Anda di halaman 1dari 6

Pragmatic

Arsitektur ibarat puisi yang membeku. Membedah nilai estetika  dalam arsitektur sama  halnya 
dengan  membedah konstruksi sebuah bait puisi.  Meskipun, tentu saja, dengan perwujudan
ekspresi fisik yang berbeda, akan tetapi ketika diletakkan pada batas ranahnya masing-masing
tetap saja disiplin arsitektur dan bahasa puitik tidak bisa benar-benar terpisah

Arsitektur adalah bahasa, puisi yang kaya akan


makna, sebuah pernyataan jujur yang muncul dari proses kreatif berdasarkan konteks interaksi
sosial dan budaya dalam kehidupan. Dengan demikian arsitektur tidak dapat dilepaskan
keterkaitannya dengan tempat di mana didirikan. Minimnya alternatif desain dalam karya
rancangan tematik menjadi titik awal penelitian ini.

Studi ini adalah suatu penjelajahan desain yang ditempuh dengan mengolaborasikan metoda
desain intuitif dan pragmatik dalam kasus eksperimen desain Taman Wisata dan Budaya
Senaputra di Malang. Tujuan penelitian ini adalah menjajagi sejauh mana potensi (struktur
tempat) tapak dapat mempengaruhi gagasan puitis dalam arsitektur. Beberapa teori yang
digunakan sebagai bahan rujukan antara lain adalah the phenomenom of place, poetic of
architecture, licentia poetica, dan semiotika.

Gagasan puitis yang direfleksikan dalam rupa-bentuk arsitektur merupakan sebuah apresiasi
yang lebih mengarah pada ranah fakta yang tidak terukur. Dalam penjelajahan desain ini, koridor
intuitif menjadi bingkai utama pemikiran desain, sedangkan koridor pragmatis berperan sebagai
pengelola gagasan puitik yang muncul dari tahap intuitif menjadi karya eksplorasi desain
arsitektur. Kolaborasi metoda desain intuitif dan pragmatik diterapkan dengan menggunakan
strategi desain induksi intuitif dan kesinambungan analogi model (predictive modelling). Strategi
desain induksi intuitif berperan dalam tahap penggalian inspirasi desain, yaitu proses menangkap
jiwa tempat obyek rancangan, yang kemudian diungkapkan kembali dalam struktur implisit
berupa sajak (puisi).

Sementara itu, strategi desain pragmatik berperan dalam proses decoding konsep-konsep dari
bahasa sajak ke dalam variabel-variabel penjelajahan yaitu potensi tapak. Dari kolaborasi desain
intuitif dan pragmatik ini diperoleh pengalaman dan pengetahuan dalam merancang, bahwa tapak
menjadi pertimbangan terpenting dalam berarsitektur. Karena tapak dengan segala kondisi yang
terlihat adalah suatu keutuhan fenomena fisik dan karakter, di mana setiap elemen memiliki
peran spesifiknya masing-masing. Suatu keutuhan yang tidak dilihat bahkan direduksi, atau
terfragmentasi menjadi kepingan-kepingan kecil yang terberai.
(continue reading : Kolaborasi Intuitif dan Pragmatik)

Utopia dalam Arsitektur (mengupasnya dalam bentuk lain)

Ketentuan membaca... !!!


Akan di mulai dengan sedikit pengenalan salah satu era di arsitektur ya, yang ingin saya bagikan
bukan hanya konten dari zaman itu namun harapannya dapat memberikan gambaran mengapa
zaman-zaman itu muncul dan out come-nya berupa mindset berfikir para pembaca akan lebih
terarah hingga tulisan ini dapat diambil manfaatnya ^^

Arsitektur modern muncul sebagai bentuk perayaan terhadap zaman baru yang lebih berilmu
pengetahuan dengan kondisi masyarakat yang lebih adil;  salah satu pengertian dari arsitektur
modern adalah sebuah sikap untuk menyempurnakan pembangunan yang selama ini memiliki
banyak kekurangan, meski masa depan masih tidak bisa diramalkan. Ni perkataanya Mbah Colin
Rowe dan Fred Koetter tahun 1978.

Nah pada zaman modern ini ni yang namanya bangunan serba “minimalis” itu muncul, mungkin
yang lebih mudah dipahami disini juga warna “abu-abu” yang awalnya bukanlah sebuah warna
lahir dengan selamat kedunia akibat keinginan kehidupan yang serba sederhana (dinding gak
dicat warnanya abu-abu kan? ^^) kenapa ingin sederhana?  Karena pada zaman sebelumnya (red:
Clasic) semuanya serba rumit; Ukiran rumit, bangunan rumit. (kajian ini bisa meluas, jadi mohon
stop saya untuk tidak meluaskannya hingga betul-betul luas) :D

Nah sekarang kita masuk ke Utopia


Utopia sebagai hiburan: meski tidak memiliki wilayah yang nyata, Utopia merupakan sebuah
kawasan yang fantastis yang tidak terpengaruh keterungkapan, Utopia membuka kota-kota
dengan jalan-jalan yang luas, taman yang megah, negara-negara dengan kehidupan yang
sejahtera, meski meewujudkannya membutuhkan dana yang besar...

Utopia sebagai dongeng dan wacana: Utopia dijalankan melalui bahasa dan bagian dari dimensi
fundamental dari fabula. Georges Teyssot. “Heterotopias and the History of Spaces, “A + U
Architecture + Urbanism, October 1980:81)

Hal ini berkaitan dengan sikap utopia yang dapat berubah-ubah untuk menyelesaikan sebuah
masalah dengan cepat. Tetapi seperti pada lempengan pencakar langit Gropius di taman, yang
awalnya tampak ideal bagi orang Eropa Barat bahkan sampai Amerika haute-borgeoisie hanya
bertahan dua puluh atau tiga puluh tahun lalu (ditulis tahun 1974), perencanaan yang telah
ditinggalkan oleh perancangnya, utopia lusuh ini menjadi contoh untuk ledakan terbesar dalam
sejarah dunia... Joseph Rykwert. 1982:104

Dunia-dunia ternyata sesuatu yang dianggap utopia belum tentu sempurna jika diwujudkan, btw
pada tau utopia itu apa gak? 

Utupia adalah masa depan ideal yang tak akan mungkin bisa tergapai, seperti harapan arsitetkur
yang bisa meneylesaikan semua masalah, dalam sejarah arsitektur, salah satunya dikenal dengan
aliran futursm (italia) manireti, sint Ellia, sebuah disain arsitetkur yang masih dalam konsep dan
gambar.

dalam filsafat utupia itu benihnya adalah aliran idealis, berasal dari kata ideal, eidios(latin), yang
maknanya sempurna. Alam ide kata plato ”...alam sempurna yang tak akan ditemui di alam real
sekarang. (hanya jumpa di surga, atau alamroh, atau diluar alam materi), lawannya alam
material, alam pengalaman, empirism...”
Meski tak pernah tercapai. Utopia memberi semangat, gairah dan harapan. Hal ini menyangkut
mengenai konsep-konsep kesempurnaan, seperti membayangkan bentuk yang bulat dalam
konsep-konsep platonik, bentuk-bentuk geomtri, dalam alam nyata kita tidak akan dapat
menjumpai bentuk yang benar-benar bulat, benar-benar persegi dan benar-benar segituga, dalam
konteks sains dan rasionalitas bentuk-bentuk ini diwakilkan dalam kaidah matematika.

Walau utupia tersebut idealis, cara praktis tetap coba digunakan untuk mencapainya agar ada
contoh, walau tidak sempurna betul, sebagai contoh yang coba diujudkan dengan Piramid, Istana
raja-raja, tempat-tempat pemujaan. Pada akhirnya, bukan tujuan (ideal, utupia) yang penting, tapi
bagaimana gairah untuk mencapai utupia itulah yang penting, proses lebih bermakna dan lebih
penting dari tujuan (hasil). Utupia hanya sebagai pengarah, cita-cita, pemberi harapan agar
proses kemajuan, transformasi, evolusi, bahkan revolusi berlangsung ''way be coming'' (selalu)
dalam proses menjadi, bukan jadiannya. Sebagaimana kita beragama, percaya pada hal-hal ideal,
kitab-kitab ideal karena ada tujuan ideal di sana.

Seluruh cita-cita manusia sedikit demi sekdikit bisa tercapai,sepenggal demi sepenggal bisa
mengungkai dunia, berawal dari utupia, dulu Leonardo da Vinci membayangkan sebuah
helikopter, pesawat terbang dengan gambar-gambarnya dan abad 20 cita-citanya tersebut bisa
tercapai, dulu sebagaian besar orang tak akan percaya hal tersebut bisa terwujud, sama seperti
membayangkan manusia bisa pergi ke bulan di era abad 18 bahkan abad 19.

Utopia mirip dengan konsep limit dalam matematika, hampir-hampir tapi tak pernah kena-kena,
selalu nyaris, hingga kita bersemangat dan penasaran untuk terus mendekatinya, karya-karya
monumental seperti contoh-contoh di atas adalah yang hampir-hampir tadi, tapi karena
hakikatnya manusia tak pernah puas, dan juga alam real tak kan pernah sempurna, maka utopia
tak kan pernah diraih, tapi sekadar nyaris yang berterusan (konsep limit) tetap bisa digapai.

Awal Mula Utopia, Utopia berasal dari kata ou, tidak dan topos, tempat dan berarti “tidak-
bertempat”, untuk mendeskribsikan impian Sir Thomas More’s Latin tentang pandangan
politiknya “Utopia”, pada tahun 1516, “Mencakup banyak pemikiran tentang Inggris masa kini”
(Rosenau 1959:41). Sampai saat ini, ini masih digunakan untuk menjelaskan tentang Negara atau
kehidupan jauh mendatang, negara, Wilayah, tempat atau kondisi, Utopia selalu merujuk pada
titik ideal. Yang tidak dapat dijelaskan oleh kamus adalah bagaimana Utopia sebuah bentuk
prilaku sosial, tidak hanya dalam Arsitektur, utopia dapat di identifikasi dalam beragam ilmu.
Yang terbaru pada tahun 1940 Persatuan Peneliti Amerika dan perusahaan pengembangan
Teknologi, dibawah asuhan Bertram dan Bogardus, mengajukan persi baru untuk tujuan dasar
sosial yang didsarkan pada struktur atom.

Colin Rowe dan Fred Koetter (1978) membagi Utopia dalam dua tipe, Clasiccal Utopia, ‘Sebuah
tujuan dari perenungan’ dimana sebuah kota yang ideal ketika seluruh bentuk arsitekturalnya
sama. Dan Activist utopia, ‘sebuah rancangan untuk masa depan’ atau ‘sebuah instrumen pada
perubahan sosial’, arsitektur disini disamakan dengan tiap arsitek atau perencana menciptakan
sejak masa pencerahan sampai menju pada kesempurnaan.

Tanggapan. Tulisan arsitektur kini melanjutkan mengguanakan ‘Utopian’ untuk mendukung atau
menutup hal umum mengenai semua hal yang menyangkut tentang Uban atau arsitektur yang
diuar kebiasaan, berbeda, dan sering dilihat. Pada kenyataannya, lebih dari satu generasi yang
lalu Banham menyatakan kata ini telah disalah gunakan oleh Conrads dan Sperlich (Fantastic
Architecture, 1960) pada kalimat “bentuk konvensional yang tidak rapi di sebut dengan kata
“utopia” yang berarti lebih kecil dari sebuah tujuan atau peningkatan; sebagian dari proyek tidak
diskusikan ini merupakan masalah serius untuk terlibat dalam masalah proporsi baru  secara
menyeluruh dan kehidupan sosial disempurnakan mengikuti pesanan” (Benham 1976:79)

Melanjutkan penyalahgunaan kata Utopia menjadi brimborium, mendapatkan. Stanly Fish lebih
menyakitkan. Di melihat tidak ada perbedaan antara sikap pasrah, utopia dan para penyembah
berhala, mempercayai tiap mereka mempertahankan perubaha dan memperkuat status sosial.
“Orang yang pasrah berkata. “lihat tidak ada pilihan lain yang mutlak diperlukan untuk situasi
sosial dan politik kita... Seorang Utopia melihat bahwa ada tiga cara untuk memulai dengan lebih
tepat dan memuaskan kemudian dia akan mengetahui apa yang harus dia ketahui sekarang, tapi
dia percaya bahwa tujuan idealnya adalah tidak sepenuhnya diselesaikan saat ini... dan seorang
idolator... dengan alamiah akan menghormati ketidak setujuan, seperti kejahatan dan perubahan
adalah kerusakaan, dan akan mudah jatuh pada politik konservatif (Fish 1989:412)meski terlihat
sinis, tujuan arsitektur adalah untuk terus optimis dan selalu ingin melihat arsitektur masa depan.
Penafsiran Arsitektur utopia,  berfikir, seperti utopia dalam tafsir arsitektur, hal yang salah
adalah ketika “sebuah bangunan memiliki model aktual untuk menampilkan techniciencs de la
forme architecturale, meski mencoba untuk mengusulkan mekanisme yang baik untuk la vie
ludigue sekeder digunakan untuk mengetahui kondisi keuangan pelanggan” (Benham 1976:83)

Tetapi, sejak arsitektur arsitektur memperhatikan darimana ia berasal, mereka tidak


meninggalkan apapun untuk diubah atau diimajinasikan, karena itu adalah wilayah mereka.
Penampilan dari nilai arsitek dilihat dari jalanan, berfikir, untuk mengatakan tujuan.
“megastruktur adalah sebuah kota ideal yang mengandung orang-orang Utopia,” sebuah tahap
untuk “Homo ludends, tipe arsitektur”.

Arsitektur adalah sebuah tahapan untuk tujuan sosial yang dipadukan dengan ide sebagai
ludibirium, sebuah drama fiksi atau perumpamaan, Dame France Yates dikembangkan dalam
The Rosicrucian Enlightenment (1972), Kota Bacon New Atlantis, sebuah pola yang dimotori
Latin ledere.

Stanly Tigerman berpendapat bahwa “kita berada pada keadaan dipengasingan. Post modern
America, seperti mendekorasi ulang masa Renaisennce, menginginkan yang lain, waktu yang
singkat. Amerika adalah sebuah tanah untuk ditemukan dan yatim piatu, yang terpisah dari orang
tuanya dan mengembara pada pencarian keabsahan di dunia untuk sejarah lainnya dari priode
yang panjang (Tigerman 1988:154).  Utopia adalah hidup dalam arsitektur, bukan sebuah ide
konvensional dimasa depan tetapi sesuatu yang asing saat ini, sesuatu yang tidak-bertempat
disini dan saat ini desainnya yang berbicara untuk mencoba dikumpulkan, kata yang tidak
familiar mencoba untuk memesan arsitek yang tidak familiar menajdi kandidat digunakan
dimasa mendatang.

Terlepas dari semua hal di atas, pandangan Islam tentang hal ini jauh lebih mengagumkan...
Insya Allah akan saya tulis secepatnya ^^

Anda mungkin juga menyukai