Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang sengaja didirikan dan


diselenggarakan dengan hasrat dan niat supaya nilai-nilai dan ajaran-ajarannya
dapat diwujudkan . Pesatnya inovasi pendidikan, terutama dalam konteks
pengembangan kurikulum, seringkali guru PAI merasa kebingungan dalam
menghadapinya apalagi inovasi pendidikan tersebut cenderung menggunakan
strategi pemaksaan oleh atasan (pusat) kepada bawahan. Oleh karena itu
muncullah kesan yang cukup memperihatingkan dari masyarakat bahwa seakan-
akan setiap ganti menteri akan diikuti dengan perubahan kebijakan. Padahal
kebijakan yang terdahulu masih belum terealisasikan secara merata akan tetapi
tiba-tiba diganti dengan kebijakan yang baru.

Di dalam pengembangan kurikulum pendidikan Islam seringkali dibahas


mengenai hal-hal yang mendasar seperti pengertian, komponen-komponen
kurikulum, asas pengembangan kurikulum, prinsip-prinsip pengembangan
kurukulum, pendekatan dalam pengembangan kurikulum. Pada makalah ini
penulis akan memfokuskan pembahasannya mengenai prinsip-prinsip kurikulum
dalam Al-qur’an. Karena ini adalah termasuk hal yang mendasar dan perlu
dipahami secara mendalam. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang selalu
berubah dari waktu ke waktu sesuai degan kebutuhan zaman, berubah di sini
maksudnya tidak asal-asalan akan tetapi tetap mengacu pada landasan pokok
dalam hal ini prinsip-prinsip yang mendasar dalam pengembangan kurikulum
pendikan Islam.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum
Secara etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa
Yunani yaitu curir yang artinya “pelari” dan curene yang berarti “tempat
berpacu”. Istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga, terutama dalam bidang
atletik pada zaman Romawi Kuno di Yunani.1 Dalam bahasa Prancis, istilah
kurikulum berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum
berarti suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai
dengan garis finish untuk memperoleh mendali atau penghargaan. Jarak yang
harus di tempuh tersebut kemudian diubah menjadi program sekolah dan semua
orang yang terlibat di dalamnya. Program tersebut berisi mata pelajaran (courses)
yang harus ditempuh oleh peserta didik selama kurun waktu tertentu, seperti
SD/MI (enam tahun), SMP/MTs (tiga tahun). SMA/MA (tiga tahun) dan
seterusnya.
Secara terminologis istilah kurikulum (dalam pendidikan) adalah
sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan peserta didik di
sekolah untuk memperoleh ijazah.2 Tujuan pendidikan yang ingin di capai itulah
yang menentukan kurikulum dan isi pendidikan yang diberikan. Selain itu
tujuan pendidikan dapat mempengaruhi stategi pemilihan teknik penyajian
pendidikan yang dipergunakan untuk memberikan pengalaman belajar pada
anak didik dalam mencapai tujuan pendidikan yang sudah dirumuskan. Dengan

1
Arifin, H. M. T.th. Filsafat Pendidikan Islam. Cet. ke-4. (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal.
84-85
2
Zainal Arifin. Konsep & Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung:PT Remaja
Rosdakarya, 2011), hal. 2-3

2
kurikulum dan isi pendidikan inilah kegiatan pendidikan itu dapat dilaksanakan
secara benar seperti apa yang telah dirumuskan.3
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional (SISDIKNAS) menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Secara khusus pada bab X pasal 36
disebutkan bahwa :4
1. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar
nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan
prinsip diversikan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan
peserta didik.
3. Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dengan memperhatikan :
a) Peningkatan iman dan takwa
b) Peningkatan akhlak mulia
c) Peningkatan potensi kecerdasan, dan minat peserta didik
d) Keragaman potensi daerah dan lingkungan
e) Tuntunan pembangunan daerah dan nasional
f) Tuntunan dunia kerja
g) Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
h) Agama
i) Dinamika perkembangan global dan,
j) Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan

3
Jalaluddin, Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan(Manusia, Filsafat dan Pendidikan), (Jakarta:
Gaya Media Pratama.2002), hal. 124-125
4
UU No. 20 Tahun 2003 Sistem pendidikan Nasional tentang Kurikulum : Pasal 36

3
4. Ketentuan mengenai pengembangan kurikulum sebagai mana disebut pada
ayat 1, 2, dan 3 diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Selanjutnya terdapat pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh para


ahli pendidikan, yang secara umum dapat dibedakan kedalam pengertian yang
sempit dan luas.5

1. Menurut Omar Mohammad al-Thoumy al-syaibani, kurikulum adalah jalan


terang yang dilalui oleh pendidik atau guru dengan orang yang dididik, untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka.
2. Menurut Crow and Crow, kurikulum merupakan rancangan pengajaran yang
isinya sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis, sebagai syarat
untuk menyelesaikan suatu program pendidikan tertentu.

Pengertian kurikulum dapat dijumpai dalam ajaran islam, baik pada


dataran normative maupun historis filosofis. Secara normative, didalam Al-
Qur’an terdapat ayat-ayat yang menyuruh manusia agar mempelajari segala
sesuatu baik yang bersifat tertulis maupun tidak tertulis, baik benda-benda
yang ada dibumi, maupun yang ada dilangit, baik kehidupan umat dimasa
sekarang, silam, maupun yang akan datang.

Demikian pula didalam hadistnya Rasulullah saw menyuruh


pengikutnya agar mempelajari ilmu yang berkaitan dengan keduniaan maupun
keakhiratan. Hal ini dalam hubungannya kurikulum dengan Al-Qur’an dapat
dipahami dari ayat-ayat Al-Qur’an yaitu surat Al-alaq ayat 5, surat Al-
Baqarah ayat 31 dan surat Al-Luqman ayat 12.

5
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Kencana, 2010), h. 121

4
Adapun keterangan mengenai kurikulum dalam hadis Rasulullah saw,
sebagai berikut :

“Ajarilah anakmu sekalian tentang tiga perkara yaitu mencintai Nabinya,


mencintai keluarganya, dan membaca Al-Qur’an, karena sesungguhnya orang
yang membaca (hafal) Al-Qur’an akan berada dibawah perlindunganNya, pada
hari yang tidak ada perlindungan lain, kecuali perlindungannya bersama para nabi
dan orang-orang yang dicintaiNya.”(HR. Al-Dailami dari Ali)

B. Komponen Kurikulum Pendidikan Islam

Dari definisi tentang pengertian kurikulum di atas, dapat disimpulkan


bahwa kurikulum pendidikan Islam mempunyai empat unsur atau aspek utama
yaitu:

1) Tujuan

Tujuan pendidikan, sebagai komponen pertama dari kurikulum adalah


sesuatu yang akan dicapai oleh peserta didik melalui proses pendidikan.
Menurut Rahman ada dua istilah tujuan pendidikan yaitu:6

a) Tujuan khusus
Tujuan khusus yaitu untuk mengembangkan manusia sedemikian rupa
sehingga semua pengetahuan yang diperolehnya akan menjadi organ pada
keseluruhan pribadi yang kritis dan kreatif.
b) Tujuan umum
Tujuan umum yaitu memungkinkan manusia memanfaatkan sumber-
sumber alam untuk kebaikan umat manusia dan untuk menciptakan
keadilan, kemajuan, dan perubahan dunia.

6
Sutrisno, Pendidikan Islam yang Menghidupkan, (Yogyakarta: Kota Kembang. 2006), hal. 8

5
2) Materi / Bahan Ajar

Materi/bahan ajar bisa berupa kitab kuning (seperti di pesantren-


pesantren salaf), buku-buku, jurnal-jurnal, laporan-laporan hasil penelitian,
dan apa saja yang dapat digunakan sebagai konteks untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditentukan. Materi pada masa sekarang diatur dalam
bentuk-nama-nama mata pelajaran atau mata kuliah sesuai dengan
nomenklatur keilmuannya.7

Dari mata pelajaran atau mata kuliah tersebut terdapat sekian banyak
literatur yang berfungsi sebagai bahan atau sumber pembelajaran. Kemudian
pembahasan kerangka materi seperti tersebut akan digunakan untuk melihat
seperti apa bahan atau sumber pendidikan menurut Rahman. Misalnya,
Rahman dengan mengacu kepada Alquran meminta manusia supaya
mempelajari apa yang terdapat pada diri manusia itu sendiri, alam semesta
dan sejarah umat manusia.

3) Metode Pendidikan
Metode pendidikan islam yang dikehendaki oleh Umat Islam pada
hakikatnya adalah methode of education through the teaching of islam
(metode pendidikan melalui ajaran islam) atas semua bidang ilmu
pengetahuan dan keterampilan menurut ajaran islam.

Fazlur Rahman banyak melakukan kritik terhadap metode pendidikan


umat Islam terutama abad pertengahan yang hanya sekedar mengulang-ulang
pelajaran sampai hafal. Metode semacam ini disebut metode mekanis.
Sebaliknya, Rahman menyarankan kepada umat Islam agar menuntut dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dengan melakukan observasi, analisis,
dan eksperimen. Disamping itu, Rahman juga mengemukakan metode

7
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1979.), hal. 478

6
gerakan ganda. Metode ini dapat dipahami, dirumuskan kembali dan
diterapkan dalam proses pembelajaran.8

4) Evaluasi Hasil Belajar

Evaluasi digunakan untuk mengetahui seberapa jauh tujuan


pendidikan telah dicapai peserta didik. Evaluasi hasil belajar yang baik adalah
evaluasi yang dapat mengevaluasi semua proses pendidikan mulai dari awal
sampai akhir, yang dapat mengevaluasi baik aspek kognitif, afektif maupun
psikomotor, untuk mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan ini telah
dicapai oleh peserta didik, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap
performansi peserta didik terutama dari sifat kritis dan kreatif, dari segi
kemampuan memanfaatkan sumber-sumber alam untuk kebaikan manusia,
dan dari segi keberhasilannya menciptakan keadilan, kemajuan, serta
keteraturan dunia.9

C. Ciri-Ciri Kurikulum Pendidikan Islam

Omar Mohammad al-Taomi al-Syaibani menyebutkan, bahwa ciri


kurikulum pendidikan Islam itu ada lima, yaitu:

1. Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuannya. Kandungan,


metode, alat, dan tekhniknya bercorak agama.
2. Meluas cakupannya dan menyeluruh kandungannya, yaitu kurikulum yang
betul-betul mencerminkan semangat, pemikiran dan ajaran yang menyeluruh.
Di samping itu, ia juga luas dalam perhatiannya. Ia memperhatikan bimbingan
dan pengembangan terhadap segala aspek pribadi pelajar dari segi intelektual,
psikologis, sosial, dan spiritual.

8
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPI), (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hal. 128
9
Zuhairini dkk. Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara. 19940, hal. 152

7
3. Bersikap seimbang di antara berbagai ilmu yang di kandung dalam kurikulum
yang akan digunakan. Selain itu, individual dan pengembangan sosial.
4. Bersifat menyeluruh dan menata seluruh mata pelajaran yang diperlukan oleh
anak didik.
5. Kurikulum yang disusun selalu disesuaikan dengan minat dan bakat anak
didik.10

Adapun ciri-ciri khusus kurikulum pendidikan Islam, yaitu:

1. Dalam kurikulum pendidikan Islam, tujuan utamanya adalah pembinaan anak


didik untuk bertauhid. Oleh karena itu, semua sumber yang dianut berasal dari
ajaran Islam,
2. Kurikulum harus disesuaikan dengan fitrah manusia, sebagai makhluk yang
memiliki keyakinan kepada Tuhan,
3. Kurikulum yang disajikan merupakan hasil pengujian materi dengan landasan
Al-quran dan Al-Hadis,
4. Mengarahkan minat dan bakat serta meningkatkan kemampuan aqliyah peserta
didik serta keterampilan yang akan diterapkan dalam kehidupan nyata,
5. Pembinaan akhlak peserta didik, sehingga pergaulannya tidak keluar dari
tuntunan Islam, dan
6. Tidak ada kadaluarsa kurikulum, karena ciri khas kurikulum Islam senantiasa
relevan dengan perkembangan zaman bahkan menjadi filter kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam penerapannya di dalam kehidupan
masyarakat.11
D. Prinsip-prinsip Kurikulum dalam Al-Qur’an

Secara etimologi prinsip memiliki makna beranekaragam yaitu asas, dasar,


etika, hakikat, pokok, rukun, sendi, ajaran, diktum, dogma, doktrin, kaidah, patokan,

10
Abuddin Nata, Op, Cit.,hlm. 133.
11
Hasan Basri dan Beni Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam Jilid II, (bandung: Pustaka
Setia, 2010) hlm. 182.

8
12
pedoman, pijakan, opini, paham, pandangan, pendapat, pendirian, dan sikap. Selain
itu, berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, prinsip adalah dasar, asas atau
kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak.13

Kurikulum dalam pendidikan Islam berdasarkan pada tujuh prinsip


sebagai berikut:

1. Prinsip pertautan yang sempurna dengan agama, termasuk ajaran dan nilai-
nilai. Setiap bagian yang terdapat dalam kurikulum, mulai dari tujuan,
kandungan, metode mengajar, cara-cara perlakuan, dan sebagainya harus
berdasar pada agama, dan akhlak Islam. Yakni harus terkait dengan jiwa
agama Islam, keutamaan, cita-cita, dan kemauan yang baik sesuai dengan
ajaran Islam.
2. Prinsip menyeluruh (universal) pada tujuan-tujuan dan kandungan kandungan
kurikulum, yakni mencangkup tujuan pembinaan akidah, akal dan jasmaninya,
dan hal lain yang bermanfaat bagi masyarakat dalam perkembangan spiritual,
kebudayaan, sosial, ekonomi, politik, termasuk ilmu agama, bahasa,
kemanusiaan, fisik, praktis, profesional,seni rupa, dan sebagainya.
3. Prinsip keseimbangan yang relatif sama antara tujuan dan kandungan
kurikulum.
4. Prinsip keterkaitan antara bakat, minat, kemampuan, dan kebutuhan
pelajar,.begitu juga dengan alam sekitar baik yang bersifat fisik maupun sosial
di mana pelajar itu hidup dan berinteraksi.
5. Prinsip pemeliharaan perbedaan individual di antara para pelajar, baik dari segi
minat maupun bakatnya.

12
Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007),
h.488.
13
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1989),h. 701.

9
6. Prinsip menerima perkembangan dan perubahan sesuai dengan perkembangan
zaman dan tempat.
7. Prinsip keterkaitan antara berbagai mata pelajaran dan pengalaman dan
aktivitas yang terkandung dalam kurikulum.14

Selain yang telah dipaparkan diatas, Moh. Roqib mengemukakan bahwa


kurikulum hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip pendidikan Islam diantaranya
yaitu sebagai berikut:

1. Prinsip Integrasi

Integrasi merupakan sebuah prinsip yang memandang adanya wujud kesatuan


kehidupan dunia akhirat. Kehidupan di dua alam ini dipandang sebagai satu
perjalanan yang tiada terputus. Hal tersebut diletakkan sebagai jembatan
menuju alam akhirat yang abadi.

2. Prinsip Keseimbangan

Proses penentuan materi atau kebijakan kependidikan tidak lepas dari


perbedaan individualitas dan kolektivitas subjek didik. Oleh karena itu,
diperlukan keseimbangan di dalam menyusun kurikulum dan menetapkan
materi ajar. Keseimbangan yang dimaksud yaitu seimbang berdasarkan porsi
yang diberikan pada suatu hal secaraproporsional.

3. Prinsip Persamaan dan Pembebasan

Prinsip ini berdasarkan dari adanya keyakinan bahwa manusia diciptakan oleh
Tuhan yang sama dan juga dari asal yang sama. Sedangkan prinsip
pembebasan merupakan sebuah proses menuju ke arah kemerdekaan, yaitu ia
mampu menyuarakan apa yang ada di dalam benaknya.

14
Abuddin Nata, Op, Cit., hlm. 133-134.

10
4. Prinsip Pendidikan Kontinue

Prinsip ini disebut juga dengan prinsip pendidikan seumur hidup. Proses
pendidikan Islam harus terus berjalan seiring dengan perkembangan zaman.

5. Prinsip Kemaslahatan dan Keutamaan

Merupakan sebuah prinsip yang mengharuskan pendidikan membawa manusia


ke arah yang baik dan bermanfaat serta menuju ke arah yang lebih utama,
karena pendidikan merupakan sebuah proses yang agung guna mengembalikan
dan meningkatkan potensi-potensi dan moral utama manusia.15

Prinsip-prinsip tersebut bukan hanya sekedar dicatat dalam sebuah


perencanaan, juga dapat dijadikan bahan refleksi sehingga kurikulum yang
dikembangkan menjadi relevan tatkala dilaksanakan dalam proses pem-
belajaran. Berbeda dengan prinsip di atas, pandangan al-Abrasyi tentang
prinsip pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam adalah sebagai
berikut. Pertama adanya pengaruh mata pelajaran terhadap tata kehidupan
yang mulia dan sempurna. Kedua keharusan menuntut ilmu karena ilmu itu
sendiri, yaitu keingintahuan sebagai sifat manusia. Ketiga mempelajari ilmu
pengetahuan sebagai sebuah kenikmatan bagi manusia. Keempat adanya
prinsip yang bertujuan untuk kepentingan kehidupan/ mencari pekerjaan.
Kelima mempelajari matapelajaran sebagai kunci pembuka matapelajaran
lainnya.16

Menurut Hamid Hasan Bilgrami dan Syed ‘Ali Asyraf inti dari
pengembangan kurikulum perspektif Islam adalah prinsip tauhid. Karena
kurikulum pendidikan Islam merupakan kurikulum yang bersifat integratif,

15
Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah,
Keluarga, dan Masyarakat, (Yogyakarta: LkiSYogyakarta, 2009) hlm. 84-87.
16
Abd. Rahman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam: Paradigma Baru Pendidikan Hadhari
Berbasis Integratif-Interkonektif,(Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h.109-110.

11
tidak hanya membicarakan keakhiratan tapi juga aspek keduniaan. Oleh ka-
rena itu dimensi-dimensi spiritual-materiil, rohani-jasmani dibicarakan secara
bersama-sama tanpa terkecuali sehingga melahirkan pengetahuan yang
komprehensif.17

Al-Nahlawi memberikan pandangannya berkenaan dengan prinsip-


prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kurikulum pendidi-
kan agama Islam. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
1) Selalu memperhatikan fitrah manusia,
2) Selaras dengan tujuan akhir dari pendidikan agama Islam,
3) Disusun secara bertahap serta terorganisir,
4) Prinsip kepentingan masyarakat luas, sehingga pendidikan dapat relevan
dengan kondisi serta situasi masyarakat,
5) Prinsip integral, sehingga terjalin hubungan antar bidang studi dan tidak
terlepas dengan tujuan akhir pendidikan agama Islam,
6) Prinsip realistis, artinya mudah dilaksanakan oleh negara tanpa ada rasa
beban,
7) Metode pembelajaran bersifat fleksibel tidak kaku,
8) Prinsip efektif guna mencapai perilaku dan emosi yang positif,
9) Prinsip relevan dengan perkembangan peserta didik baik psikis maupun
fisik, dan
10) Memperhatikan aspek-aspek alamiah Islam yang merealisasikan nilai-
nilai luhur Islam dalam kehidupan individu maupun sosial.18
Al Syaibani memberikan pandangan terhadap prinsip-prinsip yang per-
lu diperhatikan di dalam pengembangan kurikulum pendidikan Agama Is-
lam. Prinsip-prinsip tersebut adalah: 1) Pertautan dengan ajaran serta nilai-
nilai agama, artinya semua komponen kurikulum harus terisi dan tak ter-

17
Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam…, 110.
18
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan…, 55-56.

12
lepas dari jiwa/nilai ajaran agama Islam, 2) Prinsip universal pada tujuan dan
isi kurikulum. Maksudnya kurikulum dikembangkan harus memperhatikan
dan mencakupi semua tujuan pendidikan agama Islam yang meliputi
pembinaan akidah, akal dan jasmani, 3) Prinsip keseimbangan antara tujuan
dan isi kurikulum, 4) Pertautan antara bakat, minat, kemampuan serta
kebutuhan peserta didik, 5) Prinsip pemeliharaan perbedaan individu- al
antara peserta didik, 6) Prinsip perkembangan dan perubahan, dan 7) Prinsip
relevansi antar matapelajaran, pengalaman serta aktivitas di dalam
kurikulum.19
Tujuh prinsip di atas, menurut Mujamil Qomar prinsip perubahan dan
perkembangan perlu perhatian lebih di dalam pengembangan kuri- kulum
dikarenakan prinsip ini bernilai positif-konstruktif sehingga dapat menghasilkan
lulusan yang siap pakai serta memiliki kemampuan secara potensial dan
maksimal.20
Prinsip kedua relevan dengan ayat suci al-Qur’an yang menerangkan
tugas Nabi ketika di utus ke dunia, karena ajaran yang diberikan kepada
umat manusia tak lepas dari tiga aspek yaitu akidah (tilawah), akal (ta’lim)
dan jasmani/akhlak (tazkiyah). Ayat tersebut ialah:
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul
di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,
mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As
Sunnah), dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam
kesesatan yang nyata. (Q.S Al-Jumu’ah : 2)
Menurut Ahmad Tafsir kurikulum yang ingin dikembangkan harus
mempertimbangkan tiga prinsip yaitu, prinsip berkesinambungan, prinsip
berurutan, dan prinsip integrasi pengalaman. Sehingga hal ini akan ber-

19
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam: Strategi Baru Pengelolaan Lembaga
Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga, 2007), 152. Lihat juga Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam
(Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), 128-129.
20
Qomar, Manajemen Pendidikan Islam…, 153.

13
implikasi kepada tujuan pendidikan yang bertolak dan berakhir dari rasa ke-
imanan kepada Allah. Abdullah Idi pun menambahkan bahwa pegangan
dasar yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kurikulum PAI tidak
lepas dari tiga aspek yaitu prinsip inovatif, tidak pasif serta dogmatis.21
Berdasarkan beberapa prinsip yang telah disampaikan oleh para ahli
kesemuanya tentu tidak akan terlepas dari sumber ajaran pokok agama Is-
lam yaitu al-Qur’an dan Hadis dalam kaitannya dengan pengembangan
kurikulum pendidikan agama Islam. Ada dua dalil naqli yang perlu dijadi-
kan pegangan dasar dalam mengembangkan kurikulum PAI yaitu:22
Al-Qur’an

1. Hadist

Artinya : “sesungguhnya aku telah meninggalkan untuk kamu, yang jika


kamu berpegang teguh dengannya, maka kamu tidak akan tersesat
selama-lamanya, yakni kitabullah dan sunnah Nabi-Nya

Melihat beberapa prinsip kurikulum di atas, secara umum banyak

21
Idi, Pengembangan Kurikulum…, 61.
22
H. Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), 87.

14
memiliki kesamaan diantara prinsip pengembangan kurikulum umum
maupun dalam perspektif Islam, akan tetapi tidak dapat dipungkiri tujuan
pendidikan yang menjadi acuan utama dalam mempertimbangkan prinsip-
prinsip tersebut.
Penulis menyimpulkan bahwa didalam al-Qur’an dan Hadits
ditemukan kerangka dasar dan dapat dijadikan sebagai pedoman dan
penyusunan kurikulum pendidikan Islam. Kerangka dasar tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Sesuai dengan al-Qur’an bahwa yang menjadi kurikulum ini (intra
curiculer) pendidikan Islam adalah “Tauhid” dan harus dimantapkan
sebagai unsur pokok yang tidak dapat dirubah. Pemantapan kalimat
tauhid sudah dimulai semenjak bayi dilahirkan dengan memperdengarkan
adzan dan iqomah terhadap bayi yang dilahirkan.
2. Kurikulum inti (Intra Curiculer) selanjutnya adalah perintah ‘Membaca’
ayat-ayat Allah yang meliputi 3 macam ayat yaitu : (1) ayat Allah yang
berdasarkan wahyu. (2) ayat Allah yang ada pada diri manusia, dan (3)
ayat Allah yang terdapat di dalam alam semesta di luar diri manusia.
3. Ditinjau dari segi kurikulum sebenarnya firman Allah SWT itu
merupakan bahan pokok pendidikan yang mencakup seluruh Ilmu
pengetahuan yang dibutuhkan oleh manusia. Membaca selain melibatkan
proses mental yang tinggi, pengenalan (cognition), ingatan (memory),
pengamatan (perception), pengucapan (verbalization), pemikiran
(reasoning), daya cipta (creativity), juga sekaligus merupakan bahan
pendidikan itu sendiri. Mungkin taka ada satu kurikulum pendidikan di
dunia ini yang tidak mencantumkan membaca sebagai materinya, bahkan
umumnya membaca ini ditempatkan dari sekolah dasar, perguruan tinggi
dengan berbagai variasi.

15
E. Syarat-Syarat Kurikulum Pendidikan Islam

Khusus yang berkaitan dengan isi kurikulum, terdapat persyaratan yang


harus diperhatikan sebagai berikut:

1. Tidak menyalahi fitrah manusia.


2. Sesuai dengan tujuan pendidikan Islam, yaitu sebagai upaya mendekatkan diri
dan beribadah kepada Allah SWT dengan penuh ketakwaan dan keikhlasan.
3. Sesuai dengan tingkat perkembangan dan usia peserta didik.
4. Memberikan pengalaman empiris, praktik langsung bagi peserta didik, serta
memiliki fungsi pragmatis, sehingga mereka mempunyai keterampilan yang
riil.
5. Bersifat integral, terorganisasi, serta tidak saling bertentangan antara materi
yang satu dengan yang lainnya.
6. Memiliki relevansi dengan masalah-masalah yang mutakhir, sedang terjadi dan
tujuan negara setempat.
7. Metode yang di gunakan mampu mengantarkan pada tercapainya materi
pelajaran dengan memperhatikan perbedaan yang terdapat pada setiap individu
anak didik.
8. Memiliki relevansi dengan tingkat perrkembangan peserta didik.
9. Memperhatikan aspek-aspek sosial, seperti dakwah Islam.
10. Memiliki pengaruh yang positif terhadap jiwa peserta didik, sehingga menjadi
sempurna jiwanya.
11. Sesuai dengan pembawaan dan fitrah manusia, seperti memberikan waktu
istirahat dan refreshing untuk menikmati kesenian.
12. Memuat ilmu-ilmu alat untuk mempelajari ilmu lain.23

23
Abuddin Nata, Op, Cit., hlm. 134.

16
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Kurikulum merupakan jantung di dalam sistem pendidikan, sehingga


kurikulum sangat berperan penting dalam pengembangan pendidikan di sebuah
lembaga pendidikan. Oleh karena itu dalam mengembangkan kurikulum tersebut
perlu dipertimbangkan beberapa pegangan dasar atau pokok dasar atau prinsip
sehingga memberikan pijakan dalam berttindak serta berpikir untuk
mengembangkan kurikulum. Beberapa prinsip tersebut adalah prinsip relevansi,
efektifitas, efesiensi, kontinuitas, fleksibilitas, integritas, sinkronisasi, demokratis,
mutu, obyektivitas, dinamis. Prinsip beorientasi pada tujuan, isi, metode, media,
evaluasi pendidikan. Beberapa prinnsip tersebut menjadi pijakan awal dalam
mengembangkan prinsip-prinsip lain khususnya kurikulum PAI. Namun ada
beberapa prinsip yang menjadi ciri khas dalam pengembangan kurikulum PAI
yaitu prinsip yang selalu berasal dari sumber ajaran Islam. Hal inilah yang
membedakan prinsip kurikulum umum dengan kurikulum PAI yang kemudian
berimplikasi pada tujuan akhir pendidikan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Al-Syaibany, Omar Mohammad Al-Toumy, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta:


Bulan Bintang, 1979).

Arifin, Filsafat Pendidikan Islam. Cet. ke-4. (Jakarta: Bumi Aksara, 2011).
Arifin, H. Muzayyin Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003).

Arifin, Zainal. Konsep & Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung:PT Remaja


Rosdakarya, 2011).

Assegaf, Abd. Rahman Filsafat Pendidikan Islam: Paradigma Baru Pendidikan


Hadhari Berbasis Integratif-Interkonektif,(Jakarta: Rajawali Pers, 2011).

Beni Ahmad Saebani, Hasan Basri, Ilmu Pendidikan Islam Jilid II, (bandung: Pustaka
Setia, 2010).

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:


Balai Pustaka, 1989).

Endarmoko, Eko, Tesaurus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,


2007).
Idi, Jalaluddin, Abdullah, Filsafat Pendidikan(Manusia, Filsafat dan Pendidikan),
(Jakarta: Gaya Media Pratama.2002).
Nata, Abudin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Kencana, 2010).
Roqib, Moh, Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Integratif di
Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat, (Yogyakarta: LkiSYogyakarta, 2009).
Sutrisno, Pendidikan Islam yang Menghidupkan, (Yogyakarta: Kota Kembang.
2006).

UU No. 20 Tahun 2003 Sistem pendidikan Nasional tentang Kurikulum : Pasal 36


Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam (IPI), (Bandung: Pustaka Setia, 1997).
Qomar, Mujamil , Manajemen Pendidikan Islam: Strategi Baru Pengelolaan
Lembaga Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga, 2007), 152. Lihat juga Abudin
Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997).

Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara. 19940).

18
19

Anda mungkin juga menyukai