Disusun Oleh :
Rose Ajeng Ika Pertiwi ( 2016004087 )
“PENGERTIAN KURIKULUM”
A. Pengertian Kurikulum secara Etimologis
Secara etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani
yaitu curir yang artinya “pelari” dan curene yang berarti “tempat berpacu”. Istilah
kurikulum berasal dari dunia olahraga, terutama dalam bidang atletik pada zaman
Romawi Kuno di Yunani.
Dalam bahasa Prancis, istilah kurikulum berasal dari kata courier yang berarti
berlari (to run). Kurikulum berarti suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari
dari garis start sampai dengan garis finish untuk memperoleh medali atau penghargaan.
Jarak yang harus di tempuh tersebut kemudian diubah menjadi program sekolah
dan semua orang yang terlibat di dalamnya. Program tersebut berisi mata pelajaran
(courses) yang harus ditempuh oleh peserta didik selama kurun waktu tertentu, seperti
SD/MI (enam tahun), SMP/MTs (tiga tahun). SMA/MA (tiga tahun) dan seterusnya.
Dengan demikian, istilah kurikulum (dalam pendidikan) adalah sejumlah mata pelajaran
yang harus ditempuh atau diselesaikan peserta didik di sekolah untuk memperoleh ijazah.
Kelemahan: istilah kurikulum (dalam pendidikan) tidak hanya sejumlah mata pelajaran
yang harus ditempuh atau diselesaikan peserta didik di sekolah untuk memperoleh ijazah,
tetapi berisi berbagai macam indikator yang bertujuan untuk mengarahkan
pengajar (guru/dosen) dan si pembelajar (siswa/mahasiswa) dalam melakukan
aktivitas akademisnya.
Kelemahan : pengertian kurikulum tidak hanya sejumlah mata pelajaran yang harus
ditempuh oleh seorang siswa dari awal hingga akhir program demi memeroleh ijazah,
tetapi berisi berbagai macam indikator yang bertujuan untuk mengarahkan
pengajar (guru/dosen) dan si pembelajar (siswa/mahasiswa) dalam melakukan
aktivitas akademisnya.
“DIMENSI KURIKULUM”
A. Dimensi-Dimensi Kurikulum
Setiap pengertian kurikulum bukan hanya menunjukan rumusan definisi dalam bentuk
pernyataan atau pertanyaan tanpa makna, tetapi juga menggambarkan scope and squences isi
kurikulum, komponen-komponen kurikulum dan aspek-aspek kegiatan kurikulum. William H.
Schubert (1986), merinci pengertian kurikulum dalam berbagai dimensi, yaitu “kurikulum
sebagai content atau subject matter, kurikulum sebagai program planned activities,
kurikulum sebagai intended learning outcomes, kurikulum sebagai cultural reproduction,
kurikulum sebagai experience, kurikulum sebagai discrete tasks and concepts, kurikulum
sebagai agenda for social reconstruction, dan kurikulum sebagai currere”.
George A. Beauchamp (1975) mengemukakan, “in my opinion, there are three ways in
which the term curriculum is most legitimately used. An individual, for instance, may
legitimately speak of a curriculum…refer to a curriculum system…to identify a field of
study”. Said Hamid Hasan (1988), berpendapat bahwa ada empat dimensi kurikulum yang
saling berhubungan, yaitu “ kurikulum sebagai suatu ide atau konsepsi, kurikulum sebagai
suatu rencana tertulis, kurikulum sebagai suatu kegiatan (proses), dan kurikulum sebagai
suatu hasil belajar”.
Selanjutnya, Nana Syaodih Sukmadinata (2005) meninjau kurikulum dari tiga dimensi,
yaitu “ Kurikulum sebagai ilmu, kurikulum sebagai sistem, dan kurikulum sebagai rencana”.
Kurikulum sebagai ilmu dikaji konsep, asumsi, teori-teori dan prinsip-prinsip dasar tentang
kurikulum. Kurikulum sebagai sistem dijelaskan kedudukan kurikulum dalam hubungannya
dengan sistem-sistem lain, komponen-komponen kurikulum, kurikulum dalam berbagai jalur,
jenjang, jenis pendidikan, manajemen kurikulum, dan sebagainya. Kurikulum sebagai rencana
diungkap beragam rencanadan rancangan atau desain kurikulum. Rencana bersifst
menyeluruh untuk semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan atau khusus untuk jalur, jenjang
dan jenis pendidikan tertentu. Demikian pula, dengan rancangan atau desain, terdapat desain
berdasarkan konsep, tujuan, isi, proses, masalah, kebutuhan siswa.
R. Ibrahim (2005) mengelompokkan Kurikulum menjadi 3 dimensi, yaitu kurikulum
sebagai substansi, kurikulum sebagai system, dan kurikulum sebagai bidang studi. Dimensi
pertama memandang kurikulum sebagai rencana kegiatan belajar bagi siswa di Sekolah atau
sebagai perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum dapat juga menunjuk pada
suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar mengajar,
jadwal dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai dokumen tertulis
sebagai hasil persetujuan bersama antara penyusun kurikulum dan pemegang kebijakan
pendidikan dan masyarakat.
Dimensi kedua memandang kurikulum sebagai bagian dari system persekolahan, system
pendidikan dan bahkan system masyarakat. Suatu system kurikulum mencakup struktur
personalia dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun kurikulum, melaksanakan,
mengevaluasi dan menyempurnakan. Hasil dari suatu sistem adalah tersusunnya suatu
kurikulum dan fungsi dari sistem kurikulum adalah memelihara kurikulum agar tetap dinamis.
Dimensi ketiga memandang kurikulum sebagai bidang studi yaitu bidang studi kurikulum.
Hal ini merupakan kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran mereka
yang mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep-konsep dasar tentang kurikulum,
melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan percobaan, mereka
menemukan hal-hal baru yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa ada enam dimensi kurikulum,
yaitu :
1. Kurikulum sebagai Suatu Ide
Ide atau konsep kurikulum bersifat dinamis, dalam arti akan selalu berubah mengikuti
perkembangan zaman, minat dan kebutuhan peserta didik, tuntutan masyarakat, ilmu
pengetahuan dan teknologi. Ide atau gagasan tentang kurikulum hanya ada dalam pemikiran
seseorang yang terlibat dalam proses pendidikan, baik secara langsung maupun tidak
langsung, seperti kepala dinas pendidikan, pengawas, kepala sekolah, guru, peserta didik, dan
orang tua. Ketika orang berpikir tentang tujuan sekolah, materi yang harus disampaikan
kepada peserta didik, kegiatan yang dilakukan oleh guru, orang tua, dan peserta didik, objek
evaluasi, maka itulah dimensi kurikulum sebagai suatu ide atau konsepsi. Paling tidak itulah
konsep kurikulum menurut mereka. Ide atau konsepsi kurikulum setiap orang tentu berbeda,
sekalipun orang-orang tersebut berada dalam satu keluarga. Perbedaan ide dari orang-orang
tersebut sangat penting untuk dianalisis bahkan dapat dijadikan landasan pengembangan
kurikulum.
Dimensi kurikulum sebagai suatu ide, biasanya dijadikan langkah awal pengembangan
kurikulum, yaitu ketika melakukan studi pendapat. Dari sekian banyak ide-ide yang
berkembang dalam studi tersebut, maka akan dipilih dan ditentukan ide-ide mana yang
dianggap paling kreatif, inovatif, dan konstruktif sesuai dengan visi-misi dan tujuan
pendidikan nasional. Pemilihan ide-ide tersebut pada akhirnya akan dipilih dalam sebuah
pertemuan konsultatif berdasarkan tingkat pengambilan keputusan yang tinggi. Di Indonesia,
pengambil keputusan yang tertinggi adalah Menteri Pendidikan Nasional. Beliau juga sebagai
penentu kebijakan kurikulum yang berlaku secara nasional. Mengingat pengaruhnya yang
begitu kuat dan besar, serta memiliki kedudukan yang strategis, maka tim pengembang
kurikulum biasanya akan mengacu pada ide atau konsep kurikulum menurut menteri tersebut.
Selanjutnya, ide-ide Mendiknas dituangkan dalam sebuah kebijakan umum sampai menjadi
dimensi kurikulum sebagai rencana.
2. Kurikulum sebagai Suatu Rencana Tertulis
Dimensi kurikulum sebagai rencana biasanya dituangkan dalam suatu dokumen tertulis.
Dimensi ini menjadi banyak perhatian orang, karena wujudnya dapat dilihat, mudah dibaca
dan dianalisis. Dimensi kurikulum ini pada dasarnya merupakan realisasi dari dimensi
kurikulum sebagai ide. Aspek-aspek penting yang perlu dibahas, antara lain :
mengembangkan tujuan dan kompetensi, struktur kurikulum, kegiatan dan pengalaman
belajar, organisasi kurikulum, manajemen kurikulum, hasil belajar, dan sistem evaluasi.
Kurikulum sebagai suatu ide harus mengikuti pola dan ketentuan-ketentuan kurikulum
sedagai rencana. Dalam praktiknya, seringkali kurikulum sebagai rencana banyak mengalami
kesulitan, karena ide-ide yang ingin disampaikan terlalu umum dan banyak yang tidak
dimengerti oleh para pelaksana kurikulum.
3. Kurikulum sebagai Suatu Kegiatan
Kurikulum dalam dimensi ini merupakan kurikulum yang sesungguhnya terjadi di
lapangan (real curriculum). Peserta didik mungkin saja memikirkan kurikulum sebagai ide,
tetapi apa yang dialaminya merupakan kurikulum sebagai kenyataan. Antara ide dan
pengalaman mungkin sejalan, tetapi mungkin juga tidak. Banyak ahli kurikulum yang masih
mempertentangkan dimensi ini, dalam arti apakah suatu kegiatan termasuk kurikulum atau
bukan. Misalnya , MacDonald (1965), Johnson (1971), Popham dan Baker (1970), Inlow
(1973), dan Beauchamp (1975) tidak menganggap suatu kegiatan sebagai kurikulum. Bagi
Beauchamp, Kurikulum adalah a written document yang masuk dalam dimensi rencana,
sedangkan ahli lainnya melihat kurikulum hanya sebagai hasil belajar. Meskipun demikian,
banyak juga ahli kurikulum lain yang mengatakan suatu kegiatan atau proses termasuk
kurikulum, seperti Frost dan Rowland (1969), Zais (1976), Egan (1978), Hunkins (1980),
Tanner and Tanner (1980), serta Schubert (1986).
Kurikulum harus dimaknai dalam satu kesatuan yang utuh. Jika suatu kegiatan tidak
termasuk kurikulum berarti semua kegiatan di sekolah atau di luar sekolah (seperti program
latihan profesi, kuliah kerja nyata, dan lain-lain) tidak termasuk kurikulum. Dengan demikian,
hasil belajar peserta didik di sekolah maupun di luar sekolah merupakan refleksi dan realisasi
dari dimensi kurikulum sebagai rencana tertulis. Apa yang dilakukan peserta didik di kelas
juga merupakan implementasi kurikulum. Artinya, antara kurikulum sebagai ide dengan
kurikulum sebagai kegiatan (proses) merupakan suatu rangkaian yang berkesinambungan,
suatu kesatuan yang utuh. Tidak ada alasan untuk mengatakan dimensi kurikulum sebagai
suatu kegiatan bukan merupakan kurikulum, karena semua kegiatan di sekolah maupun di luar
sekolah atas tanggung jawab sekolah merupakan bagian dari kurikulum.
4. Kurikulum sebagai Hasil belajar
Hasil belajar adalah kurikulum, tetapi kurikulum bukan hasil dari belajar. Pernyataan ini
perlu dipahami sejak awal, karena banyak orang tahu bahwa hasil belajar merupakan bagian
dari kurikulum, tetapi kurikulum bukan hanya hasil belajar. Banyak juga orang tidak tahu
bahwa pengertian kurikulum dapat dilihat dari dimensi hasil belajar, karena memang tidak
dirumuskan secara formal. Begitu juga ketika dilakukan evaluasi secara formal tentang
kurikulum, pada umumnya orang selalu mengaitkannya dengan hasil belajar. Sekalipun,
evaluasi kurikulum sebenar jauh lebih luas dari pada penilaian hasil belajar. Artinya, hasil
belajar bukan satu-satunya objek evaluasi kurikulum. Meskipun demikian, hasil belajar dapat
dijadikan sebagai salah satu dimensi pengertian kurikulum. Evaluasi kurikulum ditunjukan
untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi kurikulum, sedangkan fungsinya adalah untuk
memperbaiki, menyempurnakan atau mengganti kurikulum dalam dimensi sebagai rencana.
Hasil belajar sebagai bagian dari kurikulum terdiri atas berbagai domain, seperti
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai. Secara teoritis, domain hasil belajar tersebut
dapat dipisahkan, tetapi secara praktis domain tersebut harus bersatu. Hasil belajar juga
banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor guru, peserta didik, sumber
belajar, dan lingkungan. Kurikulum sebagai hasil belajar merupakan kelanjutan dan
dipengaruhi oleh kurikulum sebagai kegiatan serta kurikulum sebagai ide. Menurut Zainal
Arifin (2009) hasil belajar memiliki beberapa fungsi utama, yaitu “ sebagai indikator kualitas
dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik, sebagai lambang pemuasan
hasrat ingin tahu, sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan, sebagai indikator intern
dan ekstern dari suatu institusi pendidikan, dan dapat dijadikan indikator terhadap daya serap
(kecerdasan) peserta didik”.
5. Kurikulum sebagai Suatu Disiplin Ilmu
Sebagai suatu disiplin ilmu, berarti kurikulum memiliki konsep, prinsip, prosedur, asumsi,
dan teori yang dapat dianalisis dan dipelajari oleh pakar kurikulum, peneliti kurikulum, guru
atau calon guru, kepala sekolah, pengawas atau tenaga kependidikan lainnya yang ingin
mempelajari tentang kurikulum. Di Indonesia, pada tingkat sekolah menengah pernah ada
Sekolah Pendidikan Guru (SPG), Sekolah Guru Atas, Pendidikan Guru Agama (PGA) dan
lain-lain. Pada tingkat Universitas ada juga program studi pengembangan kurikulum, baik
dijenjang S.1 (sarjana), S.2 (magister), maupun S.3 (Doktor). Semua peserta didiknya wajib
mempelajari tentang kurikulum. Tujuan kurikulum sebagai suatu disiplin ilmu adalah untuk
mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum.
6. Kurikulum sebagai Suatu Sistem
Sistem berasal dari bahasa Latin (systema) dan bahasa Yunani (sustema) adalah suatu
kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan
aliran informasi, materi atau energi untuk mencapai tujuan.
Sistem kurikulum merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan, sistem
persekolahan, dan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum di sekolah merupakan sistem
tentang kurikulum apa yang akan disusun dan bagaimana kurikulum itu dilaksanakan. Lebih
jauh lagi dapat dikatakan bahwa sistem kurikulum mencakup tahap-tahap pengembangan
kurikulum itu sendiri, mulai dari perencanaan kurikulum, pelaksanaan kurikulum, evaluasi
kurikulum, perbaikan dan penyempurnaan kurikulum. Kurikulum sebagai suatu sistem juga
menggambarkan tentang komponen-komponen kurikulum.
“KOMPONEN KURIKULUM”
A. Komponen Kurikulum
1. Komponen Tujuan
Pada hakikatnya tujuan kurikulum merupakan tujuan dari setiap program pendidikan
yang akan diberikan kepada anak didik, karena kurikulum adalah alat untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Tujuan pendidikan secara umum dijabarkan dari falsafah bangsa, yakni pancasila.
Pendidikan nasional berdasarkan pancasila bertujuan meningkatkan kualitas manusia
Indonesia, yakni manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan. Makna tujuan
umum pendidikan tersebut pada hakikatnya membentuk manusia Indonesia yang
mandiri dalam konteks kehidupan pribadi, masyarakat berbangsa dan bernegara,
serta berkehidupan sebagai makhluk yang berketuhanan yang maha esa.
Berdasarkan hakikat dari tujuan pendidikan tersebut dijabarkan menjadi tujuan
kurikulum mulai dari tujuan kelembagaan pendidikan, tujuan setiap mata pelajaran
atau bidang studi sampai kepada tujuan instruksional. Sebelum menetapkan dan
menyusun isi kurikulum, strategi pelaksanaan dan evaluasi kurikulum, terlebih
dahulu harus ditetapkan rumusan tujuannya, sebab:
a. Tujuan berfungsi menentukan arah dan corak kegiatan pendidikan
b. Tujuan menjadi indikator dari keberhasilan pelaksanaan pendidikan, dan
c. Tujuan menjadi pegangan dalam setiap usaha dan tindakan dari pelaksana
pendidikan.
1. Tujuan Institusional
Yang dimaksud dengan tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh
suatu lembaga pendidikan, artinya apa yang seharusnya dimiliki siswa telah
menamatkan lembaga pendidikan tersebut. Oleh karena itu tujuan institusioanal
merupakan kemampuan yang diharapkan untuk dimiliki siswa (anak didik) setelah
mereka menyelesaikan program studinya pada lembaga tersebut.
2. Tujuan Kurikuler
Tujuan kurikuler merupakan penjabaran dari tujuan institusional atau
kelembagaan terdahulu, dan tujuan kurikuler ini bersifat lebih khusus
dibandingkan dengan tujuan institusional. Tujuan kurikuler adalah tujuan bidang
studi atau mata pelajaran sehingga harus mencerminkan hakikat keilmuan yang
ada didalam bidang studi itu. Bila dilihat secara operasional, maka tujuan
kurikuler adalah rumusan kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik
setelah menyelesaikan atau mempelajari satu bidang studi atau mata pelajaran
tersebut.
3. Tujuan Instruksional
Sebagaimana dikatakan bahwa tujuan kurikuler merupakan penjabaran dari tujuan
institusional, mak atujuan instruksioanl ini merupakan penjabaran dari tujuan
kurikuler. Tujuan instruksioanal ini merupakan yang paling langsung dihadapakan
kepada anak didik dalam proses belajar mengajar. Setiap bahan atau materi yang
disampaikan dalam jam-jam tertentu memiliki tujuan masing-masing, dan harus
menggambarkan kemampuan apa yang akan dicapai siswa setelah mereka
mempelajari materi yang disajikan tersebut.
Isi berkaitan dengan pengetahuan ilmiah dan pengalaman belajar yang harus
diberikan kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Untuk
menentukan isi kurikulum tersebut harus disesuaikan dengan tingkat dan jenjang
pendidikan, perkembangan yang terjadi dalam masyarakat, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, disamping juga tidak terlepas dari kaitannya dengan
kondisi peserta didik (psikologi anak) pada setiap jenjang pendidikan tersebut.
Kriteria pemilihan isi kurikulum dapat mempertimbangkan sebagai berikut:
a. Sesuai tujuan yang ingin dicapai
b. Sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik
c. Bermanfaat bagi peserta didik, masyarakat, bangsa dan negara baik untuk masa
sekarang maupun masa yang akan datang.
d. Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Secara umum, isi kurikulum itu dapat dikelompokan menjadi tiga bagian, yaitu :
a. Logika, yaitu pengetahuan tentang benar – salah, berdasarkan prosedur keilmuan
b. Etika, yaitu pengetahuan tentang baik – buruk, nilai, dan moral
c. Estetika, yaitu pengetahuan tentang indah – jelek, yang ada nilai seni
Hilda Taba memberikan kriteria untuk memilih isi/materi kurikulum sebagai berikut :
a. Materi itu harus sahih dan signifikan, artinya harus menggambarkan pengetahuan
mutakhir
b. Materi itu harus relevan dengan kenyataan sosial dan kultural agar peserta didik
lebih mampu memahami fenomena dunia, termasuk perubahan – perubahan yang
terjadi
c. Materi itu harus mengandung keseimbangan antara keluasan dan kedalaman
d. Materi harus mencakup berbagai ragam tujuan
e. Materi harus sesuai dengan kemampuan dan pengalaman peserta didik
f. Materi harus sesuai dengan kebutuhan dan minat peserta didik
Dalam hubungannya dengan pendekatan pembelajaran, ada tiga alternatif yang dapat
digunakan, yakni:
a. Pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran (matter center).
Penyampaian dilakukan melalui komunikasi antara guru dan siswa. Dalam
rangkaian komunikasi tersebut dapat digunakan berbagai metode mengajar.
b. Pendekatan yang berpusat pada siswa (student center).
c. Pendekatan yang berorientasi pada kehidupan masyarakat (social center).
Guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, materi,
siswa dan komponen lain dalam pembelajaran sehingga proses belajar-mengajar
berjalan efektif.
Bimbingan penyuluhan
Proses belajar mengajar sebagai operasionalisasi dari kurikulum tidak semulus
seperti yang diharapkan. Siswa sering tidak menguasai materi sehingga tujuan
pendidikan tidak tercapai, maka upaya mengatsi kendala dengan diadakan
kegiatan dinamakan bimbingan penyuluhan yang ditangani oleh counselor.
Sisi lain yang erat dengan administrasi pendidikan ada;ah supervisi. Supevisi
adalah bantuan yang diberikan kepada seluruh staf, khususnya guru untuk
mengembangkan proses belajar mengajar yang efeektif dan efisien.
Sarana kurikuler
Saran walaupun bersifat teknis namun mempunyai kontribusi yang tinngi terhadap
kurikulum. Sarana kurikuler yang menunjang pelaksanaan kurikulum antara lain
adalah sarana instruksional, sarana material, sarana personil.
4. Evaluasi kurikulum
Ada beberapa prinsip evaluasi pendidikan yang harus diperhatikan oleh evaluator
dalam menjalankan tugasnya. Prinsip tersebut adalah:
“PERANAN KURIKULUM”
A. Peranan Kurikulum
Kurikulum dipersiapkan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan pendidikan,
yakni mempersiapkan peserta didik agar mereka dapat hidup di masyarakat. Makna
‘dapat hidup’ di masyarakat itu memiliki arti luas, yang bukan saja berhubungan dengan
kemampuan peserta didik untuk menginternalisasi nilai atau hidup sesuai dengan norma-
norma masyarakat akan tetapi juga pendidikan harus berisi tentang pemberian
pengalaman agar anak dapat mengembangkan kemampuannya sesuai dengan minat dan
bakat mereka. Dengan demikian dalam sistem pendidikan kurikulum merupakan
komponen yang sangat penting, sebab di dalamnya bukan hanya menyangkut tujuan dan
arah pendidikan saja akan tetapi juga pengalaman belajar yang harus dimilki setiap siswa
serta bagaimana mengorganisasi pengalaman itu sendiri.
Apabila dianalisis sifat dari masyarakat dan kebudayaan, dengan sekolah sebagai
institusi sosial dalam melaksanakan operasinya, maka dapat ditentukan paling tidak tiga
peranan kurikulum yang sangat penting. Kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah
atau madrasah memiliki peranan yang sangat strategis dan menentukan pencapaian tujuan
pendidikan. Terdapat tiga peranan yang dinilai sangat penting yaitu:
a. Peranan Konservatif
Peranan ini menekankan bahwa kurikulum dapat dijadikan sebagai sarana utuk
mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya yang dianggap masih relevan dengan
masa kini kepada generasi muda, dalam hal ini para siswa. salah satu tanggung jawab
kurikulum adalah mentransmisikan dan menafsirkan warisan sosial kepada generasi
muda. Dengan demikian , sekolah sebagai suatu lembaga sosial dapat mempengaruhi
dan membina tingkah laku para siswa dengan nilai-nilai sosial yang ada dalam
masyarakat, sejalan dengan peranan pendidikan sebagai suatu proses sosial. Karena
pendidikan itu sendiri pada hakekatnya berfungsi pula menjembatani antara siswa
dengan orang dewasa di dalam proses pembudayaan yang semakin berkembang
menjadi lebih kompleks, dan disinilah peranan kurikulum turut membantu proses
tersebut. Oleh karenanya, dalam kerangka ini fungsi kurikulum menjadi teramat
penting, karena ikut membantu proses tersebut. Romine mengatakan bahwa :
"In sense the conservative role provides what may be called 'social cement'. It
contributes to like - mindedness and provides for behavior which is consistant with
values already accepted. It deals with what is sometimes known as the core of
'relative universals'"
Dikaitkan dengan era globalisasi sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, yang memungkinkan mudahnya pengaruh budaya asing menggerogoti
budaya lokal, maka peran konservatif dalam kurikulum memiliki arti yang sangat
penting. Melalui peran konservatifnya, kurikulum berperan dalam menangkal
berbagai pengaruh yang dapat merusak nilai-nilai luhur masyarakat, sehingga
‘keajegan’ dan identitas masyarakat akan tetap terpelihara dengan baik.
b. Peranan Kreatif
Apakah tugas dan tangung jawab sekolah hanya sebatas pada mewariskan
nilai-nilai lama? Ternyata juga tidak. Sekolah memiliki tanggung jawab dalam
mengembangkan hal-hal baru sesuai dengan tuntunan zaman. Sebab, pada
kenyataannya masyarakat tidak bersifat statis, akan tetapi dinamis yang selalu
mengalami perubahan. Dalam rangka inilah kurikulum memiliki peran kreatif.
Dalam peran kreatifnya, Mengapa kurikulum harus berperan kreatif? Sebab,
manakala kurikulum tidak mengandung unsur-unsur baru maka pendidikan
selamanya akan tertinggal, yang berarti apa yang diberikan di sekolah pada akhirnya
akan kurang bermakna, karena tidak relevan lagi dengan kebutuhan dan tuntutan
sosial masyarakat.
Peranan kreatif menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan
sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-
kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan masa mendatang. Kurikulum
melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dan konstruktif, dalam arti mencipta dan
menyusun sesuatu yang baru sesuai dengan kebutuhan masa sekarang dan masa yang
akan datang dalam masyarakat. Guna membantu setiap individu mengembangkan
semua potensi yang ada padanya, maka kurikulum menciptakan pelajaran,
pengalaman, cara berpikir, kemampuan dan keterampilan yang baru yang dapat
bermanfaat bagi masyarakat.
2. Perencanaan
Tujuan pendidikan yang telah dirumuskan harus diterjemahkan ke dalam
kegiatan-kegiatan (intrakulikuler, ekstrakulikuler, maupun kokurikuler) yang lebih
terinci, dalam bentuk mata pelajaran, bahan tertentu, proses belajar mengajar, dan
sebagainya. Prinsip utama dalam perencanaan yaitu:
a. Semua materi pembelajaran harus sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan
kemajuan IPTEK,
b. Proses pembelajaran harus serasi dan tepat sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai,
c. Sistem penilaian yang digunakan harus menggambarkan profil kemampuan
peserta didik yang sesungguhnya.
Selain itu harus pula dipertimbangkan soal biaya pelaksanaan kurikulum itu
secara nasional. Perencanaan yang baik akan dapat menghemat biaya uji-coba
selanjutnya.
4. Uji Lapangan
Dengan adanya hasil uji coba terbatas tadi kita bisa memperoleh kelemahan-
kelemahan apa saja yang harus diperbaiki dan kemudian dilakukan kenmbali uji
lapangan yang lebih luas, yang hampir mirip dengan situasi yang sebenarnya.
Tujuannya adalah untuk menganalisis kondisi-kondisi pelaksanaan kurikulum agar
diperoleh hasil yang lebih memadai dan sempurna.
5. Pelaksanaan Kurikulum
Suatu program yang baik pada mulanya dapat mengalami kemerosotan sebagian
atau secara keseluruhan, setelah dipakai selama beberapa tahun. Ada kemungkinan
jika bahannya telah ketinggalan zaman dan perlu diperbaharui.
Kurikulum bukan benda mati akan tetapi harus turut berubah mengikuti
perkembangan zaman. Bila kurikulum itu banyak kelemahannya dan tidak memenuhi
tuntutan zaman maka tibalah waktunya untuk mengadakan inovasi atau pembaharuan
kurikulum. Untuk itu, pengawan mutu kurikulum merupakan tahap penting yang harus
dilakukan.
Keterangan:
Mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya dapat Bahasa Daerah.
Keterangan:
Mata pelajaran Seni Budaya dapat memuat Bahasa Daerah.
Selain kegiatan intrakurikuler seperti yang tercantum di dalam struktur kurikulum
diatas, terdapat pula kegiatan ekstrakurikuler SMP/MTs antara lain Pramuka (Wajib),
Organisasi Siswa Intra Sekolah, Usaha Kesehatan Sekolah, dan Palang Merah Remaja.
Mata pelajaran Kelompok A adalah kelompok mata pelajaran yang kontennya
dikembangkan oleh pusat. Mata pelajaran Kelompok B yang terdiri atas mata pelajaran Seni
Budaya, Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan, dan Prakarya adalah kelompok mata
pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat dan dilengkapi dengan konten lokal
yang dikembangkan oleh pemerintah daerah.
Satuan pendidikan dapat menambah jam pelajaran per minggu sesuai dengan
kebutuhan peserta didik pada satuan pendidikan tersebut.
IPA dan IPS dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science dan
integrative social studies, bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu. Keduanya sebagai
pendidikan berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar,
rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap
lingkungan sosial dan alam. Disamping itu, tujuan pendidikan IPS menekankan pada
pengetahuan tentang bangsanya, semangat kebangsaan, patriotisme, serta aktivitas
masyarakat di bidang ekonomi dalam ruang atau space wilayah NKRI. IPA juga ditujukan
untuk pengenalan lingkungan biologi dan alam sekitarnya, serta pengenalan berbagai
keunggulan wilayah nusantara.
Seni Budaya terdiri atas empat aspek, yakni seni rupa, seni musik, seni tari, teater.
Masing-masing aspek diajarkan secara terpisah dan setiap satuan pendidikan dapat memilih
aspek yang diajarkan sesuai dengan kemampuan (guru dan fasilitas) pada satuan pendidikan
itu.
Prakarya terdiri atas empat aspek, yakni kerajinan, rekayasa, budidaya, dan
pengolahan. Masing-masing aspek diajarkan secara terpisah dan setiap satuan pendidikan
menyelenggarakan pembelajaran prakarya paling sedikit dua aspek prakarya sesuai dengan
kemampuan dan potensi daerah pada satuan pendidikan itu.
D. Ruang Lingkup
Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek
sebagai berikut.
1) Bilangan
2) Geometri dan pengukuran
3) Pengolahan data
A. Tujuan Pembelajaran
Selama dan setelah mengikuti proses pembelajaran mengamati, menanya, mengeksplorasi,
menganalisis dan mengkomunikasikan peserta didik diharapkan dapat
Menjelaskan sifat-sifat operasi hitung pada bilangan
Memahami Sifat komutatif ( Pertukaran) pada penjumlahan dan perkalian bilangan cacah
Memahami Sifat Asosiatif (Pengelompokan) pada Penjumlahan dan perkalian bilangan cacah
Distributif ( Penyebrangan ) bilangan cacah
C. Materi Pembelajaran
1. Fakta:
Pertukaran (Komutatif)
Pengelompokan (Asosiatif)
Penyebaran (Distributif)
2. Konsep
Sifat komutatif adalah penjumlahan atau perkalian dua bilangan, dan kedua bilangan
ditukarkan hasilnya akan tetap sama. Sifat Komutatif juga disebut dengan sifat pertukaran.
Sifat Komutatif tidak berlaku untuk Pengurangan dan Pembagian karna hasilnya tidak sama.
Sifat Asosiatif adalah penjumlahan atau perkalian tiga buah bilangan yang dikelompokkan
secara berbeda. Namun hasil operasinya akan tetap sama. Sifat Asosiatif dinamakan dengan
Sifat Pengelompokan.
Sifat Distributif adalah menggabungkan dengan cara mengkombinasikan bilangan. Sifat
distributif juga di sebut dengan sifat penyebaran.
3. Prinsip
Rumus Komutatif
a+b=b+a
Dimana : a dan b bilangan bulat
(a x b = b x a)
Rumus Assosiatif
(a + b) + c = a + (b + c) dan
(a x b) x c = a x (b x c)
Rumus Distributif
a x (b + c) = (a x b) + (a x c)
a × (b – c) = (a × b) – (a × c)
4. Prosedur
Menyajikan penyelesaian masalah sehari-hari yang melibatkan pengunaan sifat-sifat operasi
pada bilangan cacah
D. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Scientific Learning
2. Model Pembelajaran : Discovery Learning (Pembelajaran Penemuan)
E. Media Pembelajaran
1. Media LCD projector,
2. Laptop,
3. Bahan Tayang
F. Sumber Belajar
1. Buku Mata Pelajaran Matematika Kelas III SD Kurikulum 2013
2. Modul/bahan ajar,
3. Internet,
4. Sumber lain yang relevan
G. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Pertemuan Ke-1 (3 x 35 menit ) Waktu
Kegiatan Pendahuluan
Guru :
Orientasi
Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa untuk memulai
pembelajaran
Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin
Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali kegiatan pembelajaran.
Apersepsi
Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan pengalaman
peserta didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya,
Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan bertanya.
Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan pelajaran yang akan
dilakukan.
15
Motivasi
menit
Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan dipelajari.
Apabila materi/tema/projek ini kerjakan dengan baik dan sungguh-sungguh ini dikuasai dengan
baik, maka peserta didik diharapkan dapat menjelaskan tentang:
Sifat komutatif ( Pertukaran) pada penjumlahan
Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung
Mengajukan pertanyaan.
Pemberian Acuan
Memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan saat itu.
Memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan KKM pada
pertemuan yang berlangsung
Pembagian kelompok belajar
Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar sesuai dengan langkah-
langkah pembelajaran.
Kegiatan Inti 75
Sintak menit
Kegiatan Pembelajaran
Model Pembelajaran
Orientasi peserta didik Mengamati
kepada masalah Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk memusatkan
perhatian pada topik
Sifat komutatif ( Pertukaran) pada penjumlahan
dengan cara :
Melihat (tanpa atau dengan alat)
Menayangkan gambar/foto/tabel berikut ini
Sifat komutatif ( Pertukaran) pada penjumlahan
Mengamati
lembar kerja, pemberian contoh-contoh materi/soal untuk
dapat dikembangkan peserta didik, dari media interaktif, dsb
yang berhubungan dengan:
Hasil penjumlahan dua bilangan cacah tidak berubah,
walaupun urutan letak kedua bilangan itu dipertukarkan.
misal : 2 + 4 = 4 + 2
a + b = b + a, untuk semua bilangan cacah yang diwakili
oleh a dan b
1. Pertemuan Ke-1 (3 x 35 menit ) Waktu
Membaca (dilakukan di rumah sebelum kegiatan
pembelajaran berlangsung), materi dari buku paket atau
buku-buku penunjang lain, dari internet/materi yang
berhubungan dengan
Sifat komutatif ( Pertukaran) pada penjumlahan
Mendengar
pemberian materi oleh guru yang berkaitan dengan
Sifat komutatif ( Pertukaran) pada penjumlahan
Menyimak,
penjelasan pengantar kegiatan/materi secara garis
besar/global tentang materi pelajaran mengenai :
Sifat komutatif ( Pertukaran) pada penjumlahan.
untuk melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi.
Mengorganisasikan Menanya
peserta didik Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin pertanyaan yang berkaitan
dengan gambar yang disajikan dan akan dijawab melalui kegiatan
belajar, contohnya :
Mengajukan pertanyaan tentang :
Sifat komutatif ( Pertukaran) pada penjumlahan
yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan
untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang
diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke
pertanyaan yang bersifat hipotetik) untuk mengembangkan
kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan
pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk
hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. Misalnya :
Membimbing Mengumpulkan informasi
penyelidikan individu Peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan untuk
dan kelompok menjawab pertanyan yang telah diidentifikasi melalui kegiatan:
Mengamati obyek/kejadian,
Membaca sumber lain selain buku teks,
mengunjungi laboratorium komputer perpustakaan sekolah
untuk mencari dan membaca artikel tentang
Sifat komutatif ( Pertukaran) pada penjumlahan
Mengumpulkan informasi
Mengumpulkan data/informasi melalui diskusi kelompok atau
kegiatan lain guna menemukan solusimasalah terkait materi
pokok yaitu
Sifat komutatif ( Pertukaran) pada penjumlahan
Aktivitas
Peserta didik diminta untuk mengamati Sifat komutatif
( Pertukaran) pada penjumlahan
Peserta didik diminta untuk mengamati contoh tentang
Sifat komutatif ( Pertukaran) pada penjumlahan
Peserta didik diminta untuk mengisi beberapa soal yang
telah guru sajikan
Mempraktikan
Mendiskusikan
Saling tukar informasi tentang :
1. Pertemuan Ke-1 (3 x 35 menit ) Waktu
Sifat komutatif ( Pertukaran) pada penjumlahan
dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok
lainnya sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru yang
dapat dijadikan sebagai bahan diskusi kelompok kemudian,
dengan menggunakan metode ilmiah yang terdapat pada buku
pegangan peserta didik atau pada lembar kerja yang
disediakan dengan cermat untuk mengembangkan sikap teliti,
jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan
berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan
informasi melalui berbagai cara yang dipelajari,
mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang
hayat.
Mengembangkan dan Mengkomunikasikan
menyajikan hasil karya Peserta didik berdiskusi untuk menyimpulkan
Menyampaikan hasil diskusi berupa kesimpulan berdasarkan
hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya untuk
mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan
berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan sopan
Mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal
tentang :
Sifat komutatif ( Pertukaran) pada penjumlahan
Mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan dan
ditanggapi oleh kelompok yang mempresentasikan
Bertanya atas presentasi yang dilakukan dan peserta didik lain
diberi kesempatan untuk menjawabnya.
Menyimpulkan tentang point-point penting yang muncul
dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan berupa :
Laporan hasil pengamatan secara tertulis tentang
Sifat komutatif ( Pertukaran) pada penjumlahan
Menjawab pertanyaan yang terdapat pada buku pegangan
peserta didik atau lembar kerja yang telah disediakan.
Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru
melemparkan beberapa pertanyaan kepada siswa.
Menyelesaikan uji kompetensi yang terdapat pada buku
pegangan peserta didik atau pada lembar lerja yang telah
disediakan secara individu untuk mengecek penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran
Menganalisa & Mengasosiasikan
mengevaluasi proses Peserta didik menganalisa masukan, tanggapan dan koreksi dari
pemecahan masalah guru terkait pembelajaran tentang:
Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan dari hasil
kegiatan/pertemuan sebelumnya maupun hasil dari kegiatan
mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi yang
sedang berlangsung dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan
pada lembar kerja.
Peserta didik mengerjakan beberapa soal mengenai
Sifat komutatif ( Pertukaran) pada penjumlahan
Menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada
pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari
berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda
sampai kepada yang bertentangan untuk mengembangkan
1. Pertemuan Ke-1 (3 x 35 menit ) Waktu
sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras,
kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir
induktif serta deduktif dalam membuktikan :
Sifat komutatif ( Pertukaran) pada penjumlahan
Catatan :
Selama pembelajaran berlangsung, guru mengamati sikap siswa dalam pembelajaran
yang meliputi sikap: disiplin, rasa percaya diri, berperilaku jujur, tangguh menghadapi
masalah tanggungjawab, rasa ingin tahu, peduli lingkungan)
Kegiatan Penutup
Peserta didik :
Membuat rangkuman/simpulan pelajaran.tentang point-point penting yang muncul
dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan.
Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.
Guru :
Memeriksa pekerjaan siswa yang selesai langsung diperiksa. Peserta didik yang
15
selesai mengerjakan projek dengan benar diberi paraf serta diberi nomor urut peringkat,
menit
untuk penilaian projek.
Memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang
baik
Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk tugas kelompok/ perseorangan (jika
diperlukan).
Mengagendakan pekerjaan rumah.
Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya
b. Pengayaan
Pengayaan diberikan untuk menambah wawasan peserta didik mengenai materi
pembelajaran yang dapat diberikan kepada peserta didik yang telah tuntas mencapai
KKM atau mencapai Kompetensi Dasar.
Pengayaan dapat ditagihkan atau tidak ditagihkan, sesuai kesepakatan dengan peserta
didik.
Direncanakan berdasarkan IPK atau materi pembelajaran yang membutuhkan
pengembangan lebih luas misalnya
Peserta didik yang sudah menguasai materi mengerjakan soal pengayaan yang telah
disiapkan oleh guru berupa pertanyaan-pertanyaan pilihan ganda dalam buku
panduan guru. Guru mencatat dan memberikan tambahan nilai bagi peserta didik
yang berhasil dalam pengayaan.
Mengetahui
Kepala SDN Guru Mata Pelajaran
…………………………………… …………………………………….
NIP/NRK. NIP/NRK.
B. PEMBELAJARAN TEMATIK
Menurut Siskandar (2003:45) bagi guru SD kelas rendah (kelas I, II, dan III)
yang peserta didiknya masih berperilaku dan berpikir konkret, pembelajaran
sebaiknya dirancang secara terpadu dengan menggunakan tema sebagai pemersatu
kegiatan pembelajaran. Dengan cara ini maka pembelajaran untuk siswa kelas I, II,
dan III menjadi lebih bermakna, lebih utuh dan sangat kontekstual dengan dunia
anak-anak.
Kelas : III
dan IPA
B. Kompetensi Dasar :
Memberikan tanggapan sederhana tentang cerita pengalaman teman yang didengarnya.
Menceritakan peristiwa yang pernah dialami dilihat atau didengar
Menjawab dan atau mengajukan pertanyaan isi teks agak panjang (150-200 kata) yang dibaca secara intensif
Mengidentifikasi berbagai jenis dan besar sudut
Mengenal kekhasan bangsa Indonesia seperti kebhinekaan, kekayaan alam dan keramah
tamahan Mendeskripsikan kenampakan permukaan bumi di lingkungan
D. Materi Pokok
Mendengarkan teks bacaan dan bercerita
Membuat puisi berdasarkan gambar
Menentukan sudut pada benda
Kekayaan alam Indonesia
Mengenal permukaan bumi
E. Langkah Pembelajaran
No Kegiatan Fokus
1. Tahap pemanasan pembelajaran
a. Pemanasan Pembelajaran Pemberian motivasi untuk
Guru membimbing berdoa bersama, salam dan belajar melalui permainan yang
mengecek kehadiran siswa. Guru melakukan permainan menyenangkan
senam sudut dengan bernyanyi dan menari bersama.
b. Orientasi Tema Penggalian tema dan
Guru menjelaskan arti permainan yang baru dimainkan penyampaian tujuan melalui
dengan tema dan sub tema yang akan dipelajari. tanya jawab sebagai pemberian
Penyampaian tujuan pembelajaran dan manfaatnya bagi pengetahuan awal
siswa.
2. Tahap Inti
a. Pengajuan Masalah Melakukan tanya jawab
Guru meminta siswa berpasangan mengulangi tarian Membuka kesempatan kepada
sudut secara perlahan dan mengamati sudut apa yang siswa untuk berpendapat dan
terbentuk dari tarian tersebut dan mengurutkannya dari mengungkapkan perasaannya
mulai yang terkecil. Menyampaikan materi, tugas
Guru mengambil salah satu bentuk sudut yang dan memperagakan permainan
menyerupai gunung dan meminta siswa menebak cara pencarian informasi.
mengaitkan dengan permukaan bumi. Kemudian
menanyakan peristiwa alam apa yang terjadi.
Guru memberikan teks dan gambar tentang “Tanah
Longsor di Lereng Gunung” dan menjelaskan lembar
kerja yang harus dikerjakan secara berkelompok yang
berkaitan dengan teks, selain itu siswa juga diminta
membuat puisi berdasarkan gambar yang ada dalam
lembar kerja.
Guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil (5 orang)
secara heterogen untuk menyelesaikan lembar kerja
yang telah tersedia.
b. Pencarian Informasi
Siswa dalam kelompok mencari informasi untuk
menyelesaikan permasalahan, pertanyaan dan membuat Pencarian informasi melalui
puisi dalam lembar kerja. Guru membimbing pencarian latihan terbimbing dan latihan
informasi dengan memberikan contoh cara berpendapat, bebas
mengumpulkan pendapat dan memilih pendapat yang
terbaik dalam kelompok.
Pencarian informasi dapat melalui majalah dan buku-
buku yang telah disediakan di kelas.
c. Diskusi/pembahasan
Siswa mendiskusikan informasi yang telah didapatkan,
kemudian menyimpulkan jawaban sebagai hasil dari
kelompok dan memilih salah satu puisi terbaik dalam
kelompok untuk tampil mewakili kelompok. Guru Kemampuan bertanya,
membahas hasil dari tiap-tiap kelompok di kelas dengan berpendapat, mengkritik dan
mengajak siswa menanggapi hasil dari tiap-tiap pengampilan keputusan
kelompok dan meminta perwakilan kelompok
membacakan puisi sebagai akhir dari kegiatan inti.
3. Tahap kesimpulan/penutup
Melakukan tarian sudut bersama. Siswa diminta untuk menilai Penyimpulan materi
puisi terbaik dan memajangnya di kelas. Guru memberi
kesimpulan tentang materi yang telah disampaikan dan
menyampaikan pesan-pesan moral yang berkaitan dengan
materi yang disampaikan
G. Evalausi
Bentuk evaluasi tugas sekolah (LKS dan pengamatan selama pembelajaran)
Jenis penilaian produk, tes tertulis, lisan dan performansi
C. Keunggulan kurikulum 2013
1) Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap pemecahan
masalah yang mereka hadapi di sekolah.
2) Adanya penilaian dari semua aspek. Penentuan nilai bagi siswa bukan hanya
didapat dari nilai ujian saja tetapi juga didapat dari nilai kesopanan, religi,
praktek, sikap dan lain-lain.
3) Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah
diintegrasikan ke dalam semua program studi.
4) Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional.Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistic domain
sikap, ketrampilan, dan pengetahuan.
5) Banyak kompetensi yang dibutuhkan sesuai perkembangan seperti pendidikan
karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard
skills, kewirausahaan.
6) Hal yang paling menarik dari kurikulum 2013 ini adalah sangat tanggap terhadap
fenomena dan perubahan sosial. Hal ini mulai dari perubahan sosial yang terjadi
pada tingkat lokal, nasional, maupun global.
7) Standar penilaian mengarahkan kepada penilaian berbasis kompetensi seperti
sikap, ketrampilan dan pengetahuan secara proporsional.
8) Mengharuskan adanya remediasi secara berkala.
9) Sifat pembelajaran sangat kontekstual.
10) Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi profesi,
pedagogi, sosial dan personal.
11) Ada rambu-rambu yang jelas bagi guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran (buku induk)
12) Guru berperan sebagai fasilitator
13) Diharapkan kreatifitas guru akan semakin meningkat
14) Efisiensi dalam manajemen sekolah contohnya dalam pengadaan buku, dimana
buku sudah disiapkan dari pusat
15) Sekolah dapat memperoleh pendampingan dari pusat dan memperoleh
koordinasi dan supervise dari daerah
16) Pembelajaran berpusat pada siswa dan kontekstual dengan metode pembelajaran
yang lebih bervariasi
17) Penilaian meliputi aspek kognitif, afektif, psikomotorik sesuai proporsi
18) Ekstrakurikuler wajib Pramuka meningkatkan karakter siswa terutama dalam
kedisiplinan, kerjasama, saling menghargai, cinta tanah air dan lain-lain.
D. Kelemahan kurikulum 2013
1) Guru banyak salah kaprah, karena beranggapan dengan kurikulum 2013 guru
tidak perlu menjelaskan materi kepada siswa di kelas, padahal banyak mata
pelajaran yang harus tetap ada penjelasan dari guru.
2) Banyak sekali guru-guru yang belum siap secara mental dengan kurikulum 2013
ini, karena kurikulum ini menuntut guru lebih kreatif, pada kenyataannya sangat
sedikit para guru yang seperti itu, sehingga membutuhkan waktu yang panjang
agar bisa membuka cakrawala berfikir guru, dan salah satunya dengan pelatihan-
pelatihan dan pendidikan agar merubah paradigm guru sebagai pemberi materi
menjadi guru yang dapat memotivasi siswa agar kreatif.
3) Kurangnya pemahaman guru dengan konsep pendekatan scientific.
4) Kurangnya ketrampilan guru merancang RPP.
5) Guru tidak banyak yang menguasai penilaian autentik.
6) Tugas menganalisis SKL, KI, KD buku siswa dan buku guru belum sepenuhnya
dikerjakan oleh guru, dan banyaknya guru yang hanya menjadi plagiat dalam
kasus ini.
7) Tidak pernahnya guru dilibatkan langsung dalam proses pengembangan
kurikulum 2013, karena pemerintah cenderung melihat guru dan siswa
mempunyai kapasitas yang sama.
8) Tidak adanya keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil
dalam kurikulum 2013 karena UN masih menjadi factor penghambat.
9) Terlalu banyak materi yang harus dikuasai siswa sehingga tidak setiap materi
bisa tersampaikan dengan baik, belum lagi persoalan guru yang kurang
berdedikasi terhadap mata pelajaran yang dia ampu.
10) Beban belajar siswa dan guru terlalu berat, sehingga waktu belajar di
sekolah terlalu lama.
11) Timbulnya kecemasan khususnya guru mata pelajaran yang dihapus yaitu
KPPI, IPA dan Kewirausahaan dan terancam sertifikasiya dicabut.
12) Sebagian besar guru masih terbiasa menggunakan cara konvensional.
13) Penguasaan teknologi dan informasi untuk pembelajaran masih terbatas.
14) Guru tidak tiap dengan perubahan.
15) Kurangnya kekmampaun guru dalam proses penilaian sikap, ketrampilan
dan pengetahuan secara holistic.
16) Kreatifitas dalam pengembangan silabus berkurang.
17) Otonomi sekolah dalam pengembangan kurikulum berkurang.
18) Sekolah tidak mandiri dalam menyikapi kurikulum.
19) Tingkat keaktifan siswa belum merata.
20) KBM umumnya saat ini mash konvensional.
21) Belum semua guru memahami sistem penilaian sikap dan
ketrampilan.Menambah beban kerja guru.
22) Citra sekolah dan guru akan menurun jika tidak berhasil menjalankan
kurikulum 2013
“KURIKULUM MATEMATIKA SMP”
A. Organisasi Kompetensi, Tujuan Satuan Pendidikan, Dan Struktur Kurikulum 2013
1. Organisasi Kompetensi
Mata pelajaran adalah unit organisasi terkecil dari Kompetensi Dasar. Untuk kurikulum
SMP/MTs, organisasi Kompetensi Dasar dilakukan dengan cara mempertimbangkan
kesinambungan antarkelas dan keharmonisan antarmata pelajaran yang diikat dengan
Kompetensi Inti. Berdasarkan pendekatan ini maka terjadi reorganisasi Kompetensi Dasar mata
pelajaran sehingga Struktur Kurikulum SMP/MTs menjadi lebih sederhana karena jumlah mata
pelajaran dan jumlah materi berkurang. Substansi muatan lokal termasuk bahasa daerah
diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Seni Budaya. Substansi muatan lokal yang berkenaan
dengan olahraga serta permainan daerah diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Pendidikan
Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Sedangkan Prakarya merupakan mata pelajaran yang berdiri
sendiri.
3. Bahasa Indonesia 6 6 6
4. Matematika 5 5 5
7. Bahasa Inggris 4 4 4
Kelompok B
1. Seni Budaya 3 3 3
3. Prakarya 2 2 2
Selain kegiatan intrakurikuler seperti yang tercantum di dalam struktur kurikulum diatas,
terdapat pula kegiatan ekstrakurikuler SMP/MTs antara lain Pramuka (Wajib), Organisasi Siswa
Intrasekolah, Usaha Kesehatan Sekolah, dan Palang Merah Remaja.
2) Beban Belajar
Beban belajar di SMP/MTs untuk kelas VII, VIII, dan IX masing-masing 38 jam per
minggu. Jam belajar SMP/MTs adalah 40 menit.
Dalam struktur kurikulum SMP/MTs ada penambahan jam belajar per minggu dari
semula 32, 32, dan 32 menjadi 38, 38 dan 38 untuk masing-masing kelas VII, VIII, dan IX.
Sedangkan lama belajar untuk setiap jam belajar di SMP/MTs tetap yaitu 40 menit.
Dengan adanya tambahan jam belajar ini dan pengurangan jumlah Kompetensi Dasar,
guru memiliki keleluasaan waktu untuk mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi
siswa aktif belajar. Proses pembelajaran siswa aktif memerlukan waktu yang lebih panjang dari
proses pembelajaran penyampaian informasi karena peserta didik perlu latihan untuk melakukan
pengamatan, menanya, asosiasi, menyaji, dan komunikasi. Proses pembelajaran yang
dikembangkan guru menghendaki kesabaran dalam menunggu respon peserta didik karena
mereka belum terbiasa.Selain itu, bertambahnya jam belajar memungkinkan guru melakukan
penilaian proses dan hasil belajar.
B. Kompetensi Inti Dan Kompetensi Dasar Matematika SMP
1) Kompetensi Inti
Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas
yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan
tertentu atau jenjang pendidikan tertentu,gambaran mengenai kompetensi utama yang
dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan
psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata
pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian
hard skills dan soft skills.
Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan
dengan sikap keagamaan (Kompetensi Inti 1), sikap sosial (Kompetensi Inti 2), pengetahuan
(Kompetensi Inti 3), dan penerapan pengetahuan (Kompetensi Inti 4). Keempat kelompok itu
menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa
pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial
dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta didik belajar
tentang pengetahuan (Kompetensi Inti 3) dan penerapan pengetahuan (Kompetensi Inti
4).Kompetensi Inti Matematika SMP/MTs adalah sebagai berikut:
2) Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang
diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah konten atau kompetensi yang
terdiri atas sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang bersumber pada kompetensi inti yang
harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan
karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Mata
pelajaran sebagai sumber dari konten untuk menguasai kompetensi bersifat terbuka dan tidak
selalu diorganisasikan berdasarkan disiplin ilmu yang sangat berorientasi hanya pada filosofi
esensialisme dan perenialisme. Mata pelajaran dapat dijadikan organisasi konten yang
dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu atau non disiplin ilmu yang diperbolehkan menurut
filosofi rekonstruksi sosial, progresifisme, atau pun humanisme. Karena filosofi yang dianut
dalam kurikulum adalah eklektik seperti dikemukakan di bagian landasan filosofi, maka
nama mata pelajaran dan isi mata pelajaran untuk kurikulum yang akan dikembangkan tidak
perlu terikat pada kaedah filosofi esensialisme dan perenialisme. Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar Matematika Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah yang
merupakan satu kesatuan ide masing-masing mata pelajaran dimuat dalam tabel-tabel berikut
ini:
“KURIKULUM MATEMATIKA SMA”
A. Pembelajaran Matematika K-13 di SMA
Pembelajaran Matematika menggunakan pendekatan saintifik yang dapat diperkuat
dengan model-model pembelajaran, antara lain: Model Pembelajaran Kooperatif;
Pembelajaran Kontekstual; Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing; Project Based
Learning; dan Problem Based Learning. Pelaksanaan pembelajaran didahului dengan
penyiapan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dikembangkan oleh guru baik
secara individual maupun kelompok yang mengacu pada silabus.
Pada proses pembelajaran langsung, pendekatan saintifik disesuaikan dengan materi
yang ada pada mata pelajaran matematika dimana peserta didik mengembangkan
pengetahuan, kemampuan berpikir, dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi
langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP berupa kegiatan-
kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung tersebut peserta didik melakukan
kegiatan belajar mengamati kejadian, peristwa, situasi, pola, fenomena yang terkait dengan
matematika dan mulai dikenalkan pemodelan matematika dalam berbagai bentuk; menanya
atau mempertanyakan mengapa atau bagaimana fenomena bisa terjadi; mengumpulkan atau
menggali informasi melalui mencoba, percobaan, mengkaji, mendiskusikan untuk
mendalami konsep yang terkait dengan fenomena tersebut; serta melakukan asosiasi atau
menganalisis secara kritis dalam menjelaskan keterkaitan antar konsep dan menggunakan,
memanfaatkan dan memilih prosedur/algoritma yang sesuai, menyusun penalaran dan
generalisasi, dan mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan
analisis.
Proses pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung
atau yang disebut dengan instructional effect. Pada pembelajaran tidak langsung yang
terjadi selama proses pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus.
Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap. Berbeda
dengan pengetahuan tentang nilai dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran
langsung oleh mata pelajaran tertentu, pengembangan sikap sebagai proses pengembangan
moral dan perilaku dilakukan oleh seluruh mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan yang
terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat.
Dalam pembelajaran matematika hal yang perlu ditekankan.
a. Aktivitas belajar di bawah bimbingan guru maupun mandiri dengan
menggunakan konsep dan prosedur secara benar dan sistematis dengan
mementingkan pemahaman daripada hanya mengingat prosedur.
b. Melatih kemampuan berpikir untuk membuat generalisasi dari fakta, data,
fenomena yang ada.
c. Melatih keterampilan melakukan manipulasi matematika untuk menyelesaikan
masalah.
d. Melatih keterampilan penalaran matematika.
e. Pembelajaran berbasis pemecahan masalah.
1. Bahasa Indonesia 5. Ilmu Hayat 10. Seni Suara 14. Kebersihan dan
2. Bahasa Daerah 6. Ilmu Bumi 11. Pekerjaan Tangan Kesehatan
3. Berhitung 7. Sejarah 12. Pekerjaan Keputrian 15. Didikan Budi Pekerti
4. Ilmu Alam 8. Menggambar 13. Gerak Badan 16. Pendidikan Agama.
9. Menulis
Pada awalnya pelajaran agama diberikan mulai kelas IV, namun sejak 1951 agama juga
di ajarkan sejak kelas 1.
I II III IV
1. Bahasa Indonesia 6 6 6 5
2 Bahasa Daerah 2 2 3 2
3 Bahasa Inggris 3 3 4 2
4 Berhitung 4 4 2 4
5 Ilmu Ukur 3 3 - 3
6 Ilmu Alam 2 2 2 5
7 Ilmu Hayat 2 2 2 2
8 Ilmu Bumi 2 2 3 2
9 Sejarah Tatanegara 2 - 3 2
10 Pengetahuan Dagang - 1 2 -
11 Seni Suara 1 1 1 1
12 Menggambar 1 1 1 2
13 Pekerjaan Tanggan 1 1 1 1
14 Pendidikan Jasmani 3 3 3 3
15 Budi Pekerti - - - -
16 Agama 2 2 2 2
Jumlah 32 36 35 37
G. Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Pada Kurikulum 1947
Pembelajaran matematika pada tahun 1947 merupakan matematika tradisional yang
dimana dimulai dari awal munculnya Kurikulum 1947 (Rentjana Pembelajaran 1947) hingga
tahun 1974 sebelum diterapkannya kurikulum 1975. Ciri khas dari pembelajaran matematika
tradisional adalah pembelajaran lebih menekankan hafalan daripada pengertian, menekankan
bagaimana suatu itu dihitung bukan mengapa sesuatu itu dihitungnya demikian, lebih
mengutamakan pada melatih otak bukan kegunaan, bahasa/istilah dan simbol yang
digunakan tidak jelas, urutan operasi harus diterima tanpa alasan, dan seterusnya.
Kelemahan pembelajaran matematika pada kurikulum 1947 adalah siswa tidak diajarkan
untuk memahami konsep tetapi hanya dituntut untuk menghafalkan langkah-langkah dalam
mengerjakannya, rasa ingin tahu siswa terhadap langkah-langkah pengerjaan berhitung
tersebut diabaikan saja sehingga siswa tidak mempunyai minat yang tinggi untuk
mempelajarinya. Selain itu siswa tidak diberikan penjelasan mengapa pengerjaan hitungan
tersebut harus seperti langkah-langkah yang disampaikan, oleh karena itu berhitung lama
lebih mementingkan hafalan daripada konsep/pengertian. Sedangkan kelebihan
pembelajaran matematika kurikulum 1947 adalah pembelajaran matematika lebih
menekankan pada pembentukan karakter manusia yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa
lain.
Garis-garis besar pengajaran pada saat itu menekankan pada cara guru mengajar dan
cara murid mempelajari. Misalnya, pelajaran bahasa mengajarkan bagaimana cara bercakap-
cakap, membaca, dan menulis. Ilmu Alam mengajarkan bagaimana proses kejadian sehari-
hari, bagaimana mempergunakan berbagai perkakas sederhana (pompa, timbangan, manfaat
besi berani), dan menyelidiki berbagai peristiwa sehari-hari. Pada perkembangannya,
rencana pelajaran lebih dirinci lagi setiap pelajarannya, yang dikenal dengan istilah Rencana
Pelajaran Terurai 1952. Silabus mata pelajarannya sangat jelas. Seorang guru mengajar satu
mata pelajaran. Pada masa itu juga dibentuk Kelas Masyarakat yaitu sekolah khusus bagi
lulusan SR 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP. Kelas masyarakat mengajarkan
keterampilan, seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan. Tujuannya agar anak tak
mampu sekolah ke jenjang SMP bisa langsung bekerja
I. Penilaian
Penilain hasil belajar dilakukan beberapa kali, melalui ulangan harian, ulangan umum
catur wulan, dan ujian penghabisan. Ujian penghabisan digunakan untuk menentukan
kelulusan dan harus mencapai nilai minimal 6. Ujian pengahabisan diselenggarakan oleh
rayon dengan soal yang dibuat oleh pusat (Inspeksi pusat SMP, Jawatan pengajaran,
kementerian pengajaran dan kebudayaan).
J. Kelebihan Kurikulum 1947
Adapun kelebihan dari kurikulum 1947 antara lain sbb:
1. Mencerminkan kesadaran sebagai bangsa yang berdaulat, dan mendudukkan pendidikan
sebagai faktor penting dalam memperkokoh berdirinya negara Indonesia melalui
persatuan dan kesatuan untuk mengusir penjajah.
2. Memiliki fungsi strategis dalam mempersatukan bangsa Indonesia melalui pendidikan
3. Kurikulum 1947 mengadopsi dari pengalaman pendidikan Indonesia yang telah lalu
dimas penjajahan, sehingga memudahkan dalam penyusunannya.
Sistem Penilaian pada kurikulum 1952 hampir sama dengan kurikulum 1947, yakni
dilakukan melalui ulangan harian, ulangan umum catur wulan, dan ujian Negara. Ulangan harian
dan ulangan umum catur wulan dipakai sebagai dasar untuk menentukan apakah seorang siswa
naik atau tinggal kelas.
Ujian penghabisan yang kemudian diubah namanya menjadi Ujian Negara pada sekitar tahun
1958 digunakan untuk menentukan kelulusan. Seorang siswa SMP dapat dinyatakan lulus jika
memiliki maksimal nilai 5 sebanyak 4 mata pelajaran atau equivalennya (nilai 4 equivalen
dengan dua nilai 5, nilai 3 equivalen dengan nilai angka 5).