PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
Secara etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa
Yunani yaitu curir yang artinya “pelari” dan curene yang berarti “tempat
berpacu”. Istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga, terutama dalam bidang
atletik pada zaman Romawi Kuno di Yunani.1 Dalam bahasa Prancis, istilah
kurikulum berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum
berarti suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai
dengan garis finish untuk memperoleh mendali atau penghargaan. Jarak yang
harus di tempuh tersebut kemudian diubah menjadi program sekolah dan semua
orang yang terlibat di dalamnya. Program tersebut berisi mata pelajaran (courses)
yang harus ditempuh oleh peserta didik selama kurun waktu tertentu, seperti
SD/MI (enam tahun), SMP/MTs (tiga tahun). SMA/MA (tiga tahun) dan
seterusnya.
Secara terminologis istilah kurikulum (dalam pendidikan) adalah
sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan peserta didik di
sekolah untuk memperoleh ijazah.2 Tujuan pendidikan yang ingin di capai itulah
yang menentukan kurikulum dan isi pendidikan yang diberikan. Selain itu
tujuan pendidikan dapat mempengaruhi stategi pemilihan teknik penyajian
pendidikan yang dipergunakan untuk memberikan pengalaman belajar pada
anak didik dalam mencapai tujuan pendidikan yang sudah dirumuskan. Dengan
1
Arifin, H. M. T.th. Filsafat Pendidikan Islam. Cet. ke-4. (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal.
84-85
2
Zainal Arifin. Konsep & Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung:PT Remaja
Rosdakarya, 2011), hal. 2-3
2
kurikulum dan isi pendidikan inilah kegiatan pendidikan itu dapat dilaksanakan
secara benar seperti apa yang telah dirumuskan.3
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional (SISDIKNAS) menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Secara khusus pada bab X pasal 36
disebutkan bahwa :4
1. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar
nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan
prinsip diversikan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan
peserta didik.
3. Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dengan memperhatikan :
a) Peningkatan iman dan takwa
b) Peningkatan akhlak mulia
c) Peningkatan potensi kecerdasan, dan minat peserta didik
d) Keragaman potensi daerah dan lingkungan
e) Tuntunan pembangunan daerah dan nasional
f) Tuntunan dunia kerja
g) Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
h) Agama
i) Dinamika perkembangan global dan,
j) Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
3
Jalaluddin, Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan(Manusia, Filsafat dan Pendidikan), (Jakarta:
Gaya Media Pratama.2002), hal. 124-125
4
UU No. 20 Tahun 2003 Sistem pendidikan Nasional tentang Kurikulum : Pasal 36
3
4. Ketentuan mengenai pengembangan kurikulum sebagai mana disebut pada
ayat 1, 2, dan 3 diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
5
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Kencana, 2010), h. 121
4
Adapun keterangan mengenai kurikulum dalam hadis Rasulullah saw,
sebagai berikut :
1) Tujuan
a) Tujuan khusus
Tujuan khusus yaitu untuk mengembangkan manusia sedemikian rupa
sehingga semua pengetahuan yang diperolehnya akan menjadi organ pada
keseluruhan pribadi yang kritis dan kreatif.
b) Tujuan umum
Tujuan umum yaitu memungkinkan manusia memanfaatkan sumber-
sumber alam untuk kebaikan umat manusia dan untuk menciptakan
keadilan, kemajuan, dan perubahan dunia.
6
Sutrisno, Pendidikan Islam yang Menghidupkan, (Yogyakarta: Kota Kembang. 2006), hal. 8
5
2) Materi / Bahan Ajar
Dari mata pelajaran atau mata kuliah tersebut terdapat sekian banyak
literatur yang berfungsi sebagai bahan atau sumber pembelajaran. Kemudian
pembahasan kerangka materi seperti tersebut akan digunakan untuk melihat
seperti apa bahan atau sumber pendidikan menurut Rahman. Misalnya,
Rahman dengan mengacu kepada Alquran meminta manusia supaya
mempelajari apa yang terdapat pada diri manusia itu sendiri, alam semesta
dan sejarah umat manusia.
3) Metode Pendidikan
Metode pendidikan islam yang dikehendaki oleh Umat Islam pada
hakikatnya adalah methode of education through the teaching of islam
(metode pendidikan melalui ajaran islam) atas semua bidang ilmu
pengetahuan dan keterampilan menurut ajaran islam.
7
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1979.), hal. 478
6
gerakan ganda. Metode ini dapat dipahami, dirumuskan kembali dan
diterapkan dalam proses pembelajaran.8
8
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPI), (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hal. 128
9
Zuhairini dkk. Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara. 19940, hal. 152
7
3. Bersikap seimbang di antara berbagai ilmu yang di kandung dalam kurikulum
yang akan digunakan. Selain itu, individual dan pengembangan sosial.
4. Bersifat menyeluruh dan menata seluruh mata pelajaran yang diperlukan oleh
anak didik.
5. Kurikulum yang disusun selalu disesuaikan dengan minat dan bakat anak
didik.10
10
Abuddin Nata, Op, Cit.,hlm. 133.
11
Hasan Basri dan Beni Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam Jilid II, (bandung: Pustaka
Setia, 2010) hlm. 182.
8
12
pedoman, pijakan, opini, paham, pandangan, pendapat, pendirian, dan sikap. Selain
itu, berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, prinsip adalah dasar, asas atau
kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak.13
1. Prinsip pertautan yang sempurna dengan agama, termasuk ajaran dan nilai-
nilai. Setiap bagian yang terdapat dalam kurikulum, mulai dari tujuan,
kandungan, metode mengajar, cara-cara perlakuan, dan sebagainya harus
berdasar pada agama, dan akhlak Islam. Yakni harus terkait dengan jiwa
agama Islam, keutamaan, cita-cita, dan kemauan yang baik sesuai dengan
ajaran Islam.
2. Prinsip menyeluruh (universal) pada tujuan-tujuan dan kandungan kandungan
kurikulum, yakni mencangkup tujuan pembinaan akidah, akal dan jasmaninya,
dan hal lain yang bermanfaat bagi masyarakat dalam perkembangan spiritual,
kebudayaan, sosial, ekonomi, politik, termasuk ilmu agama, bahasa,
kemanusiaan, fisik, praktis, profesional,seni rupa, dan sebagainya.
3. Prinsip keseimbangan yang relatif sama antara tujuan dan kandungan
kurikulum.
4. Prinsip keterkaitan antara bakat, minat, kemampuan, dan kebutuhan
pelajar,.begitu juga dengan alam sekitar baik yang bersifat fisik maupun sosial
di mana pelajar itu hidup dan berinteraksi.
5. Prinsip pemeliharaan perbedaan individual di antara para pelajar, baik dari segi
minat maupun bakatnya.
12
Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007),
h.488.
13
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1989),h. 701.
9
6. Prinsip menerima perkembangan dan perubahan sesuai dengan perkembangan
zaman dan tempat.
7. Prinsip keterkaitan antara berbagai mata pelajaran dan pengalaman dan
aktivitas yang terkandung dalam kurikulum.14
1. Prinsip Integrasi
2. Prinsip Keseimbangan
Prinsip ini berdasarkan dari adanya keyakinan bahwa manusia diciptakan oleh
Tuhan yang sama dan juga dari asal yang sama. Sedangkan prinsip
pembebasan merupakan sebuah proses menuju ke arah kemerdekaan, yaitu ia
mampu menyuarakan apa yang ada di dalam benaknya.
14
Abuddin Nata, Op, Cit., hlm. 133-134.
10
4. Prinsip Pendidikan Kontinue
Prinsip ini disebut juga dengan prinsip pendidikan seumur hidup. Proses
pendidikan Islam harus terus berjalan seiring dengan perkembangan zaman.
Menurut Hamid Hasan Bilgrami dan Syed ‘Ali Asyraf inti dari
pengembangan kurikulum perspektif Islam adalah prinsip tauhid. Karena
kurikulum pendidikan Islam merupakan kurikulum yang bersifat integratif,
15
Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah,
Keluarga, dan Masyarakat, (Yogyakarta: LkiSYogyakarta, 2009) hlm. 84-87.
16
Abd. Rahman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam: Paradigma Baru Pendidikan Hadhari
Berbasis Integratif-Interkonektif,(Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h.109-110.
11
tidak hanya membicarakan keakhiratan tapi juga aspek keduniaan. Oleh ka-
rena itu dimensi-dimensi spiritual-materiil, rohani-jasmani dibicarakan secara
bersama-sama tanpa terkecuali sehingga melahirkan pengetahuan yang
komprehensif.17
17
Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam…, 110.
18
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan…, 55-56.
12
lepas dari jiwa/nilai ajaran agama Islam, 2) Prinsip universal pada tujuan dan
isi kurikulum. Maksudnya kurikulum dikembangkan harus memperhatikan
dan mencakupi semua tujuan pendidikan agama Islam yang meliputi
pembinaan akidah, akal dan jasmani, 3) Prinsip keseimbangan antara tujuan
dan isi kurikulum, 4) Pertautan antara bakat, minat, kemampuan serta
kebutuhan peserta didik, 5) Prinsip pemeliharaan perbedaan individu- al
antara peserta didik, 6) Prinsip perkembangan dan perubahan, dan 7) Prinsip
relevansi antar matapelajaran, pengalaman serta aktivitas di dalam
kurikulum.19
Tujuh prinsip di atas, menurut Mujamil Qomar prinsip perubahan dan
perkembangan perlu perhatian lebih di dalam pengembangan kuri- kulum
dikarenakan prinsip ini bernilai positif-konstruktif sehingga dapat menghasilkan
lulusan yang siap pakai serta memiliki kemampuan secara potensial dan
maksimal.20
Prinsip kedua relevan dengan ayat suci al-Qur’an yang menerangkan
tugas Nabi ketika di utus ke dunia, karena ajaran yang diberikan kepada
umat manusia tak lepas dari tiga aspek yaitu akidah (tilawah), akal (ta’lim)
dan jasmani/akhlak (tazkiyah). Ayat tersebut ialah:
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul
di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,
mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As
Sunnah), dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam
kesesatan yang nyata. (Q.S Al-Jumu’ah : 2)
Menurut Ahmad Tafsir kurikulum yang ingin dikembangkan harus
mempertimbangkan tiga prinsip yaitu, prinsip berkesinambungan, prinsip
berurutan, dan prinsip integrasi pengalaman. Sehingga hal ini akan ber-
19
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam: Strategi Baru Pengelolaan Lembaga
Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga, 2007), 152. Lihat juga Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam
(Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), 128-129.
20
Qomar, Manajemen Pendidikan Islam…, 153.
13
implikasi kepada tujuan pendidikan yang bertolak dan berakhir dari rasa ke-
imanan kepada Allah. Abdullah Idi pun menambahkan bahwa pegangan
dasar yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kurikulum PAI tidak
lepas dari tiga aspek yaitu prinsip inovatif, tidak pasif serta dogmatis.21
Berdasarkan beberapa prinsip yang telah disampaikan oleh para ahli
kesemuanya tentu tidak akan terlepas dari sumber ajaran pokok agama Is-
lam yaitu al-Qur’an dan Hadis dalam kaitannya dengan pengembangan
kurikulum pendidikan agama Islam. Ada dua dalil naqli yang perlu dijadi-
kan pegangan dasar dalam mengembangkan kurikulum PAI yaitu:22
Al-Qur’an
1. Hadist
21
Idi, Pengembangan Kurikulum…, 61.
22
H. Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), 87.
14
memiliki kesamaan diantara prinsip pengembangan kurikulum umum
maupun dalam perspektif Islam, akan tetapi tidak dapat dipungkiri tujuan
pendidikan yang menjadi acuan utama dalam mempertimbangkan prinsip-
prinsip tersebut.
Penulis menyimpulkan bahwa didalam al-Qur’an dan Hadits
ditemukan kerangka dasar dan dapat dijadikan sebagai pedoman dan
penyusunan kurikulum pendidikan Islam. Kerangka dasar tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Sesuai dengan al-Qur’an bahwa yang menjadi kurikulum ini (intra
curiculer) pendidikan Islam adalah “Tauhid” dan harus dimantapkan
sebagai unsur pokok yang tidak dapat dirubah. Pemantapan kalimat
tauhid sudah dimulai semenjak bayi dilahirkan dengan memperdengarkan
adzan dan iqomah terhadap bayi yang dilahirkan.
2. Kurikulum inti (Intra Curiculer) selanjutnya adalah perintah ‘Membaca’
ayat-ayat Allah yang meliputi 3 macam ayat yaitu : (1) ayat Allah yang
berdasarkan wahyu. (2) ayat Allah yang ada pada diri manusia, dan (3)
ayat Allah yang terdapat di dalam alam semesta di luar diri manusia.
3. Ditinjau dari segi kurikulum sebenarnya firman Allah SWT itu
merupakan bahan pokok pendidikan yang mencakup seluruh Ilmu
pengetahuan yang dibutuhkan oleh manusia. Membaca selain melibatkan
proses mental yang tinggi, pengenalan (cognition), ingatan (memory),
pengamatan (perception), pengucapan (verbalization), pemikiran
(reasoning), daya cipta (creativity), juga sekaligus merupakan bahan
pendidikan itu sendiri. Mungkin taka ada satu kurikulum pendidikan di
dunia ini yang tidak mencantumkan membaca sebagai materinya, bahkan
umumnya membaca ini ditempatkan dari sekolah dasar, perguruan tinggi
dengan berbagai variasi.
15
E. Syarat-Syarat Kurikulum Pendidikan Islam
23
Abuddin Nata, Op, Cit., hlm. 134.
16
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
17
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Filsafat Pendidikan Islam. Cet. ke-4. (Jakarta: Bumi Aksara, 2011).
Arifin, H. Muzayyin Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003).
Beni Ahmad Saebani, Hasan Basri, Ilmu Pendidikan Islam Jilid II, (bandung: Pustaka
Setia, 2010).
18
19