Weni Ayu Tifani
Weni Ayu Tifani
Disusun Oleh :
WENI AYU TIFANI
2015750042
Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan
judul “Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Dasar pada Tn. Y Dengan TB
Paru di Paviliun Marwah Atas Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih”
Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta. Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
penulis menemukan banyak kesulitan dan hambatan, tetapi berkat bantuan dan
pengarahan dari berbagai pihak, akhirnya Karya Tulis Ilmiah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Dengan selesainya Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini, terutama kepada :
1. Ns. Titin Sutini, M.Kep., Sp. Kep. An selaku Ka. Prodi DIII Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta
2. Ns. Fitrian Rayasari, M.Kep., Sp.KMB selaku dosen pembimbing dan penguji
dari Program Studi Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
3. Ns. Nuraenah, M.Kep selaku wali akademi tingkat III Angkatan XXXIII
Program Studi Diploma III Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
4. Dr. Yani Sofiani, M.Kep., Sp.KMB selaku penguji dari Program Studi
Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
5. Para dosen dan staf pendidikan akademik yang telah memberi dukungan dan
saran selama praktek lahan dan menyusun karya tulis ilmiah ini.
iii
6. Kepala Bidang Keperawatan beserta staf khususnya di Paviliun Marwah Atas
Rumah sakit Islam Jakarta Cempaka Putih yang memberi masukan dan arahan
yang sangat berguna selama praktek lahan dan menyusun karya tulis ini.
7. Ayah dan Ibu tersayang yang telah memberi dukungan dan motivasi dari awal
hingga akhir, baik secara moril, spiritual serta bantuan materi dari proses
perkuliahan hingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
8. Rekan-rekan mahasiswa seperjuangan program DIII Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta Angkatan 33 yang selalu berjuang dan berusaha
dalam segala hal, hingga akhirnya tersusunlah karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyususnan karya tulis ilmiah ini masih
hjauh dari sempurna oleh karena keterbatasan kemampuan penulis. Maka, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dan semoga
karya iliah ini dapat brguna bagi pembaca pada umumnya dan mahasiswa
keperawatan pada khususnya dalam meningkatkan mutu pelayanan Asuhan
Keparawatan di Rumah Sakit.
Wassalamu’alaykum Wr. Wb
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................67
A. Pengkajian Keperawatan ............................................................................67
B. Diagnosa keperawatan ...............................................................................70
C. Perencanaan Keperawatan .........................................................................72
D. Pelaksanaan Keperawatan ..........................................................................74
E. Evaluasi Keperawatan ................................................................................75
iv
BAB V PENUTUP ................................................................................................77
A. Kesimpulan ................................................................................................77
B. Saran ...........................................................................................................78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tuberkulosis Paru (TB Paru) merupakan penyakit infeksi yang masih
menjadi masalah dalam masyarakat. Penyakit TB termasuk penyakit
menular dan menyerang sistem pernapasan terutama bagian paru-paru
yang disebabkan oleh kuman TB Mycobacterium Tuberculosis. Sebagian
besar kuman TB menyerang organ paru-paru namun dapat menyerang
pada organ lainnya seperti, kelenjar, tulang, kulit, dan sebagainya.
Penyakit ini ditularkan langsung melalui droplet oleh orang yang telah
terinfeksi kuman TB dan positif menderita TB. Mycobacterium
Tuberculosis merupakan jenis bakteri gram positif yang hidup
dilingkungan dan kemudian masuk kedalam inhalasi sistem pernapasan
(Somantri 2008., Rab 2010).
Penyakit TB juga dapat menular pada semua umur, namun kelompok yang
beresiko tinggi adalah kelompok usia anak atau lansia dan pada kondisi
imun yang lemah. Gejala yang timbul apabila seseorang terkena penyakit
TB ialah demam tinggi yang dapat hilang timbul, batuk selama lebih dari 2
minggu hingga batuk berdarah. Selain itu, penurunan berat badan juga
sebagai salah satu tanda dan gejala dari TB paru. Saat ini, penyakit TB
baik di dunia maupun Indonesia menjadi kasus yang terus meningkat dan
belum bisa dimusnahkan. TB termasuk penyakit urutan kedua yang
menyebabkan kematian setelah Human Immunodeficiency Virus pada
kasus penyakit menular (Kemenkes RI, 2014., Bahar, 2015).
1
2
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka
Putih Jakarta Pusat, di dapatkan data pasien yang terkena TB paru
khususnya di Paviliun Marwah Atas 2018 di tiga bulan terakhir (Januari-
Maret) sebanyak 18 kasus penderita TB paru.
Pada penyakit TB paru jika tidak ditangani dengan benar maka akan
menimbulkan komplikasi diantaranya ialah, pleuritis (radang pada pleura
paru), efusi pleura (penumpukan cairan diantara dua pleura), empiema
4
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Diharapkan dengan adanya penulisan karya ilmiah ini, penulis mampu
menerapkan asuhan keperawatan secara teori dan konsep langsung
dengan pasien khususnya pada penderita TB paru.
2. Tujuan Khusus
Tujuan dari pembuatan karya tulis ilmiah agar penulis :
a. Mampu menguraikan/mendeskripsikan hasil pengkajian kebutuhan
dasar pasien dengan TB Paru
b. Mampu menguraikan/mendeskripsikan masalah keperawatan
kebutuhan dasar pasien dengan TB Paru
c. Mampu menguraikan/mendeskripsikan rencana tindakan
keperawatan kebutuhan dasar pasien dengan TB Paru
d. Mampu menguraikan/mendeskripsikan tindakan keperawatan
kebutuhan dasar pasien dengan TB Paru
e. Mampu menguraikan/mendeskripsikan hasil evaluasi kebutuhan
dasar pasien dengan TB Paru
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori
dan kasus
g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat
serta dapat mencari solusi
C. RUANG LINGKUP
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis memberikan Asuhan
Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Pasien Tn. Y
dengan TB Paru di Paviliun Marwah Atas Rumah Sakit Islam Jakarta
Cempaka Putih selama tiga hari dari tanggal 07-09 Mei 2018.
6
D. METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan penulis dalam penyusunan karya tulis
ilmiah ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode ilmiah yang
dilakukan dengan cara mengumpulkan data, menganalisa dan menarik
kesimpulan dengan pendekatan studi kasus. Untuk menunjang penyusunan
karya tulis ilmiah ini penulis memperoleh informasi/data melalui :
1. Studi Kepustakaan
Yaitu dengan mempelajari literatur-literatur yang berkaitan dengan TB
Paru serta referensi yang terkait dengan TB Paru.
2. Metode Deskriptif
Yaitu suatu metode dimana penulis menguraikan hasil Asuhan
Keperawatan melalui pengkajian, menentukan diagnosa, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini terdiri dari :
BAB I : PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan, yang
terdiri dari tujuan umum, tujuan khusus, metode penulisan,
ruang lingkup, dan sistematika penulisan.
BAB IV : PEMBAHASAN
Merupakan kesenjangan-kesenjangan yang terjadi antara
teori dan kasus dari mulai pengkajian keperawatan,
diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, serta
solusi-solusi untuk mengatasi kesenjangan-kesenjangan
yang terjadi.
BAB V : PENUTUP
Merupakan kesimpulan dan saran. Kesimpulan membahas
tentang ringkasan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem pernafasan : TB Paru. Sedangkan saran
berisi tentang harapan dan masukan dari penulis yang
berhubungan dengan asuhan keperawatan pada pasien TB
Paru dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
asuhan keperawatan yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Berikut ini akan diuraikan beberapa pengertian TB paru berdasarkan
berbagai literatur, yaitu :
a. Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh
Myobacterium Tuberculosis yang merupakan kuman aaerob yang
dapat hidup terutama di paru atau berbagai organ tubuh lainnya
yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi (Rab, 2010).
b. Tuberkulosis merupakan penyakit menular disebabkan oleh
M.tuberculosis, suatu bakteri aerob tahan asam yang menginfeksi
melalui udara dengan cara inhalasi partikel kecil (diameter 1-5
mm) yang mencapai alveolus, droplet tersebut keluar saat
berbicara, batuk, tertawa, bersin atau menyanyi (Black & Hawks,
2014).
c. Penyakit tuberculosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik
yang menyerang hampir semua organ tubuh manusia dan yang
terbanyak adalah paru-paru. Penyakit ini banyak ditemukan
didaerah urban pada tempat tinggal/lingkungan yang padat
penduduknya (Bahar, 2015).
d. Tuberkulosis paru-paru merupakan penyakit infeksi yang
menyerang parenkim paru-paru yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat juga menyebar ke
bagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe
(Somantri, 2008).
8
9
2. Klasifikasi
Sejak tahun 2010 WHO memperbarui klasifikasi TB berdasarkan :
a. Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi
1) TB Paru, TB yang melibatkan parenkim paru atau trakeo-
bronkial, termasuk TB milier.
2) TB ekstra paru, TB yang terdapat di organ luar parenkim paru
seperti: pleura, kelenjar getah bening, abdomen, genito
urinaria, kulit, sendi-tulang, otak dll.
b. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan
1) Kasus baru, adalah pasien yang belum pernah dapat OAT
sebelumnya atau riwayat mendapatkan OAT < 1 bulan.
2) Kasus dengan riwayat pengobatan sebelumnya, adalah pasien
yang pernah mendapatkan OAT ≥ 1 bulan. Kasus ini
diklasifikasikan lebih lanjut berdasarkan hasil pengobatan
terakhir sebagai berikut:
a) Kasus kambuh, adalah pasien yang dulunya pernah
mendapatkan OAT dan dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap pada akhir pengobatan dan pada waktu
sekarang ditegakkan diagnosis TB episode rekuren.
b) Kasus setelah pengobatan gagal, adalah pasien yang
sebelumnya pernah mendapatkan OAT ≥ 1 bulan dan tidak
lagi meneruskan selama > 2 bulan berturut-turut atau
dinyatakan tidak dapata dilacak pada akhir pengobatan.
c) Kasus dengan riwayat pengobatan lainnya, adalah pasien
yang sebelumnya pernah mendapat OAT dan hasil
pengobatannya tidak diketahui atau tidak di
dokumentasikan.
d) Pasien pindah, adalah pasien yang dipindah dari register TB
untuk melanjutkan pengobatannya.
10
3. Etiologi
Menurut Black & Hawks (2014) mengemukakan bahwasannya
penyakit TB merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberculosis. Bakteri ini merupakan bakteri yang
tahan-asam berukuran diameter kurang lebih 15 mm dan tebal 0,3-0,6
mm. Sedangkan penjelasan menurut Somantri 2008, bakteri
Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri yang bersifat aerob
yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Bakteri ini sebagian
besar komponennya berupa lemak/lipid sehingga kuman mampu tahan
terhadap zat kimia dan faktor fisik. Oleh karena itu, Mycobacterium
11
Menurut Amin & Bahar (2014), faktor resiko tertular oleh pasien
dengan TB antara lain, orang yang sering melakukan kontak dekat
berulang dengan pasien yang terinfeksi penyakitnya yang masih belum
terdiagnosis, orang tersebut mungkin yang memiliki kontak dengan
pasien yang kurang tertangani secara medis, populasi pendapatan
rendah/lingkungan yang padat penduduk. Menurut Najmah 2016 juga
mengungkapkan, faktor yang beresiko tertular TB adalah pada
kelompok dengan usia anak dan lansia. Selain itu, ada faktor imunitas,
penyakit HIV dan perilaku merokok juga mengakibatkan resiko
terkena TB. Resiko TB juga lebih besar terjadi pada penderita penyakit
yang merusak sistem kekebalan tubuh (Amin & Bahar, 2014., Najmah,
2016).
5. Manifestasi klinis
Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam
bahkan banyak pasien ditemukan TB paru tanpa keluhan sama sekali.
Namun keluhan yang terbanyak adalah :
a. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-
kadang panas badan dapat mencapai - 1 C. serangan demam
pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul
kembali. Begitulah seterusnya hilang timbulnya demam influenza
ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari serangan
demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan
tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang
masuk.
b. Batuk/batuk berdarah
Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya irtasi
pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-
produk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus pada setiap
penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit
berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu
atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk dimulai dari
batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul peradangan
menjado produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut
adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang
pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberculosis terjadi pada
kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
15
c. Sesak nafas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak
nafas. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah
lanjut, yang infiltasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
d. Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi
radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasie menarik/melepaskan
napasnya.
e. Malaise
Penyakit tuberculosis bersifat radang yang menahun. Gejala
malaise sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan,
berat badan menurun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat
malam dll. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi
hilang timbul secara tidak teratur.
f. Wheezing
Wheezing terjadi karena penyempitan lumen endobronkus yang
disebabkan oleh secret, bronkostenosis, keradangan, jaringan
granulasi, ulserasi dan lain-lain.
g. Dispneu
Dispneu merupakan late symptom dari proses lanjut tuberculosis
paru akibat adanya restriksi dan obstruksi saluran pernapasan serta
loss of vascular bed/vascular thrombosis yang dapat meningkatkan
gangguan difusi, hipertensi pulmonal dan korpulmonal
h. Menggigil
Dapat terjadi bila panas badan naik dengan cepat, tetapi tidak
diikuti pengeluaran panas dengan kecepatan yang sama atau dapat
terjadi sebagai suatu reaksi umum yang lebih hebat.
i. Keringat malam
Keringat malam bukanlah gejala yang patognomonis untuk
penyakit tuberculosis paru. Keringat malam umumnya baru timbul
bila proses telah lanjut, kecuali pada orang-orang dengan
16
6. Komplikasi
Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan
menimbulkan komplikasi. Menurut (Sudoyo, 2014) Komplikasi TB
dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut :
a. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, usus,
poncet’s arthropathy.
b. Komplikasi lanjut : obstruksi jalan nafas (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat (Fibrosis paru), kor
pulmonal, amyloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal napas
dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB.
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Farmakologis
Pengobatan TB memerlukan waktu sekurang-kurangnya 6 bulan
agar dapat mencegah perkembangan resistensi obat. WHO telah
menerapkan strategis DOTS (Direct Observed Treatment
Shortcourse) dimana terdapat petugas kesehatan tambahan yang
17
b. Penatalaksanaan Non-Farmakologis
Menurut Brunner & Suddart, 2013 beberapa penatalaksanaan pada
pasien dengan TB ialah sebagai berikut
1) Meningkatkan bersihan jalan nafas
- Dorong peningkatan asupan cairan
- Ajarkan tentang posisi terbaik untuk memfasilitasi drainase
2) Dukung kepatuhan terhadap regimen terapi
- Jelaskan bahwa TB merupaka penyakit menular dan bahwa
meminum obat adalah cara paling efektif dalam mencegah
transmisi
- Jelaskan tentang medikasi, jadwal, dan efek samping obat
anti-TB
- Instruksikan tentang resiko resistensi obat jika regimen
medikasi tidak dijalankan dengan ketat dan berkelanjutan
- Pantau tanda-tanda vital dengan seksama dan observasi
lonjakan suhu atau perubahan status klinis pasien.
- Ajarkan pemberi asuhan bagi pasien yang tidak dirawat
inap untuk memantau suhu tubuh dan status pernapasan
pasien, laporkan setiap perubahan pada status pernapasan
pasien ke tenaga kesehatan primer.
3) Meningkatkan aktivitas dan nutrisi yang adekuat
- Rencanakan jadwal aktifitas progresif bersama pasien untuk
meningkatkan toleransi terhadap aktivitas dan kekuatan
otot.
20
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pasien biasanya didapatkan
peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi nafas
meningkat disertai sesak nafas, denyut nadi meningkat, dan
tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya penyakit penyulit
seperti hipertensi
2) Breathing
a) Inspeksi
- Bentuk dada dan gerakan pernapasan : pasien dengan
TB paru biasanya terlihat kurus sehingga pada bentuk
dada terlihat adanya penurun proporsi anterior-posterior
di banding proporsi diameter lateral.
- Batuk dan sputum : batuk produktif disertai adanya
peningkatan produksi sekret dan sekresi sputum yang
purulent
23
b) Palpasi
Gerakan dinding toraks anterior/ekskursi pernapasan. TB
paru tanpa komplikasi pada saat dilakukan palpasi, gerakan
dada biasanya normal dan seimbang bagian kiri dan kanan.
Adanya penurun gerakan dinding pernapasan biasanya
ditemukan pada pasien TB paru dengan kerusakan
parenkim paru yang luas. Pada pemeriksaan Takti Premitus
biasanya ada penurunan taktil premitus pada pasien TB
paru dengan komplikasi efusi pleural massif, sehingga
hantaran suara menurun.
c) Perkusi
Pada pasien TB paru tanpa komplikasi biasanya ditemukan
resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Pada pasien
dengan komplikasi efusi pleura didapatkan bunyi redup
sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai dengan akumulasi
cairan.
d) Auskultasi
Pada pasien TB paru bunyi nafas tambahan ronchi pada sisi
yang sakit.
3) Brain
Kesadaran biasanya composmentis, ditemukan adanya sianosis
perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian
objektif, pasien tampak wajah meringis, menangis, merintih.
Pada saat dilakukan pengkajian pada mata, biasanya didapatkan
konjungtiva anemis pada pasien TB paru yang hemaptoe, dan
ikterik pada pasien TB paru dengan gangguan fungsi hati.
4) Bladder
Pengukuran volume output urin berhubungan dengan intake
cairan. Memonitor adanya oliguria karena hal tersebut
merupakan tanda awal syok.
24
5) Bowel
Pasien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu
makan, dan penurunan berat badan.
6) Bone
Aktifitas sehari-hari berkurang banyak pada pasien dengan TB
paru. Gejala yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan,
insomnia, pola hidup menetap (Muttaqin, 2009).
d. Pemeriksaan penunjang
Menurut Nurafif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang pada
pasien TB meliputi :
1) Laboratorium darah rutin
LED normal/meningkat, limfositosis
2) Pemeriksaan sputum BTA
Untuk memastikan diagnostik paru, namun pemerikaan ini
tidak spesifik karena hanya 30-70% pasien yang dapat
didiagnosis berdasarakan ppemeriksaan ini.
3) Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)
Merupakan uji serologi imunosperoksidase memakai alat
histogen staining untuk menentukan adanya IgG spesifik
terhadap basil TB.
4) Tes Mantoux/ Tuberkulin
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat
histogen staining untuk menentukan adanya IgG spesifik
terhadap basik TB
5) Teknik Polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifikmelalui amplifikasi dalam
meskipun hanya satu mikroorganisme dalam spesimen juga
dapat mendeteksi adanya resistensi.
6) Becton Dickinson diagnostic instrument Sistem (BACTEC)
Deteksi Growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari
metabolism asam lemak oleh mikrobakterium tuberculosis
25
7) MYCODOT
Deteksi antibody memakai antigen lipoarabinomannan yang
direkatkan pada suatu alat berbentuk seperti sisir plastic,
kemudian dicelupjan dalam jumlah memadai memakai warna
sisir akan berubah
8) Pemeriksaan Radiologi : Rontgen Thorax PA dan Lateral
Gambaran foto thorax yang menunjang diagnosis TB, yaitu :
Bayangan lesi terletak dilapangan paru atas satu segment
apical lobus bawah
Bayangan berwarna (patchy) atau bercak (nodular)
Adanya kavitas, tunggal atau ganda
Kelainan bilateral terutama di lapangan atas paru
Adanya klasifikasi
Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu
kemudian
Bayangan millier
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respons manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari
individu atau kelompok dimana perawat sevara akuntabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah, dan
mengubah (Nusalam, 2008).
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan TB menurut Somantri
(2008) dan Yasmara & Nursiswanti (2016) ialah :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
26
3. Perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan pada TB paru menurut Somantri (2008) dan
Yasmara & Nursiswanti (2016)adalah :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum
Tujuan : jalan nafas efektif
Kriteria hasil :
- Pasien mengatakan bahwa batuk berkurang/hilang, tidak ada
sesak dan secret berkurang
- Suara nafas normal (vesikuler)
- Frekuensi nafas 16-20 kali per menit
- Tidak ada dyspnea
Rencana tindakan
Rencana tindakan :
Rencana tindakan :
Rencan tindakan :
Rencana tindakan
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dilakukan sesuai
rencana menggunakan berbagai media dan sumber yang tersedia
disekitar pasien. Setelah rencana intervensi disusun kemudian
ditujukan kepada perawat untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu, rencana intervensi yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan klien. Dalam pelaksanaan keperawatan TB terdapat
beberapa tindakan prioritas yang dapat dilakukan menurut Kemenkes
RI (2014) :
a. Meningkatkan/mempertahankan ventilasi
b. Mencegah penyebaran infeksi pada pasien lain, keluarga dan
tenaga kesehatan lain termasuk perawat dan dokter.
c. Memberikan minum air hangat, latihan batuk efektif, latihan nafas
dalam, inhalasi sederhana bila produksi sputum banyak dan ketal.
d. Memberikan nutrisi sesuai kebutuhan tubuh dan mengajarkan cara-
cara memenuhi nutrisi sesuai kebutuhan tubuh.
e. Menciptakan lingkungan yang nyaman.
f. Mengajarkan etika batuk.
g. Mendukung perilaku hidup sehat dan meningkatkan strategi koping
efektif untuk mempertahankan kesehatan
h. Memberikan informasi tentang penyakit/prognosis dan kebutuhan
pengobatan.
33
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dapat dilakukan pada tahap proses dan tahap akhir. Evaluasi
menilai perubahan status kesehatan pasien sebagai hasil dari intervensi
keperawatan. Indikator evaluasi tahap proses diantaranya tidak ada
ronchi, tidak sesak, perubahan kualitas makan, perubahan kualitas
tidur, harga diri meningkat, sementara indikator evaluasi tahap akhir
terjadi kenaikan berat badan, pasien patuh minum obat
sesuaiprograam, pasien tidak drop out pengobatan, pasien sembuh
dinyatakan dengan hasil BTA Negatif. (Kemenkes RI, 2014)
BAB III
TINJAUAN KASUS
Dalam bab ini penulis akan menyelesaikan sebuah laporan kasus “Asuhan
Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Pasien dengan TB
Paru” di paviliiun Mawrah Atas RS. Islam Jakarta Cempaka Putih. Proses
pelaksanaan asuhan keperawatan selama tiga hari pada tanggal 7-9 Mei 2018.
Dalam melengkapi data ini penulis melakukan wawancara dengan keluarga, tim
perawat ruangan, selain iti juga memperoleh data-data dari catatan medis, catatan
keperawatan dan didapatkan hasil observasi langsung serta pemeriksaan fisik.
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian pada pasien dilakukan tanggal 7-9 Mei 2018 di Paviliun Marwah
Atas RS Islam Jakarta
1. Identitas pasien
Pasien berinisial Tn. Y, berjenis kelamin laki-laki, usia 61 tahun, menikah,
beragama Islam, suku Jawa, dengan pendidikan S1/PT, bahasa yang
digunakan bahasa Indonesia, pekerjaan karyawan swasta, alamat Jalan
Cempaka Warna no. 6 RT/RW 08/04 Kelurahan Cempaka Putih Timur
Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
2. Resume kasus
Pasien masuk ke ruangan Marwah atas pada tanggal 4 Mei 2018.
Sebelumnya pasien masuk ke IGD diantar oleh keluarganya dengan
keluhan sesak seperti tertimpa beban selama ± 40 menit, batuk berdahak ±
2 minggu, tidak nafsu makan, mual, keadaan umum sakit sedang,
kesadaran komposmentis, dilakukan tanda-tanda vital dengan hasil TD:
140/90 mmHg, RR : 25x/menit, N: 90x/menit, S: 36,8 C. Masalah
keperawatan yang ditemukan saat di IGD ialah bersihan jalan nafas tidak
efektif, dan ketidakseimangan nutrisi kurang dari kebutuhan. Di IGD
pasien dilakukan pemasangan oksigen nasal kanul dengan 4 liter/menit,
terpasang infus dengan cairan asering/12 jam 14 tetes/menit. Terapi yang
34
35
Keterangan :
: Perempuan : Tinggal Serumah
: Laki-laki : Pasien
: Meninggal : Garis keturunan
37
- Saat dirawat :
Pasien makan 3 kali sehari disediakan dari rumah sakit
dengan porsi yang dihabiskan hanya ½ porsi, tidak nafsu
makan karena mual, dan tidak ada penggunaan obat
sebelum makan Diit yang diberikan pada Tn. Y adalah
kalori cukup tinggi protein.
b) Pola eliminasi
- Sebelum sakit :
Pasien BAK 5x/hari dengan konsistensi kuning jernih, tidak
ada keluhan dalam berkemih. Pasien BAB 1x/hari di waktu
pagi hari dengan warna kuning konsistensi setengah padat
dan tidak ada keluhan.
- Saat dirawat :
Pasien BAK 6x/hari dengan warna kuning jernih tidak ada
keluhan saat berkemih, tidak menggunakan alat bantu
berkemih. Pasien BAB 1x/hari setiap pagi dengan warna
kuning konsistensi setengah padat.
c) Pola personal hygiene :
- Sebelum sakit :
Pasien mandi 2xhari setiap pagi dan sore hari, menggosok
gigi 2 kali/hari, cuci rambut 2 hari sekali.
- Saat dirawat :
Pasien mandi 1 kali/hari di sore hari, menggosok gigi 2
kali/hari, cuci rambut belum pernah.
d) Pola istirahat dan tidur
- Sebelum sakit :
Lama tidur siang pasien 1 jam/hari, lama tidur malam 6
jam/hari, dan tidak ada pola kebiasaan khusus pasien saat
tidur
- Saat dirawat :
Lama tidur siang pasien 2 jam/ hari, lama tidur malam 5
jam/hari , pasien tidur tidak nyenyak karena batuk-batuk.
39
e) Pola kebiasaan
- Sebelum sakit :
Pasien tidak merokok, tidak minum-minuman keras, dan
tidak menggunakan narkoba. Apabila saat batuk, pasien
tidak menutupnya dengan tissue hanya menutup dengan
tangan.
- Saat dirawat :
Pasien tidak merokok, tidak minum-minuman keras, dan
tidak menggunakan narkoba. Apabila saat batuk, pasien
tidak menutupnya dengan tissue hanya menutup dengan
tangan.
6) Pengkajian fisik
a) Pemeriksaan fisik umum
Kesadaran composmentis, keaddaan umum sakit sedang
dengan berat badan pasien saat ini 50kg tinggi badan 160cm,
sebelumnya berat badan pasien 57kg, terdapat penurunan berat
badan sebanyak 7kg dalam 3 bulan terakhir. TD : 130/90
mmHg, N : 90 x/menit, RR : 22x/menit, dan S : 36,8 C. Tidak
timeukan pembesaran kelenjar getah bening.
b) Sistem penglihatan
Posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola
mata normal, konjungtiva anemis, kornea normal, sclera an-
isokor, fungsi penglihatan baik, pasien tidak menggunakan
kacamata dan lensa kontak, reaksi terhadap cahaya
baik/normal. Tidak ditemukan tanda-tanda peradangan pada
sistem penglihatan.
c) Sistem pendengaran
Daun telinga pasien normal, karakteristik serumen berwarna
kuning pekat, konsistensi lembek, bau khas serumen. Kondisi
telinga pasien normal tidak ada cairan yang keluar ditelinga
pasien. Perasaan penuh ditelinga tidak ada, fungsi pendengaran
40
7) Pemeriksaan penunjang
a) Hasil pemeriksaan rontgen thorax pada tanggal 4 Mei 2018 :
Cor : Normal. Aorta : Normal
Sinus, diafragma, tulang : Normal
Kesan : Pneumoni duplex, DD/TB paru
8) Penatalaksanaan
Pada tanggal 4 Mei 2018 di IGD :
- Cairan asering 500cc 14 tts/menit
- Terapi : nasal kanul 4 liter/menit
- Terapi lain : injeksi ondancentron 1x4mg, injeksi ranitidine
1x25mg
- Dilakukan pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium
dan Rontgen Thorax.
c) Terapi Injeksi
Table 3.5 Terapi Injeksi
Terapi Dosis
Levoflaxacin 750mg 1x750mg jam 15
Ondancentron 8mg ampul 3x1 ampul 8mg jam 6, 12, 18
d) Terapi lain-lain
Table 3.6 Terapi lain-lain
Terapi inhalasi Dosis
Combivent : Nebulizer 2x1 jam 9, 16
44
4. Data fokus
Tabel 3.7 Data Fokus
Data obyektif Data subyektif Masalah keperawatan
- Kes: komposmentis Pasien mengatakan : Bersihan jalan nafas tidak
- TD : 130/90 mmHg Mengalami batuk sudah efektif
- RR: 22x/menit ±2 minggu, berdahak,
- S:36 C dengan warna kuning
- N : 90x/menit kehijauan, batuk sering
- Keadaan umum : terjadi malam hari.
sakit sedang
- Batuk berdahak
berwarna kuning,
konsistensi kental
- Terdengar suara
ronchi
- Rontgen thorax
Kesan : DD/TB
paru, Pneumonia
Duplex
- Sputum BTA I,II,III
: Positif
- Hb : 12,7 g/dl
- Leukosit : 13,75
10³/µL
5. Analisa data
Tabel 3.8 Analisa Data
No. Data Masalah Etiologi
1 DS : Bersihan jalan nafas Peningkatan
Pasien mengatakan : tidak efektif produksi sputum
Mengalami batuk sudah ±2 akibat proses
minggu, berdahak, dengan infeksi
warna kuning kehijauan, batuk
sering terjadi malam hari
DO :
- Kes: komposmentis
- TD : 130/90 mmHg
- RR: 22x/menit
- S:36 C
- N : 90x/menit
- Keadaan umum : sakit
sedang
- Batuk berdahak berwarna
kuning, konsistensi kental
- Terdengar suara ronchi
- Rontgen thorax
Kesan : DD/TB paru,
Pneumonia Duplex
- Sputum BTA I, II, III :
Positif
- Hb : 12,7 g/dl
- Leukosit : 13,75 10³/µL
DO :
A:
- BB saat ini : 50 kg
- BB sebelum : 57 kg
- TB : 160 cm
- BBI : 54 kg
- IMT : 19,5
- Penurunan BB 7kg dalam
tiga bulan terakhir
B:
- Hb : 12,7 g/dl
- Ht : 39%
- Leukosit : 13,75 10³/µL
- GDS : 238 mg/dl
C:
- Konjungtiva anemis
- Mual
- Tidak nafsu makan
47
DO :
- k/u : sakit sedang
- pasien tampak dibantu saat
berdiri dan berjalan
- terlihat kontraktur dibagian
ekstremitas kaki sebelah
kiri akibat polio
- kaki kiri terlihat tidak bisa
digerakkan
- kaki tidak simetris
- kekuatan otot
5555 5555
5555 1111
DO :
- batuk produktif
- sputum kental
- sputum berwarna kuning
48
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada pasien Tn.Y berdasarkan
data meliputi :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum akibat proses infeksi ditandai dengan
Data subjektf :
Pasien mengatakan : Mengalami batuk sudah ±2 minggu, berdahak,
dengan warna kuning kehijauan, batuk sering terjadi malam hari.
Data objektif :
- Kes: komposmentis
- TD : 130/90 mmHg
- RR: 22x/menit
- S:36 C
- N : 90x/menit
- Keadaan umum : sakit sedang
- Batuk berdahak berwarna kuning, konsistensi kental
- Terdengar suara ronchi
- Rontgen thorax
Kesan : DD/TB paru, Pneumonia Duplex
- Sputum BTA I : Positif
- Sputum BTA II : Positif
- Sputum BTA III : Positif
- Hb : 12,7 g/dl, Leukosit : 13,75 10³/µL
49
Data objektif :
- K/u : sakit sedang
- Pasien tampak dibantu saat berdiri dan berjalan
- Terlihat kontraktur dibagian ekstremitas kaki sebelah kiri akibat polio
- Kaki kiri terlihat tidak bisa digerakkan
- Kaki tidak simetris
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan, maka rencana
keperawatan yang akan dirumuskan adalah:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum akibat proses infeksi
51
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan TB paru sesuai
dengan pengkajian, diagnosa dan rencana tindakan yang sudah di tentukan,
maka dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari berturut-turut mulai
tanggal 07-09 Mei 2018 dan bekerja sama dengan tim yang bertugas di
Paviliun Marwah Atas Rumah Sakit Islam Jakarta.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Berdasarkan tindakan keperawatan yang telah dilakukan dari tanggal 07-09
Mei 2018, maka evaluasi diambil setiap hari diakhir pergantian shift adalah
sebagai berikut :
Tabel 3.14 Evaluasi Keperawatan
No. Hari/tanggal Jam Perkembangan Paraf
dx
1 Senin, 07 15:30 Subjektif : Weni ayu
Mei 2018 Pasien mengatakan, masih batuk tifani
berdahak
Objektif :
- Terdengar suara ronchi
- Batuk berdahak
Analisa :
Masalah belum teratasi
Planning :
- Kaji fungsi pernapasan pasien,
bunyi, irama, kedalaman, jumlah,
penggunaan otot bantu nafas
- Observasi TTV
- Anjurkan pasien minum air hangat
- Ajarkan batuk efektif
- Kolaborasi pemberian obat
ekspektoran,:
- NaC 3x1 tab
- Combivent 2x1
63
PEMBAHASAN
Pada BAB ini penulis telah menguraikan permasalahan mengenai tinjauan teoritis
beserta laporan kasus penelitian. Dalam pembahasan penulis mencoba
membandingkan anatara tinjauan teoritis dan laporan kasus tentang Asuhan
Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada pasien Tn.Y dengan
TB Paru yang dirawat di Paviliun Marwah Atas Rumah Sakit Islam Jakarta
Cempaka Putih mulai tanggal 07-09 Mei 2018. Pembahasan ini mengikuti tahap-
tahap proses keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi keperawatan.
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pada tahap pengkajian penulis mengacu pada format yang telah di sediakan
tidak jauh berbeda dengan format yang ada di tinjauan teoritis. Dalam
pengumpulan data, penulis melakukan pengkajian secara komperehensif yang
mengacu pada tinjauan teoritis yakni bio, psiko, sosio, spiritual dan melihat
dari kondisi pasien. Data hasil pengkajian penulis mendapatkan dari hasil
wawancara, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, status kesehatan
pasien, catatan keperawatan, catatan medis serta bekerja sama dengan perawat
ruangan dan tim kesehatan lain untuk mendukung dalam pengkajian.
67
68
Gejala lain yang ditemukan pasien adalah pasien tidak nafsu makan disertai
dengan adanya penurunan berat badan 7 kg dalam tiga bulan terakhir. Pada
pasien dengan kasus infeksi dapat ditemukan adanya peningkatan
metabolisme dan hal ini menyebabkan penggunaan energi yang berlebihan
dengan menggunakan cadangan makanan yang tersimpan diotot dan ini
menyebabkan terjadinya penurunan berat badan. Adanya mual, pasien dengan
TB paru dengan mengonsumsi obat-obat OAT bisa menyebabkan efek
samping diantaranya adalah rasa mual hal ini menyebabkan terjadinya asupan
nutrisi menjadi kurang.
69
Pasien pernah menderita TB paru satu tahun lalu, maka pasien Tn. Y masuk
kedalam kategori pasien Kambuh. Sebelumnya pasien pernah menderita TB
paru dengan pengobatan selesai. Oleh sebab itu, menurut kategori dari buku
panduan TB Nasional Tn. Y termasuk kedalam kategori kambuh karena
pernah mengalami sembuh dan saat ini mengalami TB paru dengan BTA yang
positif.
Pada penatalaksaan medis pasien mendapatkan terapi sesuai dengan yang ada
di tinjauan teori yaitu Rifampicin, Isoniazid, Pirazinamid, Ethambutol. Obat
Rifampicin, Isoniazid, Pirazinamid, Etambutol termasuk jenis obat OAT
(Obat Anti TB) yang dimana obat ini merupakan jenis obat golongan
antibiotik yang berfungsi untuk membunuh bakteri. Menurut buku panduan
TB Nasional Rifampicin, Isoniazid, Pirazinamid merupakan kelompok obat
bakteriosidik yang berfungsi untuk mematikan kuman. Sedangkan Etambutol
merupakan obat dengan sifat bakteriostatik yaitu sifatnya melemahkan kuman.
Menurut buku panduan TB Nasional, pada pasien dengan kategori kambuh,
pengobatan yang diberikan ialah obat OAT kategori 2 yaitu Rifampicin,
Pirazinamid, Isoniazid, Etambutol, dan Streptomycin. Selain itu, pasien juga
mendapatkan terapi obat NaC 3x1 tab dan Levoflaxacin 1x750mg. Fungsi dari
obat NaC adalah untuk mengencerkan dahak pada penyakit saluran pernafasan
dan obat Levoflaxacin merupakan jenis obat antibiotik yaitu berfungsi untuk
mengobati dari infeksi bakteri dan mencegah terjadinya infeksi sekunder yang
diakibatkan dari TB.
70
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Setelah data terkumpul dan di kelompokkan menjadi data fokus sesuai dengan
keluhan dan kondisi pasien, kemudian penulis merumuskan diagnosa
keperawatan sesuai dengan masalah yang ada pada pasien.
Berdasarkan hasil pengkajian pada tahap diagnosa keperawatan yang muncul
tidak jauh berbeda dengan yang ada pada tinjauan teori, hanya ada beberapa
diagnosa yang ditambahkan dari kasus yang terjadi. Penulis hanya
merumuskan diagnosa sesuai dengan keluhan dan kondisi pasien berdasarkan
dengan pengkajian yang sudah dilakukan. Diagnosa yang muncul pada kasus
pasien Tn.Y yang sesuai dengan tinjauan teori ialah sebagai berikut :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum akibat proses infeksi. Diagnosa ini muncul dikarenakan
pasien ada keluhan batuk berdahak/produktif, terdengar suara ronchi pada
saat dilakukan pemeriksaan fisik, serta adanya pemeriksaan penunjang
sputum BTA dengan hasil positif yang mendukung ditegakkannya
diagnosa tersebut. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas merupakan
manifestasi dari gangguan kebutuhan oksigenasi. Pada pasien TB paru
proses infeksi dapat menyebabkan peningkatan produki sputum yang
kental, kemudian menghambat jalan nafas akan menyebabkan gangguan
sistem pernafasan. Akhirnya oksigen tidak terpenuhi didalam tubuh secara
optimal dan terjadi penurunan difusi sehingga mengakibatkan kebutuhan
oksigenasi menjadi terganggu.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat. Diagnosa ini ditegakkan karena pasien
71
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Setelah diagnosa keperawatan muncul, penulis membuat prioritas masalah,
tujuan keperawatan, dan kriteria hasil. Prioritas masalah mengacu pada
hierarki “Maslow” serta yang mengancam kehidupan pasien.
73
Adapun faktor pendukung yang penulis temukan yaitu banyaknya sumber atau
literature yang didapatkan melalui studi kepustakaan sebagai bahan acuan,
sehingga penulis tidak menemukan hambatan yang berarti dalam menyusun
interc=vensi keperawatan. Faktor penghambat yaitu banyaknya literature yang
memuat intervensi yang sama meskipun dengan diagnosa yang berbeda.
Alternatif pemecah masalah tersebut yaitu penulis menyesuaikan sesuai
keluhan dan kebutuhan yang dibutuhkan pasien.
D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Setelah rencana keperawatan dibuat kemudian di implementasikan sesuai
dengan intervensi yang dibuat. Pada tahap pelaksanaan penulis melaksanakan
tindakan sesuai dengan intervensi yang dibuat dan ditentukan. Pelaksanaan
dilakukan dengan memperhatikan keadaan atau kondisi pasien dan sarana
yang tersedia diruagan.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Tahap evaluasi adalah tahap kelima dimana dilakukan pengukuran
keberhasilan dari suatu tindakan asuhan keperawatan yang telah dilakukan
oleh penulis serta kerja sama dengan tim perawat diruangan dari tanggal 07
Mei 2018 sampai 09 Mei 2018. Adapun dalam evaluasi proses penulis
menggunakan intervensi yang telah dibuat beserta respon dari pasien
sendangkan evaluasi hasil penulis menggunakan SOAP (Subjektif, Objektif,
Analisa, dan Planning) untuk dapat mengetahui apakah masalah teratasi,
teratasi sebagian, belum teratasi/timbul masalah baru. Evaluasi proses dan
evaluasi akhir yang penulis lakukan selama tiga hari berturut-turut.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Asuhan keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Tn. Y denga TB Paru
(TBC) melalui proses pegkajian dengan menggunakan format pengkajian,
pemeriksaan fisik, observasi, dan wawancara ini dapat dilakukan dengan baik
karena pasien dan keluarga sangat kooperatif dan dukungan yang baik dari
petugas ruangan serta sarana dan prasarana yang ada.
1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan : Tuberkulosis
paru dilakukan secara bio, psiko, sosio, spiritual, pada laporan kasus
pasien dengan TB paru perlu di kaji riwayat kesehatan keluarga, riwayat
kesehatan masa lalu, pola kebiasaan sehari-hari dan dilanjutkan dengan
pemeriksaan fisik pasien secara menyeluruh. Dari pengkajian didapatkan
bahwa pasien Tn. Y mengalami TB paru yang dibuktikan dengan adanya
pemeriksaan penunjang rontgen thorax hasil Pneumoni Duplex DD/TB
paru, dan pemeriksaan sputum BTA positif. Gejala yang didapatkan pada
pasien Tn.Y sebagai penderita TB paru adalah batuk berdahak selama
±2minggu dan adanya mual. Faktor yang mempengaruhi penyakit yang
diderita Tn,Y yaitu lingkungan disekitar pasien serta adanya riwayat TB
satu tahun lalu dan riwayat DM.
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah ketidakefektifan bersihan jalan
nafas karena adanya keluhan pasien dengan dahak. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh karena intake tidak adekuat dan
dibuktikan dengan adanya penurunan berat badan 7kg dalam 3 bulan
77
78
B. SARAN
Berdasaarkan kesimpulan dari seluruh proses asuhan keperawatan seperti yang
tertera diatas, maka penulis ingin menyampaikan saran-saran untuk
memperbaiki serta meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan pada
pasien dengan pemenuhan kebutuhan dasar TB paru, yaitu :
1. Untuk perawat ruangan
Hendaknya menegakkan diagnosa sesuai dengan kondisi pasien dan
mendokumentasikannya secara lengkap menyesuaikan semua tindakan
yang dapat dilakukan pada pasien sesuai dengan kondisi pasien saat ini.
79
2. Untuk mahasiswa
Meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dalam melakukan asuhan
keperawatan dengan cara, banyak belajar dan membaca melaui literatur-
literatur yang terbaru dan terkini agar tidak ketinggalan informasi.
3. Untuk institusi pendidikan
Karya tulis ilmiah ini disusun dengan konsep pemenuhan kebutuhan dasar
manusia dan Keperawatan Medikal Bedah. Oleh sebab itu, hendaknya
referensi untuk kebutuhan dasar manusia pada gangguan system dan
Keperawatan Medikal Bedah perlu diperbanyak.
4. Untuk Rumah Sakit
Menyediakan media seperti leaflet disetiap ruangan yang berguna sebagai
media informasi untuk pasien terhadap masalah kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Mukty, abdul dan Alsaggaf, Hood. (2010). Dasar-dasar ilmu penyakit paru.
Surabaya : Airlangga University Press.
Black & Hawks Bahar, Asril & Zulkifli Amin. (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam edisi keenam Jilid 1 Alih Bahasa Siti Setiati, dkk. Jakarta :
Internal Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.
Lemone, Priscilla, dkk. (2015). Buku Ajaar Keperawatan Medikal Bedah edisi 5
volume 4 Alih Bahasa Ns. Wuri Praptiani, S.Kep. Jakarta : EGC.
1. Pengertian TBC
2. Penyebab
3. Tanda gejala
4. Komplikasi
5. Cara pencegahan
6. Cara batuk efektif
Sasaran : Keluarga Tn. Y
Tempat : Paviliun Marwah Atas Kamar 1
Waktu : Rabu 9 Mei 2018
Penyuluh : Perawat