center
sesuai dengan logo dengan tulisan “BPJS Kesehatan - Badan PenyelengaraJaminan
Sosial".
b. Ukuran papan nama :
- Kantor Divisi Regional : Panjang = min. 275 cm
Lebar = min. 50 cm
- Kantor Cabang : Panjang = min. 275 cm
Lebar = min. 50 cm
- KLO Kabupaten/Kota : Panjang = min. 165 cm
Lebar = min. 30 cm
- BPJS Kesehatan Center : Panjang = min. 165 cm
Lebar = min. 30 cm

III. Kelengkapan Bangunan

Kelengkapan bangunan yang direncanakan terdiri dari kelengkapan administrasi/legalitas


dan kelengkapan fisik (fasilitas) bangunan.

A. Kelengkapan Administrasi
Secara administrasi setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif
yang meliputi:
1. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah
2. Status kepemilikan bangunan gedung
3. Izin Mendirikan Bangunan gedung

Izin Mendirikan Bangunan Gedung (IMB) adalah perijinan yang diberikan oleh Pemerintah
Daerah kepada pemilik bangunan gedung untuk membangun baru, memperluas,
mengurangi, dan/atau merawat bangunan gedung sesuai dengan persyaratan administrasi
dan teknis yang berlaku.

Permohonan Izin Mendirikan Bangunan Gedung (PIMB) adalah permohonan yang dilakukan
oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan kepada Pemerintah Daerah untuk
mendapatkan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dalam rangka renovasi/pembangunan
gedung Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.

139
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

B. Kelengkapan Fisik / Fasilitas


Fasilitas ruang yang diusulkan sesuai dengan karakter pelayanan di setiap Kantor Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dapat dilihat pada tabel 3. Kebutuhan Ruang
dan tabel 4. Luas Ruangan untuk empat klasifikasi kantor, yaitu:
- Kantor Divisi Regional
- Kantor Cabang Kelas Utama / Kelas A
- Kantor Cabang Kelas B
- Kantor Layanan Operasional Kabupaten/Kota

C. Detail Elemen Bangunan


Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan merupakan Badan yang memiliki sebuah
brand image yang kuat sebagai penyelenggara Jaminan kesehatan di Indonesia. Oleh
karena itu, dibutuhkan sebuah bentuk, warna, dan karakter yang seragam dari seluruh
bangunannya. Berdasarkan kebutuhan tersebut, maka elemen – elemen yang memperkuat
karakter tersebut harus diterapkan pada bangunan yang baru maupun yang lama.

PRIORITAS 1. KOLOM DAN KANOPI ENTRANCE

Gambar 6.3.1. Perspektif Kolom dan Kanopi Entrance

140
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 6.3.2. Denah Kolom dan Kanopi Entrance

Gambar 6.3.3. Tampak Depan Kolom dan Kanopi Entrance

141
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 6.3.4. Tampak Samping Kolom dan Kanopi Entrance

142
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

PRIORITAS 2. GAWANGAN PINTU UTAMA

Gambar 6.3.5. Perspektif Gawangan Pintu Utama

Gambar 6.3.6. Tampak Depan Gawangan Pintu Utama

143
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 6.3.7. Denah Gawangan Pintu Utama

Gambar 6.3.8. Detail Handle Pintu Utama

144
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

PRIORITAS 3. DINDING LOGO EKSTERIOR

Gambar 6.3.9. Perspektif Dinding Logo Eksterior

Gambar 6.3.10. Tampak Depan Dinding Logo Eksterior

Gambar 6.3.11. Denah Dinding Logo Eksterior

145
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

PRIORITAS 4. BACKDROP LOBBY DAN COUNTER PELAYANAN

Gambar 6.3.12. Perspektif Backdrop

Gambar 6.3.13 Tampak Depan dan Detail Backdrop

146
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

PRIORITAS 5. MEJA COUNTER PELAYANAN

Gambar 6.3.14. Perspektif Meja Counter Pelayanan

Gambar 6.3.15. Tampak Depan Meja Counter Pelayanan

BAGIAN PALING UJUNG KIRI BAGIAN SELANJUTNYA

Gambar 6.3.16. Detail Tampak Depan Meja Counter Pelayanan

147
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

TAMPAK DEPAN TAMPAK SAMPING

Gambar 6.3.17. Dimensi Meja Counter Pelayanan (1 Bagian)

PRIORITAS 6. ATAP MIRING

Gambar 6.3.18. Tampak Depan Atap Miring

148
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 6.3.19. Detail Atap Miring

Gambar 6.3.20. Denah Atap Miring

Prioritas satu sampai dengan enam merupakan elemen yang wajib diterapkan pada semua
bangunan kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. Hal ini agar tercipta
keseragaman karakter dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. Apabila tidak
dapat diterapkan secara keseluruhan, maka penerapan elemen detail bangunan diterapkan
secara berurutan sesuai dengan prioritas yang telah ditentukan.

149
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

PRIORITAS 7. PINTU RUANGAN

Gambar 6.3.21. Perspektif Pintu Ruangan

Gambar 6.3.22. Denah Pintu Ruangan

150
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

PRIORITAS 8. BACKDROP RUANG KEPALA GRUP/DIVISI REGIONAL/CABANG

Gambar 6.3.23. Perspektif Backdrop Ruang Kepala


Grup/Divisi Regional/Cabang

Gambar 6.3.24. Tampak Depan Backdrop Ruang Kepala


Grup/Divisi Regional/Cabang

151
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 6.3.25. Potongan Backdrop Ruang Kepala


Grup/Divisi Regional/Cabang

POTONGAN B POTONGAN C

DETAIL A

Gambar 6.3.26. Potongan B & C Backdrop Ruang Kepala


Grup/Divisi Regional/Cabang

152
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

PRIORITAS 9. PAGAR LUAR & PINTU GERBANG

Gambar 6.3.27. Perspektif Pagar Luar

Gambar 6.3.28. Perspektif Pintu Gerbang

153
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 6.3.29. Denah Pagar Luar

Gambar 6.3.30. Tampak Depan Pagar Luar

Gambar 6.3.31. Potongan Pagar Luar

154
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 6.3.32. Denah Pintu Gerbang

Gambar 6.3.33. Tampak Depan Pintu Gerbang

Gambar 6.3.34. Tampak Belakang Pintu Gerbang

155
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 6.3.35. Tampak Samping Pintu Gerbang

PRIORITAS 10. TANGGA & RAILING

Gambar 6.3.36. Perspektif Tangga

156
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 6.3.37. Denah Tangga

Gambar 6.3.38. Potongan-2 Tangga

157
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 6.3.39. Detail-4 Potongan Tangga

Gambar 6.3.40. Detail Handrail Tangga

158
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

PRIORITAS 11. PORTAL

Gambar 6.3.41. Perspektif Portal

Gambar 6.3.42. Denah Portal

Gambar 6.3.43. Tampak Depan Portal

159
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

PRIORITAS 12. ROLLING PENGAMAN JENDELA KACA

Gambar 6.3.44. Perspektif Rolling Pengaman Jendela Kaca

Gambar 6.3.45. Denah Rolling Pengaman Jendela Kaca

160
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 6.3.46. Potongan Rolling Pengaman Jendela Kaca

Prioritas enam sampai dengan dua belas merupakan detail elemen yang harus diterapkan juga
dalam bangunan kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. Hal ini merupakan
detail yang dapat memperlengkap kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan,
namun untuk penerapan detail ini lebih fleksibel karena dapat dikondisikan dengan berbagai
kondisi terhadap bangunan eksisting.

161
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

IV. Kebutuhan Ruang

Tabel 2. Definisi Ruang

NO NAMA RUANG DEFINISI RUANG

1. Lobby Ruang perantara antara luar bangunan dengan dalam


bangunan. Berfungsi sebagai ruang transit untuk melakukan
kegiatan dengan Pegawai BPJS Kesehatan.

2. Resepsionis Berfungsi sebagai penerima tamu dan keperluan tamu,


sekaligus penghubung dengan Pegawai BPJS Kesehatan.

3. R. Tamu Ruang untuk tamu yang bersifat semi privat. Digunakan untuk
tamu Kepala Departemen, Kepala Unit, dan staff.

4. Counter Merupakan ruang untuk transaksi, claim, dan berbagai


kebutuhan pelayanan peserta BPJS Kesehatan.

5. R. Tunggu Peserta Ruang terbuka yang terdapat kursi untuk menunggu antrian
counter.

6. R. Konsultasi Peserta Ruang untuk konsultasi mengenai informasi BPJS Kesehatan


yang lebih spesifik, dan bisa juga digunakan untuk ruang Unit
Penanganan Pengaduan Peserta BPJS Kesehatan.

7. R. Pamer dan brosur Merupakan ruang terbuka yang berupa meja, dimana terdapat
berbagai brosur informasi terkait BPJS Kesehatan.

8. Kasir Merupakan loket tempat pembayaran berbagai macam


transaksi BPJS Kesehatan.

9. Toilet tamu Merupakan ruang ekskresi untuk tamu BPJS Kesehatan.

10. R. Fotocopy Ruang untuk menggandakan dokumen.

11. R. Kepala Grup / Divisi Regional Merupakan ruang aktivitas untuk Kepala Grup / Divisi Regional.

12. R. Kepala Departemen Merupakan ruang aktivitas untuk Kepala Departemen

13. R. Kepala Cabang Ruang aktivitas Kepala Kantor Cabang.

14. R. Kepala Unit Ruang kerja Kepala Unit.

15. R. Staff Ruang kerja staff.

162
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

16. R. Analis Ruang kerja analis untuk mengidentifikasi berkas

17. R. Sekretaris Ruang kerja Sekretaris.

18. R. Rapat Ruang yang berfungsi untuk rapat intern kantor.

19. R. Server Ruang pengoperasian jaringan komputer dan data kantor

20. R. Auditorium Ruang sebaguna yang dapat digunakan untuk berbagai


keparluan BPJS Kesehatan yang terdapat pada Kantor Divisi
Regional.

21. R. Persiapan Ruang yang berfungsi untuk menyiapkan keperluan bagi ruang
Auditorium.

22. Gudang Perkakas Auditorium Merupakan ruang penyimpanan berbagai alat dan kebutuhan
ruang Auditorium.

23. R. Penyimpanan file. Ruang untuk menyimpan berkas maupun file atau data aktif
yang digunakan oleh BPJS Kesehatan.

24. Gudang penyimpanan file. Merupakan gudang yang terletak dekat garasi motor, yang
berfungsi menyimpan data maupun berkas inaktif BPJS
Kesehatan yang sudah tidak terpakai.

25. Gudang perkakas Merupakan ruangan tempat penyimpanan alat-alat keperluan


kantor BPJS Kesehatan.

26. Pantry Ruangan yang merupakan dapur kantor.

27. Toilet Pria Merupakan ruang ekskresi untuk pegawai pria BPJS Kesehatan.

28. Toilet Wanita Merupakan ruang ekskresi untuk pegawai wanita BPJS
Kesehatan.

29. T. Wudhu Merupakan ruang mengambil air untuk sembahyang umat


muslim.

30. Musholla Merupakan ruangan untuk menunaikan ibadah. Bagi yang


Muslim

31. Janitor Merupakan ruangan kecil yang berfungsi sebagai tempat


penyimpanan berbagai alat kebersihan kantor BPJS Kesehatan.

32. Garasi Merupakan ruangan untuk parkir kendaraan operasional BPJS


Kesehatan.

163
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Tabel 3. Kebutuhan Ruang


KANTOR
CABANG
NAMA RUANG DIVISI CABANG KABUPATEN
UTAMA &
REGIONAL KELAS B / KOTA
KELAS A
1. Lobby √ √ √ √
2. Resepsionis √
3. R. Tamu √ √ √
4. Counter √ √ √
5. R. Tunggu Peserta √ √ √
6. R. Konsultasi Peserta √ √ √ √
7. R. Pamer dan brosur √ √ √
8. Kasir √ √
9. Toilet tamu √ √ √ √
10. R. Fotocopy √ √
11. R. Kepala Grup / Divisi Regional √
12. R. Kepala Departemen √ (5)
13. R. Kepala Cabang √ √
14. R. Kepala Unit √ (6) √ (5)
15. R. Staff √ (5) √ (6) √ (5) √
16. R. Analis √ (5)
17. R. Sekretaris √ √ √
18. R. Rapat √ √ √
19. R. Server √ √ √
20. R. Auditorium √
21. R. Persiapan √
22. Gudang Perkakas Auditorium √
23. R. Penyimpanan file. √ √ √ √
24. Gudang penyimpanan file. √ √ √
25. Gudang perkakas √ √ √ √
26. Pantry √ √ √ √
27. Toilet Pria √ (2) √ (2) √ (2) √
28. Toilet Wanita √ (2) √ (2) √ (2) √
29. T. Wudhu √ √ √ √
30. Musholla √ √ √ √
31. Janitor √ (2) √ (2) √ (2) √
32. Garasi √ √ √ √

Keterangan : √ menandakan ada


√ (…) menandakan ada dan jumlah

164
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Tabel 4. Luas Ruang


KANTOR
NAMA RUANG DIVISI KABUPATEN / GEDUNG
CABANG
REGIONAL KOTA ARSIP
`
Lobby 135 m² 115 m² 20 m² 18 m²
Resepsionis 12 m² 6 m² 8 m²
Counter 32 m² 10 m²
R. Konsultasi Peserta 17 m²
R. Pamer dan brosur 10 m² 6 m² 2 m²
R. Tunggu Peserta 45 m² 60 m² 32 m²
Kasir 3 m²
Toilet tamu 14 m² 10 m² 4 m² 13 m²
R. Fotocopy 9 m² 7 m²
R. Kepala Grup 65 m²
R. Kepala Kantor Layanan 16 m²
R. Kepala Departemen 30 m²
R. Staff 20 m² 20 m² 12 m² 40 m²
R. Kepala Cabang 48 m²
R. Kepala Unit 23 m²
R. Analis 23 m²
R. Server 20 m² 15 m² 30 m²
R. Sekretaris 23 m² 23 m²
R. Auditorium 130 m²
R. Persiapan 10 m²
G. Perkakas auditorium 16 m²
R. Rapat 40 m² 37 m²
R. Penyimpanan file 100 m² 80 m² 8 m²
G. Penyimpanan file 70 m² 70 m²
Pantry 16 m² 10 m² 5 m² 5 m²
Gudang 10 m² 6 m² 6 m² 7 m²
Toilet Pria 12 m² 12 m² 3 m² 10 m²
Toilet Wanita 12 m² 12 m² 10 m²
T. Wudhu 12 m² 6 m² 1 m² 4 m²
Musholla 30 m² 10 m² 5 m² 8 m²
Janitor 2 m² 2 m² 2 m²
Ruang Genset 38 m² 26 m² 10 m² 28 m²
Luasan lantai-1 kantor 649 m² 566 m² 143 m² 824 m²
Luasan lantai -2 kantor 757 m² 613 m²
Luasan total bangunan 1406 m² 1179 m² 143 m² 824 m²
Luasan sirkulasi dalam bangunan 25% 352 m² 294 m² 36 m² 206 m²
Luasan site 2187 m² 2155 m² 507 m² 2337 m²
Luasan sirkulasi site 25% 548 m² 539 m² 127 m² 585 m²

165
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

V. Tata Ruang Dalam


Ruang Dalam didesain dengan penyeragaman furniture dan elemen Ruang Dalam,
sehingga antar Kantor Divisi Regional, Kantor Cabang Utama, Kantor Cabang Kelas A,
Kantor Cabang Kelas, B serta Kantor Layanan Operasional Kabupaten/Kota Badan
Penyelenggara Jaminan Sosiaol Kesehatan memiliki standar furniture yang baik.

Agar didapatkan irama dan style yang terkoordinasi di seluruh bangunan, maka ruang
dalam kantor juga didesain dengan style yang seirama dengan facade bangunan. Desain
background ruang kerja ruang Kepala juga menggunakan pola facade bangunan yang
dimasukkan dalam ruang dengan tetap menggunakan ornamen minimalis modern.

Adanya void pada setiap lobby memberikan makna “menerima” tamu dengan hormat.
Void ini juga menambah kesan aliran ruang yang menerus dari lantai atas ke lantai bawah,
sehingga bangunan menjadi terintegrasi secara fungsi dan kegiatannya.

Karakter modern bahan stainless steel dan bentuk yang sederhana pada style minimalis
seperti pada handle, grill (kisi-kisi) dan frame kaca sebagai pencerminan pelayanan yang
cepat, mudah dan up to date.

Penzoningan ruang / zona ruang didasarkan pada karakter fasilitas dan kegiatannya yaitu
ruang publik, ruang semi publik (semi privat), ruang privat, dan ruang servis. Zona
merupakan suatu kumpulan ruang atau suatu area yang memiliki fungsi dan tujuan yang
hampir sama sehingga dapat digolongkan ke dalam beberapa zona, antara lain yang
diterapkan di Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, sebagai berikut :
1. Zona Publik merupakan zona yang terbuka dan dapat dimanfaatkan oleh orang umum,
yaitu: Lobby, Resepsionis, Ruang Tunggu, Counter, Kasir, dan Toilet Tamu.
2. Zona Semi Privat merupakan zona yang hanya dapat digunakan oleh orang yang
memiliki kepentingan yang berhubungan dengan orang yang bekerja pada ruangan
kantor. Ruangan yang termasuk dalam zona ini adalah: Ruang Tamu, Ruang Konsultasi
Peserta, dan Ruang Rapat.
3. Zona Privat merupakan zona yang dapat digunakan oleh orang tertentu, dalam hal ini
yang dapat masuk ke zona ini hanya pegawai Badan Penyelenggara Jaminan Sosiaol
Kesehatan. Ruangan yang termasuk dalam zona ini adalah: Ruang Kepala Divisi
Regional, Ruang Kepala Cabang, Ruang Kepala Departemen/Unit Keuangan, Ruang
Sekretaris, Ruang Arsip, Ruang Server, dan Ruang Kerja Staff Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan.
4. Zona Servis merupakan zona pendukung dari sebuah kantor Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan, yang berfungsi menunjang kegiatan kantor. Ruangan yang
termasuk dalam zona ini adalah: Pantry, Toilet, Musholla, Tempat Wudhu, janitor, dan
Gudang.

166
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Bab VII
Ketentuan dan Standarisasi
Gedung Arsip

167
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

I. Standar Penyimpanan Fisik Arsip


Di dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2012, Undang-Undang No. 43 Tahun 2009, Surat
Keputusan ANRI No. 12 Tahun 2000, Surat Keputusan ANRI No. 03 Tahun 2000, tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Kearsipan, disebutkan bahwa Pemerintah berusaha
menertibkan penyelenggaraan arsip-arsip dinamis dan pengumpulan, penyimpanan,
perawatan, penyelematan serta penggunaan arsip Inaktif, dijelaskan pula bahwa
Pemerintah berusaha mempertinggi mutu penyelenggaraan kearsipan Nasional dengan
menggiatkan usaha-usaha penyelenggaraan kearsipan diantaranya penetapan standar-
standar kearsipan. Salah satu standar kearsipan adalah standar penyimpanan fisik arsip.

II. Ruang Lingkup


Standar ini merupakan ketentuan minimal penyimpanan fisik arsip dari berbagai media yaitu
: kertas, foto hitam putih dan berwarna, magnetik, optik dan media-media arsip lainnya
yang diharapkan dapat disimpan secara aman, terjaga dan terpelihara serta mudah
ditemukan.

Standar ini dapat dibedakan dalam 2 (dua) tingkatan yaitu :


1. Ketentuan Minimal Penyimpanan Fisik Arsip dengan Jangka Simpan Kurang dari 30
Tahun.
2. Ketentuan Minimal Penyimpanan Fisik Arsip dengan Jangka Simpan 30 Tahun Lebih atau
Arsip Statis.

Standar ini merupakan bagian yang melengkapi standar sebelumnya yaitu Keputusan
Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2000 tentang Standar Minimal
Gedung dan Ruang Penyimpanan Arsip Inaktif.

Penyimpanan Fisik Arsip sebaiknya mempertimbangkan prinsip dasar sebagai berikut :

A. Lokasi
Tempat penyimpanan arsip jauh dari lokasi yang berbahaya seperti :
a) Area penyimpanan bahan kimia, dapur, Unit AC (diharuskan ada), kamar mandi atau
basement yang bukan diperuntukkan sebagai tempat penyimpanan arsip.
b) Jalan masuknya terkontrol dan terhindar dari unsur-unsur yang mengganggu keamanan
arsip.

168
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

B. Kontrol Lingkungan
1. Kontrol lingkungan dilakukan secara tepat sesuai dengan retensinya/jangka waktu
simpan arsip.
2. Untuk menjaga kondisi fisik arsip tetap baik suhu dijaga agar tidak melebihi 270 derajat
Celcius dan mempunyai kelembaban tidak lebih dari 60 %.
3. Pencahayaan langsung terhadap arsip dihindarkan.
4. Jendela tidak diutamakan, apabila jendela tidak bisa dihindari seyogyanya memasang
tirai.
5. Lingkungan harus bersih dari kontaminasi industri atau gas.
6. Sirkulasi udara yang bebas dan segar.
7. Ruang penyimpanan arsip media magnetik harus terlindung dari medan magnet.

C. Perlindungan
1. Adanya program pencegahan bahaya untuk menjamin arsip tidak hilang dan ditangani
secara baik.
2. Pencegahan kebakaran dan unsur lainnya termasuk pemasangan heat/smoke
detection, fire alarm, extinguisher, sprinkler system yang terpasang dimasing-masing
ruang/lantai ruang penyimpanan arsip.

D. Pemeliharaan
1. Program pemeliharaan arsip dan lokasi penyimpanan arsip harus dapat dilaksanakan
untuk menjamin kestabilan lingkungan yang cocok.
2. Pelaksanaan pengawasan penyimpanan arsip harus secara berkelanjutan dan berkala.
3. Perbaikan ruang penyimpanan arsip dilaksanakan secara cepat dan tepat.
4. Adanya perbaikan arsip segera setelah diketahui adanya kerusakan arsip.

E. Penanganan Arsip
1. Pencarian dan penggunaan arsip di lokasi penyimpanan menjadi subyek pokok
pengawasan untuk melindungi arsip dari kerusakan.
2. Penanganan terhadap arsip dilaksanakan secara hati-hati untuk mengurangi kerusakan
arsip serta menjamin pelestariannya.
3. Tehnik dan prosedur penanganan arsip dipahami dan dilaksanakan oleh seluruh
pengelola/pengguna arsip agar aman dan terlindung.
4. Penanganan secara hati-hati dalam proses fotocopi dan pengalihmediaan arsip
disesuaikan dengan peraturan dan standar yang berlaku.

169
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

F. Kemudahan Akses
1. Penyimpanan arsip harus memperhatikan kemudahan akses arsip yang diinginkan yaitu
harus mudah diidentifikasi, mudah diketahui lokasinya dan mudah ditemukan kembali.
2. Tersedianya standar dokumentasi dan daftar lokasi penyimpanan arsip.

G. Proteksi
1. Peralatan dan tempat penyimpanan arsip sebaiknya dapat menjamin arsip selalu
aman, mudah terjangkau dan terlindung dari bahaya.
2. Setiap peralatan dan tempat penyimpanan dijamin dalam keadaan bersih untuk
menjamin kebersihan.

H. Penanggungjawab Penyimpanan Arsip


Setiap instansi harus memiliki penanggungjawab penyimpanan arsip seperti Kepala
Sekretariat atau Manajer Arsip. Aktifitas penyimpanan ditangani oleh pengelola/arsiparis
yang memiliki kemampuan teknis profesional yang disyaratkan dalam penyimpanan arsip.

170
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

III. Ketentuan Minimal Penyimpanan Fisik Arsip


Penanganan Penyimpanan Fisik Arsip yang baik dilaksanakan melalui program manajemen
arsip yang benar-benar dikelola secara efektif dan efisien untuk menghindari biaya yang
tinggi agar dapat menjamin keselamatan dan kelestarian informasi arsip itu sendiri.

Tabel 5. Ketentuan Minimal Penyimpanan Fisik Arsip dengan Jangka Simpan 30 Tahun
Lebih atau Arsip Statis
KONDISI LINGKUNGAN PENGAMANAN PROTEKSI
FORMAT KUALITAS
SUHU/RH PENCAHAYAAN ALAT PEMADAM KEAMANAN PERALATAN KONTAINER PEMBUNGKUS
UDARA
Kertas (a) Suhu ± 20o C − Penyaring Lampu TL/neon − Heat/smoke − Pengawasan Rak baja Boks bebas Sampul, folder
− Files ± 2o C pembuang debu detection 24 jam baik asam dan amplop
− Cards RH ± 50% ± dan partikel lain, − Fire alarm fisik/elektronik bebas asam
− Computer 5% gas asam dan − Sprinkler − Alarm
printout dan oksidasi system system
sejenisnya − Ventilasi baik − Exlinguishers − Access
control

Kertas (b) Suhu ± 20o C − Penyaring Lampu TL/neon − Heat/smoke − Pengawasan Rak baja Boks bebas Lembaran
− Maps ± 2o C pembuang debu detection 24 jam baik asam kosong bebas
− Plans RH ± 50% ± dan partikel lain, − Fire alarm fisik/elektronik asam
− Charts 5% gas asam dan − Sprinkler − Alarm
oksidasi system system
− Ventilasi baik − Exlinguishers − Access
control

Media foto Suhu (18o C − Penyaring Lampu TL/neon − Heat/smoke − Pengawasan − Rak baja Boks bebas Amplop,
Hitam putih RH 35% pembuang debu detection 24 jam baik − Filing asam lembaran
atau warna menurunkan dan partikel lain, − Fire alarm fisik/elektronik cabinet kaleng/can film
− Sheet film selulose gas asam dan − Sprinkler − Alarm − Rak bebas asam
− Cine film asetat dan nitrat oksidasi system system bertingkat
− X-rays film harus − Ventilasi baik − Exlinguishers − Access − Rak kaca
− Mikroforms terpisah dari control dan
− Glass plate Arsip lain vertical
photo

171
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

KONDISI LINGKUNGAN PENGAMANAN PROTEKSI


FORMAT KUALITAS
SUHU/RH PENCAHAYAAN ALAT PEMADAM KEAMANAN PERALATAN KONTAINER PEMBUNGKUS
UDARA
Media foto Suhu (18o C − Penyaring Lampu TL/neon − Heat/smoke − Pengawasan Rak baja Boks bebas Amplop,
berwarna RH 35% pembuang debu detection 24 jam baik Filing cabinet, asam lembaran
− Sheet film menurunkan dan partikel lain, − Fire alarm fisik/elektronik rak kaleng/can film
− Cine film selulose gas asam dan − Sprinkler − Alarm bertingkat, bebas asam
nitrat film oksidasi system system rak kaca dan
harus − Ventilasi baik − Exlinguishers − Access vertikal
terpisah dari control
arsip lain

Jenis lain Suhu (5o C − Penyaring Lampu TL/neon − Heat/smoke − Pengawasan Rak baja Boks bebas −Amplop,
− Gramophone RH 35% ± pembuang debu detection 24 jam baik Filing cabinet, asam lembaran dan
disk 5% suhu RH dan partikel lain, − Fire alarm fisik/elektronik rak bertingkat, kaleng/ can
− Mixed media harus stabil, arsip gas asam dan − Sprinkler − Alarm rak kaca dan film bebas
system harus disesuaikan oksidasi system system vertikal bisa asam
sebelum dan − Ventilasi baik − Exlinguishers − Access disimpan di −material
sesudah disimpan control freezer atau pendingin harus
di ruang di refrigerator dalam kondisi
pendingin tersegel

Media Suhu 18o C ± − Penyaring Lampu TL/neon − Heat/smoke − Pengawasan Rak tidak Tidak
Magnetik 2o C pembuang debu tombol detection 24 jam baik mengandung mengandung
- Computer RH 35% ± dan partikel lain, pengatur − Fire alarm fisik/elektronik magnet magnet,
tapes dan 5% Suhu & gas asam dan waktu − Sprinkler − Alarm berkualitas
disks RH harus oksidasi system system segel, rak
- Video tapes stabil − Ventilasi baik − Exlinguishers − Access kaset
- Audio tapes control
KONDISI LINGKUNGAN PENGAMANAN PROTEKSI
- Magneto
FORMAT KUALITAS
optical disk SUHU/RH PENCAHAYAAN ALAT PEMADAM KEAMANAN PERALATAN KONTAINER PEMBUNGKUS
UDARA
Media Optic Suhu 18o C ± − Penyaring Lampu TL/neon − Heat/smoke − Pengawasan Berlapis Bebas asam Amplop,
− Compact dan 2o C pembuang Tombol detection 24 jam baik mesiu dan lembaran
mini disk RH 35% ± debu dan pengatur waktu − Fire alarm fisik/elektronik email metal bebas asam
− Laser disk 5% Suhu & partikel − Sprinkler − Alarm matang
RH harus lain; gas system system
stabil asam dan − Exlinguishers − Access
oksidasi control
− Ventilasi
baik

Jenis lain Suhu 20o C ± − Penyaring Lampu TL/neon − Heat/smoke − Pengawasan Rak baja Bebas asam Bebas asam
- Gramophone 2o C pembuang detection 24 jam baik Rak vertikal
disk RH 50% ± debu dan − Fire alarm fisik/elektronik untuk
- Mixed media 5% Suhu & partikel − Sprinkler − Alarm gramaphone
system RH harus lain; gas system system disk
stabil asam dan − Exlinguishers − Access
oksidasi control
− Ventilasi
baik

172
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

IV. Standar Desain Gedung Arsip

Gambar 7.4.1. Perspektif Gedung Arsip

Gambar 7.4.2. Tampak Depan Gedung Arsip

173
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 7.4.3. Tampak Samping Kiri Gedung Arsip

Gambar 7.4.4. Tampak Belakang Gedung Arsip

Gambar 7.4.5. Tampak Samping Kanan Gedung Arsip

174
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 7.4.6. Blockplan Gedung Arsip

175
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 7.4.7. Denah Lantai Dasar Gedung Arsip

176
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 7.4.8. Denah Lantai Atas Gedung Arsip

177
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Gambar 7.4.9. Perspektif Ruang Arsip

178
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Bab VIII
Pedoman Pemeliharaan /
Perawatan Gedung
5 oma

179
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Iha
raan/Perawatan Gedung
I. Definisi
Pemeliharaan adalah kegiatan menjaga keandalan bagunan gedung beserta prasarana
dan sarananya agar selalu layal fungsi. Selain itu, perawatan juga berarti kegiatan
memperbaiki dan/atau mengganti bagian bangunan gedung, komponen, bahan
bangunan, dan/atau prasarana dan sarana agar bangunan gedung Kantor Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan tetap layak fungsi.

Layak fungsi adalah suatu kondisi bangunan gedung yang memenuhi persyaratan
administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung yang
ditetapkan.
Pemeriksaan berkala adalah kegiatan pemeriksaan kondisi seluruh atau sebagian bagunan
gedung, komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarananya dalam
tenggang waktu tertentu guna mencapai kelayakan fungsi bangunan gedung Kantor
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.
Umur bangunan adalah jangka waktu bangunan dapat tetap memenuhi fungsi dan
keandalan bangunan, sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.

Penyusutan adalah nilai degradasi bangunan yang dihitung secara sama besar setiap
tahunnya selama jangka waktu umur bangunan. Untuk bangunan gedung pemerintah
seperti Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, nilai penyusutan adalah
sebesar 2% per tahun untuk bangunan gedung dengan minimum nilai sisa (salvage value)
sebesar 20%.
Penyusutan bangunan gedung pemerintah yang dibangun dengan konstruksi semi
permanen, penyusutannya sebesar 4% per tahun, sedangkan untuk konstruksi darurat
sebesar 10% per tahun dengan minimum nilai sisa (salvage value) sebesar 20%.

II. Kerusakan Bangunan


Kerusakan bangunan adalah tidak berfungsinya bangunan atau komponen bangunan
akibat penyusutan / berakhirnya umur bangunan, atau akibat ulah manusia atau perilaku
alam seperti beban fungsi yang berlebih, kebakaran, gempa bumi, atau sebab lain yang
sejenis.

Intensitas kerusakan bangunan dapat digolongkan atas 3 (tiga) tingkat kerusakan, yaitu:
1. Kerusakan ringan,
Kerusakan terutama pada komponen non struktural, seperti penutup atap, langit-langit,
penutup lantai, acian dinding, dan dinding pengisi.
2. Kerusakan sedang,
Kerusakan pada sebagian komponen non struktural, dan atau komponen struktural
seperti struktur atap, lantai, dinding, dan lain-lain.

180
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

3. Kerusakan berat,
Kerusakan pada sebagian besar komponen bagunan, baik struktural maupun non
struktural yang apabila setelah diperbaiki masih dapat berfungsi dengan baik
sebagaimana mestinya.
Penentuan tingkat kerusakan adalah setelah berkonsultasi dengan instansi teknis setempat.

III. Perawatan Bangunan


1. Perawatan bangunan adalah usaha memperbaiki kerusakan yang terjadi agar dapat
berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya. Perawatan bangunan Kantor Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dapat digolongkan sesuai dengan tingkat
kerusakan pada bangunan yaitu:
a. Perawatan untuk tingkat kerusakan ringan
b. Perawatan untuk tingkat kerusakan sedang
c. Perawatan untuk tingkat kerusakan berat
2. Besarnya biaya perawatan disesuaikan dengan tingkat kerusakannya, yang ditentukan
sebagai berikut:
a. Perawatan tingkat kerusakan ringan, biaya maksimum adalah sebesar 30% dari harga
satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku, untuk
tipe/kelas dan lokasi yang sama.
b. Perawatan tingkat kerusakan sedang, biaya maksimum adalah sebesar 45% dari
harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku, untuk
tipe/kelas dan lokasi yang sama.
c. Perawatan tingkat kerusakan berat, biayanya maksimum adalah sebesar 65% dari
harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku, untuk
tipe/kelas dan lokasi yang sama.

IV. Pemeliharaan Bangunan


1. Pemeliharaan bangunan Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
adalah usaha mempertahankan kondisi bangunan agar tetap berfungsi sebagaimana
mestinya atau dalam usaha meningkatkan wujud bangunan, serta menjaga terhadap
pengaruh yang merusak.
2. Pemeliharaan bangunan juga merupakan upaya untuk menghindari kerusakan
komponen/elemen bangunan akibat keusangan sebelum umurnya berakhir.
3. Besarnya biaya pemeliharaan bangunan gedung tergantung pada fungsi dan klasifikasi
bangunan. Biaya pemeliharaan per m2 bagunan gedung setiap tahunnya maksimum
adalah sebesar 2% dari harga satuan per m2 tertinggi yang berlaku.

181
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Bab IX
Penutup
Penutup

182
PEDOMAN STANDAR DESAIN
BANGUNAN GEDUNG BPJS KESEHATAN

Pedoman ini dimaksudkan menjadi arahan dan acuan untuk pembangunan Bangunan
Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang akan dilakukan di tiap area
dan daerah di Indonesia. Pembangunan bisa berupa pembangunan baru, renovasi,
preservasi, rehabilitasi, dan restorasi. Tujuan utama dari pedoman ini adalah memberikan
citra baik yang sama dan menggambarkan kualitas pelayanan yang sama.

Tentunya dengan berbagai potensi dan kendala di seluruh Indonesia serta ragamnya
persoalan lahan dan kebijakan, maka dimungkinkan adanya penyesuaian terhadap
elemen lokal di daerah masing-masing dan dilakukan sejauh tidak menyimpang dari
pedoman secara umum.

Ukuran, bentuk facade, dan ruang dalam juga diusahakan mengacu pada pedoman.
Sementara untuk spesifikasi interior dan perabotan juga sebaiknya mengarah pada apa
yang tertulis di pedoman ini, kecuali di kondisi-kondisi tertentu berkaitan dengan
permasalahan pengadaan dan penyediaan material di daerah.

Masalah teknis pengajuan proses renovasi ataupun pembangunan baru dari tiap Kantor
Divisi Regional, Kantor Cabang, Kantor Layanan Operasional Kabupaten/Kota, dan BPJS
Kesehatan Center Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan juga akan diberlakukan
tata cara dan prosedur yang berdasar pada ketentuan yang disepakati di pedoman ini
yang disesuaikan dengan ketentuan dan karakter budaya setempat.

Kantor baru yang memungkinkan untuk berada pada lahan yang luas maka dimungkinkan
hanya terdiri dari satu lantai dengan desain khusus yang tetap berdasarkan arahan
pedoman ini meski ada beberapa penyesuaian berkaitan dengan jumlah lantai. Demikian
pula untuk kantor di ruko yang hanya dua lantai atau pun empat lantai perlu adanya
koordinasi khusus dan panduan desain sesuai dengan lingkup kegiatan pelayanannya.

183

Anda mungkin juga menyukai