Anda di halaman 1dari 2

Penyimpangan Pengamalan Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat

Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan (Sila ke-4)

Nilai-Nilai Pancasila adalah nilai-nilai yang melibatkan kepribadian dan kebiasaan


masyarakat lokal Indonesia. Setiap nilai-nilai Pancasila secara keseluruhan telah mewakili
diri Bangsa. Sementara itu, pada era kini, budaya yang menjadi objek akulturasi adalah
budaya-budaya barat. Beberapa budaya barat pada dasarnya memiliki nilai yang cukup baik
dan tidak berlawanan terhadap nilai Pancasila. Akan tetapi, mayoritas pemuda bangsa
cenderung mencontoh budaya yang berkesan negatif, sehingga mendorong mereka untuk
menjadi pribadi yang tidak mengedepankan jati diri Bangsa.

Sila keempat secara umum membahas tentang bagaimana bentuk kepemimpinan dan
keorganisasian yang ada di Indonesia. Sebagai negara majemuk, Pancasila mengakomodir
semua golongan, dengan menerapkan bentuk pemerintahan yang berorientasi pada rakyat,
kebijaksanaan dan permusyawaratan/perwakilan. Akan tetapi, pada praktiknya, pemerintahan
– termasuk juga organisasi dan kelompok—dijalankan dengan sistem keuntungan pribadi.

Ada banyak contoh kasus yang menyinggung bobroknya sila keempat ini. Di antara
banyak kasus tersebut, kasus korupsi, kolusi dan nepotisme adalah bentuk nyata dari
pelanggaran sila keempat. Keuntungan pribadi menjadi orientasi pada pelaksanaan
pemerintahan. Walau terdapat beberapa pemimpin yang jujur dan adil, praktik kotor
sebagaimana dijelaskan di atas seakan sudah menjadi rahasia umum di masyarakat Indonesia.

Seiring dengan berjalannya waktu sejak ditetapkannya Pancasila sebagai dasar negara
penerapan nilai – nilai Pancasila sila ke-4 terdapat banyak penyimpangan yang terjadi.
Berikut adalah bentuk penyimpangan – penyimpangan yang pernah terjadi di Indonesia:

1. Pada masa orde baru kekuasaan eksekutif ada di tangan 1 orang saja.
2. Pada masa orde baru kekuasaan legislatif dimanipulasi oleh Presiden sehingga
kekuasaan legislatif tidak pro rakyat dan cenderung memihak pemerintahan.
3. Pada masa orde baru ketua MPRS dan DPR dijadikan menteri sehingga secara tidak
langsung berada di bawah presiden.
4. Pada masa orde baru pimpinan MA dijadikan menteri sehingga hal ini menyalahi
prinsip kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan yang bebas dari intervensi pihak lain.
5. Pada masa orde baru presiden melampaui kewenangannya dengan membuat ketetapan
– ketetapan yang seharusnya diatur dalam undang – undang (dibuat bersama DPR).
6. Ditiadakannya pemilihan kepala daerah langsung oleh DPR periode 2014 – 2019.
7. Wakil – wakil rakyat yang dipilih kurang bertanggung jawab dalam menjalankan
mandat rakyat yang ditandai dengan banyaknya wakil rakyat yang tidak datang dalam
rapat bahkan tidur saat rapat.
8. Wakil – wakil rakyat yang dipilih belum memberikan kontribusi yang nyata kepada
rakyat. Wakil rakyat cenderung membuat program kerja yang tidak efisien seperti
studi banding yang membutuhkan biaya yang banyak.

Daftar Pustaka:

Rahman. A. (2018). NILAI PANCASILA KONDISI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM


MASYARAKAT GLOBAL. Jurnal Ilmiah Indonesia. 34-48.

Anda mungkin juga menyukai