Anda di halaman 1dari 2

Pengertian Kurikulum

1.Pengertian Etemeologis (Bahasa)

Secara etemologis (bahasa), istilah “curriculum” dinyatakan sebagai istilah yang berasal dari bahasa
Latin, yakni curro atau currere dan ula atau ulums yang diartikan sebagai “racecorse”, yakni lapangan
pacuan kuda, jarak tempuh untuk lomba lari, perlombaan, pacuan balapan, peredaran, gerak berkeliling,
lapangan perlombaan, gelanggang, kereta balap, dan lain-lain” (Prent, 1969:211; Webster, 1989:340).

Istilah curro atau currere dan ula atau ulums yang diartikan sebagai “racecorse” tersebut kemudian
diadopsi ke dalam dunia pendidikan dengan istilah “curriculum” (bahasa Inggeris) atau “kurikulum”
(bahasa Indonesia). Hal itu sebagaimana dinyatakan oleh Brobacher, sebagai berikut:

“according to its Latin origin a curriculum is a “runway”, a course which one runs to reach a goal, as in a
race. This figure of a course has been carried over into educational parlance, where it is sometimes
called a curriculum, sometimes a course of study (Brobacher, 1962: 237).

Dala kutipan ini Brobacher menyatakan bahwa istilah kurikulum yang dalam bahasa Latin diartikan
sebagai lapangan pacu (runway) yang berarti sebagai sebuah lapangan tempat berlari untuk mencapai
sasaran (goal). Dari istilah tersebut dibawa ke dalam dunia pendidikan yang kadangkala dimaksudkan
sebagai sebuah kurikulum dan kadangkala dimaksudkan sebagai sebuah mata/materi pelajaran yang
dipelajari.

Pemakaian istilah yang semula dipakai dalam dunia olah taga tersebut sepertinya didasarkan pada
persesuaian makna atau hakikat yang dikandung oleh istilah tersebut, yakni adanya jarak atau proses
yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan. Hal itu secara tegas sebagaimana dinyatakan oleh
Schubert (1986:33): “its interpretation from the race course etymology of curriculum, currere refers to
the running of the race and emphasizes the individuals own capacity to reconceptualize his or her
autobiography”. Pemakaian istilah kurikulum atas dasar persesuaian makna tersebut juga dipakai dalam
bahasa Arab. Hal itu bias dilihat bahwa dalam bahasa Arab istilah kurikulum disebut “minhaj” yang
berarti “jalan yang terang”; cara, metode, bagan, rencana. Dari istilah itu dikenal istilah “minhaj al
ta`lim” yang berarti “rencana pengajaran atau kurikulum” (Munawwir, 1984: 1567).

2.Pengertian Termenologis (istilah)

Berdasarkan pengertian bahasa di atas, dimana istilah kurikulum (curriculum, ing.) atau (minhaj, Arab)
dimaksudkan sebagai “sebuah jalan atau proses yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu atau
“sejumlah materi/mata pelajaran (a course of study), maka secara termenologis kurikulum diartikan
sebagai “sejumlah materi/mata pelajaran yang harus dikuasai” (a course of subject matters to be
mastered), (Zais, 1976:7; Giroux, H.A., et.all, 1981:35).

Rumusan pengertian pada masa awal tersebut disebut oleh para pakar kurikulum sebagai pengertian
tradisional atau sempit. Dalam pengertian tradisional dan sempit tersebut, konsep kurikulum
menunjukkan penekanannya pada pengertian kurikulum sebagai isi pendidikan. Pengertian kurikulum
sebagai isi pendidikan tersebut menurut Giroux, et al. (1981:35) adalah: “the data or information
recorded in guides or textbooks and overlooks many additional element that need to be provided for in
a learning plan”. Dalam hal ini kurikulum merupakan sesuatu yang berisikan sejumlah data atau
informasi yang dipakai sebagai petunjuk pembelajaran atau dalam bentuk buku teks yang berisikan
sejumlah materi yang diperlukan untuk dicapai dalam sebuah rencana pembelajaran. Senada dengan itu
al-Syaibani (1979) dalam menggambarkan pengertian minhaj sebagai padanan istilah kurikulum dalam
bahasa Arab yakni terbatas pada pengetahuan-pengatahuan yang dikemukakan oleh guru atau sekolah
dalam bentuk mata pelajaran-mata pelajaran atau kitab-kitab karya ulama terdahulu, yang dikaji begitu
lama oleh para peserta didik dalam setiap tahapan pendidikannya.

Selanjutnya sejalan dengan perkembangan dunia pendidikan, konsep kurikulum juga turut mengalami
perkembangan dan pergeseran makna dari isi ke proses pendidikan. Dalam hal ini kurikulum tidak
diartikan sebagai sekedar seperangkat materi yang harus diberikan atau dikuasai oleh peserta didik
tetapi juga mencakup segala hal yang terjadi atau dilakukan dalam proses yang dilakukan atau dijalani
peserta didik dan guru. Bahkan penekanannya lebih pada proses ketimbang sebagai isi atau materi. Hal
itu sebagaimana dinyatakan oleh Doll (1964:15) bahwa: “The commonly accepted definition of the
curriculum has changed from content of courses of study and list of subjects and courses to all
experiences which are offered to learners under the auspices or direction of the school”. Dalam definisi
Doll di atas penekanan pengertian kurikulum pada sejumlah pengalaman yang diberikan kepada siswa di
bawah tanggaung jawab atau arahan sekolah (all experiences which are offered to learners under the
auspices or direction of the school). Sejalan dengan pengertian ini Al-Kualy (1981) menjelaskan
pengertian minhaj sebagai padanan istilah kurikulum dalam bahasa Arab sebagai seperangkat rencana
dan media serta cara untuk mengantarkan lembaga pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
yang diinginkan. Dalam definisi al-Kualy ini kurikulum mengandung makna sebagai isi dan sekaligus
sebagai proses.

Pergeseran makna kurikulum tersebut bukan saja dari isi ke proses tetapi juga terdapat pergeseran
cakupan atau lingkup makna kurikulum dari yang sempit ke yang sangat luas. Beberapa definisi
kurikulum yang menggambarkan konsep tersebut, antara lain dikemukakan oleh beberapa pakar
kurikulum sebagai berikut. Stratemeyer (1957:9) mendefinisikan kurikulum sebagai: “the sum total of
the school`s effort to influence learning wither in the classroom, on playground or on out of school”.
Dalam hal ini Stratemeyer memandang kurikulum sebagai sejumlah usaha sekolah untuk mempengaruhi
pembelajaran, baik di dalam kelas, lapangan bermain, atau di luar sekolah. Lebih jauh menurut Krug
(1956:4), kurikulum adalah seluruh kegiatan yang dilakukan oleh sekolah untuk memberikan
pengalaman belajar siswa, sebagaimana dinyatakannya: “all the means employed by the school to
provide students with opportunities for desirable learning experience”. Sedangkan Beaucham (1964:4),
memandang kurikulum sebagai: “all activities of children under the jurisdiction of the school” ( seluruh
aktivitas anak di bawah tanggung jawab sekolah).

Anda mungkin juga menyukai