Anda di halaman 1dari 11

PEMBELAJARAN PENJAS ADAPTIF

BAGI ANAK LUAR BIASA1

Muh. Rusli2

Abstrak : Makalah ini bertujuan untuk memahami bentuk pembelajaran adaptif bagi anak luar biasa,
memahami karakteristik dan kebutuhan pengajaran anak luar biasa, sertauntuk memahami prinsip
pemebelajaran penjas adaptif dalam modifikasi dan pendekatan pembelajaran anak luar biasa atau
anak didik yang berpredikat sebagai penyandang cacat yang disesuaikan dengan karakteristik
masing-masing kelainan anak.
Sebagai seorang guru profesional, khususnya guru pendidikan Jasmani, sebaiknya memahami
kebutuhan pembelajaran adaptifnbagi anak luar biasa atau anak cacat karena sebagai peserta didik
mereka juga mempunyai hak yang sama untuk belajar dadn didik untuk dapat mengembangkan
potensinya guna mencapai sumber daya manusia yang optimal.

Kata Kunci : Adaptif, anak luar biasa/cacat

PENDAHULUAN

Tidak ada satu anak manusia yang diciptakan sama, serta tidak ada satu anak manusia pula

yang tidak memiliki kekurangan, dan tidak ada satu anak manusia yang ingin dilahirkan ke dunia ini

dengan menyandang kelainan atau atau memiliki kecatatan. Demikian juga tidak akan ada seorang

ibu yang menghendaki kelahiran anaknya menyandang kecatatan. Dengan demikian maka sejak

kelahirannya kedunia, anak cacat atau yang dikenal dengan anak luar biasa (ALB) sudah tidak

dikehendaki. Konsekwensi logis apabila anak luar biasa (ALB) akan menghdapi banyak tantangan dari

lingkungan, baik lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat maupun lingkungan pendidikan.

Kelahiran anak luar biasa (ALB) tidak mengenal apakah mereka dari keluarga kaya, keluarga

intelek dan berpendidikan, keluarga miskin, keluarga yang taat beragama atau tidak. Bila Tuhan

menghendaki keluarga itu dtitipi seorang ALB maka kemungkinan semua itu bisa terjadi. Akan tetapi

Tuhan melihat dan menghargai manusia tidak dari kecatatanya secara fisik, mental atau sosial.

Tuhan melihat manusia dari ketakwaan kepada-Nya.

Dititpkanya anak ALB pada suatu keluarga bukan berarti keluarga tersebut mendapat

kutukan, dititipkanya ALB pada suatu keluarga karena Tuhan menguji atau memberi kesempatan

pada keluarga tersebut untuk berbuat terbaik pada anaknya.


Sebagai manusia, ALB memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang serta memiliki hak untuk sekolah

yang dekat dengan lingkungan tempat tinggalnya, sama seperti anak didik normal lainnya yang tidak

memiliki kelainan.

Tidak ada satu alasan bagi Sekolah Dasaar (SD) umum dimanapun adanya, melarang ALB

untuk masuk di sekolah biasa tersebut. Bersama guru pembimbing khusus yang telah memiliki

pengetahuan dan keterampilan pendidikan luar biasa (PLB), sekolah umum dapat merancang

pelayanan PLB bagi anak tersebut yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan anak. Apabila

anak tersebut membutuhkan kelas khusus, program khusus dan atau laynan khusus dilingkungan

sekolahbiasa tergantung dari tingkat kemampuan dan tingkat kecacatannya.

Banyak orang awam berpandangan salah tentang pendidikan bagi ALB, seolah-olah PLB

hanya ada di SLB sehingga sering bila orang menemukan anak menyandang kelainan atau ALB

langsyng menyuruh atau menginstruksikan untuk disekolahkan secara khusus atau di sekolah luar

biasa (SLB). Hal ini tidak benar, sebab SLB bukan habitatnya. Habitat ALB sama dengan habitat anak

pada umumnya yang normal. Ian dapatmdimasukan di SLB apabila sekolah biasa sudah tidak dapat

menangani pendidikanya.

Pandangan lain yang salah dari sebagian besar orang umuim yaitu seolah-olah PLB hanya

dapat diberikan di SLB atau seolah-olah PLB itu sama atau identik dengan SLB. Hal tersebut tidak

benar, sebab pelayanan PLB bisa diberikan di sekolah biasa oleh guru biasa, sehingga kalau ada ALB

yang datang ke sekolah biasa dapat diberikan pelayanan PLB

Dengan paradigma dan perkembangan baru tentang PLB yang mengacu pada hak asasi anak,

maka PLB bergerak dari pendidikan yang bersifat terpisah atau segregasi kearah pendidikan bersifat

integrasi. Oleh karena itu di masa yang akan datang akan banyak ALB berada dilingkungan sekolah

biasa.

Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah adalah untuk memahami bentuk pembelajaran adaptif bagi anak

luar biasa (ALB), memahami karakteristik dan kebutuhan pengajaran ALB, serta untuk memahami

prinsip Penjas Adaptif dalam modifikasi dan pendekatan pembelajaran anak luar biasa (ALB).

PEMBAHASAN

Pembelajaran adaptif merupakan suatu pembelajaran yangn diambil dari pembelajaran

biasa yang di modifikasi sedemikian rupa sehingga dapat dipelajari, diaksam-nakan untuk memenuhi

kebutuhan pendidikan anak luar biasa (ALB). Dengan demikian pembelajaran adaptif bagi ALB adalah

pendidikan luar biasa (PLB). Pendidikan luar biasa adalah pendidikan biasa yang dirancang,

disesuaikan atau diadaptasi untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak luar biasa sesuai dengan

karakteristik masing-masing kelainan anak.

Dalam pembelajaran kita mengenal tiga komponen pokok yaitu kelas, program dan layanan.

Ketiga komponen tersebut bila dirancang sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan pendidikan

bagi anak luar biasa disebut pendidikan luar biasa (PLB). Pendidikan luar biasa adalahn pembelajaran

yang dirancang untuk merespons atau memenuhi kebutuhan anak luar biasa dengan karakteristik

yang unik dan tidak dapat dipenuhi pendidikan kurikulum sekolah biasa tanpa diadaptasi yang sesuai

dengan kebutuhan anak.

Secara operasional di lapangan pengertian pendidikan luar biasa dapat doartikan sebagai

kelas khusus, program khusus dan atau layanan khusus yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan

pendidikan anak luar biasa. Tidak semua anak luar biasa memerlukan layanan khusus di kelas

khusus. Kelas khusus dirancang bagi ALB yang kelainannya berat atau alasan lain sehingga bila

dimasukkan di kelas biasa akan menyebabkan adanya masalah baik pada ALB itu sendiri maupun

pada anak yang lain dalam suatu kelas. Sesuai dengan hak asasinya sebagai anak dimana ia harus

tumbuh dan berkembang di tengah-tengah keluarga, maka PLB dalam bentuk kelas khusus

seharusnya dikembangkan dan berada dilingkungan sekolah biasa yang terdekat dengan tempat

tinggal anak. Apabila PLB dalam bentuk kelas khusus tidak bisa diwujudkan di sekolah biasa karena

berbagai alasan, baru ditarik ke sekolah khusus yaitu SLB.


Dalam kenyataan pada saat ini, sekolah luar biasa (SLB) hanya ada diperkotaan dan hanya

sedikit sekali kita jumpai diberbagai pelosok pedesaan, akibatnya banyak anak yang tidak dapat

masuk SLB karena jarak sekolah dengan tempat tinggal terlalu jauh. Alasan lain ALB tidak dapat

masuk SLB karena tidak mampu transportnya, tidak ada yang mengantar, serta tidak mau tinggal di

asrama. Akibatnya pada saat ini ALB yang ada di sekolah luar biasa sangat sedikit dibandingkan

jumlah ALB yang ada. WHO memperkirakan 10% anak usia sekolah membutuhkan layanan PLB.

Untuk memfungsikan PLB dalam bentuk kelas khusus didalamnya diperlukan program

khusus, layanan khusus dan guru khusus. Program khusus dan atau layanan khusus dapat

dikembangkan di sekolah biasa. Program dan layanan tersebut diperuntukkan bagi ALB yang setelah

dinilai masih mampu mengikuti kegiatan pendidikan di kelas biasa. Sekolah basa hanya

membutuhkan guru pembimbing khusus (GPK), yang mengatur dan membantu sekolah merancang,

mengembangkan dan melaksanakan program PLB dalam proses belajar mengajar, sehingga dapat

mengembangkan potensi ALB dan mempunyai sumber daya manusia (SDM) yang optimal.

Perkembangan Layanan dan Isu Aktual Dalam PLB

Dalam sejarah PLB, pelayanan terhadap anak luar biasa sangat erat kaitanya dengan sikap

manusia terhadap anak luar biasa di awal perkembangannya mengalami dua masalah pokok yaitu :

1. Menganggap anak luar biasa sebagai kutukan Tuhan. Sebagai akibat dari sikap tersebut maka anak

disingkirkan, diacuhkan dan diperlakukan sebagai anak yang memiliki dosa.

2. Menganggap anak luar biasa sebagai utusan Tuhan. Sebagai akibat dari sikap tersebut maka ia

diperlakukan sebagai orang yang istimewa, sehingga ia mendapat perlakuan khusus yang

dilindungi secara berlebihan.

Pada perkembangan sekarang ini anak luar biasa sudah mulai dianggap sebagai manusia

biasa sama seperti yang lainm, ia memiliki hak yang sama seperti anak yang lain. Hal ini berakibat

pada perlakuan yang wajar seperti pada anak yang lain yaitundidik dan disekolahkan. Perbedaanya

hanya terletak pada adanya kelainan yang disandangnya. Kelainan bisa ada pada fisiknya, mentalnya,
sosialnya atau perpaduan ketiganya. Mereka mengalami kelainan sedemikian rupa sehingga

membutuhkan pelayanan pendidikan luar biasa (PLB).

Dengan sikap ini maka anak luar biasa memiliki hak yang sama dengan anak biasa

lainnyaserta dengan sikap ini pula timbul deklarasi hak asasi manusia penyandang cacat meliputi:

1. Hak untuk mendidik dirinya (The right to educated one self)

2. Hak untuk pekerjaan (The right to accupation or profession)

3. Hak untuk memelihara kesehatan dan fisik (The right to maintain health and physical Wall baing)

4. Hak Untuk hidup mandiri (The right to independent living)

5. Hak untuk kasih sayang (The right to love)

Di Indonesia pelayanan bagi penyandang cacat secara melembaga dimulai pada tahun 1901

yang dikenal dengan rumah buta. Dimulai dengan pelayanan pada tuna netra yang dewasa untuk

diberikan rehabilitasi. Dalam perkembangannya banyak anak mengalami kebutaan, maka dibuka

pula pendidikan bagi anak tuna netra yang dikenal dengan nama panti sosial bina netra (PSBN) yang

dikelola oleh Departemen Sosial.

Dalam pendidikan luar biasa banyak isu-isu yang harus diketahui oleh mereka yang

berkecimpung dalammpendidikan luar biasa, baik guru-guru umum, lebih khusus lagi bagi mereka

guru olahraga/pemjaskes. Isu-isu adalah suatu masalah aktual yang perlu mendapat pemecahan dan

penelitian, sehingga ditemukan alternatif penanganan yang paling tepat bagi setiap anak luar biasa.

Dalam pendidikan luar biasa dikenal isu-isu :

1. Labeling; diartikan sebagai pemberian kepada seseorang berdasarkan apa yang dimilikinya,

kelainannya atau kemampuannya. Pemberian label sering menimbulkan hal yang negatif pada

seseorang bila tidak diberikan secara tepat. Bila guru, khususnya guru penjas titik beratnya

bukan pada label tetapi pada apa yang dimiliki anak, dikuasai dan kemampuannya, apa

kelemahannya serta apa yang dibutuhkannya.

2. Normalization; diartikan secara mendasar bahwa semua anak luar biasa harus memiliki

kesempatan untuk mencapai keberadaanya sedapat mungkin mendekati keberadaan mereka


yang normal. Isu normalization menghasilkan integrasi yang baik antara anak cacat/berkelainan

dengan mereka yang tergolong normal baik dalam pendidikan, pekerjaan dan kegiatan

masyarakat lainnya.

3. Assessment; bagaimana menemukan apa yang dimiliki dan apa yang dibutuhkan anak yang luar

biasa hanya dapat dilakukan melalui penilaian atau assessment. Didalam penilaian (assessment)

dibagi menjadi dua kategori yaitu : a. Informal assessment, biasanya dilakukan oleh guru melalui

observasiberbagai keterampilan, dan mempelajari laporan, maupun melalui test yang dibuat guru

untuk mengetahui tingkat penguasaan pelajaran yang telah diberikan. b. Formal assessment,

yaitu penilaian lewat test standard seperti tes hasil belajar, tes intelegensi, wawancara dengan

porang tua, tes bahasa, kepribadian, kreatif, kemampun fisik, minat dan sebagainya. Berdasarkan

tujuannya maka assessment dikelompokkan menjadi : a. Assessment for identivication, bertujuan

untuk menempatkan anak dalam pelayanan. B. Assessment for teaching untuk merencanakan isi

atau materi y6ang akan diajarkan dan merencanakan bagaimana mengajarkannya.

4. Individualized Instruction (pembelajaran yang diindividualisasi). Mengingat setiap anak memiliki

karakteristik, kelebihan dan kekurangan masing-masing maka pengajaran individualisasi sangat

dibutuhkan untuk mengembangkan potensi anak secara maksimal. Untuk itu maka setiap anak

memiliki program pendidikan secara individual Educatyional Program (IEP).

Pembelajaran Pendidikan Jasmani Bagi Anak Luar Biasa (ALB).

Anak luar biasa (ALB) adalah anak yang mengalami kelainan baik fisik, mental, sosial maupun

kombinasi dari ke tiga aspek tersebut, sehingga untuk mencapai potensi yang optimal mereka

memerluka pendidikan yang luar biasa (PLB). PLB merupakan pendidikan yang dirancang untuk

memenuhi kebutuhan pendidikan ALB. Adapun yang dirancang dalam PLB adalah kelasnya,

programnya dan layanannya; sehingga PLB dapat diartikan juga sebagai spesial kelas, program atau

layanan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan anak luar biasa.

ALB yang karena kelainannya bisa memiliki masalah dalam dalam sensorisnya, motoriknya,

belajarnya serta tingkah lakunya. Semua ini mengakibatkan terganggunya perkembangan fisik anak.
Hal ini karena sebagian besar ALB mengalami hambatan dalam merespons rangsangan yang

diberikan lingkungan untuk melakukan gerak, meniru gerak dan bahkan memang fisiknya terganggu

sehingga ia tidak dapat melakukan gerakan yang terarah dan benar. Disisi lain Anak luar biasa harus

mandiri, beradaptasi dan bersaing dengan orang normal dimasyarakat, dan tidak secara otomatis

dapat melakukan aktivitas gerak. Secara tidak langsung akan berdampak kepada pengembangan dan

peningkatan kemampuan fisik dan keterampilan geraknya. Pendidikan jasmani bagi anak luar biasa

disamping untuk kesehatan juga harus mengandung pembetulan kelainan fisik yang disandangnya.

Dengan uraian di atas maka jelaslah bahwa pendidikan jasmani yang diadaptasi dan

dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan, jenis kemampuan dan tingkat kemampuan ALB merupakan

salah satu faktor yang sangat menentukan dalam keberhasilan pendidikan bagi ALB. Keberhasilan ini

akan terwujud bak pada PLB dalam bentuk kelas husus, maupun dalam bentuk pelayanan husus di

sekolah umum maupun sekolah husus lainnya..

Bagaimana pendidikan jasmani bagi ALB atau nyang dikenal dengan nama pendidikan

jasmani adaptif, secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Pengertian Pendidikan Jasmani Adaptif.

Secara mendasar pendidikan jasmani adaptif adalah sama dengan pendidikan jasmani biasa.

Pendidikan jamani merupakan salah satu aspek dari seluruh proses pendidikan secara

keseluruhan. Pendidikan jasmani adaptif merupakan satu sistim penyampaian layanan yang

bersifat menyeluruh(comprehensip) dan dirancang untuk mengetahui, menemukan dan

memecahkan masalah dalam rana psikomotor. Hampir seluruh ALB memiliki problem dalam rana

psikomotor. Masalah ddalam psikomotor sebagai akibat keterbatasannya kemampuan sensorik

ALB, keterbatasannya dalam kemampuan belajar, dan sebagian lagi ALB bermasalah dalam

interaksi sosial dan tingkah laku. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa peranan pendidikan

jasmani bagi anak luar biasa (ALB) sangat besar ddan akan mampu mengembangkan dan

mengoreksi kelainan dan keterbatasan tersebut.


2. Ciri dari program pengajaran Penjas Adaptif

Sifat dari program pengajaran penjas adaptif memiliki ciri, dan ciri inilah yang menyebabkan

nama pendidikan jasmani ditambah dengan kata adaptif. Adapun ciri tersebut adalah :

a. Program pengajaran penjas adaptif disesuaikan dengan jenis dan karakteristik kelainan siswa.

Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang berkelainan untuk

berpartisipasi dengan aman, sukses dan memperoleh kepuasan.

b. Program pengajaran penjas adaptif harusdapat mmembantu mengoreksi kelainan yang

disandang oleh siswa. Kelainan pada anak luar biasa bisa terjadi pada kelainan fungsi postur,

sikap tubuh dan pada mekanika tubuh. Untuk itu, program pendidikan jasmani adaptif harus

dapat membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi yang memperburuk keadaanya.

c. Program pengajaran Penjas adaoptif harus dapat mengembangkan dan meningkatkan

kemampuan individu ALB. Un tuk itu pendidikan jasmani adaptif mengacu oada suatu program

kesegaran jasmani yang progresif, selalu berkembang. Dengan demikian tingkat

perkembangan ALB akan dapat mendekati tingkat kemampuan sebayanya.

Apabila program pendidikan jasmani adaptif dapat mewujudkan hal tersebut di atas, maka

pendidikan jasmani adaptif dapat membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan

mengembangkan perasaan siswa memiliki nharga diri. Perasaan ini akan dapat membawa

siswa berperilaku dan bersikap sebagi subjek dan bukan sebagai objek di lingkungannya.

3. Tujuan Pendidikan Jasmani Adaptif

Tujuan pendidikan jasmani adaptif sangat besar perananya dalam mewujudkan tujuan

pendidikan anak luar biasa (ALB). Arma Abdullah dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Jasmani

Adaptif”, mengemukakan tujuan diberikannya pendidikan jasmani adaptif bagi ALB sebagai berikut:

a) Untuk menolong siswa mengoreksi kondisi yang dapat diperbaiki.

b) Untuk membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang mempernburuk

keadaanya melalui penjas tertentu.


c) Untuk memberikan kesempatan pada siswa mempelajari dan berprestasi dalam sejumlah macam

olahraga dan aktivitas jasmani, waktu luang yang bersifat rekreasi.

d) Menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.

e) Untuk membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan dapat mengembangkan poerasaan

mmiliki harga diri.

f) Untuk membantu siswa mengembangkan pengetahuan dan apresiasi terhadap mekanika tubuh

yang baik.

g) Untuk menolong siswa memahami dan menghargai macam olahraga yang dapat diminatinya

sebagai penonton.

4. Modifikasi dalam pendidikan jasmani adaptif

Dilihat dari masalah kelainanya, jenis anak luar niasa (ALB) dfapat dikelompokkan menjadi :

a) ALB yang memiliki masalah dalam Sensoris

b) ALB yang memiliki masalah dalam gerak dan motoriknya

c) ALB yang memiliki masalah dalam belajar

d) ALB yang memiliki masalah dalam tingkah lakunya.

Dari masalah yang disandang dan karakteristik setiap jenis ALB maka menuntut addanya

penyesuaian dan modifikas dalam pengajaran pendidikan jasmani bagi anak luar biasa.

Penyesuaian dan modifikasi dari pengajaran pendidikan jasmani bagi anak luar biasa terjadi pada:

a) Modifikasi aturan main dari pendidikan jasmani.

b) Modifikasi keterampilan dan tekniknya

c) Modifikasi teknik mengajarnya

d) Modifikasi lingkunganya termasuk ruang, fasilitas dan peralatanya.

Seorang anak luar biasa yang satu dengan yang lain, kebutuhaan aspek yang dimodifikasi tidak

sama. Anak luar biasa yang satu mungkin membutuhkan modifikasi tempat dan areal bermainya,

anak luar biasa yang lainnya mungkin membutuhkan modifikai alat yang dipakai dalam kegiatan

tersebut, tetapi yang lain lagi disamping membutuhkan modifikasi areal bermainnya juga butuh
modifikasi alat dan aturan mainnya. Demikian pula seterusnya, tergantung dari jenis masalah,

tingkat kemampuan dan karakteristik serta kebutuhan pengajaran dari setiap anak luar biasa.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan uraian-uraian yang telah dikemukakan di atas, maka

dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

Pembelajaran adaptif artinya pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak luar biasa

(ALB). Pembelajaran adaptif ini biasa pula disebut dengan pendidikan luar biasa (PLB) yang bergerak

dari pendidikan yang terpisah (ekslusif) kearah pendidikan terpadu atau terintegrasi.

Pendidikan jasmani merupakan salah ssatu aspek dari seluruh proses pendidikan secara

keseluruhan. Pendudikan jasmani merupakan suatu sistim penyampaian layanan yang bersifat

menyeluruh (cmpherensif) dan dirancang untuk mengidentifikasi, menemukan dan memecahkan

masalah dalam rana psikomotor. Tujuan dari penjas adaptif tidak hanya dalam rana psikomotor,

tetapi juga dalam rana kognitif dan afektif.

Ciri dari program pengajaran penjas adaptif yaitu: Programnya disesuaikan dengan kelainan

dan karakteristik anak, diarahkan untuk mengoreksi kelainan postur dan mekanika tubuh serta

mengembangkan dan meningkatkan kemampuan jasmani individu yang berkelainan.

Saran

Saran yang dapat diberikan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

Sebagai seorang guru profesional, khususnya guru pendidikan jasmani sebaiknya memahami

kebutuhan pembelajaran adaptif bagi anak luar biasa (ALB) karena mereka juga mempunyai hak

yang sama untuk belajar dan dididik untuk dapat mengembangkan potensinya sebagai anak luar

biasa serta mencapai sumber daya manusia (SDM) yang optimal.


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Arma (1996), Pendidikan Jasmani Adaptik, Dirjen Dikdasmen Direktorat Tenaga
Kependidikan, Jakarta.

Bucher, C.A., (1985), Foundations of Physical Education and Sport, St.Louis: The CV. Mosby
Company.

Crowe, W.C., Auxer, D. Pyfer, J. (1981), Principles and Methods of Adapted Physical Education The
CV. Mosby Company.

Irham Hosni, (1995), Buku Ajar Orientasi dan Mobilitas, Ditjen Dikti Depdikbud, Jakarta

Irham Hosni, (2005), Pembelajaran Adaptif Anak Luar Biasa, Dirjen Dikdasmen Direktorat Tenaga
Kependidikan, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai