Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PRA-SURVEI

SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN

Dosen Pembimbing:
Dr. Ir. Sri Rahayu Utami, M.Sc.

Disusun Oleh:
Ainun Jariyah Arrosyadah 195040201111103
Jesika Ekarian Br Ginting 195040201111104
Denny Nurhudayanto 195040201111121
Fijar Alam Alhadad 195040207111032

COVER

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020

i
DAFTAR ISI
COVER ...................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
1. Data, Peta, Foto Udara dan Citra Satelit ........................................................................... 1
2. Interpretasi Foto Udara (IFU) ............................................................................................ 2
3. Penyiapan Peta Kerja .......................................................................................................... 3
4. Pra-Survei ............................................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 9

ii
1. Data, Peta, Foto Udara dan Citra Satelit
Survei tanah merupakan metode yang dilakukan untuk memperoleh data tanah yang
direncanakan dengan turun langsung ke lapangan. Sebelum melakukan survei tanah, maka
calon penyurvei disarankan untuk melalui tahapan pra-survei. Pra-survei merupakan tahapan
yang dilakukan sebelum kegiatan survei tanah, dalam pra-survei terdapat beberapa tahapan
yang harus dilakukan oleh penyurvei antara lain:
a. Persiapan peta dasar, peta udara atau citra satelit, dan data yang diperlukan lainnya.
b. Analisis landform melalui interpretasi foto udara
c. Plotting dari hasil interpretasi foto udara ke peta dasar
d. Membuat rencana kerja di lapangan
e. Melakukan kunjungan lapangan untuk mengecek hasil interpretasi di studio
Tahap pra-survei sangat menentukan keakurasian dari hasil survei tanah yang akan dilakukan.
Semakin lengkap data atau informasi faktor pembentuk tanah maka semakin baik satuan
tanah (ST) yang dihasilkan untuk mengklasifikasikan tanah. Selain itu, semakin besar skala
peta dasar dan foto udara atau citra satelit, maka semakin detai satuan peta (SP) yang
dihasilkan sehingga semakin akurat peta tanah (SPT) yang dihasilkan. Menurut Wahyunto et
al. (2016) bahwa pada tahap pra-survei tanah terdapat beberapa data dan peta yang
diperlukan peta rupa bumi Indonesia (RBI), DEM (Digital Elevation Model), Peta geologi
dan bahan induk tanah, Data survei tanah yang pernah dilakukan sebelumnya, Data iklim, dan
Foto udara atau citra satelit.
Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI), skala 1:50.000 – 1:25.000 dalam bentuk digital
digunakan sebagai peta dasar untuk plotting hasil interpretasi foto udara (IFU). Peta RBI ini
juga digunakan untuk membantu kegiatan survei dan pemetaan di lapangan, karena
menyajikan informasi jaringan jalan, nama tempat, elevasi, liputan lahan (land cover),
pemukiman, dll. DEM (Digital Elevation Model) digunakan untuk membantu analisis dan
delineasi satuan lahan (landform, litologi, bentuk wilayah atau lereng, pola drainase, dll.).
Peta geologi dan bahan induk tanah, informasi geologi diperlukan untuk menduga jenis
batuan induk (litologi) yang mungkin dijumpai di lapangan, karena bahan induk atau litologi
menjadi salah satu komponen atau faktor pembentuk tanah serta salah satu parameter yang
digunakan dalam analisis satuan lahan peta geologi umumnya memiliki skala 1:250.000
hingga 1:100.000. Data survei tanah yang pernah dilakukan sebelumnya digunakan untuk
mengetahui informasi jenis tanah, macam-macam tanah dan sifat-sifatnya. Data iklim yang
diperlukan adalah data curah hujan, suhu udara, kelembaban udara, dan evapotranspirasi rata-
rata bulanan selama 5-10 tahun terakhir.

1
Foto Udara adalah hasil pemotretan suatu daerah dari ketinggian tertentu, dalam ruang
lingkup atmosfer menggunakan kamera. Misalnya pemotretan menggunakan pesawat
terbang, heikopter, balon udara, drone/UAV, dan wahana lainnnya. Citra Satelit merupakan
pemotretan suatu daerah menggunakan wahana satelit yang dioperasikan dari ruang angkasa.
Saat, ini citra satelit resolusi tinggi memiliki resolusi spasial 50 cm (hasil resampling), seperti
citra GeoEye-1, WordView-2, WorldView-1, dan Pleiades. Hasil foto satelit tidak sedetail
jika dibandingkan dengan foto udara. Foto udara atau citra satelit digunakan untuk membantu
dalam analisis landform atau satuan lahan pada suatu wilayah. Foto udara atau citra satelit
dapat diperoleh dari Badan Informasi Geospasial (BIG) yang sebelumnya bernama
Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional). Dalam tahapan pra-survei
tanah juga dilakukan persiapan alat dan bahan yang diperlukan saat survei tanah. Alat dan
bahan yang diperlukan yaitu:
a. Kartu deskripsi profil, Kartu minipit, Kartu pemboran
b. Meja dada, Buku catatan
c. Alat-alat tulis: ball-point, pensil, spidol permanen, karet penghapus
d. Buku Munsel
e. GPS
f. Kompas
g. Klinometer atau Abney-hand Level
h. Stereoskop saku
i. Meteran (Roll meter) 2 meter
j. Lensa tangan pembesaran 10x
k. Pengukur pH
l. Sabuk profil
m. Pisau tanah

2. Interpretasi Foto Udara (IFU)


Interpretasi foto udara (IFU) merupakan kegiatan menganalisa citra foto udara dengan
maksud untuk mengidentifikasi dan menilai obyek pada citra tersebut sesuai dengan prinsip-
prinsip interpretasi. Interpretasi biasanya meliputi penentuan lokasi relatif dan luas
bentangan. Interpretasi foto udara dapat dilakukan dengan cara delineasi dan plotting.
Delineasi bidang tanah dilakukan dengan cara mengidentifikasi bidang-bidang tanah dengan
menggunakan peta foto dan menarik garis ukur untuk batas bidang tanah yang jelas dan
memenuhi syarat. Dalam penarikan batas, ada 2 metode yang dapat dijadikan sebagai acuan,

2
yaitu delineasi metode general boundary (penarikan batas dari kenampakan yang terlihat) dan
delineasi metode fixed boundary (penarikan batas dari hasil pengukuran di lapangan).
Delineasi dengan metode general boundary dapat dijadikan sebagai alat dalam percepatan
pembangunan basis data bidang tanah yang lengkap, cepat dan lebih murah. Berdasarkan
analisis yang telah dilakukan dari beberapa delineasi metode general boundary, hasil
ketelitian yang paling mendekati toleransi adalah delineasi metode general boundary pada
skala perbesaran 1:1000 dengan penarikan batas sisi tengah dari kenapampakan yang terlihat
(hasil dilihat dari jumlah sampel yang paling banyak diterima berdasarkan standarisasi yang
telah ditetapkan).
Adapun unsur interpretasi citra sebai berikut:
a. Rona merupakan tingkat kecerahan atau kegelapan suatu obyek yang terdapat pada
citra. Sedangkan warna adalah wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan
spektrum sempit, lebih sempit dari spektrum tampak. Spektrum tampak terbagi atas
band biru, hijau, dan merah.
b. Bentuk merupakan cerminan kerangka obyek, baik bentuk umum maupun bentuk
rinci. Salah satu fungsi bentuk adalah untuk mempermudah pengenalan data. Bentuk
merupakan unsur yang jelas, sehingga dengan melihat bentuknya saja dapat dikenali
obyeknya.
c. Ukuran adalah jarak, luas, volume, ketinggian tempat, dan kemiringan.
d. Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra atau pengulangan rona kelompok
obyek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual.
e. Pola merupakan kecenderungan bentuk suatu obyek. Misalnya, kawasan pemukiman
di perumahan biasanya memiliki pola teratur, memiliki ukuran seragam, dan
mengahadap jalan.
f. Bayangan berfungsi untuk membantu identifikasi obyek secara visual, terutama
berhubungan dengan obyek yang mempunyai ukuran tinggi.
g. Situs adalah tempat kedudukan suatu obyek terhadap obyek lain di sekitarnya.

3. Penyiapan Peta Kerja


Dalam menyiapkan peta kerja maka hal yang harus dilakukan yaitu menentukan
lokasi titik observasi pada lapangan yang menyesuaikan dengan :
1. Pendekatan Survei
Pelakukan survei tanah terdapat beberapa metode dalam melakukan survei
tanah.Menurut Rayes (2007), ada tiga metode dalam melakukan survey tanah yaitu metode

3
fisiografi dengan bantuan interpretasi foto udara (menggunakan prinsip analitik), metode grid
(menggunakan prinsip pendekatan sintetik), dan metode grid bebas yang merupakan
penerapan gabungan dari kedua metode survey.
a. Pendekatan Sintetik
Pendekatan sintetik, pengamatan dilakukan terlebih dahulu, kemudian dikelompokkan
berdasarkan sifat-sifat tertentu seperti jenis tanah, tipe batuan,dll berdasarkan hasil
pengamatan pada titik-titik pengamatan sehingga dihasilkan suatu peta sebanyak keragaman
yang ada. Pendekatan sintetik dapat digunakan apabila pada daerah tersebut tidak tersedia
peta/foto udara. Berikut ilustrasi pendekatan sintetik:

4
b. Pendekatan analitik
Pendekatan analitik, lansekap dideleniasi berdasarkan karakteristik eksternal seperti
bentuk lahan batuan, relief, lereng, landform, vegetasi dan tanah permukaan. Kemudian
menentukan karakteristik tanah pada masing-masing satuan tersebut melalui pengamatan dan
pengambilan contoh tanah di lapangan. Pada pendekatan analitik memerlukan peta/foto udara
karena fungsi foto udara sendiri yaitu untuk membatasi lahan yang mempunyai karakteristik
fisik yang sama seperti bentuk lahan yang akan memudahkan pemantauan dalam
melaksanakan survei tanah (Basri dan Tience,2018). Berikut adalah contoh pemetaan
analitik:

2. Tujuan Pemetaan
Menurut Basri dan Tience (2018) tujuan dilakukanya pemetaan survei tanah yaitu
untuk memberikan informasi mengenai tanah kepada pemakai tanah yang akan membantu
pemakai tanah adalam mengambil keputusan dalam penggunaan lahan dan pengembangan
wilayah yang disurvei.Pemetaan dibuat untuk tujuan khusus dan umum. Menurut Sukarman
dan Ritung (2012) pemetaan dengan tujuan khusus meliputi sektor pertanian yang tujuan
untuk keperluan tertentu seperti evaluasi lahan yang berisi permasalahan sumberdaya tanah
dengan tujuan untuk peningkatan produktivitas dan atau perluasan areal pertanian.Sedangkan

5
untuk tujuan umum meliputi non-pertanian seperti pembangunan ataupun pengembangan
non-pertanian
3. Pengalaman Tim Survei Tanah
Pada penyiapan peta kerja juga diperlukan pengalaman dalam tim survei tanah
terutama pada saat melakukan survey tanah dengan metode analitik menggunakan foto udara.
Pengalaman dalam Tim survei sanggat diperlukan karena dalam menginterprestasi foto udara
harus memiliki keahlian sehingga dapat mengerti hasil foto udara yang didapatkan.Hal ini
sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa dalam menginterpretasi foto udara harus
dilakukan seseorang yang ahli dalam bidang penafsiran citra dari foto udara sehingga
kekeliruan dalam mengenali objek dari foto udara dapat dihindari.
4. Skala pemetaan yang dihasilkan
Peta dibuat sesuai dengan tujuan tertentu dengan skala yang berbeda-beda. Menurut
Wahyunto et al. (2016) semakin detail skala peta, maka data dan informasi yang disajikan
semakin rinci sehingga penyebaran dari masing-masing satuan peta tanah yang digambarkan
juga semakin terperinci. Sukardi et al. (1989) telah membagi jenis peta tanah di Indonesia
kedalam tujuh jenis peta yaitu :

Skala peta juga berhubungan dengan banyaknya titik pengamatan pada wilayah yang
memiliki luasan yang sama karena banyak jumlah titik pada satu lahan akan bergantung pada
skala surveinya.Menurut Basri dan Tience (2018) semakin besar skala maka titik
observasinya semakin banyak.Hubungan skala denga titik pengamatan menurut Basri dan
Tience (2018) yaitu :

6
5. Menyiapakan Peta Lapangan
Sebelum melakukan survei lapangan, peta rencana pengamatan tanah di lapang harus
dibuat terlebih dahulu dengan memperhatikan keragaman satuan lahan, teknik pengamatan
sistem transek, aksesibilitas (kemudahan dijangkau) dan waktu tersedia dengan tujuan
membantu efisiensi survei dan pemetaan tanah di lapangan. Rencana titik pengamatan
diplotkan pada peta satuan lahan (hasil interpretasi) (Hikmatullah et al. ,2014).
Pada kegiatan survey tenaga kerja dan alat survei bergantung kepada pada kerumitan
daerah survei dan jumlah titik yang akan di amati.Menurut Hikmatullah et al. (2014),tenaga
kerja dalam survei tanah meliputi tiga kelompok yaitu :
a. Tenaga surveyor tanah
Bertanggung jawab melaksanakan seluruh rangkaian kegiatan survei dan pemetaan
tanah dan menguasai ilmu tanah dan pemetaan, geomorfologi, geologi, penginderaan
jauh (remote sensing), dan SIG (Sistem Informasi Geografi)
b. Tenaga peneliti pendukung
Tenaga peneliti pendukung diperlukan untuk bidang-bidang yang relevan/terkait,
yaitu kimia dan kesuburan tanah, fisika dan konservasi tanah, agronomi, agroklimat
dan hidrologi, serta sosial ekonomi pertanian.
c. Tenaga korelator atau evaluator
Tenaga korelator atau evaluator adalah tenaga senior yang mempunyai pengalaman
dalam teori dan praktek survei dan pemetaan tanah. Tenaga korelator ikut mengawal
kualitas pemetaan (quality control) terhadap pelaksanaan metode survei dan pemetaan
tanah serta kualitas peta yang dihasilkan.

4. Pra-Survei
Kegiatan pra-survei dilakukan sebelum melakukan survei utama. Kegiatan pra-survei
dimaksudkan untuk perencanaan pelaksanaan yang dilakukan pada survei utama. Menurut
Basri dan Tience (2018), kegiatan yang dilakukan dalam pra-survei yaitu melakukan izin

7
survei, mengumpulkan data mengenai peta desa,data sosial ekonomi,data terkait dengan
lahan lainya,konsultasi dengan instansi terkait,penentuan letak basecamp,tenaga
pendamping,sarana transportasi dan sebagainya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Arsy, R. F. 2013. Metode Survei Deskriptif Untuk Mengkaji Kemampuan Interpretasi Citra
Pada Mahasiswa Pendidikan Geografi FKIP Universitas Tadulako. Kreatif, 16(3).
Basri, A. H. H., Tience.E.P. 2018. Persiapan Lahan Perkebunan.Jakarta Selatan: Badan
Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian
Estes J. E. 1974. Imaging with Photographic and Nonphotographic Sensor System, In :
Remote Sensing Tehciques for Environtmental Analysis, California: Hamilton
Publishing Compagny
Hikmatullah, S., Tafakresnanto, C., Sukarman, S., Nugroho, K. 2014. Petunjuk Teknis Survei
dan Pemetaan Tanah Tingkat Semi Detail Skala 1: 50,000. Jakarta: BPPP
Kementerian Pertanian
Rayes, M. L. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penerbit Andi.Yogyakarta
Sukarman, S., & Ritung, S. 2013. Perkembangan dan Strategi Percepatan Pemetaan
Sumberdaya Tanah di Indonesia
Wahyunto, H., Suryani, E., Tafakresnanto, C., Ritung, S., Mulyani, A., Nugroho, S. K.,
Nursyamsi, D. 2016. Petunjuk teknis pedoman survei dan pemetaan tanah tingkat
semi detail skala 1: 50.000. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya
Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor

Anda mungkin juga menyukai