Anda di halaman 1dari 1

Pertama saya akan tegaskan bahwa ini hanyalah cerita fiktif belaka, tidak ada unsur kesengajaan dan

bukan diambil dari cerita kehidupan pribadi seseorang. Sebut saja dia adalah aku. Karena aku lebih
suka menulis dengan menyebut diriku atau aku. Haaah kalian tau kehidupan ini begitu rumit, ada
saja problematika yang tak habis dimakan oleh waktu, bak sinetron dan dongeng semua meraja lela
merebut tahta dan kehidupan yang tinggi dimata manusia. Sebut saja dia itu seorang penjilat
terhebat dalam keluarga, dan benar-benar sangat hebat. hingga semua orang buta, tak bisa
membedakan mana yang baik dan yang buruk, aku mengagumi kehebatan mulut penjilatnya. Kau
tau hey wanita penjilat, keluargaku sudah tau bagaimana kedokmu, hanya saja semua orang yang
terkena silaumu leleh bagai mentega yang terpanaskan diatas bara api, perawakanmu manis, dan
sungguuh manis, sehingga getir dikerongkongan, cuiiih aku tak sudi menyebutkan kau sebagai tata
urutan dari keluargaku. Bahkan jika tak dipaksa kerumah mu oleh ibu pun aku enggan menginjakkan
kaki dirumah yang dulu adalah rumah peniggalan nenekku. Kau begitu cantik dengan segala
perawatan tubuhmu yang begitu menggairahkan. Dengan segala uang dari entah dari mana. Hey jika
kau tau, kau itu siapa?, kau itu apa disini? Hanya menumpang sebagian tanah untuk merebahkan diri
disana
Aku juga tidak terima jika kau mulai mengeluarkan sinar ultra violetmu keseluruh penjuru
pengikutmu menjelekkan nama ibuku, hey wanita penjilat. jika kau tau, ibu tak pernah
mempermasalhkan itu, bahkan aku yang menangis dipojok kamarku menangisi ibu karena semua
omonganmu, kau adalah wanita terhebat dalam hal menjilat. Aku kini telah lelah dengan segala
aspek pembicaraanmu yang dominan selalu mengejek keluargaku, kau anggap dan kau bilang
kepada seluruh keluarga besar bahwa, aku dan keluargaku hingga begitu sangat jelek dimata
mereka, aku faham, kita tak sekeren dikau, tak secantik dan semenarik dirimu, bahkan bisa dibilang
udik dan kuper karena hanya bisa mengaji dan mengamalkan tentang agama tapi kau selalu saja
mendominasi segala hal. Kau bagaikan putri raja disana, tertawamu pun bagai nenek lampir yang
merenggut kemenangan. Kau busuk, bahkan sebusuk”nya wanita. Kau tau ibu selalu diam, ibu selalu
dan hanya diam jika kau mulai meneriakinya, hey pernahkah kau menginjak rumahku, bahkan
kedepan pintu gerbang rumahku saja tak pernah, apa kau merasa panas karena semua susukmu
terbakar oleh ayat-ayat allah yang telah kita lantunkan kepada Rabbi?
huuuuuuuuuh aku capek,kau bermuka dua dan ketika aku kembalipun kau masih saja begitu,
berusaha mengecilkan hati ibuku, jika aku cukup berani sudah aku beberkann segala hal tentang
dirimu, mungkin kau menganggap aku anak kecil yang tak tau apa-apa. Hey aku remaja tanggung dan
memiliki ingatan yang kuat tentang masa kecilku. Aku ingat ketika kau memaki ibuku, dan waktu itu
aku masih terbilang 8 tahunan. Aku juga ingat ketika kau menyebutkan sumpah serapah untuk
ibuku, dan kala itu aku juga masih tak paham, sebutan

Anda mungkin juga menyukai