Anda di halaman 1dari 4

Journal of medical surgical nursing

Journal of medical surgical nursing


Vol. 1, No. 1, Juni 2014, pp.11-14

*ISSN: 2356-1092

KEBIASAAN YANG BISA MENYEBABKAN KEJADIAN RABUN JAUH DI POLI


MATA RSUD KOTA BAUBAU
A. Mukisha Anma, Achmad Jaelani2
STIKES Nani Hasanuddin Makassar
STIKES Nani Hasanuddin Makassar
Alamat Korespondensi :achmadjaelaninh@yahoo.com/ 085241668400
ABSTRAK
Miopi atau rabun jauh merupakan mata dengan daya lensa positif yang lebih kuat sehingga sinar
yang sejajar atau datang dari tak hingga difokuskan di depan retina. Kelainan ini diperbaiki dengan
lensa negatif sehingga bayangan benda tergeser ke belakang dan diatur dan tepat jatuh di
retina.Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan kebiasaan dengan kejadian rabun jauh di Poli
Mata RSUD Kota Baubau. Jenis penelitian adalah survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional,
tingkat kemaknaan =0,05, artinya jika <0,05 berarti ada hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen dan jika >0,05 berarti tidak ada hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen. Teknik pengambilan sampel adalah Accidental Sampling. Hasil analisis
bivariat didapatkan data bahwa tidak terdapat hubungan antara faktor kebiasaan dengan miopi dengan
nilai kemaknaan =0,076 (>0,05). Kesimpulan: Dalam penelitian ini faktor kebiasaan tidak
mempengaruhi kejadian miopi. Saran: Rabun jauh dapat diminimalisir dengan menghindari kebiasaan
yang dapat memperparah miopi. Disarankan kepada pembaca untuk bisa menghindari hal yang
menjadi faktor kebiasaan yang tidak baik untuk kesehatan mata untuk menghindari bertambahnya
derajat miopi, karena kebiasaan tersebut dapat menjadi faktor pemicu atau resiko terjadinya miopi atau
memperparah derajat miopi..
Kata Kunci : Miopi, Faktor Kebiasaan
PENDAHULUAN
Mata adalah salah satu dari indera tubuh
manusia yang berfungsi untuk penglihatan.
Meskipun fungsinya bagi kehidupan manusia
sangat penting, namun sering kali kurang
terperhatikan, sehingga banyak penyakit yang
menyerang mata tidak diobati dengan baik dan
menyebabkan gangguan penglihatan sampai
kebutaan. Gangguan penglihatan yang paling
sering dialami adalah rabun, dapat berupa
rabun melihat benda jauh, rabun melihat benda
pada jarak dekat. Semua jenis rabun mata
pada
intinya
merupakan
gangguan
memfokuskan bayangan benda yang dilihat
atau kelainan refraksi (Ametropia).
Miopi atau rabun jauh adalah suatu
kelainan mata dimana sinar sejajar yang
datang dari jarak tidak terhingga akan
dibiaskan di depan retina. Faktor resiko yang
paling nyata adalah berhubungan dengan
aktivitas jarak dekat, seperti membaca,
menulis, menggunakan komputer dan bermain
video game. Selain aktivitas, miopi juga
berhubungan dengan genetik. Anak dengan
orang tua yang miopi cenderung mengalami
miopi. Prevalensi miopi pada anak dengan
kedua orang tua miopi adalah 32,9%,

sedangkan 18,2% pada anak dengan salah


satu orang tua yang miopi dan kurang dari 6,3%
pada anak dengan orang tua tanpa miopi
(Arianti, 2013).
Pada penelitian Jones tentang riwayat
miopi orang tua, efek olahraga dan aktivitas di
luar rumah terhadap kejadian miopi,
didapatkan hasil bahwa jumlah olahraga dan
aktivitas di luar rumah yang rendah me
ningkatkan kejadian miopi pada anak yang
mempunyai kedua orang tua miopi daripada
anak yang hanya mempunyai salah satu atau
tidak satupun orang tua dengan riwayat miopi.
Penelitian di Pelayanan Kesehatan Umum
Amerika Serikat, miopi diperkirakan sebagai
peringkat ketujuh penyebab kebutaan pada
usia pertengahan awal dengan prevalensi
sekitar 2,1%. Prevalensi miopi mencapai 7090% pada beberapa populasi Negara Asia,
seperti di Hongkong, Taiwan, Singapura, dan
Jepang tingkatan prevalensi miopi mencapai
80%.
Di Indonesia prevalensi kelainan refraksi
menempati urutan pertama pada penyakit
mata. Kasus kelainan refraksi dari tahun ke
tahun
terus
mengalami
peningkatan.
Ditemukan jumlah penderita kelainan refraksi di

11

Journal of medical surgical nursing

*ISSN: 2356-1092

Indonesia hampir 25% populasi penduduk atau


sekitar 55 juta jiwa.
Dari data awal yang diperoleh dari RSUD
Kota Bau-Bau, diperoleh data pasien tahun
2012 sebanyak 388. sedangkan untuk bulan
Juli sampai September 2013 sebanyak 105
orang pasien (Data Rekam Medik Kota
Baubau).
Berdasarkan uraian masalah di atas maka
didapatkan masalah yakni adanya kebiasaan
membaca yang tidak benar, maka berdasarkan
masalah tersebut peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul hubungan
kebiasaan dengan kejadian miopi di Poli Mata
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Baubau.

a. Analisis Univariat
Analisis dilakukan terhadap tiap-tiap
variabel penelitian terutama untuk
melihat tampilan distribusi frekuensi dan
persentase dari tiap-tiap variabel.
b. Analisis Bivariat
Analisis
bivariat
dilakukan
untuk
mengetahui hubungan tiap variabel
independen dan variabel dependen. Uji
statistic dengan menggunakan computer
program SPSS.
HASIL PENELITIAN
1. Analisis Univariat
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin Di Poli Mata
RSUD Kota Baubau
Jenis
Frekuensi
Persentase
kelamin
(n)
(%)

BAHAN DAN METODE


Desain, Lokasi, Populasi, dan Sampel
Penelitian ini menggunakan metode cross
sectional untuk mengetahui
hubungan
kebiasaan dengan kejadian rabun jauh.
Dilaksanakan di Poli Mata RSUD Kota Baubau
pada tanggal 15 Januari 13 Februari 2014.
Populasi dalam penelitian adalah seluruh
pasien
yang
datang
setiap
bulan
memeriksakan diri di ruang poli mata RSUD
Kota Baubau tahun 2013
Penelitian
ini
dilakukan
dengan
menggunakan 35 orang responden.

Laki-laki
Perempuan
Total

13
22
35

37,1
62,9
100

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden


Berdasarkan Jenis Pekerjaan Di Poli Mata
RSUD Kota Baubau
Frekuensi Persentase
Pekerjaan
(n)
(%)
Pelajar/
57,1
20
Mahasiswa
25,7
9
Swasta
6
17,1
PNS
Total
35
100

Cara Pengumpulan Data


Cara pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini berupa kuisioner yang
dibagikan kepada pasien yang bersedia
menjadi responden.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden


Berdasarkan Kejadian Miopi Di Poli Mata
RSUD Kota Baubau

Pengolahan Data
Setelah
data
terkumpul,
dilakukan
pengolahan data. Pengolahan data dilakukan
secara elektronik melalui Komputer.
1. Editing
Dilakukan untuk memeriksa ulang atau
mengecek jumlah dan meneliti kelengkapan
data yang diperlukan.
2. Coding
Memberi kode identitas responden
untuk menjaga kerahasiaan identitas
responden dan mempermudah proses
biodata responden bila diperlukan.
3. Tabulasi Data
Dilakukan untuk memudahkan dalam
pengolahan data kedalam suatu tabel
menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai
dengan tujuan penelitian, sehingga tabel
mudah dianalisis.
4. Analisis data
Setelah data tersebut ildilakukan
editing, kodeng, dan tabulasi makan
selanjutnya dilakukan analisis dengan
beberapa cara.

Miopi
Miopi
Tidak Miopi
Total

Frekuensi
(n)
33
2
35

Persentase
(%)
94,3
5,7
100

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden


Berdasarkan Faktor Kebiasaan Di Poli Mata
RSUD Kota Baubau
Faktor
Kebiasaan

Karena
kebiasaan
Bukan karena
kebiasaan
Total

Frekuensi
(n)

Persentase
(%)

10

28,6

25

71,4

35

100

2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat pada penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan
variabel independen dengan variabel

12

Journal of medical surgical nursing

*ISSN: 2356-1092

dependen melalui tabulasi silang dan


dilanjutkan dengan Chi-Square yaitu
Tabel 5. Hasil Uji Statistik Hubungan Faktor
Kebiasaan Dengan Kejadian Rabun Jauh
Di Poli Mata RSUD Kota Baubau
Faktor
Kebiasaan
Ya
Tidak
Total

Kejadian Miopi
Tidak
Miopi
Miopi
n
%
n
%
8 22,9 2 5,7
25 71,4 0
0
33 94,3 2 5,7
= 0,076

aktivitas jarak dekat dalam waktu lama mata


mereka tidak dapat kembali fokus untuk melihat
dengan jelas dari kejauhan. Gejala ini biasanya
sementara dan penglihatan akan menjadi jelas
setelah mata beristirahat beberapa menit.
Namun hasil ini juga tidak sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh farida yang
mengatakan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara kebiasaan membaca dengan
kejadian miopi. Beberapa alasan yang diduga
mengakibatkan penelitian ini tidak bermakna,
seperti pemilihan responden yang bervariasi
mulai usia 14-39 tahun.secara fisiologis
semakin tua umur seseorang elastisitas otot
mata dengan respon organ mata mengalami
penurunan dibuktikan dengan rasio kunjungan
kelompok usia 20-29 tahun dibandingkan
dengan kelompok umur 30-39 tahun. Perlunya
diketahui aktifitas dari individu yang sekiranya
berpotensi mengakibatkan kejadian miopi.
Aktifitas setiap individu berbeda antara yang
satu dengan yang lain sehingga aktifitas yang
berbeda ini juga memberikan efek yang
berbeda pula.

Total
n
%
10 28,6
25 71,4
35 100

Tabel 5. tentang hubungan faktor


kebiasaan dengan kejadian miopi di ruang
poli mata RSUD Kota Baubau dengan 35
responden (100%) dengan responden yang
memiliki kebiasaan tidak baik sebanyak 10
(28,6%), dengan yang menderita miopi
karena faktor kebiasaan (menonton TV,
membaca,
bermain
laptop/komputer,
kebiasaan bekerja dekat) sebanyak 8 orang
(22,9) dan yang tidak menderita miopi
karena faktor kebiasaan sebanyak 2 orang
(5,7%), sedangkan yang tidak memiliki
faktor kebiasaan sebanyak 25 orang
(71,4%) dan semuanya menderita miopi.
Berdasarkan
hasil
Uji
Chi-square
didapatkan nilai = 0,076.

KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik
suatu kesimpulan bawa tidak ada hubungan
yang bermakna antara faktor kebiasaan
seperti: menonton TV, membaca, bermain
laptop/komputer, kebiasaan bekerja dekat
dengan kejadian Miopi.

PEMBAHASAN
Tabel 5. tentang hubungan faktor
kebiasaan dengan kejadian miopi di ruang poli
mata RSUD Kota Baubau dengan 35
responden (100%) dengan responden yang
memiliki kebiasaan (menonton TV, membaca,
bermain laptop/komputer, kebiasaan bekerja
dekat) sebanyak 10 (28,6%), dengan yang
menderita miopi karena faktor kebiasaan
(menonton
TV,
membaca,
bermain
laptop/komputer, kebiasaan bekerja dekat)
sebanyak 8 orang (22,9) dan yang tidak
menderita miopi karena faktor kebiasaan
sebanyak 2 orang (5,7%), sedangkan yang
tidak memiliki faktor kebiasaan sebanyak 25
orang (71,4%) dan semuanya menderita miopi.
Berdasarkan hasil Uji Chi-square didapatkan
nilai =0,076. Karena nilai >0,05 maka H0
diterima dimana tidak terdapat hubungan
antara kebiasaan dengan kejadian Miopi di
RSUD Kota Baubau.
Berdasarkan hasil penelitian dan teori
yang ada didapatkan hasil tidak ada hubungan
antara faktor kebiasaan dengan kejadian miopi
di Poli Mata RSUD Kota Baubau. Hal ini sesuai
dengan teori yang mengatakan bahwa
penglihatan jauh mereka kabur lebih
disebabkan oleh menggunakan mata untuk
fokus secara berlebihan. Setelah melakukan

SARAN
1. Disarankan kepada pembaca untuk
menghindari kebiasan yang bisa menjadi
faktor resiko penyebab miopi seperti
menonton TV terlalu lama, membaca sambil
tiduran atau dalam kondisi cahaya redup,
bermain laptop/komputer terlalu lama,
kebiasaan bekerja dekat.
2. Diharapkan kepada peneliti agar hasil
penelitian ini menjadi suatu pembelajaran
yang diperoleh langsung dari lapangan
serta penerapan langsung ilmu yang sudah
diperoleh selama ini dan sebagai bahan
acuan untuk penelitian lain selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anastasia
Vanny
Launardo,dkk.
2011.
Kelainan Refraksi Pada Anak Usia 3-6
Tahun Di Kecamatan Tallo Kota
Makassar.
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/af8b
92fcf01bd15f027a70f7122e1ea4.pdf
Agung Widodo, prilia t. 2008. Miopia Patologi.
Jurnal
oftalmologi
Indonesia
vol.1.http://share.pdfonline.com

13

Journal of medical surgical nursing

*ISSN: 2356-1092

/dda44658e18d4b9bbd49ba271ale963e
/TinjPus3%283%29.htm

Ilyas, Sidharta. Kelainan Refraksi dan Koreksi


Penglihatan, Media Aeskulapius, FKUI:
Jakarta

Agus Riyanto. 2010. Aplikasi Metode Penelitian


Kesehatan. Nuha medika: Yogyakarta

Kunsantori.
2010.
http://kunsantori.word
press.com/2010/03/31/miopi/

Arianti Melita, 2013. Hubungan Antara Riwayat


Miopia Di Keluarga Dan Lama Aktivitas
Jarak Dekat Dengan
Miopia Pada
Mahasiswa
Pspd
Untan.
http://www.jurnal.untan.ac.id/index.php/j
fk/article/view/3768/3770
Arif

Nur Hadi. 2012. Hubungan Durasi Expose


Monitor Dengan Kejadian
Miopi.
http://skripsi
enjoy.blogspot.com
/2012/10/hubungan-durasi-exposemonitor-dengan.html

Mansjoer,dkk. 2001. Kapita Selekta


Kedokteran. Media Aeskulapius. FKUI:
Jakarta

Nur Salam, 2013. Metode Penelitian Ilmu


Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta

Bugiskha. 2012. Miopia http://bugiskha.word


press.com/2012/05/05/miopia/

Rozalina loebis, Sp.M. 2009. Pengaruh


Komputer
Pada
Mata
anak.
http://www.surabaya-eye-clinic.com

Depkes RI. 2010. Gangguan penglihatan masih


menjadi
masalah
kesehatan.
http://www.depkes.go.id
/index.php?vw=2&id=845

Satriyo,
2013. Miopi (Rabun Jauh.
http://dannysatriyo.blogspot.com/2013/1
0/miopi-rabun-jauh.html.

Hartono. 2007. Oftalmoskopi Dasar & Klinis,


Pustaka cendekia Press: Yogyakarta

Sasraningrat, Muhammmad Ihsan. 2011.


Gambaran Tingkat Pengetahuan dan
Sikap Siswa SD Islam Rumaha
Cireundeu Kelas 5 dan 6 Terhadap
Miopia
dan
Faktor
Yang
Mempengaruhinya
Tahun
2011.
http://perpus.fkik.uinnjkt.ac.id/file_
digital/1.RISET%20Muhammad%20Ihsa
n%20Sasraningrat.pdf

Hasibuan, Fatika Sari. 2010. Hubungan Faktor


Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak
Dekat Dengan Miopi Pada Mahasiswa
Universitas
Sumatera
Utara.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123
456789/14285/ 1/10e01011.pdf
Hidayat,
A.Aziz
Alimul.
2008.
Riset
Keperawatan dan Tekhnik Penuliasan,
Salemba Medika, Jakarta
Ifan,

2010.
http://ifan050285.wordpress.
com/2010/03/22/myopia/

Miopi.

Supartoto, 2013. Anak Perempuan Di


Yogyakarta Lebih Banyak Menderita
Miopi.
http://www.ugm.ac.id/id/post/page?
id=622

Myopia.

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif


Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung

Ilyas, Sidharta. 2003. Ilmu Penyakit Mata. edisi


2. FKUI: Jakarta

Vaugh, G. Daniel. 2000. Oftalmologi Umum,


Widya Medika: Jakarta

14

Anda mungkin juga menyukai