Anda di halaman 1dari 12

J-STAF (Shiddiq, Tabligh, Amanah, Fathonah)

Vol. 2 No. 1 Januari 2023 (24-35)


https://ejournal.alfarabi.ac.id/index.php/staf

KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF HADITS TARBAWI

Dinda Amanda Ainun Nuzul


Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Bandung
Email: dindainun99@gmail.com

ABSTRAK
Kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang ditempuh siswa di suatu lembaga
pendidikan, dan dalam arti luas kurikulum adalah “what persons experience in a setting”
semua pengalaman dan budaya belajar yang diciptakan oleh suatu lembaga pendidikan
untuk membangun kemandirian dan mencapai tujuan pendidikan yang dikehendaki.
Sedangkan kurikulum pendidikan Islam adalah kurikulum pendidikan yang memiliki pondasi
berdasarkan Islam yaitu Alquran dan Hadis, yang sangat memperhatikan kondisi
kepribadian manusia atau peserta didik seperti aspek jasmani, aspek akal dan aspek ruhani.
Hadis sebagai sumber hukum yang kedua setelah Alquran merupakan pondasi didalam
penyusunan kurikulum pendidikan Islam. Namun memang kita tidak akan menemukan kata
khusus didalam Hadis seperti manhaj al-dirasah sebagai kata yang menunjukkan kurikulum.
Maka kurikulum dalam studi Hadis Tarbawi berupa bentangan nilai, budaya, karakter,
prinsip, ajaran yang terbentang dalam khazanah hadis, yang merupakan contoh dari
penerapan Al-Quran oleh Nabi Muhammad SAW.
Kata kunci : kurikulum, pendidikan Islam, hadits tarbawi

ABSTRACT
The curriculum has two meanings, in a narrow sense curriculum is a number of subjects taken
by students in an educational institution, and in a broad sense curriculum is "what persons
experience in a setting" all experiences and learning culture created by an educational
institution to build independence and achieve the desired educational goals. Meanwhile, the
Islamic education curriculum is an educational curriculum that has a foundation based on
Islam, namely the Qur'an and Hadith, which pays close attention to the personality conditions
of humans or students such as physical aspects, intellectual aspects and spiritual aspects.
Hadith as the second source of law after the Koran is the foundation in the preparation of the
Islamic education curriculum. But indeed we will not find a special word in the Hadith such as
manhaj al-dirasah as a word that denotes curriculum. So the curriculum in Tarbawi Hadith
studies is in the form of a range of values, culture, character, principles, teachings that are
spread out in the hadith treasures, which are examples of the application of the Koran by the
Prophet Muhammad SAW.
Keywords: curriculum, Islamic education, hadith tarbawi

PENDAHULUAN
Kata kurikulum mulai dikenal sebagai istilah dalam dunia pendidikan sejak kurang-
lebih satu abad yang lalu. Istilah kurikulum muncul pertama kalinya dalam kamus Webster
tahun 1856, yang secara etimologi kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu Curir yang
artinya pelari dan Curere yang berarti tempat berpacu yang harus ditempuh pelari dari
garis start menuju garis finish. Pada tahun itu memang kata kurikulum dipakai dalam
bidang olahraga, barulah pada tahun 1955 istilah kurikulum dipakai dalam bidang

24
Kuriulum Pendidikan Islam …
J-STAF (Shiddiq, Tabligh, Amanah, Fathonah) | Vol. 2 No. 1 Januari 2023

pendidikan dengan arti sejumlah mata pelajaran di suatu perguruan. Dalam kamus tersebut
kurikulum menurut Nana Syaodih Sukmadinata (1999) diartikan dua macam yaitu:
1. Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari siswa di sekolah
atau perguruan tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu.
2. Sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau
jurusan.
Pengertian diatas menimbulkan realitas pandangan tradisional bahwa kurikulum
hanya sebagai bahan ajar yang dibatasi dalam kelas. Dalam konsepsinya, banyak definisi
tradisional yang mengacu pada kecenderungan school centric. Sejumlah besar dari mereka
mengacu pada planning for learning in the school. Pandangan ini sebenarnya tidak terlalu
salah, mereka hanya membedakan kegiatan belajar kurikuler dari kegiatan belajar
ekstrakurikuler dan kokurikuler. Kegiatan kurikuler adalah kegiatan belajar untuk
mempelajari mata-mata pelajaran wajib, sedangkan kegiatan belajar kokurikuler dan
ekstrakurikuler disebut mereka sebagai kegiatan penyerta (Hasbiyallah dan Sulhan, 2015).
Sedangkan menurut pandangan modern, kurikulum lebih dari sekedar rencana pelajaran
atau bidang studi. Kurikulum dalam pandangan modern adalah semua yang secara nyata
terjadi dalam proses pendidikan di sekolah. Pandangan ini bertolak dari sesuatu yang
aktual, yang nyata, yaitu yang aktual terjadi di sekolah dalam proses belajar. Di dalam
pendidikan, kegiatan yang dilakukan siswa dapat memberikan pengalaman belajar, maka
menurut pandangan ini kurikulum adalah semua pengalaman dan budaya belajar yang
diciptakan oleh sekolah untuk membangun kemandirian. Adapun kurikulum menurut para
ahli adalah sebagai berikut:
1. Zakiah Daradjat (1992: 121) berpendapat bahwa kurikulum sebagai suatu program
yang direncanakan dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan untuk mencapai
sejumlah tujuan pendidikan tertentu.
2. Addamardasyi Sarhan dan Munir Kamil (dalam Omar Muhammad al-Toumy al-
Syaibani, 1979: 485) kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan,
kebudayaan, sosial, olah raga dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-
muridnya di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolong untuk berkembang
menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan
tujuan pendidikan.
3. S. Nasution (1994: 5-9) menyatakan ada beberapa penafsiran lain tentang kurikulum.
Diantaranya; pertama, kurikulum sebagai produk (sebagai hasil pengembangan
kurikulum), kedua, kurikulum sebagai program (alat yang dilakukan sekolah untuk
mencapai tujuan), ketiga,kurikulum sebagai hal-hal yang diharapkan akan dipelajari
oleh siswa (sikap, keterampilan tertentu), dan keempat, kurikulum dipandang
sebagai pengalaman siswa.
Sedangkan pengertian kurikulum sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 1 butir
19 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara

25
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Dari beberapa definisi diatas dapat kita fahami bahwa kurikulum memiliki dua arti,
dalam arti sempit kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang ditempuh siswa di
suatu lembaga pendidikan, dan dalam arti luas kurikulum adalah “what persons
experience in a setting” semua pengalaman dan budaya belajar yang diciptakan oleh suatu
lembaga pendidikan untuk membangun kemandirian dan mencapai tujuan pendidikan
yang dikehendaki.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan pada pengertian kurikulum yang sudah dibahas sebelumnya, bahwa
kurikulum merupakan landasan yang digunakan dalam suatu proses pendidikan untuk
membimbing peserta didik kearah tujuan pendidikan yang diinginkan melalui akumulasi
sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap mental. Ini berarti bahwa proses
pendidikan Islam bukanlah proses yang dilakukan secara serampangan, tetapi hendaknya
mengacu pada konseptualisasi manusia, transformasi sejumlah pengetahuan keterampilan
dan sikap mental yang harus terususun. Dari penjelasan tersebut maksud kurikulum
pendidikan Islam adalah kurikulum pendidikan yang berasaskan ajaran Islam. Menurut
Abuddin Nata (2016) kurikulum pendidikan yang berasaskan ajaran Islam penyusunannya
harus bersumber dari Alquran dan Hadis agar terwujudnya tujuan pendidikan Islam
dengan mempertimbangkan tiga aspek kepribadian manusia, yaitu:
a) Aspek jasmani, yaitu pembinaan jasmani yang sehat serta kuat.
b) Aspek akal, yaitu segi pembinaan kecerdasan intelektual.
c) Aspek ruhani, yaitu pembinaan segi keagamaan dan juga pendidikan akhlak.
Atau dengan kata lain kurikulum pendidikan Islam adalah semua aktivitas,
pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan secara sistematis diberikan oleh
pendidik kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan islam (Abdul Mujib
dan Jusuf Mudzakir, 2010).
1. Ciri-Ciri Kurikulum Pendidikan Islam
Ciri-ciri kurikulum pendidikan islam menurut Nata, Abuddin (2016) yakni
sebagai berikut:
a) Ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam setidaknya dapat dijabarkan sebagai
Kurikulum pendidikan Islam harus mewujudkan tujuan pendidikan dan materi
pelajarannya. Untuk pelajaran agama dan akhlak harus diambil dari Alquran dan
Hadis serta contoh-contoh suri tauladan dari tokoh-tokoh terdahulu yang baik.
b) Kurikulum pendidikan Islam sangat memperhatikan pengembangan menyeluruh
tentang aspek pribadi siswa yaitu aspek jasmani, akal dan ruhaninya (hati).
c) Kurikulum pendidikan Islam harus memperhatikan keseimbangan antara pribadi
dan masyarakat, dunia dan akhirat, jasmani, akal dan rohani manusia (peserta
didik).

26
Kuriulum Pendidikan Islam …
J-STAF (Shiddiq, Tabligh, Amanah, Fathonah) | Vol. 2 No. 1 Januari 2023

d) Kurikulum pendidikan Islam harus memperhatikan potensi dalam pembinaan


bidang seni dan jasmani (keterampilan) yang semuanya harus berdasarkan minat
dan bakat.
e) Kurikulum pendidikan Islam juga harus memperhatikan perbedaan-perbedaan
kebudayaan ditengah masyarakat baik itu kaitannya dengan kebutuhan dan
masalah-masalah yang dihadapi masyarakat, keluwesan, serta menerima
perkembangan dan perubahan. Kurikulum pendidikan Islam juga memiliki
keserasian dengan kesesuaian perubahan zaman.

2. Asas Kurikulum Pendidikan Islam


Asas kurikulum pendidikan islam dalam pembentukan atau penyusunan kurikulum
pendidikan Islam harus berlandaskan pada suatu asas-asas, adapun asas-asas
pembentukan kurikulum menurut Mujib dan Mudzaki (2010) adalah sebagai berikut:
a) Asas Religius atau Agama. Kurikulum pendidikan Islam yang diterapkan harus
berdasarkan nilai-nilai ilahiyah sehingga dengan adanya dasar ini kurikulum
diharapkan dapat menolong peserta didik untuk membina iman yang kuat, teguh
terhadap ajaran agama, berakhlak mulia dan melengkapinya dengan ilmu yang
bermanfaat di dunia dan akhirat. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW yang
artinya “sesungguhnya aku telah meninggalkan untuk kamu, yang jika kamu berpegang
teguh kepadanya, maka kamu tidak akan tersesat selama-lamanya yaitu kitabullah dan
sunnah nabi-Nya” (HR.Hakim).
b) Asas Falsafah. Asas ini memberikan arah tujuan pendidikan. Dengan dasar filosofis
maka kurikulum akan mengandung suatu kebenaran terutama kebenaran dibidang
nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang diyakini sebagai suatu kebenaran.
c) Asas Psikologis. Asas ini mempertimbangkan tahap psikologi (kejiwaan) peserta didik,
yang berkaitan dengan perkembangan jasmaniah, intelektual, bahasa, emosi dan lain-
lain. Sehingga dengan landasan ini kurikulum bisa memberikan peluang belajar bagi
anak-anak dan bagaimana belajar itu berlangsung, serta dalam keadaan bagaimana
anak itu bisa memberikan hasil yang sebaik-baiknya.
d) Asas Sosiologis. Kurikulum diharapkan turut serta dalam proses kemasyarakatan
terhadap peserta didik, penyesuaian mereka dengan lingkungannya, pengetahuan dan
kemahiran yang akan menambah produktifitas dan keikutsertaan mereka dalam
membina umat dan bangsanya.

3. Komponen Kurikulum Pendidikan Islam


Menurut Tafsir (2012) suatu kurikulum tidak terkecuali kurikulum pendidikan Islam
harus mengandung beberapa komponen utama, seperti tujuan, isi atau program, metode
atau proses belajar mengajar dan penilaian. Kesemua komponen tersebut harus tersusun
dan saling berkaitan, bukan masing-masing merupakan bagian integral dari kurikulum
tersebut, yakni:

27
a) Tujuan. Komponen tujuan mengarahkan atau menunjukkan sesuatu yang hendak
dituju dalam proses belajar mengajar. Tujuan itu mula-mula bersifat umum. Dalam
oprasinya tujuan tersebut harus dibagi menjadi bagian-bagian yang “kecil”. Tujuan
yang kecil itu dirumuskan dalam rencana pengajaran (lesson plan) yang sering
disebut persiapan mengajar.
b) Isi atau Program. Komponen isi menunjukkan materi proses belajar-mengajar
tersebut. Materi (isi) itu harus relevan dengan tujuan pengajaran yang telah
dirumuskan. Memang didalam operasinya tidak semudah itu, diperlukan pakar yang
benar-benar ahli dalam merencanakan isi proses tersebut. Jika tujuan pengajaran
yang hendak dicapai adalah agar anak memahami arti surat al-Fatihah, maka isi
proses tentulah terjemahan surat al-Fatihah.
c) Metode atau Proses Belajar Mengajar. Komponen metode atau proses belajar
mengajar mempertimbangkan kegiatan anak dan guru dalam proses belajar
mengajar. Dalam proses belajar itu anak sebaiknya tidak dibiarkan sendirian.
Dibiarkan memang mungkin, tetapi hasil belajar oleh anak sendirian biasanya kurang
maksimal. Karena itulah para ahli menyebut proses belajar itu dengan proses belajar-
mengajar karena memang proses itu merupakan gabungan kegiatan anak belajar dan
guru mengajar yang tidak terpisahkan. Mutu proses itu akan banyak ditentukan oleh
kemampuan guru (pendidik)-nya. Proses belajar mengajar adalah kegiatan dalam
mencapai tujuan. Proses ini sering disebut sebagai metode mencapai tujuan.
d) Evaluasi atau Penilaian. Komponen evaluasi adalah kegiatan kurikuler berupa
penilaian untuk mengetahui berapa persen tujuan tadi dapat dicapai. Bagaimana cara
menilai itu? Ada sain khusus yang membicarakan ini, namanya Teknik Evaluasi, yang
kelihatannya kurang banyak ditulis oleh para ahli Muslim. Hasil penilaian itu biasanya
berupa angka, yang dinyatakan sebagai angka yang dicapai siswa.

4. Hadist-hadist Tentang Kurikulum Pendidikan Islam


Hadist sebagai sumber hukum yang kedua setelah Alquran merupakan pondasi
didalam penyusunan kurikulum pendidikan Islam. Namun memang kita tidak akan
menemukan kata khusus didalam Hadis seperti manhaj al-dirasah sebagai kata yang
menunjukkan kurikulum. Maka dari itu penulis dalam makalah ini mencoba memahami
kurikulum berdasarkan matan hadis yang bermuatan konsep kurikulum baik secara
mantuq maupun mafhum. Hasbiyallah dan Sulhan (2015) menyebutkan bahwa kurikulum
dalam studi hadis tarbawi merupakan bentangan nilai, budaya, karakter, prinsip, ajaran
yang terbentang dalam khazanah hadis, yang merupakan contoh dari penerapan Alquran
oleh Nabi Muhammad SAW.

a. Tujuan dalam Kurikulum Pendidikan Perspektif Hadis

)‫سا فَت َ ْه ِل َك (رواه بيهقى‬ ِ ‫ّللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ُك ْن َعا ِل ًما أ َ ْو ُمت َ َع ِ هل ًما أ َ ْو ُم ْست َِمعًا أ َ ْو ُم ِحبًّا َو ََل ت َ ُك ْن خ‬
ً ‫َام‬ ‫صلَّى ه‬ ُّ ‫ال النَّ ِب‬
َ ‫ي‬ َ َ‫ق‬

Kuriulum Pendidikan Islam …


28
J-STAF (Shiddiq, Tabligh, Amanah, Fathonah) | Vol. 2 No. 1 Januari 2023

(Artinya: Rasulullah SAW bersabda: “Jadilah engkau orang yang berilmu (pandai) atau
orang yang belajar, atau orang yang mendengarkan ilmu atau yang mencintai ilmu. Dan
janganlah engkau menjadi orang yang kelima, maka kamu akan celaka” - HR. Baihaqi)
Hadis tersebut mengajak kita untuk menjadi orang yang berilmu, atau orang yang
mencari ilmu, atau pendengar ilmu atau pecinta ilmu. Itulah hakikat tujuan dari
kurikulum pendidikan, yakni memiliki ilmu yang dapat diajarkan atau menjadi pecinta
ilmu. Hadis tersebut juga mengisyaratkan bahwa tujuan ideal dari kurikulum harus
diorientasikan bukan pada persoalan duniawi tetapi juga pada persoalan ukhrawi.
Sebagaimana tersirat dalam hadis sebagai berikut:

‫ْب بِ ِه عرضا ً ِمنَ ال ُّد ْنيَا لَ ْم‬ َ ‫ُصي‬ ِ ‫ َم ْن تَعَلَّ َم ِع ْل ًما ِم َّما يُ ْبتَغَى بِ ِه َو ْجهُ للاِ َع َّز َو َج َّل َلَ يَتَعَلَّ ُمه ُ اَِلَّ ِلي‬: ‫صلَّى للاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬َ ِ‫س ْو ُل للا‬ ُ ‫قا َ َل َر‬
ْ َّ ْ
،‫ ِريْ َح َها‬: ‫ يَعْنِي‬،‫ف ال َجن ِة يَ ْو َم ال ِقيَا َم ِة‬
َ ‫يَ ِج ِد َع ْر‬
(‫ص ِحيْح‬ َ
َ ‫)ر َواهُ أب ُْو َد ُاو َد بِإ ِ ْسنَاد‬
َ
(Artinya: Dari Abu Hurairah ra. Ia berkata Rasulullah SAW bersabda:“Barang siapa yang
mempelajari ilmu pengetahuan yang semistinya bertujuan untuk mencari ridho Allah ‘Azza
wa Jalla. Kemudian ia mempelajarinya dengan tujuan hanya untuk mendapatkan
kedudukan / kekayaan duniawi, maka ia tidak akan mendapatkan baunya syurga kelak
pada hari kiamat.” - HR. Abu Daud).

Dari hadis tersebut secara khusus Dr. Khosrow Bagheri seorang pakar pendidikan
dari Iran ini membagi tujuan kurikulum pendidikan menjadi dua, yakni:

a) Tujuan Sementara (Intermediate Aims). Tujuan sementara itu adalah tafakkur,


kebersihan hati (tazkiya), keadilan (qisth), kebersamaan (ta’awun), kejayaan
(Izzah), kuat dan bersih (quwwah dan Nizafah). Bahwa setiap kategori tadi
berhubungan dengan satu dimensi manusia. Tafakkur berhubungan dengan
dimensi intelektul manusia, kesucian hati (tazkiya) berhubungan dengan
dimensi moral, keadilan (qisth) berhubungan dengan dimensi ekonomi,
kebersamaan (ta’awun) berhubungan dengan dimensi sosial, kejayaan (Izzah)
berhubungan dengan dimensi politik, dan terkahir kuat dan bersih (quwwah
dan Nizafah) berhubungan dengan aspek jasmani.
b) Tujuan Akhir (Final Aims). Menurut Dr. Khosrow Bagheri nasehat (rushd),
penyucian total (tatharl), kehidupan yang baik (hayat al-Taybah), petunjuk
(hidayah), ibadah, taqwa, mendekat pada Allah (qurb), dan kerelaan (ridwan)
adalah tujuan akhir dari pendidikan dalam Islam. Kesemua kategori memiliki
hubungan yang terkait dengan seluruh dimensi manusia, mulai dari itelektual,
moral, sosial, politik, ekonomi, dan jasmani (Wajidi Sayadi, 2015).

29
Tujuan yang menjadi sasaran tujuan kurikulum pendidikan juga adalah mampu
mengamalkan ilmu-ilmunya untuk orang lain. Hal ini disabdakan Nabi Muhammad SAW
dalam hadis berikut.

َ ‫ض ُل ِم ْن أ َ ْل‬
)‫ف َعا ِبد (رواه الديلم‬ َ ‫ ال َعا ِل ٌم يُ ْنتَفَ ُع ِب ِع ْل ِم ِه أ َ ْف‬: .‫ م‬.‫ قال رسول للا ص‬: ‫عن علي رضي للا عنه قال‬
(Artinya: Dari Ali Ra. Ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Orang-orang yang berilmu
kemudian dia memanfaatkan ilmu tersebut (bagi orang lain) akan lebih baik daripada
seribu orang yang beribadah atau ahli ibadah” - HR. Ad-Dailami).

Dari semua uraian yang telah dibahas, dapat difahami hal-hal sebagai berikut:
Semangat hadis diatas adalah bahwa tujuan ideal kurikulum pendidikan Islam untuk ilmu
guna pembinaan akhlak, penguatan visi dan modal kehidupan manusia, menyiapkan
untuk hidup didunia dan akhirat, penguasaan ilmu dan keterampilan sebagai modal untuk
bekerja di dunia, dan mempersiapkan kehidupan yang lebih bahagia diakhirat.

5. Isi atau Program Kurikulum Pendidikan dalam Perspektif Hadis

Komponen isi atau program kurikulum menunjukkan materi proses belajar


mengajar. menurut Hasbiyallah dan Sulhan (2015) Ada beberapa hadis yang layak
direnungkan yang menjadi landasan pada komponen ini, yakni:

) ‫(ر َواهُ َحا ِك ْم‬ ُ ‫سنَّةَ َر‬


َ ‫س ْو ِل ِه‬ َ ‫َضلُّ ْوا اَبَدًا ِكت‬
ُ ‫َاب للاِ َو‬ ِ ‫س ْكت ُ ْم بِ ِه َما لَ ْن ت‬
َ ‫ت ََر ْكتُ فِيْ ُك ْم ا َ ْم َري ِْن َما ا ِْن ت َ ْم‬
(Artinya: “Telah aku tinggalkan kepada kalian semua dua perkara yang jika kalian
berpegang teguh padanya maka tidak akan tersesat selama-lamanya yaitu kitab Allah (Al-
Qur’an) dan Sunnah Nabi-Nya.” - HR. Hakim).

‫ب نَبِيِه ُك ْم َوحُبه ِ ا َ ْه ِل‬


ِ ‫ ُح ه‬: ‫صال‬
َ ‫ث ِخ‬ِ ‫ ا َ ِ هدب ُْوا ا َ ْو ََل َد ُك ْم َعلَى ث َ ََل‬: ‫صلَّى للا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ‫س ْو ُل للا‬ َ َ‫ ق‬: ‫ع ْنه ُ قَا َل‬
ُ ‫ال َر‬ َ ُ‫ي للا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ي َر‬ ‫َع ْن َع ِل ه‬
)‫ص ِفيَائِ ِه (رواه الديلم‬ َّ َ ْ َ ْ َ
ْ َ ‫بَ ْيتِ ِه َو قِ َرأة ُ القُ ْرأ ِن فَإ ِ َّن َح ْملَةَ القُ ْرأ ُن فِ ْي ِظ هِل للاِ يَ ْو َم ََل ِظلٌّ ِظلهُ َم َع اَنْبِيَائِ ِه َوا‬

(Artinya: “Dari Ali R.A ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Didiklah anak-anak kalian
dengan tiga macam perkara yaitu mencintai Nabi kalian dan keluarganya serta membaca
Al-Qur’an, karena sesungguhnya orang yang menjunjung tinggi Al-Qur’an akan berada di
bawah lindungan Allah, diwaktu tidak ada lindungan selain lindungan-Nya bersama para
Nabi dan kekasihnya” - HR. Ad-Dailami).

َ‫ص ََلةِ َوهُم ا َ ْبنَا ُء ِسنِيْن‬ َّ ‫ ُم ُر ْوا ا َ ْو ََل َد ُك ْم بِال‬: ‫صلَّى للاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ َ‫ ق‬: ‫ع ْن َج هد ِه قَا َل‬
َ ِ‫ال َرسُ ْو ُل للا‬ َ ‫ع ْن اَبِ ْي ِه‬َ ‫ب‬ ُ ‫َع ْن‬
ِ ‫ع َم ُروبْ ُن شُ َع ْي‬
‫َواض ِْربُ ُه ْم ا َ ْبنَا َء َعش ََر َوفَ ِ هرقُ ْوا‬
) ‫اج ِع ( َر َواهُ اَب ُْو َد ُاو َد‬
ِ ‫ض‬ َ ‫َب ْينَ ُه ْم فِ ْي ْال َم‬
(Artinya: “Dari Amr Bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya berkata: Rasulullah SAW
bersabda: “perintahkanlah anakmu untuk melakukan shalat, pada saat mereka
berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka pada saat mereka berusia sepuluh tahun jika
mereka meninggalkan shalat dan pisahkanlah mereka dalam hal tempat tidur.” - HR. Abu
Dawud).

Kuriulum Pendidikan Islam … 30


J-STAF (Shiddiq, Tabligh, Amanah, Fathonah) | Vol. 3 No. 1 Januari 2023

‫اء‬ِ ‫ط‬َ ‫ َع ْن َع‬، ‫ي‬ َّ ‫ َح َّدثَنِي َع ْب ُد‬: ‫ال‬


ُّ ‫الر ِح ِيم‬
ُّ ‫الز ْه ِر‬ َ ‫ َق‬، ‫الر ِح ِيم‬ َّ ‫ َع ْن أ َ ِبي َع ْب ِد‬، ‫ َع ْن ُم َح َّم ِد ب ِْن َس َل َم َة‬، ‫ي‬ ُّ ِ‫أ َ ْخ َب َرنَا ُم َح َّم ُد بْ ُن َو ْهب ْال َح َّران‬
‫سو َل‬ ُ ‫ َس ِم ْعتُ َر‬: ‫احبِ ِه‬ َ ‫ال أ َ َح ُدهُ َما ِل‬
ِ ‫ص‬ َ َ‫ فَق‬، ‫ان‬
ِ ‫اريَّي ِْن َي ْر ِم َي‬
ِ ‫ص‬ َ ‫ع َميْر األ َ ْن‬ َّ ‫ َرأَيْتُ َجا ِب َر بْنَ َع ْب ِد‬: ‫ قَا َل‬: ‫ب ِْن أ َ ِبي َر َباح‬
ُ َ‫ َو َجا ِب َر بْن‬، ِ‫ّللا‬
‫ِيب‬ ْ
ُ ‫ َوت َأد‬، ُ‫الر ُج ِل ا ْم َرأَتَه‬
َّ ُ‫ ُمَل َعبَة‬: ‫ ِإَل أ َ ْر َب َع‬، ٌ‫ فَ ُه َو لَ ُه ٌو َولَعِب‬، ‫ّللا‬ َ ‫ ُك ُّل َش ْيء لَي‬: ‫ّللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َيقُو ُل‬
ِ َّ ‫ْس فِي ِه ِذ ْك ُر‬ َّ ‫صلَّى‬ َ ‫ّللا‬ ِ َّ
)‫الر ُج ِل ال َّسبَّا َحة (رواه النسائي‬ َ ‫ َو َم ْشيُهُ بَ ْي َن ْالغ ََر‬, ُ‫الر ُج ِل فَ َر َسه‬
َّ ‫ َوت َ ْع ِلي ُم‬، ‫ضي ِْن‬ َّ
(Artinya: Muhammad bin Wahb Al Harrani mengabarkan kepadaku, dari Muhammad
bin Salamah, dari Abu Abdirrahim, ia berkata: Abdurrahim Az Zuhri menuturkan kepadaku,
dari ‘Atha bin Abi Rabbah, ia berkata: aku melihat Jabir bin Abdillah Al Anshari dan Jabir
bin Umairah Al Anshari sedang latihan melempar. Salah seorang dari mereka berkata
kepada yang lainnya: aku mendengar Rasulullah Wasallam bersabda: “setiap hal yang tidak
ada dzikir kepada Allah adalah lahwun (kesia-siaan) dan permainan belaka, kecuali empat:
candaan suami kepada istrinya, seorang lelaki yang melatih kudanya, latihan memanah,
dan mengajarkan renang” - HR. An-Nasai).

Dari beberapa hadis ini mengisyaratkan bahwa isi kurikulum pendidikan Islam
harus memperhtikan aspek kepribadian manusia yang harus dibina atau didik, yaitu
aspek jasmani, aspek akal dan aspek ruhani.
Hadis yang pertama riwayat Hakim menyebutkan bahwa Al-Qur’an dan Sunnah
merpakan bekal hidup dan menghindari kesesatan. Sabda Nabi Kitaballahi wasunnata
rasulih adalah penegasan bahwa Al-Quran dan Hadis adalah hudan lil muttaqin petunjuk
dan nur bagi cahaya kehidupan. Dengan demikian, ilmu-ilmu yang terkait dengan Alquran
dan Hadis menjadi bagian dari bahan ajar yang termuat dalam kurikulum pendidikan
Islam seperti ilmu Tajwid, Ulumul Al-Quran, Ulumul al-Hadis, Tafsir, Hadis, Fiqih, dan lain
sebagainya. Juga ilmu-ilmu yang ada didalam Alquran dan Hadis telah banyak dibahas
seperti sejarah, pengetahuan alam, sosial, budaya, bahasa dan lain sebagainya menjadi
bagian juga dari kurikulum pendidikan Islam, hal ini merupakan pembinaan aspek akal
terhadap peserta didik.
Hadis yang kedua tentang perintah mengajari anak dengan cinta Rasul merupakan
bahan penting bagi kurikulum pendidikan Islam, terutama bagi upaya mempersiapkan
anak yang memiliki akhlak mulia. Hadis ini berbunyi hubbi nabiyikum cinta nabi berarti
menjadikan nabi sebagai uswatun hasanah, karena pada diri nabi terdapat contoh yang
sangat lengkap atau qudwah hasanah. Hal ini merupakan pembinaan aspek akal dan
ruhani terhadap peserta didik.
Hadis ketiga menjelaskan tentang perintah shalat, sebagai fondasi dan tiang
agama. Shalat adalah tiang agama yang harus menjadi pendidikan dini bagi setiap
manusia. Mulai usia tujuh tahun bahkan di usia sepuluh tahun pukullah jika meninggalkan
shalat. Pukulan pada anak adalah pendidikan buat mereka dalam aspek ruhani yang
dibina.
Hadis keempat menegaskan kepada kita bahwa pembinaan aspek jasmani pun
menjadi penting didalam kurikulum pendidikan Islam. Dalam hadis tersebut yang

31
menjadi materi pendidikan jasmaninya adalah dengan berlatih kuda, memanah dan
mengajarkan renang.

6. Metode atau Proses Belajar-Mengajar Perspektif Hadis

Banyak orang mengabaikan metode dalam proses pembelajaran, padahal metode


lebih penting dari maddah (isi). Metode dan media menjadi teaching aid atau instructional
aid. Adapun menurut Sayadi (2015) hadis yang memiliki prinsip metode pembelajaran
akan dibahas beberapa, yakni:

a) Metode Tanya jawab adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru mengajukan
beberapa pertanyaan kepada murid tentang bahan pelajaran yang telah diajarkan atau
bacaan yang telah mereka baca. Prinsip dasar metode ini terdapat dalam hadits Tanya
jawab antara Jibril dan Nabi Muhammad tentang iman, islam, dan ihsan. Selain itu ada
juga hadits yang lainnya seperti hadits berikut ini:
َ
‫يم َع ْن أبِي‬ َ ‫ض َر ِك ََلهُ َما َع ْن اب ِْن ْال َها ِد َع ْن ُم َح َّم ِد ب ِْن إِب َْرا ِه‬ َ ‫ال قُت َ ْيبَةُ َح َّدثَنَا بَ ْك ٌر يَ ْعنِي ابْنَ ُم‬ َ َ‫ْث ح َوق‬ ٌ ‫َح َّدثَنَا قُتَيْبَةُ ْب ُن َس ِعيد َح َّدثَنَا لَي‬
َّ ‫صلَّى‬
ُ ‫ّللا‬ َ ‫ّللا‬ ِ َّ ‫ث بَ ْكر أَنَّهُ َس ِم َع َرسُو َل‬ ِ ‫ّللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل َوفِي َحدِي‬ َّ ‫صلَّى‬ َ ‫ّللا‬ ِ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫الرحْ َم ِن َع ْن أَبِي ه َُري َْرة َ أ َ َّن َر‬ َّ ‫ع ْب ِد‬َ ‫َسلَ َمةَ ب ِْن‬
‫س َم َّرات َه ْل يَ ْبقَى ِم ْن َد َرنِ ِه َش ْي ٌء قَالُوا ََل يَ ْبقَى ِم ْن‬ َ ‫ب أ َ َح ِد ُك ْم يَ ْغت َ ِس ُل ِم ْنهُ ُك َّل يَ ْوم خ َْم‬ ِ ‫َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُو ُل أ َ َرأ َ ْيت ُ ْم لَ ْو أ َ َّن نَ ْه ًرا بِبَا‬
‫طايَا‬ َ ‫ّللاُ بِ ِه َّن ْال َخ‬
َّ ‫ت ْال َخ ْم ِس يَ ْم ُحو‬ ِ ‫صلَ َوا‬ َّ ‫َد َرنِ ِه َش ْي ٌء قَا َل فَذَ ِل َك َمث َ ُل ال‬
(Artinya: Hadis Qutaibah ibn Sa’id, hadis Lâis kata Qutaibah hadis Bakr yaitu ibn Mudhar
dari ibn Hâd dari Muhammad ibn Ibrahim dari Abi Salmah ibn Abdurrahmân dari Abu
Hurairah r.a. Rasulullah saw. bersabda; Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sungai
di depan pintu salah seorang di antara kalian. Ia mandi di sana lima kali sehari. Bagaimana
pendapat kalian? Apakah masih akan tersisa kotorannya? Mereka menjawab, tidak akan
tersisa kotorannya sedikitpun. Beliau bersabda; Begitulah perumpamaan salat lima waktu,
dengannya Allah menghapus dosa-dosa” - HR. Muslim).
b) Metode Demonstrasi. Metode demontrasi adalah suatu cara mengajar dimana guru
mempertunjukan tentang proses sesuatu, atau pelaksanaan sesuatu sedangkan murid
memperhatikannya. Prinsip dasarnya terdapat dalam hadits ketika Rasulullah
mencontohkan gerakan shalat kepada para sahabat, hadisnya sebagai berikut:
‫ّللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َّ ‫صلَّى‬ َ ِ‫ي‬ ‫ع ْن أ َ ِبي قِ ََل َبةَ قَا َل َح َّدثَنَا َما ِلكٌ أَتَيْنَا ِإلَى النَّ ِب ه‬ َ ‫ُّوب‬ ُ ‫ب قَا َل َح َّدثَنَا أَي‬ ِ ‫ال َح َّدثَنَا َع ْب ُد ْال َو َّها‬
َ َ‫َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْ ُن ْال ُمثَنَّى ق‬
‫ظ َّن أَنَّا قَ ْد ا ْشت َ َه ْينَا‬ َ ‫ّللاُ َعلَيْ ِه َو َسلَّ َم َر ِحي ًما َرفِيقًا فَلَ َّما‬ َّ ‫صلَّى‬ َ ‫ّللا‬ِ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫اربُونَ فَأَقَ ْمنَا ِع ْن َده ُ ِع ْش ِري َن يَ ْو ًما َولَ ْيلَةً َوكَا َن َر‬ ِ َ‫َونَ ْح ُن َشبَبَة ٌ ُمتَق‬
‫ظ َها‬ ُ َ‫ار ِجعُوا ِإلَى أ َ ْه ِلي ُك ْم فَأَقِي ُموا فِي ِه ْم َو َع ِله ُموهُ ْم َو ُم ُروهُ ْم َوذَك ََر أ َ ْشيَا َء أَحْ ف‬ ْ ‫ع َّم ْن ت ََر ْكنَا بَ ْع َدنَا فَأ َ ْخبَ ْرنَاهُ قَا َل‬ َ ‫أ َ ْهلَنَا أ َ ْو قَ ْد ا ْشت َ ْقنَا َسأَلَنَا‬
‫ع ْن أ َ ِبي قِ ََلبَةَ قَا َل‬ ُ ‫ب قَا َل َح َّدثَنَا أَي‬
َ ‫ُّوب‬ ْ ْ
ِ ‫ص ِلهي َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد ْب ُن ال ُمثَنَّى قَا َل َح َّدثَنَا َع ْبدُ ال َو َّها‬ ُ
َ ‫صلُّوا َك َما َرأ َ ْيت ُ ُمونِي أ‬ َ ‫ظ َها َو‬ ُ َ‫أ َ ْو َل أ َ ْحف‬
ُ ‫ّللا‬
َّ ‫صلى‬ َّ ِ َّ ‫سو ُل‬
َ ‫ّللا‬ ً َ
ُ ‫اربُو َن فَأقَ ْمنَا ِع ْن َدهُ ِع ْش ِرينَ يَ ْو ًما َولَ ْيلَة َو َكانَ َر‬ ٌ َّ
ِ َ‫ّللاُ َعلَ ْي ِه َو َسل َم َونَ ْح ُن َشبَبَة ُمتَق‬ َّ ‫صلى‬ َّ َ ِ‫ي‬ َ
‫َح َّدثَنَا َما ِلكٌ أت َ ْينَا ِإلَى النَّبِ ه‬
َ َ
‫ار ِجعُوا ِإ َلى أ ْه ِلي ُك ْم فَأقِي ُموا‬ ْ ‫ال‬ َ
َ َ‫ع َّم ْن ت ََر ْكنَا بَ ْع َدنَا فَأ ْخبَ ْرنَاهُ ق‬ َ َ َ َ
َ ‫ظ َّن أنَّا قَ ْد ا ْشت َ َه ْينَا أ ْهلَنَا أ ْو قَ ْد ا ْشت َ ْقنَا َسألَنَا‬َ ‫َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َر ِحي ًما َرفِيقًا فَلَ َّما‬
‫صلُّوا‬ َ ‫ظ َها أ َ ْو َل أ َ ْحفَظُ َها َو‬ ُ َ‫فِي ِه ْم َو َع ِله ُموهُ ْم َو ُم ُروهُ ْم َوذَك ََر أ َ ْشيَا َء أَحْ ف‬

َ ُ ‫َك َما َرأ َ ْيت ُ ُمونِي أ‬


‫ص ِلهي‬

(Artinya: Hadis dari Muhammad ibn Muşanna, katanya hadis dari Abdul Wahhâb katanya
Ayyũb dari Abi Qilâbah katanya hadis dari Mâlik. Kami mendatangi Rasulullah saw. dan

Kuriulum Pendidikan Islam …


32
J-STAF (Shiddiq, Tabligh, Amanah, Fathonah) | Vol. 2 No. 1 Januari 2023

kami pemuda yang sebaya. Kami tinggal bersama beliau selama (dua puluh malam) 20
malam. Rasulullah SAW adalah seorang yang penyayang dan memiliki sifat lembut. Ketika
beliau menduga kami ingin pulang dan rindu pada keluarga, beliau menanyakantentang
orang-orang yang kami tinggalkan dan kami memberitahukannya. Beliau bersabda;
kembalilah bersama keluargamu dan tinggallah bersama mereka, ajarilah mereka dan
suruhlah mereka. Beliau menyebutkan hal-hal yang saya hapal dan yang saya tidak hapal.
Dan salatlah sebagaimana kalian melihat aku salat” - HR. Bukhari).

c) Metode Amsal atau Perumpamaan, yaitu cara mengajar dimana guru menyampaikan
materi pembelajaran melalui contoh atau perumpamaan. Prinsip metode ini terdapat
dalam Hadits berikut:
ُ‫ّللا‬ َّ
َّ ‫صلى‬ ‫ع ْن النَّبِ ه‬
َ ِ‫ي‬ ُ ‫ع ْن اب ِْن‬
َ ‫ع َم َر‬ َ ‫ّللا َع ْن نَافِع‬ ُ ‫ي َح َّدثَنَا‬
ِ َّ ‫عبَ ْي ُد‬ ِ ‫ظ لَهُ أ َ ْخبَ َرنَا َع ْب ُد ْال َو َّها‬
َّ ‫ب يَ ْعنِي الثَّقَ ِف‬ ُ ‫َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد ْب ُن ْال ُمثَنَّى َواللَّ ْف‬
ُ ‫ق َك َمث َ ِل ال َّشاةِ ْالعَائِ َرةِ بَيْنَ ْالغَنَ َمي ِْن ت َ ِع‬
)‫ير إِلَى َه ِذ ِه َم َّرة ً َوإِلَى َه ِذ ِه َم َّرة ً (رواه مسلم‬ ِ ِ‫ال َمث َ ُل ْال ُمنَاف‬
َ َ‫َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
Artinya: Hadis dari Muhammad ibn Mutsanna dan lafaz darinya, hadis dari Abdul Wahhâb
yakni as- Śaqafi, hadis Abdullah dari Nâfi’ dari ibn Umar, Nabi saw. bersabda:
Perumpamaan orang munafik dalam keraguan mereka adalah seperti kambing yang
kebingungan di tengah kambing-kambing yang lain. Ia bolak balik ke sana ke sini. (HR.
Muslim)

Menurut ath-Thîby (1417H, XI: 2634), orang-orang munafik, karena mengikut


hawa nafsu untuk memenuhi syahwatnya, diumpamakan seperti kambing jantan yang
berada di antara dua kambing betina. Tidak tetap pada satu betina, tetapi berbolak balik
pada ke duanya. Hal tersebut diumpamakan seperti orang munafik yang tidak konsisten
dengan satu komitmen.

d) Metode Reward dan Punishment, yaitu cara mengajar dimana guru memberikan materi
pembelajaran dengan menggunakan ganjaran terhadap kebaikan dan hukuman
terhadap keburukan agar peserta didik melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan.
Prinsip dasarnya terdapat dalam hadits berikut ini:
َ ‫ي ِ َع ْن أ َ ِبي ه َُري َْرة‬ ‫س ِعيد ْال َمقْب ُِر ه‬ َ ‫ع ْن َس ِعي ِد بْ ِن أ َ ِبي‬ َ ‫سلَيْ َما ُن َع ْن َع ْم ِرو ْب ِن أ َ ِبي َع ْمرو‬ ُ ‫ّللا قَا َل َح َّدثَنِي‬ِ َّ ‫ع ْب ِد‬ ِ ‫ع ْب ُد ْال َع ِز‬
َ ‫يز بْ ُن‬ َ ‫َح َّدثَنَا‬
‫ظنَ ْنتُ َيا أ َ َبا ه َُري َْرة َ أ َ ْن‬ َ ‫ّللاُ َعلَيْ ِه َو َسلَّ َم لَقَ ْد‬
َّ ‫صلَّى‬ َ ‫ّللا‬ ِ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫اس ِب َشفَا َعتِ َك َي ْو َم ْال ِق َيا َم ِة قَا َل َر‬
ِ َّ‫ّللا َم ْن أ َ ْس َع ُد الن‬
ِ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫يل َيا َر‬ َ ِ‫أَنَّهُ قَا َل ق‬
َ‫ال ََل ِإلَه‬ َ َ‫اس ِب َشفَا َعتِي َي ْو َم ْال ِق َيا َم ِة َم ْن ق‬ ِ َّ‫ث أ َ ْس َع ُد الن‬ِ ‫ص َك َعلَى ْال َحدِي‬ ِ ‫ث أ َ َح ٌد أ َ َّو ُل ِم ْن َك ِل َما َرأَيْتُ ِم ْن ِح ْر‬ ِ ‫ََل َي ْسأَلُنِي َع ْن َهذَا ْال َحدِي‬
)‫صا ِم ْن قَ ْل ِب ِه أ َ ْو نَ ْف ِس ِه (رواه البخاري‬ َّ ‫ِإ ََّل‬
ً ‫ّللاُ خَا ِل‬
Artinya: Hadis Abdul Aziz ibn Abdillah katanya menyampaikan padaku Sulaiman dari Umar
ibn Abi Umar dari Sâ’id ibn Abi Sa’id al-Makbârî dari Abu Hurairah, ia berkata: Ya
Rasulullah, siapakah yang paling bahagia mendapat syafa’atmu pada hari kiamat?,
Rasulullah saw bersabda: Saya sudah menyangka, wahai Abu Hurairah, bahwa tidak ada
yang bertanya tentang hadis ini seorangpun yang mendahului mu, karena saya melihat
semangatmu untuk hadis. Orang yang paling bahagia dengan syafaatku ada hari Kiamat

33
adalah orang yang mengucapkan ”Lâilaha illa Allah” dengan ikhlas dari hatinya atau dari
dirinya.(HR. al-Bukhari).

Sanksi dalam pendidikan mempunyai arti penting, pendidikan yang terlalu lunak
akan membentuk pelajar kurang disiplin dan tidak mempunyai keteguhan hati. Sanksi
tersebut dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut, dengan teguran, kemudian
diasingkan dan terakhir dipukul dalam arti tidak untuk menyakiti tetapi untuk mendidik.
Kemudian dalam menerapkan sanksi fisik hendaknya dihindari kalau tidak
memungkinkan, hindari memukul wajah, memukul sekedarnya saja dengan tujuan
mendidik, bukan balas dendam.

7. Evaluasi atau Penilaian Kurikulum Pendidikan Perspektif Hadis


Evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti tindakan atau proses
untuk menemukan nilai sesuatu, atau dapat diartikan sebagai tindakan atau proses untuk
menemukan nilai segala sesuatu yang ada hubungannya. Evaluasi sendiri merupakan alat
ukur untuk menentukan keberhasilan proses pendidikan atau kurikulum itu sendiri, yang
memiliki peran penting dalam mengontrol dan melakukan perbaikan dalam setiap
prosesnya. Keterangan terkait evaluasi ini adalah sebagaimana perkataan Umar bin
Khatab R.A:
ِ ‫ َو ِزنُوها قَ ْب َل أ َ ْن تُوزَ نُوا َِوت َأ َّهبُوا ِل ْل َع ْر‬،‫سبُوا‬
‫ض ْاأل َ ْكبَر‬ َ ‫س ُك ْم قَ ْب َل أ َ ْن ت ُ َحا‬
َ ُ‫َحا ِسبُوا أ َ ْنف‬
(Artinya: “Hendaklah kalian menghisab diri kalian sebelum kalian dihisab, dan hendaklah
kalian menimbang diri kalian sebelum kalian ditimbang, dan bersiap-siaplah untuk hari
besar ditampakkannya amal)”.

Berdasarkan keterangan tersebut kita diharapkan untuk selalu mengukur dan


mengevaluasi semua perbuatan kita, sebelum pada waktunya akan dievaluasi oleh Allah di
hari kemudian. Maka dari sinilah sebenarnya prinsip dari evaluasi kurikulum pendidikan
itu menjadi point penting dalam keberlangsungan proses pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Hasbiyallah, dan Sulhan. (2015). Hadis Tarbawi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mujib, Abdul, dan Jusuf Mudzakir. (2010). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media.

Nata, Abuddin. (2016). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media.

Ramayulis. (2002). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.


Sayadi, Wajidi. (2015). Hadis Tarbawi Pesan-Pesan Nabi SAW Tentang Pendidikan. Jakarta:
PT Pustaka Firdaus.

34
Sukmadinata, Nana Syaodih. (1999). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.

Tafsir, Ahmad. (2012). Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

35
Kuriulum Pendidikan Islam …

Anda mungkin juga menyukai