Anda di halaman 1dari 21

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penerapan Kurikulum Kulliyatul Mu’allimin Al-Islamiyah

1. Pengertian Penerapan

Penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode,

dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang

diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan

tersusun sebelumnya.

Menurut Kamus Besar Bahas Indonesia (KBBI) pengertian penerapan

adalah perbuatan menerapkan.

Nurdin Usman, Penerapan (implementasi) adalah bermuara pada

aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem, implementasi

bukan sekedar aktivitas, tapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk

mencapai tujuan kegiatan.1

Guntur Setiawan berpendapat, implementasi adalah perluasan aktivitas

yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk

mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif.2

Dari pengertian-pengertian diatas memperlihatkan bahwa kata

implementasi bermuara pada mekanisme suatu sistem. Berdasarkan pendapat

para ahli diatas maka dapat disimpulkan implementasi adalah suatu kegiatan

yang terencana, bukan hanya suatu aktifitas dan dilakukan secara

1
Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum,( Jakarta: Grasindo, 2002), hal.70
2
Guntur Setiawan, Impelemtasi dalam Birokrasi Pembangunan, (Jakarta: Balai Pustaka, 2004), hal. 39

12
13

sungguhsungguh berdasarkan acuan norma-norma tertentu untuk mencapai

tujuan kegiatan. Oleh karena itu, impelementasi tidak berdiri sendiri tetapi

dipengaruhi oleh objek berikutnya yaitu kurikulum. Implementasi kurikulum

merupakan proses pelaksanaan ide program atau aktivitas baru dengan

harapan orang lain dapat menerima dan melakukan perubahan terhadap suatu

pembelajaran dan memperoleh hasil yang diharapkan.

2. Pengertian Kurikulum

Istilah kurikulum ysng berasal dari bahasa latin "currculum" semula

berarti a running course, or race course, especialy a chariot race course dan

terdapat pula dalam bahasa Prancis "courier" artinya to run yaitu berlari.

Kemudian istilah itu digunakan untuk sejumlah courses atau mata pelajaran

yang harus ditempuh untuk mencapai suatu gelar atau ijazah. Sedangkan

dalam bahasa Arab, istilah kurikulum sering disebut al-manhaj. Dalam

hubungan ini, Mohammad al-Toumy al-Syaibani mengemukakan sebagai

berikut.

Adapun tentang pengertian kurikulum dalam pendidikan, maka bila kita

kembali kepada kamus-kamus bahasa Arab, maka kita dapati kata-kata

"manhaj" (kurikulum) yang bermakna jalan yang terang, atau jalan terang

yang dilalui manusia dalam berbagai kehidupan. Sekian banyak pengertian

kosa kata tentang kurikulum, dari segi bahasa ini dapat diartikan bahwa

kurikulum adalah rencana atau bahasan pengajaran sehingga arah kegiatan

pendidikan menjadi jelas dan terang. Pengertian ini terkait dengan hal yang

paling menonjol dari isi kurikulum, yaitu susunan bahan atau mata pelajaran
14

yang akan digunakan sebagai acuan dalam kegiatan pendidikan. Kurikulum

dari segi bahasa ini, digunakan bukan hanya untuk kegiatan pendidikan,

melainkan untuk kegiatan lainnya. Dengan kata lain, bahwa setiap kegiatan

dalam kehidupan ada kurikulumnya.

Pengerian kurikulum dalam Undang-Undang No. 20/2003 tentang

Sisdiknas, pasai 1 Ayat 19, adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu. Pengertian kurukum ini dapat dijabarkan menjadi

seperangkat rencana, pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran,

pengaturan yang digunakan, serta pedoman kegiatan pembelajaran.

Selanjutnya dijumpai juga pengertian kurikulum yang dikemukakan

para ahli pendidikan, yang secara umum dapat dibedakan ke dalam pengertian

sempit dan yang lebih luas. Salah satu pengertian kurikulum arti sempit, yaitu

sebagaimana pengertian yang dinyatakan oleh Crow and Crow adalah

rancangan pengejaran yang isinya sejumlah mata pelajaran yang disusun

secara sistematis, sebagai syarat untuk menyelesaikan suatu program

pendidikan tertentu. Pendapat ini diperkuat oleh Muhammad Ali Khalil yang

menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat perencanaan dan media

untuk mengantar lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan

yang diinginkan.

Adapun pengertian kurikulum secara modern atau luas adalah

sebagaimana yang dinyatakan oleh Ahmad Tafsir bahwasanya kurikulum


15

tidak hanya sekedar berisi rencana pelajaran atau bidang studi, melainkan

semua yang secara nyata terjadi dalam proses pendidikan di sekolah.

Pengertian ini bertolak dari sesuatu yang aktual, nyata dan terjadi disekolah

dalam proses belajar. Berbagai kegiatan siswa, baik yang dilakukan dalam

maupun luar sekolah dapat memberikan pengalaman belajar atau dapat

dianggap sebagai pengalam belajar. Dalam pandangan modern semua

pengalaman belajar tersebut dapat dinamakan kurikulum.

Pengertian kurikulum baik secara tradisional maupun secara modern

dijumpai di dalam ajaran Islam, baik pada dataran normatif, maupun historis

filosofis. Secara normatif, di dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang

menyuruh manusia agar mempelajari segala sesuatu baik yang bersifat

tertulis, baik benda-benda yang ada di bumi, maupun benda-benda yang ada

di langit, baik kehidupan manusia masa sekarang, masa silam dan masa yang

akan datang. Demikian pula di dalam haditsnya Rasulullah menyuruh

pengikutnya agar mempelajari ilmu yang berkaitan dengan keduniaan

maupun keakhiratan. Adanya hal-hal yang sudah diajarkan Tuhan kepada

manusia, dalam hubungannya dengan kurikulum sebagaimana tersebut di

atas, dapat dipahami dari ayat-ayat al-Qur’an di bawah ini:

Artinya: Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-


benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu
berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
mamang benar orang-orang yang benar!" (QS. al-Baqarah: 31)

Artinya: Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya,


(QS. al-Alaq: 5)

Artinya: Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada


16

Luqman, Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang


bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya
sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah
Maha Kaya lagi Maha Terpuji". (QS. Luqman: 12)

Selanjutnya di dalam hadits Rasulullah, dijumpai keterangan sebagai

berikut:

"Ajarilah anakmu sekalian tentang tiga perkara, yaitu mencintai Nabi-

Nya, mencintai keluarganya, dan membaca al-Qur‘an, karena

sesungguhnya orang-orang yang membaca (hafal) al-Qur‘an akan

berada di bawah perlindungan Allah SWT pada hari yang tidak ada

perlindungan lain kecuali perlindungan-Nya bersama para Nabi dan

orang-orang yang dicintai-Nya." (HR. al-Dailami dari Ali).

Selain dengan merujuk ayat-ayat al-Qur’an dan hadits Nabi yang

bersifat normatif sebagaimana telah dituliskan di atas, penyusunan dan

pembinaan kurikulum dalam pendidikan Islam, juga dapat merujuk pada

pendapat para ulamaIslam tentang ilmu pengetahuan dan hukum

mempelajarinya. Berdasarkan uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa

pengertian kurikulum dari waktu ke waktu senantiasa mengalami

perkembangan, yaitu dari pengertiannya yang lebih luas, canggih dan modern.

Dilihat dari rumusannya pendidikan Islam bisa dikatakan tergolong

sederhana atau tradisional, karena yang dibicarakan hanya masalah ilmu

pengetahuan atau ajaran yang akan diberikan. Namun dilihat dari segi ilmu

yang akan diajarkannya serta tempat berlangsungnya pengajaran tersebut,


17

dapat dikatakan amat luas, mendalam dan modern, karena bukan hanya

mencakup ilmu agama saja, melainkan juga ilmu yang terkait dengan

perkembangan intelektual, keterampilan, emosional, sosial dan lain

sebagainya. Al-Qur‘an, as-Sunah, dan para ulama Islam dengan sangat jelas

dan teliti telah membahas dan mengembangkan berbagai teori tentang ilmu

pengetahuan, tujuan, manfaat, serta kaitannya dengan kegiatan pengajaran.

Dari semua pendapat tentang kurikulum diatas maka dapat ditarik

kesemipulan bahwa, kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program

pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan

yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran

dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran

ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan

dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.

Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan

tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan

untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang

dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.

3. Kurikulum Kulliyatul Mu’alimin Al-Islamiyah (KMI) Gontor

Sebagai lembaga pendidikan kader pemimpin yang mengutamakan

pembentukan mental karakter anak didiknya, Gontor menerapkan sistem

pendidikan yang integral, komprehensif, dan mandiri. Sarana utama dalam

pendidikan Gontor adalah keteladanan, pembelajaran, penugasan dengan

berbagai macam kegiatan, pembiasaan dan pelatihan, sehingga terciptalah


18

milieu yang kondusif, karena seluruh santri tinggal di dalam asrama dengan

disiplin yang tinggi. Setiap kegiatan dikawal dengan rapat, disertai

pengarahanbimbingan dan evaluasi, serta diisi dengan pemahaman terhadap

manfaat, sasaran, latar belakang dan filosofisnya. Dengan demikian seluruh

dinamika aktivitas tersebut dapat berjalan dengan baik dan memberikan hasil

optimal. Orientasi pendidikan di KMI Gontor meliputi keislaman, keilmuan,

dan kemasyarakatan yang diaplikasikan dalam sistem mu’allimin.

Kekhasan pola pendidikan mu’allimin di Pondok Modern Darussalam

Gontor bisa dijelaskan sebagai berikut:

a. Bersifat Integratif

Memadukan intra kurikuler, ko kurikuler, dan ekstra kurikuler,

dalam satu kesatuan sistem pendidikan pesantren yang mampu

memadukan tri pusat pendidikan; pendidikan keluarga, sekolah, dan

masyarakat. Pola seperti ini memungkinkan untuk terjadinya integrasi

antara iman, ilmu, dan amal, antara teori dan praktik dalam satu kesatuan.

Hal ini didukung oleh keberadaan siswa di dalam pesantren selama 24

jam.

b. Bersifat Komprehensif

Pendidikan yang komprehensif bersifat menyeluruh dan komplit,

yang mengembangkan potensi siswa menuju kesempurnaannya. Inti

kurikulum KMI Gontor adalah pengembangan dirasat islamiyah di mana

siswa tidak hanya belajar ilmu-ilmu keagamaan seperti Fiqh, Tafsir, dan

Hadits saja, akan tetapi siswa juga dikenalkan dengan berbagai bidang
19

ilmu lain yang bermanfaat dalam kehidupannya. Pendidikan dilaksanakan

bukan hanya di dalam kelas, tetapi juga dilaksanakan di luar kelas dengan

berbagai kegiatan yang padat dan mendidik. Pendidikan dengan pola

seperti ini memungkinkan untuk tidak mengenal dikotomi antara ilmu

umum dan ilmu agama.

c. Bersifat Mandiri

Kurikulum pendidikan di KMI Pondok Modern Darussalam Gontor

bersifat mandiri, sebagaimana tertuang dalam Paca Jiwa Pondok.

Kemandirian kurikulum KMI Gontor tercermin pada independensi

menentukan bahan ajar, proses pembelajaran, dan sistem penilaian sejak

mula didirikan hingga sekarang. Perwujudan dari sistem pendidikan

pesantren yang bersifat integratif, komprehensif, dan mandiri dalam

sebuah interaksi positif antara siswa (santri), guru dan kyai dalam sebuah

pola kehidupan pesantren yang mana kyai menjadi sentral figur yang

menjiwai dan masjid sebagai pusat kegiatan, menghasilkan pola

pendidikan khas pesantren yang mengembangkan potensi siswa dalam

berbagai aspek kehidupan. Dengan demikian di masa yang akan datang

siswa dapat menekuni berbagai macam profesi, meskipun sasaran

utamanya adalah menjadi seorang guru.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu (UU nomor 20 tahun 2003; PP nomor 19 tahun


20

2005). Secara yuridis, kurikulum KMI Pondok Modern Darussalam

Gontor didasarkan kepada aturan perundang-undangan yang berlaku.

Diantara aturan dan peraturan yang menjadi dasar penyusunan dan

pengembangan kurikulum adalah undang-undang nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah RI nomor 55

tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan,

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 13 tahun 2014

tentang Pendidikan Keagamaan Islam, Peraturan Menteri Agama nomor

18 tahun 2014 tentang Satuan Pendidikan Muadalah pada Pondok

Pesantren, dan Statuta KMI Pondok Modern Darusslam Gontor,

menerangkan bahwa KMI Pondok Modern Darussalam Gontor

menyelenggarakan kurikulum Dirosah Islamiyah dengan Pola Muallimin,

dan mempunyai kedudukan sama sesuai dengan prinsip-prinsip keadila

dalam pendidikan. Secara filosofis apa yang dilihat, didengar, dirasakan,

dan dialami oleh siswa (santri) sehari-hari dalam kedihupan di

pesantrenadalah unsur yang mendidik. Selanjutnya nilai-nilai dan

falsafah pendidikan tersebut diwujudkan dalam rumusan-rumusan visi

KMI Gontor sebagai lembaga pendidikan pencetak kader-kader

pemimpin umat, menjadi tempat ibadah thalabul ‘ilmi, dan menjadi pusat

pengetahuan Islam, bahasa Alquran, dan ilmu pengetahuan umum,

dengan tetap berjiwa pesantren. Prinsip-prinsip dasar seperti itulah yang

menjadi acuan dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum KMI

Gontor. Pada aspek teoritis, kurikulum KMI Gontor dikembangkan atas


21

dasar teori pendidikan berdasarkan tradisi dan budaya pesantren yang

diwariskan oleh kyai secara berkesinambungan. Karakteristik kurikulum

KMI Gontor dikembangkan pada kompetensi inti yang merupakan

gambaran secara kategorial mengenai kompetensi yang harus dipelajari

peserta didik untuk suatu jenjang. Kurikulum ini membidik kompetensi

siswa pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dalam proses

pembelajaran yang didasarkan pada upaya menguasai kompetensi pada

tingkat yang menekankan karakter siswa.

4. Proses Pembelajaran

Pendidikan di Gontor dilaksanakan selama 24 jam, di mana proses

belajar mengajar yang mengedepankan aspek akademis dilaksanakan mulai

pukul 07.00 sampai pukul 12.15, selain waktu tersebut siswa mengalami

proses pendidikan dengan sekian banyaknya kegiatan yang mendukung intra

kulikuler dan ekstra kulikuler.

Secara prinsip metode pendidikan di Gontor dilaksanakan dengan

keteladanan, pengarahan, penugasan, pembiasaan, dan penciptaan lingkungan.

a. Keteladanan

Keteladanan dicontohkan oleh kyai, guru, dan siswa (santri).

Metode ini sangat efektif dalam mendidik karakter, karena sebaik-

baiknya pendidikan adalah dengan perbuatan, bukan sekadar dipidatokan.

b. Pengarahan

Setiap pekerjaaan selalu diawali dengan pengarahan. Hal itulah

yang diterapkan dalam proses pendidikan di Gontor, sehingga


22

memungkinkan siswa untuk memahami nilai-niali filosofis dari setiap

apa yang dikerjakan, dan bukan hanya sekadar mengerjakan tugas dan

kewajibannya.

c. Penugasan

Diantara metode yang benar dalam mendidik adalah dengan

penugasan. Siswa dapat menghayati nilai-nilai pendidikan setelah

mengerjakan tugas yang diberikan. Di KMI Gontor siswa diberi tanggung

jawab untuk mengerjakan tugas dalam jumlah yang banyak, hal tersebut

melatih siswa mampu memecahkan problem yang dihadapinya.

d. Pembiasaan

Metode pembiasaan yang diterapkan di Gontor cukup efektif di

dalam melatih siswa untuk melakukan hal-hal yang positif, karena siswa

dibiasakan berdisiplin bahkan dengan sedikit paksaan.

e. Penciptaan Lingkungan

Lingkungan yang kondusif mutlak ada dalam sistem pendidikan

asrama, karena kondisi tersebut mendukung terciptanya miliu belajar

yang sehat, segala apa yang didengar, dilihat, dan dirasakan oleh siswa

adalah merupakan unsur-unsur yang mendidik.

5. Penilaian Hasil Belajar

Di KMI Gontor penilaian atas prestasi siswa dilakukan dengan prinsip

objektif, adil, transparan, terpadu, dan menyeluruh. Semua pengalaman yang

dialami oleh siswa tidak luput dari penilaian, baik yang bersifat akademis

maupun non akademis. Penilaian meliputi aspek kognitif, afektif, dan


23

psikomotor. Secara garis besar penilaian hasil belajar dilaksanakan 2 kali

dalam setahun melalui ujian pertengahan tahun dan akhir tahun. Di samping

itu ada bentuk penilaian yang lain berupa ulangan umum dan ulangan harian

Ditinjau dari tekniknya, penilaian yang diterapkan di KMI Gontor dibagi

menjadi 2 macam, yaitu penilaian kuantitatif dan penilaian kualitatif.

Penilaian kuantitatif dilakukan melalui tes tulis, tes lisan, dan tes praktik

terhadap aspek intra kurikuler. Sedangkan pada aspek ko kurikuler dan ekstra

kurikuler penilaian dilakukan melalui pengamatan, penugasan, dan penilaian

hasil karya siswa dalam bentuk rapot mental.

6. Struktur Kurikulum

Struktur kurikulum KMI terdiri dari Intra Kurikuler, Ko Kurikuler, dan

Ekstra Kurikuler.

a. Intra Kulikuler

Adapun struktur kurikulum di Kulliyatul Mu’allimin Al-Islamiyah

adalah sebagai berikut:

1) Ulum Islamiyah (ilmu-ilmu agama Islam) yang meliputi:

a) Al-Qur’an

b) Tajwid

c) Tarjamah

d) Hadits

e) Mustholah Hadits ( Ulumul Hadits)

f) Fiqih

g) Ushul Fiqh
24

h) Faraid ( Ulumul Mawarits)

i) Tauhid (Aqidah)

j) Al-Din Al-Islamiy

k) Muqaranah al-Adyan (perbangingan agama-agama)

l) Tarikh Islam.

2) Ulum Lughoh (ilmu-ilmu bahasa) yang meliputi:

a) Imla’ (dikti Arab)

b) Tamrin Lughoh

c) Insya’ (mengarang dalam Bahasa Arab)

d) Muthala’ah

e) Nahwu

f) Shorfu

g) Balaghah

h) Tarikh Adab al-Lughoh

i) Mahfudzat (kata-kata mutiara dalam bahasa Arab)

j) Kasyfu al-Mu’jam

k) Khoth

l) Reading

m) Grammar

n) Composition

o) Dictation

p) Conversation

q) Bahasa Indonesia
25

3) Ulum Aammah (ilmu-ilmu umum) yang meliputi:

a) Matematika

b) Fisika

c) Kimia

d) Biologi

e) Geografi

f) Sejarah

g) Berhitung / Tata Buku

h) Kewarganegaraan

i) Sosiologi

j) Psikologi Pendidikan

k) Psikologi Umum

l) Tarbiyah wa Ta’lim

m) Mantiq (logika)

B. Karakter Peserta Didik

1. Pengertian Karakter

Kata karakter di ambil dari bahasa inggris character yang juga berasal

dari bahasa yunani character. Awalnya, kata ini digunakan untuk menandai

hal yang mengesankan.Sedangkan secara umum istilah character digunakan

untuk mengartikan hal yang berbeda antara satu hal dan yang lainnya, dan

akhirnya juga digunakan untuk menyebutkan kesamaan kualitas pada tiap

orang yang membedakan dengan kualitas lainnya (Fatchul, 2011:162).


26

Menurut Simon Philips (dalam Fatchul Mu’min, 2011:160) Karakter

adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, 32 yang

melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan.

Karakter baik dimanifestasikan dalam kebiasaan baik di kehidupan

sehari-hari, seperti pikiran baik, hati baik, dan tingkah laku yang

baik.Berkarakter baik berarti mengetahui yang baik dan melakukan yang

baik.Sebaliknya, orang yang mempunyai kebiasaan buruk dan sering

berperilaku menyimpang maka orang tersebut di katakan orang dengan

karakter.

Sementara, Winnie memahami bahwa istilah Karakter memiliki dua

pengertian tentang karakter. Pertama, ia menunjukkan bagaimana seseorang

bertingkah laku. Apabila seseorang berperilaku tidak jujur, kejam, atau

rakus, tentulah orang tersebut memanifestasikan perilaku buruk.Sebaliknya,

apabila seseorang berperilaku jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut

memanifestasi karakter mulia.Kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan

personality. Seseorang baru bias disebut orang yang berkarakter (a person of

character) apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral. Jadi karakter

memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut:

a. Karakter adalah “siapakah dan apakah kamu pada saat orang lain

sedang melihat kamu” (character is what you are when nobody is

looking).

b. Karakter merupakan hasil nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan

(character is the result of values and beliefs)


27

c. Karakter adalah sebuah kebiasaan yang menjadi sifat alamiah kedua

(character is a habit that becomes second nature)

d. Karakter bukanlah reputasi atau apa yang dipikirkan oleh orang lain

terhadapmu (character is not reputation or what others think about you).

e. Karakter bukanlah seberapa baik kamu dari pada orang lain (character

is not how much better you are than others)

f. Karakter tidak relatif (character is not relative) 33

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa karakter bersifat

memancar dari dalam ke luar (inside-out). Artinya, kebiasaan baik tersebut

dilakukan bukan atas permintaan atau tekanan dari orang lain melainkan

atas kesadaran dan kemauan sendiri. Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan karakter adalah kualitas moral seseorang dalam bertindak

dan berperilaku sehingga menjadi ciri khas individu dan dapat membedakan

dirinya dengan individu lainnya.

2. Unsur-unsur karakter

Fatchul mu’in (2011: 167-182) mengungkapkan bahwa ada beberapa

unsur dimensi manusia secara psikologis dan sosiologis yang berkaitan

dengan terbentuknya karakter pada diri manusia tersebut.Unsur-unsur ini

menunjukkan bagaimana karakter seseorang. Unsur-unsur tersebut antara

lain:

a. Sikap

Sikap seseorang merupakan bagian dari karakter, bahkan dianggap

cerminan karakter seseorang tersebut.Dalam hal ini, sikap seseorang


28

terhadap sesuatu yang ada dihadapannya, biasanya menunjukkan

bagaimana karakter orang tersebut. Jadi, semakin baik sikap seseorang

maka akan di katakan orang dengan karakter baik. Dan sebaliknya,

semakin tidak baik sikap seseorang maka akan dikatakan orang dengan

karakter yang tidak baik.

b. Emosi

Emosi merupakan gejala dinamis dalam situasi yang dirasakan

manusia, yang disertai dengan efeknya pada kesadaran, perilaku, dan

juga merupakan proses fisiologis. Tanpa emosi, kehidupan manusia akan

terasa hambar karena manusia selalu hidup dengan berfikir dan merasa.

Dan emosi identik dengan perasaan yang kuat.

c. Kepercayaan

Kepercayaaan merupakan komponen kognitif manusia dari factor

sosiopsikologis. Kepercayaan bahwa sesuatu itu “benar” atau “salah” atas

dasar bukti, sugesti otoritas, pengalaman, dan intuisi sangatlah penting

dalam menbangun watak dan karakter manusia. Jadi, kepercayaan

memperkuat eksistensi diri dan memperkuat hubungan dengan orang

lain.

d. Kebiasaan dan kemauan

Kebiasaan merupakan aspek perilaku manusia yang menetap,

berlangsung secara otomatis pada waktu yang lama, tidak direncanakan

dan diulang berkali-kali.Sedangkan kemauan merupakan kondisi yang

sangat mencerminkan karakter seseorang karena kemauan berkaitan erat


29

dengan tindakan yang mencerminkan perilaku orang tersebut.

e. Konsepsi diri (self-conception)

Proses konsepsi diri merupakan proses totalitas, baik sadar maupun

tidak sadar tentang bagaimana karakter dan diri seseorang dibentuk. Jadi

konsepsi diri adalah bagaimana “saya” harus membangun diri, apa yang

“saya” inginkan dari, dan bagaimana “saya” menempatkan diri dalam

kehidupan

3. Pengertian Peserta Didik

Peserta didik merupakan “Raw Mineral” bahan mentah didalam proses

transformasi yang disebut pendidikan. Berbeda dengan komponen-

komponen lain dalam sistem pendidikan karena kita menerima “Materil”

sudah setengah jadi, sedangkan komponenkomponen lain dapat dirumuskan

sesuai dengan keadaan fasilitas dan kebutuhan yang ada.

Dalam masyarakat, ada beberapa istilah yang digunakan untuk

menyebut peserta didik, seperti siswa, murid, santri, pelajar, mahasiswa, dan

sebagainya.Istilah siswa, murid, dan pelajar, umumnya digunakan untuk

menyatakan peserta didik pada jenjang pendidikan dasar sampai sekolah

menengah.Sementara bagi peserta didik pada tingkat pendidikan tinggi atau

akademi, di sebut sebagai mahasiswa.Istilah santri digunakan untuk

mengatakan peserta didik yang menuntut ilmu di pondok pesantren.

Peserta didik adalah tiap orang atau kelompok yang menerima

pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegitan

pendidikan. Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem


30

pendidikan nasional, bab 1 pasal 1 ayat 4, dinyatakan bahwa yang dimaksud

dengan peserta didik, yaitu anggota masyarakat yang berusaha

mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang, dan

jenis pendidikan tertentu. Peserta didik juga didefinisikan sebagai anak yang

sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik maupun psikologis yang

memerlukan orang lain dalam prosesnya.

Peserta didik secara formal adalah orang yang berada pada fase

pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun psikis

pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri sesorang peserta didik yang

perlu bimbingan dari peserta didik, pertumbuhan menyangkut fisik,

perkembangan psikis (Ramayulis, 2002:77)

Secara sosiologi, peserta didik mempunyai kesamaan-kesamaan yang

melahirkan konsekuensi kesamaan hak yang mereka punya. Kesamaan hak-

hak yang dimiliki peserta didik kemudian melahirkan layanan pendidikan

yang sama melalui sistem persekolahan. Dalam sistem demikian layanan

yang diberikan diaktualisasikan pada kesamaan-kesamaan yang dipunyai

oleh anak.Peserta didik dalam pandangan psikologis mengatakan bahwa

setiap individu atau peserta didik berbeda.kerena perbedaan tersebut mereka

membutuhkan layanan-layanan pendidikan yang berbeda pula (Asmendri,

2014:3-4)

Beberapa pengertian peserta didik sebagai berikut:

a. Peserta didik menurut ketentuan umum undang-undang RI No.2 tahun

1989 tentang sistem pendidikan nasional adalah anggota masyarakat yang


31

berusaha menegembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur,

jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

b. Peserta didik menurut ketentuan umum undang-undang RI No. 20 tahun

2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah anggota masyarakat yang

berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang

tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

c. Peserta didik adalah orang yang mempunyai pilihan untuk menempuh

ilmu sesuai dengan cita-cita dan harapan masa depan Peserta didik

merupakan suatu komponen masukan dalam system pendidikan, yang

selanjutkan akan diproses dalam proses pendidikan sehingga menjadi

manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional

d. Peserta didik adalah anak yang sedang tumbuh dan berubah,

kebutuhannya pada hari belum tentu sama dengan kebutuhannya kemarin

e. Peserta didik adalah individu yang memiliki kepribadian, tujuan, cita-cita

hidup, dan potensi diri, oleh karena itu ia dapat diperlakukan semena-

mena.

f. Peserta didik adalah orang yang mempunyai pilihan untuk menempuh

ilmu sesuai dengan cita-cita dan harapan masa depan.

g. Peserta didik adalah sosok manusia sebagai individu atau pribadi.

Individu diartikan sebagai orang yang tidak tergantung dari orang lain,

dalam arti benar-benar seseorang pribadi yang menentukan diri sendiri

dan tidak dipaksa dari luar dan mempunyai sifat-sifat atau keingginan

sendiri. (Eka Prihatin, 2011:3-4)


32

Jadi, peserta didik adalah orang atau individu yang masih berada

dalam fase pertumbuhan yang memerlukan bimbingan serta mendapatkan

pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya agar

tumbuh dan berkembang dengan baik serta mampun mencapai tujuan

pendidikan dan mempunyai kepuasan dalam menerima pelajaran yang

diberikan oleh gurunya.

Anda mungkin juga menyukai