Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum dapat dipandang sebagai buku atau dokumen yang dijadikan
guru sebagai pegangan dalam proses belajar-mengajar. Kurikulum dapat juga
dilihat sebagai produk yaitu apa yang diharapkan dapat dicapai siswa dan sebagai
proses untuk mencapainya. Keduanya saling berkaitan. Kurikulum dapat juga
diartikan sebagai sesuatu yang hidup dan berlaku selama jangka waktu tertentu
dan perlu direvisi secara berkala agar tetap relevan dengan perkembangan zaman.

Akhirnya kurikulum dapat dipandang sebagai cetusan jiwa pendidik yang


berusaha untuk mewujudkan cita-cita, nilai-nilai yang tertinggi dalam kelakuan
anak didiknya. Mengubah kurikulum dalam arti yang luas ini jauh lebih luas dan
dengan demikian lebih pelik, sebab menyangkut banyak variabel. Perubahan
kurikulum di sini berarti mengubah semua yang terlibat di dalamnya, yaitu guru
sendiri, murid, kepala sekolah, penilik sekolah, juga orang tua dan masyarakat
umumnya yang berkepentingan dalam pendidikan sekolah. Dalam hal ini
dikatakan bahwa perubahan kurikulum adalah perubahan sosial, curriculum
change is social change.

Perubahan tak selalu sama dengan perbaikan, akan tetapi perbaikan selalu
mengandung perubahan. Perbaikan berarti meningkatkan nilai atau mutu.
Perubahan adalah pergeseran posisi, kedudukan atau keadaan yang mungkin
membawa perbaikan, akan tetapi dapat juga memperburuk keadaan. Anak yang
mula-mula tak mengenali ganja, dapat berubah menjadi anak yang mengenalnya
lalu terlibat dalam kejahatan. Perubahan di sini tidak membawa perbaikan. Namun
demikian sering diadakan perubahan dengan maksud terjadinya perbaikan.
Perbaikan selalu dikaitkan dengan penilaian.

Perbaikan diadakan untuk meningkatkan nilai, dan untuk mengetahuinya


digunakan kriteria tertentu. Perbedaan kriteria akan memberi perbedaan pendapat
tentang baik buruknya perubahan itu. Perubahan, sekalipun memberi perbaikan
dalam segala hal bagi semua orang. Dalam bidang kurikulum kita lihat betapa
banyaknya ide dan usaha perbaikan kurikulum yang dicetuskan oleh berbagai
tokoh pendidikan yang terkenal. Macam-macam kurikulum telah diciptakan dan
banyak di antaranya telah dijalankan. Apa yang mula-mula diharapkan, akhirnya
ternyata menimbulkan masalah lain, sehingga kurikulum itu ditinggalkan atau
diubah.
Ada masanya pelajaran akademis yang diutamakan, kemudian tampil anak
sebagai pusat kurikulum, sesudah itu yang dipentingkan ialah masyarakat, akan
tetapi timbul pula perhatian baru terhadap pengetahuan akademis. Namun
demikian, dalam sejarah pendidikan, tak pernah sesuatu kembali dalam bentuk
aslinya. Biasanya yang lama itu timbul dalam bentuk yang agak lain, pada taraf
yang lebih tinggi. Misalnya, bila dalam pelajaran akademis diutamakan hafalan
fakta dan informasi, kemudian diutamakan prinsip-prinsip utama. Bila pada ketika
kurikulum sepenuhnya dipusatkan pada anak, kemudian disadari bahwa tak dapat
anak hidup di luar masyarakat. Disadari bahwa dalam kurikulum tak dapat
diutamakan hanya satu aspek saja, akan tetapi semua aspek : anak, masyarakat,
maupun pengetahuan secara berimbang.

Pendidikan mempunyai peranan sangat penting dalam keseluruhan aspek


kehidupan manusia. Hal itu disebabkan pendidikan berpengaruh langsung
terhadap perkembangan manusia. Kalau bidang-bidang lain seperti ekonomi,
pertanian, arsitektur, dan sebagainya berperan menciptakan sarana dan prasarana
bagi kepentingan manusia, pendidikan berkaitan langsung dengan pembentukan
manusia. Oleh karena itu, Kurikulum sebagai rancangan pendidikan menentukan
proses pelaksanaan dan hasil pendidikan. Mengingat pentingnya peranan
kurikulum dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia,
penyusunan kurikulum tidak dapat dikerjakan sembarangan, terutama pada tahap
pengembangannya. Pengembangan kurikulum mengacu pada dua sistem, yaitu;
sistem lingkungan dan sistem yang ada dalam kurikulum itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa sistem kurikulum itu?
2. Sistem apa saja yang mempengaruhi terhadap perkembangan kurikulum?
3. Sejauh mana peran sistem dalam pengembangan kurikulum?

C. Tujuan Penulisan
Makalah disusun dengan tujuan mengetahui sistem kurikulum dan
menganalisis sistem yang mempengaruhi terhadap perkembangan kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu
lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan
diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan.
Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan
kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan
tersebut. Kurikulum merupakan sarana pencapaian tujuan, jika tujuan kurikuler
berubah, maka kurikulum berubah pula. Perubahan dimaksud mungkin mengenai
materinya, orientasinya, pendekatannya, ataupun metodenya.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003


menyatakan bahwa: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu”. Istilah kurikulum dikenal sebagai suatu istilah dalam dunia pendidikan
sejak kurang dari satu abad yang lampau. Istilah ini belum terdapat dalam kamus
Webster tahun 1812 dan baru timbul untuk pertama kalinya dalam kamusnya
tahun 1856. Yaitu:
A race course ; a place for running ; a chariot.
A courase in general ; applied particulary to the course of study in a
university.
Jadi “kurikulum” adalah jarak yang harus di tempuh oleh pelari atau
kereta dalam perlombaan, dari awal sampai akhir. “kurikulum” juga berarti
“chariot” semacam kereta pacu pada zaman dahulu, yakni suatu alat yang
membawa seseorang dari “start” sampai “finish”. Di Indonesia istilah
“kurikulum” boleh dikatakan baru menjadi popular sejak tahun lima puluhan yang
dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di America serikat.
Sebelumnya yang lazim digunakan ialah “rencana pelajaran” pada hakikatnya
kurikulum sama artinya dengan rencana pelajaran.

Dalam teori praktik, pengertian kurikulum yang lama sudah banyak


ditinggalkan. Para ahli-ahli pendidikan kebanyakan memberi arti atau istilah yang
lebih luas. Perubahan ini terjadi karena ketidakpuasan dengan hasil pendidikan di
sekolah dan ingin selalu memperbaiki. Selain itu yang mempengaruhi perubahan
dari makna atau arti kurikulum adalah perkembangan teknologi dan ilmu
pengetahuan yang dapat mengubah perkembangan dan kebutuhan masyarakat.
Dengan bertambahnya tanggung jawab sekolah timbulah berbagai macam
definisi kurikulum, sehingga semakin sukar memastikan apakah sebenarnya
kurikulum itu. Akhirnya setiap pendidikan, setiap guru harus menentukan sendiri
apakah kurikulum itu bagi dirinya. Pengertian yang dianut oleh seseorang akan
mempengaruhi kegiatan belajar mengajar dalam kelas maupun diluar kelas.
Dibawah ini beberapa kurikulum menurut beberapa para ahli kurikulum :

1) J. Galen Taylor dan William M. Alexander, dalam buku curriculum


planning for better teaching and learning (1956). Menjelaskan arti kurikulum
sebagai berikut “segala usaha untuk mempengaruhi anak belajar, apakah
dalam ruang kelas, di halaman sekolah atau diluar sekolah termasuk
kurikulum.
2) Harold B. Albertycs. Dalam reorganizing the high school curriculum
(1965). Memandang kurikulum sebagai “all school”. Seperti halnya dengan
definisi taylor dan Alexander, kurikulum tidak terbatas pada mata pelajaran
akan tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan lain, di dalam dan diluar kelas,
yang berada dibawah tanggung jawab sekolah.
3) B. Othanel Smith, w.o. Stanley, dan J. Harjan Shores. Memandang
kurikulum sebagai “a sequence of potential experience set up in the school
for the purpose of diseliping ehildren and youth in group ways of thinking
and acthing”. Mereka melihat kurikulum sebagai sejumlah pengalaman yang
secara potensial dapat diberikan kepada anak dan pemuda, agar mereka dapat
berfikir dan berbuat sesuai dengan masyarakatnya.

B. Kurikulum Sebagai Suatu Sistem


Beberapa pandangan ahli mengenai Sistem :
• Menurut Ludwig Von Bartalanfy, “Sistem merupakan seperangkat unsur
yang saling terikat dalam satu kesatuan dan diantara unsur-unsur tersebut
ada relasi dengan lingkungan.”
• Menurut Anatol Raporot, “Sistem adalah suatu kumpulan kesatuan dan
perangkat hubungan satu sama lain.”
• Menurut L. Ackof, “Sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual atau
fisik yang terdiri dari bagian-bagian, dalam keadaan saling tergantung satu
sama lainnya”.

Dari ketiga pendapat di atas, maka sistem dapat diartikan dengan konsep
dasar yang lebih luas, yaitu; suatu jaringan kerja yang terdiri dari sejumlah
komponen-komponen yang saling berinteraksi, bekerjasama membentuk satu
kesatuan. Komponen-komponen dari sistem itu dapat berupa suatu subsistem atau
bagian-bagian dari sistem.
Setiap subsistem mempunyai sifat-sifat dari sistem untuk menjalankan
suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan. Suatu
sistem dapat mempunyai suatu sistem yang lebih besar yang disebut dengan supra
sistem. Misalnya, kurikulum disebut dengan suatu sistem, sedangkan pendidikan
merupakan sistem yang lebih besar, maka pendidikan disebut dengan supra sistem
dan kurikulum disebut sebagai subsistemnya. Demikian juga bila kurikulum
dipandang sebagai suatu sistem, maka komponen-komponen yang ada di
dalamnya seperti tujuan, materi, metode, dan evaluasi semuanya adalah
subsistemnya.
Komponen-komponen tersebut saling berkaitan dan menunjang antar satu
dengan yang lain untuk mencapai tujuan dari kurikulum. Dengan demikian,
kurikulum disebut sebagai system, dan sekaligus sebagai subsistem dari
pendidikan, yang mempunyai peran untuk mencapai tujuan dari pendidikan itu
sendiri.

C. Komponen Kurikulum
Kurikulum memiliki empat komponen utama, yaitu: tujuan, materi,
strategi/metode pembelajaran, dan evaluasi (dalam versi lain ada lima; tujuan,
materi, sumber belajar, dan evaluasi ). Keempat komponen tersebut memiliki
keterkaitan yang erat dan tidak bisa dipisahkan antar satu dengan yang lain.
Adanya keterkaitan itulah yang disebut dengan suatu sistem dalam kurikulum.
Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan tentang masing-masing
komponen tersebut.

1. Tujuan
Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional
dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa: ” Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Tujuan pendidikan nasional yang merupakan pendidikan pada
tataran makroskopik, dijabarkan ke dalam tujuan institusional yaitu tujuan
pendidikan yang ingin dicapai dari setiap jenis maupun jenjang sekolah atau
satuan pendidikan tertentu.
2. Materi Pembelajaran
Berkenaan dengan penentuan materi pembelajaran, pendidik
memiliki wewenang penuh untuk menentukan materi pembelajaran,
sebagaimana yang telah diterapkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, yaitu kesesuaian standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
hendak dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran. Dalam prakteknya untuk
menentukan materi pembelajaran perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1) Sahih (valid); dalam arti materi yang dituangkan dalam pembelajaran
benar-benar telah teruji kebenaran dan kesahihannya. Di samping itu,
juga materi yang diberikan merupakan materi yang aktual, tidak
ketinggalan zaman, dan memberikan kontribusi untuk pemahaman ke
depan.
2) Tingkat kepentingan; materi yang dipilih benar-benar diperlukan
peserta didik. Mengapa dan sejauh mana materi tersebut penting untuk
dipelajari.
3) Kebermaknaan; materi yang dipilih dapat memberikan manfaat
akademis maupun non akademis. Manfaat akademis yaitu memberikan
dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang akan dikembangkan
lebih lanjut pada jenjang pendidikan lebih lanjut. Sedangkan manfaat
non akademis dapat mengembangkan kecakapan hidup dan sikap yang
dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
4) Layak dipelajari; materi memungkinkan untuk dipelajari, baik dari
aspek tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit)
maupun aspek kelayakannya terhadap pemanfaatan materi dan kondisi
setempat.
5) Menarik minat; materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan
dapat memotivasi peserta didik untuk mempelajari lebih lanjut,
menumbuhkan rasa ingin tahu sehingga memunculkan dorongan untuk
mengembangkan sendiri kemampuan mereka.

3. Strategi pembelajaran
Perbedaan filsafat dan teori pendidikan yang melandasi
pengembangan kurikulum dalam menentukan tujuan dan materi
pembelajaran, berkonsekuensi terhadap penentuan strategi pembelajaran yang
hendak dikembangkan. Apabila yang menjadi tujuan dalam pembelajaran
adalah penguasaan informasi-intelektual, sebagaimana yang banyak
dikembangkan oleh kalangan pendukung filsafat klasik dalam rangka
pewarisan budaya ataupun keabadian, maka strategi pembelajaran yang
dikembangkan akan lebih berpusat kepada guru.
Guru merupakan tokoh sentral di dalam proses pembelajaran dan
dipandang sebagai pusat informasi dan pengetahuan. Sedangkan peserta didik
hanya dianggap sebagai obyek yang secara pasif menerima sejumlah
informasi dari guru. Metode pembelajaran seperti ini cenderung lebih bersifat
tekstual.
Sedangkan menurut kalangan progresivisme, yang seharusnya aktif
dalam suatu proses pembelajaran adalah peserta didik itu sendiri. Peserta
didik secara aktif menentukan materi dan tujuan belajarnya sesuai dengan
minat dan kebutuhannya, sekaligus menentukan bagaimana cara-cara yang
paling sesuai untuk memperoleh materi dan mencapai tujuan belajarnya.

4. Evaluasi Kurikulum
Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum. Dalam
pengertian terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa
tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui
kurikulum yang bersangkutan.
Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum
dimaksudkan untuk memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau
dari berbagai kriteria. Indikator kinerja yang dievaluasi tidak hanya terbatas
pada efektivitas saja, namun juga relevansi, efisiensi, kelayakan (feasibility)
program.

D. Sirkulasi Perubahan Kurikulum


Dalam perjalanan dunia pendidikan di Indonesia, salah satu upaya
pemerintah untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan adalah melakukan
perubahan kurikulum pendidikan. Perubahan tersebut merupakan salah satu
langkah pengembangan antara kurikulum yang ada dengan kurikulum-kurikulum
sebelumnya. Sampai saat ini pemerintah telah menerapkan kurang lebih enam
bentuk kurikulum, yaitu Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, kurikulum1984,
Kurikulum 1994, Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi, dan
yang terakhir Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

1. Kurikulum 1968
Kelahiran Kurikulum 1968 ini bersifat politis: mengganti Rencana
Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada
pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan
organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar,
dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya sembilan.
Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. “Hanya
memuat mata pelajaran pokok-pokok saja,” katanya.
Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan
permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat
diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.

2. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien
dan efektif. Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan
pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran
dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran,
alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum model ini
banyak mendapatkan kritikan, sebab guru terlalu disibukkan menulis rincian apa
yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran, sehingga konsentrasinya
kurang terfokus.

3. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering
disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai
subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan,
hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau
Student Active Leaming (SAL).

4. kurikulum 1994
Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-
kurikulum sebelumnya. “Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum
1975 dan Kurikulum 1984, antara pendekatan proses,” kata Mudjito menjelaskan.
Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-
masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain.
Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat mendesakkan agar isu-isu
tertentu masuk dalam kurikulum. Walhasil, Kurikulum 1994 menjelma menjadi
kurikulum super padat. Tapi perubahannya lebih pada menambal sejumlah materi.

5. Kurikulum 2004
Bahasa kerennya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap
pelajaran diurai berdasar kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa.
Sayangnya, kerancuan muncul bila dikaitkan dengan alat ukur kompetensi siswa,
yakni ujian. Ujian akhir sekolah maupun nasional masih berupa soal pilihan
ganda.
Bila target kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu lebih banyak
pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur seberapa besar pemahaman
dan kompetensi siswa.
Meski baru diujicobakan, toh di sejumlah sekolah kota-kota di Pulau Jawa,
dan kota besar di luar Pulau Jawa telah menerapkan KBK. Hasilnya tak
memuaskan. Guru-guru pun tak paham betul apa sebenarnya kompetensi yang
diinginkan pembuat kurikulum.

6. KTSP 2006
Awal 2006 uji coba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi
pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan
Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan
kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan
kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan karangka dasar
(KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi
dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah
ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Jadi pengambangan perangkat
pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian merupakan kewenangan satuan
pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi pemerintah
Kabupaten/Kota. (TIAR).
Jika kita menilik dari berbagai jenis kurikulum yang telah diterapkan,
maka secara garis besar bahwa komponen-komponen yang tersebut di atas pada
dasarnya sudah ada disetiap kurikulum yang pernah diterapkan dalam dunia
pendidikan kita. Namun yang menjadi masalah adalah kurikulum tersebut bersifat
fleksibel, sehingga pemberlakuan isi kurikulum harus disesuaikan dengan waktu
dan situasi tertentu sesuai dengan tuntutan, kebutuhan, kondisi, dan
perkembangan masyarakat. Perubahan isi kurikulum inilah yang menjadi masalah,
mengingat pemberlakuannya cukup sulit untuk dapat diterapkan serentak secara
nasional. Akibatnya hanya wilayah-wilayah tertentu saja yang dapat mengikuti
perkembangan kurikulum tersebut, sementara wilayah lain boleh jadi tidak
mengenal kurikulum yang sedang diberlakukan, dan tiba-tiba saja sudah ganti
kurikulum yang baru.
Secara umum ada beberapa pendekatan dalam pengembangan kurikulum
yang diterapkan dalam dunia pendidikan kita. Pendekatan tersebut antara lain :
- Dari awal kemerdekaan sampai pertengahan tahun 1960-an pendekatan berbasis
materi (content based approach)
- Akhir tahun 1960 –an sampai dengan pertengahan tahun1980-an pendekatan
berbasis kompetensi (competence based approach) dan pendekatan belajar tuntas
(mastery learning approach)
- Akhir tahun 1980-an sampai dengan awal 1990-an pendekatan berbasis out come
(outcome based approach)
- tengah tahun1990-an sampai dengan sekarang pendekatan berbasis standar
(standard based approach)

Melihat beberapa pendekatan yang telah dilakukan dalam rangka


pembenahan kurikulum tersebut, dapat ditarik benang merah bahwa perubahan
kurikulum yang telah terjadi hanyalah pada desain isi kurikulum saja, yang hal itu,
terjadinya karena banyak dipengaruhui oleh sistem lingkungan yang terus
berkembang.

E. Enam Fase Perubahan Kurikulum


Menurut Lippit, ahli psikolgi social yang terkemuka, ada enam fase
perubahan kurikulum, yaitu:
1) Penggunaan sumber sumber (resources) baru.
Pertimbangannya adalah factor dukungan internal dan eksternal pada siswa.
Contoh dukungan internal, siswa harus menerima kesempatan pembelajaran
yang relevan dengan dunia mereka, nilai, ketertarikan dan rasa ingin tahu
mereka. Mereka harus mendapat umpan balik dari respon mereka. Mereka
harus belajar bagaimana cara belajar dan menyenangi pencarian
(penelitiannya) dan pengakhirannya. Pengembang kurikulum juga harus
memperhitungkan peran teman sebaya sebagai factor eksternal siswa.
2) Presentasi sumber-sumber baru.
Penyusun kurikulum seharusnya melibatkan guru dalam mengkaji ulang,
mengevaluasi dan mengeksplorasi relevansi materi baru. Guru juga
seharusnya diberi kebebasan untuk mengeksplorasi kecakapan baru yang
diperlukan untuk mempelajari konsep dan teknik baru dan berkolaborasi
dengan perguruan tinggi baik dalam latihan maupun belajar bersama.
Kurikulum yang baru juga harus melengkapi guru dengan alat untuk
mendiagnosa respon kelas mereka dan untuk melibatkan siswa dalam
mengadaptasi kurikulum dan menciptakan prosedur prosedur baru.
3) Adopsi sumber sumber baru.
Keputusan adopsi oleh komite kurikulum sebaiknya melibatkan pengambil
keputusan yang tepat dalam mengkaji ulang alternative alternative yang ada.
Harus ada kajian terhadap criteria yang digunakan dalam pembuatan
keputusan dan rencana alternative alternative tes, mempertimbangkan
kemungkinan yang akan terjadi dan mempelajari respon pebelajar terhadap
metode yang digunakan. Pebelajar sebaiknya dilibatkan dalam evaluasi materi
baru.
4) Penyelidikan sumber sumber baru.
Dalam penelitian untuk mendapatkan gagasan gagasan baru, perencana
kurikulum sebaiknya memulainya dari ‘rumah’. Mereka sebaiknya mereka
menghargai kurikulum kurikulum kreatif yang ‘tersembunyi’ di daerahnya.
Perencana sebaiknya juga mempertimbangkan neighboring school system
(system yang ada di lingkungan sekitar sekolah). Mereka sebaiknya
menyelesaikan masalah (rintangan) dengan sharing dengan lingkungannya.
Penyusun kurikulum juga sebaiknya melihat sumber sumber alam yang ada.
5) Distribusi sumber sumber baru.
Difusi kurikulum juga bergantung pada tersedianya sumber sumber belajar
bagi guru. Guru harus memiliki kesempatan untuk mencapai kecakapan
menggunakan kurikulum baru. Mereka juga seharusnya memiliki kesempatan
mencoba agar tertarik dan merasa bebas untuk mengadaptasi bahan.
6) Pengembangan sumber sumber baru .
Materi baru bisa dikembangkan oleh seluruh tim dalam sekolah, ide kreatif
seorang guru atau staf proyek penelitian dan pengembangan. Pengembangan
kurikulum memerlukan indentifikasi tujuan yang diprioritaskan , inti
pengetahuan, pengalaman yang terkait dengan isi, ketertarikan dan
kompetensi pebelajar. Guru seharusnya dibantu untuk memahami dan
menggunakan sumber sumber dan mengevaluasi bahan dengan trampil
sehingga kurikulum mengalami peningkatan secara kontinyu.

F. Peranan Sistem dalam Pengembangan Kurikulum


Salah satu model pengembangan kurikulum adalah The systematic action-
research model. Model kurikulum ini didasarkan pada asumsi bahwa
perkembangan kurikulum merupakan perubahan sosial. Hal ini mencakup suatu
proses yang melibatkan kepribadian orang tua, siswa guru, struktur sistem
sekolah, pola hubungan pribadi dan kelompok dari sekolah dan masyarakat.
Sesuai dengan asumsi tersebut model ini menekankan pada tiga hal yaitu;
hubungan insani, sekolah dan organisasi masyarakat, serta wibawa dari guru
profesional.
Kurikulum dikembangkan dalam konteks harapan warga masyarakat, para
orang tua, tokoh masyarakat, pengusaha, siswa, guru, dan lain-lain. Mereka
mempunyai pandangan tentang bagaimana pendidikan, bagaimana anak belajar,
dan bagaimana peranan kurikulum dalam pendidikan dan pengajaran. Penyusunan
kurikulum harus memasukkan pandangan dan harapan-harapan masyarakat. Inilah
keterkaitan pengembangan kurikulum dengan lingkungan, bahwa sisitem dalam
lingkungan juga berperan sangat penting dalam pengembangan kurikulum.
Oleh karena itu, keterkaiatan komponen-komponen yang ada, baik dalam
lingkungan masyarakat atau pun yang ada dalam kurikulum itu sendiri,
merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dan saling berhubungan, dan
itulah yang disebut dengan sistem. Dengan demikian, maka peranan sistem dalam
pengembangan kurikulum merupakan hal yang sangat penting adanya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mengingat kembali isi bab ini, berbagai persoalan menjadi jelas. Satu
persoalan adalah pendekatan inovatif kurikulum: sebaiknya dari sudut pandang
penggunanya (guru dan siswa) atau orientasi pengembang mengacu pada produk?
Pemilihan rekomendasi untuk menggunakan teknik penilaian kebutuhan,
pendekatan problem-solving staf, tindakan kelas dan guru sebagai agen perubahan
juga membantu pemecahan persoalan. Pemilihan manipulasi organisasi, struktur
social, pendekatan system dan adopsi model R dan D disisi lain juga membantu.

Dalam pengembangan kurikulum ada dua sistem yang terdiri atas


komponen-komponen yang perlu menjadi acuan, yaitu; sistem lingkungan dan
sistem kurikulum. Sistem lingkungan terdiri atas beberapa komponen yaitu; Alam,
Sosial, Budaya, Politik, Ekonomi, dan Agama.

Sedangkan sistem kurikulum terdiri atas beberapa komponen juga yaitu;


tujuan, metode, materi/isi, dan evaluasi. Masing-masing dari kedua sistem
tersebut harus ada relevansi atau kesesuaian antar satu dengan yang lain.
Kesesuaian sistem yang ada dalam kurikulum mengacu pada kesesuaian sistem
yang ada dalam lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun
proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, dan
perkembangan yang ada di lingkungan masyakarakat.

B. Saran
Kebutuhan pendidikan kini semakin kompleks, begitu pula dengan
kenbutuhan kurikulum yang ada juga semakin berkembang, maka disarankan agar
tiap sekolah atau lembag pendidikan menerapkan suatu sisten kurikulum yang
sesuai dengan keadaan lingkungan sekolahnya, dan masyrakat sekitar. Memahami
sistem dalam pengembanagn kurikulum sangatlah penting, oleh karenanya, masih
butuh banyak refrensi untuk kita kaji sebagai pelengkap pengetahuan kita dalam
memahami sistem kurikulum.
DAFTAR PUSTAKA

Adiwikarta,S, 1994. Kurikulum yang Berorientasi pada Kekinian,


Kurikulum untuk Abad 21, akarta : Grasindo.
http://akhmadsudrajat.wordpress.compengertian-
kurikulum.09:13.WIB/30/03/2012
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Roni, Ahmad. Masalah Kurikulum dalam
Pembelajaran.http://kurtek.epi.edu/kurpen/6-pembelajaran.html.diakses,10:11
WIB. /30/03/2012
Syaodih Sukmadinata, Nana. 2004. Pengembangan Kurikulum: Teori dan
Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
PERUBAHAN-PERUBAHAN KURIKULUM
MAKALAH
Diajukan unuk memenuhi tugas mata kuliah : Pengembangan Kurikulum
Dosen pengampu : Bpk. Irwan Setiawan M.Pd

Disusun oleh :
Qurrotulaini : PAI
Siti Humaijah : PAI
Siti Sarah : PAI

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-MAS’UDIYAH (STAIMAS)
SUKABUMI

1444 H/2023 M

Jl. Sagaranten Kertaangsana KM 26. Buni Ayu Kec Nyalindung. Kab Sukabumi. Desa
Kertaangsana. Jawa Barat 43196
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah saya haturkan kepadap Allah SWT. Atas segala rohmat,


hidayah serta karunia-Nya. Sehingga saya bisa menuntaskan makalah ini yang
berjudul Perubahan-perubahan Kurikulum. Dalam pembuatan karya tulis
ilmiah ini saya memperoleh banyak 16elajaran, masukan dan juga support dari
banyak pihak. Sehingga saya mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Irwan
Setiawan M.Pd

Sholawat serta salam saya ucapkan kepada suri tauladan kami yakni Nabi
Muhammad SAW. Yang telah memberikan arah kebenaran kepada manusia Saya
mengetahui bahwa makalah ini masih banyak kekurangan maka saya
mengharakan kritik dan saran untuk membangun diri saya. Saya berharap
makalah ini dapat berguna khususnya untuk saya juga umumnya untuk para
pembaca.

Sukabumi, 08 November
2023

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I ........................................................................................................................1
PENDAHULUAN .....................................................................................................1
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan ...........................................................................................2
BAB II ......................................................................................................................3
PEMBAHASAN ........................................................................................................3
A. Pengertian Kurikulum ...................................................................................3
B. Kurikulum Sebagai Suatu Sistem ..................................................................4
C. Komponen Kurikulum ...................................................................................5
D. Sirkulasi Perubahan Kurikulum ....................................................................7
E. Enam Fase Perubahan Kurikulum .............................................................. 10
F. Peranan Sistem dalam Pengembangan Kurikulum..................................... 11
BAB III ................................................................................................................... 13
PENUTUP .............................................................................................................. 13
A. Kesimpulan .................................................................................................. 13
B. Saran ........................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 14

Anda mungkin juga menyukai