Anda di halaman 1dari 21

Nkporke Xjefkmunuke

Mknusieksi
Stase Keperawatan Jiwa

Dosen Pembimbing

\kii Wkdink Tosykf, W.ajp., Es,


@.Ajp.

Xjeyusue2

Ek`k 2 Eurwkmyufie
EL@ 2 487;8;<8

XTOCTK@ WVZFL XTOIJWL EJTW

WJAONKM VLECCL LN@Z AJWJMKVKE \OC\KAKTVK

VK 4848/484;

1
Lembar Pengesahan
Nama : Nurwahyudin
NIM : 20310190
Program Studi : Profesi Ners
Judul : Laporan Pendahuluan Halusinasi

Telah diperiksa dan diterima sebagai bagian dari tugas yang diperlukan untuk Stase
Keperawatan Jiwa pada Program Studi Profesi Ners STIKes Yogyakarta.

Ditetapkan di : Yogyakarta
Tanggal 23 Mei 2021
Pembimbing

Yafi Sabila Rosyad, S.Kep., Ns., M.Kep.

Kata Pengantar

2
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul Laporan Pendahuluan Halusinasi ini
tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan adalah untuk memenuhi tugas pada Stase
Keperawatan Jiwa Program Profesi Ners STIKes Yogyakarta. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Halusinasi bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Yafi Sabila Rosyad S.Kep., Ns., M.
Kep. Selaku Pembimbing pada stase keperawatan jiwa yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.

Saya menyadari, laporan pendahuluan yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan laporan pendahuluan ini.

Yogyakarta, Mei 2021

Penulis

Daftar Isi
Hal
Gover................................................................................................................ ;
Lembar pengesahan........................................................................................
Kata pengantar...............................................................................................

Daftar Isi..........................................................................................................
Dab I Konsep Dasar
1) Pengertian.............................................................................................
2) Rentang respon.....................................................................................
3) Iactor penyebab....................................................................................
6) Tanda dan gejala...................................................................................
5) Proses terjadinya...................................................................................
9) Mekanisme koping................................................................................
3) Prinsip tindakan keperawatan...............................................................

Dab 4 Ksuhan Keperawatan Teoritis


1) Pengkajian.............................................................................................
2) Daftar Masalah......................................................................................
3) Pohon masalah......................................................................................
6) Kemungkinan diagnose keperawatan...................................................
5) Rencana outcome..................................................................................
9) Rencana intervensi................................................................................
3) Strategi pelaksanaan.............................................................................
a. Tahap orientasi................................................................................

b. Tahap kerja.....................................................................................
c. Tahap terminasi..............................................................................
Daftar Pustaka

DKD I

6
Konsep Dasar
;) Pengertian

Halusinasi adalah gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien


mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
tanpa ada rangsangan dari luar, suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui
panca indra tanpa stimulus ekstren atau persepsi palsu (Prabowo, 2017).
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perubahan sensori
persepsi yang disebabkan stimulus yang sebenarnya itu tidak ada (Sutejo, 2017).
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata,
sehingga klien menginterpretasikan sesuatu yang tidak nyata tanpa stimulus atau
rangsangan dari luar (Stuart dalam Azizah, 2016).
Berdasarkan pengertian halusnasi itu dapat diartikan bahwa, halusinasi adalah
gangguan respon yang diakibatkan oleh stimulus atau rangsangan yang membuat klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada.
Menurut Yosep dalam Prabowo, 2017 halusinasi terdiri dari beberapa jenis
dengan karakteristik tertentu, diantaranya
a. Halusinasi pendengaran (audotorik)
Gangguan stimulus dimana pasien mendengar suara-suara terutama suara orang.
Biasanya mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi pengelihatan (visual)
Stimulus visual dalam bentuk beragam seperti bentuk pancaran cahaya,gambaran
geometric, gambar kartun, panorama yang luas dan bayangan yang menakutkan.
c. Halusinasi penghidu (Olfaktori)
Gangguan stimulus pada penghidu, yang ditandai dengan adanya bau busuk, amis,
dan bau menjijikan, tapi kadang terhidu bau harum.
d. Halusinasi peraba (taktil)
Gangguan stimulusyang ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa ada
stimulus yang terlihat, seperti merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati
atau orang lain.
e. Halusinasi pengecap (gustatorik)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasaan sesuatuyang busuk, amis, dan
menjijikan

5
f. Halusinasi sinestetik
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.

4) Tentang respon

Adapun Rentang respon halusinasi menurut Stuart, 2016 dapat dilihat pada gambar
berikut :
Adaptif Maladaptif

Pikiran logis Gangguan proses pikir :


Presepsi akurat Waham
Emosi konsisten dengan Pikiran kadang
Halusinasi
pengalaman menyimpang Emosi tidak
Kerusakan proses emosi
Perilaku sesuai stabil
Perilaku tidak sesuai
Hubungan sosial Menarik diri
Isolasi sosial

Cambar ; Tentang respon Malusinasi menurut Stuart,


48;9.

Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma social budaya yang
berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal, jika menghadapi suatu
masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut. Respon adaptif meliputi:
1. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
2. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
3. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari pengalaman
ahli.
4. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran.
5. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan. Respon psikososial meliputi:
a. Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan.
b. Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang
c. benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera.
d. Emosi berlebihan atau berkurang.
e. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas kewajaran.
f. Menarik diri yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan. Adapun respon
maladaptif ini meliputi:

a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak
diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial.
b. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang tidak
realita atau tidak ada.
c. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
d. Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu perilaku yang tidak teratur.
e. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima
sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang negatif
mengancam.

7) Iagtor penyebab
Menurut Yosep (2018) terdapat dua factor penyebab halusinasi, yaitu:
a. Faktor presdisposisi
;. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilang percaya diri, dan lebih rentan terhadap stress.
4. Faktor Sosiokultural

Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungan sejak bayi sehingga akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya
7. Faktor Biokimia

Hal ini berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang
berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang
bersifat halusiogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan menyebabkan
teraktivasinya neurotransmitter otak,misalnya terjadi ketidakseimbangan
acetylchoin dan dopamine.
6. Faktor Psikologis

Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien
mengambil keputusan tegas, klien lebih suka memilih kesenangan sesaat dan lari
dari alam nyata menuju alam hayal.
5. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian Menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orangtua skizofrenia
cenderung mengalami skizofrenia . Hasil studi menunjukkan bahwa faktor

keluarga menunjukkan hubungan yang sangatberpengaruh pada penyakit ini.


b. Faktor presipitasi
Menurut Rawlins dan Heacock dalam Yosep (2018) dalam hakekatnya seorang
individu sebagai mahluk yang dibangun atas dasar unsur bio-psiko-sosio-spiritual
sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi,yaitu:
1. Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan luar
biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium dan kesulitan tidur
dalam waktu yang lama.

2. Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi.
Halusinasi dapat berupa perintah memasa dan menakutkan. Klien tida sanggup
menentang sehingga klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
3. Dimensi Intelektual
Dalam hal ini klien dengan halusinasi mengalami penurunan fungsi ego. Awalnya
halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang
menekan,namun menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh
perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku klien.

4. Dimensi Sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosialdi dalam fase awal dan comforting
menganggap bahwa bersosialisasi nyata sangat membahayakan. Klien halusinasi
lebih asyik dengan halusinasinya seolah-olah itu tempat untuk bersosialisasi.
5. Dimensi Spiritual
Klien halusinasi dalam spiritual mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas tidak
bermakna, dan hilangnya aktivitas beribadah. Klien halusinasi dalam setiap
bangun merasa hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya.

4) Tanda dan gejala


Menurut (Azizah, 2016) tanda dan gejala perlu diketahui agar dapat menetapkan masalah
halusinasi, antara lain:
a. Berbicara, tertawa, dan tersenyum sendiri
b. Bersikap seperti mendengarkan sesuatu
c. Berhenti berbicara sesaat ditengah-tengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu

d. Disorientasi
e. Tidak mampu atau kurang konsentrasi
f. Cepat berubah pikiran
g. Alur pikiran kacau
h. Respon yang tidak sesuai
i. Menarik diri
j. Sering melamun

5) Proses terjadinya

Menurut stuart dan laraia dalam Prabowo, 2017 menunjukan tahapan terjadinya
halusinasi terdiri dari 4 fase dan setiap fase mempunyai karakteristik yang berbeda yaitu:
a. Fase I
Pasien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, dan takut serta
mencoba untuk berfokus pada pkiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas
disini pasien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, gerakan mata cepat,dan asyik
sendiri.
b. Fase II
Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Pasien mulai lepas kendali dan

mencoba jaga jarak dengan sumber yang dipersepsikan sehingga timbul peningkatan
tanda-tanda vital.
c. Fase III
Pasien menghentikan perlawanan halusinasi dan menyerah pada halusinasi. Disini
pasien sukar berhubungan dengan orang lain, tidak mampu mematuhi perintah dari
orang lain, dan kondisi sangat menegangkan terutama berhubungan dengan orang
lain.
d. Fase IV
Pengalaman sensori menjadi mengancam jika pasien mengikuti perintah halusinasi.

Disini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri dan tidak mampu berespon
terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang.
6) Mekanisme koping
Menurut Dalami dkk (2020) mekanisme koping adalah perilaku yang mewakili upaya
untuk melindungi diri sendiri dari pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan

respon neurobiologi maladaptif meliputi:


1. Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali seperti
apa perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan masalah proses informasi
dan upaya untuk menanggulangi ansietas.
2. Proyeksi, keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi pada orang lain
karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai upaya untuk menjelaskan
kerancuan persepsi).
3. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun psikologis,
reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindari sumber stressor, misalnya

menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain. Sedangkan reaksi
psikologis individu menunjukan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak berminat,
sering disertai rasa takut dan bermusuhan..

7) Prinsip tindakan keperawatan


a. Tetapkan hubungan saling percaya
b. Kaji gejala halusinasi.
c. Fokus pada gejala dan minta klien menjelaskan apa yang terjadi.
d. Identifikasi apakah klien sebelumnya telah minum obat dan atau alkohol.

e. Jika klien bertanya, nyatakan sederhana bahwa anda tidak mengalami stimulus yang
sama.
f. Bantu klien mengobservasi dan menjelaskan pikiran, perasaan dan tindakan yang
berhubungan dengan halusinasi (saat ini maupun yang lalu).
g. Bantu klien identifikasi hubungan antara halusinasi dan kebutuhan yang
direfleksikannya.
h. Sarankan dan kuatkan penggunaan hubungan interpersonal dalam memenuhi
kebutuhan. Identifikasi cara gejala-gejala psikosis lainnya.
BAB 2
Asuhan Keperawatan Teoritis
1) Pengkajian

a) Identitas
Identitas pasien meliputi umur, jnis kelamin, status perkawinan, agama, alamat,
pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, penanggung jawab.
b) Alasan masuk
Pada umumnya klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
dibawa kerumah sakit jiwa karena keluarga merasa tidak mampu merawat klien,

keluarga merasa terganggu karena perilaku klien dan gejala yang tidak normal yang
dilakukan klien seperti mengarahkan telinga pada sumber tertentu, berbicara atau
tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, dan klien biasanya sering menutup
telinganya, sehingga keluarga berinisiatif membawa klien kerumah sakit jiwa.

c) Factor predisposisi
Adanya riwayat halusinasi sebelumnya, pernah mengalami gangguan jiwa pada
masa lalu, karena pada umumnya apabila klien dengan gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran walaupun sebelumnya pernah mendapat perawatan di rumah

sakit jiwa, tetapi pengobatan yang dilakukan masih meninggalkan gejala sisa,
sehingga klien kurang dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Gejala sisa ini
disebabkan akibat trauma yang dialami klien, gejala ini cenderung timbul apabila
klien mengalami penolakan didalam keluarga atau lingkungan sekitarnya.

d) Fisik
Adanya gangguan fisik atau penyakit termasuk gangguan pertumbuhan dan
perkembangan.

e) Psikososial
1. Genogram
Biasanya menggambarkan garis keturunan keluarga pasien, apakah ada keluarga
pasien yang mengalami gangguan jiwa seperti yang dialami pasien.
2. Konsep diri
a. Citra Tubuh
Pada umumnya klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran tidak ada keluhan mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya,
seperti bagian tubuh yang tidak disukai.

b. Identitas diri
Pada umumnya klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran merupakan anggota dari suatu masyarakat dan keluarga. tetapi
karena klien mengalami gangguan jiwa dengan gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran maka interaksi klien dengan keluarga maupun
masyarakat tidak efektif sehingga klien merasa tidak puas akan status

ataupun posisi klien sebagai anggota keluarga dan masyarakat.


c. Peran
Pada umumnya klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran kurang dapat melakukan peran dan tugasnya dengan baik
sebagai anggota keluarga dalam masyarakat.
d. Ideal diri
Pada umumnya klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran ingin cepat pulang serta diperlakukan dengan baik oleh
keluarga ataupun masyarakat saat pulang nanti sehingga klien dapat

melakukan perannya sebagai anggota keluarga atau anggota masyarakat


dengan baik.
e. Harga diri
Pada umumnya klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran memiliki hubungan yang kurang baik dengan orang lain
sehingga klien merasa dikucilkan di lingkungan sekitarnya
f) Hubungan social
Pada umumnya klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
cenderung dekat dengan kedua orang tuanya, teutama dengan ibunya. Karena klien

sering marah-marah , bicara kasar, melempar atau memukul orang lain, sehingga
klien tidak pernah berkunjung kerumah tetangga dan klien tidak pernah mengikuti
kegiatan yang ada dilingkungan masyarakat.
g) Spiritual
a. Nilai keyakinan
Pada umumnya klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
tampak menyakini agama yang dianutnya
dengan dibuktikan melakukan ibadah sesuai dengan keyakinannya.
b. Kegiatan ibadah

Pada umumnya klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran


tampak kurang (jarang) melakukan ibadah sesuai dengan keyakinannya.
h) Status mental
1. Penampilan
Tampak berpenampilan kurang rapi, rambut acak-acakan, mulut dan gigi kotor,
serta bau badan.
2. Pembicaraan

Berbicara lambat dan tidak mampu memulai pembicaraan.


3. Aktivitas motoric
Terlihat gelisah, berjalan mondar-mandir dengan gerakan mulut yang seakan-
akan sedang berbicara.
4. Alam perasaan
Merasakan sedih, putus asa, gembira yang berlebihan, serta marah tanpa sebab.
5. Afek
Klien mempunyai emosi labil tanpa ada sebab. Tiba tiba klien menangis
dan tampak sedih lalu diam menundukkan kepala.

6. Interakasi selama wawancara


Memperlihatkan perilaku yang tidak kooperatif, lebih banyak diam diri,
pandangan mata melihat kearah lain ketika diajak bicara.
7. Persepsi
Cenderung mendengar, melihat, meraba, mengecap sesuatu yang tidak nyata
dengan waktu yang tidak diketahui dan tidak nyata.
=. Proses piker
Klien cenderung apabila akan menjawab pertanyaan terdiam dulu, seolah olah
sedang merenung lalu mulai menjawab, kemudian jawaban belum selesai

diutarakan, klien diam lagi kemudian meneruskan jawabannya dengan singkat.


<. Isi piker
Lebih senang menyendiri daripada berkumpul dengan orang lain. Saat diajak
untuk duduk-duduk dan berbincangbincang dengan klien yang lain, klien
menolak dengan menggelengkan kepala.
18. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadarannya yaitu stupor dengan gangguan motorik seperti kekakuan,
gerakan yang diulang-ulang, anggota tubuh klien dengan sikap yang canggung
serta klien terlihat kacau.

11. Memori
Memiliki memori yang konfabulasi. Memori konfabulasi merupakan
pembicaraan yang tidak sesuai dengan kenyataan (memasukkan cerita yang tidak
benar yang bertujuan untuk menutupi gangguan yang dialaminya).
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tidak mampu berkonsentrasi, klien tidak dapat menjelaskan kembali

pembicaraannya dengan dibuktikan selalu meminta agar pernyataan yang


diucapkan oleh seseorang untuk diulangkan kembali
13. Kemampuan penilaian
Memiliki kemampuan penilaian yang baik, seperti jika disuruh untuk memilih
mana yang dilakukan dahulu antara berwudhu dengan sholat, maka klien akan
menjawab berwudhu terlebih dahulu.
14. Daya tilik diri
Menyadari bahwa ia berada dalam masa pengobatan untuk mengendalikan
emosinya yang labil.

i) Kebutuhan kesiapan pulang


1. Makan
Tanyakan dan mengobservasi tentang porsinya, frekuensinya, variasinya, dan
jenis makanan pantangan klien dalam makan, serta kemampuan klien dalam
menyiapkan dan membersihkan alat makan. Klien dengan gangguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran makan 3 x sehari dengan porsi (lauk pauk, nasi,
sayur, serta buah).
2. BAB/BAK

Mengamati/mengobservasi kemampuan klien untuk defekasi dan berkemih,


seperti pergi ke wc, membersihkan diri.
3. Mandi
Tanyakan dan mengobservasi tentang frekuensi, cara mandi, menyikat gigi, cuci
rambut, gunting kuku, dan bercukur serta observasi kebersihan tubuh dan bau
badan klien. Klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
mandi 2 x sehari dan membersihkan rambut 1 — 2 x/hari kecuali ketika emosi
labil.
4. Berpakaian

Mengamati/mengobservasi kemampuan klien untuk mengambil, memilih, dan


mengenakan pakaian serta alas kaki klien serta observasi penampilan dan
dandanan klien. Klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
mengganti pakaiannya setiap selesai mandi dengan menggunakan pakaian yang
bersih.
5. Istirahat dan tidur
Tanyakan dan observasi lama waktu tidur siang/malam klien, apa aktivitas yang

dilakukan sebelum tidur serta aktivitas yang dilakukan setelah tidur.


6. Penggunaan obat
Tanyakan dan observasi pada klien dan keluarga tentang pengunaan obat yang
dikonsumsi serta reaksi yang ditimbulkannya. Klien dengan gangguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran minum obat 3 x sehari dengan obat oral serta
reaksi obat dapat tenang dan tidur (sesuai advis dokter).
7. Pemeliharaan kesehatan
Tanyakan pada klien dan keluarga tentang apa, bagaimana, kapan dan tempat
perawatan lanjutan serta siapa saja sistem pendukung yang dimiliki (keluarga,

teman, dan lembaga pelayanan kesehatan) serta cara penggunaannya.


8. Kegiatan di dalam rumah
Tanyakan kemampuan klien dalam merencanakan, mengolah dan menyajikan
makanan, merapikan rumah (kamar tidur, dapur, menyapu dan mengepel),
mencuci pakaian sendiri serta mengatur kebutuhan biaya sehari-hari.
9. Kegiatan di luar rumah
Tanyakan kemampuan klien dalam belanja untuk keperluan sehari hari,
(melakukan perjalanan mandiri yaitu dengan berjalan kaki, menggunakan
kendaraan pribadi, dan kendaraan umum), serta aktivitas lain yang dilakukan

diluar rumah (bayar listrik/telepon/air/kekantor pos/dan ke bank).


10. Mekanisme koping
Mekanisme koping pada klien dengan masalah gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran dalam mengatasi masalah yang dihadapinya, antara lain:
a. Regresi
Klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran cenderung
akan menghindari masalah yang di hadapinya.
b. Proyeksi
Klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran cenderung

menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk mengalihkan


tanggung jawab kepada orang lain.
c. Menarik diri
Klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran cenderung
sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal yang di
rasakannya.
j) Masalah psikososial

Pada umumnya klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran


memiliki masalah dengan psikososial dan lingkungannya, seperti pasien yang tidak
dapat berinteraksi dengan keluarga atau masyarakat karena perilaku pasien yang
membuat orang disekitarnya merasa ketakutan.
k) Pengetahuan
Biasanya memiliki pengetahuan yang baik dimana dia bisa menerima keadaan
penyakitnya dan mengalami perawatan.
l) Aspek medis
Biasanya pasien mendapatkan pengobatan seperti : Chlorpromazine (CPZ) 2 x 10

mg, Trihexipendil (THZ) 2 x 2 mg, dan risperidol 2 x 2 mg.


2) Daftar masalah
Ernawati dkk (2016) menjelaskan terdapat beberapa masalah keperawatan yang mungkin
muncul pada pasien dengan harga diri rendah diantaranya adalah:
a. Isolasi Sosial
b. Gangguan Pesepsi Sensori : Halusinasi
c. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

3) Pohon masalah

Pohon masalah pada pasien Halusinasi menurut Ernawati dkk (2016)

Resiko PK (Diri sendiri, orang lain & lingkungan) Effect

Gg. Persepsi Sensori : Halusinasi Core Problem

Isolasi Sosial Causa


4) Kemungkinan diagnose keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi
2. Rencana outcome & intervensi
Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1 Gangguan sensori persepsi: TUM: Klien dapat Setelah 1x interaksi klien 1. Bina hubungan saling percaya dengan
halusinasi mengontrol halusinasi menunjukkan tanda — tanda percaya menggunakan prinsip komunikasi terapeutik :
(lihat/dengar/penghidu/raba yang dialaminya kepada perawat : a. Sapa klien dengan ramah baik verbal
/kecap) 1. Ekspresi wajah bersahabat. maupun non verbal
Tuk 1 :
2. Menunjukkan rasa senang. b. Perkenalkan nama, nama panggilan dan
Klien dapat membina
3. Ada kontak mata. tujuan perawat berkenalan
hubungan saling percaya
4. Mau berjabat tangan. c. Tanyakan nama lengkap dan nama
5. Mau menyebutkan nama. panggilan yang disukai klien
6. Mau menjawab salam. d. Buat kontrak yang jelas

7. Mau duduk berdampingan e. Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji


dengan perawat. setiap kali interaksi
8. Bersedia mengungkapkan f. Tunjukan sikap empati dan menerima
masalah yang dihadapi. apa adanya
g. Beri perhatian kepada klien
dan perhatikan kebutuhan dasar
klien
h. Tanyakan perasaan klien dan masalah
yang dihadapi klien
i. Dengarkan dengan penuh perhatian
TUK 2 : Setelah 1x interaksi klien ekspresi perasaan klien
Klien dapat mengenal menyebutkan : 2.1. . Ad akan kontak sering dan
halusinasinya 1. Isi singkat
2. Waktu secara bertahap
3. Frekunsi 2.2. Observasi tingkah laku klien terkait
4. Situasi dan kondi si yang dengan halusinasinya (* dengar
menimbulkan halusinasi /lihat
/penghidu /raba /kecap), jika
menemukan klien yang sedang
halusinasi:
19 1. Tanyakan apakah klien mengalami

sesuatu ( halusinasi dengar/ lihat/

penghidu /raba/ kecap )


2. Jika klien menjawab ya, tanyakan apa
yang sedang dialaminya
 Jengkel

2. Setelah 1x interaksi klien


menyatakan perasaan dan
responnya saat mengalami
halusinasi :
 Marah
 Takut
 Sedih
 Senang
 Cemas

20
3. Katakan bahwa perawat percaya klien mengalami hal tersebut, namun
perawat sendiri tidak mengalaminya ( dengan nada bersahabat tanpa menuduh atau
menghakimi)
4. Katakan bahwa ada klien lain yang mengalami hal yang sama.
5. Katakan bahwa perawat akan membantu klien
2.3 Jika klien tidak sedang berhalusinasi klarifikasi tentang adanya pengalaman halusinasi,
diskusikan dengan klien :
1. Isi, waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi ( pagi, siang, sore, malam atau sering dan
kadang — kadang )
2. Situasi dan kondisi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi
2.4 Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan
jika terjadi halusinasi dan beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.

2.3. Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaan tersebut.
2.4. Diskusikan tentang dampak yang akan dialaminya bila klien menikmati halusinasinya.

20
TUK 3 : 3.1. Setelah 1x interaksi klien 3.1. Identifikasi bersama klien cara atau
Klien dapat menyebutkan tindakan yang tindakan yang dilakukan jika terjadi
mengontrol biasanya dilakukan untuk halusinasi (tidur, marah, menyibukan diri
halusinasinya mengendalikan halusinasinya dll)
3.2. Setelah 1x interaksi klien
3.2. Diskusikan cara yang digunakan klien,
menyebutkan cara baru
mengontrol halusinasi  Jika cara yang digunakan adaptif
beri pujian.
3.3. Setelah 1x interaksi klien dapat  Jika cara yang digunakan maladaptif
memilih dan memperagakan diskusikan kerugian cara tersebut
cara mengatasi halusinasi 3.3. Diskusikan cara baru untuk memutus/
(dengar/lihat/penghidu/raba/kec mengontrol timbulnya halusinasi :

ap ) j. Katakan pada diri sendiri bahwa ini


tidak nyata ( “saya tidak mau dengar/
3.4. Setelah 1x interaksi klien lihat/
melaksanakan cara yang telah penghidu/ raba /kecap pada saat
dipilih untuk halusinasi terjadi)
mengendalikan k. Menemui orang lain
halusinasinya (perawat/teman/anggota keluarga) untuk
3.5. Setelah 1x pertemuan menceritakan tentang halusinasinya.
klien mengikuti terapi l. Membuat dan melaksanakan jadwal
aktivitas kelompok kegiatan sehari hari yang telah di
susun.
m. Meminta keluarga/teman/ perawat
menyapa jika sedang berhalusinasi.
3.4 Bantu klien memilih cara yang sudah
dianjurkan dan latih untuk mencobanya.

3.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara


yang dipilih dan dilatih.
3.6. Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan
dilatih , jika berhasil beri pujian

21

3.7. Anjurkan klien mengikuti terapi


aktivitas kelompok, orientasi realita,
stimulasi persepsi

TUK 4 : 4.1. Setelah 1x pertemuan 4.1 Buat kontrak dengan keluarga untuk
Klien dapat dukungan keluarga, keluarga pertemuan ( waktu, tempat dan topik
dari keluarga dalam menyatakan setuju untuk )
mengontrol mengikuti pertemuan dengan 4.2 Diskusikan dengan keluarga ( pada
halusinasinya perawat saat pertemuan keluarga/ kunjungan
4.2. Setelah 1x interaksi keluarga rumah)
menyebutkan pengertian, tanda n. Pengertian halusinasi
dan gejala, proses terjadinya o. Tanda dan gejala halusinasi
halusinasi dan tindakan untuk p. Proses terjadinya halusinasi
mengendali kan halusinasi q. Cara yang dapat dilakukan klien dan
keluarga untuk memutus halusinasi
r. Obat- obatan halusinasi
s. Cara merawat anggota keluarga yang
halusinasi di rumah ( beri kegiatan,
jangan biarkan sendiri, makan bersama,
bepergian bersama, memantau obat —
obatan dan cara pemberiannya untuk
mengatasi halusinasi )
t. Beri informasi waktu kontrol ke rumah
sakit dan bagaimana cara mencari
bantuan jika halusinasi tidak tidak dapat
diatasi di rumah

22

Anda mungkin juga menyukai