Anda di halaman 1dari 9

JGK-vol.7, no.

16 Oktober 2015

HUBUNGAN KEBIASAAN MEMBACA DENGAN PENURUNAN KETAJAMAN


PENGLIHATAN ANAK SEKOLAH DI SD SANTO ANTONIUS 02 BANYUMANIK
SEMARANG

Ahmad Fahrur Rozi, Rosalina, Dwi Novitasari


Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo

ABSTRAK
Penurunan tajam penglihatan pada anak usia sekolah merupakan masalah kesehatan
yang penting. Kelainan refraksi biasa disebabkan oleh adanya faktor kebiasaan membaca
terlalu dekat, pencahayaan, durasi, posisi sehingga menyebabkan kelelahan pada mata.
Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui hubungan kebiasaan membaca dengan
ketajaman penglihatan pada anak usia sekolah SD Santo antonius Banyumanik,
Semarang.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian case
control atau kasus control. Penelitian telah dilakukan di SD Santo Antonius
Banyumanik, Semarang pada agustus 2015 dengan jumlah popolasi 490 dengan
mengunakan teknik Sampling Purposive di dapatkan sampel 84 responden Alat
pengambilan data menggunakan kartu snellen dan kuesioner. Analisa data yang
digunakan adalah Chi Square .
Hasil uji Chi Square didapatkan p value 0,047≤0,05 sehingga ada hubungan yang
signifikan antara Kebiasaan Membaca Dengan Penurunan Ketajaman Penglihatan di SD
Santo Antonius 02 Banyumanik Semarang.
Berdasarkan hasil penelitian diharapkan siswa siswi SD Santo Antonius 02
Banyumanik Semarang mengubah kebiasaan membacanya yang salah menjadi benar dan
berkurang angka kejadian anak mengalami penurunan ketajaman penglihatan.

Kata kunci : kebiasaan membaca dan penurunan ketajaman penglihatan

Jurnal Gizi dan Kesehatan 174


JGK-vol.7, no.16 Oktober 2015

ABSTRACT

Decrease in visual acuity in children of school age is, important health problem.
Ordinary refractive disorders caused by factors habit of reading too closely, lighting, duration,
position, causing eyestrain. This study aims at knowing the relationship with the reading
habits of visual acuity in children of school age Santo antonius Banyumanik, Semarang.
The method used in this study is a case-control study or case control. Research has
been conducted in elementary school St. Anthony Banyumanik, Semarang in August 2015 the
number of popolasi 490 by using purposive sampling technique in getting samples of 84
respondents used the card data retrieval tool Snellen and questionnaires. Analysis of the data
used is Chi Square.
Chi Square test results obtained p value 0,047≤0,05 so that there is a significant
correlation between Reading Habits With the decline in sharpness of vision at Santo Antonius
02 Banyumanik Semarang.
Based on the results of the study are expected to elementary school students of Santo
Antonius 02 Banyumanik Semarang change the habit of reading it wrong to be right, and
reduced the incidence of child decreased visual acuity.

Keywords : reading habits and decreased vision acuity

Jurnal Gizi dan Kesehatan 175


JGK-vol.7, no.16 Oktober 2015

PENDAHULUAN Perumusan Masalah Penalitian


Visus mata (ketajaman penglihatan) Berdasarkan uraian latar belakang di atas,
merupakan kemampuan sistem penglihatan maka peneliti merumuskan masalah
untuk membedakan berbagai bentuk penelitian sebagai berikut : “ Apakah ada
(Anderson, 2007). Penglihatan yang Hubungan kebiasaan membaca dengan
optimal hanya dapat dicapai bila terdapat penurunan ketajaman penglihatan pada
suatu jalur saraf visual yang utuh, mata anak usia sekolah di SD Santoantonius
yang sehat serta kemampuan fokus mata Banyumanik, Semarang
yang tepat (Riordan-Eva, 2007). Prevalensi Tujuan penelitian Mengetahui
penurunan pengelihatan terparah penduduk hubungan kebiasaan membaca dengan
umur 6 tahun keatas secara nasional sebesar ketajaman penglihatan pada anak usia
0,9 persen. Prevalensi penurunan sekolah SD Santoantonius Banyumanik,
pengelihatan terparah yang paling tinggi Kabupaten Semarang.
terdapat di Lampung (1,7%), diikuti Nusa
Tenggara Timur, Jawa Tengah dan METODE PENELITIAN
Kalimantan Barat (masing-masing 1,6%). Penelitian case control atau kasus control
Provinsi dengan prevalensi penurunan adalah suatu penelitian (survei) analitik
pengelihatan terparah yang paling rendah yang menyangkut bagaimana faktor resiko
adalah DI Yogyakarta (0,3%) diikuti oleh dipelajari dengan menggunakan pendekatan
Papua Barat dan Papua (masing-masing retrospective. Penelitian telah dilakukan di
0,4%) (Riskesdas, 2013). SD Santo Antonius Banyumanik, Semarang
Kelelahan mata disebabkan oleh pada 3 Agustus 2015
stres yang terjadi pada fungsi penglihatan. Populasi dalam penelitian ini adalah
Stres pada otot akomodasi dapat terjadi anak usia sekolah yang sedang sekolah di
pada saat seseorang berupaya untuk melihat SD Santo Antonius 02 Banyumanik,
pada objek berukuran kecil dan pada jarak Semarang dengan jumlah yaitu 490 siswa
yang dekat dalam waktu yang lama. Pada usia sekolah. Sempel dibagi dua kelompok
kondisi demikian, otot-otot mata akan yaitu kelompok kasus dan kelompok
bekerja secara terus menerus dan lebih kontrol total populasi berjumlah 490 Dari
dipaksakan. Ketegangan otot-otot jumlah populasi di dapatkan kelompok
pengakomodasi (otot-otot siliar) makin kasus dan kontrol 42 responden yang
besar sehingga terjadi peningkatan asam mengalami penurunan penglihatan dan
laktat dan sebagai akibatnya terjadi tidak mengalami penurunan penglihatan
kelelahan mata, stress pada retina dapat setiap kelompok kasus maupun kelompok
terjadi bila terdapat kontras yang berlebihan kontrol berjumlah 42 responden sehingga
dalam lapangan penglihatan dan waktu total 84 responden untuk kelompok kasus
pengamatan yang cukup lama (Ilyas, 2010). dan kelompok kontrol, Pengambilan sampel
Kebiasaan membaca adalah kegiatan mengunakan teknik sampling purposive.
membaca yang telah mendarah daging pada Sebelum melakukan penelitian melakukan
diri seseorang (dari segi kemasyarakatan, proses perizinan kepada kepala sekolah SD
kebisaan adalah kegiatan membaca yang Santo Antonius 02 Banyumanik Semarang
telah membudaya dalam suatu masarakat). sehingga dapat melakukan penelitian pada
Dampak Kebiasaan membaca tanggal 3 dan 4 agustus 2015. Saat pada
Terhadap penurunan ketajaman tanggal 3 agustus 2015 saya melakukan
pengelihatan kelelahan mata timbul sebagai penelitian pada kelompok kasus sebelum
stres intensif pada fungsi-fungsi mata saya melakukan penelitian saya memberi
seperti terhadap otot-otot akomodasi pada penjelasan proses penelitian saya kepada
pekerjaan yang perlu pengamatan secara anak-anak, sesudah memberi penjelasan
teliti atau terhadap retina sebagai akibat saya langsung melakukan pemeriksaan
ketidaktepatan kontras (Suma’mur, 2006). ketajaman penglihatan oleh perawat.

Jurnal Gizi dan Kesehatan 176


JGK-vol.7, no.16 Oktober 2015

profesional sejumlah 42 responden 2. Pemeriksaan ketajaman


untuk kelompok kasus sesudah penglihatan
pemeriksaan langsung dilakukan pengisian Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden
kuesioner, untuk kelompok kontrol pada Berdasarkan pemeriksaan
tanggal 4 agustus 2014 dilakukan sama Ketajaman Penglihatan di SD
pemeriksaan dan pengisian kuesioner pada Santo Antonis 02 Banyumanik
kelompok kontrol. Semarang
Analisa data Penelitian melakukan Hasil kelompok total
analisis univariat dengan tujuan yaitu untuk visus kasus Kontrol
mendiskripsikan variabel kebiasaan mata f % f % f %
membaca dengan penurunan ketajaman 20/15 0 0 14 33,3 14 16,7
pengelihatan anak usia sekolah yang 20/20 0 0 28 66,7 28 33,3
20/25 1 2,4 0 0 1 1,2
disajikan dalam bentuk tabel distribusi
20/30 13 31,0 0 0 13 15,5
frekuensi. Analisis bivariat menggunakan
20/40 16 38,1 0 0 16 19,0
chi- square melalui bantuan program 20/50 9 21,4 0 0 9 10,7
komputer. 20/60 1 2,4 0 0 1 1,2
20/80 2 4,8 0 0 2 2,4
HASIL PENELITIAN total 42 100,0 42 100,0 84 100,0
A. Univariat Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil visus mata
1. Kebiasaan Membaca responden yang tinggi dari pemeriksaan visus
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden mata untuk kelompok kasus di dapatkan
Berdasarkan Kebiasaan 20/40 untuk kelompok kasus sebanyak 16
Membaca di SD Santo Antonis (31,0%) untuk vius 20/40 sebanyak 16
02 Banyumanik Semarang (38,1%) visus 20/50 sebanyak 9 (21,4%)
Kebiasaan kasus % kontrol % total visus 20/60 sebanyak 1 (2,4%) visus 20/80
membaca sebanyak 2 (4,8%) untuk kelompok kontrol
Buruk 29 69,0 19 45,2 48 tidak ada yang mengalami penurunan
Baik 13 31,0 23 54,8 36 penglihatan hasil visus menunjukan 20/15 dan
jumlah 42 100, 42 100,0 84 20/20 .
Tabel 1 menunjukkan bahwa kebiasaan
membaca buruk untuk kelompok kasus 29 B. Bivariat
(69,0%) sedangkan kebiasaan baik sebanyak
13 (31,0%) untuk kelompok kontrol Tabel 3 “Hubungan Kebiasaan Membaca
kebiasaan buruk sebanyak 19 (45,2%) Dengan Penurunan Ketajaman
sedangkan kebiasaan baik 23 anak (54,8%). Penglihatan di SD Santo Antonius
02 Banyumanik Semarang”
Kebiasa Penurunan ketajaman total P O
an penglihatan value R
memba
ca kasus kontrol
f % f % f %
Buruk 29 69, 19 45,2 48 57,1 0,047 2,70
0
Baik 13 31, 23 54,8 36 42,9
0
jumlah 42 100 42 100 84 100

Tabel 3 dapat diketahui bahwa


persentase responden yang mengalami

Jurnal Gizi dan Kesehatan 177


JGK-vol.7, no.16 Oktober 2015

penurunan ketajaman penglihatan dan nyaman bagi mata (Hadisudjono, 2007).


mempunyai kebiasaan membaca yang buruk Sebanyak 50 (59%) anak dalam kuesioner
(57,1%) lebih besar daripada persentase menjawab cukup dan nyaman untuk
responden yang mengalami penurunan pencahayaannya sedangkan 34 (40%) anak
ketajaman penglihatan dan mempunyai menjawab lingkungannya pencahayaannya
kebiasaan membaca yang baik (42,9%). redup dan terang kurangnya memperhatikan
pencahayaan di rumah maupun disekolah jika
PEMBAHASAN membaca pada kondisi redup maka akan
A. Gambaran Kebiasaan Membaca membuat mata semakin keras untuk
Hasil penelitian kepada 84 responden, berokomodasi akan membuat mata lelah dan
didapatkan bahwa rata-rata kebiasaan sebaliknya jika membaca dengan
membaca pada anak usia sekolah di SD Santo pencahayaan terang. Maka dari itu harus
Antonius 02 Banyumanik Semarang, sebesar selalu memperhatikan anak ketika membaca
48 anak (57,1 %) memiliki kebiasaan buruk agar terhindar dengan penurunan penglihatan
sedangkan yang memiliki kebiasaaan baik 36 dini. Pheasant (2005).
anak (42,9 %) dan yang paling banyak Posisi mata terhadap obyek yang kecil
ketegori buruk sebanyak 48 responden. dan dekat penting untuk diperhatikan. hasil
Jumlah kuesoner yang saya berikan kepada kuesioner jarak membaca 30 cm sebanyak 51
responden sebanyak 84 kuesoner didapatkan (60%) anak sedangkan yang membaca dengan
23 (20%) responden menjawab benar dan 61 jarak lebih atau kurang dari 30 sebanyak 33
(70%) responden menjawab salah. Hasil (39%) anak. Pandangan mata terhadap obyek
penelitian menunjukkan bahwa anak usia yang terlalu dekat dan terus menerus lebih
sekolah yang memiliki kebiasaan membaca, dari dua jam dapat menyebabkan kelelahan
rata-rata yang dibutuhkan lebih dari 2 jam/ mata terutama didalam ruangan yang
hari lebih tanpa dijeda istirahat sehingga mata penerangannya kurang dari 200 lux
mengalami kelelahan. Kelelahan adalah suatu (Mangoenprasedjo, 2005).
mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh
terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga B. Gambaran Penurunan Ketajaman
terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan Penglihatan (visus mata)
diatur secara sentral oleh otak, secara umum Berdasarkan hasil penelitian di atas bahwa
gejala kelelahan dapat dimulai dari yang anak usia sekolah yang kebiasaan membaca di
sangat ringan sampai perasaan yang sangat SD Santo Antonius 02 Banyumanik Semarang
melelahkan (Tarwaka, 2004). (kelompok kasus) sebanyak 42 responden (50,0
Kebiasaan membaca pada anak sekolah yang % ) yang mengalami penurunan pengelihatan
buruk disebabkan banyak faktor yaitu anak dan pada (kelompok kontrol) yang tidak
sekolah sering membaca dengan posisi mengalami penurunan ketajaman penglihatan
tiduran sebanyak 16 (10%) anak menjawab sebanyak 42 responden (50,0 % ) dari total
dengan tiduran. Posisi membaca buku tiduran kelompok kasus dan kelompok kontrol
adalah kebiasaan yang menyenangkan. sebanyak 84 responden (100,0 % ). Visus mata
kebiasaan ini memerlukan perhatian khusus (ketajaman penglihatan)
karena cukup berisiko, Posisi ini akan merupakan kemampuan sistem
menyebabkan mata mudah lelah. Ini membuat penglihatan untuk membedakan berbagai
jarak buku dengan mata semakin dekat. Saat bentuk (Anderson, 2007). Penglihatan yang
berbaring, tubuh tidak bisa relaks karena otot optimal hanya dapat dicapai bila terdapat
mata akan menarik bola mata ke arah bawah, suatu jalur saraf visual yang utuh, stuktur
mengikuti letak buku yang sedang dibaca. mata yang sehat serta kemampuan fokus mata
Mata yang sering terakomodasi dalam yang tepat (Riordan-Eva, 2007).
waktu lama akan cepat menurunkan
kemampuan melihat jauh, sehingga dalam
ruangan perlu diciptakan lingkungan yang

Jurnal Gizi dan Kesehatan 178


JGK-vol.7, no.16 Oktober 2015

C. Hubungan kebiasaan membaca Gangguan pada mata disebabkan adanya


dengan penurunan ketajaman kejadian berulang yang menyebabkan
penglihatan pada anak usia sekolah bayangan tidak jatuh pada retina sehingga
di SD Santo Antonius 02 mengakibatkan seseorang mengalami
Banyumanik Semarang penurunan ketajaman penglihatan. Apabila
Berdasarkan hasil analisis data dari seseorang berada di tempat yang sangat
penelitian di SD Santo Antonius 02 terang untuk waktu yang lama, maka banyak
Banyumanik Semarang, didapatkan data dari sekali fotokimiawi yang terdapat didalam sel
mengalami penurunan ketajaman penglihatan batang dan sel kerucut diubah menjadi retinal
dan mempunyai kebiasaan membaca yang dan opsin. Selanjutnya sebagian
buruk (57,1%) lebih besar daripada persentase
responden yang mengalami penurunan besar retinal dalam sel batang dan sel kerucut
ketajaman penglihatan dan mempunyai akan banyak berkurang, akibatnya sensitivitas
kebiasaan membaca yang baik (42,9%). Hasil terhadap cahaya juga turut berkurang (Guyton
uji Chi Square didapatkan p value 0,047≤0,05 & Hall, 2006). Dampak membaca terhadap
sehingga ada hubungan yang signifikan antara kelelahan mata timbul sebagai stres intensif
kebiasaan membaca dengan penurunan pada fungsi-fungsi mata seperti terhadap otot-
ketajaman penglihatan di SD Santo Antonius otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu
02 Banyumanik Semarang. pengamatan secara teliti atau terhadap retina
Kebiasaan membaca dengan durasi sebagai akibat
yang cukup lama akan membuat mata lelah ketidaktepatan kontras. menurut Suma’mur
dan membuat mata merah, gangguan mata (2006
lainnya, dan masalah visual lainya yang Menurut Ilyas (2010), kelelahan mata
timbul seperti gangguan sakit kepala dan sakit disebabkan oleh stres yang terjadi pada fungsi
leher atau bahu. Selain itu kecendrungan penglihatan. Stres pada otot akomodasi dapat
membaca di dalam ruangan akan memicu terjadi pada saat seseorang berupaya untuk
kerja mata untuk melihat sangat dekat, melihat pada obyek berukuran kecil dan pada
misalnya ketika membaca menggunakan buku jarak yang dekat dalam waktu yang lama.
maupun media elektronik. Gangguan pada pada kondisi demikian, otot-otot mata akan
mata disebabkan adanya kejadian berulang bekerja secara terus menerus dan lebih
yang menyebabkan bayangan tidak jatuh pada dipaksakan. Ketegangan otot-otot
retina sehingga mengakibatkan seseorang pengakomodasi (otot-otot siliar) makin besar
mengalami penurunan ketajaman penglihatan. sehingga terjadi peningkatan asam laktat dan
Menurut Pheasant (2005), kemudahan sebagai akibatnya terjadi kelelahan mata,
seseorang untuk melihat suatu obyek kerja di stress pada retina dapat terjadi bila terdapat
lingkungan sangat dipengaruhi oleh beberapa kontras yang berlebihan dalam lapangan
faktor, antara lain Tingkat Pencahayaan penglihatan dan waktu pengamatan yang
(Illumination Levels), Bentuk Obyek Kerja, cukup lama.
Kekontrasan, Durasi (Lama Waktu) untuk
Melihat Obyek Kerja, Jarak Melihat Obyek
Kerja. Maka berlama-lama menatap buku
akan berdampak pada kesehatan mata
khususnya penurunan visus mata. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nourmayanti (2010) dalam penelitiannya
mengatakan bahwa tingkat pencahayaan dapat
mempengaruhi kelelahan mata yang salah
satunya adalah penurunan ketajaman
penglihatan.

Jurnal Gizi dan Kesehatan 179


JGK-vol.7, no.16 Oktober 2015

KESIMPULAN WHO. (2009). Deskription And


1. kebiasaan membaca buruk untuk Classification Of Visual Displa
kelompok kasus 29 (69,0%) sedangkan y
kebiasaan baik sebanyak 13 (31,0%) Terminal In VDT And Woker’s
untuk kelompok kontrol kebiasaan Health, Genewa, WHO Ofsset
buruk sebanyak 19 (45,2%) sedangkan Publication, p. 99.
kebiasaan baik 23 anak (54,8%). Riskesdas.(2013). Riset Kesehatan Dasar
2. hasil visus mata responden yang tinggi tahun 2013. Jakarta: Badan
dari pemeriksaan visus mata untuk Penelitian Pengembangan Kesehatan
kelompok kasus di dapatkan 20/40 Kementrian Kesehatan RI.
untuk kelompok kasus sebanyak 16 Wijaya, M. 2010. Prevalensi Penurunan
(31,0%) untuk vius 20/40 sebanyak 16 Ketajaman Penglihatan Pada
(38,1%) visus 20/50 sebanyak 9 SiswaSiswi Sekolah Dasar Kelas 4-6.
(21,4%) visus 20/60 sebanyak 1 (2,4%) (online)
visus 20/80 sebanyak 2 (4,8%) untuk (http://repository.usu.ac.id/bitstream/
kelompok kontrol tidak ada yang 123456789/21449/appendix.pdf)
mengalami penurunan penglihatan diakses 21 september 2014.
hasil visus menunjukan 20/15 dan Pheasant, (2005). Ergonomics, Works, and
20/20 . Health. USA: Aspen Publisher Inc.
3. Ada hubungan yang signifikan antara Sugihartati, rahma. 2010. Membaca, gaya
kebiasaan membaca dengan penurunan hidup dan capitalisme. Yogyakarta:
ketajaman penglihatan pada anak usia graham ilmu.
sekolah di SD Santo Antonius 02 Ilyas, H . 2010. Ilmu Penyakit Mata. Badan
Banyumanik Semarang. p value 0,047 Penerbit FKUI. Jakarta.
Hurlock, EB. (2008). Psikologi
DAFTAR PUSTAKA Perkembangan Suatu Pendekatan
Departemen Kesehatan RI. (2009). Upaya Sepanjang Rentang Kehidupan.
Kesehatan Kerja Sektor Informal di Jakarta: Airlangga.
Indonesia. Jakarta : Departemen Dewi, M. (2011). Pengaruh Kebiasaan Anak
Kesehatan. dalam Bermain game dan membaca
pada Komputer terhadap Kesehatan
Fachrian Dedy, dkk. (2009). Prevalensi Mata. KTI : SMA Negeri 1 Jember.
Kelainan Ketajaman Penglihatan pada Supriati, F. 2012. Faktor-Faktor Yang
Pelajar SD “X” Jatinegara Jakarta Berkaitan Dengan Kelelahan Mata
Timur. Jakarta; Majalah Kedokteran Pada Karyawan Bagian
Indonesia Administrasi
Di PT. Indonesia Power UPB. Jurnal
Ganong,William F. (2005). Fisiologi Kesehatan Masyarakat UNDIP
Kedokteran, diterjemahkan oleh (online) Volume 1, Nomor 2,
H.M. Djauhari E. Edisi 9. Jakarta: Halaman 720-730
buku kedokteran EGC. (http://ejournals1.undip.ac.id/index.p
Gondhowiardjo, T.D. (2009). Pengaruh hp /jkm) diakses 12 september 2014.
Bermain Komputer Pada Kesehatan Burns, P.C,. Betty, D. dan Ross, E.P.2005.
Mata Anak-Anak. Jakarta : Ilmu Teaching reading in today’s
Penyakit Mata RS. Cipto elementary schools. Chicago: rand
Mangunkusumo. mc. Nally college publishing
Guyton & Hall. (2006). Fisiologi company.
Kedokteran
II. Jakarta : EGC.
Wong, D. L. (2008). Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
Jurnal Gizi dan Kesehatan 180
JGK-vol.7, no.16 Oktober 2015

Kairupan, T. 2012. Hubungan Antara Eanes, 2008. Content area literacy:


Aktivitas Fisik Dan Screen Time teaching for today and tomorrow.
Dengan Status Gizi Pada Siswa Bonn: dermar publishers, ITP An
Siswa SMP Kristen Eben Haezar 2. international thomoson publising
(Tesis) : Universitas Sam Ratulangi company.
Program Pasca Sarjana Program Prastiti (2007: 20). Jenis-jenis Membaca .
Studi IKM. Jakarta: depdikbud.
Tarigan, H.G. 2008. Membaca sebagai
Supartini, y. (2004). Buku ajar konsep suatu keterampilan berbahasa.
dasar keperawatan anak.Jakarta: Bandung: ikip- STIA
EGC Suma’mur, PK. (2006). Higiene
Masidah, s. (2006). Perkembangan anak Perusahaan Dan Kesehatan Kerja.
usia pra sekolah materi Jakarta : Sagung Seto.
disempurnakan pada pelatihan Heany. (2009). Tinjauan Faktor
trening for trainer (TFT) tingkat Pencahayaan Terhadap Kelelahan
maksimal lembaga pendidikan pra Mata di Departemen Develovepment
sekolah PT Hardaya Aneka Shoes Industri
Gunarsa, S.D. (2006). Psikologis Praktis : Tanggerang Tahun 2001. Depok:
Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta Unversitas Indonesia.
: PT BPK Gunung Mulia. Arianti Melita, 2013. Hubungan Antara
Pheasant, Stephen. (2005). Ergonomics, Riwayat Miopia Di Keluarga Dan Lama
Works, and Health. USA: Aspen Aktivitas Jarak Dekat Dengan
Publisher Inc. Miopia Pspd Untan.
Piaget. (2005). Psychology Themes http://www.jurnal.untan.ac.id/index.p
and hp/j fk/article/view/3768/3770
Variations. USA: Wadsworth.
Erickson. (2007). Developmental Sasraningrat, Muhammmad Ihsan. 2011.
Psychology. USA: Wadsworth Gambaran Tingkat Pengetahuan dan
Riodan-Eva. (2007). General Sikap Siswa SD Islam Rumaha
Ophtalmology. USA: The Mc Graw- Cireundeu Kelas 5 dan 6 Terhadap
Hill Companies. Miopia dan Faktor Yang
Leat. (2009). Assessing Children’s Mempengaruhinya Tahun 2011.
Vision: A Handbook. (Online), http://perpus.fkik.uinnjkt.ac.id/file_
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/ digital/1.RISET%20Muhammad%20
123456789/21449/4/Chapter%20II.p Ihsa n%20Sasraningrat.pdf
df), diaskes November 2014. Supartoto, 2013. Anak Perempuan Di
Tampubolon, DP.2005. kemampuan Yogyakarta Lebih Banyak Menderita
membaca: teknik membaca efektif Miopi.
dan efisiensi. Bandung : angkasa. http://www.ugm.ac.id/id/post/page?
Crawley dan mauntain, 2007. Strategies id=622
for guiding content reading. Guyton & Hall. (2006). Fisiologi Kedokteran
Boston : allyn and bacon II. Jakarta : EGC.
Shafi’ie, 2006, burns dkk.,2005. Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi
Pengajaran membaca di kelas-kelas Penelitian Kesehatan. Jakarta :
awal sekolah dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
depdikbud.
Lamb dan Arnold (2005), Faktor-faktor Sugiyono. (2012). Statistika untuk penelitian.
yang memengaruhi kemampuan Bandung: Penerbit Alfabeta.
membaca. Jakarta: depdikbud. Arikunto. (2006). Metodologi Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek edisi 5.
Jakarta: Renika Cipta

Jurnal Gizi dan Kesehatan 181

Anda mungkin juga menyukai