Anda di halaman 1dari 7

PRAKTEK PROGRAM PENDIDIKAN ORANG DEWASA

OLEN:

Nama : Yohana Girsang

Nim : 17.201.029

Mk : PAK Dewasa

D.Pengampu : Nosita Tarigan M.Pd.K, M.Th

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI SUMATERA UATARA

MEDAN
BAB I

PENDAHULUAN

 A.Karakteristik belajar orang dewasa


Pendidikan orang dewasa adalah suatu usaha yang ditujukan untuk pengembangan diri
yang dilakukan oleh individu tanpa paksaan legal, tanpa usaha menjadikan bidang utama
kegiatannya (Reeves, Fansler, dan Houle dalam Supriyanto, 2007). Menurut UNESCO
(Townsend Coles 1977 dalam Lanundi (1982), Pendidikan orang dewasa adalah keseluruhan
proses pendidikan yang diorganisasikan apa pun isi, tingkatan, metodenya, baik formal atau
tidak, yang melanjutkan maupun menggantikan pendidikan semula di sekolah, akademi dan
universitas serta latihan kerja, yang membuat orang yang dianggap dewasa oleh masyarakat
mengembangkan kemampuannya, memperkarya pengetahuannya, meningkatkan kualifikasi
teknis atau profesuonalnya, dan mengakibatkan perubahan pada sikap dan perilakunya dalam
perspektif rangkap perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasi dalam pengembangan
sosial, ekonomi, dan budaya yang seimbang dan bebas. Sedangkan menurut Bryson dalam
Supriyanto (2007) Pendidikan orang dewasa adalah semua aktivitas pendidikan yang dilakukan
oleh orang dewasa dalam kehidupan sehari-hari yang hanya menggunakan sebagian waktu dan
tenaganya untuk mendapatkan tambahan itelektual.

B. Prinsip Pembelajaran Orang Dewasa


Pendidikan orang dewasa memiliki prinsip yang membedakannya dengan jenis pendidikan
yang lain. Prinsip pendidikan orang dewasa tersebut, dapat menciptakan suasana pembelajaran
yang efektif dan efisien. Prinsip tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Prinsip kemitraan: Prinsip kemitraan menjamin terjalinnya kemitraan di antara fasilitator


dan peserta. Dengan demikian peserta tidak diperlakuan sebagai siswa tetapi sebagai mitra
belajar sehingga hubungan yang mereka bangun bukanlah hubungan yang bersifat
memerintah, tetapi hubungan yang bersifat membantu, yaitu pengajar akan berusaha
semaksimal mungkin untuk membantu proses belajar peserta pelatihan.

2. Prinsip pengalaman nyata: Prinsip pengalaman nyata menjamin berlangsungnya kegiatan


pembelajaran pendidikan orang dewasa terjadi dalam situasi kehidupan yang nyata. Kegiatan
pembelajaran pendidikan orang dewasa tidak berlangsung di kelas atau situasi yang
simulatif, tetapi pada situasi yang sebenarnya.

3. Prinsip kebersamaan: Prinsip kebersamaan menuntut digunakannya kelompok dalam


kegiatan pembelajaran pendidikan orang dewasa untuk menjamin adanya interaksi yang
maksimal di antara peserta dengan difasilitasi fasilitator.

4. Prinsip partisipasi: Prinsip partisipasi adalah untuk mendorong keterlibatan peserta secara
maksimal dalam kegiatan pembelajaran orang dewasa, dengan fasilitas dari peserta. Dalam
kegiatan pembelajaran pendidikan orang dewasa semua peserta harus terlibat atau
mengambil bagian secara aktif dari seluruh proses pembelajaran mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.

5. Prinsip kemandirian: Prinsip ini mendorong peserta untuk memiliki kebebasan dalam
mencari tujuan pembelajaran. Pembelajaran orang dewasa berusaha untuk menghasilkan
manusia independen mampu memainkan peran subjek atau aktor, kebutuhan untuk prinsip
kemandirian.

6. Prinsip kesinambungan: Prinsip yang menjamin adanya kesinambungan dari materi yang
dipelajari sekarang dengan materi yang telah dipelajari di masa yang lalu dan dengan materi
yang akan dipelajari di waktu yang akan datang. Dengan prinsip ini maka akan terwujud
konsep pendidikan seumur hidup dalam pendidikan orang dewasa.

7. Prinsip manfaat: Prinsip manfaat menjamin bahwa apa yang dipelajari dalam pendidikan
orang dewasa adalah sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan oleh peserta. Orang dewasa
akan siap untuk belajar manakala dia menyadari adanya kebutuhan yang harus dipenuhi.
Kesadaran terhadap kebutuhan ini mendorong timbulnya minat untuk belajar, dan karena
rasa tanggung jawabnya sebagai orang dewasa maka timbul kesiapan untuk belajar.

8. Prinsip kesiapan: Prinsip kesiapan menjamin kesiapan mental maupun kesiapan fisik dari
peserta untuk dapat melakukan kegiatan pembelajaran. Orang dewasa tidak akan dapat
melakukan kegiatan pembelajaran manakala dirinya belum siap untuk melakukannya, apakah
itu karena belum siap (fisiknya atau belum siap mentalnya).

9. Prinsip lokalitas: Prinsip lokalitas menjamin adanya materi yang dipelajari bersifat
spesifik local. Generalisasi dari hasil pembelajaran dalam pendidikan orang dewasa akan
sulit dilakukan. Hasil pendidikan orang dewasa pada umumnya merupakan kemampuan yang
spesifik yang akan dipergunakan untuk memecahkan masalah peserta pada tempat mereka
masing-masing, pada saat sekarang juga. Kemampuan tersebut tidak dapat diberlakukan
secara umum menjadi suatu teori, dalil, atau prinsip yang dapat diterapkan dimana saja, dan
kapan saja. Hasil pembelajaran sakarang mungkin sudah tidak dapat lagi dipergunakan untuk
memecahkan masalah yang sama dua atau tiga tahun mendatang. Demikian pula hasil
pembelajaran tersebut tidak dapat diaplikasikan dimana saja, tetapi harus diaplikasikan di
tempat peserta sendiri karena hasil pembelajaran tersebut diproses dari pengalaman-
pengalaman yang dimiliki oleh peserta.

10. Prinsip keterpaduan: Prinsip keterpaduan menjamin adanya integrasi atau keterpaduan
materi pendidikan orang dewasa. Rencana pembelajaran dalam pendidikan orang dewasa
harus meng-cover materi-materi yang sifatnya terintegrasi menjadi suatu kesatuan materi
yang utuh, tidak partial atau terpisah-pisah.
BAB II

PEMBAHSAN

HASIL WAWANCARA :

Narasumber

Nama : MIDA YANI GIRSANG

Umur : 25 Tahun

Anak : 1 orang

Tempat : Bangun saribu, Kec, Silimakuta

Kab. Simalungun

Hari : 28-30 APRIL 2020

Saya YOHANA GIRSANG melakukan penelitian ( wawancara) di sebuah rumah


narasumber. Yang dimana mereka adalah orang-orang yang meninggalkan gereja atau
ibadah pada hari minggu. Di rumah itu semua orang-orang yang meninggalkan ibadah
karena mereka selalu berkerumun di rumah narasumber hanya karena mau membahas
gosip kata narasumber. Mereka juga berkata buat apa ke gereja kalau kehidupan hanya
seperti ini saja setiap hari “kata narasumber” . tertus saya mengatakan kehidupan kita bisa
berubah jika kita selalu mengingat Tuhan, dan selalu mengandalkan Tuhan dalam setiap
pekerjaan yang akan kita lakukan.

Berdasarkan dari pernyataan narasumber bahwa teman-temannya datang ke rumah


narasumber hanya sekedar menghilangkan rasa bosan atau penat karena tidak memiliki teman di
rumah. Dan hampir setiap hari teman-teman narasumber datang ketempat narasumber. Dan ada
beberapa teman narasumber yang mengikuti pelayanan di gereja dan saya berkomunikasi dengan
teman narasumber tersebut. Agar kami bekerja sama mengajak narasumber beribadah pada hari
minggu. Dan beberapa diantara mereka tidak meninggalkan bergereja di hari minggu karena
mereka beranggapan ibadah tetaplah menjadi nomor satu. Setelah beberapa kali saya
wawancarai narasumber tersebut. Naraumber sudah mulai mengikuti ibadah di rumah.

Strategi dan metode pengajaran

 Strateggi yang saya gunakan ataupun metode yang saya gunakan adalah
menggunakan metode diskusi dan shering dua kali selama seminggu.

Ada beberpa model yang saya lakukan ketika wawancara berlangsung yaitu sbb:

 Model Pembelajaran dengan Pendekatan Individual.


 Model Pembelajaran dengan Pendekatan Teologis.

 Model Pembelajaran orang dewasa dengan pendekatan Teologis artinya


memprioritaskan kebenaran atau mengedepankan tentang kebenaran teologis.

Kita selaku guru harus memulai proses belajar mengajar dengan doa yang
sungguh-sungguh dan ketergantungan sepenuhnya kepada Roh Kudus maka Roh Kusus
akan berkarya secara ajaib.  Seperti yang dikatakan oleh Estep dan kawan-
kawannya .Guru dalam proses belajar mengajar harus mengakui bahwa Roh Kudus
adalah pembimbing.  Orang percaya diperintahkan untuk hidup dan dipimpin oleh Roh
(Gal. 5:16, 25).  Di satu pihak hal ini akan memungkinkan orang percaya untuk tidak
menuruti keinginan daging dan pihak lain.  Roh Kudus melaksanakn tindakan disiplin
(Kis. 5:9), memberi pengarahan (Kis. 8:29), menugaskan (Kis. 13: 2), mengambil
keputusan (15:28).

Anda mungkin juga menyukai