Disusun oleh:
VUGIA SYAHRINANDA
44319120041
Para arkeologi sudah meyakini, bahwa advertising sudah ada sejak lama.
Advertising tersebut dilakukan dalam berbagai bentuk publikasi dan berbagai peristiwa
dan penawaran yang dilakukan. Pad saat itu,metode iklan pertama yang dilakukan oleh
manusia sangatlah sederhana. Pada sat itu iklan sudah mulai dikenal oleh masyarakat
dalam bentuk pesan dari mulut ke mulut atau pesan berantai dengan tujuan agar dapat
membantu kelancaran proses jual-beli.
Pada 3000 SM di Babylonia mulai ditemukannya pesan iklan dalam bentuk
tertulis berupa kepingan tanah liat (clay table) bertuliskan prasasti tentang dealer salep,
juru tulis dan pembuat sepatu. Berbeda dengan orang Ponosea, Ponosea melukis gambar
untuk mempromosikan perangkat keras mereka di batu besar di sepanjang jalur parade.
Pada zaman Julius Caesar di ropa banyak toko dan penginapan yang sudah pakai tanda
seperti papan nama, atau symbol tujuannya adalah untuk membantu orang buta huruf.
Demikian juga dengan berbagai gambar di batu casdas (rock painting) di berbagai situs
lama di Afrika, Adia, dan Amerika Latin menunjukkan kehadiran “iklan” di masa lalu.
A. Pengertian Periklanan
Berawal dari Gerobak Sapi pada tahun 1930-an, banyak poster dan papan reklame
ditempel pada panel sampaing gerobak Sapi yang hilir mudik mengangkut barang. Pada
masa itu kebanyakan papan reklame dicetak di atas lembar plat seng atau logam yang
cukup tebal. Ada juga yang dilapis dengan enamel agar tahan lama. Pada era ini juga
diwarnai juga dengan kemunculan televise dan radio yang pada akhirnya menjadi sarana
yang digunakan untuk komunikasi massa dan media periklanan baru yang kuat dan
berkecepatan tinggi.
Pada tahun 1941 munculah televisi yang menjadi ekspansi media yang besar dan
pada saat Dunia Perang II berakhir iklan televisi berkembang dengan sangat cepat dan
terus mejadi media periklanan terbesar. Pada akhir tahun 1940-an dan di awal tahun
1950-an, para konsumen berusaha untuk menambah atau menaikan situs sosial melalui
melalui berbagai konsumsi barang-barang yang berbasisi modern. Pada saat inilah iklan
fokus memberikan keistimewaan pada produk yang secara implisit memperlihatkan
penerimaan sosial, gaya, kemewahan dan kesuksesaannya.
Sekitar tahun 1980-an tepatnya di Era Post Industrial untuk pertama kalinya orang
menjadi sadar akan lingkungan yang sensitive seperti dimana tempat tinggal dan
merasakan ketakutan pada ketergantungan terhadap sumber daya alam. Dan pada tahun
ini juga terjadi kekurangan energy dan akut sehingga muncullah istilah pemasaran yang
baru yaitu demarketing. Perkembangan teknologi baru di awal abad-21 atau disebut
dengan Global Interactive Era sangat membawa pengaruh yang besar di dunia periklanan.
Munculnya televise kabel dan satelit-satelit penerima memungkinkan orang untuk
menonton saluran telvisi yang memiliki program spesifik. Pergeseran ini mengubah
media massa dan televise memiliki jangkauan paling luas menjadi media yang lebih
khusus.
Iklan mulai diperkenalkan oleh Gubernur Jenderal Belanda yaitu Jan Pietersoen
Coen pendiri Batavia pada tahun 1619-1629. Periklanan di Indonesia mulai mengalami
perkembangan yang sangat pesat yaitu pada masa setelah selesainya Orde Lama. Pada
Orde Baru yang cenderung memberikan perhatian pada masalah ekonomi merupakan
peluang besar dari dunia periklanan. Ditambah lagi menampilkan berbagai gaya
periklanan yang khas Indonesia yang membuat dunia periklanan semakin ramai
diperbincangkan. Ini dibuktikan dengan perkembangan periklanan di Indonesia dari tahun
ke tahun mengalami fluktuasi seiring dengan dinamikan dari pertumbuhan ekonomi di
Indonesia.
Pada tahun 1970-an industri periklanan mengalami peningkatan dalam
pertumbuhan yang sangat gemilang, ekonomi berkembang dengan sangat pesat, sektor
pemerintah dan swasta saling bergandangan tangan memainkan peran utama dalam
semua kegiatan dibidang perekonomian. Pada tahun awal samapi akhir tahun 1970-an
yang juga disebut sebagai era seller market yang memiliki karakteristik pemasaran
sebagai berikut:
1. Pilihan produk terbatas
2. Penjual lebih berperan daripada pembeli
3. Daya beli pasar rendah
4. Persaingan masih rendah antar produk
5. Distribusi masih ditangani sendiri oleh produsen
6. Antisipasi pasar bersifat reaktif
7. Konsumen pasif
Karakteristik pemasaran yang telah disebut diatas juga mempengaruhi strategi
komunikasi pemasaran/periklanan yaitu sebagai berikut:
1. Menonjolkan produk, bukan merek
2. Dominal pada strategi kreatif
3. Pesan menoton atau satu arah
4. Lebih berorientasi pada kesan
5. Pemilihan media lebih pada above the line (televise, surat kabar, majalah dan radio)
6. Tujuannya adalah penjualan
7. Beriklana secara aktif sebatas consumer good
8. Peranan biro iklan belum menonjol, karena produk sangat terbatas belum ada
persaingan ketat antar merek.
Dari segi teks iklan secara keseluruhan, presentasi iklan masih sangat terbatas
pada teknologi dan sumber daya yang tersedia. Pada saat era 1970-an presentasi iklan
masih didominasi oleh naskah atau copy. Saat itu juga, iklan masih bersifat informative
dikarenakan lebih menekankan pada penjelasan produk yang diiklankan secara detail.
Pada akhir 1970-an, presentasi iklan di Indonesia mulai berkembang seiring dengan
perkembangan media teknologi dan komunikasi. Adanya perkembangan teknologi di
bidang visualisasi dapat membuat naskah iklan menjadi semakin meningkat dan tidak
bertele-tele.
Pada masa decade 1980-an, periklanan di Indonesia tidak hanya menerapkan
pendekatan secara demografis saja dalam mendekati audiens. Pada sata itu pendekatan
psikografis juga mula sudah diterapkan . Maka dari itu, pada decade 1980-an tersebut
gaya hidup mulai menjadi tema utama dalam merancang sebuah iklan. Ditambah lagi
ketika televisi swasta mulai muncul membuat perkembangan iklan di Indonesia semakin
menemukan pijakan yang semakin mantap. Tambah lagi dengan SK MENPEN No.
111/90 yang mengharuskan iklan-iklan yang ditayangkan di televisi adalah iklan yang
diproduksi di dalam negeri dan orang Indonesia.
Pada tahun 1980-an strategi pemasaran mulai mengarah pada kepuasan
konsumen, yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:
1. Daya beli perorangan meningkat
2. Munculnya kelas menengah baru (yuppies) yang menuntut status merek (prestise).
3. Pilihan produk sudah banyak
4. Konsumen aktif
5. Pemasaran mulai menggunakan konsep positioning
6. Persaingan area bisnis
7. Antisipasi pasar bersifat pro aktif
8. Persaingan melibatkan kemasan, merek, dan image (bukan cuma produk)
9. Orientasi pada kepuasan konsumen
10. Distribusi ditangani perusahaan professional
11. Perusahaan jasa dan industri mulai beriklan seperti perbankan, hotel, restoran,
asuransi, industri mobil dan sebagainya.
Di sisi lain, memasuki era 1990 birokrasi pemerintah mulai longgar sehingga
beberapa koran baru yang dimiliki pemodal kuat memasuki pasaran. Media luar ruang
pun semakin meningkatkan keahlian dan teknologinya. Kesemuanya ini akan
merangsang produsen yang bekerja sama dengan biro iklan untuk mengantur bauran
media (media mix) dengan anggaran yang lebih besar. Kondisi tersebut langsung
direspon oleh pengusaha-pengusaha melalui berdirinya biro-biro iklan baik dalam skala
besar, menengah, maupun kecil. Tak terkecuali biro iklan asing yang mulai merambah
pasar Indonesia yang sangat besar.
Pada era 90-an sudah ada sekitar 20-an perusahaan periklanan yang berafiliasi
dengan perusahaan periklanan Indonesia. Beberapa diantaranya adalah AdForce yang
berafiliasi dengan J. Walter Thompson, Indo Ad berafiliasi dengan Ogilvy & Mather,
Kreasindo berafiliasi dengan Leo Burnet, AdWork dengan Euro-RSCG, Komunika
dengan BBDO. Namun demikian sampai sekarang hanya Matari dan Fortune yang
bertahan sebagai perusahaan periklanan lokal. Hingga era 2000-an ini telah ratusan biro
iklan yang menjadi anggota PPPI (Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia). Jumlah
biro iklan di luar anggota PPPI tersebut tentunya juga sangat banyak tak terhitung
jumlahnya.
DAFTAR PUSTAKA