Anda di halaman 1dari 3

Ekonomi mikro adalah ilmu khusus yang memperlajari perilaku antar konsumen –

perusahaan dan penentuan harga pasar serta kuantitas faktor input barang dan jasa yang
diperjualbelikan. Ekonomi mikro memiliki tujuan utama bagi sebuah usaha untuk
menganalisis pasar dan caranya membentuk harga relatif pada barang dan jasa.

Aspek analisis dalam ekonomi mikro antara lain biaya dan manfaat, permintaan dan
penawaran, elastisitas, model pasar, indusri, teori produksi dan teori harga. Ruang lingkup
yang dibahas dalam ekonomi mikro yaitu prodesen dan konsumen, dimana produsen dan
konsumen ini merupan individu pada rumah tangga, masyarakat atau perusahaan. Ekonomi
mikro mengkaji interaksi antar penjual dan pembeli dalam pasar faktor produksi. Berikut
merupakan contoh artikel mengenai permasalahan Ekonomi Mikro.

Biaya Produksi Semakin Berat, Semen Indonesia Lakukan Efisiensi

Pada tahun 2018, kondisi pasar semen domestik mulai membebani PT Semen
Indonesia Tbk (SMGR). Hal ini dikarenakan persaingan industri semen semakin meningkat.
Selama lima bulan terakhir konsumsi semen naik dari 5,8 persen menjadi 72 juta ton,
kapasitas terpasang industri semen mencapai 107 juta ton. Selain itu, kenaikan harga batu
bara ikut mempengaruhi biaya produksi di setiap perusahaan semen. Sekitar 30 persen cost
manufacturing digunakan untuk membeli bahan baku batubara.

Untuk mengatasi kondisi ini, PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) melakukan efisiensi
dengan membatasi jumlah pabrik semen yang beroperasi di Indonesia serta dengan
memangkas ongkos operasional dan biaya pemasaran.

PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) juga melakukan efisiensi dalam supply chain.
Dalam laporan keuangan SMGR kuartal I-2018, total biaya operasional SMGR turun dari Rp
1,04 triliun menjadi Rp 1,01 triliun. Meski demikian, efisiensi masih terus dilakukan agar
SMGR bisa membukukan kinerja positif pada semester II-2018.
Biaya Produksi Semakin Berat, Semen Indonesia Lakukan Efisiensi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kondisi pasar semen domestik masih membebani PT Semen


Indonesia Tbk (SMGR). Sekretaris Perusahaan Semen Indonesia Agung Wiharto mengakui
persaingan industri semen menjadi tantangan tersendiri. Meski, konsumsi semen selama lima
bulan terakhir naik 5,8 persen menjadi 72 juta ton, kapasitas terpasang industri semen
mencapai 107 juta ton. Selain terbebani oleh kelebihan pasokan, kenaikan harga batubara
juga membuat industri semen mengalami kenaikan biaya produksi. “Kenaikan harga batu
bara juga mempengaruhi karena sebesar 30 persen cost manufacturing adalah untuk membeli
bahan baku batubara," kata Agung.

Demi mengakali kondisi ini, SMGR giat melakukan efisiensi dengan membatasi jumlah
pabrik yang beroperasi. "Makanya, kami mulai menghitung, hanya pabrik yang punya
efisiensi tinggi yang kami gunakan," kata Agung. Ia tidak merinci jumlah pabrik yang tak
dioperasikan demi efisiensi. Namun, dia memastikan Semen Indonesia terus memangkas
ongkos operasional dan biaya pemasaran. Bukan hanya itu SMGR juga melakukan efisiensi
dalam supply chain. Dalam laporan keuangan SMGR kuartal I-2018, total biaya operasional
SMGR turun dari Rp 1,04 triliun menjadi Rp 1,01 triliun. Agung optimistis, naiknya
konsumsi semen masih membawa angin segar bagi industri dan perusahaan. Meski demikian,
efisiensi masih terus dilakukan agar SMGR bisa membukukan kinerja positif pada semester
II-2018. (Dian Sari Pertiwi/Wahyu Rahmawati)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Biaya Produksi Semakin Berat, Semen
Indonesia Lakukan Efisiensi”

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/06/25/210900726/biaya-produksi-semakin-berat-
semen-indonesia-lakukan-efisiensi. Editor : Kurniasih Budi

Anda mungkin juga menyukai