Anda di halaman 1dari 8

JPSD Vol. 2 No.

1, Maret 2016
ISSN 2301-671X

MENUMBUHKAN SIKAP ILMIAH SISWA SEKOLAH DASAR


MELALUI PEMBELAJARAN IPA BERBASIS INKUIRI
Nana Hendracipta
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
nanahendracipta@untirta.ac.id

Abstrak: Sikap ilmiah merupakan salah satu karakter yang dimiliki oleh ilmuwan, karakter ini
harus dimiliki ketika siswa belajar IPA. Inkuiri merupakan kegiatan yang dianjurkan dalam
pembelajaran IPA, karena dalam langkah kegiatan inkuiri itu sendiri tersedia ruang bagi guru
untuk mengembangkan sikap ilmiah. Kegiatan pembelajaran inkuiri meliputi, kegiatan
merumuskan masalah, perencanaan penelitian, eksperimen, penjelasan data dan
mengkomunikasikan. Pada kegiatan merumuskan masalah dapat dikembangkan sikap curiositas,
kegiatan perencanaan penelitian dapat dikembangkan sikap hati-hati, kegiatan eksperimen dapat
dikembangkan sikap obyektif dan sikap hati hati (skeptis). Kemudian pada kegiatan membuat
penjelasan berdasarkan data hasil observasi dapat ditanamkan sikap terbuka, sikap tidak
mencampuradukan fakta dengan pendapat, dan pada kegiatan mengkomunikasikan dapat
dikembangkan sikap terbuka.

Kata kunci: inkuiri, sikap ilmiah

Abstrac: The scientific attitude is one of the characters are owned by scientists, these characters
must-have when students learn science. Inquiry is a recommended learning activities in science,
because in step activity inkuiri available space for teachers to develop a scientific attitude. The
activity of learning inquiry covering, formulate problems, planning research, experiment ,
explanation and communicate on an formulate problems may be developed an curiosity, planning
research may be developed an sceptic, experiments may be developed an objectively and sceptic,
make explanation can be developed open-mindedness and rationality, and on an communicate may
be developed open-mindedness.

Key Word: inquiry, scientific attitude

109
[Type here]

A. Pendahuluan

IPA adalah ilmu yang ilmiah dan hasil atau produk ilmiah
mempelajari fenomena-fenomena di (Depdiknas, 2004).
alam semesta (Depdiknas, 2005). IPA Pembelajaran IPA di Sekolah
memperoleh kebenaran tentang fakta Dasar hendaknya berpijak pada tiga
dan fenomena alam melalui kegiatan komponen tersebut. Pembelajaran IPA
empirik, IPA berkaitan dengan fakta, harus dirancang untuk memupuk sikap
konsep, prinsip dan juga proses ilmiah yang merupakan karakter yang
penemuan itu sendiri. Penemuan dimiliki ilmuwan sains. Sehingga
diperoleh melalui eksperimen yang dalam mempelajari IPA siswa Sekolah
dapat dilakukan di laboratorium Dasar bukan hanya mempelajari
maupun di alam bebas. kumpulan pengetahuan yang berupa
Ilmuwan dalam bidang IPA fakta-fakta, konsep atau prinsip-prinsip
mempelajari gejala alam melalui proses saja, tetapi juga mempelajari proses
dan sikap ilmiah. Proses ilmiah didasari penemuan itu sendiri untuk memupuk
dengan cara berfikir logis berdasarkan sikap ilmiah.
fakta-fakta yang mendukung. Berdasarkan pada paparan di atas
Sementara sikap ilmiah tercermin pada dapat disimpulkan bahwa tujuan
sikap jujur dan obyektif dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
mengumpulkan fakta dan menyajikan adalah untuk memberikan pengalaman
hasil analisis fenomena-fenomena kepada siswa dalam merencanakan dan
alam. Melalui cara berfikir logis dan melakukan kerja ilmiah untuk
sikap jujur serta obyektif tersebut membentuk sikap ilmiah,
didapatkan suatu hasil/produk berupa meningkatkan kesadaran guna
penjelasan atau deskripsi tentang memelihara dan melestarikan
fenomena-fenomena alam beserta lingkungan serta sumber daya alam
hubungan kausalitasnya. Dengan (Depdiknas, 2004). Selain daripada itu
demikian dalam IPA terdapat tiga pembelajaran IPA di sekolah harus
komponen yaitu proses ilmiah, sikap dilakukan melalui serangkaian kegiatan
inkuiri (Mulyasa, 2006). Karena

JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 Nana Hendracipta


ISSN 2301-671X
110
[Type here]

melalui kegiatan pembelajaran berbasis pembelajaran IPA tersebut, termasuk


inkuiri dapat dikembangkan kegiatan untuk memupuk sikap sikap
kemampuan dan pengalaman belajar ilmiah siswa.
yang selaras dengan tujuan

B. Pembahasan

Sikap Ilmiah Sebagai Sebuah yang melekat tentang obyek tertentu


Karakter Ilmuwan Sains dan suatu kecenderungan untuk
Sikap menurut Winkel (1993) bertindak terhadap obyek tersebut
merupakan suatu kecenderungan untuk dengan suatu cara tertentu. Kemudian
menerima atau menolak suatu obyek Smith ( 1992) memberikan definisi
tersebut sebagai obyek yang berharga bahwa sikap merupakan perpaduan dari
atau baik dan obyek yang tidak kepercayaan seseorang terhadap obyek
berharga atau tidak baik. dengan kata lain sikap merupakan
Berdasarkan pada pengertian di kecenderungan umum untuk merespon
atas pada dasarnya sikap bukan secara konsisten yang terpola pada
merupakan suatu perilaku, tetapi pemikiran, perasaan dan
merupakan suatau kecenderungan atau kecenderungan. Jadi dalam hal ini
prediposisi dari perilaku. Seperti sikap berhubungan dengan perasaan
dikemukakan Wirawan (1993) yang seseorang terhadap obyek tertentu yang
memberikan pengertian bahwa sikap disertai kecenderungan untuk bertindak
merupakan suatu kesiapan pada sesuai dengan obyek tersebut.
seseorang untuk bertindak secara Sikap ilmiah itu sendiri adalah
tertentu terhadap hal tertentu. sikap tertentu yang diambil dan
Manifestasi dari sikap tidak dapat dikembangkan oleh ilmuwan untuk
langsung terlihat tetapi hanya dapat mencapai hasil yang diharapkan
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku (Iskandar dalam T Pardede, 2000).
yang tertutup. Calhoun ( 1997) Sikap sikap ilmiah itu meliputi :
mengemukakan bahwa sikap adalah Obyektif /jujur, tidak tergesa-gesa
sekelompok keyakinan dan perasaan mengambil kesimpulan, terbuka, tidak

JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 Nana Hendracipta


ISSN 2301-671X
111
[Type here]

mencampuradukan fakta dengan Dalam proses pembelajaran IPA


pendapat, bersikap hati-hati, sikap aktivitas eksperimental ini merupakan
ingin menyelidiki atau keingintahuan suatu hal yang penting untuk
(couriosity) yang tinggi. ditanamkan kepada siswa, agar siswa
memahami bahwa konsep-konsep IPA
Mengembangun Sikap Ilmiah
ditemukan melalui aktivitas
Melalui Pembelajaran IPA Berbasis
eksperimental yang didasari oleh
Inkuiri
inkuiri. Selain daripada itu
Inkuiri merupakan proses yang
pembelajaran IPA yang berbasis inkuiri
ditempuh untuk mendapatkan
cenderung melibatkan siswa dengan
informasi melalui kegiatan yang biasa
cara merumuskan pertanyaan,
dilakukan oleh para ilmuwan (Beyer,
menyelidiki secara luas dan kemudian
1971; Marshall, 1983; Trowbridge &
membentuk pengertian baru,
Bybee, 1990; Joyce & Weill, 1996).
pemahaman dan pengetahuan (Alberta,
Aktivitas ilmuwan ini menurut Pruitt &
2004). Kemudian menurut Hebrank
Underwood (2006) terdiri dari;
(2000) dalam pembelajaran IPA
observasi, bertanya, berhipotesis,
berbasis inkuiri pengetahuan
menguji hipotesis dan eksplanasi. Jadi
didapatkan melalui proses kegiatan
dalam hal ini dapat dikatakan bahwa
inkuiri, yang mana siswa
inkuiri itu merupakan proses
mempertanyakan pertanyaan yang
eksperimen yang meliputi kegiatan
mereka ajukan sendiri atau pertanyaan
observasi, bertanya, berhipotesis,
yang diberikan guru. Pendapat ini
pengujian hipotesis sampai kepada
sejalan dengan pendapat Piaget yang
eksplanasi atau menjelaskan apa yang
menyatakan bahwa pembelajaran IPA
telah ditemukan dari observasi melalui
yang didasari proses inkuiri merupakan
kegiatan komunikasi. Hal ini sejalan
pembelajaran yang mempersiapkan
dengan pendapat Marzano et.al (1994)
situasi bagi anak untuk melakukan
yang menyatakan bahwa inkuiri
eksperimen sendiri (Sund &
merupakan aktivitas eksperimental
Trowbridge, 1973). Hal ini berarti
yang bertujuan untuk pengujian suatu
bahwa siswa memperoleh pengetahuan
hipotesis.
melalui serangkaian kegiatan seperti

JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 Nana Hendracipta


ISSN 2301-671X
112
[Type here]

yang dilakukan oleh para ilmuwan, hati, sikap ingin menyelidiki atau
dalam arti siswa pada proses keingintahuan (couriosity) yang tinggi.
pembelajaran berperan sebagai peneliti. Langkah kegiatan pembelajaran
Pernyataan ini sejalan dengan pendapat berbasis inkuiri itu sendiri menurut
Budnitz (2000) yang menyatakan National Science Education Standards
bahwa pembelajaran IPA berbasis Amerika Serikat (NRC, 2000) meliputi
inkuiri merupakan sebuah situasi yang lima aspek yaitu; aspek merumuskan
memposisikan siswa berperan sebagai masalah, merencanakan penelitian,
peneliti. Dalam situasi ini siswa melaksanakan penelitian dan
mengambil inisiatif untuk pengumpulan data, membuat
mengobservasi dan bertanya mengenai penjelasan berdasarkan data hasil
sebuah fenomena, mengajukan observasi serta mengkomunikasikan
penjelasan mengenai apa yang mereka hasil penelitian.
observasi, melaksanakan dan Pada aspek kegiatan merumuskan
merencanakan pengujian untuk masalah, di Sekolah Dasar kegiatan ini
mendukung atau menentang teori dapat dilakukan dengan mengajukan
mereka, menganalisis data, permasalahan secara langsung oleh
menyimpulkan dari data eksperimen, guru, artinya permasalahan itu tidak
mendesain dan membentuk model atau harus muncul dari siswa. Dalam
beberapa kombinasi dari kegiatan kegiatan ini sikap ilmiah yang dapat
tersebut. ditanamkan adalah, sikap ingin
Mengembangkan sikap sikap menyelidiki (curiositas) yang tinggi.
ilmiah melalui kegiatan pembelajaran Sikap ini bisa ditanamkan ketika guru
berbasis inkuiri, artinya pada setiap mengajukan permasalahan dengan cara
langkah dari kegiatan pembelajaran mengajukan fenomaena yang
berbasis inkuiri harus mengandung menarik/membawa sesuatu hal yang
unsur kegiatan untuk memupuk sikap menarik terkait dengan permasalahan.
sikap ilmiah yang meliputi Pada langkah perencanaan
obyektif/jujur, tidak tergesa-gesa, penelitian, kegiatan yang dilakukan
terbuka, tidak mencampuradukkan siswa menentukan alat, bahan, prosedur
fakta dengan pendapat, bersikap hati- yang akan dilakukan, serta variable

JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 Nana Hendracipta


ISSN 2301-671X
113
[Type here]

yang terlibat dalam penelitian. Sikap meyakinkan siswa agar selalu


yang dapat ditanamkan adalah sikap menyatakan dan menuliskan sesuatu
hati-hati, didasarkan pada sikap penuh sesuai apa adanya. Kemudian sikap
pertimbangan dalam menentukan alat, tidak tergesa-gesa dalam mengambil
bahan, prosedur serta variable yang kesimpulan, dalam hal ini guru dapat
terlibat. membimbing siswa agar kesimpulan
Pada langkah pelaksanaan yang ditulis siswa didukung oleh data-
penelitian dan pengumpulan data, tahap data yang cukup. Selanjutnya sikap
ini siswa melakukan eksperimen untuk hati hati yang didasarkan pada sikap
mengeksplorasi dan menguji secara penuh pertimbangan dalam melakukan
langsung. Pada tahap ini guru berperan prosedur kerja agar data yang diperoleh
untuk mengendalikan siswa bila akurat.
mengasumsikan suatu variabel yang Pada kegiatan membuat
telah disangkalnya padahal pada penjelasan berdasarkan data hasil
kenyataannya tidak. Peran guru lainnya observasi, siswa dituntut untuk mampu
pada tahap ini adalah memperluas mengkombinasikan penemuan-
informasi yang telah diperoleh. Selama penemuan dari inkuiri itu kedalam
verifikasi siswa boleh mengajukan suatu penjelasan, pernyataan atau
pertanyaan tentang obyek, ciri, kondisi prinsip yang lebih formal. Kegiatan
dan peristiwa. Selain daripada itu siswa yang dilakukan guru adalah
mengisolasi variabel yang sesuai, siswa membimbing siswa untuk dapat
merumuskan hipotesis sebab akibat dan menyarikan informasi dan
menguji hipotesis. Kegiatan yang dapat mengkombinasikan penemuan.
dilakukan guru untuk mencapai tujuan Selanjutnya guru mengajukan
ini adalah dengan cara mengundang petanyaan-pertanyaan yang mendorong
siswa untuk melakukan percobaan siswa untuk mendapatkan kesimpulan.
dengan menggunakan lembaran kerja Selain daripada itu tahap ini juga
yang telah disiapkan. Sikap yang dapat merupakan tahap dimana siswa
ditanamkan pada tahap ini adalah, mengorganisasi data hasil observasi
sikap obyektif/ jujur terhadap fakta, dan merumuskan penjelasan. Sikap
dalam hal ini guru dituntut untuk ilmiah yang dapat ditanamkan pada

JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 Nana Hendracipta


ISSN 2301-671X
114
[Type here]

kegiatan ini adalah; Sikap terbuka Kegiatan mengkomunikasikan


artinya bersedia menerima pandangan temuan, pada tahap ini siswa dituntut
atau gagasan orang lain, walaupun agar mampu mengkomunikasikan hasil
gagasan tersebut bertentangan dengan temuan, guru mendorong siswa
penemuannya sendiri. Sementara itu, merefleksikan pemahaman mereka
jika gagasan orang lain memiliki cukup tentang inkuiri melalui diskusi kelas,
data yang mendukung gagasan tersebut serta guru melacak dengan cara
maka ilmuwan tersebut tidak ragu mengajukan pertanyaan-pertanyaan
menolak temuannya sendiri. untuk memperoleh penjelasan dan
Selanjutnya sikap tidak akurasi. Sikap ilmiah yang dapat
mencampuradukkan fakta dengan ditanamakan pada kegiatan ini adalah
pendapat, dalam hal ini guru dituntut Sikap terbuka artinya bersedia
agar selalu membimbing siswa dalam menerima pandangan atau gagasan
menyarikan informasi dari data, orang lain, walaupun gagasan tersebut
sehingga informasi yang diperoleh bertentangan dengan penemuannya
selalu berdasarkan pada fakta bukan sendiri.
pendapat.

C. Simpulan

Pada langkah kegiatan kegiatan pelaksanaan penelitian dan


pembelajaran berbasis inkuiri terbuka pengumpulan data dapat ditanamkan
kemungkinan untuk menanamkan sikap obyektif/jujur dan sikap hati-hati.
sikap-sikap ilmiah sebagai sebuah Kemudian pada langkah kegiatan
karakter yang dimiliki ilmuwan sains. membuat penjelasan berdasarkan data
Pada langkah kegiatan merumuskanm hasil observasi dapat ditanamkan sikap
masalah dapat ditanamkan satu sikap terbuka, sikap tidak mencampuradukan
ilmiah yaitu sikap ingin menyelidiki fakta dengan pendapat, dan pada
(curiositas) yang tinggi, langkah kegiatan mengkomunikasiakn temuan
kegiatan perencanaan penelitian dapat dapat dikembangkan sikap terbuka.
ditanamkan sikap hati-hati, langkah

JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 Nana Hendracipta


ISSN 2301-671X
115
[Type here]

Daftar Pustaka

Alberta. (2004). Focus on iquiry: A Supervisor and Curriculum


Teacher’s Guide to Implementing Development.
Inquiry-Based Learning. Edmonton, Mulyasa, E. (2006). Kurikulum Tingkat
AB: Alberta Learning Satuan Pendidikan. Bandung:
[online]Tersedia: Remaja Rosda Karya.
http://www.Learning.gov.ab.ca/k_1 National Research Council. (2000).
2/curriculum/bysubject/focusi Inquiry and The National Science
nquiry.pdf. [27 Juni 2008]. Education Standards: A Guide for
Beyer,B.K (1971). Inquiry in The Teaching and Learning.Washington
Social Studies Classroom: a DC: National Academy
Strategy for Teaching. Ohio: Press.[Online] tersedia
Charles E. Merril Publishing http://www.nap.edu/catalog/9596/ht
Company. ml.
Budnitz, N. (2003). What Do We Mean Pruitt, N.L & Underwood, L.S. (2003).
by Inquiry. [Online]. Tersedia: Science Teaching and Learning
http://www.Biology.duke.edu/cibl/in Process in Preservice Teacher
quiry/what is inquiry.htm [27 Juni Education: The de Salle University.
2008]. Manila. Experience. “Electronic
Calhoun,J.F.et.al. 1997. (terjemahan). Journal of Science Education, Vol 1
Psikologi Tentang Penyesuaian dan September [online]. Tersedia:
Hubungan Kemanusiaan. Jakarta: http//unr.edu/homepage [27 Juni
Erlangga. 2008].
Depdiknas. (2004). SAINS: Materi Pardede, T (2011). IPA Sebagai Sikap
Pelajaran Terintegrasi Penataran Ilmiah. Tersedia:
Guru SLTP. Jakarta: tpardede.wikispace
Dirjendikdasmen. Smith, R. et. al (1992). Phsycology:
Hebrank, M. (2000). Why Inquiry- The Frontier of Behavior. New
Based Teaching and Learning in York: Harper and Row.
The Middle School Science Sund, R.B. & Trowbridge,L.W. (1973).
Classroom [online]. Tersedia Teaching Science by Inquiry in The
http://www.Biology.duke.edu/cibl/in Secondary School. Columbus:
quiry/what is inquiry.htm [27 Juni Charles E Merril Publishing
2008]. Company.
Marshall, D. (1983). Inquiry and Trowbridge, L.W. & Bybee, R.W.
Investigation in Biology: an (1990). Becoming a Secondary
Introduction. London: Cambridge School Science Teacher. Melbourne:
University Press. Merril Publishing Company.
Marzano, R.J. Pickering, D.J. Metighe, Winkel, W.S. ( 1993). Psikologi
J. (1994). Assesing Student Outcome Perkembangan. Jakarta : Gramedia.
Performance Assesment Using The Wirawan, S. S. (1993). Pengantar
Dimension of Learning Model. Umum Psikologi. Jakarta: Bulan
Alexandria: Association for Bintan.

JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 Nana Hendracipta


ISSN 2301-671X
116

Anda mungkin juga menyukai