Sumber utama fluorin adalah mineral CaF2 (disebut fluorspar atau fluorit).
Mineral ini disebut fluorspar karena bersifat fluoresen yaitu memancarkan cahaya
ketika dipanaskan. Mineral lain yang jelas diketahui mengandung fluorin adalah
fluoroapatit [3Ca3(PO4)2.CaF2]. Mineral ini merupakan sumber utama fosfor.
Mineral ini tidak digunakan untuk memproduksi HF dan F2 karena mengandung
SiO3 yang dapat bereaksi dengan HF membentuk asam fluorosilikat [H2(SiF6)].
Senyawa paling melimpah dari klorin adalah NaCl yang digunakan untuk
pembuatan Cl2 dan HCl. Bromida ada dalam air laut, sedang iodida dalam air laut
hanya dalam konsentrasi kecil.
KF + HF à K[HF2]
HF + K[HF2]electrolisis H2 + F2 .
2. Klorin
Klorin pertama kali dipreparasi oleh Scheele dengan mengoksidasi HCl
menggunakan MnO2. Metode ini digunakan dalam skala laboratorium.
Gas klorin yang dihasilkan ini dimurnikan dengan melewatkan dalam air untuk
menghilangkan HCl dan selanjutnya dilewatkan H2SO4 pekat untuk
menghilangkan airnya.
Klorin diproduksi secara Komersial dalam skala besar melalui dua
metode:
1. Elektrolisis larutan NaCl di pabrik penghasil NaOH.
2. Elektrolisis lelehan NaCl di pabrik penghasil natrium.
elektrolisis
2NaCl + 2H2O 2NaOH + Cl2 + 2H2
3. Bromin
Bromin diperoleh dari air laut dan danau air asin (brine lakes). Air laut
mengandung sekitar 65 ppm Br-. Bromin diekstraksi dari air laut. Jika ingin lebih
ekonomis, maka digunakan sumber air asin yang pekat seperti Laut Mati, atau air
asin Arkansas dan Michigan (USA) dan Jepang, yang mengandung 2000-5000
ppm ion Br -. Pertama ditambahkan H2SO4 hingga pH sekitar 3,5. Selanjutnya
gas Cl2 dilewatkan melalui larutan tersebut untuk mengoksidasi Br - menjadi Br2 .
Ini adalah contoh penggantian satu unsur oleh unsur lain yang lebih tinggi deret
elektrokimianya.
Br2 dipindahkan oleh suatu arus udara, karena Br2 mudah menguap. Selanjutnya
gas dialirkan melalui larutan Na2CO3. Ketika Br2 terserap maka terbentuk
campuran NaBr dan NaBrO3. Tahap terakhir, larutan diasamkan dan didistilasi
mengahasilkan bromin murni.
4. Iodin
Secara komersial iodin dapat diperoleh dengan dua metode, tergantung
bahan bakunya. Garam chili, terutama mengandung NaNO3 serta sejumlah lebih
kecil NaIO3 (natrium iodat) dan NaIO4 (natrium periodat). NaNO3 murni diperoleh
dengan melarutkan garam chili ini dalam air dan terbentuk kristal NaNO3. Residu
iodat terkumpul dan makin pekat dalam larutan awal. Larutan pekat ini dibagi
menjadi dua bagian. Bagian pertama direduksi dengan NaHSO 3 menghasilkan I− .
Larutan yang mengandung I− ini ditambahkan ke dalam bagian kedua larutan awal
tadi dan menghasilkan I2. Endapan I2 disaring dan dimurnikan dengan sublimasi.
2IO3- + 6HSO3- 2I- + 6SO42- + 6H+
5I- + IO3- + 6H+ 3I2 + 3H2O
Air laut hanya mengandung sekitar 0,05 ppm I −. terlalu kecil untuk bahan
baku ekstraksi iodin. Air asin alam mengandung 50-100 ppm, ditambahkan Cl2
untuk mengoksidasi I− menjadi I2. Hasil ini didorong keluar dengan udara
sebagaimana pada ekstraksi bromin. Alternatif lain, setelah mengoksidasi dengan
Cl2, larutan ini dilewatkan resin penukar ion. I 2 diserap pada kolom sebagai
triiodida, I3−. Terakhir, dipindahkan dari resin dengan menambahkan alkali.
Iodin digunakan untuk membuat iodoform, CHI3 (untuk antiseptik). AgI
untuk film fotografi, memicu terbentuknya awan buatan untuk menghasilkan
hujan. Sejumlah kecil iodin untuk diet manusia. KI ditambahkan pada makanan
hewan dan unggas. Hormon tiroid menghasilkan hormon pengatur pertumbuhan
(tiroksin) yang mengandung iodin. Defisiensi iodin menyebabkan penyakit
gondok. Iodin secara terbatas digunakan untuk antiseptik, misalnya yodium
tingtur merupakan larutan I2 dalam KI dan iodin French merupakan iodin dalam
alkohol. Di laboratorium, iodin dan iodat digunakan untuk analisis volumetri.
Reagen Nessler K2(HgI2) digunakan untuk mendeteksi amonia.
5. Astatin
Astatin tidak eksis di alam. Semua astatin bersifat radioaktif. Isotope
210 211
paling stabil adalah At (waktu paruh 8 jam) dan At (waktu paruh 7,5 jam).
Astatin pertama kali dibuat pada tahun 1940 dengan menumbukkan partikel alfa
berenergi tinggi pada bismuth.
209
Bi + 42He 2 10n + 211
83 85 At
E. ENERGI IONISASI
Energi ionisasi unsur golongan VIIA menunjukkan kecenderungan yang
umum yaitu makin kecil energi ionisasinya dari atas ke bawah dalam satu
golongan. Tingginya energi ionisasi unsur golongan VIIA ini menyebabkan
kecilnya kecenderungan untuk melepas elektron dan membentuk ion positif.
Energi ionisasi F jauh lebih tinggi daripada unsur lainnya dalam satu
golongan karena ukurannya paling kecil. F selalu berada dalam bilangan oksidasi
-1, kecuali pada F2 atau dalam keadaan menggunakan elektron bersama
(membentuk ikatan kovalen).
Tabel 4 Energi ionisasi, afinitas elektron dan energi hidrasi
Energi ionisasi Afinitas elektron Energi hidrasi
pertama (kJ/mol) (kJ/mol) (kJ/mol)
F 1681 -333 -515
Cl 1256 -349 -381
Br 1143 -325 -347
I 1009 -296 -305
At - -270 -
Hidrogen memiliki energi ionisasi 1311 kJ/mol dan dapat membentuk ion
H+. Ini merupakan keanehan pertama bahwa Cl, Br dan I yang memiliki energi
ionisasi lebih rendah daripada H, tidak bisa membentuk ion X +. Energi ionisasi
adalah energi yang diperlukan oleh atom dalam keadaan gas untuk melepas
elektron terluar. Biasanya dalam keadaan padatan kristal, atau larutan, maka
energi kisi atau energi hidrasi harus diperhitungkan. Ion H + berukuran sangat
kecil, kristal yang mengandung H+ memiliki energi kisi yang tinggi dan dalam
larutan energi hidrasinya juga sangat tinggi (1091 kJ/mol). Ion negatif juga
memiliki energi hidrasi. Ion H+ terbentuk karena energi kisi atau energi hidrasi
melebihi energi ionisasi. Sebalik, ion halide X+ berukuran besar sehingga
memiliki energi hidrasi dan energi kisi yang kecil. Oleh karena energi ionisasinya
lebih besar daripada energi kisi atau energi hidrasinya maka secara normal ion X +
tidak dapat terbentuk.
Afinitas elektron semua unsur halogen adalah negatif. Ini menunjukkan
bahwa energi dilepas ketika unsur halogen menerima sebuah elektron. Oleh sebab
itu semua halogen membentuk ion halida, X-.
H. DAYA PENGOKSIDASI
Afinitas elektron merupakan kecenderungan atom untuk menarik elektron.
Afinitas maksimum ada pada klorin. Oksidasi diartikan sebagai pelepasan
elektron sehingga agen pengoksidasi adalah penerima elektron. Oleh karena itu
halogen adalah agen pengoksidasi. Kekuatan agen pengoksidasi tergantung pada
beberapa jenis energi dan secara baik direpresentasikan melalui siklus energi
Born-Haber.
Potensial oksidasi merupakan perubahan energi antara unsur dalam
keadaan standard dan dalam keadaan ion terhidrasinya. Sebagi contoh, potensial
iodin adalah perubahan energi dari ½I2(padat) menjadi I-(terhidrasi). Oleh karena itu
potensial oksidasi sama dengan jumlah dari energi fusi, evaporasi dan disosiasi
dikurangi afinitas elektron dan energi hidrasi.
Tabel 7 Harga ∆Go untuk ½X2(padat) menjadi X-(terhidrasi) (kJ/mol)
Energi Energi Energi Afinitas Energi ∆Go
fusi evaporasi disosiasi elektron hidrasi
F2 - - +126/2 -333 -460 -730
Cl2 - - +210/2 -349 -348 -592
Br2 - +31/2 +158/2 -325 -318 -548,5
I2 + 15/2 +44/2 +118/2 -296 -279 -486,5
I. REAKTIVITAS UNSUR
Fluorin merupakan unsur paling reaktif di antara unsur yang ada dalam
tabel periodik. Fluorin bereaksi dengan semua unsur kecuali gas mulia yang lebih
ringan seperti He, Ne dan Ar. Fluorin bereaksi dengan xenon pada kondisi
‘sedang’ menghasilkan xenon fluorida. Fluorin bereaksi dengan unsur-unsur
dengan kuat dan sering menimbulkan letupan. Dalam bentuk padat, sejumlah kecil
logam seperti Cu, Ni, Fe dan Al menghasilkan lapisan protektif fluorida. Namun
jika logam-logam ini dalam bentuk serbuk (luas permukaan besar) atau
dipanaskan maka akan bereaksi dengan kuat. Reaktivitas unsur halogen menurun
dengan urutan Cl > Br > I. Klorin dan bromin bereaksi kuat dengan kebanyakan
unsur namun tidak sekuat fluorin. Iodin kurang reaktif, dan tidak bereaksi dengan
beberapa unsur seperti S dan Se. Fluorin dan klorin sering mengoksidasi unsur-
unsur ‘lebih kuat’ daripada bromin dan iodin, maksudnya membawa ke valensi
lebih tinggi. Misalnya dalam kasus terbentuknya PBr3 dan PCl5, juga pada kasus
SBr2, SCl2 dan SF6.
Tabel 8 Beberapa reaksi halogen
1. HF
Secara industri, HF dibuat dengan memanaskan CaF 2 dengan H2SO4 pekat.
Reaksinya bersifat endoterm sehingga memerlukan pemanasan.
CaF2 + H2SO4 CaSO4 + 2HF
Pengotor SiO2 dalam CaF2 harus dibersihkan karena dapat bereaksi dengan
HF sebagaimana reaksi berikut:
SiO2 + 4HF SiF4 + 2H2O
SiF4 + 2HF(aq) H2[SiF6]
HF dimurnikan dengan pencucian, pendinginan dan distilasi bertingkat. Hasilnya
adalah HF dengan kemurnian 99,95%. Gas HF sangat beracun dan hanya dapat
ditempatkan di lemari asam yang baik. Larutan HF sangat korosif dan hanya dapat
ditempatkan wadah logam yang terbuat dari tembaga atau monel. Larutan HF
bereaksi dengan bahan kaca dengan reaksi berikut:
SiO2 + HF(aq) [SiF6]2- + 2H+ + 2H2O
Kegunaan utama dari HF adalah sebagai berikut:
a) Bahan untuk pembuatan klorofluorokarbon (Freon, CFC). CFC digunakan
dalam lemari es dan dalam bentuk aerosol sebagai bahan bakar. Penggunaan
CFC sekarang ini dikurangi karena dapat merusak lapisan ozon pada bagian
atas atmosfer.
Kondisi anhidrat
CCl4 + HF CCl2F2 + 2HCl
+ SbCl5
b) Bahan membuat AlF3 dan kriolit sintetis yang digunakan dalam ekstraksi
elektrolitik aluminium.
c) Sejumlah kecil digunakan untuk pemrosesan uranium (melalui intermediet UF 4
dan UF6)
d) Anhidrat HF digunakan untuk katalis alkilasi dalam industri petrokimia., untuk
pembuatan senyawa alkilbenzena rantai panjang. Senyawa ini selanjutnya
diubah menjadi alkilbenzena sulfonat dan digunakan sebagai detergen.
e) Larutan HF digunakan untuk mengawetkan baja, mengetsa (menggores) gelas
atau kaca.
2. HCl
HCl dibuat dalam jumlah yang sangat besar. Produksi dunia mencapai 9
juta ton. Ada beberapa cara berbeda dalam memperoleh HCl:
a) Secara eksklusif dibuat dengan metode ‘salt cake’. H2SO4 pekat ditambahkan
ke dalam garam brosok (NaCl). Tahap pertama dilangsungkan pada suhu
150oC. Padatan NaCl direaksikan dengan H2SO4 dan tercampur dengan
NaHSO4. Tahap kedua, campuran dipanaskan pada suhu 550 oC. Ketika reaksi
dengan H2SO4 berjalan lebih jauh maka terbentuk Na2SO4.
150oC
NaCl + H2SO4 HCl(g) + NaHSO4
550oC
NaCl + NaHSO4 HCl(g) + Na2SO4
b) Sejumlah besar HCl tidak murni dihasilkan dalam industri kimia organik
molekul berat, misalnya konversi 1,2 dikloroetana (CH2Cl-CH2Cl) menjadi
vinil klorida (CH2=CHCl).
c) HCl dengan kemurnian tinggi dihasilkan melalui reaksi langsung kedua unsur.
d) HCl secara konvensional dibuat di laboratorium melalui reaksi NH 4Cl dengan
H2SO4 pekat. NH4Cl lebih mahal daripada NaCl (dalam proses salt cake)
namun NH4Cl lebih disarankan karena NH4HSO4 larut, dan reaksi tidak
berhenti pada setengah tahap.
2NH4Cl + H2SO4 2HCl + (NH4)2SO4
Gas hidrogen klorida sangat larut dalam air. Larutan jenuh HCl pada suhu
20oC mengandung 42% berat HCl. HCl pekat secara normal mengandung 38%
berat (mendekati 12M). Larutan HCl murni tidak berwarna, tetapi HCl ‘teknis’
biasanya berwarna kuning karena terkontaminasi oleh Fe(III). Kegunaan utama
larutan HCl adalah merawat logam, yaitu menghilangkan lapisan oksida dari
permukaan logam. Larutan HCl juga digunakan dalam pabrik pewarna maupun
industri gula. Gas HCl secara konvensional diperoleh dari reaksi NaCl dengan
H2SO4 pekat.
3. HBr dan HI
HBr dan HI dibuat dengan cara mereaksikan asam pospat pekat dengan
logam bromida atau logam iodida. Perhatikan bahwa dalam reaksi ini harus
menggunakan asam non pengoksidasi seperti asam pospat. Jika menggunakan
pengoksidasi kuat seperti asam sulfat pekat, maka asam sulfat pekat akan
mengoksidasi HBr dan HI menjadi Br2 dan I2.
H3PO4 + NaI HI + NaH2PO4
HF berwujud cair hanya pada suhu kamar (titik didih 19,9 oC), sedangkan
HCl, HBr dan HI berwujud gas. Titik didih meningkat secara teratur dari HCl,
HBr hingga HI, namun titik didih HF keluar dari garis normal asam halida
lainnya. Tingginya titik didih HF ini disebabkan adanya ikatan hidrogen antara
atom F dari satu molekul HF dengan atom H dari molekul HF lainnya.
Tabel 9 Beberapa sifat senyawa HX
Titik leleh Titik didih Densitas pKa Komposisi azeotrop
(oC) (oC) (g/cm3) (% berat)
HF -83,1 19,9 0,99 3,2 35,37
HCl -114,2 -85,0 1,19 -7 20,24
HBr -86,9 -66,7 2,16 -9 47,0
HI -50,8 -55,4 2,80 -10 57,0
Hidrida-hidrida ini sesungguhnya berikatan kovalen dalam wujud gas.
Namun dalam air, hidrida-hidrida ini meng-ion. Bukan H + yang dihasilkan dalam
hal ini, karena proton ditransfer ke air menghasilkan [H 3O]+. HCl, HBr dan HI
meng-ion secara sempurna sehingga ketiganya merupakan asam kuat. HF meng-
ion sedikit sehingga merupakan asam lemah.
HCl + H2O [H3O]+ + Cl-
F F
H H H H H
F F F
Gambar 1 Rantai ikatan hidrogen dalam padatan HF
L. SENYAWA INTERHALOGEN
Unsur halogen bereaksi dengan unsur halogen lainnya membentuk
senyawa interhalogen. Senyawa interhalogen terdiri atas tipe AX, AX3, AX5, dan
AX7. Senyawa interhalogen dapat diperoleh dengan mereaksikan secara langsung
halogen dengan halogen atau halogen dengan interhalogen yang lebih rendah.
Hasil yang terbentuk bergantung dari kondisinya.
Tabel 12 Senyawa interhalogen dan sifat fisiknya pada 25oC
AX AX3 AX5 AX7
ClF(g) tidak berwarna
BrF(g) coklat pucat ClF3(g) tidak berwarna
BrCl(g) coklat merah BrF3(l) kuning pucat ClF5(g) tidak berwarna
ICl(s)) merah delima (ICl3)2(s) kuning muda BrF5(l) tidak berwarna IF7(g) tidak berwarna
IBr(s)) hitam IF3(s) (tidak stabil) IF5(l) tidak berwarna
IF (tidakstabil) kuning
200oC
Cl2 + F2 (volume sama) 2ClF
300oC
Cl2 + 3F2 (F2 berlebih) 2ClF3
20oC
I2(s) + 5F2 IF5
250- 300oC
I2(g) + 7F2 IF7
Tidak pernah ada lebih dari dua atom yang berbeda dalam satu molekul
senyawa interhalogen. Secara esensi senyawa interhalogen berikatan kovalen
karena perbedaan keelektronegatifannya kecil serta titik leleh dan titik didihnya
meningkat seiring dengan meningkatnya perbedaan keelektronegatifannya.
Kelompok senyawa AX dan AX3 terbentuk antara atom-atom yang
perbedaan keelektronegatifannya tidak begitu besar. Sementara kelompok
senyawa AX5 dan AX7 dibentuk oleh atom-atom besar seperti Br dan I yang
bergabung dengan atom-atom kecil seperti F. Hal ini mungkin terjadi karena
atom-atom kecil tersebut lebih mudah tertata di sekitar atom besar.
Interhalogen secara umum lebih reaktif daripada halogen (kecuali F 2). Ini
disebabkan ikatan A-X dalam interhalogen lebih lemah daripada ikatan X-X
dalam halogen. Reaksi-reaksi pada senyawa interhalogen mirip dengan yang
terjadi pada halogen. Hidrolisis interhalogen akan menghasilkan ion halida dan
ion oksohalida. Ingat bahwa ion oksohalida selalu terbentuk dari atom yang lebih
besar yang terlibat dalam reaksi tersebut.
H2O
BrF5 5F- + BrO3- (ion bromat)
H2O
ICl Cl- + IO- (ion hipoiodat)
3s 3p 3d
konfigurasi kulit ↑↓ ↑↓ ↑ ↑ ↑
electron atom dalam
klorin dalam terisi
keadaan tereksitasi penuh tiga elektron tidak berpasangan membentuk
ikatan dengan tiga atom F, ditambah dua pasang
elektron bebas membentuk segitiga bipiramid
dengan dua posisi ditempati pasangan elektron bebas.
M. POLIHALIDA
Ion halida sering bereaksi dengan halogen atau interhalogen dan
membentuk ion polihalida. Iodin (I2) hanya sedikit larut dalam air (0,34 g/l).
Kelarutan iodin makin besar jika ditambahkan ion halida dalam larutan.
Meningkatnya kelarutan ini disebabkan terbentuk ion polihalida, dalam hal ini I 3-.
Ion ini stabil baik dalam larutan atau dalam kristal ionik.
I2 + I- I3-
Ion-ion yang lebih kompleks juga telah bisa dihasilkan seperti ion I5-, I7-
dan I9-. Senyawa-senyawa kristal yang mengandung ion polihalida yang lebih
besar, umumnya mengandung metal logam yang besar juga seperti Cs+ atau kation
kompleks besar seperti R4N-. Hal ini menyebabkan anion-anion besar yang
bergabung dengan kation besar akan memberikan bilangan koordinasi tinggi dan
menyebabkan energi kisinya juga tinggi.
Beberapa ion polihalida mengandung dua atau lebih halogen seperti
K[ICl4], Cs[IBrF], dan K[IBrCl]. Senyawa-senyawa ini terbentuk dari reaksi
interhalogen dan logam halida.
ICl + KCl K+[ICl2]-
ICl3 + KCl K+[ICl4]-
IF5 + CsF Cs+[IF6]-
ICl + KBr K+[BrICl]-
2ClF + AsF5 [FCl2]+ [AsF6]-
Polihalida merupakan senyawa ion (kristal, stabil, larut dalam air, dan
dalam bentuk larutan menghantar arus listrik) yang terurai oleh pemanasan.
Produk penguraian (yaitu halogen sisa yang terikat logam) dikendalikan oleh
energi kisi produk. Energi kisi dari halida logam alkali adalah tertinggi untuk ion
halida yang lebih kecil, sehingga menyisakan ion halida berukuran lebih kecil
yang terikat pada logam.
dipanaskan
Cs[I3] CsI + I2
dipanaskan
Rb[ICl2] RbCl + ICl
dipanaskan
K[BrICl] KCl + IBr
Bentuk ion trihalida dalam senyawa K[I3] adalah linier. Ini mungkin dapat
diterangkan dengan mempertimbangkan orbital yang digunakan. Sebagai contoh
adalah [ICl2]- yang berbentuk linier (Gambar 7).
5s 5p 5d
konfigurasi kulit ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑
elektron atom dalam
iodin dalam terisi
keadaan dasar penuh
konfigurasi ↑↓ ↑↓ ↑↓ ↑
elektron iodin
yang membentuk
satu ikatan kovalen lima pasang elektron- dengan bentuk ruang segitiga
dan satu ikatan kovalen koordinasi bipiramid dengan tiga posisi ditempati pasangan elektron
bebas sehingga bentuk ionnya adalah linier
5s 5p 5d
konfigurasi kulit ↑↓ ↑↓ ↑ ↑ ↑
elektron atom dalam
iodin dalam terisi
keadaan tereksitasi penuh
konfigurasi ↑↓ ↑↓ ↑ ↑ ↑
elektron iodin
yang membentuk
tiga ikatan kovalen enam pasang elektron- dengan bentuk ruang oktahedral
dan satu ikatan kovalen koordinasi dengan dua posisi ditempati pasangan elektron bebas
sehingga bentuk ionnya adalah segiempat planar
Ion pseudohalida yang paling dikenal adalah ion sianida, CN -. Ion sianida
memiliki kesamaan dengan ion Cl-, Br- dan I- dalam beberapa hal sebagai berikut:
1. Membentuk asam sianida, HCN, sebagaimana ion halida membentuk HCl.
HBr dan HI.
2. Dapat teroksidasi membentuk molekul sianogen, (CN)2, sebagaimana ion
halida membentuk Cl2, Br2 dan I2.
3. Membentuk garam dengan Ag+, Pb2+ dan Hg+ (AgCN, Pb(CN)2, Hg2(CN)2)
yang tidak larut dalam air sebagaimana garam AgCl, PbCl 2 dan Hg2Cl2 yang
juga tidak larut dalam air.
4. Dapat membentuk senyawa interpseudohalogen seperti ClCN, BrCN dan
ICN.
5. AgCN tidak larut dalam air, tetapi larut dalam larutan amonia, sebagaimana
AgCl.
6. Dapat membentuk sejumlah besar ion kompleks seperti ion kompleks halida.
Contoh [Cu(CN4)]2- dan [CuCl4]2-. [Co(CN)6] 3-
dan [Co(Cl)6] 3-
PERTANYAAN:
1. Diketahui konfigurasi stabil Cr berakhir pada 3d5 4s1, meskipun
24