Anda di halaman 1dari 171

1

1. Udara Pompa
1.1 Karakteristik Udara
Udara dipermukaan bumi ini terdiri atas campuran dari bermacam-macam gas.
Komposisi dari macam-macam gas tersebut adalah sebagai berikut : 78 % Gas oksigen , 21
% nitrogen, dan 1 % gas lainnya seperti carbon dioksida, argon, helium, krypton,neon dan
xenon. Dalam sistem pneumatik udara difungsikan sebagai media transfer dan sebagai
penyimpan tenaga (daya) yaitu dengan cara dipompa atau dimampatkan. Udara termasuk
golongan zat fluida karena sifatnya yang selalu mengalir dan bersifat compressible (dapat
dipompa). Sifat-sifat udara senantiasa mengikuti hukum-hukum gas. Karakteristik udara dapat
diidentifikasikan sebagai berikut : a) Udara mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah, b)
Volume udara tidak tetap. c) Udara dapat dipompa (dipadatkan), d) Berat jenis udara 1,3
kg/m³, e) Udara tidak berwarna

1.2 Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Udara Pompa


Penggunaan udara pompa dalam sistim pneumatik memiliki keuntungan antara lain:

1) Keuntungan
a. Ketersediaan tak terbatas, udara tersedia di alam sekitar kita dalam jumlah yang
tanpa batas sepanjang waktu dan tempat.
b. Mudah disalurkan, udara mudah disalurkan/pindahkan dari satu tempat ke tempat lain
melalui pipa yang kecil, panjang dan berliku.
c. Fleksibilitas temperatur, udara dapat digunakan pada berbagai temperatur, bahkan
dalam kondisi ekstrem udara masih dapat bekerja.
d. Aman, udara dapat aman dengan beban lebih , tidak mudah terbakar dan meledak.
e. Bersih, udara cenderung bersih tanpa zat kimia yang berbahaya dengan jumlah
kandungan pelumas yang dapat diminimalkan sehingga aman digunakan untuk industri
obat-obatan, makanan, dan minuman maupun tekstil
f. Pemindahan daya dan Kecepatan mudah diatur. udara dapat melaju dengan
kecepatan yang dapat diatur. kecepatan piston silinder kerja mencapai 3 m/s. motor
pneumatik mencapai 30.000 rpm,dan motor turbin dapat mencapai 450.000 rpm.
g. Dapat disimpan, udara dapat disimpan melalui tabung yang diberi pengaman
terhadap kelebihan tekanan udara dan dapat dipasang pembatas tekanan .
h. Mudah dimanfaatkan, baik secara langsung misal membersihkan permukaan logam
dan mesin-mesin, maupun tidak langsung, yaitu melalui peralatan pneumatik.
2

2) Kerugian/Kelemahan Pneumatik
Beberapa kelemahan penggunaan udara dalam sistem pneumatik, antara lain:
a. Memerlukan instalasi peralatan penghasil udara. Udara pompa harus memenuhii
syarat dan kriteria tertentu, misalnya kering, bersih, serta mengandung pelumas untuk
peralatan pneumatik. Oleh karena itu perlu instalasi peralatan, seperti kompressor,
penyaring udara, tabung pelumas, pengering, regulator, dll.

b. Mudah terjadi kebocoran, udara Pompa selalu menempati ruang kosong dan tekanan
udara susah dipertahankan. Kebocoran seal dapat menimbulkan kerugian energi.

c. Menimbulkan suara bising, Udara keluar cukup berisik sehingga menimbulkan suara
bising, sehingga perlu memasang peredam suara setiap saluran buangnya.

d. Mudah Mengembun, Udara Pompa mudah mengembun, maka perlu diolah terlebih
dahulu, misalnya, kering, tekanan cukup, dan mengandung sedikit pelumas .

1.3 Pembangkit Udara Pompa


Kompresor sebagai pembangkit udara pompa yang menghisap dan memampatkan udara
kemudian disimpan di dalam tangki udara untuk disuplaikan ke sistem pneumatik Untuk
menjamin kelangsungan dan keamanan kerja sistem pneumatik, maka udara Pompa harus
memenuhi syarat yaitu : Bersih, Kering dan Tekanan sesuai dengan kebutuhan. Peralatan
system pneumatic seperti valve ,silinder dan lainnya dirancang untuk tekanan 8 - 10 bar.
Untuk praktek tekanan kerja sekitar 6 bar. Kehilangan tekanan dalam perjalanan karena
bengkok (bending ) , bocor, restriction dan gesekan pada pipa diperkirakan antara 0,1 s/d
0,5 bar. Jadi kompressor harus membangkitkan tekanan 6,5 – 7 bar. Apabila suplai udara
pompa tidak memenuhi syarat akan berakibat kerusakan seperti berikut :
a. cepat aus pada seal dan bagian yang bergerak di dalam silinder atau katup.
b. Terjadi oiled-up pada valve.
c. Terjadi pencemaran ( kontaminasi ) pada silencers.

1.4 Komponen Pembangkit Udara Pompa.


Peralatan yang diperlukan untuk menghasilkan udara Pompa ; antara lain :
a. Kompressor udara
b. Tangki udara
c. Unit Pelayanan udara ( Filter, Regulator, Lubricator)
d. Pengering udara ( air dryer )
e. Baut tap ( drainage point )
f. Pemisah oli ( oil separator )
3

a. Kompressor (Pembangkit Udara Pompa)


Kompresor berfungsi membangkitkan udara bertekanan dengan cara menghisap dan
memampatkan udara tersebut kemudian disimpan di dalam tangki udara pompa untuk
disuplai kepada pemakai (sistem pneumatik). Kompressor dilengkapi dengan tabung untuk
menyimpan udara bertekanan, sehingga udara dapat mencapai jumlah dan tekanan yang
diperlukan. Tabung udara bertekanan pada kompressor dilengkapi dengan katup
pengaman, bila tekanan udaranya melebihi ketentuan, maka katup pengaman akan terbuka
secara otomatis. Pemilihan jenis kompresor yang digunakan tergantung dari syarat-syarat
pemakaian yang harus dipenuhi misalnya dengan tekanan kerja dan volume udara yang
akan diperlukan dalam sistim peralatan (katup dan silinder pneumatik).

Gambar 1.2 Kompresor Kerja Tunggal

Kompressor diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu Positive Displacement


kompressor, dan Dynamic kompressor, (Turbo), Positive Displacement kompressor,
terdiri dari Reciprocating dan Rotary, sedangkan Dynamic kompressor, (turbo) terdiri
dari Centrifugal, axial dan ejector, Lihat klasifikasi di bawah ini:
4

Gambar 1.3 Klasifikasi Kompresor

a) Kompresor Piston Resiprokal (reciprocating kompressor)


Kompresor dengan piston yang bekerja bolak-balik atau gerak resiprokal. Pemasukan
udara diatur oleh katup masuk dan dihisap oleh piston. Pada saat pengisapan, tekanan
udara di dalam silinder mengecil, sehingga udara luar akan masuk ke dalam silinder.
Pada saat gerak kompressi piston bergerak dari titik mati bawah ke titik mati atas,
sehingga udara di atas piston bertekanan tinggi, selanjutnya di masukkan ke dalam
tabung penyimpan udara. Tabung penyimpanan dilengkapi dengan katup satu arah,
sehingga udara yang ada dalam tangki tidak akan kembali ke silinder. Proses tersebut
berlangsung terus-menerus hingga diperoleh tekanan udara yang diperlukan.,. Kompresor
piston resiprokal terdiri, yaitu;
a) Kompresor satu tahap (kerja-tunggal).
b) Kompresor dua tahap (kerja-ganda)

a) Kompresor Satu Tahap


Piston bergerak ke bawah terjadi kevakuman dan membuka inlet valve dan silinder
terisi udara. Saat piston mencapai dasar silinder, silinder penuh dengan udara dan inlet
valve menutup. Udara dikompresikan saat piston bergerak ke atas silinder, tekanan udara
meningkat dan menyebabkan valve terbuka. Udara bertekanan dikeluarkan melalui outlet
valve. Single-stage up to approx. 600 kPa (6 bar), Two-stage up to approx. 1500 kPa (15 bar)

Gambar 1.4. Kompresor Piston Resiprokal


5

b) Kompresor Dua Tahap


Udara masuk dikompresi oleh piston pertama, kemudian didinginkan, selanjutnya
dimasukkan dalam silinder kedua untuk dikompresi oleh piston kedua sampai pada tekanan
yang diinginkan. Pemampatan udara tahap kedua lebih besar, temperatur udara akan naik
selama terjadi kompresi, sehingga perlu mengalami proses pendinginan dengan memasang
sistem pendingin. Metode pendinginan yang sering digunakan misalnya dengan sistem
udara atau dengan sistem air bersirkulasi. Batas tekanan maksimum untuk jenis kompresor
piston resiprokal antara lain, untuk kompressor satu tingkat tekanan hingga 4 bar,
sedangkan dua tingkat atau lebih tekanan hingga 15 bar

Fitur Kompresor Kerja Ganda


Identifikasi fitur kompresor kerja-ganda, dua tahap berikut.
1. Silinder inlet tekanan rendah.
2. Intercooler.: tabung yang dialiri air/ udara untuk
mendinginkan udara).
3. Silinder tekanan tinggi.
4. Saluran udara yang dihubungkan ke aftercooler.
Gambar 1.5. Kompresor dua tahap
Prinsip Kerja
1. Kompresor mengalirkan udara ke silinder hanya melalui satu sisi piston.
2. Udara dikompres pada setiap langkah piston yang ke dua agar lebih efisien, kompresor
mengisap udara pada saat piston bergerak ke bawah.
3. Saat udara masuk ke silinder tekanan rendah pada satu sisi piston, sisi piston yang lain
melakukan kompresi udara.
4. Kompresi terjadi pada kedua sisi piston dan pada setiap langkah piston, hal ini berarti
lebih banyak udara yang dapat dikirim dari kompresor dan juga meningkatkan efisiensi
serta mengurangi biaya pengoperasian kompresor.

Gambar 1.6. Kompresor Kerja Ganda


6

Untuk mencapai efesiensi tinggi dan mengurangi biaya pemakaian daya listrik,
kompresor berukuran besar dirancang untuk melakukan kompresi udara dalam dua tahap
atau lebih. Dengan metode ini, dua elemen kompresi atau lebih digunakan untuk
meningkatkan tekanan udara sampai pada tekanan pengiriman akhir. bagian 1 dan 2.
Mendinginkan air di antara setiap tahapan merupakan hal yang perlu
dilakukan(intercooling), udara didinginkan saat melewati satu tahap ke tahap berikutnya.

b. Tangki udara ,
Berfungsi untuk menyimpan udara bertekanan
hingga pada tekanan tertentu hingga pengisian akan
berhenti, kemudian dapat digunakan sewaktu-waktu
diperlukan

Gambar 1.23. Tangki Udara


c. Unit Pelayanan udara (Air Service Unit )
Untuk distribusi udara pompa dari kompressor ke seluruh sistem ,perlu adanya
pengaturan baik kebersihan , tekanan maupun keperluan pelumasan. Pengolahan udara
bertekanan agar memenuhi persyaratan diperlukan peralatan yang memadai, antara lain
1. Filter : untuk menyaring udara dan pemisah air (atau water trap).
2. Regulator : pengatur tekanan udara yang mengatur besar tekanan udara sesuai
dengan kebutuhan sistem pneumatik.
3. Lubricator : berfungsi untuk memberikan pelumasan pada udara yang
beroperasi, berupa kabut oli.

Tiga komponen disambungkan menjadi satu dan dapat langsung disambung ke satu ujung
sistem saluran udara. Unit servis udara harus digunakan pada outlet servis sebagai
perlindungan terakhir terhadap kondensasi yang masuk ke perlengkapan pneumatik.

Fungsi unit Pelayanan udara


1. Membuang kotoran dan kondensasi dari udara yang masuk dari saluran udara.
2. Mengatur udara masuk dari saluran udara. Tekanan standar adalah 700 kPa, Throttle
atau pengaturan perlu dilakukan pada udara bertekanan agar sesuai aplikasi.
3. Melindungi peralatan pneumatik, Pelumas mendeteksi berbagai perubahan tekanan
udara dengan tabung venturi dengan sedikit pelumas ke dalam udara masuk.
7

d. Pemisah air
Udara bertekanan yang keluar filter mengandung uap air. Kelembaban dalam udara
menyebabkan korosi pada semua saluran, sambungan, katup, dan harus dikeringkan
dengan cara memisahkan air melalui tabung pemisah air.

Gambar 1.25. Pemisah Air


1.5 Jenis dan Simbol Komponen Unit Pelayanan Udara
Tabel 2.1. Jenis dan Simbol Komponen Unit Pelayanan Udara
8

e. Prinsip operasi sistem distribusi udara bertekanan

Gambar : Mengidentifikasi fitur sistem distribusi udara bertekanan


1 Prime mover (motor listrik) 6. Gauge tekanan.
2. Filter udara. 7. Pipa outlet ke sistem pneumatik.
3. Kompresor udara satu tahap. 8. Valve pengaman.
4. Aftercooler. 9. Saluran pembuangan/drain.
5. Receiver.
Prime mover (motor listrik) dihubungkan dengan kompresor oleh sebuah sabuk penggerak,
dan pada saat dihidupkan akan mengaktifkan kompresor.
1. Saat piston di dalam silinder bergerak ke bawah, terjadi kevakuman sebagian sehingga
membuka inlet valve dan silinder terisi dengan udara yang diisap melalui filter udara.
2. Udara dikompresikan saat piston bergerak ke atas silinder, tekanan udara meningkat dan
menyebabkan outlet valve terbuka. Udara bertekanan dikeluarkan melalui outlet valve dan
kemudian lewat melalui aftercooler..
3. Dari aftercooler kemudian udara menuju ke receiver di mana udara bertekanan disimpan.

f. Saluran Pipa Sistem Udara Pompa


1. Kompresor udara.
2. Sistem saluran udara berbentuk ring.
3. Pemisah kelembaban/moisture separator.
4. Riser.
5. Valve penutup/shut off.
6. Saluran pembuangan/drain otomatis.
7. Unit servis.

Gambar 1.19. Distribusi Sistem Pengolahan Udara Bertekanan


9

Udara dihisap kompresor kemudian disaring Filter udara agar tidak ada partikel debu.
Kompresor digerakkan motor listrik atau mesin bensin/diesel tergantung kebutuhan.
Tabung penampung udara menyimpan udara selanjutnya melalui katup saru arah udara
dimasukan ke FR/L unit, yang terdiri dari Filter, Regulator dan Lubrication

1.6 Pemeriksaan Udara Pompa dan Peralatan


Prosedur pemantauan penggunaan udara pompa perlu memperhatikan antara lain:

1 . Frekuensi pemantauan, misalnya setiap akan memulai bekerja perlu memantau


kebersihan udara, kandungan air embun, kandungan oli pelumas dan sebagainya.

2 . Tekanan udara perlu dipantau apakah sesuai dengan ketentuan.


3 . Pengeluaran udara buang apakah tidak berisik/bising,
4 . Udara buang perlu dipantau pencampuranya,
5 . Katup regulator tekanan udara perlu dipantau apakah bekerja dengan baik,
6 . Setiap sambungan (konektor) perlu dipantau agar dipastikan cukup kuat dan rapat
karena udara pompa cukup berbahaya.

Kerjakan soal dibawah ini


1. Indentifikasikan karakteristik udara pompa.?
2. Jelaskan prinsip-prinsip pembangkitan dan penggunaan udara pompa
3. Identifikasikan berbagai komponen, prinsip kerja dan fungsi komponen pada
kompresor.
4. Jelaskan mengenai prosedur operasi masing-masing komponen.
5. Apa yang anda ketahui tentang Pneumatik
6. Bagaimana cara memelihara keawetan peralatan pneumatik ?
7. Apa keuntungan dan Kerugian menggunakan Pneumatik
8. Sebutkan jenis dan Simbol Komponen Unit Pelayanan Udara, jelaskan fungsi masing-
masing komponen ?
9. Prinsip operasi sistem distribusi udara bertekanan
10. Jelaskan prosedur pemantauan penggunaan udara pompa yang perlu diperhatikan
11. Gambarkan simbol pneumatik dari unit pelayanan udara.
12. Jelaskan prinsip kerja kompresor 2 tahap.
13. Gambar dan sebutkan bagian-bagiannya serta prinsip operasi sistem distribusi udara
bertekanan.
14. Gambar kemudian jelaskan cara kerja alat pemisah air.
10

2. Sistem Pneumatik

2.1 Pengertian Pneumatik


Pneumatik berasal dari bahasa Yunani, yaitu ‘pneuma’ yang berarti napas atau udara.
Istilah pneumatik selalu berhubungan dengan teknik penggunaan udara bertekanan.
Pneumatik merupakan ilmu yang mempelajari teknik pemakaian udara bertekanan (udara
pompa). Penggunakan udara bertekanan untuk berbagai keperluan masih terbatas, antara lain
menambah tekanan udara ban mobil/motor, melepaskan ban mobil dari peleknya,
membersihkan kotoran, dan sejenisnya. Banyak industri yang menggunakan sistem pneumatik
dalam proses produksi seperti industri makanan, industri obat-obatan, industri pengepakan
barang maupun industri yang lain.

Gambar 2.1 Aplikasi pneumatik dibidang industri otomotif

2.2 Prinsip Dasar Pneumatik


Prinsip kerja sistem pneumatik tergantung pada kompresi udara yang didasarkan pada
hukum fisika dasar. Pengaturan pada sistem pneumatik dilakukan dengan mengatur tekanan
udara dan arah aliran udara, yang diatur dengan valve. Sebagai contoh bahwa pneumatik
normalnya dioperasikan pada tekanan kurang dari 220 psi. Prinsip ini akan berbeda dalam
sistem hidraulik..
Pneumatik dalam industri merupakan ilmu pengetahuan dari semua proses mekanik
dimana udara memindahkan suatu gaya atau gerakan. Pneumatik meliputi semua komponen
mesin atau peralatan, dimana terjadi proses pneumatik. Udara bertekanan sebagai unsur
penggerak lebih banyak dilaksanakan dalam mesin perkakas dan mesin produksi.

2.3 Penggunaan Pneumatik


Penggunaan udara bertekanan dapat dikembangkan untuk berbagai keperluan proses
produksi, misalnya gerakan mekanik oleh tenaga manusia, seperti menggeser, mendorong,
11

mengangkat, menekan, dan lain sebagainya. Gerakan mekanik tersebut dapat dilakukan juga
oleh komponen pneumatik, seperti silinder pneumatik, motor pneumatik, robot pneumatik
translasi, rotasi maupun gabungan keduanya. Perpaduan dari gerakan mekanik oleh aktuator
pneumatik dapat dipadu menjadi gerakan mekanik untuk keperluan proses produksi yang
terus menerus (continue), dan flexibel.
Pemakaian pneumatik dibidang produksi mengalami kemajuan pesat, terutama pada
proses perakitan (manufacturing), elektronika, obat-obatan, makanan, kimia dan lainnya.
Pemilihan penggunaan udara bertekanan (pneumatik) sebagai sistim kontrol dalam proses
otomasinya, karena pneumatik mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mudah
diperoleh, bersih dari kotoran dan zat kimia yang merusak, mudah didistribusikan melalui
saluran (selang) yang kecil, aman dari bahaya ledakan dan hubungan singkat, dapat dibebani
lebih, tidak peka terhadap perubahan suhu dan sebagainya. Udara yang digunakan dalam
pneumatik dapat dibebani lebih tanpa menimbulkan bahaya yang fatal.
Pneumatik banyak digunakan di industri pengolahan logam dan sejenisnya. Secara
umum udara yang dihisap oleh kompressor, akan disimpan dalam suatu tabung penampung.
kemudian diolah agar menjadi kering, dan mengandung sedikit pelumas. Setelah melalui
regulator udara dapat digunakan menggerakkan katub penggerak (aktuator), baik berupa
silinder/stang piston yang bergerak translasi, maupun motor pneumatik yang bergerak rotasi.
Gerakan bolak balik (translasi), dan berputar (rotasi) pada aktuator .

2.4 Penerapan Sistem Pneumatik Di Industri


Fluid power system adalah suatu rangkaian pemindahan dan/atau pengaturan tenaga
dengan menggunakan media fluida .Tenaga dari sumber tenaga atau pembangkit tenaga
diteruskan oleh fluida melalui unit-unit pengatur atau control element keunit penggerak
sebagai output dari system tersebut. Hidrolik adalah system tenaga fluida yang menggunakan
cairan ( liquid ) sebagai media transfer.Cairan hidrolik biasanya berupa oli ( oli hidrolik ) atau
campuran antara oli dan air.
Pneumatik adalah system tenaga fluida yang menggunakan udara sebagai media
transfer.Udara dipompa atau dimampatkan dan disimpan di dalam tangki kompresor untuk
siap digunakan. Penerapan Sistem Pneumatik di industri antara lain sebagai : Media kerja
(Working medium) berbentuk penyimpana tenaga berupa udara pompa selain itu berupa
Otomatisasi.(Automation) yang dilakukan dengan udara pompa dikontrol dengan sensor-
sensor udara sehingga system tersebut dapat bekerja secara otomatis.
a. Bidang Manufacturing
Drilling Turning Milling
Forming Finishing Dsb
b. Material Handling
Clamping Shifting
12

Positiong Orientin

c. Penerapan Umum ( di darat , laut dan udara serta pertambangan )


Packaging Feeding Metering
Door or chute control Transfer of materials Turning and inverting of parts
Sorting of parts Stacking of components Stamping ang embossing of
Components

Gambar 2.2 Sistem Pengemasan botol minuman

2.5 Keselamatan Kerja Pada Sistem Pneumatik


Hal yang perlu mendapat perhatian untuk menjamin keselamatan kerja, antara lain :
a. Keamanan pada clamping device .
1. Peralatan clamping untuk silinder pneumatic harus dapat mengklem dangan kuat dan
diberi tutup pelindung ( protective cover ) untuk menghindari kecelakaan.
2. Peringatan atau tanda bahaya perlu diberikan
3. Switch on diproteksi agar tidak dapat di on sebelum ada dikonfirmasi clamping selesai.

b. Polusi lingkungan
Pada lingkungan kerja system pneumatic dapat terjadi polusi seperti berikut:
1. Noisy (bising) disebabkan udara buang. Hal ini dapat diredam pakai exhaust silencer
2. Oil Mist yaitu kabut oli yang ikut keluar gas buang dapat terhisap oleh operator.

c. Bekerja dengan aman


1. Pada waktu menyambung atau melepas selang pada sitem pneumatic perlu hati-hati.
2. pemasangan selang harus benar-benar kuat, karena lepasnya sambungan dapat
mengakibatkan selang melenting atau melesat dengan kuat dan menghantam mata.
13

3. pada waktu bongkar-pasang selang matikan terlebih dulu suplai udara.

2.6 Efektifitas Pneumatik


Pneumatik memiliki efektifitas bila digunakan pada batas yang dapat menimbulkan
optimalisasi penggunaan pneumatik antara lain: diameter piston antara 6 s/d 320 mm, panjang
langkah 1 s/d 2.000 mm, tenaga antara 2 s/d 15 bar, untuk keperluan pendidikan berkisar
antara 4 s/d 8 bar, dapat di bawah 1 atmosfer (vacuum), misalnya untuk keperluan
mengangkat plat baja dan sejenisnya melalui katup karet hisap flexibel.

Diameter Piston (D)


Gambar 1.1 Efektifitas udara bertekanan (Werner Rohrer,1990)

Penggunaan silinder pneumatik


Penggunaan silinder pneumatik untuk keperluan benda kerja antara lain: mencekam,
menggeser, memposisikan, mengarahkan aliran material ke berbagai arah. Penggunaan
secara nyata pada industri untuk keperluan: membungkus (verpacken), mengisi material,
mengatur distribusi material, penggerak poros, membuka dan menutup pada pintu,
transportasi barang, memutar benda kerja, menumpuk/menyusun material, menahan dan
menekan benda kerja. Melalui gerakan rotasi pneumatik dapat digunakan untuk, mengebor,
memutar mengencangkan dan mengendorkan mur/baut, memotong, membentuk profil plat,
menguji, proses finishing (gerinda, pasah, dll.)

2.7 Stuktur Kerja Sistem Pneumatik


Diagram rangkaian digambar dengan tata cara penggambaran yang benar. Hal ini
memudahkan untuk membaca rangkaian ,sehingga mempermudah saat merangkai atau
mencari kesalahan sistem pneumatik. Tata letak komponen diagram rangkaian disesuaikan
diagram alir dari mata rantai kontrol. Sebuah sinyal mulai mengalir dari bawah menuju ke atas
rangkaian. Elemen untuk catu daya digambarkan pada bagian bawah rangkaian secara simbol
sederhana. Pada rangkaian yang lebih luas , bagian catu daya seperti unit pemelihara, katup
14

pemutus dan berbagai distribusi sambungan dapat digambarkan tersendiri. Diagram alir mata
rantai kontrol dan elemen-elemennya digambarkan Sebagai berikut.

Gambar 2.1 Diagram alir mata rantai kontrol dan elemen

2.8 Unit Pengerak (Working Element = Aktuator)


Aktuator adalah bagian keluaran untuk mengubah energi suplai menjadi energi kerja.
Sinyal keluaran dikontrol oleh sistem kontrol dan aktuator bertanggung jawab pada sinyal
kontrol melalui elemen kontrol terakhir. Unit penggerak ( Working element ) dari system
pneumatic dapat menampilkan gerakan-gerakan sebagai berikut :
 Gerak lurus ( maju-mundur atau naik-turun )
 Gerak radius/lengkung ( swivel )
 Gerak putar ( rotary )
Bidang-bidang industri yang menggunakan atau menerapkan system pneumatic sebagai
working medium atau otomatisasi, antara lain :

Gambar 2.2 a. Aktuator gerak lurus b. Aktuator gerak putar


15

Macam-macam aktuator :
a) Linear Motion Aktuator (Penggerak Lurus)
 Single Acting Cylinder (Silinder Kerja Tunggal)
 Double Acting Cylinder (Penggerak Putar)
b) Rotary Motion Actuator (Limited Rotary Aktuator)
 Air Motor (Motor Pneumatik)
 Rotary Aktuator (Limited Rotary Aktuator)
c) Air Muscle

Pemilihan jenis aktuator disesuaikan fungsi, beban dan tujuan penggunaan sistim pneumatik.

2.1.1 Single Acting Cylinder


Silinder ini mendapat suplai udara hanya dari satu sisi saja. Untuk mengembalikan
keposisi semula biasanya digunakan pegas. Silinder kerja tunggal hanya dapat memberikan
tenaga pada satu sisi saja. Gambar berikut ini adalah gambar silinder kerja tunggal.

Gambar 2.3. a. Konstruksi Single Acting Cylinder b. Simbolnya


Silinder Pneumatik sederhana terdiri dari beberapa bagian, yaitu piston, seal, batang
piston, pegas pembalik, dan silinder. Silinder sederhana akan bekerja bila mendapat udara
bertekanan pada sisi kiri, selanjutnya akan kembali oleh gaya pegas yang ada di dalam
silinder pneumatik..

2.1.2 Silinder Penggerak Ganda (Double Acting Cylinder)


Silinder ini mendapat suplai udara pompa dari dua sisi. Konstruksinya hampir sama
dengan silinder kerja tunggal. Keuntungannya adalah bahwa silinder ini dapat memberikan
tenaga kepada dua belah sisi. Silinder kerja ganda ada yang memiliki batang piston (piston
road) pada satu sisi dan ada pula pada kedua sisi. Konstruksi dipilih sesuai kebutuhan.

Gambar 2.4. Konstruksi Double Acting Cylinder dan simbolnya


16

Silinder kerja ganda akan maju atau mundur karena udara bertekanan yang disalurkan
ke salah satu sisi. Silinder pneumatik kerja ganda terdiri dari beberapa bagian, yaitu piston,
seal, batang piston, dan silinder. Sumber energi silinder kerja ganda dapat berupa sinyal
langsung melalui katup kendali, atau melalui katup sinyal ke katup pemroses sinyal
(processor), kemudian baru ke katup kendali..

2.1.3 Double Acting Cylinder With Cushioning


Cushion berfungsi menghindari kontak keras pada akhir langkah. Jadi dengan sistem
cushion ini kita memberikan bantalan atau pegas pada akhir langkah.

Gambar 2.5. Double Acting Cylinder with Cushioning7


2.1.4 Air Motor (Motor Pneumatik)
Motor pneumatik mengubah energi pneumatik (udara pompa) menjadi gerakan putar
mekanik yang kontinyu. Macam motor pneumatik, antara lain: a) Piston Motor Pneumatik, b)
Sliding Vane Motor , c) Gear Motor. d) Turbines (High Flow).

Gambar 2.6. Motor Piston Radial dan Motor Axial


Menurut bentuk dan konstruksinya, motor pneumatik dibedakan menjadi :
a) Motor piston, b) Motor baling-baling luncur, c) Motor roda gigi, d) Motor aliran.
Cara kerja motor pneumatik berupa piston translasi kemudian dikonversi menjadi gerakan
rotasi dimana udara bertekanan dialirkan melalui piston yang terdapat pada porosnya.

Gambar 2.7. Jenis dan Simbol Motor Pneumatik/Rotary Actuator


17

Ada beberapa kelebihan penggunaan motor pneumatik, antara lain:


1. Kecepatan putaran dan tenaga dapat diatur secara tak terbatas,
2. Batas kecepatan cukup lebar, Ukuran kecil sehingga ringan,
3. Ada pengaman beban lebih, Arah putaran mudah dibolak-balik.
4. Tidak peka terhadap debu, cairan, panas dan dingin,
5. Tahan terhadap ledakan, Mudah dalam pemeliharaan,

2.9 Simbol Komponen Aktuator


a. Motor Udara
Tabel 2.1 Simbol Komponen Aktuator

b. Silinder Kerja
18

2.10 The Air Muscle (Otot Udara)


Air Muscle adalah perangkat (aktuator) sederhana namun kuat untuk memberikan
kekuatan menarik. dan berperilaku yang sangat mirip dengan otot biologi. Ketika diberi
tekanan udara, akan berkontraksi sampai dengan 40% dari panjang aslinya. Sejak tahun 1982
Shadow telah mengembangkan secara terus-menerus untuk bekerja robotika canggih, dan
sekarang telah tersedia untuk digunakan dalam berbagai aplikasi sebagai aktuator kuat,
ringan. Otot udara biasa dioperasikan menggunakan udara pompa dikisaran (0-5 bar) 0-70psi.

Tabel 2.2 Spesifikasi Air Muscle


19

Konstruksi Air Muscle

Gambar 2.10 Konstruksi Air Muscle


Gambar 2.11 Grafik gaya Vs Panjang Air Muscle

1) Kelebihan Air Muscle


1. Air Muscle adalah aktuator luar biasa kecil, ringan,sederhana dan 'ramah'. Selain itu
juga lembut, mudah terkendali dan sangat kuat.
2. Air Muscle terdiri tabung karet ditutupi jaring plastik yang keras dan ukurannya
panjang pada tekanan rendah, setelah dipompa dengan udara bertekanan menjadi
lebih pendek seperti otot manusia
3. Air Muscle memiliki rasio power dan berat sebesar 400:1, jauh lebih baik dari silinder
pneumatik dan motor DC yang hanya dapat mencapai rasio sekitar 16:1.
4. Air Muscle memiliki kelebihan lain
 Ringan : berat Air muscle 10 gram sangat berguna untuk aplikasi.
 Biaya rendah : Air muscle lebih murah harganya dibandingkan silinder pneumatik.
 Smooth : Air muscle memiliki kepekaan langsung dalam merespon dan
menghasilkan gerakan halus dan alami.
 Fleksibel : Air muscle dapat dioperasikan pada posisi melengkung, bengkok ,
 Kuat : Air muscle menghasilkan kekuatan luar biasa ketika menggeliat.
 Meredam : Air muscle dapat meredam ketika melakukan kontraksi (kecepatan
gerak cenderung nol), dan bahan fleksibel dapat membuat inheren
cushioned saat memperpanjang.
 Compliant : Menjadi aktuator lembut, udara Otot system inheren compliant.
20

2) Aplikasi air muscle pneumatik pada robot

Karakteristik Silinder
Karakteristik penampilan silinder dapat ditentukan secara teori atau dengan data-data dari
pabriknya. Kedua metode ini dapat dilaksanakan, tetapi untuk penggunaan tertentu, data-data
pabrik lebih menyakinkan.

2.11 Gaya Piston


Gaya piston yang dihasilkan oleh silinder bergantung pada tekanan udara, diameter silinder
dan tahanan gesekan dari komponen perapat. Gaya piston secara teoritis dihitung menurut
rumus berikut : F = A.p

Untuk silinder kerja tunggal :

Untuk silinder kerja ganda :

· langkah maju

· langkah mundur

Keterangan :
F = Gaya piston ( N ) f = Gaya pegas ( N )
D = Diameter piston ( m ) d = Diameter batang piston ( m )
A = Luas penampang piston yang dipakai (m2 ) p = Tekanan kerja ( Pa )

Pada silinder kerja tunggal, gaya piston kembali lebih kecil daripada gaya piston maju
karena kembali digerakkan pegas . Sedangkan pada silinder kerja ganda, gaya piston kembali
lebih kecil daripada silinder maju karena adanya diameter batang piston akan mengurangi luas
21

penampang piston. Sekitar 3 - 10 % adalah tahanan gesekan. Berikut ini adalah gaya piston
silinder dari berbagai ukuran pada tekanan 1 – 10 bar.

Silinder pneumatik tahan terhadap beban lebih. Silinder pneumatik dapat dibebani lebih besar
dari kapasitasnya. Beban yang tinggi menyebabkan silinder diam.

Kebutuhan Udara
Untuk menyiapan udara dan untuk mengetahui biaya pengadaan energi, terlebih
dahulu harus diketahui konsumsi udara pada sistem. Pada tekanan kerja, diameter piston dan
langkah tertentu, konsumsi udara dihitung sebagai berikut :
Kebutuhan udara = perbandingan kompresi x luas penampang piston x panjang langkah

Untuk mempermudah dan mempercepat dalam menentukan kebutuhan udara, tabel di


bawah ini menunjukkan kebutuhan udara persentimeter langkah piston untuk berbagai macam
tekanan dan diameter piston silinder.
Kebutuhan udara dihitung dengan satuan liter/menit (l/min) sesuai dengan standar
kapasitas kompresor . Kebutuhan udara silinder sebagai berikut :
Silinder kerja tunggal : Q=s.n.q ( l/min)

Silinder kerja Ganda : Q = 2 ×( s × n × q ) ( l/min)


Keterangan :
Q = kebutuhan udara silinder ( l/min )
q = kebutuhan udara persentimeter langkah piston
s = panjang langkah piston ( cm )
n = jumlah siklus kerja per menit
22

Tabel : Kebutuhan udara silinder pneumatik persentimeter langkah dengan fungsi tekanan
kerja dan diameter piston.

Kecepatan Piston
Kecepatan piston rata-rata silinder standar 0,1-1,5 m/s (6 - 90 m/min). Silinder khusus
dapat mencapai kecepatan 10 m/s. Kecepatan silinder pneumatik tergantung :
a. beban ( gaya yang melawan silinder ),
b. tekanan kerja,
c. diameter dalam dan panjang saluran antara silinder dan katup kontrol arah,
d. ukuran katup kontrol arah yang digunakan.

Kecepatan piston dapat diatur dengan katup pengontrol aliran dan dapat ditingkatkan
dengan katup pembuang cepat yang dipasang pada sistem kontrol tersebut. Kecepatan rata-
rata piston tergantung dari gaya luar yang melawan piston (beban) dan ukuran lubang aliran
dapat dilihat pada tabel

Langkah Piston
Langkah silinder pneumatik tidak boleh lebih dari 2 m, sedangkan untuk silinder rodless
jangan lebih dari 10 m. Akibat langkah panjang, tekanan mekanik batang piston dan bantalan
menjadi terlalu besar. Untuk menghindari bahaya tekanan, diameter batang piston pada
langkah yang panjang harus sedikit lebih besar. Silinder dengan diameter piston 70 mm,
mempunyai lubang masuk 9 mm, beban terpasang 60% beban penuh. Berapa m/det.-kah
kecepatan gerak silinder.
Jawab:
· Baca tabel didapatkan 380 mm/detik ( 380 mm/detik = 0,38 m/detik
23

2.12 Konduktor dan konektor


a. Konduktor
Untuk menginstalasikan rangkaian pneumatik menjadi satu sistem diperlukan konduktor.
Fungsi konduktor adalah untuk menyalurkan udara pompa yang akan mentransfer tenaga ke
aktuator. Macam-macam konduktor :
 Pipa yang terbuat dari tembaga,kuningan,baja galvanis atau stainles steel. Pipa ini juga
disbut konduktor kaku (rigid) dan cocok untuk instalasi yang permanen.
 Tabung yang terbuat dari tembaga, kuningan atau alluminium. termasuk konduktor yang
semi fleksibel dan cocok untuk instalasi yang sesekali dibongkar-pasang.
 Selang fleksibel yang biasa terbuat dari plastik dan biasa digunakan untuk instalasi yang
frekuensi bongkar-pasang lebih tinggi.

b. Konektor
Konektor berfungsi untuk menyambungkan pipa saluran udara (konduktor ) agar
tersambung erat pada bodi komponen pneumatik. Bentuk atau pun macamnya disesuaikan
dengan konduktor yang digunakan. Macam-macam konektor pada gambar berikut.
24

2.13 Types Of Mounting ( Cara Pengikatan )


Metode pengikatan silinder ( actuator ) pada mesin dirancang dengan pengikatan
permanent,tergantung keperluan. Berikut ini gambar cara pengikatan.
25

2.14 Analisis Perhitungan Pneumatik


5.1 Konversi Satuan
Perhitungan pneumatik menggunakan konversi satuan dipakai perhitungan dasar
pneumatik. Adapun konversi satuan tersebut antara lain : a) satuan panjang, b) satuan
volume, c) satuan tekanan, d) satuan massa, e) satuan energi, f) satuan gaya dan g) satuan
temperatur. Selengkapnya dapat dilihat di bawah ini
Satuan panjang - Volume
1 ft = 0.3084 m 1liter = 10 -3 m 3 = 1 dm3
1 inch = 2.540 cm 1 gal = 3.7854 liter
1 mile = 5280 ft 1ft3 = 28.317 liter
= 1.6093 km 1 inch3 = 16.387 cm 3
1 km = 1000 m
1m = 100 cm
1 cm = 0.3937 inch = 7.4805 gal
Massa - Gaya
1 Ib(m) = 0.45359237 kg 1Ibf = 4.4482 N
= 7000 grain 1N = 1 kg-m/s2
1 kg = 1000 g 1 ton = 0.22481 Ibf
1 ton = 1000 kg 1 slug = 32.17 Ibm = 14.59 kg = 444,8
dyne
Tekanan
1 kPa = I000 N/m2 = 20.886 Ibf /ft2 1 atm = 760 torr = 1.01325 x 10 5 N/m 2
1 Pa = 1 N/m2 1 bar = 1.105 Pa
1 bar = 0.9869 atm 1 torr = 1 mm Hg

Temperatur/suhu
C = 5 R = 4 F = 9 oR = 4/5 x oC o
C = 5/4 x oR
o
F = (9/5 x oC) + 32 o
C = 5/9 x (oF-32)
1 °K = 1.8 °R °K = °C + 273.15

Energi
1J = 1 kg-m2 /s 2 = 1.933 × 10 -2 psi 1J = 0.01934 Ibf /in2 = 10 7 erg
1 erg = 1 dyne-cm 1 kalori = 4.186 J
1 Btu = 252.16 kal 1 in. Hg= 0.491 Ibf /in 2 = 1.055 kJ
1 ft-lbf = 1.3558 J 1dyne/cm2 = 10 -1 N/m 2
1 ev = 1.602 x 10 -19 J 1W = 1 J/s
26

5.2 Analisa Aliran Fluida (V)


Bagian ini akan mendeskripsikan tentang perhitungan tekanan udara (P), perhitungan
debit aliran udara (Q), kecepatan piston (V), Gaya Piston (F) dan perhitungan daya motor.
a. Tekanan Udara
A.Pe = A. Patm + W,
Dimana :
W = berat benda = m.g = ρ.V.g = ρ.A.h. g
A = luas penampang
P atm = tekanan atmosfer
Pe = tekanan pengukuran
Gambar 5.1 Tekanan Pengukuran
Udara yang mengalir ke saluran sistem pneumatik akan
mengalami penurunan tekanan (head losses) akibat
adanya gesekan sepanjang saluran dan belokan.
Penurunan tekanan tersebut menurut Majumdar: 2001,

Gambar 5.2. Sistim


Tekanan dalam Pneumatik
Dimana : L = panjang salura (m)
D = Diameter dalam saluran (m)
Q = Debit aliran udara (m3/s)
Pabs = Tekanan absolute dalam Pa (N/m2)
Catatan : 1 bar = 105 (N/m2) = 105 Pa (Pascal)

b. Debit Aliran Udara (Q)


Udara melewati saluran dengan penampang A (m2) dengan kecepatan udara V
(m/dtk), maka akan memiliki debit aliran Q (m3/dtk) sebesar A (m2) x V (m/dtk).
Q=A.V
Bila melewati melalui saluran yang memiliki perbedaan luas penampang A, maka debit
udara akan tetap, namun kecepatannya akan berubah, sebanding dengan perubahan
luas penampangnya Q1 = Q2 , sehingga

Gambar 5.3. Analisa Debit Udara


27

c. Kecepatan Piston (V)


Suatu silinder pneumatik memiliki piston dengan luas dan memiliki luas penampang
stang piston, maka kecepatan piston saat maju akan lebih kecil dibandingkan dengan
saat piston bergerak mundur.
Vmaju = Q/A
Vmundur =Q/An
Dimana :
V = kecepatan piston (m/s)
Q = debit aliran udara (ltr/mnt)
A = luas Penampang Piston (m2)
An = A-Ak (m2)
Gambar 5.4. Analisis Kecepatan Piston

d. Gaya Piston (F)


Fmaju = P .A. (N)
Fmundur = P .An. (N)

Gambar 5.5. Analisis Gaya Piston


Dimana:
F = Gaya piston (N) Pe = Tekanan kerja/effektif (N/m2)
A = Luas Penampang (m2) An = A - Ak (m2)
Ak = Luas batang piston (m2)
e. Udara yang Diperlukan (Q)

Gambar 5.6. Analisis Debit Udara

Q maju = A. S. n .{(Pe + Patm)/ P atm} =.....(ltr/mn)


Q mundur = An. S. n .{(Pe + Patm)/ P atm}=....(lt/mnt)
Dimana:
S = Langkah piston (m) Pe = Tekanan (N/m2)
A = Luas Penampang (m2) An = A-Ak (m2)
Ak = Luas batang piston (m2) n = Banyaknya langkah (kali/menit)
28

Kebutuhan udara bertekanan yang diperlukan (Q) juga dapat dicari melalui rumus:

9.6
f. Perhitungan Daya Kompresor

Gambar 5.7. Analisis Daya Pompa


P2 = Daya output pompa (kW)
P1 = Daya Motor (kW)

g. Pengubahan Tekanan

Gambar 5.8 Tekanan pada


Penampang Berbeda
Dimana :
Pe1 = Tekanan awal (N/m2) Pe2 =
Tekanan akhir (N/m2)
A 1 = Luas Penampang 1 A 2 = Luas Penampang 2

5.3 Penentuan Ukuran Silinder


Faktor yang menentukan besarnya ukuran silinder ditentukan oleh besarnya gaya
yang diterima oleh silinder dan panjang langkah yang harus dilakukan oleh silinder untuk
memindahkan beban.
Grafik tersebut diperoleh dari perhitungan sebagai berikut :
F = p ¼ π.d2 - R
dimana : F = gaya piston efektif (Newton) p = tekanan kerja (bar/Pa/psi)
d = garis tengah piston (cm) R = gesekan (Newton) diambil 3 – 20%
dari gaya terhitung
Gaya gesek ditentukan oleh pelumasan, tekanan balik, bentuk dari seal dan sebagainya. Gaya
piston efektif sangat berarti dalam perencanaan silinder. Dalam perhitungan gaya piston
29

efektif, hambatan gesek harus diperhitungkan. Dalam kondisi operasi normal batas tekanan
400 – 800 kPa atau 4 - 8 bar.
Untuk silinder penggerak tunggal, maka berlaku :
F = A . p – (Rf +Rr)
Untuk silinder penggerak ganda, maka berlaku :
F = A . p – Rr : untuk maju
F = A’ . p – Rr : untuk mundur

Keterangan : Rf = gaya lawan pegas


Rr = gaya gesek
A = luas penampang silinder tanpa batang piston
A‟= luas penampang silinder dengan batang piston Gambar 5.9 Konstruksi Silinder
Contoh :
Jika silinder mempunyai diameter (D) 50 mm dan diameter piston (d) 12 mm, mempunyai gaya
gesek (Rr) rata-rata 10% dan tekanan yang diberikan 600 kPa. Tentukan luas penampang
silinder dengan dan tanpa batang piston (A‟ dan A) dan berapa besarnya gaya F yang dapat
dihasilkan (langkah maju dan langkah mundur).
Penyelesaian :
Luas penampang silinder tanpa batang piston : A = ¼ phi x D = 0,785 x 5 = 19,625 cm
Luas penampang silinder dengan batang piston A‟= (D – d ) x 0,785 =(25 – 1,44) = 18,50 cm
Gaya piston teoritis pada langkah maju : F =A x p= 19,626 x10 m x6 x10 N/m =1177,50 N
Gaya diambil Rr (rata-rata 10 %) = 117,75 N Sehingga gaya piston efektif pada langkah maju :
F = A x p – Rr = 19,625 x 10 m x 6 x 10 N/m – 117,75 N = 1060 N
Gaya piston teoritis pada langkah mundur : F = A‟ x p = 18,50 x 10 m x 6 10 N/m = 1110 N
Gaya gesek diambil Rr (rata-rata 10 %) = 111 N
Gaya piston efektif langkah mundur :F = A‟ x p-Rr = 18,5 x 10 m x 6 x0 N/m-111N = 999 N.

5.4 Beban tekuk


Beban yang diberikan pada batang piston tidak boleh melebihi harga maksimum yang
diijinkan. Hal ini berhubungan dengan panjang langkah dan garis tengah batang piston.
Besarnya gaya tekuk yang diijinkan (Fk) adalah sebagai berikut :
π.E.J
Fk = ---------------
L.S
Keterangan :
Fk = gaya teku yang diijinkan (N) E = modulus elastisitas (N/mm2)
J = momen inersia (cm ) S = angka keamanan (diambil 5)
L = panjang langkah efektif (cm) = 2x panjang langkah
30

a. Panjang langkah
Panjang langkah silinder pneumatik tidak boleh lebih 2000 mm. Dengan diameter silinder
besar dan langkah panjang, pemakaian udara yang besar membuat peralatan pneumatik
menjadi tidak hemat. Langkah besar, tegangan mekanik piston dan bearing pemandu
terlalu besar dan untuk menghindari tekukan, diameter batang piston yang besar dipilih
untuk panjang langkah yang besar. Kemudian apabila panjang diperbesar maka jarak
antara bearing bertambah dan batang piston diperbesar.

b. Kecepatan piston
Kecepatan piston tergantung dari tekanan udara, panjang pipa, luas penampang pada
bagian kontrol akhir dan bagian kerja juga aliran rata-rata yang melalui bagian kontrol
akhir. Juga dipengaruhi oleh posisi akhir bantalan pelindung. Ketika terjadi gerakan dari
posisi akhir bantalan pelindung, aliran melalui katup hambat bantu (thortte relief valve),
sehingga kecepatan piston dapat diturunkan. Kecepatan piston rata-rata silinder standart
sekitar 0,1 – 1,5 m/detik. Dengan silinder khusus (impact silinder), kecepatan dapat
mencapai 10 m/detik. Kecepatan piston dapat diatur dengan menggunakan katup.

c. Pemakaian udara
Untuk mendapatkan informasi volume pemakaian udara dalam ruangan silinder:
Untuk silinder penggerak tunggal : Q = 0,785 x D x h x n
Untuk silinder penggerak ganda : Q = {0,785 x D x h + 0,785 (D - d) x h} n x pk

Keterangan :
Q = volume udara setiap centimeter langkah (liter)
D = garis tengah piston (mm) h = panjang langkah (mm)
n = banyaknya langkah setiap menit pk= perbandingan kompresi (liter/menit)

Untuk tekanan operasi khusus, garis tengah piston tertentu dan suatu langkah tertentu
banyaknya pemakaian tekanan udara dihitung melalui perbandingan kompresi (pk) yaitu :
101,3 + tekanan
pk = ---------------------- (kPa)
101,3

Contoh soal :
Suatu silinder penggerak ganda mampunyai ukuran piston dengan garis tengah (D) 50 mm
dan batang piston dengan garis tengah 12 mm serta panjang langkah 100 mm. Silinder
membuat langkah sebanyak 10 langkah dalam setiap menit. Tekanan operasi yang digunakan
adalah 600 kPa (6 bar/87 psi). Tentukan volume udara yang diperlukan dalam setiap menitnya
. Penyelesaian :
Perbandingan kompresi :
31

101,3 kPa + 600 kPa


pk =-------------------------- = 6,9
101,3 kPa

Volume udara yang diperlukan :


Q = {(h x 0,785 D) + h x 0,785 (D – d )}n x pk
= {(10 cm x 0,785 x 25 cm) = 10 cmx0,785 (25cm–1,44 cm)(10/menit)6,9}
= 26302,524 cm /menit
3
= 26,302 dm /menit
Jawab pertanyaan dibawah ini
1. Jelaskan apa dimaksud dengan pneumatik ?
2. Jelaskan prinsip dasar sistem pneumatik ?
3. Sebutkan penggunaan pneumatik pada proses produksi?
4. Gambar dan jelaskan diagram alir dari mata rantai kontrol
5. Jelaskan Fungsi konduktor dan sebutkan macam-macam konduktor :
6. Apa yang dapat mempengaruhi Kecepatan silinder pneumatik ?
7. Jelaskan Kelebihan dari Air Muscle
8. Jelaskan kelebihan penggunaan motor pneumatik
9. Sebutkan macam-macam aktuator
10. Apa yang perlu diperhatian untuk menjamin keselamatan kerja
11. Tulis rumus besarnya gaya piston untuk silinder penggerak tunggal dan Untuk
silinder penggerak ganda
32

3. Katup Pneumatik

3.1 Katup Pengarah (directional way valve)


Katup pengarah adalah perlengkapan yang menggunakan lubang-lubang saluran kecil
yang akan dilewati oleh aliran udara, terutama untuk mulai (start) dan berhenti (stop) serta
mengarahkan aliran itu. Dalam membuat diagram rangkaian (circuit diagram) pneumatik,
setiap jenis katup yang digunakan harus digambarkan secara simbol-simbol saja. Simbol-
simbol ini hanya untuk menunjukkan fungsi, bukan prinsip kerja dari konstruksi katup. Untuk
memahami dan cara menggambar katup, perhatikan tabel 3.1 .

Tabel 3.1 Cara Menggambar katup

3.2 Penomoran dan Huruf Pada Lubang Katup

Sistem penomoran yang digunakan untuk menandai KKA sesuai dengan DIN ISO 5599
Tabel 3.2 Penomoran dan Huruf Pada Lubang Katup
33

3.3 Terminal dan Posisi Awal

Gambar 3.1 Terminal dan Posisi Awal


34

Tabel 3.3 Jenis-jenis Katup

3.4 Jenis-Jenis Penggerak Katup


Simbol penekan katup sinyal memiliki beberapa jenis, antara lain penekan manual, roll,
tuas, dan lain-lain. Sesuai dengan standar Deutsch Institut fur Normung (DIN) dan ISO 1219,
terdapat beberapa jenis penggerak katup, antara lain:
Tabel 3.4. Jenis-Jenis Penggerak Katup
35

Gambar 3.2 Penggerak Katup Pneumatik

3.5 Contoh penggambaran katup pneumatik secara operasional

Tabel 3.5 Contoh Katup Pneumatik secara Operasional


36

3.6 Unit Pengatur ( Control Element )


Metode pengaturan dan pengendalian di dalam sistem pneumatik , susunan
urutan dapat jelaskan sebagai berikut ;
1. Sinyal masukan atau input element mendapat energi langsung dari sumber tenaga (
udara pompa ) yang kemudian diteruskan ke pemroses sinyal.
2. Sinyal Pemroses atau processing element yang memproses sinyal masukan secara
logic untuk diteruskan ke final control element.
3. Sinyal pengendali akhir (Final control element) yang akan mengarahkan out put yaitu
arah gerakan aktuator (Working element) dan ini merupakan hasil akhir dari sistem
pneumatik.

Komponen-komponen kontrol tersebut disebut katup-katup ( Valves ). Katup


pneumatik mirip dengan katup hidrolik dapat dikategorikan ke dalam tiga kelas

Gambar 3.3 Skematik Katup Sinyal Pneumatik


Katup-katup pneumatik memiliki banyak jenis dan fungsinya. Katup tersebut berperan
sebagai pengatur/pengendali di dalam sistem pneumatik. Komponen-komponen kontrol
tersebut atau biasa disebut katup-katup (Valves) menurut desain kontruksinya dapat
dikelompokan sebagai berikut :
a. Katup Poppet (Poppet Valves)
 Katup Bola (Ball Seat Valves)
 Katup Piringan (Disc Seat Valves)
b. Katup Geser (Slide valves)
 Longitudinal Slide
 Plate Slide
Sedangkan menurut fungsinya katup-katup dikelompokkan sebagai berikut :
a) Katup Pengarah (Directional Control Valves)
b) Katup Satu Arah (Non Return Valves)
37

c) Katup Pengatur Tekanan (Pressure Control Valves)


d) Katup Pengontrol Aliran (Flow Control Valves)
e) Katup buka-tutup (Shut-off valves)
Sedangkan susunan urutannya dalam sistem pneumatik dapat kita jelaskan sebagai
berikut : Sinyal masukan atau input element mendapat energi langsung dari sumber tenaga
(udara pompa) yang kemudian diteruskan ke pemroses sinyal. Katup ini memiliki tiga port dan
dua posisi/ruang, penggerak knop dan pembalik pegas, maka katup tersebut diberi nama :
Sinyal pemroses atau processing element yang memproses sinyal masukan secara logic
untuk diteruskan ke final control element. Sinyal pengendalian akhir (final control element)
yang akan mengarahkan output yaitu arah gerakan aktuator (working element) dan ini
merupakan hasil akhir dari sistem pneumatik.

3.7 Katup Pengarah ( Directional Control Valves )


Katup ini berfungsi untuk mengatur atau mengendalikan arah udara pompa yang akan
bekerja menggerakkan aktuator. Katup ini berfungsi untuk mengendalikan arah gerakan
aktuator Katup pengarah diberi nama berdasarkan :
1. Jumlah lubang / saluran kerja ( port )
2. Jumlah posisi kerja
3. Jenis penggerak katup
4. Nama tambahan lain sesuai dengan karakteristik katup.

a. Katup 3/2 Knop Pembalik Pegas


Katup 3/2 Way valve (WV) penggerak plunyer, pembalik pegas (3/2 DCV plunger
actuated, spring centered), jenis katup piringan (disc valves) normally closed (NC).

Gambar 3.3. Katup 3/2 Knop Pembalik Pegas

Katup 3/2 penggerak plunyer,pembalik pegas ( 3/2 DCV plunger actuated and spring
centered ) , termasuk jenis katup bola ( ball seat valves)
38

Gambar 3.3 Katup 3/2 penggerak plunyer,pembalik pegas

b. Katup 4/2 Plunyer Pembalik Pegas


Katup 4/2 penggerak plunyer, kembali pegas (4/2 DCV plunger actuated, spring
centered), termasuk jenis katup piringan (disc seat valves)

Gambar 3.4. Katup 4/2 Plunyer Pembalik Pegas

c. Katup 4/3 manually jenis plate slide valves.

Gambar 3.5 Katup 4/3 Plunyer Pembalik Pegas

d. Katup 5/2 Penggerak Udara Bertekanan


Katup berfungsi untuk mengatur atau mengendalikan arah udara pompa yang akan
bekerja menggerakan aktuator, dengan kata lain katup ini berfungsi untuk mengendalikan arah
gerakan aktuator. Katup-katup pneumatik diberi nama berdasarkan pada: a) Jumlah
lubang/saluran kerja (port), b) Jumlah posisi kerja, d) Jenis penggerak katup, dan d) Nama
39

tambahan lain sesuai dengan karakteristik katup. Berikut ini contoh-contoh penamaan katup
yang pada umumnya disimbolkan sebagai berikut :

Gambar 3.4 Detail Pembacaan Katup 5/2


Dari simbol katup di atas menunjukkan jumlah lubang/port bawah ada tiga (1,3,5) sedangkan
di bagian output ada 2 port (2,4). Katup tersebut juga memiliki dua posisi/ruang yaitu a dan b.
Penggerak katup berupa udara bertekanan dari sisi 14 dan 12. Sisi 14 artinya bila disisi
tersebut terdapat tekanan udara, maka tekanan udara tersebut akan menggeser katup ke
kanan sehingga udara bertekanan akan mengalir melalui port 1 ke port 4 ditulis 14. Demikian
pula sisi 12 akan mengaktifkan ruang b sehingga port 1 akan terhubung dengan port 2 ditulis
12. Berdasarkan pada data-data di atas, maka katup di atas diberi nama : Katup 5/2
Penggerak Udara Bertekanan

Katup 5/2, DCV-air port jenis longitudinal slide.

Gambar 3.6. Katup 5/2 Plunyer Penggerak Udara Bertekanan

e. Katup Kendali 5/2 penggerak Magnet


Katup kendali 5/2 penggerak udara magnet ini prinsipnya sama dengan katup kendali
sebelumnya. Perbedaannya katup ini dilengkapi kumparan/spull yang dililitkan ke inti besi. Bila
kumparan dilalui arus, maka inti besi akan menjadi magnet. Magnet ini akan mengeser
ruangan katup sesuai dengan gerakan yang diinginkan. Biasanya katup ini digunakan untuk
sistem elektropneumatik atau elektro hydrolik.

Gambar 3.21. Simbol Katup Kendali 5/2 Pengggerak Magnet


40

3.1 Katup Satu Arah (Non Return Valves)


Katup ini berfungsi untuk mengatur arah aliran udara pompa hanya satu arah saja yaitu
bila udara telah melewati katup tersebut maka udara tidak dapat berbalik arah. Sehingga katup
ini juga digolongkan pada katup pengarah khusus. Macam-macam katup searah :

a. Katup Satu Arah Pembalik Pegas


Katup satu arah hanya bisa mengalirkan udara hanya dari satu sisi saja. Udara dari
arah kiri (gambar 3.7) akan menekan pegas sehingga katup terbuka dan udara akan
diteruskan ke kanan. Bila udara mengalir dari arah sebaliknya, maka katup akan menutup
dan udara tidak bisa mengalir kearah kiri. Katup satu arah dalam sistem elektrik identitik
dengan fungsi dioda yang hanya mengalirkan arus listrik dari satu arah saja.

Gambar 3.7. Katup satu arah dan simbolnya

b. Katup OR/ Shuttle Valve (One Pressure Valve)


Katup OR bekerja bila salah satu sisi katup bertekanan, baik dari sisi kiri X atau sisi kanan
Y, atau kedua duanya. Dalam sistim elektrik katup OR Arus listrik dapat mengalir pada
salah satu penghantar. Pada pneumatik, udara bertekanan dapat dialirkan pada salah satu
sisi atau kedua sisinya secara bersamaan.

Gambar 3.8. Shuttle Valve

c. Katup AND (Two Pressure Valve)


Katup bekerja apabila mendapat tekanan dari kedua saluran masuk, yaitu saluran X,
dan saluran Y secara bersama-sama. Bila udara mengalir dari satu sisi saja, maka katup
akan menutup, namun bila udara mengalir secara bersamaan dari kedua sisinya, maka
katup akan membuka, sehingga katup ini juga disebut “AND” (Logic AND function).
41

y = a ^ b ( baca : y = a dan b )
Gambar 3.9. Katup Dua Tekan
Contoh lain dari katup OR dan AND

Gambar 3.10 Katup OR dan Dan

d. Katup NOT (Negations Valve)


Katup ini akan selalu bekerja berlawanan dengan sinyal yang masuk, bila sinyal dalam
kondisi ON maka outputnya (A) akan OFF (mati), sedangkan pada posisi OFF maka
outputnya akan ON. Dalam pneumatik katup NOT dapat diartikan bahwa udara bertekanan
akan mengalir melalui katup NOT bila tidak diberi aksi, namun sebaliknya udara
bertekanan tidak dapat diteruskan bila katup NOT diberi aksi. Katup ini biasanya dipakai
untuk Emergency.

e. Katup NOR (Not OR)


Katup ini akan bekerja selalu berlawanan dengan output katup OR, bila output OR adalah
ON, maka output NOR berupa OFF, demikian pula sebaliknya. Tabel Logika katup NOR
dapat dijelaskan dalam tabel logika berikut
42

f. Katup NAND (Not AND)


Katup ini akan bekerja selalu berlawanan dengan output katup AND, bila output katup
AND adalah ON, maka output NAND berupa OFF, demikian pula sebaliknya.Dalam
pneumatik, udara bertekanan akan diteruskan ke sistim pneumatik bila outputnya tidak
AND, dan akan berhenti bila inputnya AND. Katup NAND dapat digambarkan sebagai
berikut

g. Katup Buang Cepat (Quick Exhoust Valve)

Gambar 3.11 Katup Buang Cepat

3.2 Katup Pengatur Tekanan (Pressure Control Valve)


Katup pengatur tekanan digunakan untuk mengatur tekanan udara yang akan masuk
ke dalam sistim pneumatik. Katup pengatur tekanan udara akan bekerja pada batas-batas
tekanan tertentu. Katup pengatur tekanan udara berfungsi mengatur tekanan agar penggerak
pneumatik dapat bekerja sesuai dengan tekanan yang diharapkan. Bila telah melewati tekanan
yang diperlukan maka katup ini akan membuka secara otomatis, udara akan dikeluarkan,
hingga tekanan yang diperlukan tidak berlebihan. Untuk mendapatkan tekanan yang sesuai
dengan keperluan dapat dilakukan dengan cara mengatur putaran pegas yang ada.
Pressure Regulation Valve, katub ini berfungsi untuk mengatur besar-kecilnya tekanan udara
pompa yang akan keluar dari service unit dan bekerja pada sistim pneumatik (tekanan kerja).
43

Gambar 3.12 Pressure Regulation Valve


Sesuai fungsinya katup pengatur tekanan dapat disimbolkan sebagai berikut

a. Katup Pembatas Tekanan/Pengaman (Pressure Relief Valve)


Katup ini berfungsi untuk membatasi tekanan kerja maksimum pada sistem. Apabila
terjadi tekanan lebih maka katup out-let akan terbuka dan tekanan lebih dibuang, jadi
tekanan udara yang mengalir ke sistem tetap aman.

b. Sequence Valve
Prinsip kerja katup ini hampir sama dengan relief valve, hanya fungsinya berbeda yaitu
untuk membuat urutan kerja dari sistem. Perhatikan gambar berikut :

Gambar 3.13. Squence Valve

3.3 Time Delay Valve (Katup Penunda)


Katup ini berfungsi untuk menunda aliran udara hingga pada waktu yang telah ditentukan.
Udara akan mengalir dahulu ke tabung penyimpan, bila suda penuh baru akan mengalir ke
saluran lainnya. Katup penunda ini juga dikenal pula dengan timer.
44

Gambar 3.14 Time Delay Valve

a. Katup Pengatur Aliran (Flow Control Valve)


Katup ini berfungsi untuk mengontrol/mengendalikan besar-kecilnya aliran udara
pompa atau dikenal pula dengan katup cekik, karena akan mencekik aliran udara hingga
akan menghambat aliran udara. Hal ini diasumsikan bahwa besarnya aliran yaitu jumlah
volume udara yang mengalir akan mempengaruhi besar daya dorong udara tersebut.
Macam-macam flow control: a) Fix flow control yaitu besarnya lubang laluan tetap (tidak
dapat disetel), b) Adjustable flow control yaitu lubang laluan dapat disetel dengan baut
penyetel., c) Adjustable flow control dengan check valve by pass. Adapun penampang dan
simbol flow control valve adalah sebagai berikut:

Gambar 3.15 Katup Pengatur Aliran Udara


b. Shut of Valve
Katup ini berfungsi untuk membuka dan menutup aliran udara. Lihat gambar berikut :

Gambar 3.16 Shut of Valve


45

3.4 Simbol dan Penampang KatupP

Katup Pemroses Sinyal Pneumatik


Output hasil katup sinyal diproses melalui katup pemroses sinyal (prosesor). Sebagai
pengolah input/masukan dari katup sinyal, maka hasil pengolahan sinyal akan dikirim ke katup
kendali yang akan diteruskan ke aktuator agar menghasilkan gerakan yang sesuai dengan
harapan. Katup pemroses sinyal terletak antara katup sinyal dan katup pengendalian.
Beberapa katup pemroses sinyal dapat pula dipasang sebelum aktuator, namun terbatas pada
katup pengatur aliran/cekik yang mengatur kecepatan piston, saat maju atau mundur. Katup
pemroses sinyal terdiri dari beberapa jenis, antara lain katup dua tekan (AND), katup satu
tekan (OR), katup NOT, katup pengatur aliran udara (cekik) satu arah, katup pembatas
tekanan, dll
46

3.5 Garis pemipaan ( Pipe lines )


Untuk penggambaran garis-garis pemipaan digunakan simbol-simbol garis, namun
sering desainer tidak selalu menepati misalnya garis pemandu yang mestinya digambar
dengan garis putus-putus tetapi digambar dengan garis penuh.
47

4. Rangkaian Pneumatik

4.1 Analisis diagram Rangkaian


Untuk menganalisis diagram rangkaian, aliran kontrol dari suplai energi sampai
working element dapat digambarkan seperti skema berikut.

Gambar 4.1 Skema diagram aliran control pneumatik

4.2 Tata Letak Rangkaian


Tata letak rangkaian adalah diagram rangkaian yang harus digambar tanpa
mempertimbangkan lokasi tiap elemen yang diaktifkan secara fisik. Dianjurkan bahwa semua
silinder dan katup kontrol arah digambarkan secara horisontal dengan silinder bergerak dari
kiri ke kanan, sehingga rangkaian lebih mudah dimengerti.
Batang piston silinder kerja ganda bergerak keluar jika tombol tekan atau pedal kaki
ditekan. Batang piston kembali ke posisi awal setelah keluar penuh dan tekanan pada tombol
atau pedal kaki dilepas. Masalah di atas dipecahkan oleh rangkaian kontrol dengan tata letak
gambar diagram berikut ini.
48

Gambar 4.2 Diagram Rangkaian Pneumatik


Gambar diatas menunjukkan perbedaan antara posisi gambar dengan lokasi
benda/elemen sesungguhnya. Pada prakteknya katup V1 terletak pada posisi akhir langkah
keluar silinder. Pada diagram rangkaian elemen V1 digambar pada tingkat sinyal masukan dan
tidak mencerminkan posisi katup. Penandaan V1 pada posisi silinder keluar penuh
menunjukkan posisi sesungguhnya dari katup V1 tersebut.
Diagram rangkaian memperlihatkan aliran sinyal dan hubungan antara komponen dan
lubang saluran udara. Diagram rangkaian tidak menjelaskan tata letak komponen secara
mekanik. Rangkaian digambar dengan aliran energi dari bawah ke atas. Yang terdapat dalam
rangkaian meliputi sumber energi, masukan sinyal, pengolah sinyal, elemen kontrol akhir dan
elemen penggerak (aktuator). Posisi katup pembatas ditandai pada aktuator.
Jika kontrol rumit dan terdiri dari beberapa elemen kerja, rangkaian kontrol harus dibagi ke
dalam rangkaian rantai kontrol yang terpisah. Satu rantai dapat dibentuk untuk setiap fungsi
grup. Kalau mungkin, rantai-rantai ini sebaiknya disusun berdampingan dalam urutan yang
sama dengan gerakan langkah operasinya.

4.3 Penandaan Elemen


Penandaan tiap-tiap elemen kontrol untuk mengetahui dimana lokasi elemen tersebut
berada. Ada dua macam penandaan yang telah dikenal dan sering digunakan yaitu :
1. penandaan dengan angka
2. penandaan dengan huruf

4.3.1 Penandaan Dengan Angka


Disini ada beberapa kemungkinan untuk menandai dengan angka. Dua sistem yang
sering digunakan yaitu :
1. Nomor seri Sistem ini sebaiknya untuk kontrol yang rumit .
2. Penandaan yang disusun dari nomor grup dan nomor seri dengan grup, misalnya 4.12
artinya elemen 12 pada grup 4
49

a. Klasifikasi grup :
Grup 0 : semua elemen sumber energi ditandai dengan angka depan 0
Grup 1, 2, 3, …: penandaan dari satu mata rantai kontrol ( grup ).

b. Sistem untuk nomor seri :


.0 : elemen kerja
.1 ` : elemen kontrol
.2, .4 : semua elemen yang mempunyai pengaruh pada gerakan maju,
ditandai dengan nomor seri genap.
.3 , .5 : semua elemen yang mempunyai pengaruh pada gerakan mundur,
ditandai dengan nomor seri gasal.
.01, .02 : elemen antara elemen kontrol dan elemen kerja yaitu katup kontrol
aliran dan katup buangan-cepat.p
Sistem penandaan berdasarkan pada sistem nomor grup mempunyai keuntungan
bahwa dalam praktiknya seorang perawatan dapat mengenali pengaruh dari sinyal dari nomor
pada masing-masing komponen. Sebagai contoh : jika terjadi kegagalan pada silinder 2.0,
maka dapat diasumsikan bahwa penyebabnya dapat ditemukan pada grup 2, oleh karena itu
komponen komponen yang mempunyai tanda angka pertama 2 harus diperiksa.

Gambar 4.3 menunjukkan penandaan elemen dari sebuah mata rantai kontrol. Karena
rangkaian hanya terdiri dari satu grup, maka semua elemen angka pertama bertanda 1, artinya
lokasinya berada pada grup 1. Silinder ditandai dengan angka 1.0. Katup kontrol akhir ditanda
dengan angka 1.1. Katup-katup yang menyebabkan silinder bergerak maju ditandai dengan
angka : 1.2, 1.4 dan 1.6. Sedangkan katup yang menyebabkan silinder bergerak mundur
ditandai dengan angka 1.3. Sumber energi ditandai 0.1.

Gambar 4.3. Penandaan elemen pada Rangkaian Pneumatik


50

4.3.2 Penandaan Dengan Huruf


Untuk pemakaian yang luas, tipe ini meliputi kalkulasi dan daftar yang dapat dilakukan
lebih mudah dan lebih jelas jika menggunakan huruf. Elemen kerja ditandai dengan huruf
besar, elemen sinyal dan limit switch ditandai dengan huruf kecil. Bertolak belakang dengan
tipe terdahulu, elemen sinyal dan limit switch tidak ditandai ke dalam kelompok grup.

Gambar 4.4 Silinder Kerja Ganda

A, B, C… : tanda dari elemen-elemen kerja


ao, bo, co…. : tanda dari limit switch yang digerakkan pada posisi belakang silinder A, B,C .
a1, b2, c3… : tanda dari limit switch yang digerakkan pada posisi batang piston ke depan dari
silinder A, B,C
Keuntungan dari tipe ini adalah dapat dengan segera diketahui komponen sinyal yang sedang
digerakkan jika silinder bergerak ke posisi yang dituju. Misalnya, gerakan A+ menunjukkan
limit switch a1 yang diperintahkan bekerja, dan gerakan A- menunjukkan limit switch ao yang
diperintahkan bekerja.Dalam praktiknya, penandaan elemen-elemen suatu rangkaian
pneumatik menggunakan kombinasi angka dan huruf.

4.4 Diagram Rangkaian Pneumatik


Memahami fungsi dan karakteristik element-element pneumatik bertujuan untuk
menerapkan dengan tepat sistem kontrol pneumatik. Bermacam-macam bentuk rangkaian
pneumatik dapat ditelaah konstruksi dan dianalisis cara kerja, dalam sistem kontrol untuk
mengoperasikan sistem pneumatik, kita kenal dua macam cara kontrol yaitu :
 Kontrol langsung (direct control) yakni apabila udara bertekanan langsung mengalir ke
final control element yang langsung mengendalikan gerakan actuator. Cara kontrol
semacam ini sangat sederhana dan digunakan untuk rangkaian yang sederhana pula.
 Kontrol tak langsung (indirect control) yakni apabila udara bertekanan melalui
bermacam-macam control elemen yang menggunakan sinyal input, sinyal-sinyal pemroses
dan baru ke sinyal kontrol akhir. Cara ini digunakan untuk kontrol rangkaian pneumatic
yang lebih kompleks

Cara mendesain diagram rangkaian pneumatik dapat dilakukan dengan cara, antara lain;
a. Elemen kontrol harus disusun sesuai dengan diagram alir mata rantai kontrol yaitu
sinyal harus mengalir dari bawah ke atas .
51

b. Jika kontrol rumit dan terdiri dari beberapa elemen kerja, rangkaian kontrol harus dibagi
ke dalam rangkaian rantai kontrol yang terpisah. Satu rantai dapat dibentuk untuk
setiap fungsi grup.

4.5 Kontrol Silinder Kerja


Menggerakkan silinder adalah salah satu pertimbangan yang penting dalam
pengembangan solusi dari sistem kontrol. Energi pneumatik dikirim ke silinder melalui sebuah
katup tombol tekan. Rangkaian untuk keperluan tersebut dapat dikembangkan.

1. Kontrol Langsung Silinder Kerja


Kontrol langsung adalah kontrol yang memberi perintah langsung pada aktuator.
Kontrol langsung hanya dipilih jika :
 volume silinder tidak besar,
 Proses perubahan dikontrol oleh satu elemen sinyal.

a. Kontrol Langsung Silinder Kerja Tunggal


pengendalian langsung ialah udara pompa dari sumber energi langsung dikendalikan oleh
katup pengarah untuk mengoperasikan silinder. Jadi katup pengarah berfungsi sebagai
pelaksana signal input juga sebagai final control element

Gambar 4.5 Prinsip Kerja Kontrol langsung silinder kerja tunggal

Prinsip Kerja Rangkaian


Katup kontrol arah 3/2 mempunyai 3 lubang : lubang masukan, lubang keluaran
dan lubang pembuangan. Hubungan antara lubang ditentukan oleh lintasan dalam katup.
Jumlah variasi aliran ditentukan oleh jumlah posisi katup, dalam hal ini ada 2 posisi.

Posisi Awal : Saat posisi awal semua bagian terhubung dan tombol tidak ditekan oleh
operator. Udara bertekanan dari catu daya ditutup, piston masuk ke dalam oleh dorongan
pegas kembali. Lubang masukan silinder dihubungkan ke lubang pembuangan melalui
katup. Pengiriman bertekanan diputus oleh katup.
52

Tombol ditekan : Menekan tombol tekan berarti memindahkan posisi katup 3/2, melawan
pegas katup, katup teraktifkan pada posisi kerja. Udara bertekanan dari catu daya melalui
katup masuk ke lubang masukan silinder kerja tunggal. Udara bertekanan menyebabkan
batang piston bergerak keluar melawan gaya pegas. Setelah piston sampai posisi akhir
langkah, maka tekanan udara dalam tabung silinder meningkat mencapai maksimum.

Tombol dilepas : tombol dilepas, pegas di katup mengembalikan katup ke posisi awal
dan batang piston silinder kembali masuk. Jika tombol tekan diaktifkan lalu dilepas
sebelum silinder keluar penuh, piston masuk kembali secara langsung, maka ada
hubungan langsung antara pengoperasian tombol tekan dan posisi silinder. Hal ini
memungkinkan silinder bisa keluar tanpa mencapai akhir langkah.

b. Kontrol Langsung Silinder Kerja Ganda


Permasalahan
Batang piston silinder kerja ganda bergerak keluar ketika sebuah tombol ditekan dan
kembali ke posisi semula ketika tombol dilepas. Silinder kerja ganda dapat dimanfaatkan
gaya kerjanya ke dua arah gerakan, karena selama bergerak ke luar dan masuk silinder
dialiri udara bertekanan.
Pemecahan
Sebuah katup diperlukan untuk membangkitkan sebuah sinyal dan membatalkan sinyal
yang lain ketika tombol dilepas. Katup 4/2 digunakan katup pembangkit sinyal dengan 2
lubang sinyal keluaran. Katup ini cocok untuk mengendalikan sebuah silinder kerja ganda.
Komponen yang digunakan berupa :
1. Silinder kerja ganda dengan 2 lubang masukan,
2. Katup kontrol arah 4/2 dan pegas untuk gaya kembali,
3. Catu daya udara bertekanan dihubungkan ke katup 4/2,
4. Dua sambungan udara bertekanan antara katup dan silinder.

Prinsip Kerja Rangkaian Silinder Kerja Ganda

Gambar 4.7 Prinsip kerja kontrol langsung silinder kerja ganda


53

Posisi Awal
Posisi awal semua hubungan dibuat tidak ada tekanan dan tombol tidak ditekan oleh
operator. Pada posisi tidak diaktifkan, udara bertekanan diberikan pada sisi batang piston
silinder, sedangkan udara pada sisi piston silinder dibuang melalui saluran buang katup.

Tombol ditekan
Posisi katup 4/2 menekan gaya pegas pengembali, katup aktif pada posisi kerja. Pada
posisi ini suplai udara bertekanan dialirkan ke sisi piston silinder dan udara pada sisi
batang piston dibuang keluar. Tekanan pada sisi piston mendorong keluar batang piston.
Pada saat langkah keluar penuh dicapai, tekanan pada sisi piston mencapai maksimum.

Tombol dilepas
Tombol tekan dilepas, pegas pengembali menekan katup kembali ke posisi semula.
Suplai udara bertekanan dialirkan ke sisi batang piston dan udara pada sisi piston dibuang
keluar melalui katup, sehingga batang piston silinder kerja ganda masuk kembali.

Kecepatan Silinder Kerja Ganda


Kecepatan silinder keluar dan masuk berbeda karena volume silinder pada sisi batang
piston lebih kecil daripada volume udara pada sisi piston. Volume suplai udara bertekanan
selama arah masuk lebih kecil dari pada arah keluar sehingga gerakan silinder arah
masuk lebih cepat dari pada arah keluar. Jika tombol tekan dilepas sebelum silinder
keluar sampai langkah penuh, maka batang piston segera masuk kembali. Oleh karena itu
ada hubungan langsung antara pengoperasian tombol dan posisi batang piston silinder.

c. Prinsip Kerja kontrol Langsung (Direct Control) Silinder Kerja Ganda


Gambar 4.8.a, silnder kerja ganda (1.0) dikendalikan secara langsung oleh katup 4/2
penggerak tombol, pembalik pegas, gambar 4.8b, silinder kerja ganda dikendalikan oleh katup
5/2 penggerak tombol, pembalik pegas. gambar 4.6c , silinder kerja ganda dikendalikan oleh
katup 5/3 penggerak manual dengan detend.

Gambar 4.8 Rangkaian dengan katup pengendali berbeda


54

2. Kontrol Tidak Langsung Silinder kerja


Silinder yang keluar dan masuk dengan cepat atau silinder dengan diameter piston
besar memerlukan jumlah udara yang banyak. Untuk pengontrolannya harus dipasang sebuah
katup kontrol dengan ukuran yang besar juga. Jika tenaga yang diperlukan untuk
mengaktifkan katup tidak mungkin dilakukan secara manual karena terlalu besar, maka harus
dibuat rangkaian pengontrol tidak langsung. Disini melalui sebuah katup kedua yang lebih
kecil, dihasilkan sinyal untuk mengaktifkan katup kontrol yang besar.

a. Kontrol Tidak Langsung Silinder Kerja Tunggal


Permasalahan
Silinder kerja tunggal dengan diameter piston besar harus bergerak ke luar, pada saat
tombol ditekan dan silinder harus masuk kembali pada saat tombol dilepas.
Katup kontrol arah 3/2 dengan pengaktifan udara dapat dipasang sedekat mungkin
dengan silinder. Ukuran katup harus besar bila silinder yang dikontrolnya dalam ukuran
besar, sedangkan katup tombol bisa berukuran kecil . Katup tombol dapat dipasang agak
jauh dari silinder.

Gambar 4.9 Rangkaian tidak langsung silinder kerja tunggal

Prinsip Kerja Rangkaian

Posisi Awal
Pada posisi awal, batang piston silinder kerja tunggal 1.0 berada dalam keadaan
masuk. Katup kontrol 1.1 tidak aktif karena posisi pegas pengembali dan lubang 2(A)
membuang udara ke atmosfir bebas. Sehingga hanya saluran 1(P) katup 3/2 (katup
kontrol 1.1) yang aktif.

Tombol ditekan
Katup tombol 3/2 (katup 1.2) membuka aliran udara dari 1(P) ke 2(A), dan sinyal yang
dibangkitkannya dialirkan ke lubang kontrol 12 (Z) katup 1.1. Katup 1.1 diaktifkan
melawan pegas pengembali dan mengalir udara dari 1(P) ke 2(A) terus ke silinder kerja
tunggal sehingga menyebabkan silinder kerja tunggal bergerak keluar. Sinyal pengaktifan
55

pada lubang 12(Z) tetap ada selama tombol masih ditekan dan sinyal akan hilang bila
tombol dilepas.

Tombol dilepas
Pegas pengembali katup tombol 1.2 menutup saluran 1(P) ke 2(A), sehingga suplai
udara ke 12(Z) katup 1.1 terputus. Akibatnya sisa udara dari lubang 12(Z) katup 1.1
terbuang keluar lewat lubang 2(A) katup 1.2 . Hal ini membuat katup 1.1 kembali ke posisi
awal karena pegas kembali dan aliran ke silinder kerja tunggal terblokir. Pegas silinder
kerja tunggal mendorong silinder kembali ke posisi awal.

b. Kontrol Tidak Langsung Silinder Kerja Ganda


Permasalahan
Silinder kerja ganda harus keluar pada saat tombol ditekan dan kembali lagi setelah
tombol dilepas. Silinder berdiameter 250 mm, sehingga memerlukan udara banyak.
Pemecahan
Prinsip sama dengan silinder kerja tunggal, hanya berbeda katup kontrol arah yang
menghubungkan ke silinder kerja ganda menggunakan katup 5/2.
Gambar berikut adalah rangkaian tidak langsung silinder kerja ganda.

a b
Gambar 4.10 Rangkaian tidak langsung silinder kerja ganda

Gambar 4.10b menunjukkan kontrol tidak langsung untuk silinder kerja ganda menggunakan
dua buah katup 3/2 sebagai pemasok sinyal input dan katup 4/2 sebagai final control elemen

c. Rangkaian Tidak Langsung Dengan Pengunci


Sebuah silinder kerja ganda yang dikontrol oleh dua buah katup 1.2 dan 1.3, akan
bergerak maju jika tombol katup 1.2 ditekan dan bertahan pada posisi akhir maksimum
walaupun tombol katup 1.2 dilepas. Posisi ini akan bertahan terus sampai ada sinyal yang
mengembalikan yaitu melalui katup 1.3. Katup kontrol akhir 1.1 yang digunakan dikenal
dengan “ katup memori “. Katup ini berada pada posisi dimana perintah sinyal terakhir yang
memberikannya. Gambar berikut menunjukkan cara kerja di atas :
56

Gambar 4.11 Rangkaian tidak langsung Dengan Pengunci

Jika menggunakan katup kontrol akhir dengan pengembalian pegas, sinyal input yang
diberikannya tidak dapat disimpan karena katup kontrol akhir akan kembali keposisi semula
pada saat sinyal input dimatikan. Oleh karena itu, jika diperlukan fungsi memori maka perlu
dibuatkan rangkaian khusus yang dapat memenuhi fungsi tersebut. Rangkaian tersebut
dinamakan rangkaian pengunci, seperti pada gambar berikut :

Gambar 4.12 Rangkaian pengunci dengan dominan OFF

Dengan menekan tombol katup 1.2, sinyal mengalir ke katup 1.3 dan mengaktifkan
katup 1.6. Jika tombol 1.2 dilepas, katup 1.6 mempertahankan posisinya melalui katup fungsi
logika ATAU 1.4 dan katup 1.3 tidak beroperasi. Untuk membatalkan pengunci, tombol katup
1.3 harus dioperasikan. Jika katup 1.2 dan katup 1.3 dioperasikan bersama, aliran yang
mengalir ke katup 1.6 terblokir dan tidak aliran yang keluar dari katup 1.6. Pada kasus ini
rangkaian pada gambar 3.4 disebut “Dominan OFF “. Bila katup 1.3 terletak antara katup 1.6
dan katup 1.4 rangkaian dinamakan “Dominan ON” seperti pada gambar 4.9 berikut ini.

Gambar 4.13 Rangkaian pengunci dengan dominan ON


57

d. Rangkaian Fungsi DAN


Pada sistem rangkaian kontrol jika proses memulai dengan menggunakan dua sinyal
secara bersama-sama, maka dibutuhkan katup dua tekanan (two pressure valve) atau
alternatif lain. Katup dua tekanan disebut gerbang “DAN” karena fungsi logika dasar “DAN”.
Ada 3 kemungkinan untuk mendapatkan rangkaian fungsi DAN di dalam sistem pneumatik
yaitu :
a. Rangkaian seri
Pada rangkaian ini, fungsi DAN didapat dari dua katup atau lebih yang disambung secara
seri seperti pada gambar berikut :

Gambar 4.14 Fungsi DAN melalui rangkaian seri


Keuntungan :
1. tanpa peralatan tambahan, dengan demikian sumber kesalahan kemungkinan lebih
sedikit dan merupakan solusi yang ekonomis.

Kerugian :
1. di dalam praktiknya saluran sinyal antar komponen menjadi sangat panjang.
2. sinyal dari katup 1.4 (gambar 4.1) tidak dapat dipakai bersama dengan sinyal kombinasi
yang lain karena sumbernya berasal dari katup 1.2 yang disambung seri.

e. Fungsi DAN melalui katup 3/2 NO dengan pengaktifan udara


Rangkaian seperti gambar berikut :

Gambar 4.15 Fungsi DAN melalui katup 3/2 NO dengan pengaktifan udara

Keuntungan :
1. sinyal dari katup 1.2 dan katup 1.4 dapat digunakan di dalam kombinasi sinyal lainnya
karena sinyal komponen langsung didapat dari sumbernya.
2. saluran kedua sinyal dapat disambung dengan jarak pendek ke katup dua tekanan 1.6.
58

3. sinyal masukan ke lubang 12(Z) katup 1.6 dapat lebih kecil, sedangkan keluaran
lubang 2(A) katup 1.6 lebih besar ( efek penguat ).

Kerugian :
memerlukan lebih banyak komponen

f. Fungsi DAN melalui katup dua tekanan


Rangkaian seperti pada gambar berikut :

Gambar 4.16 Fungsi DAN melalui katup dua tekanan


Keuntungan :
1. sinyal dari katup 1.2 dan katup 1.4 dapat digunakan di dalam kombinasi sinyal lainnya
karena sinyal komponen langsung didapat dari sumbernya.
2. saluran kedua sinyal dapat disambung dengan jarak pendek ke katup dua tekanan 1.6.

Kerugian :
1. memerlukan peralatan tambahan.
2. keluaran katup dua tekanan selalu memberikan sinyal lebih lambat atau lebih lemah.
Di dalam praktiknya konfigurasi “DAN” dengan lebih dari dua masukan banyak ditemui..
Jumlah katup dua tekanan yang diperlukan dapat ditentukan dengan persamaan berikut :
nv = ne - 1
nv = jumlah katup dua tekanan yang dibutuhkan
ne = jumlah sinyal masukan
Contoh :
Berapa jumlah katup dua tekanan yang dibutuhkan, jika sinyal masukan yang diproses
bersama-sama sebanyak 5? Bagaimana rangkaiannya ?
Penyelesaian :
nv = ne - 1 = 5 - 1 = 4 ,
59

Gambar 4.17 Konfigurasi DAN dengan 5 masukan

g. Rangkaian Fungsi ATAU


Rangkaian pneumatik fungsi ATAU menggunakan katup ganti. Rangkaian kontrol
silinder kerja tunggal yang dijalankan dari dua tempat yang berbeda.

Gambar 4.18 Rangkaian fungsi ATAU


Di dalam praktiknya konfigurasi ATAU dengan lebih dari dua masukan banyak ditemui.Jumlah
katup ganti yang diperlukan dapat ditentukan dengan persamaan berikut :
nv = ne - 1
nv = jumlah katup ganti yang dibutuhkan
ne = jumlah sinyal masukan
Contoh :
Berapa jumlah katup ganti yang dibutuhkan, jika sinyal masukan yang diproses bersama-sama
sebanyak 4 sinyal ? Bagaimana rangkaiannya ?
Penyelesaian :
nv = ne - 1 = 4 - 1 = 3

Gambar 4.19 Konfigurasi ATAU dengan 4 masukan


60

4.2. Pengaturan Kecepatan Gerak Aktuator


Mempertimbangkan akan adanya bermacam-macam keperluan yang berhubungan
dengan kecepatan gerak actuator, maka kecepatan gerak tersebut perlu dikendalikan atau
diatur sesuai dengan tuntutan operasional. Dalam operasionalnya ada yang memerlukan
gerakan yang cepat ada yang lambat, ada yang memerlukan gerakan cepat di satu sisi dan
gerakan lambat di sisi lain atau sebaliknya. Untuk keperluan itu digunakanlah katup pengatur
aliran dan / atau katup pengatur tekanan.
Untuk mendapatkan kecepatan dan kekuatan tinggi diperlukan tekanan udara
bertekanan bertekanan tinggi pula. Hal ini akan diatur oleh katup pengatur tekanan.
Sedangkan untuk mengatur kecepatan yang berbeda antara kecepatan masuk dan keluar
digunakanlah katup pengatur aliran searah ( flow control valve )
Berikut ini beberapa contoh rangkaian pengaturan kecepatan gerak actuator ( torak ) :

a. Pengaturan Kecepatan Silinder Kerja Tunggal


Pada silinder kerja tunggal, pengurangan kecepatan gerakan maju hanya efektif
dilakukan oleh pengaturan udara masuk dan tidak mungkin menambah kecepatan gerakan
maju dengan menggunakan katup buangan cepat. Pengurangan kecepatan silinder dilakukan
dengan menggunakan katup kontrol aliran satu arah seperti pada gambar berikut ini.

Gambar 4.28 Pengaturan Kecepatan Silinder Kerja Tunggal


Pengurangan kecepatan gerakan maju dan mundur pengaturan terpisah dan gabungan.
Menambah kecepatan gerakan mundur dapat dilakukan dengan katup buang cepat.

Gambar 4.20 Penambahan kecepatan gerakan maju dan mundur

b. Pengaturan Kecepatan Silinder Kerja Ganda


Pada silinder kerja ganda memungkinkan melakukan pengaturan aliran udara masuk
dan udara buangan untuk mengurangi kecepatan gerakan maju dan mundur. Katup buangan
cepat dapat digunakan untuk menambah kecepatan maju maupun mundur. Pengurangan
61

kecepatan silinder dengan pengaturan terpisah untuk gerakan maju dan mundur seperti
gambar berikut :

Gambar 4.20b Pengaturan Kecepatan Silinder Kerja Ganda

4.6 Aturan dasar merakit rangkaian pneumatik


62

4.7 Prinsip Kerja Rangkaian Pneumatik


Nama
Rangkaian Diskripsi Soal
Rangkaian

Direct Actuation Apabila katup 3/2 NC dengan pushbutton ditekan,


untuk Single maka single acting cylinder akan maju. Dan apabila

Acting Cylinder pushbutton dilepas, silinder akan mundur

Cara kerjanya sama seperti latihan pertama. Yang

Indirect Actuation membedakan adalah pada latihan 1 pushbutton


langsung digunakan untuk memajukan single
untuk Single
acting cylinder, sedangkan untuk latihan yang
Acting Cylinder kedua, pushbutton hanya memberi sinyal pada
katup 3/2 NC single pilot agar slinder maju

Direct Actuation
Apabila pushbutton 1 ditekan, maka silinder maju
untuk Double
dan apabila pushbutton 2 ditekan silinder mundur
Acting Cylinder

Cara kerja : pushbutton 1 memberi sinyal agar


silinder maju dan pushbutton 2 digunakan untuk

Indirect Actuation memberi sinyal agar silinder mundur. tambahan


katup 5/2 (5/2 way directional control valves) untuk
untuk Double
membuat kontrol secara tidak langsung. Posisi
Acting Cylinder silinder pada saat berhenti, baik didepan maupun
dibelakang kondisinya sangat kuat, berbeda
dengan kontrol secara langsung.

Nama Rangkaian Rangkaian Prinsip Kerja

Aplikasi Shutle Valve Untuk membuat Double Acting Cylinder


dalam rangkaian bisa maju ada dua pilihan pushbutton.
Pneumatik Pushbutton 1 atau 2. Apabila dua-duanya
dilepas, silinder akan mundur.
63

Aplikasi Dual Untuk membuat Double Acting Cylinder


Pressure Valve maju, syaratnya dua buah pushbutton
(AND function) harus ditekan bersama-sama. Salah satu
dalam rangkaian pushbutton dilepas, silinder akan kembali
Pneumatik keposisi semula

. Kombinasi shutle Untuk membuat silinder maju ada dua


valve dan dual pilihan, silinder satu atau silinder dua.
pressure valve Apabila silinder berada diujung penuh dan
pushbutton tiga ditekan silinder mundur.
Kecepatan maju mundur silinder bisa
diatur.
Gerakan Silinder Apabila katup 3/2 dengan selector switch
secara kontinue diaktifkan, maka double acting cylinder
(continue cycle) bergerak maju mundur secara continue.
Dan apabila selector switch di matikan,
silinder akan kembali ke posisi semula

4.8 Rangkaian Semi Otomatis


Apabila tombol 1.2 ditekan udara pemandu (signal) dari 1.2 menuju ke katup 1.1 akan
mengubah posisi katup 1.1 sehingga piston bergerak maju, kemudian secara otomatis kembali
mundur setelah piston menyentuh katup 1.3

Gambar 4.21 Rangkaian semi otomatis


Gambar 4.21b. menunjukkan bahwa piston akan kembali mundur secara otomatis akibat
pengaturan tekanan pada sequence valve (1.3) .Pada waktu piston bergerak maju dan
mencapai titik mati depan maka tekanan udara akan meningkat kemudian mengalir ke katup
1.3. Bila tekanan telah mencukupi maka katup 1.3 akan membuka dan mengalirkan udara
pemandu ke 1.1 untuk mengubah posisi katup. Dengan posisi ini piston akan bergerak
mundur.
64

Gambar 4.22 Rangkaian semi otomatis dengan katup sequence

Gambar 4.22 menggunakan katup sequence untuk mengatur udara pemandu, yaitu apabila
tekanan udara telah mencukupi udara akan membuka katup sequence melalui lubang 12

4.9 Rangkaian Otomatis


Rangkaian otomatis artinya rangkaian akan beroperasi
secara terus - menerus (continue) seketika katup start (1.4)
dihidupkan (switch on) dan akan berhenti bila katup start
diberhentikan (switch off)
Gambar 4.23 Rangkaian Otomatis

Gambar 4.23 rangkaian otomatis silinder 1.0 yang bergerak maju-mundur secara otomatis
sampai katup on/off 1.4 dimatikan. Katup-katup 1.2 dan 1.3 merupakan sensor-sensor
sehingga piston dapat bergerak bolak-balik setiap ujung piston menyentuh katup tersebut

4.10 Rangkaian dengan pengatur waktu dan katup buang cepat


Rangkaian dengan pengatur waktu (timer) digunakan dalam operasi rangkaian
pneumatik memerlukan waktu berhenti sesaat, misalnya untuk welding dua batang kawat.
Sedangkan katup buang cepat digunakan apabila memerlukan gerakan piston berjalan lebih
cepat.
Gambar 4.24 menunjukkan piston bergerak maju diperlambat oleh flow control 1.02.
sampai menyentuh rol katup 1.3 dan langsung mundur. Udara pemandu (signal) ditunda oleh
timer agar berhenti sejenak. Setelah timer mengeluarkan udara pemandu (signal) yang
mengubah posisi katup 1.1 barulah piston bergerak mundur. Karena udara buang keluar
dengan cepat melalui katup buang cepat 1.03 maka gerakan mundur lebih cepat.Rangkaian ini
dapat dioperasikan melalui katup 1.2 atau katup melalui katup 1.4 dan 1.6 secara bersamaan.
65

Gambar 4.24 Rangkaian otomatis dengan time delay

Gambar 4.25 Rangkaian otomatis dengan time delay dan katup sequence
Prinsip kerja :
Posisi awal : posisi tidak diaktifkan,1S3 aktif dan 1S3 mengaktifkan sol 2 sehingga
udara bertekanan masuk mengaktifkan time delay valve NC [OZ3], dan ketika tunda waktu
mencapai batas yang ditentukan maka posisi OZ3 berubah, sehingga udara dari
compressed air supply masuk untuk mengaktifkan two pressure [OV2].
Pada saat 1S1 ditekan, maka udara bertekanan masuk melewati sol 1 dan [OV2] untuk
mengaktifkan sol 4(posisi katup kontrol 5/2 berubah)sehingga udara bertekanan dari
pressure control valve with manometer [OZ4] masuk melewati sol 4 dan one-way flow
66

control valve [1V2]untuk mendorong piston silinder kerja ganda bergerak maju.setelah
batang piston silinder menyentuh 1S4, maka 1S4 mengaktifkan sol 3 (membuka saluran
udara bertekanan dari compressed air supply yang menuju pressure sequence
valve[OZ5]), setelah tekanan udara didalam silinder mencapai 5 bar, maka pressure
sequence valve[OZ5] bekerja dan udara bertekanan mengaktifkan sol 4 (posisi katup
kontrol 5/2 berubah) sehingga udara bertekanan dari pressure control valve with
manometer [OZ4] masuk melewati sol 4 mendorong piston silinder bergerak mundur .

c. Pengontrolan kecepatan gerak torak silinder kerja tunggal


Kecepatan maju ataupun mundur diatur atau dikendalikan dengan menggunakan
adjustable flow control yang di-by pass dengan check valve. Kecepatan dapat diatur sesuai
dengan kehendak operator dengan memutar baut pengatur .

Mesin penempel label


Gerakan torak turun pelan-pelan untuk menempel kan lebel. Pada contoh ini yang diatur
adalah aliran udara masuk sehingga disebut in-line-speed-control atau meter-in-control.
Perhatikan gambar 4.25.

Gambar 4.26 Rangkaian pneumatik Mesin penempel label

4.2.2. Pengontrolan gerak torak silinder kerja ganda

Gambar 4.27 Pengontrolan gerak torak silinder kerja ganda


67

Pada diagram terlihat saat torak didorong maju (out-stroke ) udara di depan torak didorong
keluar. Dengan dipasangnya flow control pada saluran keluar dan dengan posisi seperti
gambar maka udara yang keluar dihambat. Dengan demikian kecepatan torak juga dihambat
yang berarti kecepatan gerak torak dikendalikan menjadi semakin lambat. Posisi pengaturan
seperti ini disebut exhaust-speed-control atau meter out control.

Gambar 4.28 pengaturan exhaust speed control


Gambar 4.28 ini juga menunjukkan pengaturan exhaust speed control tetapi untuk kedua
belah sisi silinder. Kecepatan torak dapat diatur berbeda antara kecepatan maju dan mundur.

Alat Penjepit
Demi keamanan pada alat penjepit dipasang flow control pada lintasan
buang,sehingga pada proses penjepitan rahang bergerak palan-pelan sampai penjepitannya
kuat.Cara pengaturan ini jtermasuk pengaturan aliran keluar atau exhaust speed control.
Perhatikan gambar 4.29.

Kerjakan Soal Dibawah ini


1. Beri tanda pada komponen dan identifikasi komponen sistem pneumatik
2. Jelaskan prinsip dan cara kerja komponen pneumatik.
3. Jelaskan dan interpretasikan diagram rangkaian pneumatik dan mengoperasikannya.
4. Sebutkan macam- macam Katup (valve) dan Sebutkan macam- macam actuator
5. Sebutkan karakteristik dari silinder pneumatik.
6. Apa kegunaan dari silinder dan elemen pneumatik ?
7. Jelaskan Penomoran pada lubang terminal dan posisi awal ?
8. Pada permesinan dapat dipakai sebagai pengoperasian apa saja?
9. Pengembangan produk dalam pneumatik bisa dibagi dalam apa saja ?
10. Apa yang dimaksud dengan air muscle dan apa kelebihan air muscle?
11. Sebutkan jenis penggerak katup ?
12. Apa yang dimaksud dengan tata-letak rangkaian ?
68

13. Gambar rangkaian pneumatik kontrol tidak langsung dan jelaskan prinsip kerja.
14. Berilah tanda pada elemen-elemen kontrol rangkaian pneumatik di bawah ini !
15. Gambar Rangkaian pengunci dominan ON dan OFF dan jelaskan prinsip kerjanya.
16. Bagaimana cara mengatur kecepatan gerak maju-mundur batang silinder ?
17. Beri penandaan nomor pada komponen dalam rangkaian pneumatic gambar 4.1.
18. Apa keuntungan dan kerugian menggunakan fungsi DAN dengan Rangkaian seri
dibandingkan Fungsi DAN melalui katup 3/2 NO dengan pengaktifan udara

Tugas yang harus dikerjakan :


a. Gambarlah rangkaian kontrol pneumatik pada masing-masing alat
b. Berikan penomoran pada tiap elemen dalam rangkaian.
c. Beri nomor dan huruf tiap lubang pada masing-masing komponen dalam rangkaian
d. Tulis prinsip kerja rangkaian pneumatic dan prinsip kerja alat.
e. Masing-masing rangkaian digambar dengan ballpoint.
f. Sebutkan semua nama komponen yang digunakan.

A. Alat Penuang (Kontrol Tidak Langsung)


Dengan menggunakan alat penuang, cairan dituang dari angkuk.
Mangkukakan miring dan cairan dalam mangkuk keluar jika tombol
pneumatik ditekan.Penekanan tombol - tombol dilepas, mangkuk
kembali ke posisi semula.

B. Mesin Perakit (Fungsi Logika DAN)


Dengan menggunakan mesin perakit, komponen ditaruh di dalam
mesin tersebut. Alat perakit akan maju merakit komponen di dalam
mesin tersebut jika dua tombol switch ditekan bersama-sama.
Penekanan tombol dilepas, alat perakit kembali ke posisi semula
dan siap untuk memulai pekerjaan baru.

C. Kontrol Penutup (Fungsi Logika ATAU)


Kontrol penutup digunakan untuk mengosongkan material di dalam
kontainer.Kontrol penutup akan membuka dan mengosongkan isi
kontainer jika salah satu dari dua tombol switch pneumatik ditekan.
Penekanan tombol dilepas, alat pembuka menutup kembali seperti
posisi semula.

D. Alat penekuk
Permukaan lembaran logam dibentuk U menggunakan
silinder pneumatik. Memulai gerakan dilakukan dengan
menekan tombol, jika tombol dilepas batang silinder kembali
ke posisi semula. Silinder(1.0) berdiameter 150 mm dan
panjang 100 mm. Maju silinder dapat diatur secara
perlahan, sedang gerakan kembali dilakukan cepat.

E. Alat Pemindah
Alat pemindah barang, untuk memindahkan dari
satu jalur ke jalur konveyor lain. Dengan menekan
tombol, batang piston pengayun pada silinder
menekan piring putar lewat pawl. Barang dipindah
dan didorong maju pada arah terbalik. Dengan
menekan tombol lain unit pengarah akan mati.
69

5. Rangkaian Pneumatik Multi Aktuator

5.1 Diagram Rangkaian Pneumatik


Permasalahan perlu jelas dalam membuat rangkaian pneumatic multi aktuator. untuk
apa tujuan rangkaian, bagaimana gerakan utama dari setiap actuator, jenis actuator yang
digunakan, jenis pengindera - signal ( sensing device dan signal cut-out )yang digunakan,
kondisi-kondisi tambahan .
Langkah yang sebaiknya ditempuh antara lain sebagai berikut :
1. Buat gambar sket sederhana dari rangkaian komponen sistem pneumatic
2. Buat diagram step pemindahan ( displacement step diagram ) lengkap dengan nomor-
nomor aktuator, nomor katup dan nomor langkah..
3. Gambar komponen rangkaian secara simbolis menurut tata letak.
4. Hubungkan komponen-komponen dengan garis-garis sesuai dengan fungsinya yaitu
garis pemandu untuk fungsi kontrol dan garis kerja untuk fungsi penggerak.
5. Cantumkan nomor komponen sesuai dengan kaidah,
6. Analisis cara kerja rangkaian dengan membaca diagram rangkaian tersebut.
7. Periksa di mana pemutusan signal harus terjadi, dengan menggunakan diagram fungsi.
8. Test rangkaian dengan simulasi fluid sim.

5.2 Rangkaian Pneumatik dengan dua aktuator


Untuk membahas rangkaian pneumatik multi actuator kita mulai dari pembahasan
rangkaian dengan dua actuator. Berikut ini akan dibahas rangkaian dengan satu siklus dan
rangkaian yang bekerja secara otomatis dan kontinyu.
Contoh :
Pemindahan paket secara pneumatis : Paket datang dari
ban berjalan, diangkat oleh silinder A, setelah sampai di atas
kemudian didorong ke ban berjalan lain oleh silinder B. Silinder B
kembali mundur setelah silinder A kembali ke awal.. Signal (
signal ) untuk start menggunakan push button manual dan hanya
untuk satu siklus. Jadi setiap siklus, push button harus ditekan.(
1.d ) Untuk membuat rangkaian sesuai dengan yang diharapkan
oleh contoh di atas maka kita susunlah diagram rangkaian
menganut urutan tersebut di atas.
70

Gerakan torak adalah: A maju disusul B maju kemudian A mundur disusul B mundur, atau
dapat dituliskan sebagai : A+ . B+ , A- , B-

Gambar.1.c

1. Rangkaian yang tertera pada gambar 1.d tadi apabila tombol start terus ditekan maka akan
terjadi blok yaitu over-lapping signal pada katup 1.2 sehingga katup tersebut tidak bekerja
dan rangkaian berhenti pada langkah ke tiga .Supaya rangkaian dapat berjalan, tombol
katup 1.2 harus dilepas. Maka step ke tiga dapat dilanjutkan ke step ke empat dan
rangkaian telah sempurna menempuh satu siklus. Untuk mengoperasikan kembali push
button 1.2 harus ditekan lagi.

2. Agar rangkaian berjalan secara otomatis, maka tambahkan katup 1.4 pada akhir langkah
mundur silinder B kemudian dihubungkan dengan katub 1.2.(lihat gambar 1.f), sehingga
cara kerjanya dapat diuraikan sebagai berikut

3. suplai udara dimasukkan dari service unit 0.1 dan melalui katup 0.2 ke seluruh system
maka udara bertekanan akan bekerja memposisikan torak pada posisi mundur atau posisi
( - ) dan berhenti di katup 1.2, 1.3, 2.2 dan 2.3. Pada waktu katup 1.2 dioperasikan ( di on
kan ) udara akan melalui katup 1.4 yang sudah terbuka ( on ) menuju ke katup 1.1 ( final
71

control element ) dan mengubah posisi katup sehingga udara dari working line disalurkan
ke silinder A dan mendorong torak maju ( posisi + )., torak akan menyentuh sensor katup
2.2. yang akan mengalirkan udara ke katup 2.1 sehingga posisinya berubah dan melalui
katup 2.1 udara dari working line disalurkan ke silinder B untuk mendorong torak maju.
Torak akan menyentuh sensor katup 1.3 yang akan menyalurkan signal udara pemandu ke
katup 1.1 dari sebelah kanan. Posisi katup berubah dan menyalurkan udara bertekanan ke
silinder A untuk mendorong torak mundur. Katup sensor 2.3 tersentuh oleh torak hingga
membuka saluran udara pemandu yang akan memberikan signal ke katup 2.1. Posisi
katup 2.1 berubah, udara bertekanan disalurkan ke silinder B untuk mendorong torak
mundur. Katup sensor 1.4 tersentuh torak hingga membuka saluran udara pemandu yang
akan mengubah posisi katup 1.1 yang akan menyalurkan udara bertekanan untuk
mendorong torak maju yang kedua kalinya.
Demikianlah cara kerja rangkaian ini secara kontinyu dan otomatis. Untuk mematikan atau
menghentikannya cukup dengan meng “ off “ kan katup 1.2.

Cara lain penggambaran diagram rangkaian adalah seperti gambar 2 berikut ini.
72

5.3 Kontrol Penunda Waktu Gerak Berangkai Dua Aktuator


Rangkaian pada sistem kontrol yang menggunakan katup penunda waktu ( time delay
valve atau timer ). Rangkaian gerakan : A+, B+, A- dan B-.

5.4 Rangkaian Pneumatik Dengan Tiga Aktuator


Diagram rangkaian pengontrolan gerak berantai tiga silinder, Gerakan secara otomatis
berkesinambungan yaitu :A+,B+,C+,A-,B-,dan C-..
73

5.5 Sequence solution methods


Solusi utama untuk memecahkan urutan adalah:
1. Cascade (pneumatik)
2. Register geser (pneumatik)
3. Elektro-pneumatik
4. PLC (Programmable logic controller)
Rangkaian Cascade menyediakan metode standar untuk memecahkan urutan apapun.
Menggunakan minimal hardware logika tambahan (satu logika katup per kelompok dari
langkah-langkah berurutan) Pergeseran mendaftar rangkaian mirip dengan kaskade tetapi
menggunakan satu katup logika untuk setiap langkah Elektro-pneumatik rangkaian
menggunakan katup solenoid dan elektro-mekanik relay PLC. Solusi standar untuk menengah
ke sistem sekuensial kompleks (kecuali peralatan listrik tidak dapat digunakan)

a. Cascade two group


1. A + B + B-A-rangkaian diselesaikan dengan metode kaskade dua kelompok
2. Urutan ini dibagi pada titik di mana B segera kembali
3. Dua bagian dialokasikan l kelompok dan II
4. Gp l A + B + / Gp II B-A-
5. Dua pasokan sinyal disediakan dari katup 5/2
satu hanya tersedia dalam kelompok l yang lain
hanya tersedia dalam kelompok II
6. Karena hanya satu output kelompok tersedia
pada suatu waktu tidak mungkin untuk memiliki
sinyal lawan
7. Katup 5/2 standar tekanan katup ganda
dioperasikan adalah katup kaskade

b. Cascade Building Blocks


Dua kelompok blok bangunan terdiri dari katup tuas untuk
menjalankan dan mengakhiri urutan ditambah pilot 5/2 ganda dioperasikan
kaskade katup Untuk sistem dua kelompok terdiri dari berbagai
jumlah silinder blok bangunan dan blok bangunan silinder
adalah semua yang diperlukan untuk memecahkan
urutan
74

Tiga kelompok blok bangunan menetapkan pola interkoneksi yang dapat diperpanjang ke
sejumlah kelompok

 When a sequence has a cylinder operating twice in one overall sequence a dual trip
building block may be required for each of the two feedback valves
 The supply will be from different groups and the output go to different destinations
Example is for feedback valve a1 of cylinder A when A is sent + both in Group x and Group y

c. Dual trip building blocks


Ketika berurutan memiliki operasi silinder dua kali
dalam satu urutan keseluruhan sebuah blok dual trip
gedung mungkin diperlukan untuk masing-masing dua
katup umpan balik. Pasokan akan berasal dari kelompok
yang berbeda dan output pergi ke tujuan yang berbeda
Contoh adalah untuk umpan balik katup silinder a1 A
ketika yang dikirim + kedua di Grup x dan y Grup
Desain Diagram Rangkaian Secara Metodik Dengan Pemotongan Sinyal Melalui Katup
Memori Kotak Hitam Rangkaian Berurutan.

1. e1 sampaie4 menunjukkan sinyal input


2. s1 sampais4 menunjukkan sinyal output

Kondisi Kotak Hitam


1. Jumlah sinyal input sama dengan jumlah sinyal output
2. Satu sinyal output harus ditentukan kemasing-masing sinyal output
3. Sinyal output harus disimpan, artinya sinyal output yang diinginkan harus tetap keluar jika
sinyal input dimatikan
4. Hanya boleh satu sinyal yang keluar pada saat yang sama
5. Sinyalinput hanya boleh efektif pada urutan yang sama, misalnya1 -2-3-4-1
75

Rangkaian Dengan 4 Sinyal Output


1. Hanya satu sinyal output yang aktif
2. Pada kondisi awal sinyal terakhir yang aktif
3. Cara kerja sinyal berurutan.
4. Jumlahsinyalinput sama dengansinyaloutput
5. Jumlah katup pembalik= jumlah sinyal output
dikurangi satu

Rangkaian Dengan 4 Sinyal Output


Katup fungsi “DAN” digunakan agar sinyal input en hanya
dapat lewat jika sinyal output sebelumnya Sn-1 telah
digunakan

Rangkaian Dengan 2 Sinyal Output Rangkaian Dengan 3 Sinyal Output

Prinsip Kerja Stepper Sequencer Dengan 4 SinyalOutput


76

Prinsip Kerja Stepper Sequencer Dengan Katup “DAN”

Katup fungsi“DAN” digunakan agar sinyal input en hanya dapat lewat jika sinyal output
sebelumnya Sn-1 telah digunakan

Stepper Sequencer
PrinsipKerjaStepper Sequencer Dengan Reset

ModulStepper Sequencer TipeTAA

ModulStepper Sequencer TipeTAB Stepper Sequencer 4 Modul


77

Modul tambahan

Metode Cascade Konfigurasi Minimal


1. Bagi gerakan kedalam group
2. Dalam setiap group tidak boleh ada gerakan dari actuator yang sama
3. Buat group dengan mencantumkan gerakan silinder berbeda sebanyak mungkin
4. Jumlah katup pembalik= Jumlah group –1
5. Jalur yang pertama aktif adalah jalur yang tertinggi

5.6 Penyusunan diagram Rangkaian Dengan Sistem Cascade


Sistem cacade digunakan untuk mengatasi signal yang overlap pada satu katup
pengarah ( final control element ). misal dikehendaki Gerakan torak dikehendaki dengan
urutan:
A+ , B+, B-, A- . pada diagram fungsi terlihat
signal katup 1.2 dan 1.3 pada step 1 terjadi
overlap. Demikian juga pada katup 2.2 dan 2.3
step ke 3 . Dengan overlap, pertama rangkaian
tidak dapat di start dan overlap kedua
menyebabkan langkah mundur tidak terjadi.
Pada diagram rangkaian, signal dari katup 1.4
overlap dengan katup 1.3 ,sehingga katup 1.1
tidak berubah posisi. Oleh karena itu signal dari
katup 1.3 ini harus dihentikan (Cut-out ) agar
posisi katup 1.1 dapat berubah sehingga rangkaian dapat bekerja. Demikian juga antara signal
dari katup 2.2 dan 2.3, signal katup 2.3 juga harus dihentikan atau dialihkan
78

Untuk pengalihan atau pemutusan signal ini digunakan tambahan katup lagi yaitu katup
4/2 DCV atau katup 5/2 DCV pemandu pneumatik,kemudian dibuat kelompok-kelompok atau
grup-grup signal dengan menggunakan bus-bar. Kelompok 1 melayani signal untuk gerak
torak maju misalnya dan kelompok 2 untuk melayani gerak torak mundur. Pengelompokan
signal yang menggunakan katup 5/2 DCV pemandu pneumatik.

Diagram rangkaian yang disusun dengan sistem cascade.


79

Rangkaian diagram yang disusun dengan sistem cascade dengan menambahkan


katup AND yang berfungsi untuk mengontrol bahwa signal pada satu katup pemandu benar-
benar selesai bertugas , baru signal yang lain bekerja pada katup pemandu yang lain

5.7 Diagram Rangkaian Pneumatik Dengan Shift Register (pemindah saluran)


Shift register adalah alat pemindah saluran aliran udara bertekanan disalurkan ke
saluran tertentu sesuai dengan keperluan gerak aktuator yang dikehendaki.

Mesin gergaji aluminium otomatis


Benda kerja didorong sampai posisi akhir ke stoper oleh silinder 1.0. Silinder 2.0
menjepit benda tersebut. Setelah pengekleman cukup kuat silinder 3.0 menggerakkan gergaji
maju pelan-pelan dan teratur untuk gerakan pemakanan. Benda kerja terpotong kemudian
pisau gergaji mundur ke posisi semula. Penjepitan dilepas dengan mundurnya silinder 2.0 dan
benda kerja didorong keluar (ejected) oleh silinder kerja tunggal 4.0.

Gambar 10a Gambar 10b


80

Bila rangkaian dikontrol (dikendalikan) dengan menggunakan idle return roller maka urutan
kerjanya seperti grafik berikut :

Bila pengaturan dengan sistem cascade, urutan kerjanya seperti grafik berikut :

Diagram rangkaian dengan pengendali idle return roller


81

Diagram rangkaian yang disusun dengan sistem cascade

Gambar 10d
Grafik urutan kerja dari rangkaian yang dikendalikan dengan sistem shift register, dengan
susunann atau konfiguras minimum.

Grafik urutan kerja dari rangkaian yang dikendalikan dengan sistem shift register, dengan
susunann atau konfiguras maksimum.
82

Diagram rangkaian dengan shift register maksimum konfigurasi


83

5.8 Penerapan pada mesin / peralatan khusus.


Sebetulnya penerapan atau pemakaian system pneumatic di industri sangatlah luas. Disini akan
kita bahas pemakaiannya pada mesin / peralatan khusus dan ini pun hanya kita ambil beberapa
contoh saja.

1) Mesin Penyambung Thermoplastics ( Welding Machine for Thermoplastics )


Pada mesin ini diterapkan sistem pengendalian dua silinder pneumatik yang bergerak
secara paralel atau secara bersama-sama. Perhatikan gambar ( gambar 15.a )

Gambar 15.a Mesin Penyambung Gambar 15.b Diagram Step

Cara kerja mesin ini dapat dijelaskan melalui diagram step dan diagram rangkaian gambar 15.b.
Pada posisi awal, silinder 1A dan 2A berada pada posisi mundur ( - ). Katup sensor 1S1 dan
2S1dalamkeadaan bekerja ( terbuka ). Bila push button OS1 dioperasikan maka isyarat . (udara
pemandu ) akan mengoperasikan katup OV3, 1V1 dan 2V1 sehingga torak dari silinder 1A
dan2A akan maju bersama-sama ( parallel ). Begitu torak menyentuh katup sensor 1S2 dan 2S2
maka katup terbuka dan mengalirkan isyarat, tetapi masuk dulu ke katup penunda waktu atau
timer sehingga baru setelah beberapa detik katup OV3 , 1V1 dan 2V1 bekerja untuk
menggerakkan torak mundur. Pada waktu torak menyentuh katup 1S1 dan 1S2 isyarat akan
mengoperasikan lagi katup OV3, 1V1, 2V1 sehingga torak majulagi.dan seterusnya otomatis.
84

Gambar 15c
2) Alat pemadat sampah
Alat ini menggunakan prisip pengendalian dua silinder yang bergerak masing-masing
sesuai dengan urutan yang didesain . Urutan garak silinder dapat dilihat pada diagram
step.Sedangkan cara kerjanya dapat dilihat pada diagram rangkaian .Perhatikan gambar-
gambar berikut..

Gambar 23.c

Gambar 16a Gambar 16b


85

Gambar 16d

Rangkaian ini akan bekerja satu siklus saja apabila katup on / off 1S1 ditekan kemudian
dilepas. Tetapi bila ingin bekerja secara otomatis dan berkesinambungan maka katup 1S1 harus
ditekan terus. Katup sequen OZ3 berfungsi untuk membuat urutan gerak silinder 2A sedikit
tertunda sehingga diagram step seperti gambar 23.c.

3) Drilling Machine
Drilling machine atau mesin gurdi ( mesin bor ) yang dilayani secara pneumatis ini
menggunakan dua buah silinder kerja ganda dan sebuah silinder kerja tunggal.
Perhatikanlah gambar-gambar berikut.

Drilling machine pneumatis

Gambar 17b
Gambar 17a

Urutan kerjanya adalah : 1A+,2A+,2A-,1A-,3A+,3A.


86

Aktuator(silinder) 2A untuk menggerakkan langkah pemakanan (feeding ) dikendalikan oleh


silinder hidrolik sehingga kecepatan geraknya konstan dan dapat diperlambat melalui flow
control. Cara kerja secara lengkap perhatikanlah gambar 24.c

Gambar 17c

4) Pneumatic Counter
Rangkaian ini merupakan penghitung dengan system Binary.danmenerapkan logic control
system . Silinder 1A ditempatkan pada sebelah kiri sebagai ( 21 ) di dalam system Binary
Sedangkan silinder 2A ditempatkan di sebelah kanan sebagai ( 20 ). Katup 1V mendapat
isyarat dari katup AND ( 3V2 ) untuk menggerakkan torak silinder 1A maju dan mendapat
isyarat dari katup AND ( 3V4) untuk mundur. Katup 2V berubah empat kali yang
digerakkan dengan isyarat dari katup OR (3V5) dan (3V6)
Dapat disimpulkan bahwa :
 Katup AND (3V1) menghitung dari 0 ke 1
 Katup AND (3V2) menghitung dari 1 ke 2
 Katup AND (3V3) menghitung dari 2 ke 3
 Katup AND (3V4) menghitung dari 3 ke 0
Perhatikan gambar 18.a dan 18.b berikut ini.
87

Gambar 18a

Gambar 18b
88

SOAL PNEUMATIK
Tugas :
1. Sebutkan nama-nama komponen yang dibutuhkan dan gambar simbol komponennya.
2. Gambarkan rangkaian kontrolnya.
3. Beri penomoran pada komponen dan rangkaian pneumatik
4. Prinsip kerja rangkaian pneumatik.

1. Mesin Pelipat
Pengoperasian dua buah tombol tekan
menyebabkan elemen pembengkok pada mesin
pelipat mendorong turun ke bawah dan menahan
ujung lembaran plat dengan luas penampang 40 x 5.
Jika kedua atau salah satu tombol tekan dilepas,
silinder kerja ganda (1.0) kembali ke posisi inisial.

2. Pemisah Peti
Peti dipindahkan dari gudang penyimpanan ke tempat perakitan dengan menggunakan silinder
kerja ganda. Operasi kerja dimulai menggunakan sebuah tombol tekan dan sakelar pedal kaki.
Silinder kerja ganda (1.0) akan bergerak keluar jika
salah satu dari tombol atau pedal ditekan. Setelah
silinder mencapai gerakan maksimal kemudian
kembali secara otomatis. Gerakan maju silinder
secara perlahan, sedangkan gerakan mundur
dilakukan secara cepat. Proses berikutnya tidak
dapat dimulai sebelum silinder benar-benar mencapai
posisi minimal.

3. Pemisah Jalur Lintasan


Ban berjalan diubah posisinya ke atas atau ke bawah dengan menggunakan silinder kerja
ganda. Batang piston silinder kerja ganda akan keluar menghubungkan ban berjalan atas, jika
tombol pertama ditekan. Tombol pertama dilepas, batang piston tetap pada posisinya. Jika
tombol kedua ditekan batang piston masuk
menghubungkan ban berjalan bawah. Gerakan
silinder keluar dan masuk secara perlahan. Kondisi lain
yang harus diperhatikan : • Jika kedua tombol ditekan
bersama-sama maka kondisinya adalah batang piston
silinder tetap di dalam ( dominan off) atau batang piston
89

silinder ke luar (dominan on)

4. Penjepit dengan Pengungkit Togel


Penjepit dikontrol oleh salah satu dari dua buah tombol.
Untuk melepas benda tersebut dipergunakan satu tombol
lain. Kondisi lain yang harus dipenuhi :
• Menjepit hanya mungkin apabila benda ada di tempat.
• Benda tak dapat dilepas selama proses kerja (
pengeboran ).
• Kecepatan silinder saat menjepit harus dapat diatur.
• Melepaskan benda dengan cepat.

5. Alat Perekat Pemanas


Menggunakan tekanan panas, bahan pengepakan direkatkan
melalui aplikasi panas dan tekanan. Rel pemanas bergerak
keluar memanasi bahan pengepakan sepanjang bidang bahan
perekat, apabila benda ada di tempat dan sebuah tombol atau
pedal kaki ditekan. Setelah tekanan perekatan yang diinginkan
tercapai maka rel pemanas kembali ke posisi semula dan alat
siap memulai tugas baru.

SOAL LATIHAN
1. Stasiun pengiriman mengangkat benda kerja dari sabuk konveyor. Batang piston silinder
bergerak keluar pada saat katup tuas roll 3/2 tertekan oleh benda kerja dan tombol START
ditekan terus dilepas oleh operator . Silinder kerja keluar sampai mencapai maximum
berhenti dan mengisi botol teh selama 10 detik dan secara otomatis kembali ke posisi
awal.

2. Pada saat botol diletakkan tepat dibawah silinder, silinder akan keluar sampai mencapai
maximum dan berhenti mengisi botol teh selama 10 detik dan secara otomatis kembali ke
posisi awal Stasiun pengiriman mengangkat benda kerja dari sabuk konveyor. Batang
piston silinder bergerak keluar pada saat katup tuas roll 3/2 tertekan oleh benda kerja dan
tombol START ditekan terus dilepas oleh operator .

3. Benda kerja dicetak dengan stempel yang digerakkan oleh silinder kerja ganda. Setelah
tombol ditekan dilepas , stempel harus bergerak keluar dan mencetak benda kerja. Silinder
akan kembali jika stempel telah mencapai posisi pencetakan dan tekanan yang diinginkan
(telah diatur sebelumnya) terpenuhi.

4. Silinder kerja ganda digunakan untuk mengepres dan mengelem komponen. Dengan
menekan tombol, silinder akan keluar dan berhenti. setelah mencapai posisi pengepresan
dan silinder mengepres selama 6 detik dan setelah itu kembali ke posisi awal. Start
berikutnya hanya mungkin dilakukan apabila silinder sudah berada pada posisi awal.
90

SOAL LATIHAN PNEUMATIK

We hope you enjoy designing the circuits and assembling the control Systems
1. Separating parcel post
The parcel separating device feeds parcel post from a sloping
conveyor slide to an X-ray appliance. Operating a push button causes
very rapid retraction of the single-acting cylinder (1A) with the
attached parcel tray. After releasing the valve actuator, the piston rod
advances. Forward motion time t = 0.9 seconds. A pressure gauge is
fitted before and after the one-way flow control valve.

2. Vertical switching point for briquettes


`With the help of the vertical switching point, soft cool
(lignite) briquettes are to be fed to an upper or lower
conveyor, according to selection. The destination of the
swivelling slide (upper or lower) is decided by means of
a valve with selector switch. The upward motion of the
doubleacting cylinder (1A) is to take place in t1 = 3 seconds; the downward motion in t2 = 2.5
seconds. Pressure on both sides of the piston is indicated. In the initial position, the cylinder
assumes the retracted end position.

3. Edge folding device


Operation of two identical valves by push button causes the forming tool
of an edge folding device to thrust downwards and fold over the edge of a
flat sheet of cross sectional area 40 x 5. If both – or even just one – push
button is released, double-acting cylinder (1A) slowly returns to the initial
position. The cylinder pressures are indicated.

4. Marking machine

Surveyor‟s measuring rods in 3 or 5 m length are


marked in red with 200 mm graduations. There is a choice
of two push buttons to start the forward movement
of the measuring rods via cylinder (1A), which has the
exhaust air throttled. The idle stroke, also started by
a push button, can only take place when the double-acting
cylinder (1A) has reached its forward end position.
91

5. Separating out plain pins


A double-acting cylinder (1A) guides cylinder pins towards
a measuring device. The pins are separated by means of
a continuous to and from movement. The oscillating
motion can be started by means of a valve with selector
switch.The duration of the forward stroke of the cylinder is
to be t1 = 0.6 seconds, the return stroke t3 = 0.4 seconds.
The cylinder is to remain in the forward end position for t2 = 1.0 seconds, resulting in a cycle
time of t4 = 2.0 seconds.

6. Foil welding drum


An electrically heated welding rail is pressed onto a rotatable
cold drum by a double-acting cylinder (1A) and welds a
continuous plastic sheet into pieces of tubing. The forward
stroke is triggered by means of a push button. The maximum
cylinder force is set at 4 bar (= 400 kPa) via a pressure
regulator with pressure gauge. (This prevents the welding rail
damaging the metal drum.) The return stroke is not initiated
until the forward end position has been acknowledged and
the pressure in the piston area has reached 3 bar (= 300 kPa). The supply air is restricted for
the movement of the cylinder. The flow control should be adjusted so that the pressure
increase to p = 3 bar (= 300 kPa) only takes place after t1 = 3 seconds, after the cylinder has
reached the forward end position (the foil edges which are overlapped are welded by the
heated welding rail as increased pressure is applied). Restarting is only possible when the
retracted end position has been reached and a time of t2 = 2 seconds has elapsed. Reversing
a 5/2-way valve with selector switch causes the control to be switched to continuous cycle

7. Switching point for workpieces

Heavy die-cast blocks for power valves are to be fed to machine


line 1 or 2. Brief actuation of a push button causes the single-
acting cylinder (1A) to be extended with flow control. After a
second push button has been actuated, the cylinder retracts with
flow control. A single pilot valve with spring return is used as a
final control element. Memorising of the advance signal is
realised via a pneumatic self-latching circuit with “dominant off behaviour”. 1A+ 1A–
92

8. Vibrator for paint buckets

After the liquid paint colours have been poured togetherinto a


bucket, they are mixed in by the vibrating machine. When a
push button has been pressed, the extended cylinder (1A)
retracts completely and executes a to and fro movement in the
rear stroke range. The oscillating is limited to the retracted end
position by a roller lever valve as well as a second roller lever
valve in the central position. The frequency of oscillating is adjustable within limits by setting a
pressure regulator controlling the amount of air supply. Set an operating pressure of p = 4 bar
(= 400 kPa). After a specified interval, the oscillator is switched off. The double-acting cylinder
extends completely and actuates the third roller lever valve. Set a vibration time of t = 5
seconds.

Exercise 11 – 13
In exercises 11, 12, and 13, two or three cylinders are controlled simultaneously. Cylinders
either move in synchronisation or / and in a pushpull motion. As the cylinders extend and
retract, it is necessary to overcome frictional forces. Frictional forces limiting movement occur
both between piston and cylinder wall and between piston rod and bearing bush. As these
forces are generally not the same for tho cylinders, synchronisation of the moving parts is only
possible unter certain conditions. This problem is shown in exercise 11. Exercise 12 and 13
are intended to offer a better insight into the matter.

9. Feed rail separator


Control of two double-acting cylinders in push-pull motion via a final control component.
10. Welding machine for thermoplastics
Control of two double-acting cylinders in synchronisation via two power valves and a final
control element.
11. Quarry stone sorter
Control of two double-acting cylinders and a single-acting cylinder by three final control
components and two roller lever valves.
12. Feed rail separator
Turned parts for spark plugs are fed in pairs on a rail to a multi-spindle machining station.
In order to achieve separation, two double-acting cylinders are triggered by one actuator
in alternating push-pull rhythm. In the initial position, the upper cylinder (1A1) is
retracted, the lower cylinder (1A2) in the forward position. Turned parts are resting
93

against the second cylinder (1A2). A starting signal


causes cylinder (1A1) to advance and cylinder (1A2) to
retract. Two sparking plug blanks roll onto the
machining station. After an adjustable time of t1 = 1
second, cylinder (1A1) returns and cylinder (1A2)
advances at the same time. A further cycle can be
started only when time interval t2 = 2 seconds has
elapsed.

The circuit is switched on by means of a push button valve. A detented valve makes it
possible to change over from signle to continuous cycle. The separating station must not
restart on its own after a power failure. 1A1+ 1A1– 1A2– 1A2+ In this abbreviated form
of notation, movements which occur simultaneously are noted one underneath the other
(1A1+, 1A2– or 1A1–, 1A2+).

13. Welding machine for thermoplastics


Two double-acting cylinders (1A) and (2A) press together two
electrically heated bars and, in doing so, join two thermoplastic
sheets by welding. The thickness of the sheets varies between
1.5 mm and 4 mm. The seams may be of any length. The piston
force of both cylinders is limited via a pressure regulator. Value
set p = 4 bar (=400 kPa). By actuating a push button, two double-
acting cylinders are made to advance in parallel with their
exhaust air restricted. To assist regulation, pressure gauges have been fitted between
the cylinders and the oneway flow control valves. The end positions of the cylinders are
interrogated. After a time of t = 1.5 seconds, the bar moves back to the initial position.
The return stroke may be instantly initiated by means of a second push button. 1A+ 1A–
2A+ 2A–

14. Quarry stone sorter


Quarry stones are fed from a crushing roller to two vibrating sieves by means of an
overhead conveyor belt. The fine upper sieves (1A) oscillates in opposing push-pull
motion to the coarser lower screen (2A). The sieve oscillating frequency of the two
double-acting cylinders is set to f = 1 Hz (Hertz) via the quantity of air supplied in load
dependent relation. Reversal takes place in the retracted end positions via two roller
lever valves. A third single-acting cylinder (3A) unclogs the sieves via two cables. The
stone sorter is switched on and off by a valve with selector switch.
94

Exercise 14 and 15
Exercise 14 is the first exercise in this series with two cylinders extending over more than two
steps. The motion sequence is governed by limit switches (roller lever valves). The main
problem in exercise 15 is the cancelling of pilot signals no longer required at the final control
valve. Locked-on pilot signals in sequential control systems can be influenced pneumatically
by different means. One simple possiblility is the fitting of roller lever valves with idle return.
The use of reversing valves (auxiliary reservoirs) for switching off signals forms a further
possibility (see alternative circuit B). In the course of the follow up to exercise 15, a
displacement time diagram of the assembled system is shown for the first time.

14 Compactor for domestic rubbish


Activating two double-acting cylinders via two final control components. The final control valves
are influenced by signal generators (selector switch, roller lever valve and adjustable pressure
switch).

15 Clamping camera housings


Activating two double-acting cylinders via two final control components. The final control valves
are influenced by signal generators (selector switch, roller lever valve and idle return roller
lever valve). Alternative circuit B: Control by means of a reversing valve.

15. Compactor for domestic rubbish


The prototype of a pneumatic domestic rubbish compactor (under table model) is
operated with a maximum working pressure of p = 3bar = 300 kPa. It is equipped with a
pre-compactor (1A) including glass crusher as well as a main compactor (2A), which
exerts a maximum force of F = 2200 N. When a start button is pressed, first the
precompactor advances, then the main compactor. The subsequent return stroke of both
double-acting cylinders takes place simultaneously. In the event that the main compactor
does not reach the forward end position – rubbish bins full –, the return stroke of both
cylinders is initiated by a pressure sequence valve. It is set to switch at p = 2.8 bar = 280
kPa.
95

16. Clamping camera housings


When a push-button is operated, a pressure die-cast
housing for a surveillance camera is fed from a magazine
to a machining station by a double-acting cylinder (1A)
and clamped.
A second, pressure restricted, double-acting cylinder (2A)
then clamps the thin-walled housing from a direction of
90° to the first cylinder. The pressure regulator is set to p
= 4 bar = 400 kPa. The cylinders move forward in t1 = t2 = 1. The completed clamping action
is signalled by a pneumatically actuated optical indicator. When the machining of the housing
is finished, a second push button is operated. This causes an unthrottled return stroke of both
cylinders in the reverse sequence.
96

6. Elektro Penumatik

1.1 Pendahuluan
Prinsip kerja Elektro pneumatik dengan memilih energi pneumatik sebagai media kerja
sedangkan media kontrol mempergunakan sinyal listrik. Sinyal listrik dialirkan ke kumparan
penggerak katup pneumatik yang akan menghasilkan medan elektromagnit dan mengaktuasi
katup pengatur arah sebagai elemen akhir pada rangkaian kerja pneumatik. Sedangkan media
kerja pneumatik akan menggerakkan elemen kerja pneumatik.

1.2 Aplikasi Elektropneumatik


Aplikasi Elektropneumatik pada penutup bejana logam, Proses penutupan melalui
operasi penekanan tombol. Ketika tombol tekan dilepaskan, maka piston akan mundur ke
posisi awal. Posisi tombol tekan merupakan variabel input, sedang posisi silinder penekan
merupakan variabel output loop terbuka. Variabel output tidak berpengaruh terhadap variabel
input.

Gambar 1.3 Piranti rakitan untuk pemasangan tutup pada tabung.

Kontrol memproses informasi berupa sinyal. Suatu sinyal merupakan suatu variabel fisik,
 Tekanan pada titik khusus dalam suatu sistem pneumatik
 Voltase pada suatu titik khusus pada suatu rangkaian listrik.

Sinyal analog
Suatu sinyal analog merupakan sinyal dimana informasi adalah suatu titik yang ditunjuk
dengan suatu titik sampai kisaran nilai yang berkelajutan dari parameter sinyal (DIN 19226),
masing-masing nilai tekanan (parameter informasi) akan nenunjukkan suatu nilai displai
khusus (informasi). Apabila sinyal meningkat atau menurun, dan informasi akan berubah
secara berkelanjutan
97

.Sinyal digital
Suatu sinyal digital merupakan sinyal dengan suatu nomor kisaran nilai yang finit dari
parameter informasi. Masing-masing kisaran nilai menunjukkan suatu item spesifik dari
informasi (DIN 19226 ).

Contoh aplikasi :
Suatu sistem pengukur tekanan dengan displai digital menunjukkan tekanan dalam
penambahan 1 bar.* Terdapat suatu nilai yang memungkinkan (0 sampai 7 bar) untuk kisaran :
tekanan 7 bar. Yakni, terdapat 8 kisaran nilai yang memungkinkan untuk parameter informasi
tersebut. Apabila sinyal meningkat atau gagal, maka informasi itu berubah menjadi kenaikan.

Sinyal binari
Suatu sinyal binari merupakan sinyal digital dengan hanya dua kisaran nilai untuk parameter
informasi tersebut. Terdapat penunjukan 0 dan 1 yang normal (DIN 19226 ).
Contoh aplikasi :
Lampu kontrol menunjukkan suatu sistem pneumatik telah diberikan secara benar dengan
udara terkompresi. Apabila tekanan suplai (=sinyal) di bawah 5 bar, maka lampu kontrol
adalah mati (status 0). Apabila tekanan di atas 5 bar, maka lampu kontrol menyala (1) .
98

Klasifikasi kontroler menurut jenis representasi informasi

Kontroler dapat dibagi dalam berbagai kategori sesuai dengan tipe representasi informasi,
menjadi kontroler analog, digital dan binari (DIN 19226, Bagian 5).

Kontroler logis
Suatu kontroler logis menghasilkan sinyal output melalui asosiasi logis dari sinyal-sinyal input.
Contoh aplikasi : Alat rakitan pada Gambar 1.3 diperluas sedemikian rupa, sehingga dapat
dioperasikan dari dua posisi. Kedua sinyal output dihubungkan. Batang piston maju apabila
tombol tekan 1 atau 2 ditekan atau keduanya ditekan.

1.3 Elemen utama Elektro-pneumatik


Bila energi listrik tersedia dan akan dipakai maka perlu diproses dan didistribusikan oleh
komponen utama. Untuk mempermudah penunjukkan maka komponen digambarkan dalam
bentuk simbol pada diagram rangkaian.

a. Sinyal Masukan Listrik (Electrical Signal Input)


Sinyal listrik pada teknik kontrol elektro-pneumatik diperlukan dan diproses tergantung
pada gerakan langkah kerja elemen kerja. Sinyal listrik didapatkan dengan cara mengaktifkan
sakelar atau dengan mengaktikan sensor, misalkan sensor mekanik ataupun elektronik. Sinyal
masukan listrik kerjanya tergantung kepada fungsi sinyal itu. Ada yang disebut “Normally
open” (NO), pada kondisi tidak aktif sambungan tidak tersambung, “Normally closed” (NC),.

A. Normally Open Switch


B. Normally Closed Switch
C. Change Over Switch

A B C

Simbol rangkaian elektropneumatic


99

Gambar 6.1 Elemen rantai ontrol

b. Elemen rantai kontrol (Elements of Control Chain)

Elemen rantai kontrol elektropneumatik


100

c. Power Supply unit


Power supply digunakan untuk menurunkan tegangan listrik dari 220 V ke 24 V dan
sekaligus mengkonversi tegangan AC ke tegangan DC secara langsung . rangkaian listrik
dari unit catu daya memiliki tugas berikut
- Tranformator menurunkan tegangan operasi dari 240V ke 24V AC.
- Rectifier mengubah tegangan AC ke tegangan DC.
- Stabilizer tegangan untuk menstabilkan tegangan listrik agar tetap konstan .

d. Switching contacts and type of actuation.


101

Normally-open Push-button with


contacts normally open contacts
manually actuated by
pushing
Normally- Rotary switch with
closed normally open contacts
contacts manually actuated by
turning

Changeover Limit switch with


contacts normally open or
normally closed contacts,
mechanically actuated
Mechanically
connected
switch

e. Switching Symbols for Solenoid Coils and Relay

Simbol Keterangan Simbol Keterangan


Electro- Electro-
magnetically magnetically
actuated on both actuated,
sides Solenoid valve with pilot control

Electro- Contactor or
magnetically relay with 3
actuated on one normally open
side, contacts and 1
with spring return normally closed
contact

Representation in Relay
electrical circuit
diagrams

f. Sakelar tekan, dioperasikan manual


a) Sakelar tekan biasa
Elemen sinyal masukan diperlukan untuk memungkinkan sebuah sistem kontrol
diaktifkan. Umumnya dipakai sakelar tekan (Push-button switch) ,

b) Saklar tukar (Change over Switch)


Kondisi tidak aktif Sambungan tersambung dan kondisi aktif “Change Over”
tersambung bergantian, kombinasi NO dan NC
102

c) Sakelar tekan mengunci (Latching Push-button switches)


Sakelar diaktuasikan dengan tombol pengunci secara kerja mekanik. Untuk
mengembalikan ke posisi semula, sakelar harus ditekan. Penunjukkan sistem
berdasarkan standardisasi Jerman (DIN 43 065). Penunjukkan aktuasi: I tanda aktif, O
tanda posisi sebelum bekerja. Posisi penempatan sakelar: a). Berjajar ke pinggir: pada
posisi ini perlu diperhatikan bahwa tanda untuk mengaktifkan disimpan disebelah kanan.
b). Berjajar ke bawah: pada posisi ini tanda untuk mengkatifkan berada pada posisi atas

d) Model of Switch
Komponen elektropneumatik yang digunakan untuk praktek.

e) Sakelar Pembatas (Limit Switches)


a) Mekanik Tipe Sentuh (Mechanical Limit Switches Contacting Type)
Sakelar pembatas ini dipakai sebagai indikasi dalam kontrol otomasi yang
menyatakan bahwa posisi ini merupakan posisi akhir untuk silinder. Umumnya sistem
kontak yang dipakai adalah sistem tersambung bergantian (Change over). Sakelar
pembatas ini akan bekerja bila tuas sakelar tertekan. Contoh konstruksi dan simbol
sakelar pembatas mekanik:
103

Tipe Tidak Sentuh (Non-Contacting Proximity Limit Switch)


Gambar 6. Sakelar pembatas

b) Sensors for measuring displacement and pressure


Sensor ini terutama digunakan untuk tujuan:
 Untuk mendeteksi posisi maju dan mundur batang piston silinder kerja
 Untuk mendeteksi keberadaan dan posisi benda kerja
 Untuk mengukur dan memonitor tekanan
Sebuah saklar pembatas ditekan ketika silinder/benda kerja berada pada posisi
tertentu.

Mechanical limit switch dengan Kontruksi dan penyambungan

Pressure sensors
Ada berbagai jenis sensor tekanan-sensitif:
 Tekanan switch dengan kontak mekanik (binary output signal)
 Tekanan switch dengan switching elektronik ( binary output signal)
 Sensor tekanan Elektronik dengan sinyal output analog
Dalam saklar tekanan mekanis, tekanan bekerja pada permukaan silinder. Jika
tekanan yang diberikan melebihi gaya pegas dari pegas akan kembali posisi awal,
piston bergerak dan beroperasi menekan kontak.

c) T a n p a k o n t a k (proximity switch)
104

Ada 4 macam saklar pembatas (proximity switch), yaitu ; magnetik, induktif, kapasitif
dan optic dengan simbul berikut ini.

a). Sakelar Pembatas (sensor) Bulu


Untuk keadaan tidak mungkin dipasang sakelar
mekanik, misal karena banyak debu, pasir
ataupun lembab. Sakelar diaktuasikan n magnet
yang terpasang pada silinder. Dengan magnet
buluh kawat akan tersambung atau terputus bila
magnet mendekati atau menjauhi buluh kawat .

b). Sakelar Pembatas Induktif


Sakelar Pembatas Induktif dipakai bila Sakelar
pembatas mekanik tidak dapat digunakan, dan
biasa dipakai untuk sensor penghitung benda
kerja yang terbuat dari logam, pada suatu mesin
atau ban berjalan. Sakelar pembatas ini hanya
akan beraksi atau terpakai untuk logam. Sakelar
pembatas/sensor biasa terdiri oscillator, pemicu
tegangan dan penguat. Biasanya ada dua macam, yaitu yang dialiri arus bolak-balik
dan arus searah, tapi keduanya mempunyai tegangan operasi antara 10–30 volts.

c). Sakelar Pembatas Kapasitif


Sensor kapasitif mempunyai respons
terhadap segala material, metal maupun
non-metal.Tapi sensor berpengaruh
adanya perubahan yang diakibatkan
keadaan sekeliling, misal debu logam.

d). Sakelar Pembatas Optik


Sensor ini memberi respons pada semua benda kerja. Sinyal masukan berupa sinar.
105

Catatan : Pemasangan Proximity Switch dianjurkan memakai komponen

+2 4V

K1 K2

0V

Simbol sensor
106

1.4 Pengolah Sinyal Listrik


a. Relay
Relay adalah komponen untuk penyambung saluran dan
pengontrol sinyal, yang kebutuhan energinya relatif kecil. Relay ini
biasanya difungsikan dengan elektromagnet yang dihasilkan dari
kumparan. Pada awalnya relay ini digunakan pada peralatan
telekomunikasi yang berfungsi sebagai penguat sinyal. Tapi
sekarang sudah u mum didapatkan pada perangkat kontrol, baik
pada permesinan ataupun yang lainnya. Pemilihan relay yang
sesuai kebutuhan harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain:
- Perawatan yang minim
- Kemampuan menyambungkan beberapa saluran secara independent
- Mudah adaptasi dengan tegangan operasi dan tegangan tinggi
- Kecepatan operasi tinggi, waktu yang diperlukan untuk menyambungkan saluran singkat.
Simbol relay

Simbol relay jamak Simbol relay


Relay jamak dan simbol.

Gambar 6. Konstruksi dan Simbol Relay

Tabel kontak saklar


107

b. Prinsip kerja relay:


Apabila pada lilitan dialiri arus listrik maka arus listrik tadi akan mengalir melalui lilitan
kawat dan akan timbul medan magnet yang mengakibatkan pelat yang ada di dekat kumparan
akan tertarik ataupun terdorong sehingga saluran dapat tersambung ataupun terputus. Hal ini
tergantung apakah sambungannya NO atau NC. Bila tidak ada arus listrik maka pelat tadi
akan kembali ke posisi semula karena ditarik dengan pegas.
 Relay Normally Open
 Relay Normally Closed
 Kombinasi NO & NC
Penunjukkan angka pada relay mempunyai arti sebagai berikut: Angka yang pertama
menunjukkan contactor yang keberapa sedangkan angka yang kedua selalu bernomor ¾
untuk relay NO dan ½ untuk relay yang NC.

c. Keuntungan dan kerugian penggunaan Relay:


Keuntungan:
- Mudah mengadaptasi bermacam-macam tegangan operasi
- Tidak mudah terganggu dengan adanya perubahan temperature disekitarnya, karena
relay masih bisa bekerja pada temperature 233 K (-40oC) sampai 353 K (80oC)
- Mempunyai tahanan yang cukup tinggi pada kondisi tidak kontak
- Memungkinkan untuk menyambungkan beberapa saluran secara independent
- Adanya isolasi logam antara rangkaian kontrol dan rangkaian utama

Kerugian:
 Khususnya untuk NO, bila akan diaktifkan timbul percikan api
 Memerlukan tempat yang cukup besar
 Bila diaktifkan, berbunyi
 Kontaktor bisa terpengaruh dengan adanya debu
o Kecepatan menyambung atau memutus saluran terbatas.

Komponen praktek relay


108

d. Relay yang dipolarisasi (Polarized Relay)


Pada prakteknya relay ini digunakan bila energi yang diperbolehkan untuk dipakai sangat
kecil. Adapun energi listrik yang diperlukan yaitu sekitar 0,1 – 0,5 mW. Metoda operasinya
ada beberapa macam, diantaranya:

a) Posisi normal tertentu


Posisi sambungan relay ini akan tetap pada posisi yang sama, baik itu sebelum
ataupun sesudah diaktifkan. Bila energi listrik dialirkan maka medan magnet yang
terjadi diintensifkan oleh medan magnet permanen. Begitu pula bila arus dialirkan
hanya sebentar saja maka posisi kontak akan kembali ke tempat semula begitu arus
diputuskan.

b) Posisi normal pada kedua sisinya


Posisi sambungan yang aktif tidak tetap, tergantung dari posisi terakhir disambungkan.
Relay ini bekerja bila arus listrik disalurkan, maka sambungan kontaknya akan
berpindah ke sambungan yang lainnya. Selanjutnya bila arus listrik diputus maka posisi
sambungan yang
menyambung adalah posisi akhir setelah diaktifkan.

c) Posisi normal ditengah


Apabila relay ini tidak diaktifkan maka tidak ada satu saluran pun yang menyambung
karena posisi lengan kontak ada di tengah-tengah. Apabila arus listrik disalurkan maka
posisi kontak akan ditentukan oleh arah arus yang disambungkan. Dan bila arus diputus,
posisi lengan kembali ke tengah.

e. Relay Mengunci (Latching relays)


Latching relay adalah relay yang dikontrol dengan electromagnetic, dimana relay ini akan
tetap berada pada posisi setelah diaktifkan walaupun sumber energi sudah diputuskan,
109

seolah-olah terkunci pada posisi akhir. Sistem pengunci biasanya dengan mempergunakan
kerja mekanik. Penggunaan relay ini biasanya untuk jaringan listrik di rumah tinggal.
a) Remnant Relay
Relay ini disainnya khusus, maksudnya adalah bila relay ini diaktifkan maka akan
terjadi elektromagnet. Elektromagnet ini akan tinggal dan tetap ada walaupun sumber
energinya telah dihilangkan.Dengan kata lain relay ini dikunci pada posisi akhir.
Untuk menyalakan relay ini maka arus yang dipakai adalah arus positif, sedangkan
untuk mematikannya mempergunakan arus negatif.

b) Relay Tunda Waktu


Berfungsi untuk menyambung kontaktor NO atau
memutus kontaktor NC, di mana hubungan kontaktor
diputuskan atau disambungkan tidak langsung seketika
pada saat relay diaktifkan, melainkan perlu waktu. Waktu yang diperlukan untuk
memutuskan atau menyambungkan bisa diatur. Ada dua jenis relay tunda waktu,
yaitu relay tunda waktu hidup (time delay switch on) dan relay tunda waktu mati (time
delay switch off).

c) Time Delay Switch On Relay

Bila sakelar S diaktifkan maka relay tunda waktu mulai bekerja. Ketika waktu yang
ditentukan tercapai maka terminal 18 akan tersambungkan. Sinyal output (keluaran)
akan ada selama sinyal input ada. Elemen tunda waktu digambarkan pada kotak
yang dibatasi dengan garis strip.
110

Prinsip Kerja tunda waktu:


Bila sakelar S diaktifkan maka arus listrik akan mengalir melalui tahanan R1, yang
besarnya bisa diatur. Arus ini tidak mengalir ke relay K1 melainkan akan mengalir ke
terminal K1 NC, yang selanjutnya arus listrik mengalir ke kapasitor C dan
menampungnya di sana. Bila kapasitor C tidak bisa menampung arus listrik lagi
(tegangan yang diijinkan telah tercapai) maka arus listrik akan mengalir ke relay K1.
Lamanya mengisi kapasitor ini tergantung pada besarnya R1.Selanjutnya bila relay
K1 sudah aktif maka terminal 18 akan tersambung dengan terminal 15. Di sini bisa
kita bandngkan dengan katup tunda waktu hidup pada rangkaian pneumatik.

Simbol Time Delay Switch On Relay


111

d) Time Delay Switch Off Relay

Bila sakelar S diaktifkan maka relay tunda waktu mulai bekerja. Sinyal output akan
ada selama sinyal input ada. Tapi bila sinyal input diputus maka sinyal output tidak
akan langsung hilang, melainkan tetap ada sampai batas waktu yang telah
ditentukan. Elemen tunda waktu digambarkan kotak yang dibatasi garis strip.

Prinsip Kerja tunda waktu:


Bila sakelar S diaktifkan maka arus listrik akan mengalir ke relay K1 dan relay K1
langsung bekerja. Sebelum relay K1 diaktifkan, arus listrik mengalir ke kapasitor C
melalui tahanan R2 dan menampung sampai kapasitor mencapai tegangan yang
diijinkan. Dengan diaktifkannya relay K1 maka switch K1 aktif sehingga arus listrik
yang tertampung di kapasitor C akan mengalir melalui R1 bila sakelar S dinon-
aktifkan. Lamanya mengosongkan kapasitor C tergantung pada besaran R1. Bila
tegangan di C sudah tidak ada maka terminal 16 akan tersambung lagi dengan
terminal 15. Di sini bisa kita bandingkan dengan katup tunda waktu mati pada
rangkaian pneumatik.

Simbol Time Delay Switch Off Relay


112

Simbol relay dan kontaktor


113

f. Solenoid
Solenoid dengan arus searah (DC) sering digunakan pada Electro-pneumatik.
Solenoid DC secara konstruktif selalu mempunyai inti yang pejal dan terbuat dari besi
lunak dengan bentuk yang simple dan kokoh. Selain itu maksudnya agar diperoleh
konduktansi optimum pada medan magnet. Bila ada kelonggaran udara, tidak akan
mengakibatkan kenaikan temperature operasi, karena temperature operasi hanya akan
tergantung pada besarnya tahanan kumparan serta arus listrik yang mengalir. Bila
solenoid DC diaktifkan (switched on) maka arus listrik yang mengalir meningkat secara
perlahan. Ketika arus listrik dialirkan ke dalam kumparan akan terjadi elektromagnet.
Selama terjadinya induksi akan menghasilkan gaya yang berlawanan dengan tegangan
yang digunakan.

Bila solenoid dipasifkan (switched off) maka medan magnet yang pernah terjadi akan
hilang dan dapat mengakibatkan tegangan induksi yang besarnya bisa beberapa kali
lipat oibandingkan dengan tegangan yang ada pada kumparan. Tegangan induksi ini
dapat mengakibatkan rusaknya isolasi pada gulungan koil, selanjutnya bila hal ini
terjadi terus akan terjadi percikan api. Untuk mengatasi hal ini maka harus dibuat
rangkaian yang meredam percikan api, misalnya dengan memasang tahanan yang
dihubungkan secara paralel dengan induktansi. Sehingga bila terjadi pemutusan arus
listrik, energi akan tersimpan dalam bentuk medan magnet dan dapat hilang lewat
tahanan yang dipasang tadi.
Keuntungan Solenoid DC Kerugian Solenoid DC
- Mudah pengoperasiannya - Perlu peredam percikan api
- Usianya lama - Terjadi tegangan tinggi saat pemutusan arus
- Bunyi yang dihasilkan lemah - Waktu sambung lama
- Tenaga untuk mengoperasikan kecil - Perlu adaptor bila dipakai tegangan AC
- Bagian yang kontak cepat aus
114

7. Komponen Elektro Pneumatik

7.1 Katup
Sistem yang memadukan sinyal kontrol listrik dan sinyal kerja terdiri dari katup pneumatik
yang diaktuasikan dengan solenoid. Untuk menyalurkan sinyal kerja mempergunakan katup-
katup pneumatik, sedangkan arus listrik yang dialirkan ke kumparan kawat (solenoid). Katup
2/2 diaktuasikan dengan sinyal listrik, dan kembali dengan pegas
Pada prinsipnya katup ini mempunyai dua posisi dan dua saluran, konfigurasi katup
adalah NC. Bila katup ini akan diaktifkan maka arus listrik harus dialirkan ke solenoid yang
terpasang pada katup tersebut. Dengan diaktifkannya solenoid maka saluran 1(P) bila
dihubungkan dengan sumber energi akan menyalurkan sinyal pneumatik ke saluran 2(A).
Sedangkan kembalinya bila arus listrik ditutup (dimatikan) maka katup akan kembali ke posisi
semula karena katup terdorong pegas yang dipasang berlawanan dengan solenoid. Dan
saluran 1 (P) ataupun saluran 2 (A) keduanya tertutup dan udara yang ada di saluran 2(A)
tidak dapat keluar. Katup 3/2 diaktuasikan dengan sinyal listrik, kembali dengan pegas.

a. Normally Closed 3/2


Katup 3/2 NC bekerja bila arus listrik dialirkan ke solenoid sehingga terbentuk
elektromagnet yang mengakibatkan bergesernya armature dan selanjutnya udara dialirkan
dari saluran masuk 1(P) ke saluran keluar 2(A). Sedangkan sakuran 3(R) tertutup.
Sebaliknya bila arus listrik diputuskan maka elektromagnet yang terbentuk pada solenoid
menghilang dan berakibat saluran 1(P) tertutup sedangkan udara yang berada di saluran
2(A) akan dibuang melalui saluran buang 3(R).

b. Normally Open 3/2


Katup ini kebalikan dari katup 3/2 NC. Jadi bila arus listrik tidak ada maka saluran 1(P)
mengalirkan udara ke saluran 2(A) dan saluran 3(R0) tertutup. Tapi bila solenoid dialiri
arus listrik, saluran 1(P) tertutup dan udara dari 2(A) dialirkan langsung ke 3(R). Katup 3/2
diaktuasikan sinyal listrik dan kontrol Pneumatik, kembali dengan pegas. Katup ini bila
diaktifkan masih mempergunakan sinyal kontrol pneumatik. Sedangkan fungsi kumparan
ini hanya untuk mengaktifkan sumbat yang ada pada katup, dengan demikian gaya
elektromagnet yang diperlukan untuk mengaktifkan sumbat tidak terlalu besar. Dengan
115

kata lain arus listrik yang diperlukan tidak terlalu besar pula. Prinsip kerja saluran yang
terdapat pada katup ini sama dengan prinsip kerja katup 3/2 yang telah dibahas di atas.
Katup 4/2 diaktuasikan sinyal listrik dan kontrol pneumatik, kembali dengan pegas
Katup 4/2 pada prinsipnya terdiri dari 2 buah katup 3/2. Biasanya digunakan untuk
mengaktuasikan silinder kerja ganda. Sinyal listrik digunakan seperti pada katup 3/2,
berfungsi sebagai pembuka sumbat sedangkan yang mengatur katup piston adalah sinyal
kontrol 1(P) pneumatik. Pada posisi diaktuasikan saluran 1(P) dan saluran 4(A)
tersambungkan sedangkan saluran 2(B) dengan saluran 3(R). Apabila sinyal listrik
diputuskan maka katup piston didorong kembali ke posisi semula sehingga saluran 1(P)
tersambungkan dengan 2(B) dan saluran 4(A) dengan 3(R).

c. 5/2-Way Single Solenoid Valve with Pilot Control

d. 5/2-Way Double Solenoid Valve with Pilot Control


116

Data kinerja katup kontrol arah pneumatik yang digerakkan elektrik

Type, simbol dan Aplikasi katup kontrol arah pneumatik yang diaktuasi oleh listrik.
117

Pressure Regulating Valve

One way flow control valve


118

Quick Exhaust Valve

Conversion of Pneumatic Signals into Electrical Signals

Solenoid Valves with Pilot Control


119

7.2 Diagram Rangkaian pada Rangkaian Listrik


Pada diagram rangkaian listrik digambarkan bagaimana ditempatkan perlengkapan
dan juga alat listrik ditempatkan, dengan mempergunakan simbol yang telah ditetapkan/
distandardisasikan. Diagram rangkaian ini merupakan dokumen yang sangat penting, yang
dibutuhkan oleh bagian perawatan, untuk memperbaiki dan merawat sistem kontrol listrik. Ada
beberapa cara untuk menampilkan/menggambarkan fungsi, operasi peralatan serta instalasi
rangkaian.

a. Diagram Rangkaian Dasar


Pada tingkat tertentu, misalnya dalam penggambaran awal, penggambaran rangkaian ini
tidak bisa langsung lengkap/komplit, melainkan dibuat dahulu sketsa fungsinya (pre-desain)
dengan hanya menggambarkan hal yang penting-penting saja. Begitu pula untuk penunjukkan
perlengkapannya hanya cukup dengan menunjukkan simbol huruf. Biasanya dalam
penggambaran rangkaian dasar yang digambarkan hanya rangkaian utamanya saja.
Contoh penggambaran Diagram Rangkaian Dasar:
S1 : Main switch
K1, K2 : Relays
F1, F2 : Fuses
M3 : Motor

b. Electrical Output Devices


120

c. The AND Logic Function

Logic Symbol

Circuit connection
7.3 Latihan Soal
Kita akan membangun suatu sistem pengontrol posisi Double Acting Cylinder, dengan
menggunakan katup 5/2 single solenoid dan katup 5/2 double solenoid yang kendalikan
dengan sistem kontrol elektro pneumatik. “Ketika tombol Start ditekan batang piston akan
bergerak keluar (dari posisi s0 ke posisi s1), ketika piston sudah mencapai posisi
maksimal (posisi s1) secara otomatis piston akan bergerak mundur ke posisi semula
(posisi s1).
Penyelesaian :
1. Tentukan arah gerakan piston : Dengan diagram notasi A+ adalah piston bergerak dari
posisi “0” ke posisi “1” Atau dengan diagram tangga

Gambar 3. 15 Diagram langkah

Garis gradient positif menunjukkan piston bergerak dari posisi “S0” ke posisi “S1”
Garis gradient negative menunjukkan piston bergerak dari posisi “S1” ke posisi “S0”

2. Gambarkan Instalasi Komponen Pneumatik yang terdiri dari :


 Actuator
 Final Control Element
 Energy supply

Gambar. Rangkaian komponen pneumatik


121

Gambarkan Instalasi Komponen Pneumatik

 Energy Supply
 Input Element
 Processing dan Final Control Elemen

Gambar. Instalasi komponen listrik


Prinsip kerja :
Kondisi awal piston pada posisi “s0” sehingga limit switch s1
yang mempunyai kondisi Normally Open dalam keadaan
teraktuasi sehingga berada pada kondisi aktif mengalirkan arus
listrik. Ketika tombol Start ditekan maka arus listrik mengalir
dari polaritas + 24 V ke polaritas 0 V sehingga koil relay Y1
aktif yang akan merubah posisi katup 5/2 ke pada posisi Y1
sehingga udara betekanan akan mengalir melalui katup 5/2 dari
P ke A akibatnya piston akan bergerak dari posisi “s0” ke posisi
“s1”. Ketika piston meninggalkan posisi “s1” limit switch s1 lepas dari aktuasi dan
kondisinya terbuka sehingga aliran arus listrik ke koil relay Y1 terputus.

Gambar 7.

Ketika piston mencapai posisi “s1” maka limit switch s1 aktif sehingga terjadi aliran
arus listrik melalui koil relay Y2 akibatnya solenoid Y2 aktif yang akan merubah posisi
katup 5/2 ke posisi Y2 sehingga terjadi aliran udara bertekanan dari P ke B yang
membuat piston kembali bergerak menuju posisi “s0”.

7.4 Rangkaian Elektro Pneumatik


Buat simulasi rangkaian elektro pneumatik dengan menggunakan aplikasi software
fluidSIM berikut prinsip kerja rangkaian dibawah ini.
122

Silinder Kerja Tunggal

a) Rangkaian pneumatik b) kontrol langsung c) kontrol tidak langsung

Silinder Kerja Ganda

Fungsi Logika
Logika OR
123

Logika AND

Penyimpanan Sinyal
Panduan langkah maju dan mundur batang silinder dengan penyimpanan sinyal pada
katup solenoid ganda

Kontrol langkah batang silinder yang kembali secara otomatis dengan penyimpanan sinyal
pada katup solenoid ganda
124

Gerak maju dan mundur secara otomatis dengan penimpanan sinyal pada katup solenoid
ganda

Rangkaian Pengunci

Panduan gerak batang silinder maju dan mundur melalui kontrol relay dengan
fungsi pengunci
125

Urutan kontrol dengan penyimpanan sinyal oleh katup solenoid ganda


Gambar dan simulasikan rangkaian elektropneumatik dengan menggunakan software fluidSIM
dan jelaskan prinsip kerja rangkaian ?

Mesin Pemindah Benda


Dua buah silinder dipakai untuk mengirim benda dari tempat penyimpanan ke tempat
peluncuran. Ketika sebuah tombol ditekan, silinder 1.0 bergerak keluar mendorong benda dari
tempat penyimpanan hingga posisi benda berada pada tempat persiapan untuk dikirim oleh
silinder 2.0 ke tempat peluncuran. Sekali benda dikirim selanjutnya silinder 1.0 masuk, setelah
itu diikuti oleh silinder 2.0. Kecepatan kedua silinder ini harus dapat diatur untuk
mengkonfirmasikan posisi keluar dan masuk sesuai dengan yang dibutuhkan.

a. Alat pemindah barang b. Diagram Langkah c. Rangkaian Pneumatik

d. Rangkaian Elektro Pneumatik


idem soal diatas.
126

a. Alat pemanas packing material


Using a hot pressing die,
packing material is to be sealed by
application of heat and pressure. By
pressing a pushbutton switch the
heating rail is advanced and the
packaging material is heated along the
adhesive strip. After the adhesion
pressure has been reached, the
heating rail is returned to its start position.

Latihan Soal
Berdasarkan gambar alat dan diagram rangkaian di bawah berikan penjelasan cara kerja ?

b. alat pengosongan material


24 V- 1 2 3 4
5A
+
S1 13 S2 13 13 13
K1 K2
14 14 14 14

A1 A1
K1 K2 1Y1 1Y2
A2 A2
-
127

c. Mendorong Papan
24 V-
1 2
5A
+
S1 13 1

14 2 4

1Y1 1Y2
-

d. Mendorong 4 lapis benda kerja

24 V- 1 2 3 4
5A
+
S1 13 1 13 13
K1 K2
14 2 4 14 14

A1 A1
K1 K2 1Y1 1Y2
A2 A2
-

e. Memutar Roda
f.
24 V-
1 2
5A
+
S1 13 1S2 1
14 2 4
1S1 1
2 4

1Y1 1Y2
g. Membalik Jerigen -

24 V-
1 2 3 4
5A
+
S1 13 1S2 1
13 13
14 2 4 K1 K2
1S1 1 14 14
4
2
K1 K2 1Y1 1Y2
-

Soal Latihan
Gambar dibawah ini rangkaian elektro pneumatik.
a. Sebutkan nama dan fungsi komponen - komponen
b. Simulasikan rangkaian elektropneumatik dengan FluidSim.
c. Beri penjelasan prinsip kerja rangkaia .
d. Gambar aplikasi rangkaian pada mesin industri .
1.
128

2.

3.

4.

5.

6.
129

7. 7

8.

9.
130

10.

11.
131

12.

h. Alat Pemindah Barang


132

Using a transfer station blocks are to be transferred from a magazine to a processing


station. The blocks are pushed out of the magazine by cylinder 1A and transferred to the
processing station by cylinder 2A. The piston rod of cylinder 2A may only return when the
piston rod of cylinder 1A has reached the retracted end position. The magazine is monitored
by means of a limit switch. If there are no more blocks in the magazine, it is not possible to
start the cycle. This is indicated by means of an audible signal. The control is to be operated
in single cycle.

b. Alat pemindah barang b. Diagram Langkah c. Rangkaian Pneumatik

d.

Rangkaian Elektro Pneumatik


Pneumatic circuit diagram and electrical circuit diagram of an electropneumatic control system
133

8. SISTEM HIDROLIK

9.1. Cairan Hidrolik


Cairan pada sistem hidrolik memiliki karakteristik (property) yang dapat melaksanakan
tugas atau fungsi dengan baik. Adapun fungsi/tugas cairan hydolik, antara lain:
1) penerus tekanan atau penerus daya.
2) pelumas untuk bagian-bagian yang bergerak.
3) pendingin komponen yang bergesekan.
4) bantalan dari terjadinya hentakan tekanan pada akhir langkah.
5) Pencegah korosi.
6) Penghanyut bram/chip yaitu partikel-partikel kecil yang mengelupas dari komponen.
7) pengirim isyarat (signal)
9.2. Syarat Cairan Hidrolik
1) Kekentalan (Viskositas).
Cairan hidrolik harus memiliki kekentalan yang cukup agar dapat memenuhi fungsinya
sebagai pelumas. Apabila viskositas terlalu rendah maka film oli yang terbentuk akan
sangat tipis sehingga tidak mampu untuk menahan gesekan. Demikian juga bila
viskositas terlalu kental, tenaga pompa akan semakin berat untuk melawan gaya
viskositas cairan
2) Indeks Viskositas yang baik
Dengan viscosity index yang baik maka kekentalan cairan hidrolik akan stabil
digunakan pada sistem dengan perubahan suhu kerja yang cukup fluktuatif.
3) Tahan api (tidak mudah terbakar)
Sistem hidrolik sering juga beroperasi ditempat-tempat yang cenderung timbul api atau
berdekatan dengan api. Oleh karena itu perlu cairan yang tahan api.
4) Tidak berbusa (Foaming)
Bila cairan hidrolik banyak berbusa akan berakibat banyak gelembung gelembung
udara yang terperangkap dalam cairan hidrolik sehingga akan terjadi compressable
dan akan mengurangi daya transfer. Disamping itu, dengan adanya busa tadi
kemungkinan terjilat api akan lebih besar.
5) Tahan dingin
Tahan dingin adalah bahwa cairan hidrolik tidak mudah membeku bila beroperasi pada
suhu dingin. Titik beku atau titik cair yang dikehendaki oleh cairan hidrolik berkisar
antara 10°-15° C dibawah suhu permulaan mesin dioperasikan (starup). Hal ini untuk
menantisipasi terjadinya block (penyumbatan) oleh cairan hidrolik yang membeku.
134

6) Tahan korosi dan tahan aus


Cairan hidrolik harus mampu mencegah terjadinya korosi karena dengan tidak terjadi
korosi maka kontruksi akan tidak mudah aus dengan kata lain mesin akan awet.
7) Demulsibility (Water separable)
Yang dimaksud dengan de-mulsibility adalah kemampuan cairan hidrolik, karena air
akan mengakibatkan terjadinya korosi bila berhubungan dengan logam.
8) Minimal compressibility
Secara teoritis cairan adalah uncomprtessible (tidak dapat dikempa). Tetapi kenyataan
cairan hidrolik dapat dikempa sampai dengan 0,5 % volume untuk setiap penekanan 80
bar oleh karena itu dipersyaratkan bahwa cairan hidrolik agar seminimal mungkin dapat
dikempa.
9.3. Macam-macam cairan hidrolik
Setiap cairan dapat digunakan media transfer daya.Tetapi sistem hidrolik memerlukan
persyaratan tertentu sehubungan dengan konstruksi dan cara kerja sistem.
1) Oli hidrolik (Hydraulic oils)
Oli hidrolik berbasis pada minyak mineral biasa digunakan secara luas pada mesin
perkakas atau juga mesin industri. Menurut standar DIN 51524 dan 512525 dan sesuai
dengan karakteristik serta komposisinya oli hidrolik dibagi menjadi tiga (3) kelas :
a. Hydraulic oil HL
b. Hydraulic oil HLP
c. Hydraulic oil HV
Pemberian kode dengan huruf , misal oil hidrolik dengan kode : HLP 68 artinya :
H = Oli hidrolik
L = kode bahan tambahan oli (additive) guna pencegahan korsi dan/atau
peningkatan umur oli
P = kode untuk additive yang meningkatkan kemampuan menerima beban.
68 = tingkatan viskositas oli
2) Cairan Hydroik tahan Api (Low flammability)
Cairan hidrolik tahan api tidak mudah atau tidak dapat terbakar.Cairan hidrolik
semacam ini digunakan oleh sistem hidrolik pada tempat mesin yang resiko
kebakarannya cukup tinggi seperti :
a. Die casting machines
b. Forging presses
c. Hard coal mining
d. Control units untuk power station turbines
e. Steel works dan rolling mills
Cairan hidrolik tahan api ini dibuat dari campuran oli dengan air dari oli sintetis.
135

Tabel 8.1. Jenis cairan hidrolik tahan api

Perbandingan antara macam-macam cairan hidrolik dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1.2. Perbandingan macam-macam cairan hidrolik

9.4. Viskositas (Kekentalan)


Viskositas cairan hidrolik menunjukkan berapa besar tahanan dalam cairan untuk
mengalir. Apabila cairan itu mudah mengalir, maka cairan memiliki viskositas rendah atau
kondisi encer. Jadi semakin kental kondisi cairan dikatakan viskositas semakin tinggi.
1) Satuan viskositas
Besar atau kecil viskositas ditentukan satuan pengukuran. Dalam sistem standar
internasional (SI), satuan viskositas ditetapkan sebagai viskositas kinematik (kinematic
viscosity) dengan satuan mm²/s atau cm²/s ;
1 cm²/s = 100 mm²/s. ; 1 cm²/s = 1 Stokes (St),
1mm²/s = 1 centi-Stokes (cSt); 1 St = 100 cSt.
Satuan stokes diambil dari nama penemunya Sir Gabriel Stokes (1819-1903). Selain
itu terdapat satuan viskositas diukur dalam sekon dan digunakan dalam sistem hidrolik yaitu
: Redwood 1 (R1) dan Saybolt Universal (SU), sedang satuan viskositas Engler diukur
dengan derajat engler (E°)
Untuk cairan hidrolik dengan viskositas tinggi dapat digunakan faktor berikut:
136
 R1 = 4,10 VK
 SU = 4,635 VK = Viskositas Kinematik
 E = 0,132 VK 33
Tabel 1.4. Aplikasi penggunaan oli hirolik sesuai dengan gradenya

2) Karakteristik Cairan Hidrolik


Cairan hidrolik harus memiliki kekentalan yang cukup agar dapat memenuhi
persyaratan dalam menjalankan fungsinya. Karakteristik atau sifat-sifat yang diperlukan
antara lain adalah :
Tabel 1.7 Sifat-sifat cairan hidrolik

9.5. Pemeliharaan Cairan Hidrolik


Cairan hidrolik temasuk barang mahal. Perlakuan yang kurang atau bahkan tidak baik
terhadap cairan hidrolik atau semakin menambah mahalnya harga sistem hidrolik sedangkan
apabila kita mentaati aturan-aturan tentang perlakuan/pemeliharaan cairan hidrolik maka
kerusakan cairan maupun kerusakan komponen sistem akan terhindar dan cairan hidrolik
maupun sistem akan lebih awet. Panduan pemeliharaan cairan hidrolik
a. Simpanlah cairan hidrolik pada tempat yang kering, dingin dan terlindungi..
b. Pastikan menggunakan cairan hidrolik yang benar-benar bersih untuk menambah/
mengganti cairan hidrolik kedalam sistem.
137

c. Pompakanlah cairan hidrolik dari drum ke tangki hidrolik melalui saringan (prefilter).
d. Monitor dan periksa secara berkala kondisi cairan hidrolik.
e. Atur sedemikian rupa bahwa hanya titik pengisi tangki yang rapat-sambung sendiri yang
ada pada saluran balik.
f. Buatlah interval penggantian cairan hidrolik sedemikian rupa sehingga oksidasi dan
kerusakan cairan dapat terhindar.
g. Cegah jangan sampai terjadi kontamisnasi gunakan filter udara dan filter oli yang baik.
h. Cegah terjadinya panas/pemanasan yang berlebihan, bila perlu pasang pendingin
(cooling) atau bila terjadi periksalah penyebab terjadinya gangguan, atau pasang
unloading pump atau excessive resistence.
i. Perbaikilah segera bila terjadi kebocoran dan tugaskan seorang maitenanceman..
j. Bila akan mengganti cairan hidrolik, pastikan bahwa komponen dan seal-sealnya cocok
dengan cairan yang baru, demikian pula seluruh sistem harus dibilas (flushed) secara
baik dan benar-benar bersih.
Jadi pemantauan atau monitoring cairan hidrolik perlu memperhatikan panduan tersebut di
atas disamping harus memperhatikan lingkungan kerja maupun lingkungan penyimpanan
cairan hidrolik.

9.6. Soal Latihan


1. Sebutkan fungsi/tugas cairan hydolik.
2. Sebutkan Syarat Cairan Hidrolik
3. Sebutkan Macam-macam cairan hidrolik
4. Apa yang dimaksud Viskositas (Kekentalan)
5. Jelaskan Karakteristik Cairan Hidrolik
6. Jelaskan Pemeliharaan Cairan Hidrolik
7. Sebutkan Bagian Reservoir Fluida Hidrolik.
8. Sebutkan macam-macam filter
9. Sebutkan Fungsi tangki hidrolik
138

9. KOMPONEN HIDROLIK.

Komponen Hidrolik memiliki symbol dan komponen yang tidak jauh berbeda dengan
Pneumatik. Adapun komponen utama sistim hidrolik, antara lain:

9.1. Komponen Sistem Hidrolik


Banyaknya komponen yang digunakan pada sistem hidrolik tergantung pada aplikasi
dan fungsi sistem tersebut. Bagian ini akan mengidentifikasi komponen utama yang digunakan
pada sistem hidrolik. Komponen sistem hidrolik meliputi ;
a. Reservoir
b. Air breather dan filler cap.
c. Filter/strainer.
d. Pompa (Gear, Vane dan Piston)
e. Valve (Valve pengontrol arah, tekanan dan aliran)
f. Aktuator. Linear (kerja-tunggal/kerja ganda dan Rotari (motor)).

Gambar 2.2 Reservoir hidrolik Gambar 2.10 Tangki Hidrolik

9.2. Tangki hidrolik (Reservoir )


Reservoir (tangki) adalah wadah yang dapat diletakkan di atas atau di bawah pompa
dan merupakan bagian dari instalasi unit tenaga yang konstruksinya ada bermacam-macam,
ada yang berbentuk silindris dan ada pula yang berbentuk kotak. Reservoir hidrolik terbuat dari
pelat baja yang dilas dan dilengkapi dengan kaki-kaki., agar memungkinkan pendinginan
dengan sirkulasi udara sekeliling dinding dan dasar tangki dapat dilakukan optimal.

1) Fungsi tangki hidrolik


a Sebagai tempat atau tandon cairan hidrolik.
139

b Tempat pemisahan air, udara dan pertikel-partikel padat yang hanyut dalam cairan
hidrolik.
c Menghilangkan panas dengan menyebarkan panas ke seluruh badan tangki.
d Tempat memasang komponen unit tenaga seperti pompa, penggerak mula,
e katup-katup akumulator dan lain-lain.
Ukuran tangki hidrolik berkisar antara 3 s/d 5 kali penghasilan pompa dalam liter/menit dan
ruang udara di atas permukaan cairan maksimum berkisar antara 10 s/d 15 %.

2) Bagian Reservoir Fluida Hidrolik.


Gambar 1.8 mengidentifikasi bagian-bagian reservoir fluida hidrolik.
1 Saluran balik.
2 Drain return.
3 Saluran inlet pompa.
4 Air breather dan filler.
5 Pelat baffle.
6 Sumbat penguras (drain plug).
7 Strainer.
8 Termometer dan gelas duga/sight glass.
9 Pelat pembersih pada ke dua ujung.
10 Gelas duga.
Gambar 2.3 Bagian Reservoir Fluida Hidrolik.
3) Fitur reservoir fluida hidrolik
a. Kapasitas reservoir setidaknya harus 3 sampai 6 kali kapasitas pengiriman pompa.
b. Tempatkan reservoir sedemikian rupa sehingga udara dapat bersirkulasi pada seluruh
permukaan eksternal
c. Pelat baffle harus selalu ditempatkan di antara intake pompa ( bagian 3 ) dan saluran
balik pada sistem. (bagian 1). Ini akan menghentikan fluida panas pada saluran balik
masuk ke saluran intake pompa.
d. Reservoir sebaiknya dirancang agar mempunyai lantai yang berlereng dengan sumbat
penguras magnetik pada titik terendahnya.
e. Penutup ujung/end cover harus dipasang agar reservoir dapat
dibersihkan.
f. Air breather dipasang pada bagian permukaan atas reservoir
dan harus ditutup untuk mencegah masuknya kotoran ke dalam
oli Air breather harus cukup besar agar dapat menjaga tekanan
atmosfer di dalam reservoir serta memiliki filter besar i untuk
menyaring partikel berukuranlebih besar dari 10 mikron.
140

Gambar 2.4 Air breather

4) Gauge
a. Gauge tinggi permukaan oli dan termometer dipasang dekat pelat pembersih.
b. Pengukur temperatur oli harus dipasang pada reservoir,
c. Gauge tinggi permukaan oli harus mempunyai penunjuk level tinggi dan rendah.
d. Saluran inlet pompa dan saluran balik di-set kira-kira 50 mm dari dasar reservoir.
e. Ukuran saluran balik harus sama besar dengan ukuran
inlet pompa dan dipasang dengan defuser untuk
mengurangi velositas oli yang kembali.
f. Saluran penguras/drain line pada sistem harus
dihentikan di atas
g. tinggi permukaan fluida untuk mencegah terjadinya
siphoning/pemindahan aliran.
h. Sistem hidrolik dengan motor penggerak di atas 20
kilowatt harus dilengkapi dengan pendingin oli/oil cooler
untuk menurunkan temperatur.
Gambar 2.5 Gauge
5) Strainer
a. Strainer adalah filter kawat kasar yang menyebabkan terjadi restriksi aliran oli (tekanan
turun kira-kira 20 Pascal) dan menyaring partikel ukuran 75 mikron sampai 150 mikron.
b. Strainer pada saluran inlet pompa untuk melindungi pompa dari partikel ukuran besar.
c. Karena strainer selalu terendam, maka strainer dapat dikencangkan dengan tangan,
agar memudahkan penggantian saat
membersihkan .
d. Fluida hidrolik menyalurkan daya dan
bertindak sebagai pelumas bagi bagian
bergerak pada sistem hidrolik.
e. Mencegah fluida agar tidak tercermar oleh
debu, partikel metal atau material lainnya.
Gambar 2.6 Strainer
6) Baffle Plate
Baffle Plate berfungsi sebagai pemisah antara cairan hidrolik dari sirkulasi, selain itu
berfungsi untuk memutar cairan baru agar lebih lama menyebarkan panas, mengendapkan
kotoran dan memisahkan udara serta air sebelum dihisap kembali ke pompa.
141

7) Filter (Saringan)
Filter berfungsi untuk menyaring kotoran atau kontaminasi akibat oksidasi dan
sebagainya. Sesuai dengan tempat pemasangannya, ada macam-macam filter yaitu :
a. Suction filter, dipasang pada saluran hisap dan dalam tangki.
b. Pressure line filter, dipasang pada saluran tekan dan berfungsi untuk mengamankan
komponen yang dianggap penting.
c. Return line filter, dipasang pada saluran balik untuk menyaring agar kotoran jangan
masuk ke dalam tangki. Kebanyakan sistem hidrolik selalu memasang suction filter.

Gambar 2.7 Suction Filter Gambar 2.8 Proses penyaringan


8) Fitur Filter Aliran Penuh (Full Flow Filter).
a. Filter aliran penuh adalah semua oli yang mengalir harus melalui elemen filter..
b. Full Flow Filter terdapat valve by pass yang akan terbuka jika elemen filter tersumbat.
c. Full Flow Filter ditempatkan pada saluran balik dengan filtrasi
nominal sampai dengan 10 mikron atau 25 mikron melalui
elemen tipe permukaan.
d. Ukuran nominal mengacu filter ukuran nominal 10 mikron dan
menyaring 50% - 90 % material pencemar berukuran 10-mikron.
e. Ukuran beta mengacu filter dengan ukuran absolut 10 mikron
dan menyaring 98% material pencemar berukuran 10-mikron.
f. Filter menggunakan medium berpori-pori untuk menahan
materail pencemar yang tidak dapat larut pada oli yang
bersirkulasi pada sistem hidrolik.
g. Filter tipe indikator dirancang untuk memberikan sinyal ke
operator bila elemen perlu dibersihkan/diganti. Elemen
dirancang sedemikian rupa sehingga langsung aktif saat
penurunan tekanan yang meningkat akibat akumulasi
kotoran.
Gambar 2.7 Filter berpori
9) Identifikasi fitur filter aliran penuh/full flow filter.
1. Oli masuk ke inlet port
2. Oli mengalir ke sekeliling cartridge.
142

3. Oli melalui cartridge filter ke pusat housing.


4. Oli mengalir melalui outlet port.
5. Apabila filter tidak dapat menahan aliran, valve by pass akan terbuka.
Gambar 2.9 Filter

9.3. Sumber Pencemaran


1) Pencemaran eksternal.
a. Partikel debu yang halus dapat masuk ke dalam sistem melalui breather.
b. Material pencemar dapat masuk melalui segel/seal yang rusak Saat penggantian oli.
c. Kotoran dapat masuk ke sistem hidrolik saat mengganti atau memperbaiki
komponen
2) Pencemaran internal.
a. Komponen yang aus (spool, segel/seal dan gasket).
b. Kekentalan fluida berkurang.
9.4. Kopling.
Kopling adalah komponen yang menghubungkan penggerak mula dengan pompa
hidrolik. Kopling ini mentrasfer momen puntir dari motor ke pompa hidrolik. Kopling merupakan
bantalan diantara motor dan pompa yang akan mencegah terjadinnya hentakan/getaran
selama motor mentrasfer daya ke pompa. umumnya kopling dibuat dari bahan
a. Karet (Rubber couplings)
b. Roda gigi payung (Spiral bevel gear cupling)
c. Clucth dengan perapat plastik (square tooth cluth with plastic inseres)
143

10. POMPA HIDROLIK

10.1. Mengenal Pompa Hidroulik


1). Saat fluida masuk ke pompa dan dipindahkan ke ruang lainnya, maka dapat dikatakan
pompa tersebut hidrolik.
2). Semua pompa menghasilkan aliran.
3). Pompa dioperasikan berdasarkan prinsip yang disebut displacement.
4). Pompa adalah jantung sistem hidrolik. Pompa mengubah daya listrik atau mekanik
yang disuplai dari prime mover menjadi daya hidrolik.
5). Kerja mekanis pompa memindahkan fluida dari reservoir ke dalam sistem.
6). Maka fungsi utama pompa adalah untuk menghasilkan aliran fluida, setiap resistansi
terhadap aliran akan menghasilkan tekanan pada sistem.
7). Semua sistem hidrolik menggunakan pompa displacement positif.
8). Segel/seal mencegah kebocoran tekanan pada sistem melewati ruang pompa dan
kembali ke reservoir.
9). Pompa displacement non-positif tidak memiliki segel di sekeliling ruang pompanya, hal
ini dapat menyebabkan fluida dari outlet port bocor kembali melalui inlet port.

10.2. Macam Pompa Hidrolik


Pompa hidrolik berfungsi untuk mengisap fluida oli hidrolik yang akan disirkulasikan
dalam sistim hidrolik. Sistim hidrolik merupakan siklus yang tertutup, karena fluida oli
disirkulasikan ke rangkaian hidrolik selanjutnya akan dikembalikan ke tangki penyimpan oli.
Secara garis besar pompa hidrolik ada dua macam yaitu :

Gambar 10.1 Jenis Pompa Hidrolik


1) Fixed displacement Pumps
Terdapat banyak rancangan pompa yang digunakan pada sistem hidrolik, Pabrik
pembuat dapat memodifikasi pompa pada masing-masing kelompok agar sesuai dengan
144

spesifikasi pelanggan, tetapi rancangan utamanya tetap sama. ada tiga kelompok
utama pompa adalah: a. Pompa Gear, b. Pompa Vane dan c.Pompa Piston.
Tabel 3.1 Tipe Fixed displacement Pumps
POMPA GEAR POMPA VANE POMPA PISTON
Pompa gear secara hidrostatik Vane (tidak balans). Piston aksial
balans/hydrostatically balanced. (swashplate).
Gear internal (gerotor). Vane (balans). Piston aksial
(bent axis)
Gear internal (crescent) Vane (displacement Piston radial .
variabel).
Vane (displacement tetap). Piston inline.
2) Pompa Roda Gigi (Pompa Gear)
Pompa ini terdiri dari 2 buah roda gigi yang dipasang saling merapat. Perputaran roda
gigi yang saling berlawanan arah akan mengakibatkan kevakuman pada sisi hisap,
akibatnya oli akan terisap masuk ke dalam ruang pumpa, selanjutnya dikompresikan ke
luar pompa hingga tekanan tertentu. Tekanan pompa hidrolik dapat mencapai 100 bar.
Bentuk pompa hidrolik roda gigi dapat dilihat pada gambar samping berikut.

Gambar 3.2. Pompa Hidrolik Roda Gigi

a. Pompa gear eksternal


Identifikasi fitur pompa hidrolik gear eksternal berikut; (Gambar 3.2)
1. Inlet port.
2. Seal internal terbentuk oleh pemasangan gigi gear dan housing pompa yang rapat.
3. Outlet port (port pembuangan).
4. Seal internal terbentuk oleh pemasangan gigi gear dan housing pompa yang rapat.
b. Identifikasi fitur bagian pompa gear eksternal berikut;
1. Shaft penggerak terpasang pada gear eksternal di dalam gear housing.
2. Shaft digerakkan terpasang pada gear eksternal.
3. Housing pompa.
145

c. Prosedur kerja pompa gear eksternal.


1. Pompa gear berisi satu gear penggerak dan satu gear yang digerakkan.
2. Saat pompa berputar, vakum parsial yang dihasilkan gear keluar dari inlet port.
3. Oli masuk dari reservoir (didorong oleh tekanan atmosfer) dan terbawa di antara
gigi dan housing pompa.
4. Pada saat gigi gear bersinggungan lagi dengan outlet port, oli tidak dapat lewat
kembali ke inlet pompa, sehingga dipaksa keluar dari outlet ke sistem hidrolik.
5. Prinsip ilmiah ini digunakan pada hampir semua pompa displacement positif.

3) Pompa Vane
Terdapat dua tipe pompa vane;
1. Pompa vane yang tidak balans.
2. Pompa vane yang balans.

Gambar 3.3 bagian pompa vane tidak balans berikut;


1. Inlet port.
2. Ruang pemompaan.
3. Outlet port (port pembuangan).
4. Vane.
a. Pompa vane tidak balans.

Gambar unbalance vane pump

b. Pompa Vane Balans (Kipas)


Pompa ini menggunakan rumah pompa yang bagian dalamnnya berbentuk
elips dan terdapat dua buah lubang pemasukkan (inlet) serta dua buah lubang
pengeluaran outlet yang posisinnya saling berlawanan arah. Dibuat demikian agar
146

tekanan radial dari cairan hidrolik saling meniadakan sehingga terjadilah keseimbangan
(balanced) Vane (kipas) yang bentuknnya seperti gambar dipasang pada poros beralur
(slots) karena adanya gaya sentrifugal selama rotor berputar maka vane selalu
merapat pada rumah pompa sehingga terjadilah proses pemompaan

Gambar 3.4 Balanced Vance


Bagian Pompa vane yang balans
1. Pompa vane yang balans memiliki dua inlet dan outlet port yang ditambah dengan cam
ring yang telah dimodifikasi.
2. Modifikasi ini dirancang untuk mengimbangi gaya tidak balans yang disebabkan oleh
tekanan differential port yang menempatkan beban yang berlebihan pada bearing.
Gambar menunjukkan inlet port dan outlet port berlawanan, dengan demikian gaya
pompa akan balans.

4) Pompa Piston.
1. Pompa piston menggunakan sebuah piston dan silinder untuk menghasilkan aliran.
2. Piston bergerak di dalam silinder.
3. Piston dan silinder biasanya dibuat dengan memberikan sedikit jarak bebas agar dapat
melumasi bagian-bagian yang bergerak.

Gambar 3.6 . pompa piston.


147

a. Pompa Piston Aksial


Pompa piston aksial biasanya dibagi menjadi dua tipe: inline dan bent-axis.
Gambar 3.19 di atas mengidentifikasi bagian-bagian pompa piston aksial berikut;
1. Blok silinder. 2. Case drain.
3. Pelat swash. 4. Sekat (seal).
5. Key/kunci. 6. Shaft penggerak.
7. Wadah oli. 8. Slipper piston.
9. Piston. 10. Valve pelat.

a. Pompa Torak Aksial (Bent axis piston pump)


Blok silinder berputar pada satu sudut untuk dapat memutar poros. Batang torak
dipasang pada flens poros penggerak dengan menggunakan ball joint. Besar langkah
piston tergantung pada besar sudut tekuk Fixed displacement piston pump besar sudut
(offset engle) berkisar 25°.
Gerak putar dari poros pompa diubah menjadi gerakan torak translasi, kemudian terjadi
langkah hisap dan kompressi secara bergantian. Sehingga aliran oli hidrolik menjadi
kontinyu

Gambar. Bent Axis Piston Pump


1. Pompa piston aksial berisi beberapa piston (biasanya tujuh, sembilan atau
sebelas).
2. Piston bergerak dalam blok silinder yang berputar.
3. Pompa piston digunakan pada sistem hidrolik modern yang menggunakan
kecepatan dan tekanan tinggi
4. Pompa piston lebih rumit dan mahal dibandingkan dengan pompa gear dan vane.
5. Pompa piston dapat dirancang baik untuk displacement fixed maupun variabel.
6.
b. Pompa piston displacement
Identifikasi fitur pelat swash pada pompa piston
displacement variabel berikut.
1. Sudut pelat swash maksimum.
2. Mengurangi sudut pelat swash
148

(displacement parsial).
3. Sudut pelat swash nol/zero. (displacement nol).

Gambar 4.4 Variable Displacement Axial Piston Pump


Prinsip Kerja
1) Pompa piston hidrolik beroperasi dengan prinsip bahwa piston yang bergerak di
dalam bore akan menarik cairan saat bergerak mundur dan mendorong cairan ke
dalam sistem saat bergerak maju.
2) Pompa piston dengan displacement variabel inline mempunyai pelat swash
terpasang pada yoke yang dapat digerakkan
3) Memutar yoke pada pintle dapat mengubah sudut pelat swash.
4) Untuk meningkatkan kapasitas aliran, sudut pelat swash harus diperbesar. Untuk
mengurangi kapasitas aliran pompa, besar sudut pelat swash harus dikurangi.
5) Menggerakkan pelat swash ke posisi vertikal menyebabkan tidak terjadi aliran .
6) Pelat swash dapat digerakkan dengan menggunakan alat kontrol manual,
pengontrol kompensasi tekanan dan alat kontrol pengindera beban/load sensing
controller

10.3. Pompa Torak Radial (Radial Piston Pump)


Pompa piston radial, Piston digerakan poros engkol (eccentric crankshaft) sehingga
langkah piston sebesar jari-jari poros engkol. Penghisapan saat piston terbuka sehingga oli
hidrolik dari crankshaft masuk ke silinder. Pemompaan cairan dengan ditekan setiap silinder
melalui check valve ke saluran tekan. Pompa ini dapat mencapai tekanan hingga 63 Mpa.
149

Gambar 3.9. Radial Piston Pump

5) Pompa Sekrup
Pompa ini memiliki dua rotor yang saling bertautan (engage), yang satu bentuk cekung,
dan lainnya berbentuk cembung, sehingga dapat memindahkan fluida oli secara aksial ke
sisi lainnya. Kedua rotor itu identik dengan sepasang roda gigi helix yang saling bertautan.

Gambar 3.11. Pompa Sekrup


10.4. Pemeliharaan mengoperasikan sistem hidrolik
1. Semua pompa dioperasikan pada kecepatan dan tekanan sesuai rekomendasi pabrik.
2. Kebersihan harus selalu diperhatikan saat bekerja pada pompa.
3. Material asing berukuran kecil pada assembly pompa dapat menyebabkan keausan .
4. Kebocoran internal outlet pompa dianggap selip, Selip menyebabkan panas.
5. Kavitasi dan aerasi bagian inlet pompa mengurangi efisiensi kerja dan masa pakai.
6. Strainer pada inlet pompa harus dibersihkan secara rutin.

10.5. Pemilihan Pompa Hidrolik


Perbandingan karakteristik pompa hidrolik, sebagai berikut.
150

Tabel 4.1 Karakteristik Pompa

Tabel 3.1. Perbandingan karakteristik pompa


151

10.6. Pengetesan Efisiensi Pompa Hidrolik


Efisiensi ialah perbandingan antara output dan input dinyatakan dalam persen (%).
Perbedaan antara output dan input dikarenakan kerugian-kerugian kebocoran di dalam pompa
sehingga akan mengurangi volume output. Kebocoran dapat terjadi pada pompa hidrolik,
katup katup, aktuator dan setiap konektor, sehingga perbandingan antara volume cairan
hidrolik secara efisien menghasilkan daya sebanding dengan penghasilan pompa disebut
efisiensi volumetrik.(ηv ).
Penghasilan pompa secara teoritis dapat dihitung dengan rumus :
Q = penghasilan pompa teoritis (liter/min.)
n = putaran pompa (r.p.m)
V = volume cairan yang dipindahkan tiap putaran (cm³)
10.7. Karakteristik Sistem
Tabel 3.2 Perbandingan karakteristik sistem
152

11. Aktuator Hidrolik


11.1. Aktuator
Aktuator berfungsi menghasilkan gerak dari hasil akhir sistem hidrolik. Aktuator hidrolik
dapat berupa silinder hidrolik, maupun motor hidrolik. Silinder Hidrolik bergerak secara
translasi sedangkan motor hidrolik bergerak secara rotasi. Dilihat dari daya yang dihasilkan
aktuator hidrolik memiliki tenaga yang lebih besar (dapat mencapai 400 bar atau 4x107 Pa),
dibanding pneumatik.

Gambar 4.1 Hydraulic Cylinders


Pemilihan aktuator disesuaikan dengan fungsi, beban dan tujuan penggunaan sistem hidrolik

Aplikasi Hidrolik

a. Pengeboran minyak dan gas

b. Peralatan Pertanian

c. Perlatan Konstruksi
153

d. Perlatanan Pertambangan

e. Peralatan Industri

Gambar 4.4. Aplikasi penggunaan sistim Hidrolik pada alat berat


154

Silinder ini mendapat suplai aliran liquid dari dua sisi. Konstruksi hampir sama dengan
silinder kerja tunggal. Keuntungan adalah bahwa silinder ini dapat memberikan tenaga
pada kedua belah sisi. Silinder kerja ganda ada yang memiliki batang torak ( piston rod
) pada satu sisi dan ada pula yang pada kedua sisi. Konstruksi mana yang akan dipilih
tentu saja harus disesuaikan dengan kebutuhan.
Tabel 4.1 Macam-macam double acting cylinder

11.2. Rotary motion actuator ( Penggerak putar )


3.7.1 Hydraulic Motor ( Motor Hidrolik )
Motor hidrolik mengubah energi fluida menjadi gerakan putar mekanik yang kontinyu..
Prinsip kerja Motor hidrolik berlawanan dengan roda gigi hidrolik. Aliran cairan hidrolik
bertekanan tinggi akan memutar roda gigi dalam ruang pompa yang akan dirubah
menjadi gerak rotasi untuk berbagai keperluan.

Gambar 4.5. Motor Hidrolik Roda Gigi


155

Macam-macam motor hidrolik , antara lain; Piston Hydraulic Motor, Sliding Vane Motor,
dan Gear Motor. Gambar 4.2 adalah salah satu contoh radial piston hydraulic motor,
dapat berputar bolak-balik Cairan hidrolik masuk mendorong piston, kemudian piston
berputar memutarkan poros engkol dan poros engkol memutar poros (drive shaft).

Gambar 4.6 Sliding Vane Motor .


Motor roda gigi
Cairan hidrolik masuk mendorong vane (kipas) yang dapat keluar-masuk alur karena gaya
sentrifugal dan selalu merapat pada dinding motor. Dengan vane yang berputar ini
maka poros ikut terputar sehingga timbulah putaran motor.

Gambar 4.7 Motor roda gigi dengan gerakan satu arah putaran.
Motor piston radial

Oscillating Motor

Rack and pinion type oscillating aktuator


156

12. Katup Hidrolik

12.1. Pendahuluan.
Cara pengendalian sistem hidrolik, urutannya dapat kita jelaskan sebagai berikut :
a. Isyarat (Sinyal) masukan atau input element yang mendapat energi langsung dari
pembangkit aliran fluida (pompa hidrolik) yang kemudian diteruskan ke pemroses sinyal.
b. Isyarat Pemroses atau processing element yang memproses sinyal masukan secara logic
untuk diteruskan ke final control element.
c. Sinyal pengendali akhir (final control element) mengarahkan gerakan aktuator (working
element) hasil akhir dari sitem hidrolik. Komponen kontrol disebut katup (Valves).

12.2. Katup (Valves)


5.2.1 Menurut desain konstruksinya katup tersebut dikelompokan sebagai berikut :
a. Katup Poppet (Poppet Valves), apabila untuk menutup katup digunakan cara
menekan anak katup (bola atau kones atau piringan). Menurut jenisnya katup popet
digolongkan menjadi :
 Katup Bola (Ball Seat Valves)
 Katup Kones (Cone Popet Valves)
 Katup Piringan (Disc Seat Valves)

b. Katup Geser (Slide Valves)


 Longitudinal Slide
 Plate Slide (Rotary Slide Valves)

5.2.2 Menurut fungsinya katup-katup dikelompokan sebagai berikut :


a. Katup Pengarah (Directional Control Valves)
b. Katup Satu Arah (Non Return Valves)
c. Katup Pengatur Tekanan (Pressure Control Valves)
d. Katup Pengontrol Aliran (Flow Control Valves)
e. Katup Buka-Tutup (Shut-Off Valves).

12.3. Katup Pengarah ( Directional Control Valves )


Katup pengarah berfungsi untuk mengatur atau mengendalikan arah cairan hidrolik yang
akan mengendalikan arah gerak aktuator..
157

Gambar 5.1. Katup 4/2 Directional Control Valves (DCV)

a. sliding valve, b. Popet kones


Gambar 5.2. Katup 2/2 NC
158

10.8. Katup satu arah ( Non Return Valves )


Katup ini berfungsi untuk mengatur aliran fluida satu arah yaitu bila fluida
telah melewati katup, maka fluida tidak dapat berbalik arah.Macam-macam katup

searah
a. De-lockable non-return valve b. De-lockable double non-return
valve

f. Bagian katup check valve


Gambar 5.4 katup check valve
10.9. Katup Pengatur Tekanan
Katup pengatur tekanan ada beberapa macam antara lain Pressure Relief Valve dan
Pressure Regulator.
a. Pressure Relief Valve
Katup ini berfungsi untuk membatasi tekanan kerja maksimum pada sistem
pengaman). Apabila terjadi tekanan lebih maka katup out-let akan terbuka dan tekanan
fluida lebih dibuang ke tangki. Jadi tekanan fluida yang mengalir ke sistem tetap aman.
Katup ini juga dapat berfungsi sebagai sequence valve yaitu apabila dia dihubungkan
dengan aktuator lain. Bila saluran pada aktuator pertama telah mencapai tekanan
penuh maka katup akan membuka saluran ke aktuator kedua.

Gambar 5.5 Diagram rangkaian Pressure Relief valve


159

b. Pressure Regulator
Pressure regulator berfungsi untuk mengurangi tekanan input atau tekanan
kerja menjadi tekanan tertentu. Hal ini digunakan apabila dalam satu sistem terdapat
perbedaan kebutuhan tekanan setiap aktuator. Sering disebut sebagai reducing valve.

Gambar 5.6 Pressure regulator


Model katup pengatur tekanan, antara lain: a) Katup pembatas tekanan, katup ini
dilengkapi dengan pegas yang dapat diatur. Bila tekanan hidrolik berlebihan, maka
pegas akan membuka dan mengalirkan fluida ke saluran pembuangan.

Gambar 5.7. Macam-macam model katup pembatas tekanan


10.10. Katup pengatur aliran ( Flow Control Valve )
Katup ini berfungsi untuk mengontrol besar kecil aliran hidrolik . Hal ini diasumsikan
besar aliran, yaitu jumlah volume cairan hidrolik yang mengalir akan mempengaruhi
kecepatan gerak aktuator.

Gambar 5.8 Proportional Flow Control Valves


Macam-macam flow control :
a. Fix flow control yaitu besarnya lubang laluan tetap ( tidak dapat disetel )
b. Adjustable flow control yaitu lubang laluan dapat disetel dengan baut penyetel .
160

c. Adjustable flow control dengan check valve by pass.

Konstruksi pokok dari flow control ada dua macam yaitu :Restrictor dan Orifice

a. Restrictor b. Orifice
Gambar 5.9 Konstruksi flow control

Gambar 5.10 Konstruksi flow control valve satu arah


Cairan hidrolik dengan tekanan p1 akan mengangkat popet kones sehingga cairan dapat
mengalir .Agar tekanan p1 dapat mengangkat popet : P1 > p2 + pF

Gambar 5.11 flow control dua arah dan dapat disetel


161

Tabel berikut ini menunjukkan macam-macam bentuk ristrictor dan karakteristiknya.


Tabel 5.1 Macam-macam bentuk ristricor

5.1 Dasar-Dasar Perhitungan Hidrolik


3.10.1 Prinsip Hukum Pascal
Perhitungan gaya hidrolik Torak pada bejana berhubungan dengan luas penampang
berbeda,
162

Contoh Soal :
1. Suatu mesin press memiliki gaya tersedia sebesar 150 N, bila diameter torak kecil = 20
mm, berapa diameter torak besar agar dapat menghasilkan gaya 4000 N ?
Jawaban:
Diketahui : F1 = 150 N, F2 = 4000 N, d1 = 20 mm
Ditanya : berapa d2 ?

2. Bila luas penampang A1 pada gambar di atas = 10 cm2, dan A2 = 50 cm2 = S1 = 25


mm, berapa panjang langkah piston 2 (S2) ?
Jawab:

3.10.2 Perhitungan Kecepatan Torak


Bila d1 = 100 cm2 dan d2 = 70 cm, hitung kecepatan torak saat maju dan mundur,
Jawaban:
Saat maju V maju = Q/A = 20 ltr/mnt /

Gambar 5.12 Tekanan absolute


163

Tekanan di dalam silinder merupakan tekanan absolut, besarnya tekanan absolut


dikalikan dengan volumenya sama dengan konstan.Gas pada keadaan tertutup, berlaku :
Pabs1 . V1 = Pabs2 . V2
Contoh soal:
1. Suatu silinder tertutup memiliki tekanan absolut 100 bar, volumenya 20 ltr, bila
tekanannya diturunkan menjadi 1 bar, berapa volumenya?
Pabs1 . V1 = Pabs2 . V2
100 . 20 ltr = 1 . V2

2. Sebuah silinder Hidrolik digunakan untuk mencekam benda kerja dengan tekanan
25 bar. Bila gaya cekam seperti pada gambar memiliki gaya 4000 N, hitunglah
diamter piston yang ideal.
Jawaban: F1 . L1 = F2 . L2

Pabs. V1 = Pabs . V2; Q = A1 . V1 = A2 . V2; W = F2 . S2 = p . A2 . S2 = p . V

b. Pemeliharaan Cairan Hidrolik


1. Simpanlah cairan hidrolik (drum) pada tempat yang kering, dingin dan terlindungi (dari
hujan, panas dan angin).
2. Pastikan menggunakan cairan hidrolik yang benar-benar bersih untuk menambah atau
mengganti cairan hidrolik kedalam sistem. Gunakan juga peralatan yang bersih untuk
memasukannya.
3. Pompakanlah cairan hidrolik dari drum ke tangki hidrolik melalui saringan (pre-filter).
4. Mmonitor dan periksa secara berkala kondisi cairan hidrolik.
5. Aturlah sedemikian rupa bahwa hanya titik pengisi tangki yang rapat sambung sendiri
yang ada pada saluran balik.
6. Buatlah interval penggantian cairan hidrolik sedemikian rupa sehingga oksidasi dan
kerusakan cairan dapat terhindar. (periksa dengan pemasok cairan hidrolik).
7. Cegah jangan sampai terjadi kontamisnasi gunakan filter udara dan filter oli yang baik.
8. Cegah terjadinya panas berlebihan, bila perlu pasang pendingin (cooling) atau periksa
penyebab gangguan, atau pasang unloading pump atau excessive resistence.
9. Perbaikilah segera bila terjadi kebocoran dan tugaskan maitenanceman terlatih.
10. Bila mengganti cairan hidrolik, pastikan bahwa komponen dan sealnya sesuai cairan g
baru, dan seluruh sistem harus dibilas (flushed) secara baik dan bersih.
164

13. Rangkaian Hidrolik

13.1. Prinsip Kerja Hidroulik


Prinsip kerja hidraulik berdasarkan hukum pascal. Intake pompa memindahkan minyak
dalam sistem yang berasal dari dalam tangki. Minyak yang terdorong oleh gaya tekan diatur
dengan menggunakan valve. Ada tiga cara yang mengatur dalam sistem hidraulik, yaitu :
mengatur terkanan minyak, mengatur rate aliran minyak dan mengatur arah aliran minyak.

a. Simple Application Example b. Basic System c. Hydraulic Symbols


Gambar 4.1 Hydraulic System
13.2. Diagram Rangkaian
Desain rangkaian hidrolik digambar dengan simbol-simbol akan mudah dipahami
dibanding dengan menggunakan gambar benda sesungguhnya. Untuk medesain diagram
rangkaian kita gunakan aturan tata letak seperti gambar berikut :

Working elements
Actuating elements
Signal elements

Supply elements

Gambar 6.1 Aturan tata letak elemen


Katup (control element) maupun power suply dalam rangkaian hidrolik diberi nomor. Digit
kedua jjenis komponen dan digit pertama nomor aktuator.
.0 : kode untuk aktuator ( Working element ) contoh : 1.0 , 2.0 , 3.0 dst
.1 : kode untuk final control, contoh :1.1,2.1,3.1 dst
.2; .4 : kode komponen pengatur aktuator bergerak maju, contoh : 1.2 , 1.4 , 2.4 dst
.3; .5 : kode komponen pengatur aktuator bergerak mundur, contoh : 1.3 , 1.5 , 2.3 dst
165

Contoh cara penyusunan diagram meliputi tata letak komponen, penyambungan dan
penomoran.

Gambar 6.2 penggambaran komponen sesuai aturan tata letak

13.3. Pengendalian Hidrolik


a. Kasifikasi Pengendalian Hidrolik
Sistim hidrolik terdiri dari beberapa bagian, antara lain, bagian tenaga (power
pack) bagian sinyal, pemroses sinyal, dan pengendalian sinyal. Bagian tenaga terdiri dari
pompa hidrolik, katup pengatur tekanan, dan katup satu arah.

Penampang dan simbol hidrolik

Konstruksi hidrolik Simbol hidrolik


Gambar 6.3 Rangkaian Hidrolik dalam Penampang dan Skema
166

13.4. Prinsip Kerja Sistem Hidroulik


Prinsip kerja sistem hidrolik stand menggunakan sebuah silinder penggerak ganda
dengan gerak A+ , A-, yaitu gerak silinder arah maju dan mundur.
Keterangan komponen:
1. Silinder hidrolik diameter 40 x 100 mm
2. Hand valve 3/8 spring return
3. Relief valve
4. Manometer
5. Flow control valve
6. Gear pumpHidromax
7. Coupling NM 82
8. Motor
9. Filter MF-04
Gambar 6.4 . Skema Rangkaian Hidrolik Stand
Secara spesifik, cara kerja rangkaian hidrolik stand adalah sebagai berikut:
a. Saat motor listrik dihidupkan (dialiri arus AC), motor akan berputar. Putaran motor
tersebut diteruskan ke coupling memutar poros pompa, menjadikan pompa bekerja.
Pompa akan menghisap dan menekan fluida dari tangki melalui filter.
b. Selanjutnya tekanan fluida di teruskan ke relief valve. Pada relief valve terdapat saluran
P1, T dan P2, dimana saluran P1 dari pompa , keluar melalui saluran P kedua. Dari
saluran P2 dihubungkan ke hand valve melewati sambungan „T‟yang mana, saluran yang
satu dihubungkan ke manometer untuk mengetahui besar tekanan yang mengalir dalam
rangkaian dan saluran yang satunya lagi dihubungkan ke hand valve.
c. Untuk saluran T relief valve, dihubungkan ke tangki. Pada saat ini, fluida akan berhenti
karena hand valve belum bekerja. Aliran fluida dari relief valve akan kembali ke tangki
melalui saluran „T‟ (by pass).
d. Bila hand valve ditekan, fluida dari saluran P relief valve diteruskan ke saluran P hand
valve dan masuk melewati flow control valve lewat saluran A. Bila flow control valve diatur
cekiknya maka fluida mendorong piston untuk bergerak maju.
e. Bila hand valve dilepas, tekanan fluida yang tadinya dari P ke A, menjadi P ke B. Adanya
perbedaan tekanan di depan dan belakang piston lebih besar didepan piston,
menyebabkan piston untuk bergerak mundur.
Rangkaian ini seperti yang digunakan pada mesin embossing press,yaitu mesin
stempel untuk menekan dies pada pembuatan gambar atau lekukan pada pelat. Besar
tekanan yang digunakan untuk menekan silinder dapat dihitung dengan rumus berikut : P = F /
A. Pemasangan check valve seperti pada gambar bertujuan untuk mencegah agar oli tidak
kembali masuk ke dalam pompa.
167

Gambar 6.5. Mesin embosing pres dan diagram rangkaian hidrolik


diagram rangkaian untuk alat pengangkat ladle pengecoran Aluminium :

Gambar 6.6 a) Alat pengangkat ladle dan b) diagram rangkaian hidrolik

13.5. Rangkaian hidrolik dengan pengaturan kecepatan pada ragum.


Ragum hidrolik seperti gambar sket di bawah menghendaki pada waktu rahang
bergerak maju (gerak pencekaman) harus pelan-pelan untuk menjaga agar benda kerja tetap
aman (utuh). Untuk tujuan itu maka dipasanglah flow control pada saluran masuk dan disebut
inlet flow control. Tetapi dapat juga dipasang outlet flow control. Apa untung ruginya ?

Gambar 6.7 Diagram rangkaian hidrolik ragum dengan pengaturan kecepatan


13.6. Rangkaian hidrolik pengaturan kecepatan (speed control) pada hydraulic crane
Pengaturan kecepatan juga diterapkan pada hydraulic crane, seperti gambar 5.6 di bawah.
Untuk mengatur kecepatan beban turun/naik digunakan flow control yang dipasang pada outlet
, atau dapat juga dipasang pada inlet dan dilengkapidengan counter balance. Perhatikan
gambar-gambar tersebut dan pikirkan cara kerjanya Hidraulik crane
168

Gambar 6.8 Diagram rangkaian hidraulik crane


13.7. Diagram rangkaian hidrolik dengan pengatur tekanan.
Mesin gurdi (drilling machine) dioperasikan secara hidrolis. Pada rangkaian hidrolik
mesin terdapat dua silinder hidrolik yaitu silinder A menggerakkan ragum mesin untuk
pencekaman dan silinder B untuk gerak pemakanan .mata bor. Pada saluran ke silinder A
dipasang pressure regulator (reducing valve) untuk mengatur besar tekanan yang diperlukan
oleh silinder A (30 bar). Sketsa mesin gurdi

Gambar 6.9 Diagram rangkaian hidraulik mesin gurdi

13.8. Menginstalasikan Rangkaian Hidrolik


Seperti halnya dalam menggambar diagram rangkaian hidrolik, menginstalasikan atau
merakit rangkaian hidrolik juga berurutan seperti merancang diagram. Urutan instalasi
rangkaian hidrolik sebagai berikut :
1. Membaca dan memahami diagram rangkaian hidrolik. Komponen-komponen dipilih dan
disiapkan sesuai dengan grafik simbol
2. Memasang penggerak hidrolik (aktuator) ditempat yang telah ditetapkan dan disesuaikan
dengan keperluan. Posisi aktuator juga ditetapkan misalnya mendatar atau tegak atau
miring dsb. Pengikatan aktuator harus diperiksa apakah sudah cukup kuat
3. Memasang unit-unit pengatur yang telah dipilih sesuai dengan keperluan, baik jenisnya
maupun jumlahnya. Posisi setiap unit pengatur pun harus diatur, disesuaikan dengan
posisi aktuator dan posisi unit tenaga, pengikatan unit-unit pengatur pada tempatnya perlu
diperiksa, apakah sudah cukup kuat
169

4. Memasang unit tenaga, Unit tenaga dan kelengkapannya dipasang dan ditempatkan
seefisien mungkin. Jarak antara unit tenaga dan penggerak yang terlalu jauh akan
mempengaruhi transfer daya dan juga akan banyak kerugian gaya karena gesekan
5. Menginstalasikan konduktor, Konduktor dan konektor yang telah dipilih dipasang sesuai
dengan ketentuan
6. Memeriksa kembali semua instalasi dengan tangan, apakah pemasangan dan pengikatan
sudah pas dan cukup kuat
7. Uji coba (uji jalan) dengan menghidupkan dan menjalankan rangkaian dan amatilah
apakah jalannya sistem sudah sesuai dengan ketentuan
8. Bila semua sudah berjalan dengan baik berarti rangkaian hidrolik telah siap untuk
difungsikan.

SOAL LATIHAN
1. Perhatikan diagram-diagram rangkaian hidrolik di bawah ini,
kemudian selesaikan dengan baik tugas-tugas berikut :
a. Sebutkan nama-nama komponen pada diagram rangkaian
tersebut disamping..
b. Bacalah diagram rangkaian tersebut kemudian jelaskan cara
kerjanya.

2. Perhatikan diagram rangkaian hidrolik untuk hardening furnace di


bawah ini kemudian selesaikan tugas-tugas berikut dengan baik.
a. Sebutkan nama-nama komponen dalam diagram rangkaian
b. Jelaskan cara kerja rangkaian tersebut.
c. Rangkailah rangkaian tersebut pada profile plate sesuai dengan
diagram, kemudian operasikan

3. Selesaikan diagram rangkaian hidroilk untuk konveyor di bawah ini


a. Sebutkan nama-nama komponen dan fungsi masing-masing !
b. Baca dan jelaskan cara kerjanya !
c. Buat rangkaian pada profile plate sesuai dengan diagram
rangkaian kemudian operasikan rangkaian tersebut!

4. Surface grinder yang menggunakan silinder kerja ganda tetapi


menggunakan katup pengarah katup 3/2. Perhatikan gambar
berikut kemudian selesaikan tugas -tugas di bawah ini !
a. Sebutkan nama-nama komponen yang ada.
170

b. Jelaskan cara kerjanya.


c. Konstruksikanlah rangkaian tersebut sesuai dengan diagram
rangkaian !( Pada profile plate )
d. Operasikan rangkaian tersebut dan perhatikan apakah cara
kerjanya telah sesuai dengan fungsi yang diharapkan .
e. Baca dan catatlah penunjukan tekanan pada pressure gauge
pada langkah maju dan mundur .
5. Suatu mesin embossing ( stempel ) digunakan untuk
mengembossed gambar pada metel foil.. Mesin digerakkan oleh
silinder hidrolik kerja ganda. Matres atau die digerakkan maju dan menstempel metal foil
ketika liver penggerak katup dioperasikan. Gerakan mundur atau balik terjadi ketika
pengepressan telah sepenuhnya selesai dan liver penggerak dilepaskan dan posisi katup
dikembalikan oleh pegas.

Selesaikan tugas-tugas berikut !


a. Sebutkan nama-nama komponen
b. Jelaskan cara kerjanya
c. Instal pada profile plate
d. Operasikan rangkaian tsb.
e. Catat penunjukan pressure gauge.
171

DAFTAR PUSTAKA

 Bishop, Robert H., The Mechatronics Handbook, CRC PRESS, USA, 2002
 Bolton, W., Mechatronics, Electronic control systems in mechanical Engineering,
Longman Scientific & Technical.
 Bambang Mulyanto. Modul Rangkaian Rangkaian dasar Pneumatik, Kendal
 Hugh Jack, Automating Manufacturing System with PLC, version 5.0, 2007
 Pneumatik 1 dan 2, Indonesia Australia Partnership for Skills Development AusAID
 Petruzella, Frank D., Industrial Electronics, McGRAW-HILL International Editions, 1996
 ……, Fundamental of Mechatronics, Festo Didactics
 ……, Pneumatic System, Festo Didactics
 http://www.shadow.org.uk/products/airmuscles.shtml#Anchor-Sources
 http://dc.cen.uiuc.edu/
 http://www.industrialtechnology.co.uk/2000/apr/west.html

Anda mungkin juga menyukai