Anda di halaman 1dari 3

Contoh Kasus Sistem Produksi JIT (Just-in-Time)

he 100 Yen Sushi House bukanlah sebuah restoran biasa. Restoran ini memiliki produktivitas
yang sangat tinggi di Jepang. Saat kita memasuki restoran tersebut, kita akan disambut
dengan kata-kata “iratasai”, sebuah ucapan selamat datang dari siapapun yang bekerja dalam
toko tersebut – baik yang memasak, pelayan, pemilik, dan anak-anak pemiliknya. Rumah ini
memiliki ciri kas berbentuk elipsoid yang melayani daerah di pertengahan ruangan, dimana
tiga atau empat koki yang sibuk mempersiapkan sushi. Sekitar 30 tempat duduk mengelilingi
daerah penyajian. Kita duduk di konter dan langsung disuguhi segelas “misoshiru”, yang
merupakan sebuah sop pasta kacang, sepasang sumpit, segelas the hijau, sebuah piring kecil
untuk membuat saus, dan sebuah lempeng china untuk memegang sumpit. Sejauh ini,
pelayanan ini adalah pelayanan rata-rata untuk sushi house. Selanjutnya, ditemukan hal-hal
yang khusus. Ada sebuah pengangkut barang yang selalu mengelilingi area pelayanan yang
berbentuk elipsoid. Seperti sebuah boneka yang memiliki rel untuk berjalan. Pada
pengangkut tersebut terdapat sebuah kereta piring sushi. Anda bisa menemukan jenis sushi
apapun yang anda inginkan – mulai dari jenis rumput-laut atau octupus yang paling murah
sampai hidangan salmon atau udang mentah yang mahal. Akan tetapi, harganya semua sama,
yakni 100 yen per piring. Jika diperiksa lebih dekat, ditemukan bahwa porsi rumput laut yang
murah memiliki 4 potongan, sedangkan yang lebih mahal memiliki dua potongan.

Selanjutnya ada seorang pria membawa 8 piring dengan rapi. Ketika dia akan pergi, kasir
mengamatinya dan berkatan, “800 yen”. Kasir tidak memiliki kas register, karena dia hanya
menghitung jumlah piring kemudian mengalikannya dengan 100. Pada saat pelanggan pergi,
terdengar ucapan “Arigato Gosaimas” (terima kasih), dari semua pekerja.

Operasi harian pemilik didasarkan pada analisis informasi secara cermat. Pemiliki memiliki
ringkasan informasi permintaan yang lengkap tentang tipe-tipe piring sushi yang berbeda,
sehingga dia mengetahui secara pasti berapa banyak dari masing-masing piring sushi yang
harus dipersiapkan dan kapan. Lebih lanjut, operasi seluruhnya diasaran pada prinsip
produksi berulang dengan just-in-time yang sesuai dan sistem kontrol kualitas. Sebagai
contoh, toko tersebut memiliki kapasitas refrigerator yang sangat terbatas (kita dapat melihat
beberapa ikan atau octopus dalam wadah gelas di depan konter). Sehingga, toko ini
menggunakan sistem kontrol inventaris just-in-time. Ketimbang meningkatkan kapasitas
refrigeratordengan membeli sistem-sistem refrigerator baru, perusahaan bekerjasama dengan
penjaja ikan untuk mengirim ikan segar beberapa kali dalam sehari, sehingga material tiba
tepat ketika akan digunakan untuk membuat sushi. Dengan demikian, biaya inventarisnya
minimal.

Dalam sistem operasi just-in-time, prinsip stok aman tidak terlalu diperhitungkan. Dengan
kata lain, stok aman akan dihilangakan secara perlahan, untuk masalah-masalah tidak teratasi
dan kemungkinan solusinya. Ruang lantai yang tersedia adalah untuk pra pekerja dan
perlengkapan yang diperlukan tapi tidak untuk menyimpan inventaris. Di perusahaan 100
Yen Sushi House, para pekerja dan pelengkapannya diposisikan begitu dekat sehingga
pembuatan sushi dilakukan dari tangan ke tangan dan bukan sebagai operasi independen,
Tidak adanya dinding-dinding invetaris memungkinkan para pemilik dan pekerja untuk
terlibat dalam operasi total,, mulai dari menyambut pelanggan sampai menyediakan apa yang
dipesan. Tugas mereka sangat saling terkait dan setiap orang akan bekerja sama dalam
mengatasi sebuah masalah agar tidak menjadi masalah besar dalam proses kerja.

The 100 Yen Sushi House merupakan sebuah operasi intensif-pekerja, yang paling banyak
didasarkan pada kesederhanaan, dan akal sehat ketimbang teknologi tinggi, sebaliknya
dengan persepsi orang-orang Amerika. Penulis begitu terkesan. Setelah penulis
menghabiskan piring ke-lima, saya melihat piring sushi octopus berputar untuk yang
ketigapuluh kalinya. Mungkin gambaran umum dari sistem ini telah diketahui. Sehngga
penulis menanyakan kepaa pemilik bagaimana cara merawat masalah kebersihan ketika
piring sushi berputar sepanjang hari. Dia tersenyum dan berkata “Iyya pak, kami tidak pernah
membiarkan piring-piring sushi kami tidak terpakai lebih dari 30 menit”. Kemudian dia
menggaruk kepala dan mengatakan, “Jika salah satu dari empat karyawan kami istirahat, dia
bisa mengambil piring yang tidak terjual tersebut dan memakannya atau membuangnya.
Kami sangat serius tentang masalah kualitas sushi kami.”

The 100 Yen Sushi Huose merupakan sebuah mikrokosmos dari sifat-sifat yang
mencerminkan pendekatan manajemen produksi yang paling signifikan pada masa pasca
Perang Dunia II, yaitu produksi just-in-time (JIT). Dikembangkan oleh orang Jepang,
pendekatan ini mengintegrasikan lima P dari OM untuk merampingkan produksi barang-
barang berkualitas tinggi dan pelayanannya. Seperti TQM, hampir setiap organisasi industri
modern telah menggunakan sekurang-kurangnya beberapa elemen JIT dalam desainnya.

Bab ini terkait dengan logika JIT. Bab ini juga merinci pendekatan-pendekatan terhadap
implementasi JIT dan aplikasinya JIT dalam organisasi jasa. Sebuah versi klasik dari Kenneth
A. Wantuck menjelaskan elemen-elemen JIT sebagaimana yang digunakan oleh orang-orang
Jepang utnuk meningkatkan produktivitas.

Logika JIT

JIT (Just-in-Time) merupakan sekumpulan aktivitas terpadu untuk mencapai produksi


bervolume tinggi dengan menggunakan inventaris bahan baku yang minimal, kerja dalam
proses, dan barang jadi. Bagian-bagian produk tiba di stasiun kerja selanjutnya 'tepat waku”
dan diselesaikan serta berpindah dalam operasi dengan cepat. Just-in-time juga didasarkan
pada logika bahwa tidak ada yang akan dihasilkan sebelum diperlukan. Exhibit 6.1
mengilustrasikan proses ini. Kebutuhan dilahirkan oleh produk yang diminta oleh para
penggunanya. Ketika sebuah item dijual, meurut teori, maka pasar akan menarik sebuah
pengganti dari posisi terakhir dalam sistem – perakitan akhir dalam hal ini. Ini memicu
sebuah order ke saluran produksi pabrik dimana seorang pekerja kemudian menarik unit lain
dari sebuah stasiun hulu dalam aliran utunuk mengganti unit yang diambil.

DELL COMPUTER

Del adalah sebuah produsen komnputer yang menerapkan Just in time dengan unik pelanggan atau
calon pembeli Dell Computer bisa membeli komputer secara online. Pelanggan dapat memesan
semuaya mulai dari hard drive monitor sampai warna dan lebar layarnya pun bisa di pesan secara
custom. Begitu pesanan selesai di buat oleh pembeli bahan baku dan suku cadang yang baru mulai
di pesan oleh pihak Dell ke supliernya. Bahan baku tersebut kemudian di rakit dan di prpduksi untuk
pelangan dalam waktu yang singkat .
TOYOTA

Toyota adalah salah satu perusahaan yang mrnerapkan sisten just in time dengan sukses strategi
produksi Toyota tidak memproses bahan baku untuk di rakit dan di produksi sampai pesanan benar
benar di terima dan produk tersebut benar benar siap untuk di produksi. Mereka menggunakan
Kanban system sebagai metode penerapan JIT. Dengan sistem Just In time, Toyota mampu
mengurangi jumlah minimun persediaan mereka hal ini berarti biaya operasional yang dihasilkan
jauh lebih rendah. Dengan metode just in time toyota mampu beradaptasi cepat terhadap
perubahan permintaan tanpa khawatir tentang membuang atau menimbun persediaan mahal>

HARLEY DAVIDSON

Harley Davidson menerapkan sistem just in time pada sistem mereka sejak perang dunia kedua.
Hasilnya pun di dapat bahwa tingkat persediaan harley Davidson menurun 75 % serta didapatkan
adanya peningkatkan produksi pada berbagai produk mereka. Keberhasilan Harley Davidson saat
menggunakan sistem JIT ini adalah tidak ada lagi yang namanya penimbunan persediaan motor dan
produk mahal lainya yang menggangu kunerja mereka .

Anda mungkin juga menyukai