Anda di halaman 1dari 8

Sikap Pesantren dalam Menghadapi Paham Pluralisme Agama

Abstract

The Attitude of Boarding School in Dealing the I deas of Religious Pluralism


In the histor y of boarding schoolseen that among the functions of boarding schools is taught, studied
Islamic sciences, and also the institutions that defend the Islamic faith from the under standing and teaching
of Islam distorted or destructive. In other words, people boarding a bulwark against the attacks of thought
and under standing that can destroy religion. For example, Modern Boarding School Roxburgh roommate in
the face of religious plur alism and liberal under standing has established the Center of Islamic and Occidental
Studies (CIOs) that examines all of Wester n thought and how to deal with the foundation of Islamic thought.
Moder n cottage CIOs roommate has published several books in the face of liberalism and religious plur alism.
In addition, Modern Boarding roommate also has done Regener ation Scholar s Progr am.
Keywords: Islamic School, Muslim, and religious plur alism

Pendahuluan lahiriah saja. Di antara cara menghancurkan nilai-nilai


keimanan adalah menyebarkan paham pluralisme
Pada taangal 12 Januari 1952, seorang pemimpin
dengan nilai-nilai pemikiran liberal, berdasarkan
rabbi Yahudi Emanuel Robinovisc berpidato di dalam
hak-hak asasi manusia, serta membangun sebuah
Sidang Agung Rabbi Seluruh Eropa di Kota Budapest
agama bagi semua berdasarkan kepada nilai-nilai
menyatakan:
spiritualisme yang bersumberkan kepada hati nurani.
” Keberadaan agama dan tokoh agama merupakan Oleh sebab itu, pluralisme dan spiritualisme adalah
ancaman bagi kita, karena agamalah yang mampu dua sisi serangan terhadap agama dan keimanan.
membuat ancaman bagi kita untuk menguasai dunia.
Kekuatan jiwa yang ditimbulkan oleh keimanan
pemeluk agama akan melahirkan sikap berani mati
M aksud Pluralisme Agama
untuk menghadapi kekuatan kita. Akan tetapi, kita Secara bahasa, Pluralisme Agama berasal dari
tetap akan memelihara sebagian ajaran agama yang kata “ Pluralisme“ dan “ Agama” . Kata “ Pluralism“
bersifat lahiriah saja. Sedang agama Yahudi tetap dalam bahasa Inggris mempunyai tiga pengertian.
akan merupakan pegangan bagi setiap bangsa Yahudi, Dalam pengurusan gereja bermakna (1) sebutan
dengan satu tujuan untuk menjaga tali pengikat antar untuk orang yang memegang lebih dari satu jabatan
bangsa kita, dan sekaligus menjadi perisai untuk
dalam kepengurusan gereja, (2) Memegang dua
menghalangi orang non-Yahudi tidak masuk ke dalam
barisan kita melalui perkawinan atau lainnya…… jabatan atau lebih secara bersama-sama, baik dalam
Anda sekalian sekarang melihat kemenangan terakhir kepengerusuan gereja atau luar gereja. Pengertian
yang jelas, seperti melihat gajah di pelupuk mata. kedua adalah aliran falsafah, yaitu mengakui
Kalian akan kembali ke negara masing-masing setelah wujudnya pemikiran yang mendasar lebih dari satu.
sidang agung ini untuk mengajak bangsa kita bekerja (3) bersifat sosio-politik, yaitu sistem yang mengakui
keras, sehingga akhirnya akan sampai suatu saat wujudnya berbagai macam agama, aliran, dan partai
nanti di mana negara Israil akan membuka hakikat dengan tetap menghormati perbedaan dan ciri khas
diri yang sebenarnya kepada dunia, sebagai tempat masing-masing (Anis Malik Toha, 2005: 11-12).
memancarnya cahaya yang akan menerangi seluruh
alam raya “ . (Carr, t.th: 192-193). Tetapi dalam perkembangan selanjutnya, istilah
“ Pluralisme Agama “ dipakai dengan makna yang
Dari pernyataan di atas dapat dilihat bagaimana
tidak sesuai dengan makna bahasa, sebagaimana
rancangan untuk menghancurkan agama sedang
dinyatakan oleh John Hick (dalam al Mustaqeem
dilakukan oleh musuh-musuh agama, dengan
Mahmood Radhi, 2006: 96) bahwa Pluralisme
menghancurkan asas-asas keyakinan dan keimanan
Agama adalah “ Kepercayaan bahwa tidak ada satu
serta mengekalkan bentuk-bentuk ritual yang bersifat
agama memonopoli kebenaran atau jalan kehidupan

118
: Sikap Pesantren dalam Menghadapi Paham Pluralisme Agama

yang membawa kepada keselamatan “ . Oleh sebab itu, pemahaman Pluralisme Agama dikembangkan oleh
menurut Jhon Hick, Pluralisme Agama adalah “ cara Rammohan Ray (1772-1883) yang semula sebagai
yang lebih arif untuk memahami kebenaran agama- pemeluk agama Hindu, kemudian mempelajari
agama lain dengan menerima bahwa kita (semua konsep ketuhanan dari agama Islam, dan akhirnya
agama) mempersembahkan banyak jalan menuju mencetuskan pemikiran Tuhan Satu dan persamaan
ke satu realitas tunggal (Tuhan) yang membawa antar agama serta mendirikan gerakan “ Brahma
kebenaran dan keselamatan. Tidak ada satu jalan Samaj“ pada tahun 1828. Kata “Brahma“ berasal
(agama) pun yang boleh mendakwa lebih benar dari “ Brahman“ , Tuhan dalam kitab suci Hindu
daripada yang lain karena kita semua (semua agama) “ Upanishad“ dan falsafah Vedanta, yang menjadi
sama dekat dan sama jauhnya dari realitas yang sifat dari “ Samaj“ yang berarti “ masyarakat“ . Maka
sama yang kita (semua agama) sedang mencariNya “ Brahma Samaj“ berarti “ masyarakat bertuhan“ , yaitu
“ (Suratno dalam al Mustaqeem Mahmood Radhi, masyarakat yang menerima siapa saja yang mengakui
2006: 21). adanya Tuhan tanpa melihat warna kulit, kasta,
bangsa, dan agamanya; dengan tujuan memperkuat
Istilah Pluralisme Agama (Religious Pluralism)
ikatan kesatuan antar manusia yang memiliki agama,
tidak sama dengan istilah Pluralitas Agama
tradisi, dan budaya yang berbeda (Farquhar, t.th.:
(Religious Plurality), sebab Pluralisme Agama adalah
148).
paham yang mengakui kesamaan agama-agama.
Sedangkan Pluralitas Agama adalah pengakuan Setelah Rammohan Ray meninggal dunia, maka
tentang wujudnya agama-agama dalam masyarakat Ramakrishna Paramahamsa (1834-1886) yang telah
plural. Pengakuan wujudnya agama-agama dalam mencoba untuk mempelajari agama Hindu, Islam
masyarakat plural sebagaimana yang dimaksudkan dan Kristen akhirnya menyatakan: “ Saya sudah
dalam istilah Pluralitas Agama tidaklah sama dengan pernah mengalami hidup di semua agama: Hindu,
pengakuan kebenaran agama-agama sebagaimana Islam dan Kristen, begitu juga saya pernah mengikuti
yang dimaksudkan dalam istilah Pluralisme Agama. berbagai tarekat dan sekte-sekte Hindu, akhirnya saya
Dalam Pluralitas Agama setiap agama mengakui menemukan bahwa semuanya hanyalah langkah-
kebenaran dan keunggulan agamanya masing-masing langkah dan cara-ara yang berbeda menuju Tuhan
dan tidak mengakui kebenaran agama lain walau Yang Satu“ (Masih, 1993: 200).
tetap bersikap untuk menghargai dan menghormati Setelah menjelajah agama Hindu, Islam,
agama lain. Sedangkan dalam Pluralisme Agama
Kristen dan akhirnya kembali kepada agama Hindu,
setiap agama harus mengakui kebenaran agama lain, Ramakrishna menyatakan bahwa perbedaan agama-
agama itu tidaklah berarti karena perbedaan itu
masing-masing, sehingga semua agama adalah sama, hanya masalah luar. Bahasa Bengal, Urdu, dan
tuhan semua agama adalah sama, sebab semua agama
Inggris mempunyai ungkapan yang berbeda dalam
menyembah Tuhan yang sama dengan cara yang
menyatakan “ air“ , sedangkan hakikat air adalah air.
berbeda sebagaimana dikatakan oleh Husein Nasr
Maka menurutnya, semua agama mengantarkan
(1981: 293) “ semua agama adalah jalan-jalan menuju
manusia kepada satu tujuan yang sama, maka
puncak yang sama” .
mengubah seseorang dari satu agama kepada agama
yang lain merupakan tindakan sia-sia. Gagasan
Sejarah Kemunculan dan Perkembangan Ramakrishna, persahabatan dan toleransi penuh antar
Paham Pluralisme Agama agama, kemudian berkembang dan diterima sampai
a. Dari I ndia ke Chigaco ke luar negara India melalui kedua muridnya, Keshab
Chandra Sen (1838-1884) dan Swami Vivekananda
Jika kita meneliti sejarah, maka terlihat bahwa
(1982-1902). Dalam kunjungan Keshab Chandra Sen
paham Pluralisme Agama telah ada sejak dahulu
ke benua Eropa, dia berjumpa dengan F. Max Muller
kala, bermula dari abad ke-15 dalam pemikiran Kabir
(1823-1900) bapak perbandingan agama di barat
(1440-1518) dan murudnya yaitu Guru Nanak (1469-
dan dia menyampaikan gagasan gurunya. Swami
1538) yang mendirikan agama Sikh (Anis Malik
Vivekananda juga dijemput untuk menyampaikan
Toha, 2005: 20). Hanya saja pengaruh pemikiran
pesan-pesan gurunya dalam Sidang Parlemen Agama
Dunia (World’s Parliament of Religion) yang pertama
hanya dikenal di kawasan India saja. Selanjutnya

119
Toleransi, Vol. 5 No. 2 Juli – Desember 2013

di Chicago tahun 1893 (Anis Malik Toha, 2005: 22) Theosophical Society di Perancis yang didirikan oleh
dengan keputusan bahwa agama-agama di dunia seorang FreeMason Gerard Encausse (1865-1916)
perlu bersatu dan menghilangkan perbedaan masing- (Adnan Husaini, 2009: 177). Encause mendirikan
masing, kemudian dilanjutkan dengan pertemuan Free School of Hermetic Science, sekolah yang
Sidang Parlemen Agama Dunia kedua di Kota mengkaji masalah misticisme. Rene Guenon belajar
Chigaco pada tahun 1993 dengan memperkenalkan tentang pemikiran mistikisme (Occult Studies), dan
konsep Global Theology dan Global Ethic. Pertemuan berkenalan dengan tokoh-tokoh FreeMasonry dan
dilanjutkan dengan Sidang Parlemen Agama Dunia Theosophia. Rene Guenon juga tercatat sebagai
ketiga tahun 1999 di Barcelona, Spanyol dan ahli FreeMasonry Lodge Thebah, Prancis. Malahan
pertemuan Sidang Parlemen Agama Dunia ke-empat menurut Grand Master FreeMasonry Prancis, Henry
pada tahun 2004 di Cape Town, Afrika Selatan, dan Tort-Nougues, tulisan dan pemikiran Rene Guenon
pertemuan terakhir Sidang Parlemen Agama Dunia merupakan dasar dari hermeneutika (penafsiran)
kelima pada bulan Desember 2009 yang lalu di Kota tentang lambang-lambang FreeMasonry Modern
Meulborne Australia. (Vadillo, 2003: 392). Pengalaman Spiritual Rene
Guenon dalam Theosophy Soceity dan FreeMasonry
mendorongnya untuk mengambil kesimpulan bahwa
kepada I slam
semua agama memiliki kebenaran dan bersatu dalam
Pada tahun 1875 Helena Blavatsky, Henry Steel level Kebenaran (Adnan Husaini, 2009: 178). Pada
Olcott, dan William Quan Judge mendirikan sebuah tahun 1912, Rene Guenon yang semula beragama
organisasi Yahudi bernama Theosophical Society di Kristen masuk ke dalam agama Islam dan berganti
Kota New York dengan tujuan mengikat persaudaraan nama dengan Abdul Wahid Yahya. Dalam tulisan dan
universal tanpa melihat kelompok, bangsa, dan buku-bukunya, Rene Guenon menghidupkan kembali
agama, di bawah pimpinan Helena Blavatsky, nilai-nilai, hikmah, dan kebenaran abadi yang ada
Henry Steel Olcott, dan William Quan Judge. pada tradisi dan agama-agama yang disebutnya
Beberapa tahun kemudian organisasi ini mendirikan dengan Tradisi Primordial (Primordial Tradition).
International Head Quarters di Adyar, Chennai, dan Menurutnya, walaupun setiap agama itu berbeda,
India. Di bawah lambang Theosophical Soceity tetapi semua agama itu memiliki tradisi yang sama,
tersebut tertulis kalimat “ There is no religion higher yaitu Tradisi Primordial. Perbedaan teknis yang
than Truth“ . Sedangkan tujuan utama Perhimpuan terdapat dalam setiap agama merupakan jalan dan
cara yang berbeda untuk merealisasikan Kebenaran.
antara sesama manusia tanpa memandang bangsa, Menurut Guenon, semua agama, termasuk agama
kepercayaan, kelamin, kaum atau warna kulit. (2) Islam, tidak dapat dikatakan benar atau salah dengan
Memajukan pendidikan dengan mencari persamaan cara mengkaji ajaran agamanya, sebab semua agama
itu mempunyai kebenaran yang terkandung dalam
(3) Menyelidiki hukum-hukum alam yang belum Tradisi Primordial. Semua agama dalam kegiatan
dapat diterangkan dan kekuatan-kekuatan dalam ritualnya hanya merupakan cara untuk mencapai
manusia yang masih terpendam. Oleh sebab itu, Tradisi Primordial (Vadillo, 2003: 382). Rene Guenon
Theosophical Soceity adalah sebuah badan kebenaran meningal tahun 1951 di Kairo sebagai seorang muslim
yang merupakan dasar dari semua agama, yang dengan nama Abdul Wahid Yahya, tetapi menurut
tidak dapat dimiliki dan dimonopoli oleh agama Michel Valsan: “ Guenon never presented himself
specially in the name of Islam, but in the name of
the Traditional dan initiatic universal consciousness“
(Vadillo, 2003: 383).
keadilan dan cinta-kasihlah yang membimbing
Pemikiran Rene Guenon diteruskan oleh
evolusi kehidupan (www.ts.-adyar.com.).
muridnya Frithjof Schuon (1907-1998). Sejak berusia
Gagasan Pluralisme masuk ke dalam wacana 16 tahun, Schuon telah membaca tulisan Guenon
pemikiran Islam melalui tulisan-tulisan Rene “ Orient et Occident“ . Kagum dengan pemikiran
Guenon (1886-1851) dan diikuti oleh muridnya Guenon, Schuon berkirim surat dengan Guenon
Frithjof Schuon (Anis Malik Toha, 2005: 23). Rene selama 20 tahun. Setelah berkorespodensi sekian
Guenon adalah seorang ahli dari perkumpulan lama, akhirnya Schoun berjumpa pertama kali dengan

120
: Sikap Pesantren dalam Menghadapi Paham Pluralisme Agama

Rene Guenon di Mesir pada tahun 1938, dan masuk menyebabkan timbulnya pluralitas agama. Namun
Islam pada tahun 1948 dengan nama Isa Nuruddin.
Menurut buku “ Trancendental Unity of Religions“ mengekpresikan fokus yang tunggal dan terangkum
yang ditulis oleh Schuon, agama-agama merupakan dalam jangkauan lingkaran yang tunggal. Oleh sebab

Yang Mutlak (Grand Theophanies of the Absolute) atau mengekpresikan hakikat ketuhanan. Nasr juga
yang mempunyai dua hakikat, yaitu esoteric (batin) menyatakan bahwa adalah bertentangan dengan
dan exoteric (zahir), substansi (subtance) dan aksiden kebijakan dan keadilan Tuhan untuk membiarkan
(accident), atau essensi (essence) dan bentuk (form) agama-agama dunia dalam kesesatan selama ribuan
atau dalaman (inward) dan luaran (outward). Semua tahun, padahal berjuta-juta manusia telah mencari
agama bersatu dalam tingkat batin (esoteric) walaupun jalan keselamatan. Dengan demikian, Pluralisme
berbeda dalam tingkat zahir (exoteric). Kesatuan Agama merupakan “ kehendak Tuhan” dan sebagai
agama dalam tingkat batin inilah yang disebut akibatnya semua agama adalah benar dan dapat
dengan “ Kesatuan agama-agama dalam tingkat diikuti. Nasr (1981: 296; 1972: 16) berpendapat
transenden (Trancendental Unity of Religions). Oleh bahwa “ memeluk atau percaya kepada agama apapun,
sebab itu, setiap agama dalam tingkat lahir tidak kemudian mengamalkan ajaran-ajarannya secara
boleh menganggap dirinya mempunyai kebenaran sempurna berarti memeluk dan beriman kepada
yang mutlak (absolutely absolute). “ Oleh karena semua agama“ . Pemikiran Nasr banyak diikuti oleh
itu, klaim eksoterik tentang pemilikan kebenaran mahasiswa, dosen, dan pemikir muslim di dunia
absolut secara ekslusif merupakan kesalahan Islam, sehingga dia merupakan tokoh yang paling
murni, sebab pada kenyataannya setiap ungkapan bertanggung jawab dalam mempopulerkan gagasan
kebenaran meniscayakan suatu bentuk untuk pluralisme agama di kalangan Islam tradisional.

hal yang mustahil bahawa bentuk memiliki sebuah Bukti Pluralisma Agama M erusak Akidah
kebenaran absolut yang ekslusif, yakni tidak boleh Pluralisme Agama: Semua agama sama, semua
merupakan satu-satunya ungkapan dari apa yang agama benar
diungkapkan“ (Anis Malik Toha, 2005: 116). Schuon
Dalam pandangan paham Pluralisme Agama,
mendakwa dirinya sebagai seorang Syekh Tarekat
semua agama adalah sama sebab semua agama
dengan mendirikan Tarekat Szadziliyah Maryamiyah.
mencari kebenaran yang sama dan menuju Tuhan
Sewaktu ditanyakan kepadanya mengapa dia memakai
yang sama, sebagaimana dikatakan oleh Husein Nasr
nama Maryam, maka dia menjawab: “ She was a
bahwa “ semua agama adalah jalan menuju puncak
Jewish princess in the House of David, she was on the
yang sama“ . Jhon Hick juga mengatakan bahwa
other hand the mother of the founder of Christianity,
agama lain adalah sama-sama jalan yang benar
and she occupies in Islam the peak in the hierarchy
menuju kebenaran yang sama (Other religion are
of women. She loves the three religions, and religion
equally valid ways to the same Truth) (Hamid Fahmi
in general as we do“ (Vadillo, 2003: 405). Schuon
2008: 103).
meninggal pada tahun 1998 dengan nama Syekh Isa
Nuruddin Ahmed al Sazdili al-Alawi el-Maryami. Ulil Absar Abdallah, tokoh Jaringan Islam
Liberal di Indonesia menyatakan “ Semua agama
Selanjutnya pemikiran Schuon diikuti,
adalah sama. Semuanya menuju jalan kebenaran.
dikembangkan, dan diteruskan oleh Sayed Hussein
Jadi, Islam bukan agama yang paling benar“ (Majalah
Nasr, seorang Syiah dari Iran yang menetap di Amerika.
Gatra, 2002). Ulil Absar juga menulis “ Dengan
Menurut Nasr, setiap agama adalah penjelmaan dari
tanpa rasa segan dan malu saya mengatakan bahwa
model dasar (archetype) yang merupakan salah satu
semua agama adalah tepat berada pada jalan seperti
bagian dari hakikat ketuhanan. Hakikat suatu agama,
itu, jalan panjang menuju Yang Maha Benar. Semua
seperti Islam dan Kristen, sebagaimana wujudnya
agama, dengan demikian, adalah benar, dengan
dalam meta-historis (meta-history) dan sebagaimana
variasi, tingkat dan kadar kedalaman yang berbeda-
wujudnya di sepanjang sejarahnya, tidak lain sesuatu
beda dalam menghayati jalan religiusitas itu. Semua
yang tertulis dalam model dasarnya di alam ideal. Oleh
agama ada dalam satu keluarga besar yang sama:
karenaitu, perbedaan model dasar inilah yang sejatinya
yaitu keluarga pencinta jalan menuju kebenaran yang
menentukan perbedaan tabiat setiap agama, yang
tak pernah ada ujungnya“ (Kompas, 2002).

121
Toleransi, Vol. 5 No. 2 Juli – Desember 2013

Pernyataan semua agama adalah sama bercanggah


dengan akidah Islam, sebab bagi umat Islam agama Suyuthi, Jilid 6, 2000: 692).
yang benar hanyalah Islam sebagaimana dinyatakan
dalam al- Qur’ an: “ Sesungguhnya agama yang benar Pluralisme Agama: Semua penganut agama
di sisi Allah adalah agama Islam“ (QS. Ali Imran: masuk surga
19). “ Barangsiapa yang mencari agama selain agama Akibat pemahaman bahwa semua agama adalah
Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima (agama benar, dan semua agama menyembah kepada Tuhan
itu) daripadanya, dan dia di akhirat kelak termasuk yang satu, maka semua nabi, dan orang yang baik dari
orang yang merugi“ (QS. Ali Imran: 85). semua agama akan mendapat tempat di dalam surga,
sebagaimana dikatakan oleh Sumanto al-Qurthuby
Pluralisme Agama: Semua agama menyembah
(2005: 45), salah seorang aktivis Pluralisme Agama
Tuhan yang sama
di Indonesia: “ Jika kelak di akhirat pertanyaan di
Paham Pluralisme Agama juga meyakini atas diajukan kepada Tuhan, mungkin Dia hanya
bahwa semua agama menyembah Tuhan yang satu tersenyum, sambil menunggu banyak orang ramai,
sebagaimana dikatakan oleh John Hick (1991: 36) antara lain: Jesus, Muhammad, Sahabat Umar,
“ Pluralism is the view that the great world faith Ghandi, Luther, Abu Nawas, Romo Mangun, Bunda
embody different perceptions and conceptions of, Teresa, Udin, Baharuddin Lopa, dan Munir” .
and correspondingly different resnses to the Real
Abdul Munir Mulkan, (2008: 44) menyatakan
or the Ultimate from within the major variant
bahwa “ Jika semua agama memang benar sendiri,
cultural ways of human being“ (Paham Pluralisme
penting diyakini bahwa surga Tuhan yang satu itu
adalah pandangan bahwa agama-agama besar dunia
terdiri dari banyak pintu dan kamar. Tiap pintu adalah
merupakan persepsi dan konsepsi yang berbeda
jalan pemeluk tiap agama memasuki kamar surganya.
tentang dan secara bertepatan merupakan respos yang
Syarat memasuki surga ialah keikhlasan, pembebasan
beragam terhadap Tuhan Yang Nyata (The Real)
manusia dari kelaparan, penderitaan, kekerasan,
atau Tuhan Yang Maha Agung (Ultimate) dari dalam
dan ketakutan, tanpa melihat agamanya. Inilah jalan
berbagai budaya masyarakat yang berbeda).
universal surga bagi semua agama“ .
Nurcholish Madjid (1999: xxx), tokoh Pluralisme
Reza Shah-Kazemi (Al Mustaqeem Mahmud
Agama dari Indonesia menyatakan: “ setiap agama
Radhi, 2006: 64), bekas perunding di Institut Kajian
sebenarnya merupakan ekspresi keimanan terhadap
Dasar, Kuala Lumpur dalam tulisan ” Macam-macam
Tuhan yang sama. Ibarat roda, pusat roda itu adalah
jalan ke syurga” menyatakan bahwa ” Walaupun
Tuhan, dan jari-jari itu adalah jalan dari berbagai
agama lain kurang sempurna berbanding Islam,
agama. Filsafat perennial juga membagi agama pada
semua manusia yang beriman dengan Tuhan adalah
level esoteric (batin) dan level eksoterik (zahir).
umat yang satu. Tuhan adalah esa, maka semua
Satu agama berbeda dengan agama lain dalam level
orang beriman, tidak kira bagaimana penampilan
eksoterik, tetapi relatif sama dalam level esoteriknya.
dan bentuk agama serta sistem kepercayaan mereka
Oleh karena itu, ada istilah “ Satu Tuhan Banyak
dinilai berdasarkan kelayakan dan amal mereka,
Agama “ .
bukan berdasarkan label-label buatan. Hal ini
Konsep Tuhan, Dzat Tuhan, Sifat Tuhan, Nama berdasarkan ayat al-Quran surah an-Nisa’ /4: 122
Tuhan, Perbuatan Tuhan yang berdasarkan kepada ” Orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh
akidah tauhid dalam agama Islam berbeda dengan akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir
konsep dan dzat Tuhan dalam agama yang lain. Sejarah sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal selama-
lamanya. Allah telah membuat suatu janji yang benar.
kepada Nabi Muhammad tentang bagaimana Tuhan, Dan siapakah yang lebih benar perkataannya daripada
maka turunlah surah al-Ikhlas yang menerangkan Allah” .
bahwa Allah itu satu, tidak mempunyai anak, dan
tidak sama dengan apapun juga (Ibnu Katsir, Jilid
surga merusak akidah, sebab dalam al-Qur’ an sangat
Nabi Muhammad menyembah Allah satu tahun,
masuk neraka dan kekal di dalamnya. Pernyataan
” orang yang beriman” dalam ayat 122 di atas bukanlah

122
: Sikap Pesantren dalam Menghadapi Paham Pluralisme Agama

” orang beriman dalam agama apa saja” , sebagaimana serangan pemikiran dan paham yang dapat merusak
agama. Menurut Hasbi (2003: 42), ada empat
beriman” dalam ayat tersebut adalah orang yang kegunaan pesantren (dayah) bagi orang aceh, yaitu:
beriman kepada Allah dan RasulNya. (1) sebagai pusat belajar agama, (2) sebagai benteng
terhadap penetrasi kekuasaan penjajah (3) sebagai
Pluralisme Agama: Tidak ada perbedaan antara agen pembangunan, dan (4) sebagai sekolah bagi
masyarakat.
Kelompok muslim liberal akan berpikir bahwa Di antara fungsi pesantren adalah benteng
terhadap penetrasi penjajah. Dalam zaman
kemerdekaan sekarang ini, di mana bangsa Indonesia
kepada Allah tetapi orang yang tidak beragama merdeka, maka peranan pesantren sebagai benteng
atau tidak memiliki agama. Sedangkan orang yang dari penetrasi penjajah, berubah menjadi benteng
beragama, walaupun bukan agama Islam, itu termasuk dari penetrasi pemikiran barat (orientalis) terhadap
orang beriman. Budhy Munawar Rahman, dosen pemahaman ajaran dan agama Islam. Sebagaimana
Universitas Paramadina menyatakan ” Teologi pluralis telah dijelaskan di atas, bahwa paham pluralisme
memberikan legitimasi kepada kebenaran semua agama juga merupakan salah satu pemahaman
agama, dan pemeluk agama apapun layak disebut tentang agama yang datang dari pemikiran orientalis
sebagai orang yang beriman, dengan makna ” orang barat yang dapat merusak pemahaman agama Islam.
yang percaya kepada Tuhan” , karena sesuai dengan Jika pada masa lalu, pesantren merupakan benteng
al- Qur’ an Surah al-Hujurat/49: 10-12, sebab mereka dari penetrasi penjajah, maka pada masa sekarang,
semua adalah bersaudara dalam iman. Karenanya, peranan pesantren juga harus menjadi benteng dari
hal yang diperlukan sekarang dalam penghayatan pengaruh pemikiran dan paham barat. Oleh sebab
pluralisme agama adalah pandangan bahwa siapapun menurut hemat penulis, sikap pesantren dalam
yang beriman adalah sama di hadapan Allah, karena menghadapi paham pluralisme ini adalah:
Tuhan kita semua adalah Tuhan yang Satu” (Adnan
Husaini, 2002: 51-53). 1. Mempelajari dan memahami sejarah pemikiran
dan perkembangan paham pluralisme dari barat
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan dan proses masuk ke dalam pemikiran umat.
bahwa bagi kaum Pluralis agama, tidak ada istilah
2. Memberikan koreksi terhadap pemikiran dan
percaya kepada Tuhan, dapat disebut dengan orang paham pluralisme agama tersebut dengan
yang beriman (mukmin). Hal ini dapat merusakkan menerbitkan tulisan, risalah, dan buku atau kitab
sebagai jawaban terhadap paham pluralisme
beriman adalah orang yang beriman kepada rukun- sebagaimana dilakukan oleh ulama terdahulu
rukun iman sebagaimana dijelaskan dalam hadits dalam menjawab serangan pemikiran muktazilah,
yang menyatakan bahwa “ Iman itu adalah keyakinan syiah, khawarij, dan lain sebagainya.
kepada Allah, Iman kepada Rasul, Iman kepada 3. Menjelaskan kepada masyarakat tentang bahaya
Malaikat, Iman kepada kitab-kitabNya, iman kepada paham pluralisme terhadap ajaran Islam.
Qadha baik dan buruk, dan iman kepada Hari Kiamat“
4. Menjelaskan kedudukan agama Islam di tengah
(Hadis Muttafaq alaihi).
keanekaragaman agama dan budaya sehingga
toleransi agama hanya berkisar kepada akhlak
Sikap Pesantren dalam menghadapi dan muamalah, dan tidak masuk ke dalam ranah
paham Pluralisme agama akidah dan syariat.
Dalam sejarah perkembangan pesantren terlihat 5. Memahami strategi serangan pemikiran yang
bahwa di antara fungsi pesantren (dayah) adalah dilakukan oleh pendukung paham pluralisme
mengajarkan, mendalami ilmu-ilmu keislaman, dan agama, dan memberikan jawaban dengan strategi
juga merupakan institusi yang mempertahankan yang sama.
akidah Islam dari paham dan ajaran yang menyimpang
atau merusak Islam. Dengan kata lain, pesantren 6. Bersikap waspada dan selektif serta berhati-hati
merupakan benteng pertahanan umat terhadap dengan bantuan, sumbangan, dan kerjasama

123
Toleransi, Vol. 5 No. 2 Juli – Desember 2013

dari lembaga, institusi, yang mendukung paham Ahlussunah Waljamaah, dengan mempelajari kitab
pluralisme agama sebab dikhawatirkan menjani Ushuluddin, Kitab Sa’ adah, dan Kitab Aqidah
langkah awal untuk memasukkan jarum paham Washatiyah. Untuk memperluas wawasan keagamaan
tersebut dalam kurikulum pesantren di masa maka santri dibekali dengan kitab Dinul Islamy, dan
mendatang. untuk mengetahui ajaran sesat dan pemikiran yang
menyimpang, santri dibelaki dengan kitab al- Adyan,
7. Mendirikan pusat kajian dan pembahasan
dan kelompok-kelompok diskusi antar warga
dalam Islam, seperti Syiah, Muktazilah, Khawarij,
pesantren terhadap topik-topik pembahasan
Qadariyah, Jabariyah, Jahmiyah, dan lain sebagainya.
yang berkaitan dengan paham liberalisme dan
Juga berisi pandangan muslim terhadap agama
pluralisme agama, sehingga santri terbiasa untuk
nasrani, Yahudi, Hindu, Budha, Kongfuchu, dan
menjawab persoalan tersebut dengan hujah yang
lain sebagainya. Di waktu akhir pendidikan, dalam
kuat.
program Telaah Kitab (Fathul Qutub) santri dikenalkan
Sebagai contoh, Pondok Modern Gontor dengan kitab-kitab rujukan utama (turast) dalam ilmu
Ponorogo dalam menghadapi paham pluralisme tauhid, seperti Kitab Ibanah oleh Imam Asyari, Kitab
agama dan liberal telah mendirikan Center of Islamic Syamil dan Ushuludin oleh Imam Juwaini, Kitab
and Occidental Studies (CIOS) yang mengkaji segala Fadaihul Batiniyah oleh Imam Ghazali, dan lain
pemikiran Barat dan bagaimana cara menghadapinya sebagainya. Demikian juga santri mentelaah kitab
dengan landasan pemikiran Islam. CIOS Pondok perbandingan agama dan kelompok, seperti Kitab
Modern Gontor telah menerbitkan beberapa buku al-Milal wan Nihal karangan Syahrastani, Kitab al-
dalam menghadapi paham liberal dan pluralisme Firaq Bainal Firaq karangan al-Baghdadi, Kitab al-

Agust 2013). Di samping itu, Pondok Modern Gontor Hazm Andalusi. Di akhir pendidikan, santri diberi
juga telah melakukan Program Kaderisasi Ulama, bekal untuk mengenal pemikiran yang merusak Islam
yaitu program pendidikan selama enam bulan, suatu seperti, sekularisme, liberalisme, pluralisme, dan lain
program pengenalan terhadap serangan pemikiran sebagainya.
Barat seperti paham liberalisme, pluralisme agama,
Menurut Martin Van Bruinessen (1995: 155), kitab
tauhid yang diajarkan di pondok tradisional adalah
membekali mereka dengan pemahaman Islam
Kitab Husunul Hamidiyah, Jawahirul Kalamiyah,
berdasarkan pandangan hidup muslim (islamic wor ld-
Fathul Majid, Jauharatut Tauhid, Aqidatul Awan,
view), berdasarkan kepada tradisi keilmuan Islam
Kifayatul Awam, dan Kitab Ummul Barahin. Dari
dengan merujuk kepada alQur’ an, Hadits, dan merujuk
rangkaian kitab tersebut tidak terdapat kitab yang
kepada tradisi khazanah keilmuan Islam masa lalu.
membicarakan perbandingan agama dan kelompok
Peserta program pendidikan kader ulama juga dibekali
yang sesat. Oleh sebab itu, sebaiknya pondok
dengan ilmu-ilmu alat untuk menghadapi serangan
pesantren salaf juga menambah dengan kitab-kitab
pemikiran dengan ilmu logoka, ilmu komunikasi, ilmu
jurnalistik, dan lain sebagainya. Program Kaderisasi
terdahulu, ditambah dengan pemahaman terhadap
Ulama ini memfokuskan kepada tiga hal: Pertama,
serangan pemikiran kontemporer seperti liberalisme,
pendalaman ulang ilmu-ilmu Islam yang fundamental
pluralisme agama, feminisme, sekularisme, dan lain
dalam rangka menjawab tantangan pemikiran; Kedua,
sebagainya.
mengenal dan mendalami metodologi, ideologi, dan
konsep-konsep kunci peradaban Barat; dan Ketiga, Demikianlah sikap yang sudah dilakukan oleh
mendalami teknik dan metode perang pemikiran Pondok Pesantren khususnya Pondok Modern
Darussalam Gontor, dalam menghadapi paham
kepemimpinan (leadership) dan multi media (Brosur pluralisme agama, sehingga pesantren tetap menjadi
Program Kaderisasi Ulama, Institut Studi Islam benteng terhadap serangan dan penetrasi pemikiran
Darussalam Pondok Modern Gontor). barat yang dapat merusak umat terhadap ajaran agama
Islam.
Demikian juga santri Pondok Modern Gontor
telah diberikan ilmu Ushuluddin dalam pemahaman

124
: Sikap Pesantren dalam Menghadapi Paham Pluralisme Agama

Kesimpulan Farquhar, J.N. (t.th.). Moder n Religious Movement in


India.
Istilah Pluralisme Agama (Religious Pluralism)
tidak sama dengan istilah Pluralitas Agama (Religious Liberalisasi
Plurality), sebab Pluralisme Agama adalah paham Pemikiran Islam. CIOS-ISID Gontor.
yang mengakui kesamaan agama-agama. Sedangkan Harian Kompas, 18/11/2002 dalam artikel “
PluralitasAgama adalah pengakuan tentang wujudnya Menyegarkan kembali pemahaman Islam “ .
agama-agama dalam masyarakat plural.
Hick, John. (1991). An Inter pretation of Religion:
Pesantren memiliki peranan yang penting dalam Human Responses to the Trancendent. London:
menangkal masuknya ide-ide yang dapat merusak Mamillan.
akidah umat Islam. Oleh karena itu, para santri
perlu diberi pengetahuan yang dapat memahami Hick, John. (2006). “ Pluralisme Agama dan Islam” ,
berbagai macam paham yang merusak akidah umat dalam al Mustaqeem Mahmood Radhi dan Khairul
Islam. Untuk tujuan tersebut Pondok Modern Gontor Anam Che Menteri. Islam dan Pluralisme. Kuala
Ponorogo telah melakukan kaderisasi ulama dengan Lumpur: Middle Eastern Graduate Center.
fokus sebagai berikut: Pertama, pendalaman ulang Ibnu Katsir. (1998). Tafsir Quranul Adzim. jilid 4.
ilmu-ilmu Islam yang fundamental dalam rangka Darul Fikr.
menjawab tantangan pemikiran; Kedua, mengenal
dan mendalami metodologi, ideologi, dan konsep- Imam Suyuthi. (2000).
bil Ma’sur . jilid 6. Darul Kutilmiyah.
konsep kunci peradaban Barat; dan Ketiga, mendalami
M. Hasbi Amiruddin. (2003). Ulama dayah, Pengawal
dalam bentuk training jurnalistik, kepemimpinan Agama Masyar akat Aceh. Lhokseumawe: Nadiya
(leadership) dan multi media. Foundation.
Majalah Gatra, 21 Desember 2002.
Catatan: (Endnotes)
Masih, Y. (1993). A Compar ative Study of Religions.
Program S3 Fakultas Sejarah dan Tamadun Islam, Delhi.
Akademi Pengajian Islam, Universitas Malaya, Kuala
Nasr, Syed Husein. (1972). Ideals and Realities of
Lumpur.
Islam. London: George Allen & Unwin Ltd.
Daftar Referensi -----. (1981). Knowledge and the Sacred. New York:
Cross-road.
Abdul Minur Mulkhan. (2008). Ajar an dan Jalan
Kematian Syekh Siti Jenar . Yogyakarta: Kreasi Nurcholish Madjid. (1999). Tiga Agama Satu Tuhan.
Wacana. Bandung: Mizan.
Adian Husaini. (2002). Wajah Islam Liber al . Suminto al Qurthuby. (2005). Lobang Hitam Agama.
Yogyakarta: Rumah Kata.
-------. (2009). Vir us Liberalisme di Perguruan Tinggi .
Jakarta: Gema Insani Press. Suratno. (2006). “ Pluralitas makna Pluralisme” , dalam
al Mustaqeem Mahmood Radhi dan Khairul
Al Mustaqeem Mahmud Radhi. (2006). Islam dan
Anam Che Menteri. Islam dan Pluralisme. Kuala
Plur alisme. Kuala Lumpur: Middle Eastern
Lumpur: Middle Eastern Graduate Center.
Graduate Center.
Vadillo, Umar Ibrahim. (2003). The Esoteric
Anis Malik Toha. (2005). Tren Pluralisme Agama.
Deviation in Islam. Madinah: Madinah Press.
Jakarta: Perspektif.
Rene Geunon and the Future of
Bruinessen, Martin van. (1995). Kitab Kuning
the West, The life and writing of a 20th centur y
Pesantren dan Tarekat. Bandung: Mizan.
metaphysician.
Carr, William G. (t.th.). Yahudi Menggenggam Dunia.
www.ts.-adyar.com.

125

Anda mungkin juga menyukai