Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH HUKUM PERUSAHAAN

MAKALAH
ANASISIS YURIDIS TENTANG BERAKHIRNYA
PERSEKUTUAN PERDATA DAN PERTANGGUNG JAWABAN
TERHADAP PIHAK KETIGA

DISUSUN OLEH :
1. WARIDI NIM. 201420088
2. TRI CAHYANI NIM. 201420086
3. SUMARTONO NIM. 201420087
4. KRISTIYANTI A. CAHYANINGRUM NIM. 201420099

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MURIA KUDUS


TAHUN 2015
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum,`perusahaan didefinisikan sebagai suatu organisasi produksi yang
menggunakan yang menggunakan dan mengkoordinir sumber-sumber ekonomi untuk
memuaskan kebutuhan dengan cara yang menguntungkan. Berdasarkan definisi diatas
maka dapat dilihat adanya lima unsur penting dalam sebuah perusahaan, yaitu organisasi,
produksi, sumberekonomi, kebutuhan dan cara yang menguntungkan. Adapun jenis-jenis
perusahaan : Usaha Perseorangan, Persekutuan Perdata (Persekutuan perdata
Vennootschap), Firma (Fa), Perseroan Komanditer (CV), Perseroan Terbatas (PT),
Perseroan Terbatas Negara (Persero), Perusahaan Daerah (PD), Perusahaan Negara
Umum (PERUM), Perusahaan Negara Jawatan (PERJAN), Koperasi, dan Yayasan.
Dalam makalah ini kami akan mencoba membahas salah satu bentuk perusahaan
yang ada, yaitu persekutuan perdata, tetapi sebelum kita membicarakan mengenai
Persekutuan dan Perserikatan Perdata, alangkah baiknya kita mengetahui lebih dahulu
pemahaman mengenai perkumpulan. Hal ini dirasa penting karena perkumpulan merupakan
cikal bakal atau latar belakang terbentuknya Persekutuan Perdata, Persekutuan Firma,
Persekutuan Komanditer (CV). Perkumpulan dalam pengertian ini, dapat dibedakan 2 (dua)
bentuk, yaitu :
1. Perkumpulan dalam arti luas
Adalah perkumpulan yang tidak memiliki kepribadian tertentu dan tidak dapat
dibedakan dengan perkumpulan jenis lain. Prosedur terbentuknya perkumpulan ini, terjadi
dari beberapa peristiwa  dan perbuatan, yaitu:
a. Adanya beberapa orang yang sama-sama memiliki kepentingan terhadap sesuatu;
b. Beberapa orang tersebut berkehendak (sepakat) untuk mendirikan perkumpulan;
c. Memiliki tujuan tertentu dalam mendirikan perkumpulan;
d. Untuk melaksanakan tujuan bersama tersebut dengan cara mengadakan kerjasama
pada koridor perkumpulan yang dibentuk.
Beberapa peristiwa dan perbuatan diatas, yang ada pada setiap perkumpulan
merupakan unsur-unsur yang terdapat dalam semua bentuk persekutuan. Perkumpulan
dalam arti luas ini dibentuk untuk menjalankan Perusahaan. Perusahaan ini sebagai bentuk
usaha untuk mewujudkan tujuan bersama dari perkumpulan yaitu untuk memperoleh
Keuntungan atau Laba bersama.
Beberapa pengertian tentang Perusahaan antara lain : 
a. Menurut Molengraaff adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus
menerus, bertindak keluar, untuk mendapatkan penghasilan, dengan cara perniagaan
barang-barang, menyerahkan barang-barang atau mengadakan perjanjian-perjanjian
perdagangan.
b. Menurut Pembentuk Perundang-undangan adalah perbutan yang dilakukan secara
terus-menerus, terang-terangan, dalam kedudukan tertentu dan bertujuan untuk
mencara laba;
c. Menurut Polak Perusahaan baru ada, apabila diperlukan adanya perhitungan-
perhitungan laba-rugi yang dapat diperkirakan, dan segala sesuatu itu dicatat dalam
pembukuan.
Bentuk perkumpulan ini dapat berupa badan hukum maupun bukan badan
hukum. Perkumpulan ini sama-sama menjalankan Perusahaan. Tetapi perbedaannya pada
cara atau prosedur dalam mendidirikan badan-badan perkumpulan ini. Adapun bentuk-
bentuk perkumpulan tersebut adalah :
a. Perkumpulan yang tidak berbadan hukum, yaitu :
1) Persekutuan Perdata
2) Persekutuan Firma
3) Persekutuan Komanditer
b. Perkumpulan yang berbadan hukum, yaitu :
1) Perseroan Terbatas
2) Koperasi
3) Yayasan
4) Perkumpulan saling menanggung
Jadi perkumpulan dalam arti luas ini, bentuk dasar dari semua bentuk Persekutuan Perdata
(Persekutuan perdata Vennootschap).
2. Perkumpulan dalam arti sempit 
Adalah perkumpulan yang bukan menjadi bentuk dasar dari persekutuan dan
sebagainya, yang berdiri sendiri dan terpisah dari bentuk lainnya serta diatur dalam
perundang-undangan tersendiri. Perkumpulan dalam arti sempit ini tidak berorientasi pada
tujuan utama berupa keuntungan atau laba serta tidak menjalankan perusahaan.
Perkumpulan ini disebut dengan istilah vereniging, yang merupakan awal terbentuknya
Perserikatan Perdata (Burgelijk vennootschap)
Kedua bentuk perkumpulan ini, perbedaannya terdapat pada kepribadian
tersendiri dan tujuan utamanya. Pada Perkumpulan dalam arti luas memiliki tujuan utama
yaitu untuk memperoleh keuntungan atau laba, Sedangkan pada Perkumpulan dalam
pengertian yang sempit tidak semata-mata untuk memperoleh keuntungan berupa uang
tetapi tujuan lainnya berupa kemanfaatan dari perkumpulan tersebut. Persamaan dari kedua
bentuk Perkumpulan ini, adalah masing-masing memiliki atau mengandung unsur-unsur
yang sama dalam pembentukannya, unsur-unsur tersebut, yaitu :
1. Kepentingan bersama;
2. Kehendak bersama;
3. Tujuan bersama;
4. Kerja sama;

B. Pengertian Persekutuan Perdata


1.    Hukum Persekutuan
Penguraian bagian persekutuan perdata ini dimulai dengan menguraikan makna
hukum persekutuan terlebih dahulu. Di dalam hukum Inggris hukum persekutuan dikenal
dengan istilah company law. Di dalam hukum Inggris apa yang dimaksud dengan company
law adalah himpunan hukum atau ilmu hukum mengenai bentuk-bentuk kerjasama baik
yang tidak berstatus badan hukum (partnership) maupun yang berstatus badan hukum
(corporation).
Di dalam hukum Belanda, pengertian vennotschapsretchts lebih sempit, yaitu
sekedar terbatas pada NV, firma, dan CV yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang (KUHD) dan persekutuan perdata yang dianggap sebagai induknya yang diatur
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUHPerdata. Hukum persekutuan merupakan
himpunan hukum atau ilmu hukum yang mempelajari bentuk-bentuk kerjasama. Jika
dikaitkan dengan dunia perniagaan, maka ia dapat disebut sebagai hukum persekutuan
perniagaan atau hukum perusahaan sebagai kerjasama bisnis yang bersifat komersial. Di
dalam hukum Inggris disebut dengan istilah corporation law yang mencakup kerjasama yang
bersifat komersial dan non komersial. Namun demikian,  sebenarnya di dalam hukum Inggris
tidak ada pembedaan secara tegas mengenai sifat komersial dan non komersial itu. Jika
perlu mereka menyebutnya sebagai business corporation.
2.    Pengertian Persekutuan Perdata
Persekutuan perdata adalah padanan dan terjemahan dari burgerlijk maatschap.
Di dalam common law system dikenal dengan istilah partnership. Kemudian di dalam hukum
Islam dikenal dengan istilah sharikah atau shirkah. Persekutuan adalah suatu bentuk dasar
bisnis atau organisasi bisnis.Persekutuan perdata menurut Pasal 1618 KUHPerdata ada
perjanjian antara dua orang atau lebih mengikat diri untuk memasukkan sesuatu (inbrengen)
ke dalam persekutuan dengan maksud membagi keuntungan yang diperoleh karenanya.
Dari ketentuan Pasal 1618 KUHPerdata tersebut, dapat ditarik beberapa unsur
yang terdapat di dalam persekutuan perdata, yaitu:
a.  adanya suatu perjanjian kerjasama antara dua orang atau lebih;
b.  masing-masing pihak harus memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan (inbreng); dan
c.  bermaksud membagi keuntungan bersama.
Angela Schneeman mendefinisikan partnership sebagai suatu asosiasi yang
terdiri dari dua orang atau lebih melakukan kepemilikan bersama suatu bisnis untuk
mendapatkan keuntungan. Partnership dapat juga diartikan sebagai suatu perjanjian
(agreement) diantara dua orang atau lebih untuk memasukkan uang, tenaga kerja, dan
keahlian ke dalam suatu perusahaan, untuk mendapatkan keuntungan yang dibagi bersama
sesuai dengan bagian atau proporsi yang telah disepakati bersama.
Di Inggris, menurut Pasal 1 Partnership Act 1890 persekutuan perdata adalah
hubungan antara orang yang menjalankan kegiatan bisnis dengan tujuan untuk
mendapatkan keuntungan (partnership is relation which subsists between persons carrying a
business in common with a view to profit).
Dari persekutuan perdata baik yang dianut di Inggris dan Amerika Serikat dapat
ditarik beberapa unsur yang melekat dalam persekutuan perdata yakni;
a. Ketentuan di atas secara tegas tidak memasukkan persekutuan perdata sebagai
perusahaan yang terdaftar berdasarkan ketentuan perundang-undangan perusahaan;
b. Persekutuan perdata merupakan hubungan kontraktual;
c. Persekutuan itu menjalankan suatu kegiatan bisnis;
d. Persekutuan didirikan dan dijalankan dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan.
Dengan demikian, dapat ditarik simpulan bahwa persekutuan perdata baik dalam
sistem hukum Indonesia maupun dalam sistem common law memiliki kesamaan, Kesamaan
itu terletak pada hubungan para sekutu didasarkan perjanjian. Dengan perkataan lain,
persekutuan perdata tunduk ada hukum perjanjian. Orang (person) yang melakukan
kerjasama di dalam persekutuan tersebut dapat berupa perorangan, persekutuan perdata,
perusahaan yang berbadan hukum, atau bentuk persekutuan lainnya.
C.  Jenis-jenis Persekutuan perdata
a. Persekutuan perdata Umum (Pasal 1622 BW)
Persekutuan perdata umum meliputi apa saja yang akan diperoleh para sekutu
sebagai hasil usaha mereka selama maatchap berdiri. Persekutuan perdata jenis ini
usahanya bisa bermacam-macam (tidak terbatas) yang penting inbrengnya ditentukan
secara jelas/terperinci.
b. Persekutuan perdata Khusus (Pasal 1623 BW)
Persekutuan perdata khusus (bijzondere maatschap) adalah persekutuan
perdata yang gerak usahanya ditentukan secara khusus, bisa hanya mengenai barang-
barang tertentu saja, atau pemakaiannya, atau hasil yang akan didapat dari barang-barang
itu, atau mengenai suatu usaha tertentu atau penyelenggaraan suatu perusahaan atau
pekerjaan tetap. Jadi, penentuannya ditekankan pada jenis usaha yang dikelola oleh
maatshap (umum atau khusus), bukan pada inbrengnya. Mengenai inbreng, baik pada
persekutuan perdata umum maupun persekutuan perdata khusus harus ditentukan secara
jelas/terperinci. Kedua persekutuan perdata ini dibolehkan. Yang tidak dibolehkan adalah
persekutuan perdata yang sangat umum yang inbrengnya tidak diatur secara terperinci
seperti yang disinggung oleh Pasal 1621 BW. 
BAB II RUMUSAN MASALAH

Meskipun dalam tujuan pendirian persekutuan perdata bertujuan untuk


mendapatkan keuntungan bagi para sekutu, tetapi pada kenyataanya usaha dalam
persekutuan tersebut adakalanya mengalami permasalahan bahkan sampai dengan
bubarnya persekutuan.
Dalam makalah ini agar pembahasan tidak terlalu melebar, penulis akan
memfokuskan rumusan permasalahan sebagai berikut :
1. Bilamana berakhirnya persekutuan perdata?
2. Bagaimana pertanggungjawaban anggungan apabila persekutuan tersebut bubar atau
berakhir ?
BAB III PEMBAHASAN

Untuk menjawab permasalahan dalam rumusan masalah sebagaimana tersebut


diatas, perlu dilakukan pembahasan lebih mendalam bagaimana bekerjanya persekutuan
terbatas.
1. Pendirian Persekutuan perdata
Menurut Pasal 1618 BW, persekutuan perdata adalah persekutuan yang
didirikan atas dasar perjanjian. Menurut sifatnya, perjanjian itu ada dua macam golongan,
yaitu perjanjian konsensual (concensuelle overeenkomst) dan perjanjian riil (reele
overeenkomst). Perjanjian mendirikan persekutuan perdata adalah perjanjian konsensual,
yaitu perjanjian yang terjadi karena ada persetujuan kehendak dari para pihak atau ada
kesepakatan sebelum ada tindakan-tindakan (penyerahan barang). Pada persekutuan
perdata, jika sudah ada kata sepakat dari para sekutu untuk mendirikannya, meskipun
belum ada inbreng, maka persekutuan perdata sudah dianggap ada.
Undang-undang tidak menentukan mengenai cara pendirian persekutuan
perdata, sehingga perjanjian persekutuan perdata bentuknya bebas. Tetapi dalam praktek,
hal ini dilakukan dengan akta otentik ataupun akta dibawah tangan. Juga tidak ada
ketentuan yang mengharuskan pendaftaran dan pengumuman bagi persekutuan perdata,
hal ini sesuai dengan sifat persekutuan perdata yang tidak menghendaki adanya publikasi
(terang-terangan).
Perjanjian untuk mendirikan persekutuan perdata, disamping harus memenuhi
ketentuan dalam Pasal 1320 BW, juga harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a.       tidak dilarang oleh hukum.
b.      tidak bertentangan dengan tatasusila dan ketertiban umum.
c.       harus merupakan kepentingan bersama yang dikejar, yaitu keuntungan.
Persekutuan perdata merupakan bentuk permitraan yang paling sederhana karena:
a. Dalam hal modal, tidak ada ketentuan tentang besarnya modal, seperti yang berlaku
dalam  Perseroan Terbatas (PT) yang menetapkan besar modal minimal, saat ini adalah
minimal Rp. 50.000.000,00- (lima puluh juta rupiah).
b.    Dalam rangka memasukkan sesuatu dalam persekutuan atau maatschap, selain
berbentuk uang atau barang, boleh menyumbangkan tenaga saja.
c.   Lapangan kerjanya tidak dibatasi, juga bisa dalam bidang perdagangan.
d.   Tidak ada pengumuman kepada pihak ketiga seperti yang dilakukan dalam Firma.

2.      Keanggotaan Persekutuan perdata


Keanggotaan suatu persekutuan perdata penekanannya diletakkan pada sifat
kapasitas kepribadian (persoonlijke capaciteit) dari orang (sekutu) yang bersangkutan. Pada
asasnya persekutuan perdata terikat pada kapasitas kepribadian dari masing-masing
anggota, dan cara masuk-keluarnya ke dalam persekutuan perdata ditentukan secara
statutair (tidak bebas). Adapun sifat kapasitas kepribadian dimaksud diutamakan, seperti:
sama-sama seprofesi, ada hubungan keluarga, atau teman karib.
BW (Bab VIII) sendiri juga tidak melarang adanya persekutuan perdata antara
suami-istri. Meskipun tidak dilarang, persekutuan perdata yang didirikan antara suami-istri,
dimana ada kebersamaan harta kekayaan (huwelijk gemeenschap van goederen), maka
persekutuan perdata demikian tidak berarti apa-apa, sebab kalau ada kebersamaan harta
kekayaan (harta perkawinan), maka pada saat ada keuntungan untuk suami-istri itu tidak
ada bedanya, kecuali pada saat perkawinan diadakan perjanjian pemisahan kekayaan. 

3. Asas Kepentingan Bersama dalam Maatshap


Asas kepentingan bersama dalam persekutuan perdata, tercantum dalam pasal 1628-1631
BW:
a.  Kewajiban untuk mengganti rugi untuk kesalahan yang dilakukan sekutu diatur dalam
Pasal 1630.
b.  Perihal aturan untuk sekutu yang memasukan inbreng dalam bentuk barang diatur
dalam Pasal 1631.

4. Tanggungjawab Sekutu Persekutuan perdata


Para sekutu Persekutuan perdata bisa membuat perjanjian khusus dalam rangka
menunjuk salah seorang diantara mereka atau orang ketiga sebagai pengurus Persekutuan
perdata (gerant mandataire). Menurut Pasal 1637 BW, pengurus yang ditunjuk itu berhak
melakukan semua tindakan kepengurusan yang ia anggap perlu, walaupun tidak disetujui
oleh beberapa sekutu, asalkan dilakukan dengan itikad baik. Jadi pengurus dapat bertindak
atas nama persekutuan dan mengikat para sekutu terhadap pihak ketiga dan sebaliknya
pihak ketiga terhadap para mitra selama masa penunjukkan (kuasa) itu berlaku. Para sekutu
tentu saja masih bebas untuk menggeser atau mengganti pengurus dengan mandat
tersebut. Selama pengurus yang ditunjuk itu ada, maka maka sekutu yang bukan pengurus
tidak mempunyai kewenangan untuk bertindak atas nama Maaschap dan tidak bisa
mengikat para sekutu lainnya dengan pihak ketiga.
Bila tidak ada penunjukan secara khusus mengenai pengurus, Pasal 1639
BWmenetapkan bahwa setiap sekutu dianggap secara timbal balik telah memberi kuasa,
supaya yang satu melakukan pengurusan terhadap yang lain, bertindak atas nama
Persekutuan perdata dan atas nama mereka. Jadi, berkenaan dengan tanggungjawab intern
antara sekutu, kecuali dibatasi secara tegas dalam perjanjian pendirian Persekutuan
perdata, setiap sekutu berhak bertindak atas nama Persekutuan perdata dan mengikat para
sekutu terhadap pihak ketiga dan pihak ketiga terhadap sekutu.
a. Hubungan Intern Sekutu Persekutuan perdata
Perjanjian persekutuan perdata tidak mempunyai pengaruh ke luar (terhadap
pihak ketiga), dan pesertalah yang semata-mata mengatur bagaimana caranya kerjasama
itu berlangsung, demikian juga pembagian keuntungan yang diperoleh bersama diserahkan
sepenuhnya kepada mereka sendiri untuk mengaturnya dalam perjanjian persekutuan
perdatanya.
Hanya undang-undang mengadakan pembatasan terhadap kebebasan
mengatur pembagian keuntungan itu, berupa dua ketentuan:
 Para sekutu tidak boleh memperjanjikan bahwa mereka akan menyerahkan pengaturan
tentang besarnya bagian masing-masing kepada salah seorang dari mereka atau
kepada seorang pihak ketiga (Pasal 1634 BW).
 Para sekutu tidak boleh memperjanjikan bahwa kepada salah seorang akan diberikan
semua keuntungan (Pasal 1635 BW) Pengangkatan pengurus Persekutuan perdata
dapat dilakukan dengan dua cara (Pasal 1636), yaitu:
 Diatur sekaligus bersama-sama dalam akta pendirian persekutuan perdata. Sekutu
persekutuan perdata ini disebut “sekutu statuter” (gerant statutaire);
 Diatur sesudah persekutuan perdata berdiri dengan akta khusus. Sekutu pengurus ini
dinamakan “sekutu mandater” (gerant mandataire).
 Menurut Pasal 1636 (2) BW, selama berjalannya persekutuan perdata, sekutu statuter
tidak boleh diberhentikan, kecuali atas dasar alasan-alasan menurut hukum, misalnya
tidak cakap, kurang seksama (ceroboh), menderita sakit dalam waktu lama, atau
keadaan-keadaan/peristiwa-peristiwa yang tidak memungkinkan seorang sekutu
pengurus itu melaksanakan tugasnya secara baik.
 Sekutu statuter diberhentikan oleh persekutuan perdata itu sendiri. Atas pemberhentian
itu sekutu statuter dapat minta putusan hakim tentang soal apakah pemberhentian itu
benar-benar sesuai dengan kaidah hukum. Sekutu statuter bisa minta ganti kerugian
bila pemberhentian itu dipandang tidak beralasan.
 Sekutu mandater kedudukannya sama dengan pemegang kuasa, jadi kekuasaannya
dapat dicabut sewaktu-waktu atau atas permintaan sendiri.
· Para sekutu dapat menetapkan orang luar yang cakap sebagai pengurus kalau diantara
para sekutu tidak ada yang dianggap cakap atau mereka tidak merasa cakap untuk
menjadi pengurus. Jadi, ada kemungkinan pengurus persekutuan perdata adalah bukan
sekutu. Hal ini dapat ditetapkan dalam akta pendirian persekutuan perdata atau dalam
perjanjian khusus.
b.      Hubungan Ekstern Sekutu Persekutuan perdata
Menurut Pasal 1642 s/d 1645 BW, pertanggungjawaban sekutu persekutuan
perdata terhadap pihak ketiga adalah sebagai berikut:
Pada asasnya, bila seorang sekutu persekutuan perdata mengadakan hubungan hukum
dengan pihak ketiga, maka sekutu yang bersangkutan sajalah yang bertanggung jawab atas
perbuatan-perbuatan hukum yang dilakukan dengan pihak ketiga itu, walaupun dia
mengatakan bahwa dia berbuat untuk kepentingan persekutuan.
Perbuatan sekutu baru mengikat sekutu-sekutu lainnya apabila :
 Sekutu tersebut diangkat sebagai pengurus secara gerant statutaire
 Nyata-nyata ada surat kuasa dari sekutu-sekutu lain;
 Hasil perbuatannya atau keuntungannya telah nyata-nyata dinikmati oleh persekutuan
 Bila beberapa orang sekutu persekutuan perdata mengadakan hubungan hukum
dengan pihak ketiga, maka para sekutu itu dapat dipertanggungjawabkan sama rata,
meskipun inbreng mereka tidak sama, kecuali bila dalam perjanjian yang dibuatnya
dengan pihak ketiga itu dengan tegas ditetapkan imbangan pertanggungjawaban
masing-masing sekutu yang turut mengadakan perjanjian itu.
 Bila seorang sekutu mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga atas nama
persekutuan (Pasal 1645 BW), maka persekutuan dapat langsung menggugat pihak
ketiga itu. Disini tidak diperlukan adanya pemberian kuasa dari sekutu-sekutu lain.

5. Pembagian Keuntungan dan Kerugian dalam Persekutuan perdata


Tentang tata cara pembagian keuntungan dalam persekutuan perdata diatur dalam pasal
1633 – 1644 BW:
a.   Keuntungan Persekutuan perdata harus dibagi secara seimbang dan proporsional.
b.   Keuntungan tidak boleh diperjanjikan untuk dibagi hanya kepada satu pihak atau pihak
ketiga saja.
c.   Pasal 1635 menjelaskan bahwa janji untuk membagi keuntungan hanya pada satu
pihak maka perjanjian tersebut batal demi hukum, sedangkan perjanjian untuk
membagi kerugian hanya pada satu pihak diperbolehkan.

6.  Persekutuan perdata Bukan Badan Hukum


Dari sudut pertanggungjawaban, bisa juga disimpulkan bahwa Persekutuan Perdata
(persekutuan perdata) bukanlah badan hukum, karena bila ia disebut badan hukum maka
seorang sekutu yang melakukan perbuatan atas nama persekutuan, persekutuanlah yang
terikat dengan pihak ketiga dan bukan sekutu yang berbuat sebagaimana ditentukan dalam
Pasal 1644 BW. Bila persekutuan perdata ingin dipaksakan menjadi badan hukum, maka
tentu ada keharusan bagi persekutuan perdata untuk memenuhi syarat-syarat sebagai
badan hukum, seperti ;
a.      Pengesahan dari Kementrian Hukum dan HAM.
b.      Pendaftaran dalam Daftar Perusahaan.
c.       Pengumuman dalam Tambahan Berita Negara RI.

7. Berakhirnya atau Bubarnya Persekutuan perdata


Dalam pasal 1646 KUHPer, suatu persekutuan perdata dengan sendirinya bubar
bila terjadi salah satu dari peristiwa dibawah ini:
a.  lewatnya waktu yang ditentukan dalam perjanjian persekutuan perdata;
b.    musnahnya barang atau diselesaikannya perbuatan yang menjadi pokok permitraan;
c.    atas kehendak beberapa atau seseorang sekutu;
d.    jika seorang sekutu ditempatkan dibawah pengampuan atau dinyatakan pailit.

8. Pertanggungjawaban
Bila persekutuan perdata bubar, maka harta kekayaan persekutuan perdata
akan dibagi kepada anggota persekutuan perdata berdasarkan perjanjian terdahulu, setelah
dikurangi utang-utang terhadap pihak ketiga.
Bila kekayaan persekutuan perdata justru tidak cukup untuk membayar utang,
maka utang tersebut akan ditanggung bersama (tanggung renteng) oleh para sekutu
berdasarkan perjanjian yang telah dibuat sebelumnya.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. berdasarkan pasal 1646 KUHPer Berakhirnya persekutuan perdata karena:
a.  lewatnya waktu yang ditentukan dalam perjanjian persekutuan perdata;
b.    musnahnya barang atau diselesaikannya perbuatan yang menjadi pokok permitraan;
c.    atas kehendak beberapa atau seseorang sekutu;
d.    jika seorang sekutu ditempatkan dibawah pengampuan atau dinyatakan pailit.
2. Pertanggungjawaban apabila terjadi berakhirnya persekutuan perdata, akan dibebankan
(menjadi tanggungjawab) kepada masing – masing sekutu sesuai perjanjian yang telah
dibuat sebelumnya.
Daftar Pustaka

1. KUH Perdata (Prof. R. Subekti, SH)


2. http://newsfinance793.blogspot.co.id/2014/06/persekutuan-perdata_5.html
3. http://radityowisnu.blogspot.co.id/2012/06/maatschap-firma-dan-
cv_14.html%2030%20April%202014-04-30
4. http://topihukum.blogspot.co.id/2013/12/perbedaan-persekutuan-perdata-
dan-firma.html
5. http://mbokirah.blogspot.co.id/2013/10/makalah-persekutuan-perdata.html

Anda mungkin juga menyukai