Anda di halaman 1dari 17

MODUL PENGEMBANGAN KURIKULUM

(PSD 221)

MODUL PERKULIAHAN SESI 1


HAKIKAT KURIKULUM
(Sebuah Kompilasi)

DISUSUN OLEH
AINUR ROSYID, SPdI, MA

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


AGUSTUS 2020

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 0 / 17
SUBTOPIK 1 PENGERTIAN, DIMENSI DAN KEDUDUKAN KURIKULUM

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu :


1. Mendefinisikan pengertian kurikulum dengan baik dan benar
2. Menjabarkan dimensi-dimensi kurikulum dengan baik dan benar
3. Menjelaskan kedudukan kurikulum dalam sistem pendidikan dengan baik dan
benar

B. Uraian dan Contoh

1. Pengertian Kurikulum
Pengertian kurikulum dapat dilihat pada tiga sudut pandang; Pertama
pengertian kurikulum dari sudut pandang etimologis (kebahasaan); Kedua
pengertian kurikukum dari sudut pandang termenologis (menurut pengertian)
tradisional; dan ketiga pengertian kurikulum dari sudut pandang termenologis
modern.

Pengertian Etemologis Kurikulum


Dari sudut pandang etimologis (kebahasaan), istilah kurikulum dinyatakan
berasal dari kata-kata dalam bahasa Latin, yakni currere (infinitif) atau corro
(present active), yang berarti run, hurry, hasten, speed, move, travel, processed
(transitive) dan of a race (transitive). Selanjutnya istilah tersebut diadopsi ke
dalam bahasa Inggeris, melahirkan istilah ‘course’, `racecourse` atau
`racetrack`. Istilah `course` berarti “a direction or route taken or to be taken”.
Dalam kamus Webster istilah course tersebut diartikan: lapangan pacuan kuda,
jarak tempuh untuk lomba lari, perlombaan, pacuan balapan, peredaran, gerak
berkeliling, lapangan perlombaan, gelanggang, kereta balap, dan lain-lain”
(Webster, 1989:340). Sedangkan istilah `racecourse` atau `racetrack` berarti: a
long broad track, usually of grass, enclosed between rails, and with starting and
finishing points marked upon it, over which hourse are raced (Collins English
Dictionary, 2009). Pemakaian dan asimilasi istilah tersebut disebutkan oleh
Schubert (1986:33): “its interpretation from the race course etymology of

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 1 / 17
curriculum, currere refers to the running of the race...”. Selanjutnya dalam dunia
pendidikan muncul istilah curriculum (kata tunggal/singular), curricula atau
curriculums (kata jamak/plural) yang berarti: (1) a course of study in one subject
at school or college; (2) a list of all the courses of study offered by a school or
college; (3) any programme or plan of activities (Collins English Dictionary,
2009).
Dari gambaran di atas terlihat adanya asimilasi istilah bahasa dari bahasa
latin ke bahasa Inggeris dan kemudian ditransformasi ke dalam istilah yang
dipakai dalam dunia pendidikan. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh
Brobacher (1962: 237): “according to its Latin origin a curriculum is a “runway”,
a course which one runs to reach a goal, as in a race. This figure of a course
has been carried over into educational parlance, where it is sometimes called a
curriculum, sometimes a course of study. Dalam hal ini Brobacher menyatakan
bahwa istilah kurikulum berasal dari bahasa Latin yang diartikan “runway”
(landasan pacu) atau sebagai sebuah lapangan tempat berlari, dimana
seseorang berlari dari satu titik start (tempat memulai) untuk menuju atau
mencapai tujuan (goal). Kemudian setelah diadopsi ke dalam dunia pendidikan,
kadangkala diistilahkan dengan istilah kurikulum (curriculum) dan kadangkala
disebut dengan istilah mata/materi pelajaran yang dipelajari (a course of study).
Pemakaian istilah, yang semula dipakai dalam dunia olah raga tersebut,
sepertinya didasarkan pada persesuaian makna atau hakikat yang dikandung
oleh istilah tersebut, baik yang dipakai dalam dunia olahraga dan yang
dilakukan dalam dunia pendidikan, yaitu adanya tempat dan jarak yang harus
ditempuh untuk mencapai tujuan, yang di dalamnya terdapat proses yang harus
dilalui mulai dari garis start sampai ke finish atau tujuan. Pemakaian istilah
kurikulum atas dasar persesuaian makna tersebut juga dipakai dalam bahasa
Arab. Dalam bahasa Arab istilah kurikulum disebut “minhaj” yang berarti “jalan
yang terang”; cara, metode, bagan, rencana. Dari istilah itu dikenal istilah
“minhaj al ta`lim” yang berarti “rencana pengajaran atau kurikulum
pembelajaran (Munawwir, 1984: 1567) Dalam bentuk lain dikenal pula istilah
“minjah al diraasi” (kurikulum mata pelajaran) atau “minjah al mardasah”
(kurikulum sekolah/madrasah).

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 2 / 17
Pengertian Termenologis Kurikulum
Menurut Pandangan Tradisional Menurut pandangan tradisional,
kurikulum dimaknai sesuai arti etimologis kurikulum, yaitu sebagai sejumlah
mata/materi pelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik pada suatu
sekolah. Hal itu sebagaimana dikemukakan oleh Zais, (1976:7) dan Giroux
(1981:35) bahwa kurikulum adalah: “a recourse of subject matters to be
mastered”. Senada dengan pemaknaan di atas, al-Syaibani (1979), sebagai
tokoh pendidikan Islam, menggambarkan pengertian minhaj sebagai padanan
istilah kurikulum dalam bahasa Arab yakni berupa pengetahuan pengatahuan
yang dikemukakan oleh guru atau sekolah dalam bentuk mata pelajaran-mata
pelajaran atau kitabkitab karya ulama terdahulu, yang dikaji begitu lama oleh
para peserta didik dalam setiap tahapan pendidikannya.
Dalam pandang tradisional ini kurikulum diartikan hanya sebatas apa yang
menjadi isi pendidikan atau pembelajaran yang harus dikuasai dan diberikan
dlam sebuah proses pendidikan, khususnya pendidikan yang dilaksanakan di
sekolah sekolah. Dengan demikian, pengertian tradisonal ini disebut juga
pengertian kurikulum dalam pengertian yang sempit. Dinyatakan sebagai
kurikulum dalam pandangan sempit karena kurikulum dipandang sekedar atau
sebatas sebagai isi/ materi pendidikan/pembelajaran, yakni terbatas pada
materi atau bahan yang diberikan dan harus dikuasai oleh peserta didik dalam
sebuah kegiatan pendidikan atau pembelajaran yang diberikan secara formal di
sekolah atau kelas. Sedangkan disebut sebagai pengertian tradisional,
dikarenakan kurikulum dalam arti sempit ini umumnya dianut atau dipakai pada
konsep dan praktik pendidikan masa lalu. Akan tetapi, tidak berarti bahwa
konsep dan praktik pendidikan pada saat ini tidak memakai lagi pengertian
dalam pandangan sempit ini. Masih banyak lembaga pendidikan dan dalam
kondisi tertentu masih menggunakan pengertian kurikulum dalam pandangan
sempit ini. Tegasnya jika sebuah lembaga pendidikan atau sebuah mata
pelajaran dalam pengembangan kurikulumnya hanya memperhatikan isi atau
materi saja sebagai sesuatu yang harus diajarkan atau dikuasai oleh siswa,
maka kurikulum yang bersangkutan dapat dikategorikan sebagai kurikulum
yang memakai pandangan tradisional atau sempit.
Kurikulum dalam pengertian tradisional atau sempit ini, menurut Giroux
(1981:35) biasanya berupa: “the data or information recorded in guides or

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 3 / 17
textbooks and overlooks many additional element that need to be provided for
in a learning plan”. Dalam hal ini kurikulum merupakan sesuatu yang berisikan
sejumlah data atau informasi yang dipakai sebagai petunjuk pembelajaran atau
dalam bentuk buku teks yang berisikan sejumlah materi yang diperlukan untuk
dicapai dalam sebuah rencana pembelajaran.
Dalam dunia pendidikan, pengertian kurikulum dalam pengertian
tradisonal atau sempit ini juga banyak dipakai, bukan saja pada lembaga-
lembaga pendidikan masa lalu, tetapi juga masih ada pada lembaga-lembaga
pendidikan hingga saat ini. Masih banyak kurikulum yang dikembangkan oleh
lembaga pendidikan Islam hingga kini hanya berisikan sejumlah mata/materi
pelajaran yang diprogramkan harus dikuasai oleh siswa.

Pengertian Kurikulum dalam Pandangan Modern


Menurut pandangan modern kurikulum tidak hanya sebatas isi atau
mata/materi pelajaran yang harus dikuasai siswa, tetapi juga memuat hal-hal
lain yang dipandang dapat mempengaruhi proses pencapaian tujuan
pendidikan atau pembentukan siswa sesuai yang diinginkan. Hal tersebut dapat
dilihat pada definisi kurikulum yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut.
Stratemeyer (1957:9) mendefinisikan kurikulum sebagai: “the sum total of
the school`s effort to influence learning wither in the classroom, on playground
or on out of school”. Dalam hal ini Stratemeyer memandang kurikulum sebagai
sejumlah usaha sekolah untuk mempengaruhi pembelajaran, baik di dalam
kelas, lapangan bermain, atau di luar sekolah. Lebih jauh menurut Krug
(1956:4), kurikulum adalah seluruh kegiatan yang dilakukan oleh sekolah untuk
memberikan pengalaman belajar siswa, sebagaimana dinyatakannya: “all the
means employed by the school to provide students with opportunities for
desirable learning experience”. Sedangkan Beaucham (1964:4), memandang
kurikulum sebagai: “all activities of children under the jurisdiction of the school”
(seluruh aktivitas anak di bawah tanggung jawab sekolah).
Berdasarkan berbagai pengertian kurikulum, menurut Stratemeyer
(1957:9) konsep kurikulum yang digunakan dalam praktek pendidikan dapat
dikelompokkan dalam tiga konsep, yaitu sebagai sejumlah mata/materi
pelajaran dan aktivitas kelas, sejumlah pengalaman kelas yang disponsori oleh
sekolah, dan seluruh pengalaman hidup yang dialami para pelajar,

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 4 / 17
sebagaimana dinyatakannya berikut: “The curriculum is currently defined in
three ways: the courses and class activities in which children and youth engage;
the total range of in-class and out of class experience sponsored by the school;
and the total life experiences of the learner”.
Dari definisi-definsi kurikulum di atas dapat dilihat bahwa kurikulum
mengalami pergeseran dan perluasan makna. Hal itu sejalan dengan
perkembangan filosofi, teori dan konsep pendidikan dan kurikulum yang
mengalami perkembangan dan pergeseran makna dari hanya sebagai isi
(konten) pendidikan atau pembelajaran ke pengertian sebagai sebuah proses,
dan pergeseran dari pengertian sempit ke konsep kurikulum dalam makna yang
luas.
Kurikulum dalam pengertian sebagai sebuah proses ini tidak hanya
diartikan sebagai sekedar seperangkat materi atau mata pelajaran yang harus
diberikan atau dikuasai oleh peserta didik secara formal di sekolah atau di kelas
saja, tetapi juga mencakup segala hal yang terjadi atau dilakukan dalam proses
pendidikan atau pembelajaran secara keseluruhan. Dalam kata lain telah terjadi
pergeseran dapandangan kurikulum dari sekedar sebagai isi (konten)
pendidikan atau pembelajaran kepada proses pendidikan atau pembelajaran
secara keseluruhan, baik dalam bentuk intra, ko, ekstra dan hidden curriculum
(kurikulum yang tersembunyi atau tidak tertulis). Hal itu sebagaimana
dikemukakan oleh Doll (1964:15) bahwa: “The commonly accepted definition of
the curriculum has changed from content of courses of study and list of subjects
and courses to all experiences which are offered to learners under the auspices
or direction of the school”. Doll menyatakan bahwa telah terjadi perubahan
pengertian kurikulum dari sekedar isi (konten) pendidikan atau pembelajaran
kepada seluruh pengalaman yang diberikan kepada peserta didik (siswa) yang
ada di bawah tanggung jawab atau arahan sekolah. Sejalan dengan pengertian
Doll tersebut, Al-Kualy (1981) salah seorang pakar pendidikan Islam,
menjelaskan pengertian minhaj sebagai padanan istilah kurikulum dalam
bahasa Arab sebagai seperangkat rencana dan media serta cara untuk
mengantarkan lembaga pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang
diinginkan. Dalam definisi al-Kualy ini memandang kurikulum tidak hanya
sekedar mengandung materi atau mata pelajaran yang harus diberikan tetapi
juga mengandung media dan cara memberikannya (proses).

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 5 / 17
Meskipun telah terjadi perkembangan pemahaman dan pandangan
terhadap pengertian dan konsep kurikulum dari definisi dan pandangan
tradisional ke modern atau dari definisi sempit ke luas, namun konsep
kurikulum tradisional atau sempit tidak berarti telah ditinggalkan sama sekali.
Pada hal-hal tertentu atau pada situasi tertentu masih tetap digunakan. Bahkan
secara real dalam dunia pendidikan, para praktisi pendidikan umumnya masih
menggunakan konsep kurikulum yang sempit atau pengertian tradisional, di
samping juga telah melaksnakan pengertian kurikulum modern. Dalam konteks
ini, jika para praktisi pendidikan seperti: guru, siswa, dan praktisi pendidikan
lainnya ditanya tentang kurikulum, maka mereka pada umumnya memberikan
jawaban sebagaimana digambarkan dalam pengertian sempit atau tradisional di
atas, yakni sejumlah mata pelajaran. Begitu juga, kegiatan belajar yang
dilaksanakan dan dihargai sebagai hasil belajar mayoritas dalam lingkup
pemberian sejumlah mata/materi pelajaran yang dilaksanakan oleh para guru di
sekolah, atau lebih khusus lagi, yang diberikan dalam kegiatan tatap muka di
dalam kelas (jam terjadwal).

2. Dimensi-dimensi Kurikulum
R. Ibrahim (2005) mengelompokkan Kurikulum menjadi 3 dimensi, yaitu
kurikulum sebagai substansi, kurikulum sebagai system, dan kurikulum sebagai
bidang studi. Dimensi pertama memandang kurikulum sebagai rencana
kegiatan belajar bagi siswa di Sekolah atau sebagai perangkat tujuan yang
ingin dicapai. Suatu kurikulum dapat juga menunjuk pada suatu dokumen yang
berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar mengajar, jadwal
dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai dokumen
tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara penyusun kurikulum dan
pemegang kebijakan pendidikan dan masyarakat.
Dimensi kedua memandang kurikulum sebagai bagian dari system
persekolahan, system pendidikan dan bahkan system masyarakat. Suatu
system kurikulum mencakup struktur personalia dan prosedur kerja bagaimana
cara menyusun kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi dan
menyempurnakan. Hasil dari suatu sistem adalah tersusunnya suatu kurikulum
dan fungsi dari sistem kurikulum adalah memelihara kurikulum agar tetap
dinamis.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 6 / 17
Dimensi ketiga memandang kurikulum sebagai bidang studi yaitu bidang
studi kurikulum. Hal ini merukan kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan
dan pengajaran mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari
konsep-konsep dasar tentang kurikulum, melalui studi kepustakaan dan
berbagai kegiatan penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal-hal baru
yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum.
Nana Syaodih Sukmadinata (2005) mengemukakan pengertian kurikulum
ditinjau dari tiga dimensi yaitu sebagai ilmu, sebagai sistem dan sebagai
rencana. Kurikulum sebagai ilmu dikaji konsep, asumsi, teori-teori dan prinsip-
prinsip dasar tentang kurikulum. Kurikulum sebagai sistem menjelaskan
kedudukan kurikulum dalam hubungannya dengan sistem-sistem lain,
komponen-komponen kurikulum, kurikulum dalam berbagai jalur, jenjang, jenis
pendidikan, menejemen kurikulum dan sebagainya. Kurikulum sebagai rencana
diungkap beragam rencana dan rancanagan atau desain kurikulum. Rencana
bersifat menyeluruh untuk semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan atau
khusus untuk jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Demikian pula dengan
rancangan atau desain, terdapat desain konsep, tujuan, isi, proses, masalah,
kebutuhan siswa.
S. Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa pada saat sekarang istilah
kurikulum memiliki empat dimensi pengertian, dimana satu dimensi lainnya
saling berhubungan. Keempat dimensi kurikulum tersebut yaitu, (1) Kurikulum
sebagai suatu ide/ gagasan, (2) Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang
sebenarnya merupakan perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide, (3)
Kurikulum sebagai suatu kegiatan yang sering pula disebut dengan istilah
kurikulum sebagai suatu realita atau implementasi kurikulum. Secara teoritis
dimensi kurikulum ini adalah pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana
tertulis. (4) Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari
kurikulum sebagai suatu kegiatan.
Selanjutnya bila kita merujuk pada dimensi pengertian yang terakhir, maka
dapat dengan mudah mengungkap keempat dimensi kurikulum tersebut
dikaitkan pengertian kurikulum.
A. Kurikulum Sebagai Suatu ide
Pengertian kurikulum sebagai dimensi yang berkaitan dengan ide pada
dasarnya mengandung makna bahwa kurikulum itu adalah sekumpulan ide

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 7 / 17
yang akan dijadikan pedoman dalam pengembangan"… the content of
instruction without reference to instructional ways or means" (henry C. Morrison,
1940).

B. Kurikulum sebegai suatu rencana


Makna dari dimensi kurikulum ini adalah sebagai seperangkat rencana
dan cara mengadministrasikan tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan Pendidikan tertentu.

C. Kurikulum sebagai suatu kegiatan/ aktifitas


Pengertian kurikulum sebagai dimensi aktifitas memandang kurikulum
merupakan segala aktifitas dari guru dan siswa dalam proses pembelajaran di
sekolah.

D. Kurikulum sebagai suatu hasil belajar


Definisi kurikulum sebagai dimensi hasil memandang kurikulum itu sangat
memperhatikan hasil yang akan dicapai oleh siswa agar sesuai dengan apa
yang telah direncanakan dan yang menjadi tujuan dari kurikulum tersebut.

E. Kurikulum sebagai suatu disiplin ilmu


Sebagai suatu disiplin ilmu, berarti kurikulum memiliki konsep, prinsip,
prosedur, asumsi, dan teori yang dapat dianalisis dan dipelajari oleh pakar
kurikulum, peneliti kurikulum, guru atau calon guru, kepala sekolah, pengawas
atau tenaga kependidikan lainnya yang ingin mempelajari tentang kurikulum.

F. Kurikulum sebagai suatu sistem


Sistem kurikulum merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem
pendidikan, sistem persekolahan, dan sistem masyarakat. Suatu sitem
kurikulum di sekolah merupakan sistem tentang kurikulum apa yang akan
disusun dan bagaimana kurikulum itu dilaksanakan. Lebih jauh lagi dapat
dikatakan bahwa sistem kurikulum mencakup tahap-tahap pengembangan
kurikulum itu sendiri, mulai dari perencanaan kurikulum, pelaksanaan kurikulum,
evaluasi kurikulum, perbaikan dan penyempurnaan kurikulum. Kurikulum

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 8 / 17
sebagai suatu sistem juga menggambarkan tentang komponen-komponen
kurikulum.
Pandangan atau anggapan yang sampai saat ini masih lazim dipakai
dalam duni pendidikan dan persekolahan di negara kita, yaitu kurikulum
sebagai suatu rencana tertulis yang disusun guna memperlancar proses
pembelajaran.

3. Kedudukan Kurikulum dalam Pendidikan


Bertolak pada pengertian bahwa kurikulum merupakan seperangkat rencana
yang berisi tentang materi, tujuan dan pengalaman belajar yang harus dicapai oleh
siswa. Guru sebagai pendidik di sekolah harus mempersiapkan kurikulum secara
matang. Berkaitan dengan hal tersebut maka kedudukan kurikulum dalam
pendidikan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Di
mana kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan. Guru harus
berpedoman pada kurikulum yang telah dibuat. Terlihat bahwa interaksi antara guru
dan siswa tidak terjadi dalam ruang kosong.
2. Kurikulum juga merupakan suatu rencana pendidikan memberikan pedoman dan
pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan.
3. Kurikulum merupakan suatu bidang studi yang ditekuni oleh para ahli atau
spesialis kurikulum, yang menjadi sumber konsepkonsep atau memberikan
landasan-landasan teoritis bagi pengembangan kurikulum berbagai institusi
pendidikan
Secara singkat, kedudukan kurikulum dapat disimpulkan menjadi tiga, yaitu:
1. Kurikulum sebagai konstruk. Landasan membangun masyarakat Indonesia dalam
upaya memberikan sejumlah kompetensi dan keterampilan yang harus dimiliki siswa
untuk menghadapi masa depan.
2. Kurikulum sebagai jawaban untuk menyelesaikan berbagai masalah yang
berkenaan dengan pendidikan. Sebagai sebuah pedoman dan pembelajaran di kelas
dapat memberikan solusi dalam kehidupan masyarakat.
3. Kurikulum untuk membangun kehidupan masa depan yang didasarkan atas
kehidupan masa lalu, masa sekarang, dan berbagai rencana pengembangan dan
pembangunan bangsa.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 9 / 17
Kurikulum sangat penting bagi beberapa pihak yang terlibat dalam kegiatan
pembelajaran di sekolah. Beberapa pihak yang dimaksud antara lain guru, kepala
sekolah, masyarakat, dan penulis buku ajar. Kedudukan kurikulum menjadi hal
penting untuk mengetahui segala bentuk ketercapaian perencanaan dengan hasil
implementasi di lapangan. Oleh karenanya untuk merespon perkembangan
masyarakat, kurikulum juga harus terus dikaji dan dikembangkan agar terjadi
keseimbangan bagi kebutuhan masyarakat
Pendidikan memiliki keterkaitan yang erat dengan kurilulum. Kurikulum dapat
dikatakan sebagai isi pendidikan. Setiap kegiatan pendidikan diorientasikan untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu, apakah berkenaan dengan penguasaan
pengetahuan, pengembangan pribadi, kemampuan sosial, kemampuan bekerja.
Untuk menyampaikan bahan pembelajaran, ataupun mengembangkan kemampuan-
kemampuan tersebut diperlukan metode penyampaian dan alat-alat bantu tertentu.
Untuk menilai proses dan hasil pendidikan, diperlukan caracara dan alat-alat
penilaian tertentu pula. Dengan berpedoman dengan kurikulum, interaksi pendidikan
antara guru dan siswa langsung. Interaksi ini tidak berlangsung dalam ruang hampa,
tetapi selalu terjadi dalam lingkungan tertentu, yang mencakup antara lain
lingkungan fisik, alam, sosial budaya, ekonomi, politik dan religi.
Kurikulum memiliki kedudukan sentral dan penting dalam seluruh proses
pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktifitas pendidikan demi
tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Kurikulum juga merupakan suatu rencana
pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, urutan isi
dan proses pendidikan. Kurikulum menjadi barometer bagi kebermaknaan
pendidikan. Pendidikan akan dikatakan bermakna bila kurikulum yang digunakan
relevan (terkait) dengan kebutuhan dan tuntunan masyarakat.

C. Latihan

a. Jelaskan pengertian dari kurikulum dari pandangan modern? Bagaimana


pengertian tersebut berbeda dengan pengertian yang lain?
b. Bagaimanakah hubungan antara kurikulum dengan Pendidikan?

D. Kunci Jawaban

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 10 / 17
a. Untuk menjawab pertanyaan ini Anda harus membaca dan memahami
pengertian kurikulum secara terminologi dan pengertian dalam pandangan
modern.
b. Untuk menjawab pertanyaan perlu dipahami bahwa kurikulum adalah
center dari pendidikan.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 11 / 17
SUBTOPIK 2 FUNGSI DAN PERAN KURIKULUM

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu :


1. Menjelaskan fungsi kurikulum dnegan baik dan benar
2. Menjelaskan peran kurikulum dengan baik dan benar

B. Uraian dan Contoh

1. Fungsi Kurikulum

Dilihat dari cakupan dan tujuannya menurut McNeil (1990) isi kurikulum
memiliki empat fungsi, yaitu (1) fungsi pendidikan umum (common and general
education), (2) Suplementasi (supplementation), (3) eksplorasi (exploration),
dan keahlian (specialization).
1. Fungsi pendidikan umum (common and general education). Mempersiapkan
siswa menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab. Kurikulum harus
memberikan pengalaman belajar kepada siswa agar mampu menginternalisasi
nilai-nilai dalam kehidupan, memahami setiap hak dan kewajiban sebagai
anggota masyarakat dan makhluk sosial. Dengan demikian fungsi kurikulum ini
harus diikuti oleh setiap siswa pada jenjang dan level atau jenis pendidikan
manapun.
2. Suplementasi (supplementation). Kurikulum sebagai alat pendidikan
seharusnya dapat memberikan pelayanan kepada setiap siswa sesuai dengan
perbedaan tersebut. Dengan demikian, setiap siswa memiliki kesempatan untuk
menambah kemampuan dan wawasan yang lebih baik sesuai dengan minat
dan bakatnya.
3. Eksplorasi (exploration). Fungsi eksplorasi memiliki makna bahwa kurikulum
harus dapat menemukan dan mengambangkan minat dan bakat masing-
masing siswa. Melalui fungsi ini siswa diharapkan dapat belajar sesuai dengan
minat dan bakatnya, sehingga memungkinkan mereka akan belajar tanpa
adanya paksaan. Namun demikian eksplorasi terhadap minat dan bakat siswa
bukan pekerjaan yang mudah. Terkadang terjadi pemaksaan dari pihak luar,

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 12 / 17
misalnya para orang tua, yang sebenarnya tidak memiliki bakat dan minat
terhadap bidang tertentu, mereka dipaksa untuk memilihnya hanya karena
alasan-alasan tertentu yang sebenarnya tidak rasional.
4. Keahlian (specialization). Kurikulum harus memberikan pilihan berbagai
bidang keahlian, misalnya perdagangan, pertanian, industri atau disiplin
akademik. Untuk itu pengembangan kurikulum harus melibatkan para ahli untuk
menentukan kemampuan apa yang harus dimiliki setiap siswa sesuai dengan
bidang keahliannya.

Alexander Inglis dalam bukunya “Principle Of Secondary Education


(1918)”, mengatakan bahwa kurikulum berfungsi sebagai fungsi penyesuaian,
fungsi pengintegrasian, fungsi diferensiasi, fungsi persiapan, fungsi pemilihan
dan fungsi diagnostik. Lebih jelasnya kita bahas satu persatu dalam uraian di
bawah in.
1. Fungsi penyesuaian. Sebagai manusia sosial, individu pasti menjalin
hubungan dengan orang lain dan terhadap lingkungan secara menyeluruh.
Berdasar pada hal tersebut jelas bahwa kurikulum berfungsi sebagai
penyesuaian terhadap orang lain dan lingkungan. Karena lingkungan sendiri
bersifat dinamis dapat berubah dan tidak tetap, maka masing-masing individu
harus mampu menyesuaikan dengan keadaan lingkungan dan menjadi dinamis.
Lingkungan juga harus disesuaikan dengan kondisi perseorangan. Disinilah
letak fungsi kurikulum sebagai alat pendidikan, sehingga individu bersifat Well-
adjustment.
2. Fungsi Integrasi. Fungsi integrasi disini memiliki makna bahwasanya
kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mengasilkan pribadi yang utuh.
Siswa pada dasarnya merupakan anggota dan bagian integral dari mayarakat.
Oleh sebab itu, siswa harus memiliki kepribadian yang dibutuhkan untuk dapat
hidup dan berintegrasi dengan masyarakat dengan maksud siswa yang
terintegrasi dapat memberikan sumbangan dalam pembentukan masyarakat.
3. Fungsi Diferensiasi. Makna dari pada fungsi diferensiasi sendiri ialah
kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan pelayanan
terhadap perbedaan individu siswa. Karena guru harus menyadari setiap siswa
memiliki kondisi fisik dan psikis yang berbeda maka dari itu harus dihargai dan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 13 / 17
dilayani dengan baik supaya tidak terjadi perbedaan pada masing-masing siswa
(kesenjangan sosisal).
4. Fungsi Persiapan. Fungsi ini mengandung makna bahwa kurikulum harus
mampu menyiapkan siswa untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Persiapan kemampuan belajar lebih lanjut ini diperlukan, mengingat sekolah
tidak mungkin memberikan semua yang diperlukan siswa atau apapun yang
menarik perhatian mereka. Selain itu, kurikulum juga dipersiapkan untuk siswa
mampu hidup dimasyarakat seandainya siswa tidak melanjutkan ke jenjang
yang lebih tinggi.
5. Fungsi Pemilihan. Fungsi ini mengandung arti bahwa siswa harus mampu
untuk memilih programprogram yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya
yang didasarkan atas kurikulum sebagai alat pendidikannya. Fungsi pemilihan
sangatlah erat kaitannya dengan fungsi diferensiasi, karena adanya pengakuan
atas perbedaan individu maka siswa berhak memilih program dan minatnya itu.
Untuk mengembangkan berbagai kemampuan tersebut, maka kurikulum perlu
disusun secara luas dan bersifat fleksibel.
6. Fungsi Diagnostik. Fungsi diagnostik mengandung arti bahwa kurikulum
sebagai alat pendidikan harus mampu membantu dan mengarahkan siswa
untuk dapat memahami dan menerima potensi dan kelemahan yang dimilikinya
sehingga terjalin suatu pelayanan pendidikan. Hal ini bertujuan supaya siswa
dapat mengeksplorasi dirinya sendiri atas kelebihan (potensi) dan kekurangan
yang ada pada dirinya, dengan potensi yang ada dia dapat mengembangkan
kekurangan yang dimilikinya.

Fungsi-fungsi di atas dilaksanakan secara keseluruhan yang dapat memberikan


pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan siswa yang sejalan
dengan filsafat dan tujuan pendidikan dalam suatu institusi pendidikan yang
bersangkutan.

2. Peran Kurikulum

Kurikulum dipersiapkan untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu


mempersiapkan siswa agar dapat hidup di masyarakat. Diharapkan siswa dapat
hidup sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku di masyarakat. Selain itu siswa

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 14 / 17
juga harus dipersiapkan untuk memberikan pengalaman dan agar siswa dapat
mengembangkan kemampuannya sesuai dengan minat dan bakatnya. Hamalik
(1990) menjelaskan bahwa peran kurikulum itu memiliki 3 peran sebagai berikut:
1. Peran konservatif. Sekolah bertanggung jawab untuk mewariskan nilai-nilai dan
budaya masyarakat kepada siswa. Siswa harus memahami dan menyadari norma
dan pandangan hidup masyarakat. Sebagai anggota masyarakat, siswa harus
menjunjung tinggi dan berperilaku sesuai dengan norma-norma tersebut. Peran
konservatif kurikulum adalah melestarikan berbagai nilai budaya sebagai warisan
masa lalu. Gempuran budaya asing yang begitu deras harus disaring melalui
kurikulum yang ada di lembaga sekolah. Kurikulum berperan menangkal berbagai
pengaruh yang dapat merusak nilai-nilai luhur masyarakat. Hasil akhir yang
diharapkan adalah masyarakat Indonesia tetap menjaga identitasnya sebagai
bangsa Indonesia.
2. Peran kreatif. Sekolah harus mampu menjawab tantangan zaman. Sekolah juga
harus peka dengan perubahan dan perkembangan masyarakat. Oleh karenanya
melalui kurikulum sekolah bertanggung jawab untuk memberikan kemampuan dan
keterampilan siswa yang kreatif. Kurikulum harus dapat membantu siswa berperan
aktif dalam kehidupan sosial masyarakat. Sifat dinamis masyarakat selalu menuju
kepada kedinamisan. Kebaruan merupakan salah satu ciri dari kedinamisan ini. Jika
materi yang diberikan tidak aktual, maka yang terjadi adalah kesia-siaan.
3. Peran kritis dan evaluatif. Masyarakat hidup dalam ruang yang sangat luas. Batas-
batas kehidupan sosial selalu berkembang. Budaya asing yang terus merasuk dalam
kehidupan masyarakat harus disikapi secara kritis. Sikap jelas mengambil nilai
budaya yang baik dari budaya asing dan meninggalkan nilai-nilai budaya yang buruk.
Peran kurikulum harus melakukan seleksi dan evaluasi terhadap sesuatu yang
dianggap bermanfaat untuk kehidupan siswa.

C. Latihan

1. Kurikulum memiliki peranan yang stratetis dalam pendidikan, jabarkan


peran-peran tersebut!
2. Buatlah perbandingan fungsi kurikulum menurut Alexander dan McNeils!

D. Kunci Jawaban

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 15 / 17
1. Untuk menjawab pertanyaan ini, peranan kurikulum meliputi peran
konservatif, peran kreatif, dan peran kritis dan evaluatif
2. Untuk menjawab pertanyaan ini Anda perlu memahami fungsi kurikulum
menurut 2 pendapat tersebut.

E. Daftar Pustaka

1. Winarso, W. 2015. Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah.


2. Sabda, S. 2011. Pengembangan Kurikulum (Tinjauan Teoritis). Yogyakarta:
Aswaja Pressindo
3. Sabda, S. 2015. Pengembangan Kurikulum (Tinjauan Teoritis) Edisi Revisi.
Yogyakarta: Aswaja Pressindo
4. Baderiah. 2018. Buku Ajar Pengembangan Kurikulum. Palopo: Lembaga
Penerbit Kampus IAIN Palopo
5. Masykur. 2019. Teori dan Telaah Pengembangan Kurikulum. Bandar
Lampung: Aura
6. Zainuri, A. 2018. Konsep Dasar Kurikulum Pendidikan. Palembang: Noer
Fikri
7. Tarihoran, N. 2017. Pengembangan Kurikulum. Banten: Loquen Press
8. Listiana, H. 2016. Pengembangan Kurikulum. Surabaya: Imtiyaz
9. Safrina, dkk. 2016. Pengembangan Kurikulum: Analisis Filosofis dan
Implikasinya dalam Kurikulum 2013. Banda Aceh: FTK Ar-Raniry Press
10. Azizah, dkk. 2016. Pengembangan Kurikulum: Analisis Filosofis dan
Implikasinya dalam KTSP dan KBK. Banda Aceh: FTK Ar-Raniry Press
11. Ibrahim, N., Anwar, M. 2006. Telaah Kurikulum dan Buku Teks Bahasa
Indonesia. Jakarta: Uhamka Press

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 16 / 17

Anda mungkin juga menyukai