Anda di halaman 1dari 2

Tujuan dan Manfaat Wawancara

a. Tujuan wawancara
Menurut Rich (dalam Baker, 1990) mengklasifikasikan
tujuan wawancara menjadi lima, yakni:
1. Fact finding interviews
Fact finding interviews merupakan wawancara yang
dilakukan dengan tujuan untuk menggali data atau informasi atas
suatu topik. Contohnya saat wawancara kerja, pewawancara perlu
mengetahui data pribadi para pelamarnya baik dari latar belakang
pendidikan, riwayat pekerjaan sebelumnya atau informasi lain yang
mendukung tercapainya tujuan dari wawancara tersebut.
2. Fact giving interviews
Fact giving interviews yaitu wawancara yang dilakukan
dimana pewawancara memberikan keterangan atau penjelasan
kepada seseorang yang diwawancara. Contohnya ketika seorang
supervisor yang memberikan instruksi atau data yang dapat
meningkatkan performance kerja.
3. Manipulative interviews
Wawancara yang bertujuan untuk mengarahkan atau
membuat subjek melakukan hal yang diinginkan. Wawancara pada
setting klinis banyak menggunakan hal ini untuk mengubah atau
mengarahkan perilaku subjek menuju perilaku yang lebih adaptif.
4. Treatment interviews
Wawancara yang bertujuan untuk memberikan support,
konseling atau menumbuhkan insight kepada subjek.
5. Demonstrative interviews
Wawancara yang dilakukan untuk mengilustrasikan atau
mendemonstrasikan teknik atau hal yang penting kepada subjek.
Demonstrative interviews ini memungkinkan untuk digunakan
dalam model pembelajaran atua untuk tujuan penelitian.
b. Manfaat Wawancara
Menurut Rosaliza (2013), wawancara memiliki beberapa
manfaat yakni:
1. Mendapatkan informasi yang tepat sasaran dari populasi yang kecil
2. Subjek lebih suka diwawancarai dari pada mengisi kuesioner
3. Tepat digunakan untuk subjek yang tidak mengembalikan daftar
pertanyaan atau kuesioner yang dikirim melalui pos atau surat
elektronik
4. Aspek penting dalam wawancarai yakni Problem the Question,
menyesuaikan pertanyaan seterusnya tergantung pada jawaban
subjek peneliti
5. Dapat diketahui langsung jenis subjek yang diwawancarai dan reaksi
subjek terhadap pertanyaan
6. Suasana saat wawancara dapat diamati
7. Peneliti dapat mengetahui apakah subjek memahami petanyaan yg
dikemukakan
8. Hubungan yg baik dapat mengurangi kecurangan subjek terhadap
informasi yang akan diberikan serta akan memberi jawaban yang
lebih pasti.
9. Peneliti dapat memperhatikan secara langsung adanya keraguan
subjek peneliti dalam menjawab
10. Peneliti dapat memperoleh keteranagn lebih lanjut dan mendalam
terhadap jawaban dari subjek yang tidak menyimpang dari tujuan
penelitian.

Referensi:
Edi, Fandi Rosi Sarwo. 2016. Teori Wawancara Psikodoagnostik.
Yogyakarta: LeutikaPrio

Anda mungkin juga menyukai