a) Lokasi
Absolut : Garis Lintang : 6°53'40.92"S
b) Kondisi Geologi
Geologi di Demak berupa bentuklahan aluvial Semarang Demak yang terdiri atas
pantai aluvial dan delta dengan erosi dan sedimentasi intensif. Daerah dataran banjir,
teras sungai, dan dataran aluvial adalah bentuklahan yang khas pada daerah dataran
rendah Semarang Demak.
Sedangkan untuk struktur geologi di Masjid Agung Demak merupakan struktur
aluvium yang terbentuk dari endapan sendimen yang dialirkan oleh sungai.
c) Tanah
Tanah yang terdapat di Masjid Agung Demak ini memiliki jenis tanah aluvial
hidromorf, regosol, mediteran, dan grumusol.
d) Hidrologi
Air permukaan tanah yang ada di Kabupaten Demak berasal dari sungai, laut,
dan pantai. Sungai utama yang ada di Demak adalah Sungai Jragung dengan hulu
sungai di Gunung Ungaran dan mengalir menuju timur laut yang akhirnya bermuara
di Laut Jawa. Air permukaan ini digunakan untuk pengairan atau irigasi.
Sedangkan untuk air tanah dan mataair yang ada di Demak, potensi cekungan
air tanah cukup tinggi yaitu air tanah dangkal sebesar 166,2 juta m3 pertahun dan air
tanah dalam sejumlah 4,1 juta m3 pertahun. Meskipun demikian, kualitas air dari air
tanah ini kurang layak digunakan untuk kebutuhan minum, hal ini disebabkan karena
adanya kandungan besi yang tinggi.
e) Topografi
f) Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan mayoritas digunakan untuk sawah, pekarangan, tegalan, dan
embung.
g) Masalah Fisik
Secara geohidrologi Demak meruupakan daerah yang rawan akan kekeringan, hal ini
disebabkan adanya curah hujan yang rendah dan secara geologi Demak adalah wilayah
yang tersusun atas batuan impermiabel dengan kata lain tidak bersifat akuifer sehingga
daerah ini merupakan daerah yang langka akan air tanah.
Laut di pesisir Demak sendiri memiliki daya rusak yang besar dikarenakan abrasi dan
juga rob. Potensi kenaikan air laut (sea level rised) maksimal 3 cm/tahun, dan penurunan
muka muka tanah (landsubsidance) maksimal 25 cm/tahun, maka daratan Demak
terancam tenggelam 10 hingga 20 tahun lagi jika tidak ada tindakan konservasi dan
restorasi, serta peraturan yang mencegah berlanjutnya tindakan pengerusakan lingkungan.
h) Sosial Budaya
1. Kependudukan, Permukiman, dan Perekonomian
Jumlah penduduk yang ada di Desa Bintoro ini berjumlah 19.874 jiwa dengan
kepadatan penduduknya 3.660 jiwa per km2. Rasio seks yang ada di Bintoro ini
berjumlah 91 laki-laki untuk setiap 100 perempuan. Sedangkan tingkat migrasinya
ada 212 orang yang berimigrasi dan 294 orang yang beremigrasi.
Pola permukiman yang ada di Desa Bintoro ini adalah pola linier memanjang
dengan mengikuti jalan. Hal ini disebabkan karena Demak memiliki topografi
relatif datar. Pola ini memiliki tujuan untuk mempermudah masayarakat
menjangkau sarana dan prasarana serta mobilitas barang atau jasa.
Sektor perekonomian yang bergerak yaitu ada perdagangan, perhotelan, dan
segala kegiatan perekonomian yang memiliki peluang besar di bidang wisata.
Karena Masjid Demak ini juga menjadi ikon wisata religi di kalangan masyarakat
Indonesia. Selain perdagangan dan pariwisata, terdapat pula sektor pertanian yang
umumnya terletak di pedesaan.
2. Pendidikan
Dinilai sudah cukup dibuktikan dengan adanya fasilitas pendidikan.
60
50
40
30
20
10
0
Taman Kanak-Kanak SD/MI SMP/MTs SMA/MA SMK
Jumlah Sekolah
3. Kesehatan
Tingkat fasilitas kesehatan yang ada di Demak dinilai sudah cukup. Dilihat dari
jumlah fasilitas kesehatannya yang berupa bangunan kesehatan serta tenaga
kesehatan.
Diagram Pembanding Jumlah Bangunan Kesehatan Demak
12
10
0
Bangunan Kesehatan
Jumlah bangunan fasilitas kesehatan yang ada di Demak yaitu dengan rincian
sebagai berikut 1 Rumah Sakit, 3 Puskesmas, 8 puskesmas pembantu 8 poliklinik
dan 9 Rumah Bersalin.
60
50
40
30
20
10
0
Tenaga Kesehatan
4. Keagamaan
5. Adat Istiadat
Adat istiadat atau tradisi yang ada di Demak yaitu Grebeg Besar Demak adalah
perayaan yang dilakukan setahun sekali pada bulan Zulhijah oleh
masyarakat Muslim di Masjid Agung Demak. Bentuk kegiatannya
adalah ziarah ke makam para sultan Kesultanan Demak dan ke makam Sunan
Kalijaga. Pada malam hari menjelang tanggal 10 Zulhijah, diadakan acara Tumpeng
Sanga dan di Kadilangu diadakan Selamatan Ancakan. Pagi hari pada tanggal 10
Dzulhijah, masyarakat melaksanakan salat Idhul Adha di Masjid Agung Demak.
Setelah itu, dilakukan ritual utama dalam Grebeg Besar Demak berupa penyucian
benda pusaka yang disebut dengan uborampe.
Kondisi yang selalu ramai menjadikan Masjid Demak sebagai tempat strategis
untuk melakukan kegiatan mengemis. Jumlahnya yang tidak sedikit sangat
mengganggu pengunjung, selain itu juga dapat menimbulkan gangguan keamanan dan
ketertiban umum, dan juga membuat citra buruk atau kesan negatif bagi Kabupaten
Demak. Keberadaan pengemis berdampak negatif bagi lingkungan dan pembangunan
suatu daerah, seperti mencemari keindahan lingkungan dan menimbulkan gambaran
buruk bagi masyarakat.