Anda di halaman 1dari 5

PEDOMAN STABILISASI NEONATUS

No. Dokumen :
No. Revisi :
PPK
Tanggal Terbit :
Halaman :

UPT.PUSKESMAS dr. .....................


…............... NIP...................................

PENDAHULUAN Sebagian bayi baru lahir mempunyai keterbatasan adaptasi terhadap


lingkungan ekstrauterin. Keterbatasan tersebut dapat diakibatkan faktor
imaturitas, kelainan bawaan atau kondisi yang terjadi sebelum persalinan,
misalnya gawat janin, ketuban pecah sebelum waktunya, ibu infeksi, ibu DM,
ibu preeklamsia, dan sebagainya.

Resusitasi yang dilakukan setelah bayi lahir adalah tindakan utama untuk
mengatasi keterbatasan tersebut. Target utama resusitasi adalah memberikan
ventilasi dengan jalan membantu paru terbuka dan menjaganya senantisa
terbuka. Tindakan stabilisasi paska resusitasi yang diperlukan pada bayi baru
lahir dapat terjadi di:
- Ruang persalinan
- Ruang transisi
- Ruang perawatan neonatus
- Ruang rawat gabung

Stabilisasi paska resusitasi dimulai saat resusitasi selesai dilakukan sampai


beberapa jam setelah resusitasi. Diharapkan 2-4 jam stabilisasi bayi sudah
tercapai. Tidak ada batasan yang tegas antara fase resusitasi dan stabilisasi.
Langkah-langkah stabilisasi secara mendasar meliputi 6 fokus:
- Stabilisasi gula (Sugar and Safe Care)
- Stabilisasi suhu (Thermoregulation)
- Stabilisasi jalan nafas (Airway)
- Stabilisasi sirkulasi (Blood Pressure)
- Skrining infeksi (Laboratory)

Etika dan dukungan emosi pada keluarga (Emotional Langkah


tataksana stabilisasi berdasarkan kegawatannya terlebih dahulu. Gangguan
pernafasan adalah gejala tersering, bisa memberikan komplikasi terutama
pada otak bila tidak segera ditangani. Selanjutnya dievaluasi ada tidaknya
hipotermia dan hipoglikemia, ketiga masalah tersebut sering saling berkaitan
dan memberikan hubungan kausal (Trias Hipoglikemia-Hipotermia-Hipoksia).
Kejang bisa merupakan manifestasi klinis dari penyebab yang bermacam-
macam, deteksi dan risiko dini serta mengatasi kejang merupakan bagian
penting dalam upaya stabilisasi neonatus. Stabiisasi sirkulasi merupakan
prioritas berikutnya, menemukan komplikasi akbibat hipoksia yang terjasi
terhadap organ jantung dan sirkulasi. Selain itu, penapisan risiko infeksi
merupak hal yang penting, bila ada risiko infeksi dipertimbangkan untuk perlu
tidaknya pemberian antibiotik empiris.Support)

HAL YANG
HARUS - Persiapan alat dan panggil bantuan sebelum bayi dilahirkan. Penting
DILAKUKAN BILA penolong persalinan mempunyai komunikasi kerja yang baik.
BAYI - Persetujuan tindakan medik dilakukan oleh suami atau pihak keluarga. Di
LAHIR DI dalam persetujuan tindakan medik, sebaiknya mencakup penanganan
FASILITAS medis 3 hal, yaitu tindakan resusitasi, stabilisasi, dan rujukan.
TERBATAS - Tentukan tempat rujukan yang TEPAT.
 Menentukan tempat rujukan yang tepat sangat penting dan hal ini
sebaiknya dikomunikasikan sebelumnya dengan pihak keluarga pada
setiap kehamilan atau persalinan risiko tinggi. Pemilihan tempat rujukan
mempertimbangkan beberapa aspek, yaitu: jarak dari dan ke tempat
PEDOMAN STABILISASI NEONATUS
No. Dokumen :
UPT. PUSKESMAS
….................... No. Revisi :
PPK
Tanggal Terbit :
Halaman :

rujukan, masalah kegawatan bayi yang akan dirujuk apakah sesuai


dengan tingkat layanan yang dibutuhkan. Disarankan untuk merujuk
bayi ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap peralatannya dan relatif
terjangkau.
- Lakukan beberapa hal penting sebelum rujukan.
 Pahami algoritma rujukan (Skema rujukan)
 Lakukan stabilisasi medik yang diperlukan mengacu pada konsep
stabilisasi neonatus.
 Perhatikan keamanan pasien selama proses stabilisasi dan rujukan.
 Komunikasi dengan pihak keluarga dan RS yang akan dituju
 Merujuk bayi dengan PMK dapat dipakai sebagai alternatif bila tidak
ada inkubator. Merujuk dengan cara ini terbukti aman karena suhu
tubuh dapat terjaga baik. Penting diperhatikan adalah menjaga posisi
kepala agak sedikit ekstensi untuk menjaga jalan napas terbuka. Suhu
tubuh bayi selama dirujuk dimonitor tiap 30 menit dan bila suhu stabil
dimonitor tiap 1 jam. Jangan lupa bayi menggunakan tutup kepala dan
disarankan menggunakan baju kangguru.
Skema Alur persiapan dan komunikasi proses rujukan bayi baru
lahir:

Gambar: Alur persiapan dan komunikasi proses rujukan bayi baru lahir

BEBERAPA HAL - Daftar tilik persiapan transportasi


YANG HARUS - Persetujuan orangtua, pemberian informasi tentang komplikasi neonatus
DILAKUKAN dan perencanaan awal
SEBELUM - Persiapan bayi
MERUJUK BAYI: - Gelang identitas (nama, nomor rekam medis, tanggal lahir< jenis kelamin)
- Non-rebreathing mask (NRM)
- Oro/Naso Gastric Tube (OGT/NGT) ukuran 6-8F
- Akses intravena perifer terfiksasi dan diberikan cairan rumatan (D10%)
- Kateter vena umbilikal yang telah terfiksasi (bila membutuhkan infus lebih
dari 1, pada bayi dengan keadaan umum buruk)
- Semua jalur intravena diberi label
- Antibiotik intravena, jika memungkinkan telah dilakukan kultur darah
sebelumnya.
PEDOMAN STABILISASI NEONATUS
No. Dokumen :
UPT. PUSKESMAS
….................... No. Revisi :
PPK
Tanggal Terbit :
Halaman :

- Pemantauan berkelanjutan
- Dokumentasi pendukung (surat rujukan, catatan keperawatan, catatan
- observasi, rekam medis, catatan administrasi cairan, hasil patologi anatomi,
riwayat obstetrik, pilihan ibu dalam pemberian asupan ASI/susu formula,
kontak orangtua.
- Keperluan tambahan (X-ray, skrining bayi baru lahir, spesimen yang telah
dIambil, kontak RS)

Stabilisasi medik:
1. Menghangatkan, mengeringkan, serta menutup badan bayi dan
ekstremitas yang bebas dari akses intravena serta memasang tutup kepala.
Bila tidak ada inkubator transpor, segera gunakan metode kanguru. Pilihan
pertama Perawatan Metode Kangguru (PMK) adalah dengan ibunya bila
kondisi ibu memungkinkan karena ibu yang baru melahirkan mempunyai suhu
tubuh yang lebih tinggi terutama di kedua belah payudara akibat tingginya
aliran darah di payudara tersebut. Sentuhan bayi dengan ibu secara
langsung akan memperkuat ikatan psikologis dan diyakini dapat meningkatkan
produksi ASI ibu. Bila kondisi ibu tidak memungkinkan, PMK dapat dilakukan
oleh suaminya atau pihak keluarga lainnya. Perlu diingat pada bayi dengan
Hypoxic Ischaemic Encephalopathy (HIE) metode kanguru tidak dianjurkan.

2. Memberi bantuan pernapasan bila bayi sesak/sianosis: membebaskan


jalan napas dengan memposisikan kepala menghidu dan menghisap jalan
napas.
3. Pada saat pemasangan jalur intravena, ambil sampel darah 0,2 mL
untuk pemeriksaan gula darah, darah rutin, dan hitung jenis atau sampel darah
2 mL untuk pemeriksaan AGD, gula darah, golongan darah/rhesus, dan kultur
darah (pada layanan dengan fasilatas laboratorium yang memungkinkan).
Sebelum merujuk bayi, penting untuk memberikan cairan fisiologis NaCl 0,9%
sebanyak 10 mL/kgBB selama
 30’ pada bayi cukup bulan;
 1 jam pada bayi kurang bulan >32 minggu;
 1–2 jam pada bayi kurang bulan kecil <32 minggu.
4. 60 mL/kgBB/hari untuk bayi cukup bulan dan 80 mL/kgBB/hari untuk
bayi kurang bulan.
5. Bila waktu yang diperlukan untuk sampai di tempat rujukan lebih dari 3
jam pada bayi dengan risiko infeksi, pertimbangkan memberikan suntikan
antibiotik spektrum luas terlebih dahulu, yaitu dengan memberikan kombinasi
ampisilin (100 mg/kgBB/hari 2 dosis) dan bila sudah ada diuresis dapat
diberikan gentamisin (5 mg/kgBB/hari 1 dosis). Pertimbangkan pemberian
fenobarbital dosis bolus 20 mg/kgBB untuk 1 kali pemberian, diberikan selama
30 menit pada bayi dengan kecurigaan kejang atau dengan risiko tinggi kejang.
6. Pasang pipa orogastrik dan melakukan dekompresi lambung secara
aktif dan selanjutnya pipa orogastrik dibiarkan terbuka. Pada produksi lendir
yang terus menerus sehingga mengganggu jalan napas, pengisapan dapat
dilakukan secara kontinu melalui mesin isap dengan tekanan minus 8 mmHg.
Sebelum pipa dimasukkan ke lambung, diukur panjang pipa orogastrik dan
mengevaluasi apakah pipa sudah benar di lambung
PEDOMAN STABILISASI NEONATUS
No. Dokumen :
UPT. PUSKESMAS
….................... No. Revisi :
PPK
Tanggal Terbit :
Halaman :

Gambar. Mengukur panjang pipa

Gambar 14. Fiksasi pipa orogastrik

KONTROL Tidak semua ibu hamil dan melahirkan selalu diperiksa status hepatitis B dan
INFEKSI HIV. Selain itu, pada ibu yang terinfeksi baik oleh Hepatitis B atau HIV tidak
SELAMA memberikan manifestasi klinis. Dengan demikian, dalam melakukan tindakan
PROSES medis atau perawatan senantiasa mencegah terjadi kontak langsung antara
cairan tubuh bayi dan tenaga medis/paramedis.
STABILISASI
Upaya kontrol infeksi tersebut juga memberi manfaat dalam mencegah
penyebaran infeksi dari bayi yang satu ke bayi yang lain. Selain itu,
memberikan perhatian khusus terhadap upaya pencegahan infeksi dalam
setiap pekerjaan medis, seperti
- sarung tangan harus selalu dipakai pada setiap kontak dengan cairan
tubuh bayi seperti darah, kulit yang luka, membran mukosa, dan semua
cairan tubuh kecuali keringat
- hanya menggunakan 1 sarung tangan untuk 1 bayi
- sarung tangan tidak dapat menggantikan cuci tangan dan pemakaian
alcohol based hand rub sehingga setiap melepas sarung tangan harus
diikuti dengan cuci tangan dan membasuh tangan dengan cairan antiseptik
- setiap sebelum dan sesudah kontak dengan bayi selalu membersihkan
tangan menggunakan cairan antiseptik
- bayi yang perlu dilakukan isolasi khusus seperti bayi dengan diare,
pneumonia, infeksi kulit terbuka, infeksi stafilokokus (pustulosis, abses),
cacar air, dan TB kongenital. Bila tidak ada ruang khusus, sebaiknya bayi
hanya dirawat oleh satu perawat
- pembuatan infus, pencampuran infus, dan obat sebaiknya dilakukan dalam
kondisi aseptis dan dilakukan di luar unit perawatan.
EVALUASI - Bila bayi dipasang sungkup laring, jangan lupa meniupkan udara 4 mL
BEBERAPA melalui semprit untuk menggembungkan sungkup wajah laring.
ASPEK - Bila terpasang vena umbilikalis, amati ukuran kateter yang berada di
KEAMAAN permukaan umbilikus apakah masih sesuai dengan ukuran yang sudah
ditentukan sebelumnya dan apakah kateter telah terfiksasi dengan baik.
PASIEN
- Evaluasi kemungkinan infus bengkak
SEBELUM - Bayi dengan sumbatan saluran cerna, INGAT pemasangan CPAP tidak
DIRUJUK boleh diberikan, demikian juga pada bayi dengan sumbatan saluran cerna
yang belum dapat dipastikan, namun terdapat riwayat kehamilan dengan
PEDOMAN STABILISASI NEONATUS
No. Dokumen :
UPT. PUSKESMAS
….................... No. Revisi :
PPK
Tanggal Terbit :
Halaman :

polihidramnion. Lebih dari 60% bayi dengan sindrom Down mengalami


sumbatan saluran cerna bagian atas (stenosis/atresia duodenum), Bila
pada bayi tersebut didapatkan CPAP Belly syndrome sebaiknya CPAP
segera dilepas dan cari bantuan untuk intubasi
- Pada fasilitas dengan ketersediaan blender oksigen dan pengukur saturasi
oksigen (oksimeter), amati saturasi oksigen agar tidak memberikan secara
berlebihan dengan menetapkan saturasi oksigen di atas 90–95% pada bayi
kurang bulan dan cukup bulan. Kecuali pada bayi berat lahir amat sangat
rendah (BBLASR) range saturasi oksigen ideal belum diketahui karena
dipengaruhi usia gestasi, usia kronologis, penyakit dasar dan status
transfusi. Dianjurkan selalu menggunakan batas alarm untuk menghindari
terjadinya hipoksia maupun hiperoksia.
- Jangan lupa memuasakan bayi selama proses stabilisasi atau selama
merujuk. Pada stabilisasi di ruang perawatan, keputusan memberikan
minum harus dengan evaluasi beberapa aspek
DAFTAR Wiegersma JS, Droogh JM, Zijlstra JG, Fokkema J, Ligtenberg J. 19
RUJUKAN Iwashyna TJ, Courey AJ. 20
Lim MTC, Ratnavel N. 21
Kendall AB, Scott PA, Karlsen KA. 22
McCall EM, Alderdice F, Halliday HL, Jenins JG, Vohra
S. 23
Rohana J, Khairinia W, Boo NY, Shareena I. 24
Reimer-Brady JM.25
Leppala K. 26
Taylor RM, Price-Douglas W. 27
Cummings JJ, Polin RA. 28

Rekaman Historis Perubahan

No. Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai