Anda di halaman 1dari 21

INVENTARISASI JAMUR DI BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU

Lia Agustini.¹, Fitria Lestari, M.Pd.², Sepriyaningsih, M.Pd.Si.3


¹Alumni S1 STKIP-PGRI Lubuklinggau
² dan 3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
Jurusan Biologi STKIP-PGRI Lubuklinggau
Email: Liaagustini1996@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis Jamur yang terdapat


pada jalur pendakian Bukit Sulap Kota Lubuklinggau. Jenis penelitian ini adalah
penelitian deskriptif kualitatif dan teknik pengumpulan data dengan cara
Observasi. Dari hasil penelitian ditemukan 5 ordo (Polyporales, Agaricales,
Auriculariales, Pezizales, dan Aphylloporales), 10 famili (Polyporaceae,
Ganodermataceae, Hydnaceae, Marasmiaceae, Tricolomataceae, Mycenaceae,
Amanitaceae, Auriculariaceae, Sarcoscyphaceae, dan Schizophyllaceae), 14
Spesies (Polyporus sp, Trametes suaveoales, Ringidoporus microporus,
Ganoderma lucidum, Spongipellis sp, Pleurotus ostreatus, Marasminus sp,
Marasminus candidus, Marasmielluse sp, Mycena galericulata, Amanita sp,
Auricularia auricula, Cookeina speciosa, dan Schizophyllum commune).

Kata Kunci: Inventarisasi, Jamur, Bukit Sulap

A. PENDAHULUAN

Jamur merupakan organisme eukariotik, berspora, tidak berklorofil,

bereproduksi secara seksual dan aseksual. Jamur berdasarkan ukuran

tubuhnya ada yang Makroskopis yaitu jamur yang berukuran besar,

sehingga dapat di lihat dengan mata telanjang dan ada juga jamur

Mikroskopis yaitu jamur berukuran kecil dan hanya dapat di lihat dengan

alat bantu mikroskop. Beberapa jamur ada yang dapat konsumsi bahkan

ada yang berkhasiat obat namun juga ada yang bersifat racun. Jamur yang
dapat di konsumsi mempunyai kandungan garam mineral yang tinggi

(Darwis, dkk. 2011:1).

Jamur yang bersifat racun biasanya memiliki warna yang

mencolok, dan tidak terdapat bekas gigitan dari organisme lain jamur

beracun juga biasanya memiliki bau yang busuk dan menyengat serta

mengandung senyawa sulfida, jamur biasanya tumbuh pada kondisi

lingkungan yang memiliki tingkat kelembaban yang tinggi dan teduh.

Beberapa faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan jamur adalah

kebutuhan sinar matahari yang tidak langsung, suhu dan sirkulasi udara

yang sejuk (Hidayati,dkk,2015:76).

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti

dikawasan Bukit Sulap ditemukan beberapa spesies jamur yang tumbuh

pada kayu-kayu lapuk dan serasah. Jamur mempunyai peranan penting

dalam ekosistem, jamur merupakan dekomposer (pengurai) dan menjadi

penyeimbang keanekaragaman jenis hutan. Sebagai pengurai jamur

mampu menguraikan bahan organik menjadi senyawa yang diserap dan

digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan (Hasanuddin, 2014:38-

39).

1. Pengertian Inventarisasi

Inventarisasi juga diartikan sebagai kegiatan pengumpulan dan

penyusunan data untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan dengan

mengidentifikasikan data yang diambil meliputi jenis dan habitat


(Surachman, 2014:7), lebih lanjut menurut Santoso (2016:2) inventarisasi

tumbuhan juga di artikan sebagai suatu proses pencatatan dan pengumpulan

data, pendataan dilakukan dengan mengklasifikasi dan determinasi

tumbuhan sesuai dengan ciri morfologinya

2. Pengertian Jamur

Jamur adalah sekelompok besar makhluk hidup eukariotik heterotrof

yang mencerna makanannya di luar tubuh lalu menyerap molekul nutrisi

kedalam sel-selnya, oleh sebab itu jamur merupakan kelompok organisme

yang tidak lagi termasuk dalam kingdom plantae, melainkan membentuk

dunia jamur atau regnum fungi. Jamur memiliki peranan yang sangat

penting bagi ekosistem, jamur mampu menguraikan bahan organik seperti

lignin, hemiselulosa, protein, selulosa, dan senyawa pati dengan bantuan

enzim menjadi senyawa yang dapat di serap dan di gunakan untuk

pertumbuhan dan perkembangan (Hasanuddin, 2014:39).

3. Jamur Makroskopis

Jamur Makroskopis merupakan jamur yang dapat dilihat dengan kasat

mata yang memiliki tubuh buah berukuran besar ± 0,6 cm yang merupakan

struktur produktif untuk menyebarkan dan menghasilkan sporanya. Jamur

Makroskopis memiliki struktur umum yang terdiri atas bagian tubuh seperti

bilah, tudung, tangkai, cincin, dan volva (Darwis, dkk. 2011:1). Jamur

Makroskopis juga diartikan sebagai cendawan sejati yang ukurannya relatif

besar, dapat dilihat dengan kasat mata, dapat dipegang, atau dipetik dengan

tangan, dan bentuknya mencolok (Syafrizal, dkk. 2014)


4. Jamur yang berbahaya

Jamur yang berbahaya atau jamur yang beracun umumnya memiliki

warna yang mencolok dan mempunyai bau yang menyengat. Umumnya

jamur tersebut tumbuh pada tempat-tempat yang kotor (Nugraha, 2013:20).

Sedangkan menurut Alex (2011:43) jamur berbahaya/jamur beracun adalah

jamur yang memiliki racun pada tubuhnya adapun ciri-ciri jamur yang

beracun yaitu memiliki warna yang mencolok seperti warna merah

kemerahan, hitam pekat, biru tua, tetapi ada juga jamur beracun yang

memiliki warna terang seperti putih. Jenis jamur beracun menghasilkan bau

yang menusuk hidung misalnya seperti bau telur busuk. Jenis jamur beracun

juga memiliki cincin atau cawan, jamur beracun ini umumnya tumbuh pada

tempat-tempat yang kotor seperti tempat pembuangan sampah. Jamur

beracun apabila dikerat oleh pisau yang terbuat dari perak atau dikerat

menggunakan pisau biasa maka akan meninggalkan noda hitam pada pisau

tersebut, jamur beracun juga sangat cepat mengalami perubahan warna

ketika dimasak.

B. Bukit Sulap

Bukit Sulap adalah hutan yang masuk dalam kawasan Taman

Nasional Kerinci Seblat pada Seksi Pengolaan Taman Nasional (SPTN)

Wilayah V Provinsi Sumatera Selatan, yang berada dalam zona

pemanfaatan pariwisata alam seluas 290 Ha. Bukit Sulap memiliki

ketinggian 471 mdpl, dengan tingkat kemiringan lahan yang bervariasi.

Bentuk dari Bukit Sulap ini sangat menarik yang memiliki bentuk panjang
yang sama ketika dilihat dari arah manapun. Menurut para sesepuh adat

Bukit Sulap akan kelihatan seperti dekat pada saat Bukit Sulap di pandangi

dan akan kelihatan seperti jauh saat kita mendatangi bukit sulap, konon hal

itulah yang menjadi awal penamaan Bukit Sulap. Selain itu di Bukit Sulap

banyak terdapat bebatuan dengan nilai kualitas yang bagus, sehingga banyak

terdapat para penambang batu giling di Bukit Sulap. Batu giling ini

merupakan hasil penambang illegal di Bukit Sulap yang menjadi komoditi

pasar untuk Kota Lubuklinggau, bahkan sampai keluar Provinsi Sumatera

Selatan. Bukit Sulap juga memiliki keanekaragaman flora fauna yang cukup

banyak, Fauna yang banyak terdapat di sini adalah simpai, monyet ekor

panjang, tupai, burung kutilang, burung perenjak, dan tikus. Sedangkan flora

yang begitu khas yaitu Amorphopallus sp. (Bunga Bangkai) yang terdapat di

pelataran parkir (Miskun, dkk. 2013).

C. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian

deskriptif merupakan penelitian yang menyelidiki keadaan, kondisi, atau

hal-hal lain yang sudah di sebutkan, kemudian hasilnya dipaparkan dalam

bentuk laporan penelitian. Data yang di ambil dalam penelitian ini adalah

data yang di peroleh melalui observasi langsung pada wilayah Bukit Sulap

Kota Lubuklinggau yang dilakukan dengan cara mengambil atau

mendokumentasikan setiap jamur yang di temui dijalur pendakian yang di

lintasi peneliti (Arikunto, 2010:3).


D. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di lakukan selama satu bulan yaitu mulai dari tanggal 23

November 2017 sampai dengan tanggal 23 Desember 2017. Peneliti

mengambil lokasi di jalur pendakian Bukit Sulap Kota Lubuklinggau

Sumatera Selatan.

E. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah alat tulis

(buku tulis, pensil, pena, penggaris, dan penghapus) dan kamera Xiomi

Redmi 4x.

D. Prosedur Penelitian.

Prosedur penelitian adalah langkah-langkah yang di lakukan untuk

mengumpulkan data dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam

penelitian. Didalam prosedur penelitian ini, peneliti membahas tentang

metode dan teknik pengumpulan data melalui:

a. Observasi, yang di lakukan di jalur pendakian pada kawasan Bukit

Sulap kota Lubuklinggau. Pada tahap observasi ini peneliti melakukan

pengamatan langsung untuk melihat keanekaragaman jenis-jenis jamur

yang ada di sekitar jalur pendakian Bukit Sulap Kota Lubuklinggau.

b. Dokumentasi, data keanekaragaman jenis jamur yang terdapat di lokasi

penelitian yang telah terkumpul di buktikan dengan fakta keberadaan di

lapangan dan di lakukan proses mendokumentasikan.


c. Wawancara, dilakukan peneliti dengan cara mewawancarai warga

sekitar yang berada di lokasi penelitian dan Pegawai Taman Nasional

Kerinci Seblat (TNKS) wilayah V.

d. Tahap pelaksanaan pengambilan sampel, lokasi pengambilan sampel

dilakukan di jalur pendakian Bukit Sulap Kota Lubuklinggau. Sampel

diambil secara langsung oleh peneliti dan langsung mencatat deskripsi

dari jenis sampel jamur yang telah ditemukan, pengambilan sampel di

lakukan 2x pengulangan dalam 1 minggu. Sampel yang didapat

kemudian didokumentasikan.

Setiap jamur yang ditemukan dengan jenis yang sama dapat

didokumentasikan satu sampel saja. Jamur yang ditemukan di lapangan

dilakukan pencatatan berdasarkan bentuk tubuh, warna, tinggi tangkai

bentuk lamella, berbahaya atau tidak berbahaya, tempat hidup atau substrat

pertumbuhan jamur tersebut kemudian diidentifikasi, dan dicocokkan

dengan buku Alex (2011) dan Mawardi (2011).

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan

cara melakukan wawancara langsung kepada beberapa warga yang

berdomisili di sekitar lokasi penelitian, kemudian peneliti melakukan

observasi terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian untuk

membuktikan pendapat dari beberapa warga yang sebelumnya sudah

diwawancara.
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data yang memenuhi standar data yang diterapkan. Pengumpulan data dapat

di lakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara.

Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka

teknik pengumpulan data dapat di lakukan dengan observasi (pengamatan),

interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan dari

keempatnya (Sugiyono, 2008:62).

Data keanekaragaman jenis jamur yang terdapat di lokasi penelitian

yang telah terkumpul di buktikan dengan fakta keberadaan di lapangan

dengan cara mendokumentasikan sampel yang di temukan pada jalur

pendakian bukit sulap/lokasi penelitian.

H. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis kualitatif bersifat

deskriptif yaitu hasil dari pengolahan data dikumpulkan selanjutnya

dianalisis secara deskriptif dengan cara mendeskripsikannya berdasarkan

cisri-ciri morfologi dan taksonomi dari jenis-jenis jamur yang telah

ditemukan di lokasi penelitian, Kemudian data hasil inventarisasi

dikelompokan berdasarkan jenis dan kemudian disajikan dalam bentuk tabel

(Putra, 2013:71).

Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti pada tanggal 23

November 2017 sampai dengan tanggal 23 Desember 2017, pada pada jalur
pendakian Bukit Sulap Kota Lubuklinggau peneliti menemukan 5 ordo jamur

Makroskopis yaitu Polyporales, Agaricales, Auriculariales, Pezizales, dan

Aphylloporales dengan 14 spesies jamur Makroskopis yang terdapat dikayu lapuk,

serasah, dan ditanah. Klasifikasi jenis-jenis jamur Makroskopis yang di temukan

dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Klasifikasi jenis jamur Makroskopis


No Ordo Family Genus Spesies
1 Polyporales Polyporaceae Polyporus Polyporus sp.
Trametes Trametes suaveoales
Ringidoporus Ringidoporus
microporus
Ganodermataceae Ganoderma Ganoderma lucidum
Hydnaceae Spongipellis Spongipellis sp.
2 Agaricales Marasminus sp.
Marasminus Marasminus
Marasmiaceae
candidus
Marasmiellus Marasmielluse sp.
Tricolomataceae Pleurotus Pleurotus ostreatus
Mycenaceae Mycena Mycena galericulata
Amanitaceae Amanita Amanita sp.
3 Auriculariales Auriculariaceae Auricularia Auricularia
auricular
4 Pezizales Sarcoscyphaceae Cookeina Cookeina spinosa

5 Aphylloporales Schizophyllaceae Schizophyllum Schizophyllum


commune
B. Pembahasan

Adapun deskripsi dari jenis-jenis jamur Makroskopis yang terdapat di jalur

pendakian Bukit Sulap Kota Lubuklinggau adalah sebagai berikut:

1. Polyporus sp.

Berdasarkan hasil penelitian, Polyporus sp ditemukan pada substrat kayu

lapuk. Jamur Polyporus sp memiliki pileus yang bertekstur keras dan tipis dengan

bentuk lebar, permukaan pileus halus, tepi jamur ini memiliki bentuk yang

bergelombang/tidak rata dan memiliki lamella berpori. Jamur ini memiliki warna

coklat berdiameter 4,5 cm, memiliki tangkai yang pendek dan menempel pada

tubuh buah jamur, jamur ini tidak dapat dikonsumsi. Klasifikasi Polyporus sp

dapat di lihat pada Gambar 4.1 berikut:

Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Kelas : Basidiomycetes
Ordo : Polyporales
Famili : Polyporaceae
Genus : Polyporus
Gambar 4.1 Polyporus sp Spesies : Polyporus sp
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017) Nama daerah : Jamur kayu

2. Marasminus sp.

Berdasarkan hasil penelitian, jamur ini memiliki struktur yang lembut

secara keseluruhan, pileus berwarna putih dan pada bagian tengah berwarna

keabuan, jamur Marasminus sp memiliki pileus yang berukuran ± 2cm, memiliki

bentuk cembung dengan permukaan yang halus dengan bagian tepi yang rata.
Lamella pada jamur ini bergaris teratur dan panjang tangkai jamur ini ± 5cm.

Klasifikasi Marasminus sp dapat di lihat pada Gambar 4.2 Berikut:

Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Kelas : Basidiomycetes
Ordo : Agaricales
Famili : Marasmiaceae
Genus : Marasminus
Spesies : Marasminus sp
Gambar 4.2 Marasminus sp Nama daerah : Jamur putih racun
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)

3. Auricularia auricula

Berdasarkan hasil penelitian, jamur ini memiliki warna kecoklatan,

berbentuk seperti kuping, tumbuh liar dan bergerombol menempel pada pohon-

pohon yang sudah hampir mati. Masyarakat sekitar sering menyebutnya dengan

istilah jamur kuping. Jamur ini sering dikonsumsi oleh masyarakat sekitar,

menurut mereka jamur kuping memiliki banyak manfaat seperti obat untuk

mencegah iritasi pada peradangan dan menurunkan kolestrol. (2014:4). Klasifikasi

Auricularia auricula dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut:

Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Kelas : Basidiomycetes
Ordo : Auriculariales
Famili : Auriculariaceae
Genus : Auricularia
Spesies : Auricularia auricula
Nama daerah : Jamur kuping

Gambar 4.3 Auricularia auricula


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)
4. Marasminus candidus

Berdasarkan hasil penelitian, jamur ini memiliki tudung berukuran

2-10 mm, pada bagian tengah nya sedikit cembung, permukaan bergaris-garis atau

berkerut. Bagian himelium berwarna coklat dan memiliki tangkai yang pendek.

Habitat jamur ini tersebar pada serasah daun, jamur ini sering disebut dengan

istilah jamur pelapuk putih. Klasifikasi Marasminus candidus dapat di lihat pada

Gambar 4.4 berikut:

Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Kelas : Basidiomycetes
Ordo : Agaricales
Famili : Marasmiaceae
Genus : Marasminus
Spesies : Marasminus candidus
Nama daerah : Jamur putih
Gambar 4.4 Marasminus candidus
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)

5. Mycena galericulata

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, jenis jamur ini memiliki

bentuk seperti payung dengan warna putih keabuan, bagian tengah menonjol ke

atas seperti lonceng, lamella berbentuk ingsang dan hidup mengelompok dengan

habitat alamiah seperti akar semu pada serasah tumbuhan.

Jamur ini tidak memiliki cincin dan memiliki tangkai dengan panjang 2 cm.

Klasifikasi Mycena galericulata dapat di lihat pada Gambar 4.5 berikut:


Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Kelas : Agaricomycetes
Ordo : Agaricales
Famili : Mycenaceae
Genus : Mycena
Spesies : Mycena galericulata
Nama daerah : Jamur payung racun
Gambar 4.5 Mycena galericulata
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)

6. Cookeina speciosa

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, jamur ini memiliki

tubuh buah berbentuk cangkir/corong. Memiliki warna orange agak sedikit

kemerah-merahan yang cerah, terdapat rambut dan garis tipis. Jamur ini di temui

pada ranting kayu yang sudah mati, tidak memiliki cincin dan memiliki tangkai

dengan tinggi kurang lebih 3 cm. Cookeina speciosa umumnya di temukan di

daerah tropis dan subtropis. Spesies ini masuk ke dalam cup fungi yang dapat

dikenali melalui sporokarp seperti mangkuk, jamur Cookeina speciosa ini

merupakan jenis jamur yang tidak dapat dikonsumsi. Klasifikasi Cookeina

speciosa dapat dilihat pada Gambar 4.6 berikut ini:

\ Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycota
Kelas : Ascomycota
Ordo : Pezizales
Famili : Sarcoscyphaceae
Genus : Cookeina
Spesies : Cookeina speciosa
Nama daerah : Jamur hutan
Gambar 4.6 Cookeina speciosa
(Sumber: Dokumentasi Pribadi 2017)
7. Ganoderma lucidum

Berdasarkan hasil penelitian, jamur ini mempunyai tubuh buah berbentuk

kipas atau setengah lingkaran yang melebar, besar dan keras, lamella berbentuk

pori yang sangat kecil, hidup berkelompok dengan habitat alamiah melekat pada

kayu mati atau kayu yang lapuk, tidak memiliki cincin dan cawan, jamur ini

memiliki tangkai yang menancap pada substratnya. Menurut salah satu warga

jamur ini bermanfaat sebagai obat tradisional, jamur ini juga sering dimanfaatkan

sebagai obat terapi HIV dan juga bermanfaat untuk mencegah penuaan.

Klasifiksi Ganoderma lucidum dapat di lihat pada Gambar 4.7 berikut:

Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Kelas : Agaricomycetes
Ordo : Polyporales
Famili : Ganodermataceae
Genus : Ganoderma
Spesies : Ganoderma lucidum
Nama daerah : Jamur Cina

Gambar 4.7 Ganoderma lucidum


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)

8. Trametes suaveoales

Berdasarkan hasil penelitian, jamur ini memiliki bentuk seperti kipas

dengan tepi yang bergerigi, memiliki warna kuning kehijauan, lamella berbentuk

pori yang kecil, bertekstur keras dan ditemukan pada kayu yang sudah lapuk.

Klasifikasi Trametes suaveoales dapat dilihat pada Gambar 4.8 berikut ini:
Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Kelas : Agaricomycetes
Ordo : Polyporales
Famili : Polyporaceae
Genus : Trametes
Spesies : Trametes suaveoales
Nama daerah : Jamur kayu hijau

Gambar 4.8 Trametes suaveoales


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)

9. Marasmielluse sp.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, jenis jamur ini memiliki

bentuk seperti payung, pada bagian tengahnya agak sedikit cembung, memiliki

permukaan tudung yang berwarna putih hampir transparan, tubuh buah lunak dan

memiliki tangkai dengan tinggi 5 cm. Klasifikasi Marasmielluse sp dapat dilihat

pada Gambar 4.9 berikut:

Kingdom : Fungi
Divisi : Eumycetes
Kelas : Basidiomycetes
Ordo : Agaricales
Famili : Marasmiaceae
Genus : Marasmiellus
Spesies : Marasmielluse sp.
Nama daerah : Kehutel racun
Gambar 4.9 Marasmielluse sp
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)

10. Pleuretus ostreatus


Berdasarkan hasil penelitian, jamur ini memiliki warna putih, bentuk

tudung setengah lingkaran dengan bagian tengah yang agak cengkung, memiliki

tangkai dan bentuknya seperti tiram, tekstur jamur ini lembut dengan permukaan
yang sedikit licin. Jamur tiram ini sering dikonsumsi oleh masyarakat sekitar,

menurut masyarakat di sekitar lokasi penelitian jamur tiram ini memiliki banyak

manfaat bagi kesehatan. Klasifikasi Pleuretus ostreatus dapat dilihat pada Gambar

4.10 berikut ini:

Kingdom : Fungi
Divisi : Eumycetes
Kelas : Basidiomycetes
Ordo : Agaricales
Famili : Tricolomataceae
Genus : Pleurotus
Spesies : Pleurotus ostreatus
Gambar 4.10 Pleuretus ostreatus Nama Daerah : Jamur tiram
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)

11. Ringidoporus microporus

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, jamur ini dikenal

dengan nama jamur akar putih yang tergolong ke dalam jenis jamur yang

mengganggu tanaman, apabila tanaman telah terserang jamur ini maka tanaman

tersebut akan mati, dan kematian akan merambat pada tanaman lainnya. Jamur ini

mempunyai tubuh buah yang berbentuk kipas tebal, memiliki warna yang

bervariasi yaitu coklat, coklat tua dan putih. Klasifikasi Ringidoporus microporus

dapat dilihat pada Gambar 4.11 berikut ini:

Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Kelas : Basidiomycetes
Ordo : Polyporales
Famili : Polyporaceae
Genus : Ringidoporus
Spesies : Ringidoporus
microporus
Gambar 4.11 Ringidoporus microporus Nama daerah : Jamur akar putih
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)
12. Spongipelis sp

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, jamur Spongipelis sp

ini mempunyai tubuh buah yang melengkung ke atas atau sedikit cekung,

berwarna putih, bertekstur keras, lamella berbentuk pori-pori kecil, dan hidupnya

mengelompok dengan habitat alamiah seperti pada akar semu pada pohon kayu

yang telah mati, tidak memilikai tangkai, cincin dan cawan. Klasifikasi

Spongipelis sp dapat dilihat pada Gambar 4.12 berikut ini:

Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Kelas : Basidiomycetes
Ordo : Polyporales
Famili : Hydnaceae
Genus : Spongipellis
Spesies : Spongipellis sp
Nama daerah : Jamur akar

Gambar 4.12 Spongipelis sp


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)

13. Amanita sp.


Jamur jenis ini memiliki tubuh buah berbentuk payung, memiliki tudung

yang berdiameter ± 5cm, berbentuk bulat cembung, memiliki tepi yang tidak rata,

berwarna putih dengan permukaan yang licin, memiliki lapisan himelium melekat

pada tangkainya memiliki tangkai yang pendek. Habitat jamur ini tedapat pada

kayu lapuk, menurut warga jamur ini berbahaya/beracun setelah 2-3 jam

menghirup/mengkonsumsi jamur ini dapat terjadi diare, koma, muntah-muntah

dan beberapa efek lainnya. Klasifikasi Amanita sp dapat dilihat pada Gambar 4.13

berikut ini:
Kingdom : Fungi
Divisi : Eumycetes
Kelas : Basidiomycetes
Ordo : Agaricales
Famili : Amanitaceae
Genus : Amanita
Spesies : Amanita sp.
Nama daerah : Jamur lendir
Gambar 4.13 Amanita sp
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)

14. Schzophylum commune

Berdasarkan Hasil Penelitian yang telah dilakukan, jamur ini memiliki

tubuh buah seperti kipas, berdaging, memiliki warna abu-abu, pada bagian tepi

jamur ini memiliki bentuk yg berbelah, bentuk bilahnya bercabang ketepi,

permukaan jamur kasar dan berserabut lunak, jamur ini memiliki tangkai yg

pendek kurang lebih 1 cm. Habitat Schzophylum commune pada kayu-kayu lapuk

atau kayu yang sudah mati, masyarakat sekitar menyebut nama jamur ini dengan

nama jamur gerigit, jamur gerigit sering di konsumsi oleh masyarakat sekitar

lokasi penelitian, menurut masyarakat disekitar lokasi penelitian jamur gerigit ini

memiliki banyak sekali manfaat bagi kesehatan seperti meningkatkan kekebalan

tubuh/imun, menurunkan resiko peradangan, menyehatkan sistem pencernaan,

mencegah kanker, dan menjaga kesehatan jantung. Klasifikasi Schzophylum

commune dapat di lihat pada Gambar 4.14 berikut ini:


Kingdom : Fungi
Divisi : Eumycetes
Kelas : Basidiomycetes
Ordo : Aphyllophorales
Famili : Schizophyllaceae
Genus : Schizophyllum
Spesies : Schizophyllum
commune
Nama daerah : Jamur gerigit
Gambar 4.14 Schzophylum commune
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti pada Tanggal 23

November sampai dengan Tanggal 23 Desember 2017 di Bukit Sulap Kota

Lubuklinggau peneliti menyimpulkan bahwa jamur Makroskopis yang terdapat di

lokasi penelitian terdapat 5 ordo yaitu Polyporales, Agaricales, Auriculariales,

Pezizales, dan Aphylloporales dengan spesies yang berjumlah 14 Spesies yaitu

Polyporus sp, Trametes suaveoales, Ringidoporus microporus, Ganoderma

lucidum, Spongipellis sp, Pleurotus ostreatus, Marasminus sp, Marasminus

candidus, Marasmielluse sp, Mycena galericulata, Amanita sp, Auricularia

auricula, Cookeina speciosa, dan Schizophyllum commune.


DAFTAR PUSTAKA

Achmad, dkk. 2011. Panduan Lengkap Jamur. Jakarta : Penebar swadaya

Alex, M.S. 2011. Meraih Sukses Dengan Budidaya Jamur Tiram, Jamur
Merang, dan Jamur Kuping. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Anggriawan, Indra. 2014. Inventarisasi Jamur Tingkat Tinggi


(Basidiomycetes) di Gunung Singgalang Sumatera barat. Jurnal
Biologi Universitas Andalas. 3(2) 147-153

Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Darwis, Welly., Desnalianif., & Suprianti Rochman, 2011. Inventarisasi


jamur yang dapat di konsumsi dan beracun yang terdapat di hutan
dan sekitar Desa Tanjung Kemuning Kaur Bengkulu. Jurnal Ilmiah.
7(2) 1-8

Hasanuddin. 2014. Jenis Jamur Kayu Makroskopis Sebagai Media


Pembelajaran Biologi (Studi di TNGL Blangjerango Kabupaten
Gayo Lues. Jurnal Biotik. 2(1):1-76

Hidayati, Hidayat, R.M., dan Asmawati. 2015. Pemanfaatan Serat Tandan


Kosong Kelapa Sawit Sebagai Media Pertumbuhan Jamur Tiram
Putih. Jurnal Pemanfaatan Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit.
6(2):73-78.

Mawardi, A., dan Handayani, F. 2011. Mengenal dan Bertanam Jamur.


Jakarta: Puri Pustaka

Miskun, dkk. 2013. Bahan Publikasi Balai Besar TNKS Bukit Sulap.
Lubuklinggau TNKS.

Nugraha, T. U. 2013. Kiat Sukses Budidaya Jamur Tiram. Bandung:


Yrama WIDYA.

Putra, Nusa. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan. Rajawali


Pers. Jakarta.

Santoso. 2016. Inventarisasi Tumbuhan Obat Pada Ketinggian Yang


Berbeda di jalur Diklatsar Tlogodrigo Karanganyar sebagai bahan
sosialisasi bagi masyarakat. Skripsi.
Sargih,S.D. 2008. Fungi Perombak Bahan Organik Di Tanah Gambut.
Skripsi Universitas Sumatera Utara. 1-45.

Siregar. 2014. Manajemen Aset. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono. 2008. Memahami penelitian kualitatif. Penerbit Alfabeta


Bandung. 1-330.

. 2013. Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D.


Penerbit Alfabeta Bandung. 1-451.

Surachman, F.I., Indriyanto, dan Hariri, M.A. 2014. Inventarisasi Hama


Persemaian Di Hutan Tanaman Rakyat Desa Ngambur Kecamatan
Bengkunat Belimbing Kabupaten Lampung Barat. Jurnal: Sylva
Lestari. 2 (2):7-16.

Syafrizal, S., Yeni, F.L., dan Titin. 2014. Inventarisasi Jamur Makroskopis
di Hutan Adat Kantuk dan Implementasinya dalam pembuatan
Flipbook. Artikel Penelitian

Wahyudi, E.A., Linda, R., dan Khotimah, S. 2012. Inventarisasi Jamur


Makroskopis di Hutan Rawa Gambut Desa Teluk Bakung
Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya. Jurnal
Untan. 1 (1) 8-11

Anda mungkin juga menyukai