Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL PELAKSANAAN TEORI TERAPI BERMAIN BOLA

ANAK USIA 25-36 BULAN

Disusun Oleh :

1. Feni Isti Rokhah ( B2018052 )


2. Haning Lintang A ( B2018058 )
3. Inas Salsa Dwi H ( B2018064 )
4. Ita Puji Lestari ( B2018070 )
5. Lafena Rismawati ( B2018075 )
6. Maya Yuliana ( B2018081 )
7. Mukti Susi O ( B2018088 )
8. Nilam Cahaya U ( B2018094 )

STIKES AISYIYAH SURAKARTA

D3 KEPERAWATAN
2

KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan karunia nikmat bagi umat-Nya. Atas Ridho-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan proposal ini.

             Dalam proposal ini kami menjelaskan mengenai “Terapi bermain secara
berkelompok “yang telah kami susun secara sistematis dan materi yang di sajikan kami ambil
dari sumber-sumber terpercaya.

            Proposal ini tidak akan terwujud, jika tidak ada dorongan dan dukungan dari berbagai
pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.

Besar harapan kami makalah ini dapat membantu meningkatkan profesi belajar mahasiswa
dan dapat bermanfaat bagi  mahasiswa, khususnya dalam masalah disajikan dalam proposal
ini.

            Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kepada semua pihak untuk memberikan kritik dan
saran yang membangun demi tercapainya makalah yang lebih baik di masa mendatang.
Terima kasih.

                                                                                    Surakarta, 7 Oktober 2019

                                                                                                Penulis
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………......2


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………........3
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………....4
A. Latar Belakang …………………………………………………………………..4
B. Tujuan Terapi Bermain ....……………...……………………………….............4
C. Manfaat Terapi Bermain …………...…………………………………………....5
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………….....6
A. Peningkatan Kesehatan Pada Anak Terapi Bermain….…………………............6
1. Definisi .........................................................................................................6
2. Fungsi Bermain ............................................................................................6
3. Tujuan Bermain ...........................................................................................7
4. Faktor yang Mempengaruhi aktifitas bermain .............................................7
5. Prinsip-Prinsip Dalam Aktivitas Bermain ....................................................7
6. Petunjuk Antisipasi Pada Anak Usia (25-36) Bulan ....................................10
BAB III RENCANA PELAKSANAAN……………….………………………………….....12
BAB IV PENUTUP……………………………………………………………………………
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terapi bermain adalah suatu bentuk permainan yang direncanakan untuk


membantu anak mengungkapkan perasaannya dalam menghadapi kecemasan dan
ketakutan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan baginya. Bermain adalah salah
satu aspek penting bagi kehidupan anak dan salah satu alat paling penting untuk
penatalaksanaan stres, karena hospitalisasi. Aktivitas bermain merupakan salah satu
stimulasi bagi perkembangan anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak
dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain tetap dilaksanakan, harus disesuaikan
dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami
berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas,
sedih, dan nyeri. Perasaan, merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak
karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit.

Kegiatan bermain memberi anak pengalaman terhadap dengan masalah-masalah dan


menganggapnya sebagai tantangan-tantangan mengejutkan. Dengan demikian anak
tumbuh menjadi orang dewasa yang optimis dan kreatif dalam menghadapi kendala-
kendala dalam kehidupan. Anak mempunyai arti yang sangat penting. Dapat
dikatakan bahwa setiap anak yang sehat selalu mempunyai dorongan untuk bermain
sehingga dapat dipastikan bahwa anak yang tidak bermain-main pada umumnya
dalam keadaan sakit, jasmani maupun rohani.

B. Tujuan terapi bermain

1. Tujuan Umum untuk memelihara perkembangan atau pertumbuhan optimal


anak usia dini melalui pendekatan bermain yang kreatif,interaktif dan
terintegrasi dengan lingkungan bermain anak.
2. Tujuan Khusus:
a. Memberikan kesenangan dan kepuasan anak
b. Meningkatkan kemampuan dan kreativitas anak

c. Meningkatkan keterampilan anak


5

d. Mengidentifikasi anak terhadap keterampilan tertentu

C. Manfaat terapi bermain

1. Untuk mengetahui peningkatan kesehatan pada anak


2. Untuk mengetahui klasifikasi terapi bertmain pada anak usia 25-36 bulan
3. Untuk mengetahu anticipatory guidance pada anak usia 25-36 bulan
6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Peningkatan Kesehatan Pada Anak Terapi Bermain


1. Definisi

Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan


social dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan
bermain, anak-anak akan berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan
diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan mengenal
waktu, jarak serta suara (Wong, 2000).
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa
mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi
kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak (Anggani Sudono, 2000).
Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek
terpenting dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling efektif
untuk menurunkan stress pada anak, dan penting untuk kesejahteraan mental dan
emosional anak (Champbell dan Glaser, 1995).
2. Fungsi bermain
a. Dapat memperkuat otot dan mengembangkan daya imajinasi dan
koordinasinya melalui gerak, melatih motorik halus, motorik kasar, dan
keseimbangan fisik kinerja tubuhnya.
b. Dapat mengembangkan keterampilan emosinya, rasa percaya diri pada orang
lain, kemandirian dan keberanian untuk berfikir atau berinisiatif karena saat
bermain anak sering berpura-pura jadi orang lain.
c. Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya karena melalui bermain,
anak-anak sering melakukan eksplorasi terhadap segala sesuatu yang ada
dilingkungan sekitarnya.
d. Dapat mengembangkan kemandiriannya dan menjadi dirinya sendiri karena
melalui bermain anak selalu bertanya, meneliti lingkungan, belajar mengambil
keputusan, dan berlatih peran sosial.
e. Perkembangan Kognitif. Melalui bermain anak data belajar banyak, mulai dari
konsep, warna, bentuk, ukuran, jumlah dan lain-lain. Dari situlah kognif anak
akan berkembang.
7

3. Tujuan Bermain
a. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat di RS
b. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya
c. Pengembangan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah
d. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat
sakit

4. Faktor yang mempengaruhi aktivitas bermain

a.   Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan

b. Status kesehatan, anak sakit à perkembangan psikomotor kognitif terganggu

c. Jenis kelamin

d. Lingkungan à lokasi, negara, kultur

e. Alat permainan à senang dapat menggunakan

f. Intelegensia dan status sosial ekonomi

5. Prinsip-prinsipdalam aktivitas bermain

a. Alat permainan
b. Pengetahuan cara beramain
c. Perlu energi ekstra
d. Ruang untuk bermain
e. Teman bermain
f. Waktu yang cukup

6. Petunjuk antisipasi pada anak usia (25-36) bulan


a. Kecenderungan terjadi kecelakaan pada anak usia todler dilatar belakangi oleh:
b. Anak usia todler sedang mengembangkan keterampilan motorik kasarnya
membuat mereka bergerak terus, berlari, berjinjit, naik turun tangga, pagar atau
mainan serta sepedanya
8

c. Anak usia todler mengalami peningkatan kemampuan motorik ketika mereka


sedang terampil menggenggam sesuatu, membuka dan menutup botol,
membuka dan menutup lemari yang tidak dikunci serta menggenggam dan
melempar benda-benda kecil
d. Anak usia todler mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan senang mencoba
melakukan sesuatu yang belum dikenalnya, padahal ia belum dapat membaca
hal-hal yang dapat membahayakannya
e. Anak laki-laki cenderung lebih berpotensi mengalami kecelakaan dari pada
anak perempuan karena lebih aktif bergerak
f. Anak yang tidak dijaga oleh orang tuanya sewaktu bermain, beresiko untuk
mengalami kecelakaan
g. Resiko kecelakaan akan lebih besar terjadi saat anak lapar dan lelah karena pada
saat itu tenaga menurun dan mungkin anak merasa lemah atau lesu
h. Anak merasa asing dengan orang lain yang menjaganya
i. Anak belum pengalaman dalam upaya melindungi diri dari bahaya kecelakaan
9

BAB III

RENCANA PELAKSANAAN

No Kegiatan Waktu Respon

1 Persiapan:
5 menit
Sebelumnya kontrak waktu dengan
klien pukul 08.00 WIB

- Menyiapkan ruangan
- Menyiapkan Alat
2
- Menyiapkan anak dengan Menjawab salam
5 menit
keluarga
Memperkenalkan diri
Proses:

- Membuka proses terapi bermain


5 menit Memperkenalkan
dengan mengucap salam, do’a,
memperkenalkan diri, Kontrak
waktu
10 menit
- Menjelaskan kepada anak dan
Anak mau bermain
keluarga tentang tujuan dan 20 menit
dengan antusias
manfaat bermain
5 menit bersama teman-
3
- Menjelaskan cara bermain temannya

- Memberi kesempatan untuk 5menit


bertanya/klarifikasi Memperhatikan

- Mengajak anak bermain Menjawab salam

- Mengevaluasi respon anak dan


keluarga (perasaan)

- Menyimpulkan
10

(reward/reinforcement positif)

- do’a

Penutup:

- Menyimpulkan
- Mengucapkan salam

3. Pelaksanaan kegiatan
a. Terapi bermain pada anak usia 25 – 36 bulan
b. Sasaran : kelompok usia preschool (>3 tahun sampai 6 tahun)
Target :

No Nama anak Usia Penyakit/diagnos Keterangan


a bisa/tidak
bermain
1 An.R 4,5 Tahun DHF BISA
2 An.T 5 tahun DHF BISA
3 An.S 4,5 tahun LEUKEMIA BISA
4 An.W 5,5 tahun KANKER BISA
5 An.F 4 tahun DHF BISA

c. Tanggal : 10 Oktober 2019


d. Waktu : 08.00 WIB
e. Tempat : Diruangan 2 Kelas 3B
f. Alat dan permainan yang digunakan “Bermain bola”

B. Pembagian tugas
1. Peran leader katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan
jalan menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi
untuk mengapresiasikan perasaanya auxilery ego, sebagai penompang bagi
anggota yang terlalu lemah atau mendomnasi koordinator, yaitu mengarahkan
11

proses kegiatan kearah pencapaian tujuan dengan cara memberi motivasi


kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan
2. Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan
dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan

Peran Fasilitator

a. Mempertahankan kehadiran peserta


b. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
c. Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar maupun
dari dalam kelompok

Peran Observer

a. Mengamati keamanan jalannya kegiatan terapi bermain


b. Memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan
c. Memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan terapi bermain
d. Menilai performa dari setiap tim terapis dalam memberikan terapi

Susunan kegiatan

No Waktu Terapi Anak Keterangan


1. 5 menit Pembukaan : 1. Menjawab
1. Leader, fasilitator, salam
dan observer membuka 2. Mendengarkan
dan mengucapkan salam 3. Mendengarkan
lalu 4. Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri dan saling
kepada semua berkenalan
Memperkenalkan 5. Mendengarkan
pembimbing 6. Mendengarkan
4. Memperkenalkan
anak satu persatu dan anak
saling berkenalan dengan
temannya
5. Kontrak waktu
dengan anak
12

6. Mempersilahkan
Leader
2. 20 menit Kegiatan bermain : 1. Mendengarkan
1.Leader menjelaskan tata 2. Menjawab
cara bermain bola pertanyaan
a. Menjelaskan cara 3. Menerima
menendang bola permainan
b. Menjelaskan cara 4. bermain
mengoper bola dengan 5. Bermain
teman lain 6.Mengungkapkan
c. Menjelaskan cara perasaan
menggiring bola dengan
ada tantangan
d. Leader, fasilitator dan
observed bermain bersama
anak dengan cara bermain
bola secara berkelompok
e. Leader, observed, dan
fasilititator memotivasi
anak untuk melakukan
permainan ini secara
mandiri
f. Perawat melibatkan
orang tua dalam tiap
kegiatan anak agar anak
semakin bersemangat
dalam melaksanakan terapi
bermain

5.Fasilitator mengobservasi
anak
6.Menanyakan perasaan
anak setelah melakukan
permainan tersebut
13

3. 5 menit Penutup :

1. Leader Menghentikan 1. Selesai bermain


permainan 2.
2. Menanyakan perasaan Mengungkapkan
anak perasaan
3. Menyampaikan hasil 3. Mendengarkan
permainan kepada orang 4. Senang
tua 5. Senang
4. Memberikan hadiah
pada anak yang sudah aktif 6.
dan parsitipatif. Mengungkapkan
5. Menanyakan perasaan perasaan
anak 7. Mendengarkan
7. perawat menutup acara 8. Menjawab
8. Mengucapkan salam salam

Evaluasi

A. Evaluasi struktur yang diharapkan


1. Alat-alat yang digunakan lengkap
2.   Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
B. Evaluasi proses yang diharapkan
1. Terapi dapat berjalan dengan lancar
2.   Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
3.   Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
4. Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai
tugasnya  Evaluasi hasil yang diharapkan
5. Anak dapat bermain bola dengan benar
6.   Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
7. Anak merasa senang
8.    Anak tidak takut lagi dengan perawat
9. Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai
14

10. Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas


bermain
15

BAB IV
16

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang mencerminkan kemampuan
fisik, intelektual, emosional, dan social anak tersebut, tanpa mempergunakan alat yang
menghasilkan atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan
imajinasi anak, dimana dalam bermain anak akan menemukan kekuatan serta kelemahannya
sendiri, minatnya, serta cara menyelesaikan tugas-tugas dalam bermain. Bermain bagi anak
adalah suatu kebutuhan selayaknya bekerja pada orang dewasa, oleh sebab itu bermain di
rumah sangat diperlukan guna untuk mengatasi adanya dampak hospitalisasi yang diasakan
oleh anak. Dengan bermain, anak tetap dapat melanjutkan tumbuh kembangnya tanpa
terhambat oleh adanya dampak hospitalisasi tersebut.

B.     Saran

1.    Orang tua


Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak agar anak dapat
tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang tepat dapat menjadi poin penting dari
stimulus yang akan didapat dari permainan tersebut. Faktor keamanan dari permainan yang
dipilih juga harus tetap diperhatikan.
2.    Rumah Sakit
Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat meminimalkan trauma
yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi dengan menyediakan ruangan khusus untuk
melakukan tindakan.
3.      Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk mengurangi dampak hospitalisasi
dengan terapi bermain yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak. Karena dengan
terapi bermain yang tepat, maka anak dapat terus melanjutkan tumbuh kembang anak
walaupun dirumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai