Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN HALUSINASI

PUSKESMAS SIMPANG TERITIP

TAHUN 2021

SAIRAN, AMK

NIP. 19881121 201001 2 005

Unit Kerja Puskesmas Simpang Teritip

PUSKESMAS SIMPANG TERITIP

DINAS KESEHATAN

PEMERINTAHAN KABUPATEN BANGKA BARAT

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan

karunia-Nya , sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul “MAKALAH

KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN HALUSINASI PUSKESMAS SIMPANG TERITIP TAHUN

2021 untuk menjadi sumber nilai dalam Pengembangan Profesi ( Di bidang Ilmu

Keperawatan )

Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis menghaturkan terimakasih kepada semua

pihak yang telah membimbing serta yang telah memberikan bantuan baik moril maupun

materil.

Dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan, oleh sebab itu

penulis meminta maaf kepada penilai maupun pembaca. Saran dan kritik yang membangun

sangat diharapkan guna perbaikan dikemudian hari. Akhir kata penulis ucapkan terima

kasih.

Teritip ,  Desember 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR..............................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................4
B. Penatalaksanaan..............................................................................6
BAB II PROSES KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN HALUSINASI
DAN PENELITIAN KASUS
A. Pengkajian......................................................................................8
B. Diagnosa Keperawatan....................................................................9
C. Intervensi Keperawatan...................................................................9
D. Tindakan Keperawatan..................................................................10
E. Evaluasi........................................................................................10
BAB III PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................11
B. Saran............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................12

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek tanpa adanya rangsangan dari
luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh pancaindra. Halusinasi merupakan salah satu
gejala gangguan jiwa yang pasien mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi
palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan, atau penciuman. Pasien merasakan stimulus
yang sebetulnya tidak ada (Yusuf, dkk, 2015)
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal
(pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi/pendapat tentang
lingkungannya tanpa data objek atau rangsangan yang nyata (Farida & Hartono, 2010).
Halusinasi adalah gangguan/perubahan pasien melaporkan sesuatu yang sebenarnya tidak
terjadi (Eko prabowo, 2014).
Halusinasi merupakan gangguan dari persepsi sensori, waham merupakan gangguan pada isi
pikiran. Keduanya merupakan gangguan dari respons neorobiologi. Oleh karenanya secara
keseluruhan, rentang respons halusinasi mengikuti kaidah rentang respons neorobiologi. (Yusuf
Ahmad, 2015)
Rentang respons neorobiologi yang paling adaptif adalah adanya pikiran logis dan terciptanya
hubungan sosial yang harmonis. Rentang respons yang paling maladaptif adalah adanya waham,
halusinasi, termasuk isolasi sosial menarik diri. Berikut adalah gambaran rentang respons
neorobiologi. (Yusuf Ahmad, 2015)
Adaptif Maladaptif

1. Pikiran logis 1. Kadang proses pikir tidak 1. Gangguan proses berpikir/waham


2. Persepsi akurat terganggu 2. Halusinasi
3. Emosi konsisten dengan 2. Ilusi 3. Kesukaran proses emosi
pengalaman 3. Emosi tidak stabil 4. Perilaku tidak terorganisasi
4. Perilaku cocok 4. Perilaku tidak biasa 5. Isolasi sosial
5. Hubungan sosial harmonis 5. Menarik diri

Farida dan Hartono tahun 2010 menyatakan proses terjadinya masalah halusinasi:
1. Fase pertama (comforming)
a. Adalah fase conforming yaitu fase menyenangkan termasuk dengan non psikotik.
b. Karakteristik: stres, cemas,perasaan perpisahan, rasa bersalah dengan tidak dapat
terselesaikan.
c. Perilaku klien: tersenyum atau tetawa yang tidak sesuai, menggororkan bibir tanpa batas.
2. Fase kedua (condemming)
a. Adalah fase condemming/ansietas yaitu halusinasi yang menjijikan dan termasuk psikotik
ringan.
b. Karakteristik: pengalaman sensori yang menjijikan dan menakutkan, kecemasan meningkat
dan melamun.

4
c. Perilaku klien: meningkatkan tanda-tanda sistem saraf otonom seperti peningkatan denyut
jantung dan tekanan darah.
3. Fase ketiga (controling)
a. Adalah fase controling/ansietas berat yaitu pengalaman sensori menjadi berasa dan termasuk
dalam gangguan motorik.
b. Karakteristik: bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengontrol
klien.
c. Perilaku klien: kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa menit dan
detik, tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan tidak mampu memenuhii
perintah.
4. Fase keempat (conqueving)
a. Adalah fase conqueving/panik yaitu klien lebur dalam halusinasinya, termasuk dalam psikotik
berat.
b. Karakteristik: halusinasinya berupa menjadi mengancam, memerintah dan memarahi klien.
c. Perilaku klien: perilaku teror akibat panik, resiko bunuh diri, perilaku kekerasan agitasi, dan
tidak mampu berespon lebih dari satu or
Farida dan Hartono tahun 2010 menyatakan jenis halusinasi, yaitu:
1. Halusinasi pendengaran: mendengar suara/kebisingan yang kurang jelas ataupun yang jelas
dimanan terkadang suara-suara tersebut seperti mengajak berbicara klien dan kadang memerintah
klien untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan: stimulasi visual dalam bentuk hilangnya cahaya, gambar/bayangan yang
rumit dan kompleks, bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidungan: membau-bau tertentu seperti bau darah, urine, perfum/bau yang lain
yang terjadi pada seorang pasien serangan stroke dan kejang.
4. Halusinasi pengecapan: merasa mengecap rasa seperti darah, urine/ bau lainnya.
5. Halusinasi perabaan: merasa mengalami nyeri, rasa kesetrum/ketidaknyamanan tanpa stimulus
yang jelas.
6. Halusinasi cenosthebik: merasa fungsi tubh seperti aliran darah divena/arteri.
Halusinasi rinestika: merasa pergerakan sementara terdidi tanpa bergerak.
Eko Prabowo tahun 2014 menyatakan tanda dan gejala halusinasi:
1. Bicara, senyum, dan ketawa sendiri.
2. Menggerakan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang tepat.
3. Menarik diri dan orang lain dan berusaha untuk menghindari diri dan orang lain.
4. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata.
5. Peningkatan denyut jantung, nafas dan tekanan darah.
6. Sifat berhubungan dengan orang lain.

5
Akibat halusinasi adalah resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Ini
mengakibatkan karena pasien berada dibawah halusinasinya yang meminta dia untuk melakukan
sesuatu hal diluar kendalinya (Eko Prabowo, 2014)
Eko prabowo tahun 2014 menyatakan mekanisme koping halusinasi, yaitu:
1. Regresi: menjadi malas beraktivitas sehari-hari.
2. Proyeksi: menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk bertanggung jawab
kepada orang lain.
3. Menarik diri; sulit mempercayai orang lain dan asik denagn stimulasi internal.
Bedasarkan pembahasan diatas dan semakin berkembangnya ilmu keperawatan maka penulis
tertarik untuk mengidentifikasi asuhan keperawatan jiwa pada pasien halusinasi agar dapat dijadikan
sebagai referensi dalam ilmu keperawatan jiwa dalam menghadapi pasien dengan gangguan jiwa
Halusinasi.
Dan penulis berharap dengan adanya makalah ini tim medis puskesmas kundi dapat memberikan
pelayanan terbaik lagi khusunya pada pasien jiwa supaya dapat mempercepat tingkat kesembuhan
dan memperkecil resiko penyakit berulang.

6
B. Penatalaksanaan
Eko Prabowo tahun 2014 menyatakan penatalaksanaan yang dapat diberikan kepada klien
halusinasi, yaitu:
1. Farmakoterapi
Neoroleptika dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita skizofrenia yang menahun,
halusinasinya lebih banyak jika diberi dalam dua tahun penyakit. Neuroleptika denagn dosis yang
efektif tinggi bermanfaat pada penderita halusinasi yang meningkat.
2. Psikoterapi dan rehabitilasi
a. Terapi aktivitas
1) Terapi musik
Fokus: mendengar, mematikan alat musik, bernyanyi.
2) Terapi seni
Fokus: untuk mengekspresikan perasaan melalui berbagai pekerjaan seni
3) Terapi menari
Fokus: ekspresi perasaan melaui gerakan tubuh.
4) Terapi relaksasi
Belajar dan praktik relaksasi dalam kelompok.
b. Terapi sosial
Pasien belajar bersosialisasi dengan pasien lain.
c. Terapi kelompok
1) Terapi grup
2) Terapi aktivitas kelompok (TAK)
3) TAK: stimulasi persepsi halusinasi
a) Sesi I : mengenal halusinasi
b) Sesi II : mengontrol halusinasi dengan menghardik
c) Sesi III : mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
d) Sesi IV : mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap
e) Sesi V : mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat
d. Terapi lingkungan
Suasana rumah sakit dibuat seperti suasana didalam keluarga.

7
BAB II
PROSES KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN HALUSINASI DAN PENELITIAN KASUS

I. PROSES KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN HALUSINASI


A. PENGKAJIAN
Yusuf Ahmad, dkk tahun 2015 menyatakan pengkajian keperawatan yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal yang dapat
meningkatkan stres dan ansietas yang dapat berakhir dengan gangguan persepsi. Pasien
mungkin menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak
efektif.
2) Faktor sosial budaya
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang merasa disingkirkan atau
kesepian, selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul akibat berat seperti delusi dan
halusinasi.
3) Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, serta peran ganda atau peran yang
bertentangan dapat menimbulkan ansietas berat terakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan, sehingga terjadi halusinasi.
4) Faktor biologis
Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien gangguan orientasi realitas,
serta dapat ditemukan atropik otak, pembesaran ventikal, perubahan besar, serta bentuk
sel kortikal dan limbik.
5) Faktor genetik
Gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi umumnya ditemukan pada pasien
skizofrenia. Skizofrenia ditemukan cukup tinggi pada keluarga yang salah satu anggota
keluarganya mengalami skizofrenia, serta akan lebih tinggi jika kedua orang tua
skizofrenia.
b. Faktor Presipitasi
1) Stresor sosial budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas keluarga,
perpisahan dengan orang yang penting, atau diasingkan dari kelompok dapat
menimbulkan halusinasi.
2) Faktor biokimia
Berbagai penelitian tentang dopamin, norepinetrin, indolamin, serta zat halusigenik
diduga berkaitan dengan gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi.

8
3) Faktor psikologis
Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai terbatasnya
kemampuan mengatasi masalah memungkinkan berkembangnya gangguan orientasi
realitas. Pasien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang tidak
menyenangkan.
4) Perilaku
Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan orientasi realitas berkaitan
dengan perubahan proses pikir, afektif persepsi, motorik, dan sosial.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Yusuf Ahmad, dkk tahun 2015 menyatakan diagnosa keperawatan yang muncul, yaitu:
a. Risiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi.
b. Perubahan persepsi sensor: halusinasi berhubungan dengan menarik diri.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Yusuf Ahmad, dkk tahun 2015 menyatakan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
1) Tujuan tindakan untuk pasien meliputi hal berikut.
a) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya.
b) Pasien dapat mengontrol halusinasinya.
c) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal.

2) Tindakan keperawatan
a) Membantu pasien mengenali halusinasi dengan cara berdiskusi dengan pasien tentang
isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya
halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul, dan respons pasien saat
halusinasi muncul.
b) Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar mampu
mengontrol halusinasi, Anda dapat melatih pasien empat cara yang sudah terbukti
dapat mengendalikan halusinasi, yaitu sebagai berikut.
(1) Menghardik halusinasi
(2) Bercakap-cakap dengan orang lain
(3) Melakukan aktivitas yang terjadwal.
(4) Menggunakan obat secara teratur.

9
b. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga

1) Tujuan
a) Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di rumah sakit maupun di rumah.
b) Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.

2) Tindakan keperawatan
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
b. Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang
dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, serta cara
merawat pasien halusinasi.
c. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien
dengan halusinasi langsung di hadapan pasien.
d. Buat perencanaan pulang dengan keluarga.

D. EVALUASI
Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang sudah Anda lakukan untuk pasien
halusinasi adalah sebagai berikut: (Yusuf Ahmad, dkk, 2015
a. Pasien mempercayai kepada perawat.
b. Pasien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada objeknya dan merupakan masalah yang
harus diatasi.
c. Pasien dapat mengontrol halusinasi.
d. Keluarga mampu merawat pasien di rumah, ditandai dengan hal berikut.
1) Keluarga mampu menjelaskan masalah halusinasi yang dialami oleh pasien.
2) Keluarga mampu menjelaskan cara merawat pasien di rumah.
3) Keluarga mampu memperagakan cara bersikap terhadap pasien.
4) Keluarga mampu menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk mengatasi
masalah pasien.
5) Keluarga melaporkan keberhasilannnya merawat pasien.

10
II. PENELITIAN KASUS
Dari gambaran Proses Keperawatan Jiwa disini penulis mengambil kasus penelitian pada Pasien
Jiwa tentang Halusinasi diwilayah kerja Puskesmas Simpang Teritip
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien

Inisial : Tn. L
Alamat : Desa Pangek
Tanggal Berobat : 20 November 2021
Umur : 46 Tahun
Agama : Islam
Status : Menikah

2. Keluhan Utama
Klien Awalnya mengamuk, marah, mengganggu orang lain, susah tidur, dan suka keluyuran, hal
ini dialami sejak 6 bulan klien juga tidak teratur minum obat. Klien mendengar suarasuara
yang menyuruhnya untuk pergi dari rumah pada malam hari dalam sehari tanpa tujuan yang
tidak jelas suara itu muncul ketika klien menyadari ketika mau tidur malam. Saat suara itu
muncul klien gelisah, dan menutupi telinganya dengan bantal.

3. Masalah Keperawatan :
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
.
4. Faktor Predisposisi
- Klien sebelumnya pernah mengalami gangguan jiwAa dan dirawat diRSJ,dan pulang
kerumah dalam keadaan tenang. Dirumah klien tidak rutin minum obat, tidak mau
kontrol ke salah satu poli jiwa di RS BANGKA BELITUNG sehingga timbul gejala-gejala
seperti diatas kemudian klien kambuh lagi. Klien awalnya marah-marah, mengganggu
orang lain, susah tidur, dan suka keluyuran, hal ini dialami sejak 2 bulan dialaminya,
klien juga tidak teratur minum obat, sehingga akhirnya keluarga membawa klien kembali ke
poli jiwa RSUD Bangka Barat.
- Keluarga klien tidak ada yang pernah mengalami gangguan jiwa Ny.N pertama kali di
rawat di RSJ pada tahun 2020 dengan keluhan mudah marah-marah, pandangan tajam
tangan mengepal dan pernah membawa alat tajam dijalan. teman sekitar dan keluarga
memutuskan untuk membawa klien ke RSJ Bangka Belitung

5. Psikososial
- Klien merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara, klien memiliki 4 adik dan 2 kakak
Memiliki tiga orang anak dan Istri . Tinggal dirumah Sendiri. Sekarang klien tinggal bersama
kedua orang tua nya karena klien mengamuk dan marah sehingga membuat istri dan anak
klien merasa takut
Masalah Keperawatan : Resiko Mencederai orang lain berhubungan dengan halusinasi
pendengaran.

11
6. Konsep diri
a. Gambaran diri :Klien menyukai seluruh tubuhnya dan tidak ada yang cacat.
b. Identitas: Klien anak pertama dari 4 bersaudara
c. Peran: Klien hanya lulusan SMA yang saat ini bekerja sebagai petani
d. Ideal diri: Klien merasa merepotkan keluarga,klien ingin Cepat sembuh.
e. Harga diri: Klien merasa malu karena dia merasa dirinya Hanya menyusahkan keluarga.

7. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti : orang yang berarti dalam kehidupan pasien adalah ibunya dan istrinya serta
anaknya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : Pasien mengatakan tidak mengikuti
kegiatan di masyarakat tetapi mengikuti kegiatan beribadah bersama dimasjid.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Pasien mengatakan susah berinteraksi
di luar lingkungan karena merasa malu karena dulu pernah membuat kerusuhan dan membuat
orang lain takut. Tetapi untuk berinteraksi dengan keluarga pasien mengatakan tidak
memiliki hambatan.

8. Spiritual

a. Nilai dan Keyakinan : Klien beragama islam dan yakin dengan agamanya.
b. Kegiatan Ibadah : sholat 5 waktu

9. Status Mental
a. Penampilan : Klien berpenampilan bersih dan rapi
b. Pembicaraan : Klien masih dapat menjawab pertanyaan perawat dengan lambat namun
dapat dipahami
c. Aktivitas Motorik : Klien tampak biasa saja dan santai
d. Suasana perasaan : Klien mengatakan sering merasa takut karena ada mendengar bisikan dari
telinga kiri dan kanan
Masalah keperawatan : Halusinasi Pendengaran

10. Afek
Afek klien labil,suka diam
Masalah keperawatan : Isolasi social

11. Interaksi selama wawancara


Klien kooperatif, ada kontak mata,tapi pandangan terlihat kosong pada lawan bicara,dan
klien terlihat tenang dan mengikuti intruksi.

12. Persepsi
Klien mengatakan Sering mendengar suara suara disiang hari ketika sedang sendiri dan
istirahat

12
Masalah keperawatan : Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran

13. Proses Pikir


Klien mampu menjawab apa yang ditanya dengan baik.
14. Isi pikir
Klien dapat mengontrol isi pikirnya klien tidak mengalami gangguan isi pikir dan tidak
ada waham.
15. Memori
Klien tidak mampu mengingat kejadian dimasa lalu dan dia tidak mampu mengulang
pertemuan yang dilakukan therapy.
16. Tingkat kesadaran
Klien tidak mengalami gangguan orientasi, klien mengenali waktu orang dan tempat.
17.Tingkat konsentrasi berhitung
klien mampu berkonsentrasi dalam perhitungan sederhana tanpa bantuan orang lain.
18.Kemampuan penilaian
Klien dapat membedakan hal yang baik dan yang buruk.
19.Daya tilik diri
Klien menyadari sakitnya dan sering mendengar suara –suara.
20.Mekanisme Koping
Klien mengalami mekanisme koping adaptif yaitu klien dapat berbicara baik dengan orang
lain dan berkooperatif.
21. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan dilingkungan rumah karena tidak diijinkan
keluarganya,klien hanya mengikuti ketika ada acara keluarga bersama dirumah.
22. Pengetahuan Kurang Tentang Gangguan Jiwa
Klien mengetahui tentang gangguan jiwa dan klien paham tentang penyakitnya dan apa saja obat
yang harus diminum dan kapan saja.

13
23. Analisa Data

no Analisa Data Masalah Keperawatan


1 DS: Gangguan Persepsi Sensori :
- Keluarga klien mengatakan bahwa klien Halusinasi Pendengaran.
sering berteriak –teriak di rumah
- Klien sering mendengarkan suara -suara yang
menyuruhnya untuk pergi
- Klien mengatakan suara - suara tersebut
muncul 2 2kali/hari,muncul pada saat pagi
setelah bangun tidur dan malam sebelum
tidur.
- Klien mengatkan suara itu muncul ketika
menyendiri dan kurang tidur malam
- Klien mengatakan ketika suara itu muncul dia
merasa gelisah
- Klien hanya menutup telinga ketika suara itu
muncul karena klien lupa cara untuk
meghardik
DO:
- Klien sering marah
- marah, mondar mandir,berbicara sendiri,
berbicara ngawur, sering senyum-senyum
sendiri.

2 DS: Isolasi Sosial: Menarik Diri


- Klien mengatakan bahwa klien lebih senang
untuk menyendiri
- Klien mengatakan bahwa klien tidak diterima
dilingkungan sekitar nya
- Klien mengatakan tidak mampu untuk
berinteraksi dengan tetangganya.
DO:
- Tampak menyendiri dalam ruangan dan tidak
mampu berinteraksi dengan baik
- Klien tampak menarik diri dan susah untuk
berkomunikasi
- Klien tidak mampu untuk mengekpresikan
perasaan kesepian dan kontak mata tidak
tetap

3 DS : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri


- Klien mengatakan merasa malu karena dia Rendah
merasa hanya menyusahkan keluarga.
- Klien merasa merepotkan keluarga,klien ingin
cepat sembuh
DO :
- Klien tampak murung
- Lebih banyak diam

14
24. Daftar Masalah Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi pendengaran
Isolasi Sosial : Menarik Diri
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

25. Pohon Masalah


Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi pendengaran

Isolasi Sosial : Menarik Diri

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Kronis

26. Diagnosa Keperawatan


Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
1 Gangguan Persepsi Sensori SP 1:
: Halusinasi Pendengaran Mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi
pencetus, perasaan daan respon halusinasi
Mengontrol halusinasi dengan menghardik
SP 2:
Mengontrol halusinasi dengan minum obat secara
teratur
SP 3:
Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain
SP 4:
Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
terjadwal
Isolasi Sosial Menarik Diri
SP 1 :
Menjelaskan keuntungan dan kerugian mempunyai
teman
SP 2 :
Melatih klien berkenalan dengan 2 orang atau lebih
SP 3 :
Melatih klien bercakap-cakap sambil melakukan kegiatan
harian
SP. 4 :
Melatih klien berbicara social

27. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi

15
No Implementasi Keperawatan Evaluasi
1 Data : S:
- Klien sering mondar –mandir, berbicara sendiri, - klien tampak senang
berbicara ngawur, sering senyum-senyum sendiri, - klien tampak tenang
sering mengarahkan telinganya ke tempat-– O:
tempat tertentu - Klien mampu mengenali
- Keluarga klien mengatakan bahwa klien sering halusinasinya dengan mandiri
berbicara sendiri di rumah - Klien mampu menghardik
- Klien sering mendengarkan suara –suara yang halusinasinya dengan motivasi perawat.
menyuruhnya untuk pergi - Klien mampu minum obat
- Klien mengatakan suara-suara tersebut muncul dengan motivasi perawat.
2kali/ hari, A : Halusinasi pendengaran (+)
- Klien mengatakan suara itu muncul pada pagi saat P :
bangun tidur - Mengenal halusinasi 2x/hari
- Klien merasa gelisah ketika suara-suara itu - Latihan cara menghardik
muncul halusinasi 2x/ hari.
- Klien hanya menutup telinganya saat suara itu - Minum obat 2x/hari
muncul

Diagnosa Keperawatan : Gangguan Persepsi


Sensori : Halusinasi Pendengaran

Tindakan Keperawatan :
SP 1 : Mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu
terjadi, situasi pencetus, perasaan dan respon
halusinasi, mengontrol
halusinasi dengan menghardik.
- Mengidentifikasi jenis halusinasi
- Mengidentifikasi isi halusinasi
- Mengidentifikasi waktu halusinasi
- Mengidentifikasi situasi pencetus halusinasi
- Mengidentifikasi perasaan dan respon halusinasi
Rencana Tindak Lanjut :
SP 2 :
- Mengontrol halusinasi dengan minum obat
secara teratur.
SP 3 :
- Mengontrol halusinasi dengan bercakap –cakap
dengan orang lain
SP 4 :
- Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
tejadwal
2 Data S:
Tanda dan gejala: - Klien Tampak Senang
- Klien mengatakan masih mendengar suara- O:
suaratersebut namun sudah bisa mengendalikan - Klien sudah mampu mengontrol
suara-suara tersebut dengan cara menghardik . halusinasi dengan menutup telinga
- Klien masih nampak berbicara sendiri sesekali - Menyebutkan minum obat 2 kali
sehari.
Kemampuan : - Bercakap-cakap dengan orang lain
- Klien mampu menghardik dengan mandiri dengan motivasi perawat
- Klien mampu minum obat dengan teratur - Melakukan kegiatan terjadwal

16
(mencuci priring)
Diagnosa Keperawatan A :
Gangguan sensori persepsi : halusinasi - Perubahan persepsi sensori :
pendengaran Halusinasi pendengaran (+)
P:
Tindakan Keperawatan - Latihan menghardik halusinasi 3 kali
SP 1 : sehari
- Mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu terjadi, - Latihan minum obat 2 kali sehari
situasi pencetus, perasaan dan respon halusinasi - Bercakap -cakap dengan orang lain
- Mengontrol halusinasi dengan menghardik 3x/hari
SP 2 : - Melakukan kegiatan
- Mengontrol halusinasi dengan minum obat
secara teratur
SP 3 :
- mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain
SP 4 :
- Mengontrol halusinasi dengan melakukan
kegiatan terjadwal

Rencana Tindak Lanjut :


- Follow up dan evaluasi SP 1

3 Data S:
- Klien mengatakan bahwa klien lebih senang - Klien tampak Senang
untuk menyendiri O:
- Klien mengatakan tidak mampu untuk berinteraksi - Klien mampu menjelaskan kembali
dengan tetangganya. keuntungan dan kerugian
- Tampak menyendiri dalam ruangan dan tidak mempunyai teman dengan
mampu berinteraksi dengan baik motivasi perawat
- Klien tampak menarik diri dan susah untuk - Klien mambu berkenalan dengan 2
berkomunikasi orang dengan motivasi klien
- Klien tidak mampu untuk A :
mengekpresikan perasaan kesepian dan kontak Perubahan persepsi sensori : Isolasi
mata tidak tetap. Sosial :
menarik diri (+)
Diagnosa Keperawatan P:
Isolasi Sosial : Menarik Diri - Latihan menjelaskan keuntungan dan
kerugian mempunyai teman 2x/hari
Tindaakan Keperawatan - Latihan berkenalan dengan 2 orang atau
SP 1 : lebih 2x/ hari
- Menjelaskan keuntngan dan kerugian
mempunyai teman
SP 2 :
- Melatih klien berkenalan dengan 2 orang atau
- lebih

Rencana Tindak Lanjut :


SP 3 :
- Melatih klien bercakap- cakap sambil
melakukan kegiatan harian
SP 4 :
- Melatih klien berbicara social : meminta sesuatu,

17
bebelanja dan meminta sesuatu

4. Data S:
- Klien mengatakan bahwa klien sudah mampu - Klien tampak Senang
berinteraksi dengan orang lain O:
- Klien terlihat sudah tidak menyendiri dan tidak - Klien mampu menjelaskan
murung keuntungan dan kerugian
- Klien mampu untuk mengekspresikan perasaan mempunyai teman secara mandiri
Kemampuan : - Klien mampu berkenalan dengan
- Klien mampu menjelaskan keuntungan dan 2 orang atau lebih dengan
kerugian memiliki teman motivasi
- Klien mampu berkenalan dengan 2 orang atau - Klien mampu bercakap -cakap
lebih sambil melakukan kegiatan harian
dengan motivasi
Diagnosa Keperawatan - Klien mampu berbicara social
Isolasi Sosial: Menarik Diri - meminta sesuatu, berbelanja dan
meminta sesuatu dengan motivasi
Tindakan Keperawatan A : Isolasi Sosial : Menarik Diri (+)
SP 3 : P:
- Melatih klien bercakap-cakap sambil - Latihan berkenalan dengan 2 orang
melakukan kegiatan harian atau lebih 2x/hari
SP 4 : - Latihan bercakap-cakap sambil
- melatih klien berbicara social : meminta sesuatu, melakukan kegiatan harian 3x/hari
berbelanja dan sebagainya - Latihan berbicara social: meminta
sesuatu, berbelanja dan sebagainya
Rencana Tindak lanjut 2x/hari
- Follow up dan evaluasi SP 1

BAB III
PEMBAHASAN

18
Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan kepada Tn. L dengan gangguan sensori
persepsi: halusinasi pendengaran di Desa Pangek, maka penulis pada BAB ini akan membahas
kesenjangan antara teoritis dengan tinjauan kasus.
Pembahasan dimulai melalui tahapan proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa
keparawatan,perencanaan,,pelaksanaan dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pada pembahasan ini diuraikan tentang hasil pelaksanaan tindakan keperawatan dengan
pemberian terapi generalis pada klien halusinasi pendengaran.
Pembahasan
menyangkut analisis hasil penerapan terapi generalis terhadap masalah keperawatan halusinasi
pendengaran. tindakan keperawatan didasarkan pada pengkajian dan diagnosis keperawatan
yang terdiri dari tindakan generalis yang dijabarkan sebagai berikut.
Tahap pengkajian pada klien halusinasi dilakukan interaksi perawat klien melalui komunikasi
terapeutik untuk mengumpulkan data dan informasi tentang status kesehatan klien. Pada tahap ini
terjadi proses interaksi manusia, komunikasi, transaksi dengan peran yang ada pada perawat
sebagaimana konsep tentang manusia yang bisa dipengaruhi dengan adanya proses interpersonal.
Selama pengkajian dilakukan pengumpulan data dari beberapa sumber, yaitu dari pasien dan
tenaga kesehatan di ruangan. Penulis mendapat sedikit kesulitan dalam menyimpulkan data
karena keluarga pasien jarang mengunjungi pasien di rumah sakit jiwa. Maka penulis
melakukan pendekatan kepada pasien melalui komunikasi terapeutik yang lebih terbuka
membantu pasien untuk memecahkan perasaannya dan juga melakukan observasi kepada pasien.
Adapun upaya tersebut yaitu:
a. Melakukan pendekatan dan membina hubungan saling percaya diri pada klien agar klien lebih
terbuka dan lebih percaya dengan menggunakan perasaan.
b. Mengadakan pengkajian klien dengan wawancara Dalam pengkajian ini, penulis menemukan
kesenjangan karena ditemukan.
Pada kasus Tn. L klien mendengar suara -suara aneh, mondar-mandir, tampak tegang, putus asa,
sedih dan lain-lain.
Gejala gejala yang muncul tersebut tidak semua mencakup dengan yang ada di teori klinis dari
halusinasi (Keliat, dkk.2014). Akan tetapi terdapat faktor predisposisi maupun presipitasi yang
menyebabkan kekambuhan penyakit yang dialami oleh Tn. L.
Tindakan keperawatan terapi generalis yang dilakukan pada Tn. L adalah
- Strategi pertemuan pertama sampai pertemuan empat. Strategi pertemuan pertama meliputi
mengidentifikasi isi, frekuensi, jenis, dan respon klien terhadap halusinasi serta melatih cara
menghardik halusinasi.
- Strategi pertemuan kedua yang dilakukan pada Tn. L meliputi melatih cara mengendalikan dengan
bercakap-cakap kepada orang lain.
- Strategi pertemuan yang ketiga adalah menyusun jadwal kegiatan bersama-sama dengan klien.
Strategi pertemuan keempat adalah mengajarkan dan melatih Tn. L cara minum obat yang
teratur.

19
2. Diagnosa Keperawatan
Pada Teori Halusinasi (NANDA, 2015-2017), diagnose keperawatan yang muncul sebanyak
3 diagnosa keperawatan (Aji, 2019) yang meliputi:
1. Halusinasi Pendengaran
2. Isolasi social
3. Harga diri rendah
Sedangkan pada kasus Tn. L ditemukan diagnosa keperawatan yang muncul yang meliputi:
Halusinasi Pendengaran, Isolasi Sosial, Harga Diri Rendah. Dari hal tersebut di atas dapat dilihat
terjadi kesamaan antara teori dan kasus.Dimana semua diagnosa pada teori muncul pada Kasus Tn. L

4. Intervensi
Intervensi yang dilakukan pada masalah keperawatan gangguan sensori persepsi:
halusinasi pada penelitian ini menggunakan intervensi strategi pelaksanaan (SP) dan ditambah
dengan intervensi inovasi terapi penerimaan dan komitment (acceptance and commitment the
rapy).Strategi pelaksanaan(SP) pada intervensi masalah keperawatan
gangguan sensori persepsi: halusinasi dapat diimplementasikan secara keseluruhan kepada Tn. L
Intervensi inovasi dapat dilakukan sesuai SOP yang telah dibuat edangkan untuk intervensi
keperawatan pada masalah keperawatan harga diri rendah kronik hanyadapat diimplementasikan
kepada klienselama 2 harikarena penulis harus terus menerus
mengulang tindakan keperawatan intervensi SP gangguan sensori persepsi: halusinasidan
intervensi inovasi terapi penerimaan dan komitment (acceptance and commitment therapy) agar
klien lebih memahami dan lebih bisa mengaplikasikan intervensi tersebut apabila klien mengalami
halusinasi (Avidha,2018).

5. Implementasi
Implementasi atau disebut tindakan keperawatan merupakan rangkaian perilaku atau aktivitas
yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan.
Tindakan-tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi, terapeutik, edukasi dan
kolaborasi (Fadhillah H
, 2018).
Pada tahap implementasi, penulis hanya mengatasi 1 masalah keperawatan yakni:
diagnosa keperawatan halusinasi.
Pada diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori halusinasi dilakukan strategi pertemuan
yaitu mengidentifikasi isi, frekuensi, waktuterjadi, perasaan, respon halusinasi. Kemudian strategi
pertemuan yang dilakukan yaitu latihan mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Strategi
pertemuan yang kedua yaitu anjurkan minum obat secara teratur, strategi pertemuan yang ke
tiga yaitu latihan dengan cara bercakap-cakap pada saat aktivitas dan latihan strategi pertemuan
ke empat yaitu melatih klien melakukan semua jadwal kegiatan.
6. Evaluasi
Pada tinjauan teoritis evaluasi yang diharapkan adalah: Pasien mempercayai perawat sebagai
terapis, pasien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada objeknya, dapat mengidentifikaasi

20
halusinasi, dapat mengendalikan halusinasi melalui mengahrdik, latihan bercakap -cakap,
melakukan aktivitas serta menggunakan obat secara teratur
(Hafizudiin,2021).
Pada tinjauan kasus evaluasi yang didapatkan adalah: Klien mampu mengontrol dan
mengidentifikasi halusinasi, Klien mampu melakukan latihan bercakap-cakap dengan orang
lain, Klien mampu melaksanakan jadwal yang telah dibuat bersama, Klien mampu memahami
penggunaan obat yang benar:. Selain itu, dapat dilihat dari setiap evalusi yang dilakukan pada
asuhan keperawatan, dimana terjadi penurunan gejala yang dialami oleh Tn. L .

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan Berdasarkan uraian pada pembahasan di atas, maka penulis dapat disimpulkan bahwa:

21
1. Pengkajian dilakukan secara langsung pada klien dan juga dengan menjadikan status klien
sebagai sumber informasi yang dapat mendukung data-data pengkajian.
Selama proses pengkajian, perawat mengunakan komunikasi terapeutik serta membina hubungan
saling percaya antara perawat -klien.
Pada kasus Tn. L diperoleh bahwa klien mengalami gejala-gejala halusinasi seperti
mendengar suara-suara, gelisah, sulit tidur, tampak tegang, mondar-mandir,tidak dapat
mempertahankan kontak mata, sedih, malu, putus asa, menarik diri, mudah marah dan lain-lain.
Faktor predisposisi pada Tn. L yaitu pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Tn. L Halusinasi pendengaran, isolasi social,
koping individu inefektif, regimen teraupetik keluarga inefektif, harga diri rendah serta
keputusasaan. Tetapi pada pelaksanaannya, penulis fokus pada masalah utama yaitu halusinasi
pendengaran.
3. Perencanaan dan implementasi keperawatan disesuaikan dengan strategi pertemuan pada pasien
halusinasi endengaran dan isolasi sosial
4. Evaluasi diperoleh bahwa terjadi peningkatan kemampuan klien dalam
mengendalikan halusinasi yang dialami serta dampak pada penurunan gejala halusinasi
pendengaran yang dialami.

B. Saran
1. Bagi Perawat Puskesmas Simpang Teritip diharapkan dapat menerapkan komunikasi terapeutik
dalam pelaksanaan strategi pertemuan 1-4 pada klien dengan halusinasi sehingga dapat
mempercepat proses pemulihan klien.
2. Bagi Perawat Puskesmas Simpang Teritip diharapkan dapat menjadiacuan dan referensi dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi pendengaran

DAFTAR PUSTAKA
Kusumawati Firda dan Yudi Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Prabowo Eko. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika
Yusuf Ahmad, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Aji, W. M. H. (2019). Asuhan Keperawatan Orang Dengan Gangguan Jiwa Halusinasi

22
Dengar Dalam Mengontrol Halusinasi.
Avidha, M., & Fitriani, D. R. (2018). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Jiwa pada Klien Gangguan
Sensori Persepsi: Halusinasi dengan Intervensi Inovasi Terapi Penerimaan dan Komitmen
(Acceptance And Comitment Therapy) Terhadap Tanda dan Gejala Halusinasi di Ruang Punai
RSUD Atma Husada Mahakam Samarinda.
Damaiyanti &Iskandar. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama.
Dalami E, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: CV. Trans
Info Media.
Direja, Ade Herman Surya.2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Ellina, A. (2012). Pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi Sessi 1-3
Terhadap Kemampuan Mengendalikan Halusinasi Pada Pasien Skizofrenia
Fadhillah H. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP, PPNI
Fadli, S. M., & Mitra, M. (2013). Pengetahuan dan Ekspresi Emosi Keluarga serta Frekuensi
Kekambuhan Penderita Skizofrenia. Kesmas: National Public Health Journal,
Fitri, N. Y. (2019). Pengaruh Terapi Okupasi terhadap Gejala Halusinasi Pendengaran Pada Pasien
Halusinasi Pendengaran Rawat Inap di Yayasan Aulia Rahma Kemiling Bandar Lampung.
Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung,7(1), 33-40.
Hafizudiin. “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn.a Dengan Masalah Halusinasi Pendengaran.” OSF
Preprints, 15 Mar. 2021.
Keliat B, dkk. (2014). Proses Keperawatan Jiwa Edisi II. Jakarta : EGC
Nyumirah, S. (2013).Peningkatan kemampuan interaksi sosial (kognitif, afektif dan perilaku) melalui
penerapan terapi perilaku kognitif di rsj dr amino gondohutomo 34s.
Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori Dan Aplikasi . Yogyakarta : CV Andi Offset Oktiviani, D. P.
(2020).
Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. K dengan masalah Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Pendengaran di Ruang Rokan Rumah Sakit Jiwa Tampan
(Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Riau).
Pardede, J. A, (2020). Ekspresi Emosi keluarga yang Merawat Pasien Skizofrenia.
Jurnal ilmiah keperawatan Imelda,6(2), 117-122.
Pardede, J. A., Keliat, B. A., & Yulia, I. (2015). Kepatuhan dan Komitmen Klien Skizofrenia Meningkat
Setelah Diberikan Acceptance And Commitment Therapy dan Pendidikan Kesehatan
Kepatuhan Minum Obat.
Pardede, J. A. (2013). Pengaruh Acceptance And Commitment Therapy Dan Pendidikan
Kesehatan Kepatuhan Minum Obat Terhadap Gejala, Kemampuan Berkomitmen Pada
Pengobatan DasarKepatuhan Pasien Skizofrenia.
Pardede, J. A., Irwan, F., Hulu, E. P., Manalu, L. W., Sitanggang, R., & Waruwu, J. F. A. P. (2021).
Asuhan keperawatan Jiwa Dengan Masalah Halusinasi.
Patricia, H., Rahayuningrum, D. C., & Nofia, V. R. (2019). Hubungan Beban Keluarga Dengan
Kemampuan Caregiver Dalam Merawat Klien Skizofrenia. Jurnal Kesehatan
Medika Saintika, 10(2),
Riskesdas (2018) Hasil Utama riskesdas 2018 Kementrian Kesehatan Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.
https://www.kemkes.go.id/resources/download/infoterkini/hasil-riskesdas-2018.pdf
Sulahyuningsih, E., Pratiwi, A., & Teguh, S. (2016). Pengalaman Perawat Dalam
Mengimplementasikan Strategi Pelaksanaan (Sp) Tindakan Keperawatan Pada Pasien Halusinasi
Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Surakarta).

23
24
25

Anda mungkin juga menyukai