Penyusun:
Ahmad Jami’ul Amil, S.Pd., M.Pd.
Abdul Rosid, S.Pd., M.Pd.
Kholifah, S.Pd., M.Pd.
Penyusun,
Ahmad Jami’ul Amil, S.Pd., M.Pd.
Abdul Rosid, S.Pd., M.Pd.
Kholifah, S.Pd., M.Pd.
Identitas Matakuliah
1.3 Perilaku awal mahasiswa, beri penjelasan kemampuan apa yang sebaiknya
telah dimiliki mahasiswa agar dapat mengikui pembahasan materi ini
dengan baik
Mahasiswa membaca refrensi dan modul perkuliahan berdiskusi, mencari
artikel dan mencari perkembangan filsafat dan teori belajar dan
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, dan merumuskan strategi
pembelajaran sesuai dengan permaslahan yang dibahasa.
1.6 Petunjuk belajar, isinya menekankan apa yang harus dilakukan mahasiswa
sebagai subyek dalam pembelajaran
a. bacalah dengan seksama capaian pembelajaran dalam materi setiap
bab.
b. telaah dengan seksama teori dan deskripsikan contoh bentuk-bentuk
pembelajaran yang menggunakan pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia kontekstual. Pada akhirnya, mahasiswa dapat menerapkan
pengetahuan yang diperolehnya sebagai alternatif pilihan untuk
menerapkan pembelajaran di kelas.
1.7 Penilaian
Penilaian dalam matakuliah ini adalah unjuk kerja (performance),
memcahkan permasalhan dalam bentuk deskripsi tertulis atau lisan kedalam
opini ilmiah, atau draf strategi pembelajaran kemampuan berbahasa dan
sastra.
1.8 Referensi
A.S. Ghazali. 2013. Pemerolehan dan Pembelajaran Bahasa Kedua. Malang:
Banyumedia.
Asih. 2016. Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka
Setia.
Suyatna. 2007. Model-model Pembelajaran Langsung. Lampung: Diknas FIP
Unilam.
Suyatno. 2007. Pembelajaran Kooperatif Inovatif. Surabaya: Meia Buana
Pustaka.
Hasan, dkk. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.
Bruce Joyce and Marsha Weil. 1980. Models of Teaching. New Jersey:
Prentice. Hall. Inc.
Chomsky, N. 1969. Aspects of The Theory of Syntar. Massachusetts: The MIT
Press.
Sumardi, M. 1989. Pendekatan Humanistik dalam Pengajaran Bahasa.
Makalah dalamPELLBA 10. Jakarta: Lembaga Bahasa Unika Atma
Jaya.
BAB I
TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Capaian pembelajaran
Mahasiswa mampu mendeskripsikan dan membedakan teori
pembelajaran dan perkembangan belajar.
Pendahuluan
Sebenarnya banyak sekali aliran-aliran psikologi pendidikan yang melatar
belakangi teori belajar, menurut perkembangannya dimulai dari aliran
behaviorisme dan konstruktivisme. Kemudian berkembang menjadi teori belajar
yang baru. Dengan kata lain aliran tersebut memengaruhi berkembangnya para
ilmuan untuk mengembangkan teori dan konsep pembelajaran.
Kognitivisem yang dikembangkan oleh sejumlah ahli termasuk Jean
piaget, Robert M. Gagne, David P Ausabel dan Jerome S. Bruner cenderung
dimasukkan dalam aliran konstruktivisme, antara lain kiprah Jean Piagget yang
cukup signifikan dalam mengembangkan konsep konstruktivisme. Di samping itu
banyak irisan antara aliran-aliran besar itu. Misalnya aliran Neobehaviorisme dari
albert Bandura yang mengembangkam teori belajar sosial, yang sudah
dipengaruhi oleh kognitivisme.
2. Teori-Teori Belajar
A. Teori Disiplin Mental
Teori disiplin mental merupakan teori belajar yang kurang begitu populer, tetapi
merupakan rintisan menuju aliran Behaviorisme. Teori ini berasal dari teori pembelajaran
menurut Plato dan Aristoteles. Teori ini menganggap bahwa dalam belajar mental siswa
harus didisiplinkan atau dilatih. Menurut rumpun psikologi ini individu memeiliki kekuat,
kemampuan, atau potensi-potensi tertentu. Beberapa aliran psikologi seperti psikologi
daya, herbartisme, dan aliran Naturalisme Romantik dari J.J Rousseau memiliki sudut
pandang berbeda tentang bagaimana proses kekuatan-kekuatan tersebut (Sukmadinata
2004: 167-168).
Psikologi daya menyatakan bahwa individu memiliki sejumlah daya, mengenal,
mengingat, menanggapi, menghayal, berpikir, merasakan, berbuat dan lain-lain. Daya-
daya tersebut bisa berkembang melalui latihan-latihan dalam bentuk ulangan-ulangan.
Adapun Herbartisme, dinamakan demikian karena sesuai nama pelopornya, Herbart
seorang psikolog Jerman. Herbart menyebut teorinya dengan Vorstellugen. Vorstellugen
menyebutkan bahwa perkembangan belajar anak dimulai dari tiga bentuk, yaitu: impresi
indera, tanggapan atau bayangan dari impresi indera yang lalu, serta perasaan senag atau
tidak senang.
Jean-Jacques Rousseau pelopor aliran naturalisme Romantik, pendidik, dan
negarawan Pransic, menyatakan bahwa anak-anak memiliki potensi-potensi yang masih
terpendam. Melalui berlajar, siswa harus diberikan kesempatan seluasnya untuk
mengembangkan dan mengatualkan potensi-potensi tersebut. Teori disiplin mental ini
kurang kuat pengaruhnya terhadap pendidikan dan pembelajaran, mungkin juga karena
pengaruh sifat negativisme terhadap pendidikan seperti yang dipegang oleh penganjur
aliran naturalisme. Disamping itu, sifat spekulatif dari teori-teori ini banyak mendapatkan
kritikan dari para ahli pendidikan. Berbeda dengan konsep behaviorisme, kognitisme, dan
konstruktivisme.
B. BEHAVIORISME
Aliran ini disebut dengan Behaviorisme karena sangat menekankan kepada
perlunya perilaku (behavior) yang dapat diamati, yaitu: 1) mengutamakan unsur-unsur
atau bagian-bagian kecil, 2) bersifat mekanistis, 3) menekankan peranan lingkungan, 4)
mementingkan pembentukan respon, 5) menekankan pentingnya latihan. Pembelajaran
Behaviorisem bersifat molekuler. Artinya lebih menekankan pada elemen-elemen
pembelajaran, memandang bahwa kehidupan individu terdiri dari unsur sama halnya
seperti molekul.
Behaviorisme merupakan aliran psikologi yang memandang individu lebih
kepada sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental seperti
kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam kegiatan belajar. Hal ini dapat
dimaklumi karena behaviorisme berkembang melalui suatu penelitian yang melibatkan
binatang seperti burung merpati, kucing, tikus, dan anjing sebagai objek. Peristiwa belajar
semata-mata dilakukan dengan melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi
kebiasaan yang dikuasai individu. Para ahli behaviorisme berpendapat bahwa belajar
adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Belajar merupakan akibat
adanya interaksi antara stimulus (S) dengan respon (R). Menurut teori ini, dalam belajar
yang penting adalah adanya input berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Teori belajar behaviorisme mendudukkan orang sebgai individu yang pasif,
stimulus adalah segala hal yang berikan guru terhadap pembelajar, respon adalah segala
sesuatu yang ditimbulkan oleh adanya stimulus. Beberapa pakar peneliti yang melakukan
studi tentang belajar antara lain Ivan Pavlov, Edward Lee Thorndike, Guthrie, Burhus
Frederic Skinner, dan Hull.
1. Teori-teori belajar dalam aliran Behaviorisme
a. Connectionisme (S-R Bond) menurut Edward Lee Thorndike
Koneksionisme merupakan teori yang paling awal dari rumpun behaviorisme.
Objek eksperimen Thorndike, yaitu seekor kucing, menurut teori ini tingkah laku
manusia tidak lain merupakan hubungan anatara stimulus (perangsang) merupakan
respon (jawaban, tanggapak-banyaknya. Siapa yang menguasai hubungan S-R sebanyak-
ng subanyaknya, yaitu orang yang sukses dalam belajar. Pembentukan hubungan S-R
dilakukan melalui latihan dan ulangan-ulangan, dengan prinsip trial and error, coba dan
salah.
Seekor kucing yang dilaparkan dimasukkan dalam suatu kotak percobaan
(problem box) yang merupakan suatau labyrinth, banyak jalan berliku, menyesatkan, dan
hanya satu jalan yang benar menuju tujuan. Di ujung problem box, dimasukkan makanan,
kucingg yang kelaparan itu membaui makanan, maka dia akan berusaha mencapai
makananitu dengan berbagai jalan, seringkali tersesat, kembali berputar ke tempat
semula, atau menemui jalan buntu. Namun, sekali kucing tersebut menemukan jalan ke
arah maknanan, pada percobaan berikutnya dia akan melalui jalan yang langsung menuju
makanan. Tori ini dalam beberap hal memiliki kesamaan dengan teori psikologi daya atau
herbartisme.
Beberapa hukum belajar yang dikemukakan Thorndike anatara lain:
1) Law of effect (hukum efek), jika sebuah rspon (R), menghasilkan efek yang
memuaskan, maka ikatan antara S (stimulus) dengan R (respon) akan semakin kuat.
Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai melaui respon, maka
semakin lemah pula ikatan yang terjadi antara S-R. Artinya delajar akan lebih
bersemangat apabila mengetahui akan mendapatkan hasil yang baik.
2) Law of readniess (hukum kesiapan), maknanya, suatu kesiapan (readiness) terjadi
berlandaskan asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pendayagunaan
satuan pengantar (conduction unit), unit-unit inilah yang menimbulkan kecenderungan
yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Pada
implementasinya, belajar akan lebih berhasil bila individu memiliki kesiapan untuk
melakukannya.
3) Law of Exercise (hukum latihan), hubungan antara S dengan R akan semakin
bertambah erat jika sering dilatih dan akan semakin berkurang bila jarang dilatih.
Dengan, demikian, belajar akan berhasil apabila banyak latihan atau ulangan-ulangan.
Dalam pengkondisian klasik, stimulus netral menjadi Dalam pengkondisian operan, pembelajar beroperasi
terasosiasikan dengan sebuah refleks. Bel, stimulus di lingkungan tertentu dan menerima sebuah imbalan
netral, menjadi terasosiasikan dengan refleks air liur. bagi perilaku tertentu (operasi). Pada akhirnya ikatan
antara operasi (penekanan pengungkit) dan stimulus
imbalan (makanan) pun terbentuk.
Sumber: Smith (2009:82) dimodifikasi
C. KOGNITIVISME
Ada lima gagasan pokok yang melandasi revolusi kognitif ini seperti yang
dinyatakan oleh Steven Pinker (2002), yaitu: (i) dunia mental (pikiran) dapat dibumikan
pada dunia fisis melalui konsep-konsep tentang informasi, komputasi dan umpan balik,
(ii) pikiran tidak mungkin seperti papan tulis kosong karena papan tulis kosong tidak
dapat berbuat apa-apa (iii) suatu rentang yang tidak terbatas menyangkut perilaku dapat
dibangkitkan oleh program-program gabungan tertentu di dalam pikiran, (iv) mekanisme
mental universal dapat mmenjadi dasar timbulnya berbagai macam variasi tindakan lintas
budaya, (v) pikiran adalah suatu sistem kompleks yang trsusun dari bagian-bagain yang
saling berinteraksi.
Teori kognitif diawali oleh perkembangan psikologi Gestalt yang dipelopori oelh
Marx Wertheimer, walau sebenarnya seperti halnya dengan teori Behaviorisme,
kehadirannya dapat diruntut ke belakang ke masa Yunani kuno, berawal dari filsafat Plato
dan Aristoteles. Namun, yang disebut sebagai pengembang teori ini adalah Jean Peaget,
seorang ahli psikologi perkembangan kelahiran Swiss. Akan tetapi, jangan dilupakan
bahwa Piagget juga memegang peranan penting dalam teori konstruktivisme. Nama ahli
lain para pionir aliran kognitivisme adalah Kurt Lewin, Jerome S. Brunner, Robert M.
Gagne, dan David P. Ausabel.
Penting untuk dipahami bahwa dua pemikiran pokok dari kognitivisme adalah
teori pemrosesan informasi dan teori skema. Kedua gagasan pokok itu dikembangkan
baik oleh Jean Piaget maupun jerome S. Bruner, David P. Ausabel dan Robert M. Gagne.
Bedanya, tidak seperti Jean Piaget ketiga ahli yang lain tidak mengedepankan perlunya
mengacu proses perkembangan kognitif seperti halnya yang dilakaukan Jean Piaget.
Menurut pendekatan kognitif, dalam kaitan teori pemrosesan informasi, unsur
terpenting dalam proses belajar adalah pengetahuan yangg dimiliki setiap individu sesaui
dengan situasi belajarnya. Apa yang telah diketahui siswa akan menentukan apa yang
akan diperhatikannya, dipersepsi olehnya, dipelajari, didingat atau bahkan dilupakan
(unlern). Perspektif kognitif membagi jenis pengetahuan menjadi tiga, yaitu sebagai
berikut:
(1) Pengetahuan deklaratif, yaitu pengetahuan yang dapat dinyatakan dalam bentuk kata
atau disebut pula pengetahuan konseptual. Pengetahuan deklaratif rentangnya luas,
dapat tentang fakta, konsep, generalisasi, pengalaman pribadi atau tentang hukum
dan aturan.
(2) Pengetahuan prosedural, yaitu pengetahuan tentang tahap-tahap atau proses-proses
yang harus dilakukan, atau pengetahuan tentang bagaiaman melakukan (how to do).
Pengetahuan ini dicirikan oleh adanya praktik atau implementasi dari suatu konsep.
(3) Pengetahuan kondisional, yaitu pengetahuan tentang kapan dan mengapa (when and
why) suatu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural digunakan
pengetahuanini terkait dengan bagaimana mengimplementasikan baik pengetahuan
deklaratif, maupun pengetahuan prosedural. Pengetahuan ini amat penting karena
menentukan kapan penggunaan konsep dan prosedur yang tepat dalam pemecahan
masalah.
Proses pengelolaan informasi berlangsung dalam tiga tahap. Tahap pertama yaitu
pengolahan informasi dalam sensor pencatat (sensory register, sensory memory, sensory
registry), kemudian diproses dalam memori jangka pendek, selanjutnya ditransfer menuju
memori jangka panjang untuk disimpan dan sewaktu diperlukan dipanggil kembali.
Dalam sensor pencatat masukan informasi berlangsung selam kurang dari satu detik
sampai selama-lamanya 4 detik, kemudian menghilang karena diganti atau meluruh.
Kebanyakan informasi jarang yang mampu mencapai STM, hanya informasi yang dinilai
penting dan menarik yang dilanjutkan ke STM. Sementara itu di STM, memori yang
masuk dapat ditahan sampai 20 detik atau lebih jika dilatih berulang-ulang. STM dapat
menyimpan 7 – 2 jenis informasi. Kapasitas STM dapat ditingkatkan jika material
informasi dibentuk sebagai keping-keping informasi yang bermakna (meaninggful
chunk). Sebaliknya LTM memiliki kapasitas dan durasi yang tidak terbatas. Beberapa
informasi “dipaksa” masuk ke dalam LTM dengan cara memorisasi hafalan (rote
memorization) dan over learning (identik dengan pembelajaran bermakna). Pengolahan
yang levelnya lebih dalam akan terjadi jika ada upaya membangun hubungan antara
informasi lama dengan yang baru, dan ini merupakan cara yang lebih baik dalam
mempertahankan ingatan terhadap sesuatu materi.
2. Abraham maslow
Teori maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada
dua hal suatu usaha yang positif untuk berkembang, kekuatan untuk
melawan atau menolak perkembangan itu. Maslow berpendapat bahwa
individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang
bersifat hirarki.
3. Carl rogers
Rogers membedakan dua tip0e belajar yaitu: (a) kognitif (kebermaknaan),
(b) experiental (pengalaman), experiental learning menunjuk pada
pemenuhan kebutuhan keinginan siswa.
BAB II
PENDEKATAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
Capaian pembelajaran
Mendeskripsikan pendekatan belajar dan pembelajaran bahasa
dan sastra Indonesia.
4. Pendekatan Pembelajaran
Istilah pendekatan berasal dari bahasa Inggris approuch yang salah satu artinya
“Pendekatan”. Dalam pengajaran, approuch diartikan sebagai a way of beginning
something ‘cara memulai sesuatu’. Karena itu, pengertian pendekatan dapat diartikan cara
memulai pembelajaran. Dan lebih luas lagi, pendekatan berarti seperangkat asumsi
mengenai cara belajar-mengajar. Pendekatan merupakan titik awal dalam memandang
sesuatu, suatu filsafat, atau keyakinan yang kadang kala sulit membuktikannya.
Pendekatan ini bersifat aksiomatis. Aksiomatis artinya bahwa kebenaran teori yang
digunakan tidak dipersoalkan lagi. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik
tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya
mewadahi, mengsinspirasi, menguautkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoritis tertentu.
Pendekatan ialah suatu rancangan atau kebijaksanaan dalam studi yang
memberi arah dan corak kepada metode pengajarannya dan didasarkan kepada
asumsi yang berkaitan. Sedangkan pendekatan pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia ialah suatu rancangan untuk bidang bahasa ataupun sastra Indonesia
untuk mempermudah metode pemelajaran agar tecapai suatu tujuan.
Capaian pembelajaran
A. Pengertian
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, strategi bermakna sebagai
rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Strategi
dapatdiartikan pula sebagai upaya untuk mensiasati agar tujuan suatukegiatan
dapat tercapai.Strategi Pembelajaran BahasaIndonesia berisi segala sesuatu
yangdapat digunakan dalam menyusun rencana pembelajaran bahasaIndonesia
secara cermat yang mengacu pada tujuan pembelajaran.
Agar pembelajaran berbahasa memperoleh hasil yang baik,
strategipembelajaran yang digunakan guru harus memenuhi kriteria berikut.
1) Relevan dengan tujuanpembelajaran
2) Menantang dan merangsang siswa untuk belajar
3) Mengembangkan kreativitas siswa secara individual ataupun kelompok.
4) Memudahkan siswa memahami materi pelajaran
5) Mengarahkan aktivitas belajar siswa kepada tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
6) Mudah diterapkan dan tidak menuntut disediakannya peralatan yang rumit.
7) Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan.
Rubin, seorang pakar yang dirintis sebagian besar bekerja dibidang
strategi, membuat perbedaan antara strategi memberikankontribusi langsung
untuk belajardan mereka berkontribusi tidak langsung untuk belajar. Menurut
Rubin, ada beberapa jenis strategi yang digunakan oleh peserta didikyang
memberikan kontribusi langsung maupun tidak langsung untuk belajar bahasa:
1. Cognitive Learning Strategies(Strategi Belajar Kognitif)
Strategi ini merujuk padalangkah-langkah atau operasiyang digunakan
dalampembelajaran atau pemecahan masalah yang memerlukananalisis langsung,
transformasi,atau sintesis bahan pembelajaran. Diidentifikasi 6 strategi utama
belajar kognitif memberikan kontribusi langsung untuk belajar bahasa:
a. Klarifikasi/verifikasi
b. Penalaran Induktif/ menebak
c. Penalaran deduktif
d. Praktek
e. Menghafal
f. Monitoring
2. Metacognitive Learning Strategies (Strategi Belajar Metakognitif)
Strategi ini digunakan untuk mengawasi, mengatur atau bahasa diri
langsung belajar, Dalam strategi ini melibatkan berbagai proses
perencanaan,prioritas, menetapkan tujuan, dan manajemen diri.
3. Communication Strategies (StrategiKomunikasi)
Mereka tidak langsungberhubungan dengan bahasabelajar karena fokus
merekaadalah pada proses yangberpartisipasi dalam percakapandan mendapatkan
arti seluruhatau mengklarifikasi apa yangdimaksudkan pembicara. Komunikasi
strategi yang digunakan oleh pembicara ketika menghadapi kesulitan karena
kenyataan bahwa komunikasi mereka berakhir berlari lebih cepat dari komunikasi
mereka berarti atau ketika dihadapkan dengan kesalah pahaman oleh pembicara.
4. Social Strategies (Strategi Sosial)
Strategi sosial adalah merekaterlibat dalam kegiatanpembelajar yang
mampu merekakesempatan untuk menjadi terkena dan praktek pengetahuan
mereka. (Rubin and Wenden1987:23-27).
BAB V
Capaian Pembelajaran
Dalam subtopik ini dibahas tentang konsep dasar, pola
pengembangan, dan proses pembelajaran bahasa Indonesia, ragam metode
pembelajaran bahasa Indoensia, dan Faktor yang berpengaruh terhadap
metode pembelajaran bahasa Indonesia.
Setelah mempelajari topik ini, mahasiswa diharapkan mampu
memahami keseluruhan teori dan konsep dasar tentang metode
pembelajaran bahasa Indonesia serta faktor-faktor yang berpengaruh di
dalamnya
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Hasan, 2001: 740) metode adalah
cara yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai
dengan yang dikehendaki. Selain itu, metode juga didefinisikan sebagai cara kerja
yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai
tujuan yang ditentukan.
Dalam pelaksanaan pembelajaran tidak ada istilah “metode yang baik atau
metode yang jelek” karena yang ada adalah metode yang cocok (tepat). Untuk itu,
perlu disiapkan seperangkat metode yang menarik, atraktif, normatif, taktis, andal,
dan praktis.
Jika dilihat dari standar nasional pendidikan (PP No. 19 Th. 2005), proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
kooperatif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik.
c. Metode Kognitif
k. Metode Memorisasi/Mimikri
Metode ini disebut juga dengan metode drill informant. Pengajaran dibagi
atas demonstrasi dan latihan atau drill. Bahan yang didemonstrasikan yaitu
tata bahasa, lafal, dan kosakata baik yang dilaksanakan oleh guru sendiri
maupun oleh informan. Keunggulan metode ini adalah siswa mengulang
pelajaran dan frekuensi latihan yang memadai sehingga ia tidak mudah
melupakan pelajarannya.
l. Metode Praktik-Teori (Practice-Theory Method)
Metode ini mendahulukan praktik daripada teori. Kalimat yang diajarkan
dilaksanakan dengan jalan mengulang-ngulang, menirukan informan atau
melalui rekaman. Kalimat-kalimat tersebut dianalisis secara fonetis dan
structural kemudian siswa diminta untuk memperluas atau membuat
kalimat baru berdasarkan pola kalimat yang diajarkan.
Keunggulan metode ini siswa memulainya dengan praktik sehingga akan
menemukan teorinya. Selain itu, siswa mendapat banyak kesempatan
untuk berlatih dan menciptakan kalimat baru sehingga pola kalimat yang
telah diajarkan tidak mudah dilupakan.
m. Metode Kognat (Kognat Method)
Dasar metode kognat adalah kemiripan antara bahasa yang sedang
dipelajari dengan bahasa ibu. Oleh sebab itu, siswa memulainya dengan
mempelajari kemiripan bentuk dan makna kosakata dalam bahasa yang
dipelajari dengan bahasa ibu. Kata-kata itu digunakan dalam bahasa lisan
dan latihan mengarang. Metode ini mirip dengan pendekatan analisis
konstruktif. Keunggulan metode ini, siswa dapat membandingkan secara
langsung kosakata yang dipelajari dengan bahasa ibunya.
n. Metode Berlitz
Metode ini berasal dari nama penganjurnya yang bernama Maximilian
Berlitz. Metode ini sama dengan prinsip dasar metode langsung.
Keunggulan metode ini, siswa langsung memahami bahasa yang
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Ciri umum metode Berlitz adalah
sebagai berikut,
1. Bahan didasarkan pada frase dan kosakata yang digunakan dalam
percakapan sehari-hari
2. Siswa selalu dibawa pada pikiran yang diungkapkan dalam bahasa
yang sedang diajarkan
3. Bahasa ibu tidak digunakan
4. Kata benda diajarkan melalui pengamatan bendanya, tiruan atau
gambarnya
5. Kata-kata yang bersifat abstrak dengan jalan demonstrasi
o. Metode Realis (Realis Method)
Metode realis digunakan berdasarkan pada prinsip bahwa mempelajari
bahasa harus sesuai tingkah laku berbahasa yang sesungguhnya.
Keunggulan metode ini adalah siswa dapat langsung menghayati
penggunaan bahasa yang sesuai dengan tingkah laku berbahasa yang
sesungguhnya dalam kehidupan sehari-hari.
Ciri-ciri metode ini adalah sebagai berikut.
1. Dapat dipandang sebagai reaksi terhadap alam sekitar. Reaksi yang
dimunculkan manusia berupa bahasa verba, bahasa non verbal, dan
bunyi-bunyi pernyataan yang lain.
2. Pengguna bahasa harus sesuai dengan tingkah laku berbahasa yang
sesungguhnya
3. Penyusunan bahan dilakukan atas kerja sama antara ahli bahasa
dengan guru bahasa, bahkan disajikan dalam bentuk percakapan.
Referensi
A.S. Ghazali. 2013. Pemerolehan dan Pembelajaran Bahasa Kedua. Malang:
Banyumedia.
Asih. 2016. Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.
Suyatna. 2007. Model-model Pembelajaran Langsung. Lampung: Diknas FIP
Unilam.
Suyatno. 2007. Pembelajaran Kooperatif Inovatif. Surabaya: Meia Buana
Pustaka.
Hasan, dkk. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.
Bruce Joyce and Marsha Weil. 1980. Models of Teaching. New Jersey: Prentice.
Hall. Inc.
Chomsky, N. 1969. Aspects of The Theory of Syntar. Massachusetts: The MIT
Press.
Sumardi, M. 1989. Pendekatan Humanistik dalam Pengajaran Bahasa. Makalah
dalamPELLBA 10. Jakarta: Lembaga Bahasa Unika Atma Jaya.
BAB VI
TEKNIK PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
Capaian Pembelajaran
Dalam subtopik ini dibahas tentang konsep teknik pembelajaran
Bahasa Indonesia dan Ragamnya.
Setelah mempelajari topik ini, mahasiswa diharapkan mampu
memahami keseluruhan konsep teknik pembelajaran bahasa Indonesia
serta mampu mengaplikasikan dalam proses pembelajaran.
Referensi
A.S. Ghazali. 2013. Pemerolehan dan Pembelajaran Bahasa Kedua. Malang:
Banyumedia.
Asih. 2016. Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.
Suyatna. 2007. Model-model Pembelajaran Langsung. Lampung: Diknas FIP
Unilam.
Suyatno. 2007. Pembelajaran Kooperatif Inovatif. Surabaya: Meia Buana
Pustaka.
Hasan, dkk. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.
Bruce Joyce and Marsha Weil. 1980. Models of Teaching. New Jersey: Prentice.
Hall. Inc.
Chomsky, N. 1969. Aspects of The Theory of Syntar. Massachusetts: The MIT
Press.
Sumardi, M. 1989. Pendekatan Humanistik dalam Pengajaran Bahasa. Makalah
dalamPELLBA 10. Jakarta: Lembaga Bahasa Unika Atma Jaya.