Anda di halaman 1dari 63

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.

H
DENGAN HIPERTENSI

Disusun Oleh :

Avendea Esa Chandra 21120010


Dian Ayu Nurjannah 21120019
Fieka Zaunura Pranindya 21120025
Grace Ling Ling Angelica S 21120027
Kholilah 21120033
Merisya Septiana 21120067
Lasina Marisa 21120035
Marchella Dhea Renanda 21120037
Nadila Amalia 21120042
Ni Putu Ayu Tias 21120043
Reza Nugraha 21120050
Riska Adelia 21120052
Rizki Amelia Hasanah 21120069

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN PERTAMEDIKA
TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata
kuliah keperawatan gawat darurat tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam
tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulisan makalah berjudul “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny. H


Dengan Hipertensi dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Kami
berharap makalah tentang Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.H Dengan
Hipertensi dapat menjadi referensi bagi pihak yang tertarik dalam pembuatan
maklaah. Selain itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut
pandang baru setelah membaca makalah ini.

Penulis menyadari makalah bertema kesehatan ini masih memerlukan


penyempurnaan, terutama pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik
dan saran pembaca demi penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah


keperawatan gerontik ini dapat bermanfaat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jakarta, 01 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................iii

BAB I...................................................................................................................1

PENDAHULUAN................................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Tujuan Penulisan.......................................................................................2

BAB II..................................................................................................................3

TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................3

A. KONSEP TEORI LANSIA.......................................................................3

1. Definisi......................................................................................................3

2. Batasan Lansia..........................................................................................3

3. Klasifikasi Lansia..................................................................................4

4. Kebutuhan Dasar Lansia........................................................................4

5. Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia...............................................5

B. KONSEP TEORI HIPERTENSI...............................................................6

1. Definisi..................................................................................................6

2. Etiologi..................................................................................................7

3. Klasifikasi..............................................................................................8

4. Patofisiologi...........................................................................................9

5. Pathway...............................................................................................11

6. Manifestasi K;inis................................................................................11

iii
7. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................13

8. Komplikasi..........................................................................................13

9. Penatalaksanaan...................................................................................15

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN..................................................20

1. Pengkajian...........................................................................................20

2. Diagnosa Keperawatan........................................................................23

3. Intervensi.............................................................................................23

4. Implementasi.......................................................................................26

5. Evaluasi...............................................................................................27

BAB III...............................................................................................................28

TINJAUAN KASUS: ASUHAN KEPERAWATAN.........................................28

MASALAH EMOSIONAL POSITIF............................................................35

Modifikasi dari Barthel Indeks...........................................................................36

BAB IV..............................................................................................................51

PENUTUP..........................................................................................................51

A. Kesimpulan.............................................................................................51

B. Saran........................................................................................................51

DAFTAR PUSTAKA

iv
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang
ditunjukkan oleh angka sistolik (bagian atas) dan dan bagian bawah
(diastolic) pada pemeriksaaan tensi darah menggunakan alat pengukur
tekanan darah [ CITATION Placeholder1 \l 1033 ] . Hipertensi atau penyakit
tekanan darah tinggi merupakn salah satu penyakit yang paling sering
muncul di negara berkembang, seseorang dikatakan hipertensi dan
berisiko menglami masalah kesehtan apabila setelah dilakukan beberapa
pengukuran, mulai tekanan darah tetap tinggi , nilai teakanan darah
sistolik ≥ 140 mmHg atau diastolik ≥ 90 mmHg. [ CITATION Pra14 \l
1033 ].
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan
sekitar 1,13 Miliar orang didunia menyandang hipertens,artinya 1 dari 3
orang di dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi
terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada
1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap
tahunnya 10,44 juta orang meninggal akibat hipertensi dan
komplikasinya.

1
Berdasarkan Riset kesehatan Dasar (Riskedas) angka kejadian hipertensi
mengalami kenaikan yang signifikan dan terjadi peningkatan pravalensi
hipertensi dari 34,1% tahun 2013 menjadi 36% pada tahun 2018.
Estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia 63.309.620 orang,
sedangkan angka kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar
427,218 kematian Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44
tahun(31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%)
(Riskerdas, 2018).
Peningkatan tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko
antara lain umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik (faktor risiko
yang tidak dapat diubah/dikontrol) dan gaya hidup seperti kebiasaan
merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan
jelantah, kebiasaan konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas,
kurang aktifitas fisik, stres, penggunaan estrogen (Kemenkes RI, 2014).
Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis,
pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas
simpatik (Setiawan & Kusyati, 2014). Pada orang lanjut usia, penyebab
hipertensi disebabkan elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung
menebal dan menjadi kaku, perubahan kemampuan jantung memompa
darah, kehilangan elastisitas pembuluhh darah dan meningkatnya
resistensi pembuluhh darah perifer (Aspiani, 2014).
Penatalaksanaan dalam hipertensi adalah menjadikan tekanan darah
seseorang mencapai nilai kurang dari 140/90 mmHg atau nilai kurang
dari 130/80 mmHg. Penatalaksanaan hipertensi meliputi terapi non
farmakologis dan farmmakologis. Pengobatan farmakologis dengan
menggunakan Diuretic, Beta blockers, ACE Inhibitor, Angiotensin II
Reseptor Blockers, Kalsium Channel Blocker, Alpha Blocker dan
Inhibitor Sistem Saraf ,sedangkan pengobatan non farmakologisnya
salah satu dengan merubah gaya hidup Adapun tujuan penanganan pasien
dengan hipertensi adalah menurunkan tekanan darah mendekati norma
[ CITATION Pik15 \l 1033 ]

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Diharapkan dapat memahami mengenai penyakit hipertensi dan
melakukan asuhan keperawatan gerontuik secara komprehensif
2. Tujuan Khusus
a. Untuk Mengetahui Tentang Pengertian Hipertensi
b. Untuk Mengetahui tentang Klasifikasi Hipertensi
c. Untuk Mengetahui Tentang Etiologi Hipertensi
d. Untuk Mengetahui Tentang Manifestasi Klinis Hipertensi
e. Untuk Mengetahui Tentang Patofisiologi Hipertensi
f. Untuk Mengetahui Tentang Pemeriksaan Penunjang Hipertensi
g. Untuk Mengetahui Tentang Penatalaksanaan Hipertensi
h. Untuk Mengetahui Terkait Komplikasi Hipertensi
i. Untuk Mengetahui Terkait Asuhan Keperawatan Gerontik Pada
Pasien Hipertensi
3.
4.
1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP TEORI LANSIA


1. Definisi
Lansia atau menua (menjadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur
dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas
(termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang menyebabkan
penyakit degenerative misal, hipertensi, arterioklerosis, diabetes
mellitus dan kanker (Nurrahmani, 2012).

Lanjut usia adalah kelompok manusia yang berusia 60 tahun keatas.


Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang terjadi. Oleh karena itu, tubuh akan menumpuk makin banyak
distorsi metabolik dan struktural yang disebut penyakit degeneratif
yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode
terminal (Suryono & dkk, 2016).

2. Batasan Lansia
Menurut WHO (2013), klasifikasi lansia adalah sebagai berikut :
a. Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45-54 tahun.
b. Lansia (elderly), yaitu kelompok usia 55-65 tahun.
c. Lansia muda (young old), yaitu kelompok usia 66-74 tahun.
d. Lansia tua (old), yaitu kelompok usia 75-90 tahun.
e. Lansia sangat tua (very old), yaitu kelompok usia lebih dari
90 tahun

3. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia adalah
sebagai berikut:
a. Pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-
59 tahun
b. Lansia yaitu sesorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Lansia potensial yaitu lansia yang masih mampu
melaksanakan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang atau jasa (Depkes RI 2003 dalam
Maryam 2008)
d. Lansia tidak potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari
nafkah, shingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain
(Depkes RI 2003 dalam Maryam 2008)

4. Kebutuhan Dasar Lansia


Kebutuhan lanjut usia adalah kebutuhan manusia pada umumnya,
yaitu kebutuhan makan, perlindungan makan, perlindungan
perawatan, kesehatan dan kebutuhan sosial dalam mengadakan
hubunagan dengan orang lain, hubungan antar pribadi dalam
keluarga, teman-teman sebaya dan hubungan dengan organisasi-
organisasi sosial, dengan penjelasan sebagai berikut :
a. Kebutuhan Utama
1) Kebutuhan fisiologi / biologis seperti, makanan
yang bergizi, seksual, pakaian, perumahan/tempat
berteduh
2) Kebutuhan ekonomi berupa penghasilan yang memadai
3) Kebutuhan kesehatan fisik, mental, perawatan

1
pengobatan
4) Kebutuhan psikologis, berupa kasih sayang adanya
tanggapan dari orang lain, ketentraman, merasa
berguna, memilki jati diri, serta status yang jelas
5) Kebutuhan sosial berupa peranan dalam hubungan-
hubungan dengan orang lain, hubungan pribadi dalam
keluarga, teman-teman dan organisasi sosial
b. Kebutuhan Sekunder
1) Kebutuhan dalam melakukan aktivitas
2) Kebutuhan dalam mengisi waktu luang/rekreasi
3) Kebutuhan yang bersifat kebudayaan, seperti informai
dan pengetahuan
4) Kebutuhan yang bersifat politis, yaitu meliputi status,
perlindungan hukum, partisipasi dan keterlibatan dalam
kegiatan di masyarakat dan Negara atau pemerintah
5) Kebutuhan yang bersifat keagamaan/spiritual, seperti
memahami makna akan keberadaan diri sendiri di
dunia dan memahami hal-hal yang tidak diketahui/
diluar kehidupan termasuk kematian
5. Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia

Menurut (Hardiwinoto dan Setiabudi, 2005 dalam Suryono dkk.,


2016), berbagai permasalahanyang berkaitan dengan mencapai
kesejahteraan lanjut usia, antara lain:

a. Permasalahan Umum
Adapun permasalahan umum yang terjadi pada lansia
diantaranya:
1) Makin besar jumlah lansia yang berada di bawa garis
kemiskinan.
2) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota

2
keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan,
dihargai, dan dihormati.
3) Lahirnya kelompok masyarakat industri
4) Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga
profesional pelayanan lanjut usia.
5) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan
pembinaan kesejahteraan lansia.
b. Permasalahan Khusus
Adapun permasalahan umum yang terjadi pada lansia
diantaranya:
1) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya
masalah baik fisik, mental, maupun sosial.
2) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
3) Rendahnya produktivitas kerja lansia.
4) Banyak lansia yang miskin, terlantar dan cacat
5) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada
tatanan masyarakat individualistik.
Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang
dapat mengganggu kesehatan fisik lansia (Suryono dkk.,
2016).
B. KONSEP TEORI HIPERTENSI
1. Definisi
Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam
pembuluhh darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu
periode(Udjianti,2013). Menurut World Health Organization
(WHO), batas normal adalah 120-140 mmHg sistolik dan 80-90
mmHg diastolik. Jadi seseorang disebut mengidap hipertensi jika
tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥
95 mmHg, dan tekanan darah perbatasan bila tekanan darah sistolik

3
antara 140 mmHg-160 mmHg dan tekanan darah diastolik antara 90
mmHg-95 mmHg (Poerwati, 2008) dalam (Hamid, 2014).

Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan


sistolik ≥160 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg.Hipertensi
adalah peningkatan tekanan darah yang melebihi tekanan darah
normal seperti apa yang telah disepakati oleh para ahli, yaitu
˃140/90 mmHg. Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang
mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan
angka kematian (mortalitas)(Aspiani, 2014).

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik


sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung,
tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan
pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar
resikonya (Sylvia A. Price, 2015).

2. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang
spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respons peningkatan curah
jantung atau peningkatan tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa
faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a. Genetik: respon neurologi terhadap stres atau kelainan ekskresi
transpor Na.
b. Obesitas: terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat.
c. Stres karena lingkungan.
d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang
tua serta pelebaran pumbuluh darah.

4
Pada orang lanjut usia, penyebab hipertensi disebabkan
terjadinya perubahan pada elastisitas dinding aorta menurun,
katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung
memompa darah, kehilangan elastisitas pumbuluh darah, dan
meningkatkan resistensi pembuluhh darah perifer. Setelah usia
20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun 1%
tiap tahun sehingga menyebabkan menurunya kontraksi dan
volume. Elastisitas pembuluhh darah menghilang karena
terjadi kurangnya efektifitas pembuluhh darah perifer untuk
oksigenasi (Aspiani, 2014).

3. Klasifikasi

Berdasarkan penyebab hipertensi dibedakan menjadi dua bagian


yaitu:

a. Hipertensi esensial/ hipertensi primer


1) Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan
memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapkan
hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi.
2) Ciri perseorangan
Ciri seseorang yang mempengaruhi timbulnya
hipertensi adalah umur (jika umur bertambah maka
tekanan darah meningkat), jenis kelamin laki-laki
lebih tinggi dari perempuan), ras (ras kulit hitam lebih
banyak dari ras kulit putih).
3) Kebiasaan hidup
4) Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensi adalah: konsumsi garam yang tinggi
(melebihi dari 30 gr), kegemukan atau makan berlebih,

5
stres merokok, minum alkohol, minum obat-obatan
(ephedrine, prednison, epineprin).
b. Hipertensi Sekunder
Jenis hipertensi ini penyebabnya dapat diketahui sebagai
berikut:

1) Penyakit ginjal: glomerulonefritis, piyelonefritis,


nekrosis tubular akut, tumor.
2) Penyakit vaskular: aterosklerosis, hiperplasia,
trombosis, aneurisma, emboli kolesterol dan
vaskulitis.
3) Kelainan endokrin: diabetes militus, hipertiroidisme,
hipotiroididme.

4) Penyakit saraf: stroke, ensephalitis, syndrom gulian


barre.

5) Obat-obatan: kontrasepsi oral, kortikosteroid (Aspiani,


2014).

4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pumbuluh
darah terletak dipusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jelas saraf simpatis, yang berlanjut kebawah
ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang bergetar ke bawa
melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini
neouron pre-ganglion ke pumbuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pumbuluh
darah. Berbagai farktor seperti kecemasan dan ketakuran dapat

6
mempengaruhi respon pumbuluh darah terhadap rangsangan
vasokonstriktor. Pasien dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut dapat terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluhh darah sebagai respon rangsangan emosi, kelenjar
adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktifitas
vasokontriksi. Medula adrenal mensekresikan efinefrin, yang
menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor
pumbuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan
aliran darah keginjal, menyebabkan pelepasan renin(Aspiani, 2014).
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
Hormon ini menyebabkan retensi natrum dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan volume intravaskular. Semua faktor tersebut
cenderung mencetuskan terjadinya hipertensi(Aspiani, 2014).
Peningkatan tekanan darah biasanya tidak teratur serta terjadi
peningkatan secara terus menerus. Hipertensi biasanya dimulai
sebagai penyakit yang ringan lalu perlahan berkembang ke kondisi
yang parah atau berbahaya (Williams & Wilkins, 2011)
dalam(Mulyadi, 2016).Gejala yang sering muncul pada hipertensi
salah satunya adalah nyeri kepala. Pada nyeri kepala yang diderita
oleh pasien hipertensi disebabkan karena suplai darah ke otak
mengalami penurunan dan peningkatan spasme pembuluhh darah
(Setyawan & Kusuma, 2014). Perubahan struktur dalam arteri-arteri
kecil dan arteriola menyebabkan penyumbatan pembuluhh darah.
Bila pembuluhh darah menyempit maka aliran arteri akan
tergangguPrice dan Wilson, 2006 dalam (Setyawan & Kusuma,

7
2014). Hal tersebut mengakibatkan spasme pada pembuluhh darah
(arteri) dan penurunan O2 (oksigen) yang akan berujung pada nyeri
kepala atau distensi dari struktur di kepala atau leher Kowalak,
Welsh, dan Mayer, 2012 dalam (Setyawan & Kusuma, 2014). Nyeri
kepala atau sakit kepala merupakan gejala penting dari berbagai
kelainan tubuh organik maupun fugsional. (Ballenger, 2010)
dalam(Mulyadi, 2016). Nyeri kepala ini sering ditandai dengan
sensasi prodromal misal nausea, pengelihatan kabur, auravisual,
atau tipe sensorik halusinasi. Salah satu teori penyebab nyeri kepala
migraine ini akibat dari emosi atau ketegangan yang berlangsung
lama yang akan menimbulkan reflek vasospasme beberapa
pembuluhh arteri kepala termasuk pembuluhh arteri yang memasok
ke otak. Secara teoritis, vasospasme yang terjadi akan menimbulkan
iskemik pada sebagian otak sehingga terjadi nyeri kepala Hall, 2012
dalam(Mulyadi, 2016).

8
5. Pathway

Faktor predisposisi : usia,jenis Beban kerja jantung Aliran darah makin cepat
kelamin,merokok,stress,kurang keseluruh tubuh
olahraga,genetic,alcohol,konsentr sedangkan nutrisi dalam
asi garam, obesitas sel dalam mencukupi
Tekanan sistemik darah
kebutuhan

Kerusakan vaskuler Hipertensi


pembuluh darah Metode koping
Krisis situasional
Perubahan situasi tidak efektif
Perubahan struktur

Informasi yang minim Defisiensi pengetahuan Ketidakefektifan


ansietas koping
Penyumbatan
pembuluh darah Resistensi pembuluh darah
ke otak meningkat
Nyeri kepala
Vasokontriksi

Otak Suplai o2 ke otak


Gangguan sirkulasi

Resiko ketidakefektifan
Ginjal jaringan serebral
Retina Pembuluh darah

Vasokonstriksi
pemb.darah ginjal
Sistemik Koroner
Spasme arteriol

Blood Flow Vasokonstriksi Iskemia miokard


darah
Risiko Cidera

Afterload Nyeri
Merangsang
aldosteron Respon RAA Penurunan Curah Jantung

Fatigue
Retensi Na
Kelebihan Volume Cairan

Intoleransi Aktifitas
Edema

9
6. Manifestasi K;inis

Pasien yang menderita hipertensi terkadang tidak


menampakkan gejala hingga bertahun-tahun. Gejala jika ada
menunjukkan adanya kerusakan vaskuler, dengan maifestasi
yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh
pumbuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis pada
ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan
urinisasi pada malam hari) dan azetoma (peningkatan nitrogen
urea darah dan kreatinin). Pada pemeriksaan fisik, tidak
dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi,
tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
pendarahan, eksudat, penyempitan pumbuluh darah, dan pada
kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus)

Keterlibatan pumbuluh darah otak dapat menimbulkan


stroke atau serangan iskemik transien (transient ischemik attack,
TIA) yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu
sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan (Smeltzer,
2002) dalam (Aspiani, 2014).
Gejala yang ditimbulkan akibat menderita hipertensi tidak
sama pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa gejala.
Secara umum gejala yang dikeluhan oleh penderita hipertensi
sebagai berikut.
a. Sakit kepala

b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk

c. Perasaan berputar seperti tuju keliling serasa ingin jatuh

d. Detak jantung terasa cepat

e. Telinga berdenging

Menurut (Crowin, 2000 dalam Aspiani, 2014)

10
menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah
mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa:
a. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual dan
muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial.
Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi
b. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan
saraf pusat

c. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi


glomerolus

d. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan


tekanan kapiler Gejala lain yang umumnya terjadi pada
penderita hipertensi, yaitu pusing,muka merah, sakit
kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk
terasa pegal (Novianti, 2006) dalam (Aspiani, 2014).

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium

1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim


ginjal

2) Kreatinin Serunim dan BUN meningkat pada


hipertensi karena parenkim ginjal dengan gagal ginjal
akut
3) Darah perifer lengkap

4) Kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, guladarah puasa)

b. Elektrokardiogram (EKG)

1) Hipertrofi ventrikel kiri

11
2) Iskemia atau infark miokard

3) Peningkatan gelombang P

4) Gangguan konduksi

c. Foto Rontgen

1) Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi


aorta

2) Pembendungan, lebarnya paru

3) Hipertrofi parenkim ginjal

4) Hipertropi vaskuler ginjal

8. Komplikasi
Menurut Corwin,(2009) komplikasi yang dapat terjadi diantaranya:
a. Stroke
Stroke dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di
otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluhh selain
otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat tejadi pada
hipertensikronis apabila arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah ke
area otak yang diperdarahi berkurang. Arteri otak yang
mengalami aterosklerosis dapat melemah sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.
b. Infark miokard
Dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak
dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardum atau apabila
terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melewati
pembuluhh darah. Pada hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel,
kebutuhan oksigen miokardum mungkin tidak dapat dipenuhi
dan dapat terjai iskemia jantung yang menyebabkan infark.

12
Demikian juga, hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan
perubahan waktu hantaran listrik melintasi vrentikel sehingga
terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan risiko
pembentukan bekuan.

c. Gagal ginjal

Dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan


tinggipada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya
glomerulus, aliran darah ke unit fungsional ginjal, yaitu nefron
akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan
kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan
keluar melalui urine sehingga tekanan osmotik koloid plasma
berkurang dan menyebabkan endema, yang sering dijumpai pada
hipertensi kronis.
d. Ensefalopati (kerusakan otak)

Dapat terjadi, terutama hipertensi maligna (hipertensi yang


meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi
pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong cairan keruang interstisial di seluruh susunan saraf
pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta
kematian

9. Penatalaksanaan

Menurut Dalimartha, (2008) dalam (Hikayati, Flora, &


Purwanto, 2014), terapi non farmakologi dapat digunakan
sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan
farmakologi (obat hipertensi) yang lebih baik. Terapi non
farmakologi yang dapat dilakukkan diantaranya terapi
relaksasi, teknik massase dan intervensi bekam. Tujuan
deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan

13
resiko penyakit kardivaskular dan mortalitas serta morbiditas
yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan
mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140 mmHg dan
tekanan diastolik dibawah 90 mmHg dan mengontrol faktor
resiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup
saja, atau dengan obat antipiretik (Mansjoer, 2002 dalam
Aspiani, 2014).

a. Pengaturan diet

Beberapa diet yang dianjurkan

1) Rendah garam
Diet rendah garam dapat menurusnkan tekanan darah pada
Pasien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam
dapat mengurangi stimulasi system rennin-angiotensin
sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah
intake sodium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara 3-
6 gram garam perhari.
2) Diet tinggi potassium
Dapat menurunkan tekanan darah tapi mekanismenya
belum jelas. Pemberian potassium secara intravena dapat
menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh
nitric oxide pada dinding vascular.
3) Diet kaya buah dan sayur.
4) Diet rendah kolestrol.
Penurunan berat badan mengurangi tekanan darah,
kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung dan
volume sekuncup juga berkurang.
b. Olahraga

Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang,


bersepeda bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah

14
dan memperbaiki keadaan jantung.
Olahraga secara teratur selama 30 menit sebanyak 3-4
kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk
menurunkan tekanan darah. Olahraga meningkatkan
kadar high density lipoprotein (HDL), yang dapat
mengurangi terbentuknya aterosklerosis akibat hipertensi.

c. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat

Berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alcohol,


penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi
karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke
berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.
d. Masase punggung

Menurut Arifin dkk. (2012) dalam Andjani, (2016)


pada penelitiannya memberikan 10 menit masase
punggung pada lansia selama 5 hari berturut-turut
menunjukkan penurunan tekanan darah sistolik dengan
rata-rata 9 mmHg.Masase punggung adalah teknik masase
yang diberikan pada daerah punggungdengan variasi
gerakan yang diberikan secara perlahan (Thomas &
Maliya, 2013) dalam (Andjani, 2016). Kelebihan masase
punggung adalah dapat memberikan efek relaksasi pada
tubuh dan dapat merangsang mengeluarkan hormon
endorfin yang dapat memberikan efekk tenang dan terjadi
vasodilatasi pada pembuluhh darah dan terjadi penurunan
tekanan darah (Suprapto dkk, 2013) dalam(Andjani,
2016). Penelitian yang dilakukkan oleh Yaslilarda et al.,
(2007) mendapatkan bahwa masase punggung yang
diberikan selama 10 menit kepada lansia yang tinggal di
rumah perawatan menunjukan hasil penurunan terhadap

15
tanda-tanda vital selain suhu tubuh (Andjani, 2016).

b. Penatalaksanaan non farmakologi menurunkan intensitas nyeri


kepala
1) Pemberian kompres hangat pada leher
Kompres hangat merupakan salah satu penatalaksanaan
nyeri dengan memberikan energi panas melalui konduksi,
dimana panas tersebut dapat menyebabkan vasodilatasi
(pelebaran pembuluhh darah), meningkatkan relaksasi otot
sehingga meningkatkan sirkulasi dan menambah
pemasukan, oksigen, serta nutrisi ke jaringan Potter &
Perry, (2010) dalam Setyawan & Kusuma, (2014).Secara
anatomis, banyak pembuluhh darah arteri dan arteriol di
leher yang menuju ke otak. Pada nyeri kepala yang diderita
oleh pasien hipertensi disebabkan karena suplai darah ke
otak mengalami penurusnan dan peningkatan spasme
pembuluhh darah. Kompres hangat dilakukan untuk
merelaksasikan otot pada pembuluhhdarah dan melebarkan
pembuluhh darah sehingga hal tersebut dapat
meningkatkan pemasukan oksigen dan nutrisi ke jaringan
otak (Setyawan & Kusuma, 2014). Kompres hangat yang
digunakan dengan suhu 45-50˚C (Asmadi, 2008 dalam
Rohimah & Kurniasih, 2015). Menurut hasil penelitian
Setyawan dan Kusuma, (2014) menyebutkan ada pengaruh
kompres hangat pada leher terhadap penurunan intensitas
nyeri kepala pada pasien hipertensi.Rata-rata nyeri kepala
responden sebelum diberikan kompres hangat pada leher
sebesar 6,17 dan sesudah diberika kompres hangat pada
leher turun menjadi 3,72. Sedangkan rata-rata rentang
nyeri kepala pada responden tanpa diberikan kompres

16
hangat saat pengukuran awal sebesar 5,0 dan pada
pengukuran akhir setelah 30 menit meningkat menjadi
5,17.
2) Relaksasi napas dalam
Relaksasi napas dalam dipercaya dapat menurunkan nyeri
dengan merilekskan ketegangan otot atau bagian yang
dirasa nyeri. Teknik relaksasi progresif pasif melibatkan
penggunaan pernafasan perut yang dalam dan pelan ketika
otot mengalami relaksasi dengan keteganggan sesuai
urutan yang diperintahkan. Teknik relaksasi yang efektif
dapat menurunkan denyut jantung, tekana darah,
mengurangi tension headache, menurunkan ketegangan
otot, meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi tekanan
gejala pada individu yang mengalami berbagai situasi
(Mulyadi, 2016).
3) Terapi menggunakan aromaterapi
Aromaterapi merupakan bagian dari pengobatan
herbal yang menggunakan wangi-wangian yang
berasal dari senyawa aromatik, biasanya berasal dari
bahan cairan tanaman (minyak esensial). Berdasarkan
penelitian Evidance-Based Complementary and
Alternative Medicine yang berjudul Essential Oil
Inhalation on Blood Presure and Salivary Cortisol
Levels in Prehypertensive and Hypertensive Subjects
membuktikan bahwa mengirup campuran minyak
esensial ylang ylang neroli, lavender dan marjoram
terbukti efektif dalam mengontrol tekanan darah dan
sangat dianjurkan untuk menccegah hipertensi.
Metode penggunaan dapat dilakukkan dengan pijat
dan penguapan (Handayani, 2015).

17
c. Penatalaksanaan medis
1) Terapi oksigen
2) Pemantauan hemodinamik
3) Pemantauan jantung
4) Obat-obatan:
Obat-obatan ini diklasifikasikan menjadi beberapa kategori
diantaranya yaitu: yang pertema diuretik: hidroklorotiazid
adalah diuretik yang paling sering diresapkan untuk
mengobati hipertensi ringan. Banyak obat antihipertensi dapat
menyebabkan retensi cairan, karena itu seing kali diuretik
diberikkan bersama antihipertensi. Terapi famakologis yang
kedua yaitu simpatolitik (adrenergik bekerja disentral
simpatolitik). Terapi farmakologis yang ketiga penghambat
adrenergik-alfa, golongan obat ini memblok reseptor
adrenergik-alfa, menyebabkan vasodilatasi dan penurunan
tekanan darah. Terapi farmakologis yang keempat
penghambat neuron adrenergik (Simpatolitik yang bekerja
Perifer), penghambat neuron adrenergikmerupakan obat
antihipertensi yang kuat yang menghambat norepinefrin dari
ujung saraf simpatis, sehingga pelepasan norepinefrin menjadi
berkurang dan ini menyebabkan baik curah jantung maupun
vaskuler perifer menurun. Terapi farmakologi kelima yaitu
antagonis angiotensin (ACE Inhibitor), obat dalam golongan
ini menghambat enzim pengubah angiotensin (ACE), yang
nantinya akan menghambat pembentukan angiotensin II
(vasokonstriktor) dan menghambat pelepasan aldosteron.
Aldosteron meningkat retensi natrium dan ekskresi kalium.
Jika aldosteron dihambat, natrium diekskresikan bersama-
sama dengan air. Kaptropil, enalapril, dan lisinopril adalah
ketiga antagonis angiotensin(Muttaqin, 2012).

18
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi : Nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, alamat
sebelum tinggal di panti, suku bangsa, status perkawinan,
pekerjaan sebelumnya, pendidikan terakhir, tanggal masuk
panti, kamar dan penanggung jawab.
b. Riwayat Masuk Panti : Menjelaskan mengapa memilih tinggal
di panti dan bagaimana proses nya sehingga dapat bertempat
tinggal di panti.
c. Riwayat Keluarga Menggambarkan silsilah (kakek, nenek,
orang tua, saudara kandung, pasangan, dan anak-anak)
d. Riwayat Pekerjaan Menjelaskan status pekerjaan saat ini,
pekerjaan sebelumnya, dan sumbersumber pendapatan dan
kecukupan terhadap kebutuhan yang tinggi.
e. Riwayat Lingkup Hidup Meliputi : tipe tempat tinggal, jumlah
kamar, jumlah orang yang tinggal di rumah, derajat privasi,
alamat, dan nomor telpon.
f. Riwayat Rekreasi Meliputi : hoby/minat, keanggotaan
organisasi, dan liburan
g. Sumber/ Sistem Pendukung Sumber pendukung adalah
anggota atau staf pelayanan kesehatan seperti dokter, perawat
atau klinik
h. Deksripsi Harian Khusus Kebiasaan Ritual Tidur 24
Menjelaskan kegiatan yang dilakukan sebelum tidur. Pada
pasien lansia dengan hipertensi mengalami susah tidur
sehingga dilakukan ritual ataupun aktivitas sebelum tidur.

19
i. Status Kesehatan Saat Ini Meliputi : status kesehatan umum
selama stahun yang lalu, status kesehatan umum selama 5
tahun yang lalu, keluhan-keluhan kesehatan utama, serta
pengetahuan tentang penatalaksanaan masalah kesehatan.
j. Obat-Obatan Menjelaskan obat yang telah dikonsumsi,
bagaimana mengonsumsinya, atas nama dokter siapa yang
menginstruksikan dan tanggal resep
k. Status Imunisasi Mengkaji status imunisasi klien pada waktu
dahulu
l. Nutrisi Menilai apakah ada perubahan nutrisi dalam makan
dan minum, pola konsumsi makanan dan riwayat peningkatan
berat badan. Biasanya pasien dengan hipertensi perlu
memenuhi kandungan nutrisi seperti karbohidrat, protein,
mineral, air, lemak, dan serat. Tetapi diet rendah garam juga
berfungsi untuk mengontrol tekanan darah pada klien.
m. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan suatu proses memeriksa tubuh
pasien dari ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe)
untuk menemukan tanda klinis dari suatu penyakit dengan
teknik inpeksi, aukultasi, palpasi dan perkusi. Pada
pemeriksaan kepala dan leher meliputi pemeriksaan bentuk
kepala, penyebaran rambut, warna rambut, struktur wajah,
warna kulit, kelengkapan dan kesimetrisan mata, kelopak
mata, kornea mata, konjungtiva dan sclera, pupil dan iris,
ketajaman penglihatan, tekanan bola mata, cuping hidung,
lubang hidung, tulang hidung, dan septum nasi, menilai
ukuran telinga, ketegangan telinga, kebersihan lubang telinga,
ketajaman pendengaran, keadaan bibir, gusi dan gigi, keadaan
lidah, palatum dan orofaring, posisi trakea, tiroid, kelenjar
limfe, vena jugularis serta denyut nadi karotis. Pada

20
pemeriksaan payudara meliputi inpeksi terdapat atau tidak
kelainan berupa (warna kemerahan pada mammae, oedema,
papilla mammae menonjol atau tidak, hiperpigmentasi aerola
mammae, apakah ada pengeluaran cairan pada putting susu),
palpasi (menilai apakah ada benjolan, pembesaran kelenjar
getah bening, kemudian disertai dengan pengkajian nyeri
tekan). Pada pemeriksaan thoraks meliputi inspeksi terdapat
atau tidak kelainan berupa (bentuk dada, penggunaan otot
bantu pernafasan, pola nafas), palpasi (penilaian vocal
premitus), perkusi (menilai bunyi perkusi apakah terdapat
kelainan), dan auskultasi (peniaian suara nafas dan adanya
suara nafas tambahan). Pada pemeriksaan jantung meliputi
inspeksi dan palpasi (mengamati ada tidaknya pulsasi serta
ictus kordis), perkusi (menentukan batas-batas jantung 26
untuk mengetahui ukuran jantung), auskultasi (mendengar
bunyi jantung, bunyi jantung tambahan, ada atau tidak
bising/murmur) Pada pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi
terdapat atau tidak kelainan berupa (bentuk abdomen,
benjolan/massa, bayangan pembuluh darah, warna kulit
abdomen, lesi pada abdomen), auskultasi(bising usus atau
peristalik usus dengan nilai normal 5-35 kali/menit), palpasi
(terdapat nyeri tekan, benjolan/masa, benjolan/massa,
pembesaran hepar dan lien) dan perkusi (penilaian suara
abdomen serta pemeriksaan asites). Pemeriksaan kelamin dan
sekitarnya meliputi area pubis, meatus uretra, anus serta
perineum terdapat kelainan atau tidak. Pada pemeriksaan
muskuloskletal meliputi pemeriksaan kekuatan dan
kelemahan eksremitas, kesimetrisan cara berjalan. Pada
pemeriksaan integument meliputi kebersihan, kehangatan,
warna, turgor kulit, tekstur kulit, kelembaban serta kelainan

21
pada kulit serta terdapat lesi atau tidak. Pada pemeriksaan
neurologis meliputi pemeriksaan tingkatan kesadaran (GCS),
pemeriksaan saraf otak (NI-NXII), fungsi motorik dan
sensorik, serta

2. Diagnosa Keperawatan
a. (D.0077) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera
fisiologis : peningkatan tekanan vaskuler serebral
b. (D.0055) Gangguan pola tidur berhubungan dengan
kurangnya kontrol tidur 27
c. (D.0056) Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
d. (D.0011) Resiko penurunan curah jantung d.d perubahan
afterload

3. Intervensi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
1 Nyeri berhubungan Setelah dilakukan i. Kaji nyeri secara
dengan agen pencidera tindakan komprehensif
fisiologis : peningkatan keperawatan 3 x 24 meliputi lokasi,
tekanan vaskuler jam klien dapat karakteristik,
serebral (D.0077) mengontrol nyeri durasi, frekuensi,
dengan kriteria : kualitas, intensitas
1. Mengenal faktor ii. Observasi reaki
nyeri nonverbal dan
2. Tindakan ketidaknyamanan
pertolongan iii. Gunakan
nonfarmakologi komunikasi
3. Mengenal tanda terapeutik agar
pencetus nyeri klien dapat

22
untuk mencari mengekspresikan
pertolongan nyeri
4. Melaporkan nyeri iv. Ajarkan
berkurang dengan penggunaan teknik
menggunakan non farmakologi :
manajemen nyeri teknik relaksasi
5. Menyatakan rasa progresif
nyaman setelah v. Berikan analgetik
nyeri berkurang sesuai anjuran
vi. Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas dan
derajat nyeri
sebelum
pemberian obat
vii. Cek instruksi
dokter tentang
jenis, obat, dosis
dan frekuensi
2 Gangguan pola tidur Setelah dilakukan 1. Ciptakan suasana
berhubungan dengan tindakan lingkungan yang
kurangnya kontrol tidur keperawatan 3 x 24 tenang dan nyaman
(D.0055) jam tidak terjadi 2. Beri kesempatan
gangguan pola tidur klien untuk
dengan kriteria : istirahat/tidur
1. Jumlah jam tidur 3. Evaluasi tingkat
dalam batas stress
normal 6-8 4. Monitor keluhan
jam/hari nyeri kepala
2. Tidak 5. Lengkapi jadwal

23
menunjukkan tidur secara teratur
perilaku gelisah
3. Wajah tidak pucat
dan konjungtiva
tidak anemis
3 Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan Manajemen energy
ketidakseimbanga n tindakan 1. Tentukan
antara suplai dan keperawatan 3 x 24 keterbatasan klien
kebutuhan oksigen jam tidak terjadi terhadap aktifitas
(D.0056) intoleransi aktifitas 2. Tentukan penyebab
dengan kriteria : lain kelelahan
1. Meningkatkan 3. Observasi asupan
energy untuk nutrisi sebagai
melakukan sumber energy
aktifitas sehari- 4. Observasi respons
hari jantung terhadap
2. Menunjukkan aktivitas (mis.
penurunan gejala- Takikardia,
gejala intoleransi disritmia, dyspnea,
aktifitas diaphoresis, pucat,
tekanan
hemodinamik dan
frekuensi
pernafasan)
5. Dorong klien
melakukan
aktifitas sebagai
sumber energy
4 Resiko penurunan curah Setelah dilakukan 1. Kaji TTV
jantung d.d perubahan tindakan 2. Berikan

24
afterload (D.0011) keperawatan 3 x 24 lingkungan tenang,
jam tidak terjadi nyaman, kurangi
penurunan curah aktivitas, batasi
jantung dengan jumlah pengunjung
kriteria : 3. Pertahankan
1. TTV dalam batas pembatasan
normal aktivitas
2. Berpartisipasi sepertiistirahat
dalam aktivitas ditempat
yang menurunkan tidur/kursi
TD 4. Bantu melakukan
3. Mempertahankan aktivitas perawatan
TD dalam rentang diri sesuai
yang dapat kebutuhan
diterima

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan
keperawatan yang telah dibuat oleh untuk mencapai hasil yang
efektif dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan
dan keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap
perawat sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan
demikian rencana yang telah ditentukan tercapai.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil
menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai
keluaran dari tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada
kekeliruan dari setiap tahapan poses mulai dari pengkajian,
diagnose , perencanaan, tindakan dan evaluasi itu sendiri.

25
26
1

BAB III

TINJAUAN KASUS : ASUHAN KEPERAWATAN

A. FORMAT PENGKAJIAN

1. Identitas
a. Nama : Ny.H
b. Umur : 65 tahun
c. Alamat : Jl.rorotan 9 RT:05 RW:06 Jakarta utara

d. Pendidikan : SMA
e. Tanggal masuk panti:
f. Jenis Kelamin : Perempuan
g. Suku : Sunda
h. Agama : Islam
i. Status perkawinan : Menikah
2. Status kesehatan saat ini
Klien mengatakan sering merasa pusing dan pandangan mata kadang
kabur atau buram klien mengatakan saat malam sedikit sesak.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien memiliki riwayat Hipertensi
4. Riwayat kesehatan keluarga
klien mengatakan memiliki penyakit darah tinggi sedangkan suaminya
tidak dan anak klien memiliki riwayat hipertensi karna bawaan dari klien.
5. Pengkajian persistem ( jelaskan kondisi klien lanjut usia sesuai system di
bawah meliputi pernyataan, hasil pemeriksaan fisik dan penunjang
lainnya )
\

Keterangan :

: Laki- laki

: Perempuan

: Klien

: Tinggal Serumah
a. Keadaan umum
1) Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
2) GCS : E : 4, M : 6, V : 5
3) TTV : 140/90 mmHg
4) BB/TB : 55/165
5) Bagaimana postur tulang belakang Lansia :
 Tegap
 Bungkuk
 Kifosis
 Skoliosis
 Lordosis
6) Keluhan : tidak ada
b. Indeks Massa Tubuh

1
1) BMI : BB(55kg)
(TB(165) x TB(165))

Klasifikasi nilai :

(1) Kurang : < 18.5


(2) Normal : 18.5 – 24.9
(3) Berlebih : 25 – 29.9
(4) Obesitas : > 30
c. Head to Toe
1) Kepala :
a) Kebersihan : kotor/bersih
b) Kerontokan rambut : ya/tidak
c) Keluhan : ya/tidak
d) Jika ya, jelaskan : kepala klien bersih tetapi rontok,
keluhan klien merasa pusing
2) Mata
(1) Konjungtiva : anemis/tidak
(2) Sklera : ikterik/tidak
(3) Stabismus : ya/tidak
(4) Penglihatan : kabur/tidak
(5) Peradangan : ya/tidak
(6) Katarak : ya/tidak
(7) Penggunaan kacamata : ya/tidak
(8) Keluhan : ya/tidak
(9) Jika ya , jelaskan : klien mengatakan pandangannya buram
atau kabur klien menggunakan kacamata.
3) Hidung
(1) Bentuk hidung : simetris/tidak
(2) Peradangan : ya/tidak
(3) Penciuman : terganggu/tidak

2
(4) Keluhan : ya/tidak
(5) Jika ya , jelaskan : tidak ada masalah
4) Mulut, Tenggorokan
a) Kebersihan : baik/tidak
b) Mukosa : kering/lembab
c) Peradangan : ya/tidak
d) Gigi : karies/tidak , ompong/tidak
e) Radang gusi : ya/tidak
f) Kesulitan mengunyah : ya/tidak
g) Keluhan lain : ya/tidak
Jika ya , jelaskan : tidak ada masalah

5) Telinga :bersih/tidak
a) Kebersihan : bersih/tidak
b) Peradangan : ya/tidak
c) Pendengaran : terganggu/tidak
d) Jika ya , jelaskan : pendengaran agak sedikit terganggu
6) Leher
a) Pembesaran kelenjar tyroid : baik/tidak
b) JVD(Jugularis Vena Distensi) : ya/tidak
c) Kaku kuduk : ya/tidak
d) Keluhan : ya/tidak
e) Jika ya , jelaskan : tidak ada masalah
7) Dada
a) Bentuk dada : normal chest/ barrel chest/
pigeon chest
b) Payudara : ya/tidak
c) Retraksi dinding dada : ya/tidak
d) Suara nafas : vesikuler/tidak
e) Wheezing : ya/tidak

3
f) Ronchi : ya/tidak
g) Suara jantung tambahan : ada/tidak
h) Keluhan : ya/tidak
i) Jika ya , jelaskan : tidak ada masalah
8) Abdomen
a) Bentuk : distended/flat/lainnya
b) Nyeri takan : ya/tidak
c) Kembung : ya/tidak
d) Supel : ya/tidak
e) Bising Usus : ada/tidak , frekuensi : 15x/menit
f) Massa : ya/tidak , regio
g) Keluhan : ya/tidak
Jika ya , jelaskan : tidak ada masalah

9) Genetalia
a) Kebersihan : baik/tidak
b) Frekuensi BAK : 5x/hari
c) Frekuensi BAB : 1hari sekali
d) Haemoroid : ya/tidak
e) Hernia : ya/tidak
f) Keluhan : ya/tidak
g) Jika ya , jelaskan : tidak ada masalah
10) Ekstremitas
a) Kekuatan otot (skala 1-5 ) :
Ket : 5555 5555

0 = Lumpuh 5555 5555


1 = Ada Kontraksi
2 = Melawan gravitasi dengan sokongan
3 = Melawan gravitasi tetapi tidak ada tahanan
4 = Melawan gravitasi dengan tahanan sedikit

4
5 = Melawan gravitasi dengan kekuatan penuh
b) Rentang gerak : maksimal/terbatas
c) Deformitas : ya/tidak
d) Tremor : ya/tidak
e) Edema : ya/tidak , pitting edema/tidak
f) Penggunaan alat bantu : ya/tidak , jenis
………………………………………..
g) Nyeri persendian : ya/tidak
h) Paralysis : ya/tidak
i) CRT : 2detik
j) Keluhan : ya/tidak
k) Jika ya ,
jelaskan : ...........................................................................
11) Integumen
a) Kebersihan : baik/tidak
b) Warna : pucat/tidak
c) Kelembapan : kering/lembab
d) Lesi/Luka : ya/tidak
e) Perubahan tekstur : ya/tidak
f) Gangguan pada kulit : ya/tidak
g) Keluhan : ya/tidak
h) Jika ya , jelaskan : Pemeriksaan penunjang ( jika dilakukan )
a) GDS : 70
b) Asam Urat : 3,4
c) Kolestrol : 216
6. Pola aktifitas sehari – hari
Klien mengatakan bangun tidur jam 05.00 setelah itu klien mandi dan
sholat subuh, lalu dipagi hari klien menyapu dll, lalu siang hari klien
sholat dzuhur dan menonton tv lalu tidur, sore hari klien membereskan
rumah lalu mandi dan sholat ashar, lalu klien menonton tv sembari

5
menunggu sholat magrib, lalu malam hari klien menonton tv dan tidur
pukul 22.00 WIB.
7. Pengkajian psikososial dan spiritual
a. Psikososial ( kemampuan sosialisasi klien saat ini, sikap klien
terhadap orang lain, harapan klien dalam berhubungan dan
kepuasan klien dalam membina hubungan )
PENGKAJIAN PSIKOSOIAL

Hubungan dengan orang lain dalam wisma :

(1) Tidak dikenal


(2) Sebatas kenal
(3) Mampu berinteraksi
(4) Mampu kejasama

Hubungan dengan orang lain diluar wisma didalam panti

(1) Tidak dikenal


(2) Sebatas kenal
(3) Mampu berinteraksi
(4) Mampu kejasama

Kebiasaan lansia berinteraksi ke wisma lainnya dalam panti

(1) Selalu
(2) Sering
(3) Jarang
(4) Tidak pernah

Stabilitas emosi

(1) Labil
(2) Stabil
(3) Iritabel
(4) Datar

6
Jelaskan : Emosi klien stabil , klien bisa mengontrol emosinya.

Motivasi penghuni panti

(1) Kemampuan sendiri


(2) Terpaksa

Frekwensi kunjungan keluarga

(1) 1 kali/bulan
(2) 2 kali/bulan
(3) Tidak pernah

b. Identifikasi masalah emosional meliputi pertanyaan :


Pertanyaan tahap satu :

 Apakah klien mengalami sulit tidur ? ya


kadang-kadang
 Apakah klien sering gelisah? iya
 Apakah klien sering murung dan menangis
sendiri ? tidak
 Apakah klien sering was-was atau
khawatir? Iya
( lanjut kepertanyaan tahap dua apabila klien menjawab “ya” satu
atau lebih dari satu )

Pertanyaan tahap dua

 Keluhan lebih dari tiga bulan atau lebih dari


satu kali dalam sebulan ? iya
 Ada banyak masalah atu fikiran ? tidak
 Ada masalah dengan keluarga ? tidak
 Menggunakan obat tidur atau penenang atas
anjuran dokter ? tidak
 Cendrung mengurung diri ? tidak

7
Bila lebih atau sama dengan satu jawaban “ya”

MASALAH EMOSIONAL POSITIF


a.Spiritual
Agama, kegiatan keagamaan, konsep dan keyakinan klien tentang
kematian dan harapan klien terhadap kehidupan spiritualnya.

Klien mengatakan rajin beribadah setiap hari, klien mengatakan rutin mengikuti
pengajian 1 minggu sekali, pada saat jam kosong klien mengatakan sering
berdzikir.

II. Pengkajian status fungsional klien


 KATZ Indeks :
Termasuk katagori yang manakah klien

A. Mandiri dalam hal makan, kontinen dalam BAB/BAK,


menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi.
B. Mandiri, semuanya kecuali salah satu dari fungsi di atas.
C. Mandiri, kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain.
D. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi yang lain.
E. Mandiri, kecuali mandi, berpakaian ke toilet dan satu fungsi yang lain.
F. Mandiri, kecuali mandiri berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu
fungsi yang lain.
G. Ketergantungan untuk semua fungsi di atas.
H. Lain-lain.

Keterangan : berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari


orang lain Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap
tidak melakukan fungsi, meskipun ia anggap mampu.

8
Modifikasi dari Barthel Indeks
Termasuk yang manakah klien ? (lingkari)

NO. KRITERIA DENGAN MANDIRI KETERANGAN


BANTUAN
1 Makan 5 10 Frekuensi :
2x/hari

Jumlah : 1 porsi

Jenis : makanan
biasa
2 Minum 5 10 Frekuensi : 8X

Jumlah : 1 gelas

Jenis : air putih


3 Berpindah dari kursi 5 – 10 15
roda ke tempat tidur,
sebaliknya
4 Personal toilet (cuci 0 5 Frekuensi :
muka, menyisir 2x/hari
rambut, gosok gigi )
5 Keluar masuk toilet 5 10
( mencuci pakaian,
menyeka tubuh dan
menyiram )
6 Mandi 5 15 Frekuensi :
2x/hari
7 Jalan di permukaan 0 5
datar
8 Naik turun tangga 5 10
9 Mengenakan 5 10

9
pakaian
10 Kontrol bowel 5 10 Frekuensi : 1x
(BAB) hari

Konsistensi :
padat
11 Kontrol bladder 5 10 Frekuensi :
(BAK) 5x/hari

Warna : kuning
12 Olah raga / latihan 5 10 Frekuensi :
1x/minggu

Jenis : jalan
santai
13 Rekreasi / 5 10 Jenis : jalan-jalan
pemanfaatan waktu
Frekuensi :
luang
1x/minggu

Keterangan :

a. 130 : Mandiri
b. 65 - 129 : Ketergantungan sebagian
c. < 65 : Total Care

IX. Pengkajian Status Mentas Gerontik


Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan Shorf
Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)

Instruksi :

Ajukan pertanyaan 1 – 10 pada daftar ini dan catat semua jawaban.

10
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan.

BENAR SALAH NO PERTANYAAN


* 01 Tanggal berapa hari ini ? 22
* 02 Hari apa sekarang ini ? senin
* 03 Apa nama tempat ini ? tegal murni
* 04 Dimana alamat anda ? ceplak
* 05 Berapa umur anda ? 95
* 06 Kapan anda lahir ? mei-24
* 07 Siapa Presiden Indonesia sekarang ?
jokowi
* 08 Siapa Presiden Indonesia
sebelumnya ? sby
* 09 Siapa nama Ibu anda ? embi
* 10 Kurangi 3 dari 20 dan pengurangan
3 dari setiap angka baru, semua
secara menurun

0
Score =

Interprestasi :

a. Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh


b. Salah 4 – 5 : Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9 – 10 : Kerusakan intelektual berat

Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE


(Mini Mental Status Exam) :

11
 Orientasi.
 Registrasi.
 Perhatian.
 Kalkulasi.
 Mengingat kembali.
 Bahasa.
NO ASPEK NILAI NILAI KRITERIA
KOGNITIF MAKSIMAL KLIEN
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar :
(Sekarang)
 Tahun 2020
 Musim kemarau
 Tanggal 22
 Hari senin
 Bulan juni
Orientasi 5 3 Dimana kita sekarang berada
?
(Sekarang
ada dimana)  Negara indonesia
 Propinsi banten
 Kota tangerang
 PSTW ……..
 Ruangan ............
2 Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 benda
(oleh pemeriksaan) 1 detik
untuk mengatakan masing-
masing benda. Masing-
masing benda mendapatkan
nilai 1.
 Kursi
 Meja
 Kertas
Kemudian tanyakan kepada
klien ketiga tadi. (Untuk
disebutkan)

3 Perhatian 5 5 Minta klien untuk memulai


dan kalkulasi dari angka 100 kemudian
dikurangi 7 sampai 5
kali/tingkat (Nilai 1 untuk

12
jawaban benar, hentikan
setelah 5
jawaban)93,86,79,72,65
 93
 86
 79
 72
 65
4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk
kembali mengulangi ketiga benda
(Recall) pada No. (registrasi) tadi.
Bila benar, 1 point untuk
masing-masing benda
 Kursi
 Meja
 Kertas
5 Bahasa 9 9 Tunjukan pada klien suatu
benda dan tanyakan namanya
pada klien.
 (misal jam tangan) :
bangku
 (misal pensil) : meja

Minta klien untuk


mengulang kata berikut :
 “tanpa kalau dan atau
tetapi”.0
Bila benar, nilai satu point.

Minta klien untuk mengikuti


perintah berikut yang terdiri
dari 3 langkah: Ambil kertas
ditangan Anda, lipat dua dan
taruh di lantai.
 Ambil kertas ditangan
kanan.
 Lipat dua.
 Taruh dilantai.

13
Perintahkan pada klien untuk
hal berikut (Bila aktifitas
sesuai dengan perintah nilai
1 point.
 Pejamkanlah mata anda.0

Perintahkan pada klien untuk


menulis satu kalimat secara
spontan
 Tulis satu kalimat. (mau
makan siang)

Responden diminta menyalin


gambar
 Menyalin Gambar.

Total :……….
Interprestasi hasil :

Jumlah total klien dan masukan ke dalam kategori berikut ini :

24 – 30 : Tidak ada gangguan kognitif

18 – 23 : Gangguan kognitif sedang

0 – 17 : Gangguan kognitif berat

Morse Fall Scale

No Pengkajian Nila
Skala Ket
i

14
1 Riwayat Jatuh apakah lansia pernah jatuh Tidak 0
0
dalam 3 bulan terakhir? Ya 25
2 Diagnosa Sekunder : apakah lansia memiliki Tidak 0
0
Lebih dari satu penyakit ? Ya 25
3 Alat Bantu Jalan :
0
 Bedrest/dibantu perawat
 Kruk/tongkat/walker 15 0

 Berpegangan pada benda-benda disekitar (kursi, 30


lemari, meja)
4 Terapi Intravena : apakah saat ini lansia Tidak 0
0
Terpasang infuse ? Ya 20
5 Gaya berjalan/cara berpindah :
0
 Normal/Bedrest/Immobile (tidak dapat bergerak
sendiri) 0
 Lemah (tidak bertenaga) 10
 Gangguan/tidak normal (pincang/diseret) 20
6 Status mental
0 0
 Lansia menyadari kondisi dirinya
 Lansia mengalami keterbatasan daya ingat 15
Total Nilai 0

Keterangan :
Tingkat Resiko Nilai MFS Tindakan
Tidak Resiko 0 - 24 Perawatan dasar
Resiko Rendah 25 - 30 Pelaksanaan intervensi pencegahan
jatuh standar.
Resiko Tinggi >31 Pelaksanaan intervensi pencegahan
jatuh resiko tinggi.

15
B. Data Fokus

Data Subjektif Data Objektif


- Klien - Klien
mengatakan pusing tampak sesak
- Klien - Klien
mengatakan pandangan kabur tampak menggunakan otot
atau buram bantu pernafasan
- Klien - Pernafasa
mengatakan sedikit sesak n dangkal
pada malam hari - Klien
- Klien tampak memegangi daerah
mengatakan kadang-kadang persendian
sulit tidur karena memikirkan - Klien
kondisi kesehatannya tampak meringis
- Klien - Usia klien
mengatakan nyeri pada 65 tahun
persendian - Klien
- P: terlihat kurang tidur
Peradangan sendi - Klien
Q : Tertusuk-tusuk tampak gelisah
R : Daerah persendian - Klien
S:4 tampak khawatir
T : Pada saat beraktivitas - Nyeri
sendi skala 4
- CRT 2
detik
- TD :
140/90 mmHg
N : 90 x/menit
S : 36,8ºC
RR : 21 x/menit
- Quesioner
HARS (Hamilton Rating Scale
For Anxiety) Skor 20
(Ansietas Ringan)

16
C. Analisa Data

No Data Masalah Etiologi


1 DS:
- Kli
en mengatakan pusing
- Kli
en mengatakan
pengelihatan kabur
atau buram
- Kli
en mengatakan sedikit
sesak pada malam hari

DO: Resiko Perfusi


- Kli Serebral Tidak
en tampak sesak Efektif Hipertensi
- Kli
en tampak SDKI : D.0017
menggunakan otot
bantu pernafasan
- Pe
rnafasan dangkal
- CR
T 2 detik
- T
D : 140/90 mmHg
N : 90 x/menit
S : 36,8ºC
RR : 21 x/menit
2 DS:
- Kli
en mengatakan nyeri
pada persendian
- P: Nyeri Akut
Agen Pencedera
Peradangan sendi Fisik
Q : Tertusuk-tusuk SDKI: D.0077
R : Daerah persendian
S:4
T : Pada saat

17
beraktivitas

DO:
- Kli
en tampak memegangi
daerah persendian
- Kli
en tampak meringis
- Us
ia klien 65 tahun
- Kli
en terlihat kurang
tidur
- T
D : 140/90 mmHg
N : 90 x/menit
S : 36,8ºC
RR : 21 x/menit
3 DS: Ansietas Krisis
- Kli Situasional
en mengatakan SDKI : D.0080
kadang-kadang sulit
tidur karena
memikirkan kondisi
kesehatannya
DO:
- Kli
en tampak gelisah
- Kli
en tampak khawatir
- Ny
eri persendian skala 4
- Qu
esioner HARS
(Hamilton Rating
Scale For Anxiety)
Skor 20 (Ansietas
Ringan)
- T
D : 140/90 mmHg
N : 90 x/menit
S : 36,8ºC

18
RR : 21 x/menit

D. Diagnosa Keperawatan Prioritas


Tanggal
No Diagnosa Keperawatan Nama Jelas
Ditemukan
1 Resiko Perfusi Serebral Tidak
Efektif b.d Hipertensi
SDKI : D.0017
2 Nyeri Akut b.d Agen
Pencedera Fisik
SDKI: D.0077
3 Ansietas b.d Krisis Situasional
SDKI : D.0080

E. Intervensi Keperawatan
Paraf dan
Diagnosa Tujuan Dan Rencana
No Nama
Keperawatan Kriteria Hasil Tindakan
Jelas
1 Resiko Perfusi Setelah dilakukan Pemantauan
Serebral Tidak Efektiftindakan Tekanan
b.d Hipertensi keperawatan Intrakranial
SDKI : D.0017 selama 3x24 jam SIKI: I.06198
diharapkan
DS: masalah resiko Observasi
- perfusi serebral -
Klien mengatakan tidak efektif dapat Identifikasi
pusing teratasi dengan penyebab
- KH: peningkatan TIK
Klien mengatakan - -
pengelihatan Sakit kepala Monitor
kabur atau buram menurun peningkatan TD
- - -
Klien mengatakan Gelisah menurun Monitor
sedikit sesak - pelebaran
pada malam hari Kecemasan tekanan nadi
DO: menurun -
- - Monitor

19
Klien tampak sesak Nilai rata –rata penurunan
- tekanan darah frekuensi
Klien tampak membaik jantung
menggunakan -
otot bantu SLKI: L.02014 Monitor
pernafasan Perfusi Serebral ireguleritas
- irama nafas
Pernafasan dangkal -
- Monitor
CRT 2 detik penurunan
- tingkat
TD : 140/90 mmHg kesadaran
N : 90 x/menit -
S : 36,8ºC Monitor tekanan
RR : 21 x/menit perfusi serebral

Terapeutik
-
pertahankan
posisi kepala
dan leher netral
-
dokumentasi
hasil
pemantauan

Edukasi
-
jelaskan tujunan
dan prosedur
pemantauan
-
inaformasikan
hasil
pemantauan,
jika perlu

2 Nyeri Akut b.d Agen Setelah dilakukan Managemen


Pencedera Fisik tindakan Nyeri
SDKI: D.0077 keperawatan SIKI: I.08238
selama 1x24 jam
DS: diharapkan Observasi

20
- masalah Nyeri -
Klien mengatakan akut dapat teratasi Identifikasi
nyeri pada dengan KH: lokasi,
persendian - karakteristik,
- Keluhan nyeri durasi,
P : Peradangan sendi menurun frekuensi,
Q : Tertusuk- - kualitas,
tusuk Meringis menurun intensitasnyeri
R : Daerah - -
persendian Sikap protektif Identifikasi skala
S:4 menurun nyeri
T : Pada saat - -
beraktivitas Gelisah menurun Identifikasi
DO: - respon nyeri
- Kesulitan tidur non verbal
Klien tampak menurun -
memegangi - Identifikasi faktor
daerah Frekuensi nadi yang
persendian membaik memperberat
- - dan
Klien tampak Pola nafas memperingan
meringis membaik nyeri
- -
Usia klien 65 tahun Tekanan darah Terapeutik
- membaik -
Klien terlihat kurang - Berikan teknik
tidur Pola tidur non
- membaik farmakologis
TD : 140/90 mmHg untuk
N : 90 x/menit SLKI: L.08066 mengurangi
S : 36,8ºC Tingkat Nyeri rasa nyeri
RR : 21 x/menit -
Fasilitasi
istirahat dan
tidur

Edukasi
-
Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri

21
-
Ajarkan teknik
non
farmakologis
untuk
mengurangi
rasa nyeri

Kolaborasi
-
Kolaborasi
pemberian
analgetik, Jika
Perlu

3 Ansietas b.d Krisis Setelah dilakukan Reduksi Ansietas


Situasional tindakan SIKI: I.09314
SDKI : D.0080 keperawatan
selama 1x24 jam Observasi
DS: diharapkan -
- masalah ansietas Identifikasi saat
Klien mengatakan dapat teratasi tingkat ansietas
kadang-kadang dengan KH: berubah
sulit tidur karena - -
memikirkan Verbalisasi Identifikasi
kondisi khawatir akibat kemampuan
kesehatannya kondisi yang mengambil
DO: dihadapi keputusan
- menurun -
Klien tampak gelisah - Monitor tanda-
- Prilaku gelisah tanda ansietas
Klien tampak menurun (verbal dan
khawatir - nonverbal)
- Keluhan pusing
Nyeri persendian menurun Terapeutik
skala 4 - -
- Konsentrasi Ciptakan suasana
Quesioner HARS membaik terapeutik untuk
(Hamilton Rating - menumbuhkan
Scale For Pola tidur kepercayaan
Anxiety) Skor 20 membaik -
(Ansietas Pahami situasi

22
Ringan) SLKI: L.09093 yang membuat
- Tingkat Ansietas ansietas
TD : 140/90 mmHg -
N : 90 x/menit Dengarkan
S : 36,8ºC dengan penuh
RR : 21 x/menit perhatian
-
Gunakan
pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan

Edukasi
-
Informasikan
secara faktual
mengenai
diagnosis,
pengobatan dan
prognosis
-
Anjurkan
keluarga untuk
tetap bersama
klien, Jika
Perlu
-
Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi
-
Latih teknik
relaksasi

Kolaborasi
-
Kolaborasi
pemberian obat
antiasietas, jika
perlu

23
24
1

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Peningkatan tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko
antara lain umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik (faktor risiko
yang tidak dapat diubah/dikontrol) dan gaya hidup seperti kebiasaan
merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah,
kebiasaan konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang
aktifitas fisik, stres, penggunaan estrogen (Kemenkes RI, 2014).

Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis,


pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas
simpatik (Setiawan & Kusyati, 2014). Pada orang lanjut usia, penyebab
hipertensi disebabkan elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung
menebal dan menjadi kaku, perubahan kemampuan jantung memompa
darah, kehilangan elastisitas pembuluhh darah dan meningkatnya
resistensi pembuluhh darah perifer (Aspiani, 2014).

Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana


seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang
ditunjukkan oleh angka sistolik (bagian atas) dan dan bagian bawah
(diastolic) pada pemeriksaaan tensi darah menggunakan alat pengukur
tekanan darah [ CITATION Placeholder1 \l 1033 ].

B. Saran

1
Petugas kesehatan hendaknya melakukan pemisahan makanan pada
lansia yang memiliki pantangan dengan beberapa menu makanan dan
memberikan makanan sesuai dengan diet yang diperlukan untuk pasien
yang mengalami penyakit tertentu dan petugas dapat menerapkan terapi
nonfarmakologi sebelum pemberian terapi farmakologi terhadap lansia
yang mengalami hipertensi agar tidak menimbulkan komplikasi.

1
DAFTAR PUSTAKA

Andjani, T. A. (2016). Perbedaan Pengaruh Masase Punggung Dan


Slow Stroke Back Massage (SSBM) Terhadap Tekanan Darah
Pada Lansia Dengan Hipertensi Di UPT PSTW Jember. 38.

Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien


Gangguan Kardiovaskular Aplikasi NIC NOC. Jakarta:
EGC.

Maryam, Siti. 2008. “Menengenal Usia Lanjut dan


Perawatannya”. Jakarta: Salemba Medika

SDKI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Definisi dan


Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
PPNI

SIKI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I).


Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

SLKI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi


dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat PPNI

Suryono, Wijayanti, R., & dkk. (2016). Asuhan


Keperawatan Gerontik.

Yogyakarta: ANDI.

WHO. 2013. World Health Day 2013: Measure Your Blood


Pressure, Reduce Your Risk. diambil dari:
http://www.who.int. diakses 12 Mei 2015

Anda mungkin juga menyukai