Anda di halaman 1dari 48

PENERAPAN JUS WORTEL DALAM MENURUNKAN

TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH (STUDI KASUS)

ANGGUN DARMIANTY
NIM 13404320012

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


AKPER KESDAM ISKANDAR MUDA BANDA ACEH
BANDA ACEH
2022
PENERAPAN JUS WORTEL DALAM MENURUNKAN
TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH (STUDI KASUS)

Disusun sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk


Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

ANGGUN DARMIANTY
NIM 13404320012

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


AKPER KESDAM ISKANDAR MUDA BANDA ACEH
BANDA ACEH
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas

rahmat dan karunia-Nya penulis telah dapat menyelesaikan proposal

Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Penerapan Jus Wortel Dalam

Menurunkan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi”. Shalawat dan

salam penulis hantarkan keharibaan junjungan alam Nabi Besar

Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke

alam yang berilmu pengetahuan. Proposal Karya Tulis Ilmiah disusun

dengan tujuan untuk memenuhi syarat sebagai tugas akhir dalam

menyelesaikan pendidikan Akademi Keperawatan Kesdam Iskandar Muda

Banda Aceh. Penulis banyak menemukan hambatan dan kesulitan, tetapi

berkat adanya bimbingan, pengarahan dan bantuan dari semua pihak,

proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan. Untuk itu penulis ingin

menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-

tingginya kepada ibu Ns, Nosi Delianti, M. Kep selaku pembimbing yang

telah memberi arahan dan saran serta bimbingan selama penyusunan

proposal Karya Tulis Ilmiah ini. Selain itu penulis juga turut menyampaikan

ucapan terimakasih kepada:

1. Ibu Ns. Wiwin Haryati, M. Kep, selaku Direktur Akademi Keperawatan

Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh.

2. Wadir l, Wadir ll, dan Wadir lll Akademi Keperawatan Kesdam Iskandar

Muda Banda Aceh yang telah memberikan ilmu dan bimbingan selama

penulis mengikuti pendidikan.

ii
3. Penguji l dan penguji ll yang telah memberikan masukan dan saran

demi kesempurnaan proposal Karya Tulis Imiah penulis.

4. Dosen dan seluruh staf pendidikan Akademi Keperawatan Kesdam

Iskandar Muda Banda Aceh yang telah memberikan ilmu dan

bimbingan selama penulis mengikuti pendidikan.

5. Ayah, Ibunda dan keluarga tercinta yang telah memberikan

pengorbanan baik material maupun spiritual pada penulis sehingga

dapat menyelesaikan proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Kepada rekan seperjuangan yang telah banyak memberi dorongan

penulis selama penulisan proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal Karya Tulis

Ilmiah ini jauh dari titik kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat

mengharapkan kritikan dan saran untuk kesempurnaan proposal Karya

Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata penulis memanjatkan doa semoga Allah SWT selalu

melimpahkan rahmat-Nya. Amin ya Rabbal ‘Alamin.

Banda Aceh, 27 September 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL..................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN........................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................4
C. Tujuan Penulisan...........................................................................4
D. Manfaat Penulisan.........................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................6


A. Asuhan Keperawatan Pada penderita hipertensi..........................6
1. Konsep hipertensi ......................................................................6
a. Pengertian Hipertensi.............................................................6
b. Penyebab hipertensi...............................................................7
c. Pengobatan hipertensi............................................................8
d. Patofisiologi hipertensi............................................................9
e. Faktor resiko...........................................................................11
f. Gejala hipertensi.....................................................................14
g. Bahaya hipertensi...................................................................15
2. Asuhan Keperawatan hipertensi................................................18
a. Pengkajian .............................................................................18
b. Diagnosa Keperawatan..........................................................21
c. Intervensi Keperawatan..........................................................24
d. Implementasi Keperawatan....................................................27
e. Evaluasi Keperawatan ...........................................................27
B. Konsep tekanan darah...................................................................28
1. Pengertian tekanan darah..........................................................28
2. Fisiologi tekanan darah..............................................................28
3. Regulasi tekanan darah.............................................................29
4. Klarifikasi tekanan darah............................................................30
5. Pemeriksaan tekanan darah......................................................30
C. Konsep terapi jus wortel.................................................................31
1. Pengertian Wortel.......................................................................31
2. Kandungan wortel......................................................................32
3. Manfaat wortel............................................................................33
4. Khasiat wortel.............................................................................35

DAFTAR PUSTAKA

iv
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi atau lebih dikenal dengan penyakit tekanan darah

tinggi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah sistoliknya diatas 140 mmHg dan

diastoliknya diatas 90 mmHg. Hipertensi juga disebut sebagai

pembunuh diam-diam (silent killer) karena penderita tidak mengetahui

dirinya mengidap hipertensi. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi

menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti

penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah, maka semakin besar

resikonya (Oktavia, Junaid, & Ainurafiq, 2017).

Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2022

angka penderita hipertensi mencapai 594 juta orang. Jumlah

penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, peningkatan

tersebut sebagaian besar terlihat di negara-negara berpenghasilan

rendah dan menengah. Secara global prevelensi hipertensi tertinggi

terjadi di Afrika 27% dan terendah di Amerika 18% dan terdapat 57%

hipertensi dialami oleh orang yang berusia lebih dari 60 tahun lalu

orang berusia kurang dari 30 tahun 3,6%.

Menurut data Kemenkes RI tahun (2020), prevelensi hipertensi

diindonesia tergolong tinggi, menunjukkan angka prevalensi penduduk

Indonesia yang menderita hipertensi terhitung sebanyak 34,11%.


3

Prevalensi tersebut lebih tinggi pada perempuan yakni sebesar

36,85% dibandingkan pada laki-laki yakni sebesar 31,34%. Prevalensi

hipertensi tersebut juga lebih tinggi di wilayah perkotaan (34,43%)

dibandingkan dengan wilayah perdesaan (33,72%).

Menurut Dinkes Aceh tahun (2018), prevelensi hipertensi di

Aceh pada tahun 2018 berdasarkan hasil pengukuran pada umur 18

tahun keatas mengalami kenaikan sebesar 26,45%, menurut riwayat

diagnosis dokter 9,32%, sedangkan menurut riwayat diagnosis obat

9,52%.

Penyebab hipertensi secara garis besar dibedakan pada 2

faktor yaitu faktor yang tidak dapat diubah (non modifiable risk factor)

dan faktor yang dapat diubah (modifiable risk factor). Faktor yang

dapat diubah seperti gaya hidup (life style) yang tidak baik, seperti

mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak dan tinggi garam,

obesitas, merokok, alkohol dan stress. Sedangkan faktor yang tidak

dapat di ubah adalah bertambahnya umur dan proses penuaan,

gender atau jenis kelamin, riwayat hipertensi dalam keluarga, dan

menimbulkan dampak yang berbahaya bagi penderita (Kemenkes RI,

2013).

Dampak dari hipertensi dapat menyebabkan gagal ginjal,

penyakit pembuluh lain, diabetes mellitus, jantung koroner (terjadi

pada kerusakan pembuluh darah jantung) serta penyempitan ventrikel


4

kiri/bilik kiri (terjadi pada otot jantung, dan bisa menyebabkan

kematian yang tinggi (Dewi dan Wira 2017).

Penanganan diperlukan untuk mengendalikan tekanan darah

sebagai upaya mencegah terjadinya dampak lebih lanjut dari

hipertensi. Penatalaksanaan hipertensi terbagi dua yaitu, terapi

farmakologis dan non farmakologis. Pengobatan hipertensi secara

farmakologi dapat dilakukan dengan mengkonsumsi obat-obatan

seperti amlodipine, captopril dan nifedipine. Pengobatan non-

farmakologi pada penderita hipertensi dapat dilakukan dengan

menerapkan pola hidup sehat yaitu modifikasi diet seperti

mengkonsumsi buah--buahan dan sayuran salah satunya dengan

mengkonsumsi jus wortel yang kaya akan kalium untuk menurunkan

tekanan darah (Ilmiyah, Dwipayanti & Siswantoro, 2022)

Menurut Rahmawati (2016), salah satu kandungan wortel yang

baik untuk menurunkan atau mengendalikan tensi adalah kalium.

Kalium bersifat sebagai diuretik yang kuat sehingga membantu

menjaga keseimbangan tekanan darah. Kalium juga memiliki fungsi

sebagai vasodilatasi pada pembuluh darah. Vasodilatasi pada

pembuluh darah dapat menurunkan tekanan perifer dan meningkatkan

curah jantung sehingga tekanan darah dapat normal. Selain itu,

kalium dapat menghambat pelepasan renin sehingga mengubah

aktifitas sistem renin-angiotensin dan kalium juga mampu


5

mempengaruhi sistem saraf perifer dan sentral yang mempengaruhi

tekanan darah sehingga tekanan darah dapat terkontrol.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ilmiyah, Dwipayanti &

Siswantoro (2022) pada 31 orang responden menunjukkan bahwa

terjadinya penurunan tekanan darah baik secara sistolik maupun

diastolik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai sig (2-tailed)

sebesar 0,000 < α 0,05, artinya ada pengaruh pemberian Jus Wortel

terhadap penurunan tekanah darah pada penderita hipertensi di

Dusun Pasinan Wetan Desa Kupang Kecamatan Jetis Kabupaten

Mojokerto.

Hal ini juga diperkuat dengan adanya hasil penelitian yang

dilakukan oleh Fitri & Awaluddin (2021) pada 15 orang responden

diketahui rata-rata sebelum diberikan jus wortel tekanan darah sistol

penderita hipertensi yaitu 148,75 mmHg dan tekanan darah diastol

93,50 mmHg, rata-rata sesudah diberikan jus wortel tekanan darah

sistol penderita hipertensi yaitu133 mmHg dan tekanan darah diastol

86,25 mmHg. Terdapat pengaruh pemberian jus wortel terhadap

penurunan tekanan darah di Wilayah Kerja Puskesmas

Kampar.

Namun manfaat buah wortel terhadap penurunan tekanan

darah belum banyak diketahui oleh masyarakat luas sehingga buah

wortel sering tidak dimanfaatkan, padahal wortel merupakan salah

satu terapi komplementer yang sudah terbukti efektif dapat


6

menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi dan mampu

membantu pasien hipertensi mengurangi jumlah konsumsi obat-

obatan tertentu dengan tingkat keamanan relatif tinggi tanpa

menimbulkan efek samping.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk

melakukan “Penerapan Jus Wortel Dalam Menurunkan Tekanan

Darah Pada Pasien Hipertensi”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah

Penerapan Jus Wortel Dalam Menurunkan Tekanan Darah Pada

Pasien Hipertensi”.

C. Tujuan Penulisan

Menggambarkan penerapan jus wortel dalam menurunkan

tekanan darah pada pasien hipertensi.

D. Manfaat Penulisan

Studi kasus ini di harapkan memberi manfaat bagi:

1. Pasien

Meningkatkan pengetahuan pasien dengan pemberian jus wortel

pada pasien hipertensi.

2. Bagi pengembang ilmu dan teknologi keperawatan


7

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang

keperawatan dengan penerapan jus wortel dalam menurunkan

tekanan darah pada pasien hipertensi.

3. Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset

keperawatan, khususnya studi kasus tentang penerapan jus wortel

pada pasien hipertensi.

4. Institusi Akper Kesdam IM Banda Aceh

Menjadi informasi serta referensi dalam meningkatkan serta

mengembangkan ilmu keperawatan khususnya bidang

keperawatan medikal bedah dalam metode pembelajaran.


BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Konsep Asuhan Keperawatan Hipertensi

1. Konsep Hipertensi

a. Pengertian Hipertensi

Hipertensi dasar adalah peningkatan tekanan darah secara

tetap-khususnya,tekanan diastolik melebihi 95 milimeter air

raksa-yang tidak bisa dihubungkan dengan penyebab organik

apapun (Wade, 2016).

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi yang

menetap,dimana tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan

tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg,ketika diukur paling tidak

pada dua kali pengukuran dan pada dua kondisi yang berbeda

dengan jarak dua minggu (savitri,romina, 2021).

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah dan

banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita

hipertensi, karena sering tidak menunjukkan gejala yang nyata

sehingga baru disadari dapat menyebabkan gangguan

kesehatan yang serius seperti gangguan organ dan bila

berlangsung dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan

berbagai komplikasi (Utami, Sulisetyawati Dan Adi, 2017).

6
7

b. Penyebab hipertensi

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2

golongan besar yaitu: (Gunawan dalam padila, 2013)

1) Hipertensi essensual (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak

diketahui penyebabnya

2) Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh

penyakit lain

Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90% penderita

hipertensi,sedangkan 10% sisanya disebabkan oleh hipertensi

sekunder.meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti

penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor

yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut

adalah sebagai berikut:

a) Faktor keturunan

Dari data statistik terbuka bahwa seseorang akan memiliki

kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang

tuanya adalah penderita hipertensi.

b) Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi

adalah umur (jika umur bertambah maka tekanan darah

meningkat), jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan)

dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari pada kulit putih).
8

c) Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya

hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari

30 gr), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan

pengaruh lain misalnya merokok,minum alkohol, minum obat-

obatan (ephedrine, prednison dan epineprin).

c. Pengobatan hipertensi

Jenis obat anti hipertensi yang sering digunakan adalah sebagai

berikut:

1) Diuretika

Merupakan golongan obat hipertensi dengan proses

pengeluaran cairan tubuh via urine,tetapi karena potasium

kemungkinan terbuang dalam cairan urine, maka pengontrolan

konsumsi potasium harus dilakukan.

2) Beta blockers

Merupakan obat yang dipakai dalam upaya pengontrolan

tekanan darah melalui proses memperlambat kerja jantung

dan memperlebar pembuluh darah.

3) Calsium channel blocker

Merupakan salah satu obat yang biasa dipakai dalam

pengontrolan yang biasa dipakai dalam pengontrolan darah

tinggi atau hipertensi melalui proses relaksasi pembuluh darah

yang juga memperlebar pembuluh darah (muhamadun, 2010)


9

d. Patofisiologi

Sebagian besar hipertensi (>90%) tidak diketahui

penyebabnya. Ada beberapa mekanisme yang ikut serta dalam

kontrol tekanan darah, seperti tampak pada alur berikut :


10

Skema 1 Pahtway

umur jenis kelamin gaya hidup


obesitas

Hipetensi

Kerusakan vaskuler pembuluh


darah

Penyumbatan pembuluh
darah

Vaskonstriktrir

Gangguan
sirkulasi

Otak Ginjal Pembuluh Retin


darah a
vasokontriksi
Pembuluh Suplai O2 pembuluh Sitemik Koroner Spame
darah di otak otak menurun darah ginjal arteriole
vasokontrik miocard
Gangguan sinkop Blood flow si Diplopia
Pola tidur menurun Afterload Nyeri
Gangguan Resti injuri
meningkat dada
perfusi
jaringan
Nyeri Respon
kepala RAA
Penurunan fatique
Curah
Rangsang jantung
aldosteron

Intoleransi
Retensi Aktifitas
Na

Edema
Sumber: Smeltzer, S. C., Bare, B. G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-
Bedah Brunner & Suddarth. Vol. 2. E/8. Jakarta: EGC
11

e. Faktor resiko

Menurut Kemenkes RI (2013) Faktor resiko hipertensi

dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu:

1) Faktor resiko yang tidak dapat diubah

Faktor resiko yang melekat pada penderita hipertensi dan

tidak dapat diubah,antara lain :

a) Umur

Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan

bertambahnya umur,resiko terkena hipertensi menjadi

lebih besar, menurut riskesdas 2007 pada kelompok

umur > 55 tahun prevalensi hipertensi mencapai >

55%.pada usia lanjut,hipertensi terutama ditemukan

hanya berupa kenaikan tekanan darah sistolik.

kejadian ini disebabkan oleh perubahan struktur pada

pembuluh darah besar.

b) Jenis kelamin

Jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya hipertensi.

Pria mempunyai risiko sekitar 2,3 kali lebih banyak

mengalami peningkatan tekanan darah sistolik

dibandingkan dengan perempuan, karena pria diduga

memiliki gaya hidup yang cenderung meningkatkan

tekanan darah. namun, setelah memasuki

menopause, prevelensi hipertensi pada perempuan


12

meningkat. Bahkan setelah usia 65 tahun, hipertensi

pada perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan

pria, akibat faktor hormonal, menurut riskesdas 2007,

prevalensi hipertensi pada perempuan sedikit lebih

tinggi dibandingkan pria.

c) Keturunan (genetik)

Riwayat keluarga dekat yang menderita hiprtensi

(faktor keturunan) juga meningkatkan resiko

hipertensi, terutama hipertensi primerr (esensial).

Tentunya faktor lingkungan lain ikut berperan. Faktor

genetik juga berkaitan dengan metabolisme

pengaturan garam dan renin membran sel. Menurut

davidson bila kedua orang tuanya menderita

hipertensi, maka sekitar 45% akan turun ke anak-

anaknya, dan bila salah satu orang tuanya yang

menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke

anak-anaknya.

2) Faktor resiko yang dapat diubah

Faktor resiko yang diakibatkan perilaku tidak sehatdari

penderita hipertensi antara lain merokok, diet rendah

serat, konsumsi garam berlebihan, kurang aktifitas fisik,

berat badan berlebihan/kegemukan, konsumsi alkohol,

dislipidemia dan stress.


13

a) Kegemukan (obesitas)

Kegemukan adalah presentase abnormal lemak yang

dinyatakan dalam indeks masa tubuh (body mass

index) yaitu perbandingan antara berat badan dengan

tinggi badan kuadrat dalam meter. Berat badan dan

indeks masa tubuh (IMT) berkolerasi langsung dengan

tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik.

b) Merokok

Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon

monoksida yang diisap melalui rokok akan memasuki

sirkulasi darah dan merusak lapisan endotel pembuluh

darah darah arteri, zat tersebut mengakibatkan proses

artereosklerosis dan tekanan darah tinggi.

c) Kurang aktifitas fisik

Olahraga yang teratur dapat membantu menurunkan

tekanan darah dan bermanfaat bagi penderita

hipertensi ringan.

d) Konsumsi garam berlebihan

Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam

tubuh karena menarik cairan diluar sel agar tidak

dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan volume dan

tekanan darah.
14

e) Dislipidemia

Kelainan metabolisme lipid (lemak) ditandai dengan

peningkatan kadar kolesterol total, trigliserida,

kolesterol LDL dan/atau penurunan kadar kolesterol

HDL dalam darah.

f) Konsumsi alkohol berlebih

Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah

telah dibuktikan, namun mekanismenya masih belum

jelas. Diduga peningkatan kadar kortisol, pengkatan

volume sel darah merah dan peningkatan kekentalan

darah berperan dalam menaikan tekanan darah.

g) Psikososial dan stress

Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung,

marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat

merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon

adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat

serta lebih kuat.

f. Gejala hipertensi

Gejala hipertensi sangat bervariasi, pada sebagian

penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala (tanpa gejala),

atau dengan keluhan ringan seperti pusing-pusing, sakit

kepala. Sebagian penderita mungkin mengeluh tegang di


15

belakang leher, sesak napas, dan kelelahan bila melakukan

aktivitas. Ada juga yang mual, muntah, dan gelisah.

Sebagian penderita pandangan menjadi kabur. Bahkan, ada

yang langsung terjadi serangan stroke atau gagal jantung.

Keadaan ini yang memerlukan penanganan segera (wijoyo,

2011).

g. Bahaya hipertensi

Bahaya penyakit hipertensi sangat beragam. Apabila

seseorang mengalami hipertensi maka dia juga akan

mengalami komplikasi dengan penyakit lainnya (Kemenkes

RI, 2013):

1) Hipertensi merusak ginjal

Hipertensi juga dapat memicu rusaknya ginjal. Penyakit

gagal ginjal kronis merupakan penyakit yang diderita oleh

satu dari sepuluh orang dewasa.

Tekanan darah yang tidak terkontrol dapat merusak

ginjal, karena itu kita harus mengenali hipertensi sejak dini.

Hipertensi adalah salah satu penyebab penyakit ginjal

kronis. Hipertensi membuat ginjal harus bekerja lebih

keras. Akibatnya, sel-sel pada ginjal akan lebih cepat

rusak.

2) Hipertensi merusak kinerja otak


16

Secara keseluruhan, hipertensi akan mengganggu

seluruh kinerja kesehatan didalam tubuh kita, kemampuan

otak juga akan terpengaruh. Kinerja otak juga bisa

terganggu dari adanya hipertensi yang disebabkan oleh

adanya pembentukan lepuh kecil pada pembuluh darah

diotak (neurisma) yang selanjutnya akan menyebabkan

terjadinya stroke dan gagal jantung karena terjadinya

penyempitan dan pengerasan pembuluh-pembuluh darah

yang ada dijantung. Selain itu, juga menyebabkan gagal

ginjal karena adanya pengerasan pembuluh darah yang

menuju ginjal.

3) Hipertensi merusak kinerja jantung

Tekanan darah tinggi yang terus-menerus

menyebabkan jantung seseorang bekerja ekstra keras.

Pada akhirnya, kondisi ini berakibat terjadinya kerusakan

pada pembuluh darah jantung,ginjal,otak,dan mata.

Jantung yang bertugas untuk mendistribusikan darah

keseluruh tubuh tidak bisa lagi menjalankan fungsinya.

Hipertensi sering menjadi penyebab terjadinya serangan

jantung.

4) Hipertensi menyebabkan kerusakan mata

Hipertensi kronis dapat menjurus pada pembesaran

jantung,gagal jantung, kerusakan otak,atau saraf. Selain


17

itu ,hipertensi juga menyebabakan kerusakan pada mata.

Adanya gangguan dalam tekanan darah akan

menyebabkan perubahan – perubahan dakam retina pada

belakang mata.

Pemerikasaan mata pada pasien dengan hipertensi

berat dapat mengungkapkan kerusakan, penyempitan

pembuluh-pembuluh darah kecil, kebocoran darah kecil

(hemorrhage) pada retina,dan menyebabkan terjadinya

pembengkakan saraf mata. Dari jumlah kerusakan, dokter

dapat mengukur keparahan dari hipertensi. Setelah itu,

akan dilakukan tindakan-tindakan lanjutkan untuk

menangani hipertensi tersebut.

5) Hipertensi menyebabkan resintensi pembuluh darah

Orang yang terkena hipertensi akut biasanya

mengalami suatu kekakuan yang meningkat atau resitensi

pada pembuluh-pembuluh darah sekeliling diseluruh

jaringan-jaringan tubuhnya. Peningkatan resistensi ini

menyebabkan otot jantung berkerja lebih keras untuk

memompa darah melalui pembuluh-pembuluh darah.

Peningkatan beban kerja ini dapat menegangkan jantung

yang dapat menjurus pada kelainan-kelainan jantung yang

umumnya pertama kali terlihat sebagai pembesaran otot

jantung.
18

2. Asuhan Keperawatan Pada Hipertensi

Asuhan keperawatan adalah segala bentuk tindakan atau

kegiatan pada praktek keperawatan yang diberikan kepada klien

yang sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP)

(Carpenito, 2019).

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan.

Pada tahap ini semua data dikumpulkan secara sistematis

guna menentukan kesehatan klien. Pengkajian keperawatan

pada pasien hipertensi menurut Aspiani (2014) meliputi:

1) Aktivitas/istirahat

a) Gejala Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup

monoton.

b) Tanda : Frekuensi jantung meningkat,perubahan

irama jantung,takipnea.

2) Sirkulasi

a) Gejala: Riwayat hipertensi, arterosklerosis, penyakit

jantung koroner/katup dan penyakit serebrovaskuler

b) Tanda : peningkatan tekanan darah, denyut nadi jelas

(dari karotis,jugularis,radialis,takikardia), murmur

stenosis vaskular,distensi vena jugularis, vasokontriksi

perifer (kulit pucat,sianosis,suhu dingin), pengisian

kapiler mungkin lambat/tertunda.


19

3) Integritas ego

a) Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas,

faktor stres multiple (hubungan, keuangan, yang

berkaitan dengan pekerjaan).

b) Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan

perhatian, tangisan meledak, otot muka tegang,

menghela nafas, peningkatan nada bicara.

4) Eliminasi

a) Gejala : gangguan ginjal saat ini (seperti obstruksi)

atau riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu.

b) Makanan/cairan

(1) Gejala : Makanan yang disukai yang mencakup

makanan tinggi garam, lemak serta kolestrol

(2) Mual, muntah dan perubahan berat badan saat ini

(meningkat/menurun)

c) Riwayat penggunaan diuretik

(1) Tanda :

(2) Berat badan normal atau obesitas

(3) Adanya edema

(4) Glikosuria

5) Neurosensori
20

a) Gejala :

(1) Keluhan pusing, berdenyut, sakit kepala,

suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang

secara spontan setelah beberapa jam)

6) Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur,

epistakis) NARASI JANGAN BANYAK PENOMORAN

a) Tanda :

(1) Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi,

pola/isi bicara, efek, proses berpikir

(2) Penurunan kekuatan ganggaman tangan

(3) Nyeri/ketidaknyamanan

b) Gejala : angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan

jantung),sakit kepala

7) Pernapasan

a) Gejala :

(1) Dispnea yang berkaitan dari aktivitas/kerja,

takipnea, ortopnea, dispnea

(2) Batuk

8) Riwayat merokok

a) Tanda :

(1) Distres pernapasan/penggunaan otot aksesori

pernapasan

(2) Bunyi napas tambahan (crakles/mengi)


21

(3) Sianosis

9) Keamanan

a) Gejala : gangguan koordinasi/cara berjalan,hipotensi

postural

10) Pembelajaran/penyuluhan

a) Gejala :

(1) Faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosklerosis,

penyakit jantung, diabetes mellitus

(2) Faktor lain : penggunaan alkohol/obat,

penggunaan pil KB, atau hormon lain.

(3) Rencana pemulangan Bantuan dengan pemantau

diri dari tekanan darah/perubahan dalam terapi

obat.

b. Diagnosis keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang

respons manusia terhadap gangguan kesehatan/proses

kehidupan, atau kerentanan respons dari seorang individu,

keluarga, kelompok, atau komunitas (Hardman,2015).

Diagnosis keperawatan berfungsi untuk mengidentifikasi,

memfokus dan memecahkan masalah keperawatan klien

secara spesifik.
22

Jenis-jenis diagnosis keperawatan tersebut dapat

diuraikan sebagai berikut (carpenito,2013; potter & perry,

2013)

a) Diagnosis aktual

Diagnosis ini menggambarkan respons klien terhadap

kondisi kesehatan atau proses kehidupannya yang

menyebabkan klien mengalami masalah kesehatan.

b) Diagnosis resiko

Diagnosis ini menggambarkan respons klien terhadap

kondisi kesehatan atau proses kehidupannya yang dapat

menyebabkan klien beresiko mengalami masalah

kesehatan.

c) Diagnosis promosi kesehatan

Diagnosis ini menggambarkan adanya keinginan dan

motivasi klien untuk meningkatan kondisi kesehatannya

ke tingkat yang lebih baik dan optimal. Diagnosis

keperawatan pada pasien hipertensi menurut aspiani

(aspiani,2014) dengan penulisan diagnosis keperawatan

sesuai standar diagnosis keperawatan indonesia antara

lain :

1) Resikopenurunan curah jantung


23

2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,

ketidakseimbangan anatar suplai dan kebutuhan

oksigen.

3) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera

fisiologis

c. Intervensi

Perencanaan (planning) merupakan suatu petunjuk

tertulis yang menggambarkan secara tepat rencana tindakan

keperawataan yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan

kebutuhannya berdasarkan diagnosis keperawatan.


24

No Diagnosa
Tabel 1 asuhankeperawatan Tujuan
keperawatan pada (NOC)
Hipertensi Intervensi (NIC)
(1) (2) (3) (4)
1. Resiko penurunan curah Setelah dilakukan asuhan keperawan Perawatan jantung
jantung klien menunjukkan curah jantung 1) Evaluasi adanya nyeri dada (itensitas,
adekuat, dengan kriteria: lokasi, radiasi, durasi, dan faktor
1. Tekanan darah dalam rentang pencetus nyeri)
normal 2) Lakukan penilaian komprehensif
2. Tolerensi terhadap aktivitas terhadap sirkulasi perifer (misalnya,
3. nadi perifer kuat cek nadi perifer, edema, pengisian
4. ukuran jantung normal kapiler, dan suhu ekstremitas)
5. tidak ada disrtimia 3) Observasi tanda-tanda vital
6. tidak ada bunyi jantung 4) Observasi disritmia jantung termasuk
abnormal gangguan irama dan konduksi
7. tidak ada angina 5) Observasi status respirasi terhadap
8. tidak ada edema perifer gejala jantung
9. tidak ada edema pulmonal 6) Observasi abdomen untuk
10. tidak ada diaporesis mengidentifikasi adanya penurunan
11. tidak ada mual perfusi
12. tidak ada kelelahan. 7) Observasi keseimbangan cairan
8) Kenali adanya perubahan tekanan
darah
9) Kenali pengaruh psokologis yang
mendasari kondisi klien
10) Evaluasi respons klien terhadap
disritmia
11) Anjurkan untuk mengurangi stres
12) Anjurkan klien untuk melaporkan
adanya ketidaknyamanan dada
13) Ciptakan hubungan yang saling
mendukung antara klien dan keluarga
25

No Diagnosa keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen alergi
berhubungan dengan klien dapat menunjukkan toleransi 1) Tentukan keterbatasan klien terhadap
kelemahan, terhadap aktivitas, dengan kriteria : aktivitas
ketidakseimbangan antara 1. klien dapat menentukan aktivitas 2) Tentukan penyebab lain dari kelelahan
suplai dan kebutuhan yang sesuai dengan 3) Motivasi klien untuk mengungkapkan
oksigen peningkatan nadi, tekanan perasaan tentang keterbatasan
darah, dan frekuensi nafas, 4) Observasi asupan nutrisi sebagai
mempertahankan irama dalam sumber energi yang adekuat
batas normal 5) Observasi respons jantung paru
2. mempertahankan warna dan terhadap aktivitas (misalnya, takikardi,
kehangatan kulit dengan disritmia, dispnea, diaporesis, pucat,
aktivitas tekanan hemodinamik, dan frekuensi
3. EKG dalam batas normal pernafasan
4. melaporkan peningkatan 6) Batasi stimulus lingkungan (misalnya
aktivitas harian pencahayaan dan kegaduhan)
7) Dorong untuk melakukan periode
istirahat dan aktivitas
8) Bantu klien untuk bangun dari tempat
tidur atau duduk disamping tempat tidur
atau duduk disamping tempat tidur atau
berjalan
9) Dorong klien untuk melakukan aktivitas
harian sesuai sumber energi
26

No Diagnosa keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


3 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen nyeri
dengan agen pencedera klien dapat mengontrol nyeri dengan 1) Kaji nyeri secara komprehensif ,
fisiologis kriteria : meliputi lokasi, karakteristik, dan
1. mengenal faktor penyebab nyeri awitan, durasi, frekuensi, kualitas,
2. awitan nyeri intensitas/beratnya nyeri dan faktor
3. tindakan pencegahan presipitasi
4. tindakan pertolongan 2) Observasi isyarat nonverbal dari
nonanalgetik ketidaknyamanan, khususnya dalam
5. mengenal tanda pencetus nyeri ketidakmampuan untuk komukasi
untuk mencari pertolongan secara efektif
6. melaporkan gejala kepada 3) Gunakan komunikasi terapeutik agar
tenaga kesehatan klien dapat mengekspresikan nyeri
(perawat/dokter) 4) Kaji latar belakang budaya klien
5) Kaji pengalaman individu terhadap
nyeri, keluarga dengan nyeri kronis
6) Berikan dukungan terhadap klien dan
keluarga
7) Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup
8) Ajarkan penggunaan teknik
farmakologis (terapi relaksasi nafas
dalam, terapi relaksasi benson, guided
imajery, terapi musik, masase)
9) Monitor kenyamanan klien terhadap
manajemen nyeri
10) Berikan terapi obat analgetik dengan
prinsip 5 benar
11) Cek riwayat alergi obat
Sumber : NANDA. (2015).buku diagnosa keperawatan definisi dan klasifikasi 2015-2017.Jakarta: EGC
27

d. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian

kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien

dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus

kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil

yang diharapkan. Ukuran intervensi keperawatan yang

diberikan kepada klien terkait dengan dukungandan

pengobatan dan tindakan untuk memperbaiki kondisi dan

pendidikan untuk klien-keluarga atau tindakan untuk

mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian

hari.Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat

kepada kebutuhan klien dan faktor-faktor lain yang

mempengaruhi kebutuhan keperawatan & strategi

implementasi keperawatan dan kegiatan komunikasi (Safitri,

2019).

e. Evaluasi keperawatan

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan

yang merupakan perbandingan yang sistematis dan

terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau

kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Tujuan

dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana

perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik


28

terhadap asuhan keperawatan yang diberikan (Tarwoto &

Wartonah, 2011).

B. Konsep Tekanan Darah

1. Pengertian tekanan darah

Tekanan darah adalah tekanan dari darah yang dipompa

oleh jantung terhadap dinding arteri. Tekanan darah merupakan

kekuatan pendorong bagi darah agar dapat beredar keseluruh

tubuh untuk memberikan darah segar yang mengandung

oksigen dan nutrisi ke organ-organ tubuh (Amiruddin, Danes &

Lintong, 2015)

Tekanan darah merupakan faktor yang sangat penting pada

sistem sirkulasi. Tidak semua tekanan darah berada dalam

batas normal sehingga menyebabkan muncul gangguan pada

tekanan darah yakni hipertensi dan hipotensi (Fadilah, Rahil &

Lanni, 2020)

2. Fisiologi Tekanan darah

Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan resistensi

pembuluh darah perifer (tahanan perifer) adalah jumlah darah

yang dipompakan oleh vertikel ke dalam sirkulasi pulmonal dan

sirkulasi sistematik dalam waktu satu menit, normalnya pada

dewasa adalah 4-8 liter. Cardiac output dipengaruhi oleh volum

sekuncup (stroke volume) dan kecepatan denyut jantung (heart


29

rate). Resistensi perifer total pada pembuluh darah dipengaruhi

oleh jari-jari arterior dan viskositas darah (Dewi, 2012).

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Menurut Rossalim (2018), terdapat dua faktor yang

dapat mempengaruhi tekanan darah yaitu :

a. Faktor Fisiologis

1) Kelenturan dinding arteri

2) Kekuatan gerak jantung, semakin besar volume darah

maka semakin tinggi tekanan darah

3) Curah jantung, samakin tinggi curah jantung maka

tekanan darah semakin meningkat

4) Kapasitas pembuluh darah, semakin tinggi besar

kapasitas pembuluh darah maka makin tinggi tekanan darah

5) Viscositas darah, semakin besar viscositas, semakin besar

resistensi tinggi tekanan darah.

b. Faktor patologi

1) Posisi tubuh, baroreseptor akan merespon saat tekanan

darah turun dan berusaha menstabilitaskan tekanan darah

2) Aktivitas fisik, aktivitas fisik membutuhkan energi sehingga

butuh aliran yang lebih cepat untuk suplay O2 dan nutrisi

3) Temperatur, menggunakan sistem renin-angiontensin-

vasokontiksi perifer
30

4) Usia, semakin bertambahnya umur semakin tinggi tekanan

darah (berkurangnya elastisitas pembuluh darah)

5) Emosi, dapat menaikan tekanan darah karena pusat

pengatur emosi akan menset baroresepsor untuk

menaikan tekanan dareh

6) Jenis kelamin, tekanan darah yang lebih rendah sering

muncul pada wanita karena komposisi pada trubuhnya

lebih banyak lemak

4. Regulasi Tekanan Darah

Pengaturan tekanan darah secara umum dibagi menjadi dua

yaitu pengaturan tekanan darah untuk jangka pendek dan

pengaturan tekanan darah unutk jangka panjang.

a. Pengaturan tekanan darah jangka pendek

1) Sistem saraf

Sistem saraf mengontrol tekanan darah dengan

mempengaruhi tenan pembuluh darah. Kontrol ini

bertujuan untuk mempengaruhi ditribusi darah sebagai

respon terhadap peningkatan kebutuhan bagian tubuh

yang spesifik, dan mempertahankan tekanan arteri

rata-rata yang adekuat dengan mempengaruhi

diameter pembuluh darah (Mayumi, 2013)

2) Kontrol kimia
31

Kadar oksigen dan karbodioksida membantu proses

penganturan tekanan darah melalui reflek

kemorepsetor (Mayumi, 2013)

b. Pengaturan tekanan darah jangka panjang

Sebagai pelengkap dari mekanisme neuronal yang

bereaksi cepat dalam mengendalikan resistensi perifer

dan curah jantung, jangka panjang melalui sistem

humoral bertujuan untuk memelihara homeostasis

sirkulasi. Pada keadaan tertentu, sistem Kendal ini

berorperasi dalam skala waktu berjam-jam hingga

berhari-hari, jauh lebih lambat dibandingkan dengan

refleks neurotransmitter oleh susunan saraf pusat.

5. Klarifikasi tekanan darah

Tekanan darah diklarifikan menjadi empat, yaitu normal, pra

hipertensi, stage 1 dan stage 2 (Sani, 2017)

Tabel 2 klarifikasi tekanan darah

Tekanan darah Tekanan darah


Klarifikasi sistolik diastolik
(mmHg) (mmHg)
Normal < 120 Dan <80
Pra Hipertensi 120-139 Atau 80-89
Stage 1 140-159 Atau 90-99
Stage 2 >160 Atau >100
Sumber: Sudarmoko, A. (2015). Sehat Tanpa Hipertensi. Yogyakarta:
Cahaya Atma Pusaka.
32

6. Pemeriksaan tekanan darah

Pemeriksaan tekanan darah dapat dilakukan oleh semua

tenaga kesehatan dilayanan kesehatan primer, atau oleh kader

kesehatan yang telah dilatih dan dinyatakan layak oleh petugas

untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah tinggi.

Pengukuran tekanan dilakukan sesuai dengan standar british

society of hypertension, menggunakan alat sphygmomanometer

air raksa, digital atau anaeroid, yang telah diterapkan

(Dewifianita, 2017):

a. Persiapan

Dalam proses pengukuran tekanan darah hendaknya

diperhatikan beberapa hal:

1) Lakukan pemeriksaan setelah pasien duduk tenang

selama 5 menit dengan kaki menempel dilantai.

2) Lengan disangga dan letakkan tensimeter setinggi

jantung.

3) Gunakan manset yang sesuai: sedikitnya melingkari ¾

lengan dan lebar manset 2/3 panjang lengan atas.

4) Letakkan bagian bawah manset 2 cm diatas daerah

lipatan lengan atas untuk mencegah kontak dengan

stetoskop.
33

Pengukuran dilakukan minimal dua kali setiap

pengunjungan, dengan selang waktu 5 sampai 20 menit

pada lengan kanan dan kiri.

C. Konsep Terapi Jus Wortel

1. Pengertian Wortel

Wortel merupakan tanaman yang memiliki nama ilmia

h (Daucus Carota L). Wortel tanaman yang sangat bermanfa

at karena banyak mengandung betakaroten. Semakin orang

e warnanya, maka semakin tinggi pula kandungan betakarot

ennya (Kumalaningsih, 2016).

Wortel merupakan jenis tanaman sayur umbi semusim ber

bentuk perdu (semak) yang tumbuh tegak dengan ketinggian

antara 30-100 cm atau lebih, tergantung jenis atau varietasn

ya. Wortel digolakan sebagai tanaman semusim karena han

ya berproduksi satu kali dan kemudian mati. Tanaman wortel

berumur pendek berkisar antara 70-120 hari, tergantung vari

etasnya (Cahyono, 2012).

2. Kandungan Wortel

Menurut Erikoir, 2016 kandungan gizi dari 100 gram

wortel mengandung vitamin, A, mineral, kalisum, fosfor,

magnisum.

Tabel 1
Komposisi Wortel dalam Setiap 100 gram Bahan
Komp Satuan Jumlah
onen
Energi Kal 36,0
34

Protein g 1,0
Lemak g 0,6
Karbonhidr g 7,9
at
Serat mg 1,0
Kalsium mg 15,0
Magnisium mg 12
Fosfor mg 74,0
Besi mg 1,0
Natrium mg 70,0
Vitamin A SI 71,25
Tiamin mg 0,04
Riboflavin mg 0,04
Niasin mg 1,0
Vitamin C mg 18,0
Air g 89,9
Betacarote mcg 3784
n
Niasin mcg 1,0
Kalium mg 245,0
Zeng mg 0,3

3. Manfaat Wortel

Menurut H. Abdul Latief, 2017 wortel memiliki

banyak manfaat bagi kesehatan yang dapat digunakan

sebagai terapi sehari-hari sebagai berikut

1. Menurunkan tekanan darah

Bahan yang digunakan yaitu wortel 100 gram atau

setara 3-4 buah wortel yang berwarna orange tua

dengan cara pembuatannya wortel dijus atau diblender

ditambahkan air 250 ml. Cara mengkonsumsinya

diminum pagi hari sebelum sarapan sehari 250 ml

dan sore hari 250ml. Kedua wortel 200 gram atau 6

buah wortel diparut lalu ditambahkan air 150 ml.

2. Rabun senja
35

Bahan yang digunakan wortel 100 gram 2 buah dan

madu secukupnya. Pengobatannya dengan cara wortel

dicuci, diparut ditambahkan air 50 ml disaring, dan

diberi madu supaya lebih enak diminum. Ramuan

diminum tiga kali sehari (pagi,siang,malam).

3. Mata minus (I)

Bahan yang digunakan wortel 4 buahditambahkan air

secukupnya dengan cara pengobatan wortel direbus setelah

itu air rebusan wortel diminum. Wortel dapat juga dimakan

dengan mentah.

4. Demam pada anak

Bahan yang digunakan wortel 200 gram dengan cara

wortel dicuci, diparut, dan diperas sampai keluar sarinya.

Sari wortel direbus dan diminum.

5. Mata minus (II)

Bahan yang digunakan wortel sebanyak 200 gram atau

7 buah wortel dengan cara pengobatannya yaitu , wortel

diparut, dan diberi sedikit air 150-200ml, dan diperas

dengan kain. Air perasannya diminum satu hari sekali.

6. Cacingan
36

Bahan yang digunakan wortel sebanyak 5 buah yang sudah

dikeringkan. pengobatannya dengan cara wortel ditumbuk

atau diparut sampai menjadi bubuk. Sebanyak 5 gram

bubuk wortel diseduh dengan air secukupnya dan diminum.

Diminum dua kali sehari.

7. Luka bakar

Bahan yang digunakan wortel secukupnya. Pengobatannya

dengan cara wortel ditumbuk hingga halus dan dioleskan

pada luka bakar.

8. Batuk

Bahan yang digunakan wortel satu buah dan sedikit gula

aren. Lalu dengan cara pengobatannya wortel dibersihkan,

diparut, dan diberi dua sendok air panas, lalu diperas. Air

perasan yang diberi gula aren diaduk sampai larut. Ramuan

diminum dua kali sehari.

9. Nyeri haid

Bahan yang digunakan wortel sebanyak 150 gram dengan

cara pengobatannya wortel dicuci,dipotong-potong, diberi

sedikit air 250ml dan diblender. Ramuan diminum dua kali

sehari.
37

10. Sembelit

Bahan yang digunakan sebanyak 2 buah wortel dan sedikit

garam. Pengobatannya dengan cara wortel dicuci

bersih, diparut, dan diberi garam. Ramuan ditambah dua

sendok makan air dan diperas. Air perasan diminum dua

kali sehari.

4. Khasiat Wortel

Secara Tradisional Tanaman wortel (Daucus Carota L)

merupakan salah satu tanaman yang sering dimanfaatkan

masyarakat untuk pengobatan alternatif. Keberadaan tanaman

wortel yang sudah umum dalam masyarakat dan mudah

didapatkan, diharapkan akan mempermudah edukasi dan

pengenalan tanaman wortel kepada masyarakat sebagai salah

satu bahan alternatif sebagai obat herbal untuk kesehatan (Sri

Rahayu, 2017).
38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif

dengan desain studi kasus. Penelitian deskriptif adalah

sebuah desain penelitian yang menggambarkan

fenomena yang ditelitinya dan juga menggambarkan

besarnya masalah yang diteliti. Pertanyaan yang

digunakan biasanya “how” (Swarjana, 2015).

Studi kasus ini bertujuan untuk meneliti

penerapan jus wortel dalam menurunkan tekanan darah

pada pasien hipertensi.

B. Subjek Studi Kasus

Subjek dalam penelitian ini adalah dua orang

pasien hipertensi di Klinik Aroel care, desa cot

mancang, kecamatan blang bintang, Aceh Besar

dengan kriteria subjek sebagai berikut:

1. Pasien yang mengalami peningkatan tekanan darah

2. Pasien hipertensi yang kooperatif

3. Pasien hipertensi yang bersedia jadi responden

4. Pasien hipertensi dengan kesadaran komposmentis.

C. Fokus Studi
39

Fokus studi dalam penelitian ini adalah

penerapan jus wortel dalam menurunkan tekanan darah

pada pasien hipertensi.

D. Definisi Operasional

1. Jus wortel adalah

2. Tekanan darah adalah tekanan dari darah yang dipompa oleh

jantung terhadap dinding arteri. Tekanan darah merupakan

kekuatan pendorong bagi darah agar dapat beredar keseluruh

tubuh untuk memberikan darah segar yang mengandung

oksigen dan nutrisi ke organ-organ tubuh.

3. Hipertensi adalah suatu kondisi tekanan darah tinggi dengan

sistoliknya diatas 140 mmHg dan diastoliknya diatas 90

mmHg.

E. Instrumen Penelitian

Penelitian ini dirancang oleh peneliti

menggunakan instrumen berupa Standar Operasional

Prosedur (SOP), lembar observasi, lembar pengkajian,

dan nursing kit untuk tindakan penerapan jus wortel.

F. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan

adalah dengan observasi terhadap klien yang

mengalami hipertensi dengan masalah peningkatan

tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan

pemberian jus wortel. Adapun tahapan pengumpulan

data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


40

1. Mengurus Izin penelitian dari Akper Kesdam Iskandar Muda Banda Aceh.

2. Mengurus izin penelitian praktik klinik dari Klinik Aroel care,

desa cot mancang, kecamatan blang bintang, Aceh Besar.

3. Mengidentifikasi subjek penelitian.

4. Memberikan inform consent pada subjek.

5. Melakukan pengkajian subjek.

6. Melakukan identifikasi masalah dan menyusun rencana.

7. Menjelaskan tujuan tindakan.

8. Melakukan tindakan selama 3-10 menit.

9. Membuat penyajian data

G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus

Penelitian ini dilaksanakan di Klinik Aroel care,

desa cot mancang, kecamatan blang bintang, Aceh

Besar.

H. Analisis Data dan Penyajian Data

Setiap penelitian harus dapat menyajikan data

yang telah diperoleh, baik yang diperoleh melalui

observasi dan kuesioner (angket) maupun dokumentasi.

Prinsip dasar penyajian data adalah komunikatif dan

lengkap, dalam arti data yang disajikan dapat menarik

perhatian pihak lain untuk membacanya dan mudah

memahami isinya. Penyajian data yang komunikatif

dapat dilakukan dengan penyajian data dibuat


41

berwarna, dan bila data yang disajikan cukup banyak

maka perlu bervariasi penyajiannya (Sugiono, 2016).

Penyajian data ini dilakukan untuk mengetahui

adanya perubahan pada tekanan darah sesudah

dilakukan intervensi keperawatan dengan pemberian jus

wortel. Setelah dilakukan pengolahan data dan

didapatkan hasil penelitian, maka data/hasil penelitian

disajikan dalam bentuk narasi dan tabel.


42

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai