Abstract
118
: Sikap Pesantren dalam Menghadapi Paham Pluralisme Agama
yang membawa kepada keselamatan “ . Oleh sebab itu, pemahaman Pluralisme Agama dikembangkan oleh
menurut Jhon Hick, Pluralisme Agama adalah “ cara Rammohan Ray (1772-1883) yang semula sebagai
yang lebih arif untuk memahami kebenaran agama- pemeluk agama Hindu, kemudian mempelajari
agama lain dengan menerima bahwa kita (semua konsep ketuhanan dari agama Islam, dan akhirnya
agama) mempersembahkan banyak jalan menuju mencetuskan pemikiran Tuhan Satu dan persamaan
ke satu realitas tunggal (Tuhan) yang membawa antar agama serta mendirikan gerakan “ Brahma
kebenaran dan keselamatan. Tidak ada satu jalan Samaj“ pada tahun 1828. Kata “Brahma“ berasal
(agama) pun yang boleh mendakwa lebih benar dari “ Brahman“ , Tuhan dalam kitab suci Hindu
daripada yang lain karena kita semua (semua agama) “ Upanishad“ dan falsafah Vedanta, yang menjadi
sama dekat dan sama jauhnya dari realitas yang sifat dari “ Samaj“ yang berarti “ masyarakat“ . Maka
sama yang kita (semua agama) sedang mencariNya “ Brahma Samaj“ berarti “ masyarakat bertuhan“ , yaitu
“ (Suratno dalam al Mustaqeem Mahmood Radhi, masyarakat yang menerima siapa saja yang mengakui
2006: 21). adanya Tuhan tanpa melihat warna kulit, kasta,
bangsa, dan agamanya; dengan tujuan memperkuat
Istilah Pluralisme Agama (Religious Pluralism)
ikatan kesatuan antar manusia yang memiliki agama,
tidak sama dengan istilah Pluralitas Agama
tradisi, dan budaya yang berbeda (Farquhar, t.th.:
(Religious Plurality), sebab Pluralisme Agama adalah
148).
paham yang mengakui kesamaan agama-agama.
Sedangkan Pluralitas Agama adalah pengakuan Setelah Rammohan Ray meninggal dunia, maka
tentang wujudnya agama-agama dalam masyarakat Ramakrishna Paramahamsa (1834-1886) yang telah
plural. Pengakuan wujudnya agama-agama dalam mencoba untuk mempelajari agama Hindu, Islam
masyarakat plural sebagaimana yang dimaksudkan dan Kristen akhirnya menyatakan: “ Saya sudah
dalam istilah Pluralitas Agama tidaklah sama dengan pernah mengalami hidup di semua agama: Hindu,
pengakuan kebenaran agama-agama sebagaimana Islam dan Kristen, begitu juga saya pernah mengikuti
yang dimaksudkan dalam istilah Pluralisme Agama. berbagai tarekat dan sekte-sekte Hindu, akhirnya saya
Dalam Pluralitas Agama setiap agama mengakui menemukan bahwa semuanya hanyalah langkah-
kebenaran dan keunggulan agamanya masing-masing langkah dan cara-ara yang berbeda menuju Tuhan
dan tidak mengakui kebenaran agama lain walau Yang Satu“ (Masih, 1993: 200).
tetap bersikap untuk menghargai dan menghormati Setelah menjelajah agama Hindu, Islam,
agama lain. Sedangkan dalam Pluralisme Agama
Kristen dan akhirnya kembali kepada agama Hindu,
setiap agama harus mengakui kebenaran agama lain, Ramakrishna menyatakan bahwa perbedaan agama-
agama itu tidaklah berarti karena perbedaan itu
masing-masing, sehingga semua agama adalah sama, hanya masalah luar. Bahasa Bengal, Urdu, dan
tuhan semua agama adalah sama, sebab semua agama
Inggris mempunyai ungkapan yang berbeda dalam
menyembah Tuhan yang sama dengan cara yang
menyatakan “ air“ , sedangkan hakikat air adalah air.
berbeda sebagaimana dikatakan oleh Husein Nasr
Maka menurutnya, semua agama mengantarkan
(1981: 293) “ semua agama adalah jalan-jalan menuju
manusia kepada satu tujuan yang sama, maka
puncak yang sama” .
mengubah seseorang dari satu agama kepada agama
yang lain merupakan tindakan sia-sia. Gagasan
Sejarah Kemunculan dan Perkembangan Ramakrishna, persahabatan dan toleransi penuh antar
Paham Pluralisme Agama agama, kemudian berkembang dan diterima sampai
a. Dari I ndia ke Chigaco ke luar negara India melalui kedua muridnya, Keshab
Chandra Sen (1838-1884) dan Swami Vivekananda
Jika kita meneliti sejarah, maka terlihat bahwa
(1982-1902). Dalam kunjungan Keshab Chandra Sen
paham Pluralisme Agama telah ada sejak dahulu
ke benua Eropa, dia berjumpa dengan F. Max Muller
kala, bermula dari abad ke-15 dalam pemikiran Kabir
(1823-1900) bapak perbandingan agama di barat
(1440-1518) dan murudnya yaitu Guru Nanak (1469-
dan dia menyampaikan gagasan gurunya. Swami
1538) yang mendirikan agama Sikh (Anis Malik
Vivekananda juga dijemput untuk menyampaikan
Toha, 2005: 20). Hanya saja pengaruh pemikiran
pesan-pesan gurunya dalam Sidang Parlemen Agama
Dunia (World’s Parliament of Religion) yang pertama
hanya dikenal di kawasan India saja. Selanjutnya
119
Toleransi, Vol. 5 No. 2 Juli – Desember 2013
di Chicago tahun 1893 (Anis Malik Toha, 2005: 22) Theosophical Society di Perancis yang didirikan oleh
dengan keputusan bahwa agama-agama di dunia seorang FreeMason Gerard Encausse (1865-1916)
perlu bersatu dan menghilangkan perbedaan masing- (Adnan Husaini, 2009: 177). Encause mendirikan
masing, kemudian dilanjutkan dengan pertemuan Free School of Hermetic Science, sekolah yang
Sidang Parlemen Agama Dunia kedua di Kota mengkaji masalah misticisme. Rene Guenon belajar
Chigaco pada tahun 1993 dengan memperkenalkan tentang pemikiran mistikisme (Occult Studies), dan
konsep Global Theology dan Global Ethic. Pertemuan berkenalan dengan tokoh-tokoh FreeMasonry dan
dilanjutkan dengan Sidang Parlemen Agama Dunia Theosophia. Rene Guenon juga tercatat sebagai
ketiga tahun 1999 di Barcelona, Spanyol dan ahli FreeMasonry Lodge Thebah, Prancis. Malahan
pertemuan Sidang Parlemen Agama Dunia ke-empat menurut Grand Master FreeMasonry Prancis, Henry
pada tahun 2004 di Cape Town, Afrika Selatan, dan Tort-Nougues, tulisan dan pemikiran Rene Guenon
pertemuan terakhir Sidang Parlemen Agama Dunia merupakan dasar dari hermeneutika (penafsiran)
kelima pada bulan Desember 2009 yang lalu di Kota tentang lambang-lambang FreeMasonry Modern
Meulborne Australia. (Vadillo, 2003: 392). Pengalaman Spiritual Rene
Guenon dalam Theosophy Soceity dan FreeMasonry
mendorongnya untuk mengambil kesimpulan bahwa
kepada I slam
semua agama memiliki kebenaran dan bersatu dalam
Pada tahun 1875 Helena Blavatsky, Henry Steel level Kebenaran (Adnan Husaini, 2009: 178). Pada
Olcott, dan William Quan Judge mendirikan sebuah tahun 1912, Rene Guenon yang semula beragama
organisasi Yahudi bernama Theosophical Society di Kristen masuk ke dalam agama Islam dan berganti
Kota New York dengan tujuan mengikat persaudaraan nama dengan Abdul Wahid Yahya. Dalam tulisan dan
universal tanpa melihat kelompok, bangsa, dan buku-bukunya, Rene Guenon menghidupkan kembali
agama, di bawah pimpinan Helena Blavatsky, nilai-nilai, hikmah, dan kebenaran abadi yang ada
Henry Steel Olcott, dan William Quan Judge. pada tradisi dan agama-agama yang disebutnya
Beberapa tahun kemudian organisasi ini mendirikan dengan Tradisi Primordial (Primordial Tradition).
International Head Quarters di Adyar, Chennai, dan Menurutnya, walaupun setiap agama itu berbeda,
India. Di bawah lambang Theosophical Soceity tetapi semua agama itu memiliki tradisi yang sama,
tersebut tertulis kalimat “ There is no religion higher yaitu Tradisi Primordial. Perbedaan teknis yang
than Truth“ . Sedangkan tujuan utama Perhimpuan terdapat dalam setiap agama merupakan jalan dan
cara yang berbeda untuk merealisasikan Kebenaran.
antara sesama manusia tanpa memandang bangsa, Menurut Guenon, semua agama, termasuk agama
kepercayaan, kelamin, kaum atau warna kulit. (2) Islam, tidak dapat dikatakan benar atau salah dengan
Memajukan pendidikan dengan mencari persamaan cara mengkaji ajaran agamanya, sebab semua agama
itu mempunyai kebenaran yang terkandung dalam
(3) Menyelidiki hukum-hukum alam yang belum Tradisi Primordial. Semua agama dalam kegiatan
dapat diterangkan dan kekuatan-kekuatan dalam ritualnya hanya merupakan cara untuk mencapai
manusia yang masih terpendam. Oleh sebab itu, Tradisi Primordial (Vadillo, 2003: 382). Rene Guenon
Theosophical Soceity adalah sebuah badan kebenaran meningal tahun 1951 di Kairo sebagai seorang muslim
yang merupakan dasar dari semua agama, yang dengan nama Abdul Wahid Yahya, tetapi menurut
tidak dapat dimiliki dan dimonopoli oleh agama Michel Valsan: “ Guenon never presented himself
specially in the name of Islam, but in the name of
the Traditional dan initiatic universal consciousness“
(Vadillo, 2003: 383).
keadilan dan cinta-kasihlah yang membimbing
Pemikiran Rene Guenon diteruskan oleh
evolusi kehidupan (www.ts.-adyar.com.).
muridnya Frithjof Schuon (1907-1998). Sejak berusia
Gagasan Pluralisme masuk ke dalam wacana 16 tahun, Schuon telah membaca tulisan Guenon
pemikiran Islam melalui tulisan-tulisan Rene “ Orient et Occident“ . Kagum dengan pemikiran
Guenon (1886-1851) dan diikuti oleh muridnya Guenon, Schuon berkirim surat dengan Guenon
Frithjof Schuon (Anis Malik Toha, 2005: 23). Rene selama 20 tahun. Setelah berkorespodensi sekian
Guenon adalah seorang ahli dari perkumpulan lama, akhirnya Schoun berjumpa pertama kali dengan
120
: Sikap Pesantren dalam Menghadapi Paham Pluralisme Agama
Rene Guenon di Mesir pada tahun 1938, dan masuk menyebabkan timbulnya pluralitas agama. Namun
Islam pada tahun 1948 dengan nama Isa Nuruddin.
Menurut buku “ Trancendental Unity of Religions“ mengekpresikan fokus yang tunggal dan terangkum
yang ditulis oleh Schuon, agama-agama merupakan dalam jangkauan lingkaran yang tunggal. Oleh sebab
Yang Mutlak (Grand Theophanies of the Absolute) atau mengekpresikan hakikat ketuhanan. Nasr juga
yang mempunyai dua hakikat, yaitu esoteric (batin) menyatakan bahwa adalah bertentangan dengan
dan exoteric (zahir), substansi (subtance) dan aksiden kebijakan dan keadilan Tuhan untuk membiarkan
(accident), atau essensi (essence) dan bentuk (form) agama-agama dunia dalam kesesatan selama ribuan
atau dalaman (inward) dan luaran (outward). Semua tahun, padahal berjuta-juta manusia telah mencari
agama bersatu dalam tingkat batin (esoteric) walaupun jalan keselamatan. Dengan demikian, Pluralisme
berbeda dalam tingkat zahir (exoteric). Kesatuan Agama merupakan “ kehendak Tuhan” dan sebagai
agama dalam tingkat batin inilah yang disebut akibatnya semua agama adalah benar dan dapat
dengan “ Kesatuan agama-agama dalam tingkat diikuti. Nasr (1981: 296; 1972: 16) berpendapat
transenden (Trancendental Unity of Religions). Oleh bahwa “ memeluk atau percaya kepada agama apapun,
sebab itu, setiap agama dalam tingkat lahir tidak kemudian mengamalkan ajaran-ajarannya secara
boleh menganggap dirinya mempunyai kebenaran sempurna berarti memeluk dan beriman kepada
yang mutlak (absolutely absolute). “ Oleh karena semua agama“ . Pemikiran Nasr banyak diikuti oleh
itu, klaim eksoterik tentang pemilikan kebenaran mahasiswa, dosen, dan pemikir muslim di dunia
absolut secara ekslusif merupakan kesalahan Islam, sehingga dia merupakan tokoh yang paling
murni, sebab pada kenyataannya setiap ungkapan bertanggung jawab dalam mempopulerkan gagasan
kebenaran meniscayakan suatu bentuk untuk pluralisme agama di kalangan Islam tradisional.
hal yang mustahil bahawa bentuk memiliki sebuah Bukti Pluralisma Agama M erusak Akidah
kebenaran absolut yang ekslusif, yakni tidak boleh Pluralisme Agama: Semua agama sama, semua
merupakan satu-satunya ungkapan dari apa yang agama benar
diungkapkan“ (Anis Malik Toha, 2005: 116). Schuon
Dalam pandangan paham Pluralisme Agama,
mendakwa dirinya sebagai seorang Syekh Tarekat
semua agama adalah sama sebab semua agama
dengan mendirikan Tarekat Szadziliyah Maryamiyah.
mencari kebenaran yang sama dan menuju Tuhan
Sewaktu ditanyakan kepadanya mengapa dia memakai
yang sama, sebagaimana dikatakan oleh Husein Nasr
nama Maryam, maka dia menjawab: “ She was a
bahwa “ semua agama adalah jalan menuju puncak
Jewish princess in the House of David, she was on the
yang sama“ . Jhon Hick juga mengatakan bahwa
other hand the mother of the founder of Christianity,
agama lain adalah sama-sama jalan yang benar
and she occupies in Islam the peak in the hierarchy
menuju kebenaran yang sama (Other religion are
of women. She loves the three religions, and religion
equally valid ways to the same Truth) (Hamid Fahmi
in general as we do“ (Vadillo, 2003: 405). Schuon
2008: 103).
meninggal pada tahun 1998 dengan nama Syekh Isa
Nuruddin Ahmed al Sazdili al-Alawi el-Maryami. Ulil Absar Abdallah, tokoh Jaringan Islam
Liberal di Indonesia menyatakan “ Semua agama
Selanjutnya pemikiran Schuon diikuti,
adalah sama. Semuanya menuju jalan kebenaran.
dikembangkan, dan diteruskan oleh Sayed Hussein
Jadi, Islam bukan agama yang paling benar“ (Majalah
Nasr, seorang Syiah dari Iran yang menetap di Amerika.
Gatra, 2002). Ulil Absar juga menulis “ Dengan
Menurut Nasr, setiap agama adalah penjelmaan dari
tanpa rasa segan dan malu saya mengatakan bahwa
model dasar (archetype) yang merupakan salah satu
semua agama adalah tepat berada pada jalan seperti
bagian dari hakikat ketuhanan. Hakikat suatu agama,
itu, jalan panjang menuju Yang Maha Benar. Semua
seperti Islam dan Kristen, sebagaimana wujudnya
agama, dengan demikian, adalah benar, dengan
dalam meta-historis (meta-history) dan sebagaimana
variasi, tingkat dan kadar kedalaman yang berbeda-
wujudnya di sepanjang sejarahnya, tidak lain sesuatu
beda dalam menghayati jalan religiusitas itu. Semua
yang tertulis dalam model dasarnya di alam ideal. Oleh
agama ada dalam satu keluarga besar yang sama:
karenaitu, perbedaan model dasar inilah yang sejatinya
yaitu keluarga pencinta jalan menuju kebenaran yang
menentukan perbedaan tabiat setiap agama, yang
tak pernah ada ujungnya“ (Kompas, 2002).
121
Toleransi, Vol. 5 No. 2 Juli – Desember 2013
122
: Sikap Pesantren dalam Menghadapi Paham Pluralisme Agama
” orang beriman dalam agama apa saja” , sebagaimana serangan pemikiran dan paham yang dapat merusak
agama. Menurut Hasbi (2003: 42), ada empat
beriman” dalam ayat tersebut adalah orang yang kegunaan pesantren (dayah) bagi orang aceh, yaitu:
beriman kepada Allah dan RasulNya. (1) sebagai pusat belajar agama, (2) sebagai benteng
terhadap penetrasi kekuasaan penjajah (3) sebagai
Pluralisme Agama: Tidak ada perbedaan antara agen pembangunan, dan (4) sebagai sekolah bagi
masyarakat.
Kelompok muslim liberal akan berpikir bahwa Di antara fungsi pesantren adalah benteng
terhadap penetrasi penjajah. Dalam zaman
kemerdekaan sekarang ini, di mana bangsa Indonesia
kepada Allah tetapi orang yang tidak beragama merdeka, maka peranan pesantren sebagai benteng
atau tidak memiliki agama. Sedangkan orang yang dari penetrasi penjajah, berubah menjadi benteng
beragama, walaupun bukan agama Islam, itu termasuk dari penetrasi pemikiran barat (orientalis) terhadap
orang beriman. Budhy Munawar Rahman, dosen pemahaman ajaran dan agama Islam. Sebagaimana
Universitas Paramadina menyatakan ” Teologi pluralis telah dijelaskan di atas, bahwa paham pluralisme
memberikan legitimasi kepada kebenaran semua agama juga merupakan salah satu pemahaman
agama, dan pemeluk agama apapun layak disebut tentang agama yang datang dari pemikiran orientalis
sebagai orang yang beriman, dengan makna ” orang barat yang dapat merusak pemahaman agama Islam.
yang percaya kepada Tuhan” , karena sesuai dengan Jika pada masa lalu, pesantren merupakan benteng
al- Qur’ an Surah al-Hujurat/49: 10-12, sebab mereka dari penetrasi penjajah, maka pada masa sekarang,
semua adalah bersaudara dalam iman. Karenanya, peranan pesantren juga harus menjadi benteng dari
hal yang diperlukan sekarang dalam penghayatan pengaruh pemikiran dan paham barat. Oleh sebab
pluralisme agama adalah pandangan bahwa siapapun menurut hemat penulis, sikap pesantren dalam
yang beriman adalah sama di hadapan Allah, karena menghadapi paham pluralisme ini adalah:
Tuhan kita semua adalah Tuhan yang Satu” (Adnan
Husaini, 2002: 51-53). 1. Mempelajari dan memahami sejarah pemikiran
dan perkembangan paham pluralisme dari barat
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan dan proses masuk ke dalam pemikiran umat.
bahwa bagi kaum Pluralis agama, tidak ada istilah
2. Memberikan koreksi terhadap pemikiran dan
percaya kepada Tuhan, dapat disebut dengan orang paham pluralisme agama tersebut dengan
yang beriman (mukmin). Hal ini dapat merusakkan menerbitkan tulisan, risalah, dan buku atau kitab
sebagai jawaban terhadap paham pluralisme
beriman adalah orang yang beriman kepada rukun- sebagaimana dilakukan oleh ulama terdahulu
rukun iman sebagaimana dijelaskan dalam hadits dalam menjawab serangan pemikiran muktazilah,
yang menyatakan bahwa “ Iman itu adalah keyakinan syiah, khawarij, dan lain sebagainya.
kepada Allah, Iman kepada Rasul, Iman kepada 3. Menjelaskan kepada masyarakat tentang bahaya
Malaikat, Iman kepada kitab-kitabNya, iman kepada paham pluralisme terhadap ajaran Islam.
Qadha baik dan buruk, dan iman kepada Hari Kiamat“
4. Menjelaskan kedudukan agama Islam di tengah
(Hadis Muttafaq alaihi).
keanekaragaman agama dan budaya sehingga
toleransi agama hanya berkisar kepada akhlak
Sikap Pesantren dalam menghadapi dan muamalah, dan tidak masuk ke dalam ranah
paham Pluralisme agama akidah dan syariat.
Dalam sejarah perkembangan pesantren terlihat 5. Memahami strategi serangan pemikiran yang
bahwa di antara fungsi pesantren (dayah) adalah dilakukan oleh pendukung paham pluralisme
mengajarkan, mendalami ilmu-ilmu keislaman, dan agama, dan memberikan jawaban dengan strategi
juga merupakan institusi yang mempertahankan yang sama.
akidah Islam dari paham dan ajaran yang menyimpang
atau merusak Islam. Dengan kata lain, pesantren 6. Bersikap waspada dan selektif serta berhati-hati
merupakan benteng pertahanan umat terhadap dengan bantuan, sumbangan, dan kerjasama
123
Toleransi, Vol. 5 No. 2 Juli – Desember 2013
dari lembaga, institusi, yang mendukung paham Ahlussunah Waljamaah, dengan mempelajari kitab
pluralisme agama sebab dikhawatirkan menjani Ushuluddin, Kitab Sa’ adah, dan Kitab Aqidah
langkah awal untuk memasukkan jarum paham Washatiyah. Untuk memperluas wawasan keagamaan
tersebut dalam kurikulum pesantren di masa maka santri dibekali dengan kitab Dinul Islamy, dan
mendatang. untuk mengetahui ajaran sesat dan pemikiran yang
menyimpang, santri dibelaki dengan kitab al- Adyan,
7. Mendirikan pusat kajian dan pembahasan
dan kelompok-kelompok diskusi antar warga
dalam Islam, seperti Syiah, Muktazilah, Khawarij,
pesantren terhadap topik-topik pembahasan
Qadariyah, Jabariyah, Jahmiyah, dan lain sebagainya.
yang berkaitan dengan paham liberalisme dan
Juga berisi pandangan muslim terhadap agama
pluralisme agama, sehingga santri terbiasa untuk
nasrani, Yahudi, Hindu, Budha, Kongfuchu, dan
menjawab persoalan tersebut dengan hujah yang
lain sebagainya. Di waktu akhir pendidikan, dalam
kuat.
program Telaah Kitab (Fathul Qutub) santri dikenalkan
Sebagai contoh, Pondok Modern Gontor dengan kitab-kitab rujukan utama (turast) dalam ilmu
Ponorogo dalam menghadapi paham pluralisme tauhid, seperti Kitab Ibanah oleh Imam Asyari, Kitab
agama dan liberal telah mendirikan Center of Islamic Syamil dan Ushuludin oleh Imam Juwaini, Kitab
and Occidental Studies (CIOS) yang mengkaji segala Fadaihul Batiniyah oleh Imam Ghazali, dan lain
pemikiran Barat dan bagaimana cara menghadapinya sebagainya. Demikian juga santri mentelaah kitab
dengan landasan pemikiran Islam. CIOS Pondok perbandingan agama dan kelompok, seperti Kitab
Modern Gontor telah menerbitkan beberapa buku al-Milal wan Nihal karangan Syahrastani, Kitab al-
dalam menghadapi paham liberal dan pluralisme Firaq Bainal Firaq karangan al-Baghdadi, Kitab al-
Agust 2013). Di samping itu, Pondok Modern Gontor Hazm Andalusi. Di akhir pendidikan, santri diberi
juga telah melakukan Program Kaderisasi Ulama, bekal untuk mengenal pemikiran yang merusak Islam
yaitu program pendidikan selama enam bulan, suatu seperti, sekularisme, liberalisme, pluralisme, dan lain
program pengenalan terhadap serangan pemikiran sebagainya.
Barat seperti paham liberalisme, pluralisme agama,
Menurut Martin Van Bruinessen (1995: 155), kitab
tauhid yang diajarkan di pondok tradisional adalah
membekali mereka dengan pemahaman Islam
Kitab Husunul Hamidiyah, Jawahirul Kalamiyah,
berdasarkan pandangan hidup muslim (islamic wor ld-
Fathul Majid, Jauharatut Tauhid, Aqidatul Awan,
view), berdasarkan kepada tradisi keilmuan Islam
Kifayatul Awam, dan Kitab Ummul Barahin. Dari
dengan merujuk kepada alQur’ an, Hadits, dan merujuk
rangkaian kitab tersebut tidak terdapat kitab yang
kepada tradisi khazanah keilmuan Islam masa lalu.
membicarakan perbandingan agama dan kelompok
Peserta program pendidikan kader ulama juga dibekali
yang sesat. Oleh sebab itu, sebaiknya pondok
dengan ilmu-ilmu alat untuk menghadapi serangan
pesantren salaf juga menambah dengan kitab-kitab
pemikiran dengan ilmu logoka, ilmu komunikasi, ilmu
jurnalistik, dan lain sebagainya. Program Kaderisasi
terdahulu, ditambah dengan pemahaman terhadap
Ulama ini memfokuskan kepada tiga hal: Pertama,
serangan pemikiran kontemporer seperti liberalisme,
pendalaman ulang ilmu-ilmu Islam yang fundamental
pluralisme agama, feminisme, sekularisme, dan lain
dalam rangka menjawab tantangan pemikiran; Kedua,
sebagainya.
mengenal dan mendalami metodologi, ideologi, dan
konsep-konsep kunci peradaban Barat; dan Ketiga, Demikianlah sikap yang sudah dilakukan oleh
mendalami teknik dan metode perang pemikiran Pondok Pesantren khususnya Pondok Modern
Darussalam Gontor, dalam menghadapi paham
kepemimpinan (leadership) dan multi media (Brosur pluralisme agama, sehingga pesantren tetap menjadi
Program Kaderisasi Ulama, Institut Studi Islam benteng terhadap serangan dan penetrasi pemikiran
Darussalam Pondok Modern Gontor). barat yang dapat merusak umat terhadap ajaran agama
Islam.
Demikian juga santri Pondok Modern Gontor
telah diberikan ilmu Ushuluddin dalam pemahaman
124
: Sikap Pesantren dalam Menghadapi Paham Pluralisme Agama
125