Anda di halaman 1dari 4

Sistem Politik Indonesia adalah sebuah sistem politik yang berlaku di Indonesia.

Faktor yang
mempunyai nilai abadi sebagai fundamen dan merupakan konsekuensi
pendirian Negara Indonesia,seperti falsafah Negara dan lain sebagainya, dalam banyak hal,
walaupun bersifat transcendental tapi sudah nyata diterima sebagai suatu kenyataan kiranya perlu
dipertimbangkan pengaruhnya terhadap sistem politik Indonesia, walaupun dipergunakan
pendekatan yang menyisihkan pengaruh falsafah sebagai hasil aktivitas merenun-
renung. Kemudian dapat diuraikan lebih lanjut bahwa pada sistem politik Indonesia akan ditemui
faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Suatu sistem, termasuk sistem politik, harus secara
terbuka pengaruh dari lingkungannya, disamping juga dapat mengubah lingkungannya. Artinya
bahwa sistem politik Indonesia merupakan sistem politik yang dianut oleh Indonesia yang
berdasarkan nilai budaya Indonesia yang bersifat turun-temurun dan juga bisa diadopsi dari nilai
Adat dan budaya asing yang positif bagi pembangunan sistem politik Indonesia. Sedangkan
sistem politik di Indonesia lebih menekankan bahwa sistem ini adalah sistem politik yang pernah
dilaksanakan di Indonesia pada masa lalu. Contoh, pada masa pemerintahan Orde lama, Orde
baru dan bahkan jaman pra kemerdekaan dari Abad ke-16 Masehi.

Perkembangan sistem politik Indonesia


Sistem politik Indonesia berdasar pada ketentuan-ketentuan dalam UUD 1945. Sistem politik
Indonesia mengalami banyak perubahan setelah ada amendemen terhadap UUD 1945.
Perbandingan sistem politik Indonesia sebelum amendemen dan sesudah amendemenUUD 1945
adalah sebagai berikut

1. Sistem Politik Indonesia Sebelum Amandemen UUD 1945 Indonesia adalah negara
kesatuan yang berbentuk republik. Hal itu berarti bahwa kedaulatan berada di tangan
rakyat dan sepenuhnya dijalankan oleh MPR, Indonesia menganut sistem pemerintahan
presidensiil artinya presiden berkedudukan sebagai kepala negara dan kepala
pemerintahan. UUD 1945 adalah konstitusi negara Indonesia yang mengatur kedudukan
dan tanggung jawab penyelenggaraan negara, kewenangan, tugas, dan hubungan antara
lembaga-lembaga negara. UUD 1945 juga mengatur hak dan kewajiban warga negara.
Lembaga legislatif terdiri atas MPR yang merupakan lembaga tertinggi negara dan DPR.
Lembaga eksekutif terdiri atas presiden dan menjalankan tugasnya yang dibantu oleh
seorang wakil presiden serta kabinet. Lembaga yudikatif menjalankan kekuasaan
kehakiman yang dilakukan oleh MA sebagai lembaga kehakiman tertinggibersama
badan-badan kehakiman lain yang berada dibawahnya.

1. Sistem Politik Indonesia Setelah Amandemen UUD 1945 Pokok-pokok sistem politik
di Indonesia setelah amendemen UUD 1945 adalah sebagai berikut:
1. bentuk negara adalah kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahan adalah republik.
NKRI terbagi dalam 34 daerah provinsi dengan menggunakan prinsip
desentralisasi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab. Dengan demikian,
terdapat pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
2. kekuasaan eksekutif berada ditangan presiden. Presiden adalah kepala negara
sekaligus kepala pemerintahan. Presiden beserta wakilnya dipilih dalam satu
paket secara langsung oleh rakyat. Presiden tidak bertanggung jawab pada
parlemen, dan tidak dapat membubarkan parlemen. Masa jabatan presiden
beserta wakilnya adalah 5 tahun dan setelahnya dapat dipilih kembali untuk satu
kali masa jabatan.
3. tidak ada lembaga tertinggi dan lembaga tinggi negara. Yang ada lembaga-
lembaga negara seperti MPR, DPR, DPD, BPK, presiden, MK, KY dan MA.
4. DPA ditiadakan yang kemudian dibentuk sebuah dewan pertimbangan yang
berada langsung dibawah presiden.
5. kekuasaan membentuk UU ada ditangan DPR. Selain itu DPR menetapkan
anggaran belanja negara dan mengawasi jalannya pemerintahan. DPR tidak dapat
dibubarkan oleh presiden beserta kabinetnya, tetapi dapat mengajukan usulan
pemberhentian presiden kepada MPR.

Budaya Politik Indonesia


Pada prinsipnya, budaya politik sebagai salah satu unsur atau
bagian Adat dan kebudayaan merupakan satu di antara sekian jenis lingkungan yang
mengelilingi, mempengaruhi, dan menekankan sistem politik. Pembangunan politik Indonesia
dapat pula diukur berdasarkan keseimbangan atau harmoni yang dicapai antara lain oleh budaya
politik dengan pelembagaan politik yang ada atau akan ada.
Pengamatan variable budaya politik Indonesia
Konfigurasi subkultur di Indonesia masih aneka ragam, walaupun tidak sekompleks yang
dihadapi oleh India. Pada prinsipnya masalah keanekaragaman subkultur di Indonesia telah dapat
ditanggulangi berkat usaha pembangunan bangsa dan pembangunan karakter.

1. Budaya politik Indonesia bersifat parokial-kaula disatu pihak dan budaya politik
partisipan dilain pihak; disati segi massa masih ketinggalan dalam menggunakan hak dan
dalam memikul tanggung jawab politiknya yang mungkin disebabkan oleh isolasi dari
kebudayaan luar, pengaruh penjajahan, feodalisme, bapakisme, ikatan
ikatan primordialisme.
2. Sifat ikatan primordial yang masih kuat berakar, yang dikenal melalui indikatornya
berupa sentiment kedaerahan, kesukuan, Agama, perbedaan pendekatan terhadap
keagamaan tertentu; puritanisme dan nonpuritanisme. Disamping itu salah satu petunjuk
masih kukuhnya ikatan tersebut dapat dilihat dari pola budaya politik yang tercemin
dalam struktur vertical masyarakat dimana usaha gerakan kaum elit langsung
mengeksploitasi dan menyentuh substruktur sosial dan substruktur untuk tujuan
perekrutan dukungan
3. Kecenderungan budaya politik Indonesia yang masih mengukuhi sikap paternalism dan
sifat patrimonial. Di Indonesia, budaya politik tipe parokial kaula lebih mempunyai
keselarasan untuk tumbuh dengan persepsi masyarakat terhadap objek politik yang
menyandarkan dan menundukkan diri pada proses output dari penguasa.
4. Dilema interaksi tentang introduksi modernisasi (dengan segala konsekuensinya) dengan
pola-pola yang telah lama berakar sebagai tradisi dalam masyarakat Beberapa waktu
yang lalu, tentang hal ini belum ditemukan suatu modus pendekatan yang dianggap tepat,
yang ditandai dengan pengisolasian diri, ketidaksetujuan pada proses modernisasi yang
diidentikkan dengan westernisasi (kebarat-baratan) dan zenophobia.

Reformasi Politik
Konteks Reformasi Politik di Indonesia
Jika reformasi mengandung unsur koretif terhadap tatanan nilai atau kesalahan-kesalahan masa
lampau yang tidak lagi dapat diterima untuk masa sekarang, maka menjadi penting untuk
mengidentifikasi tatanan atau kesalahan-kesalahan macam apa yang telah dilakukan pada masa
orde baru Dalam pandangan beberapa pengamat reformasi perlu dan harus dilakukan karena
kekeliruan-kekeliruan yang dilakukan oleh Soeharto. Birokrasi yang tumbuh di Orde Baru tak
ubahnya birokrasi yang berkembang dinegara-negara sedang berkembang lainnya, yakni sifatnya
yang lebih mengabdi kepada kepentingan kekuasaan dibandingkan mengabdi pada kepentingan
warga Negara. Reformasi menyuluruh di Indonesia juga dilatarbelakangi oleh berkembangnya
apa yang sering disebut sebagai kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN). Istilah ini begitu popular
diawal reformasi. Hal ini telah berdampak pada kehidupan sosial masyarakat Indonesia, kondisi
kemiskinan yang sudah tak terelakkan.

Peran Suku-suku Bangsa


Negara diidentikkan dengan kelompok-kelompok etnik tertentu yang mengambil prakarsa serta
inisiatif untuk memecahkan masalah yang dihadapi bangsanya. Begitupun di Indonesia,
Indonesia yang pada dasarnya terdiri atas beriibu-ribu suku bangsa, memiliki peran dalam upaya
pengembangan sistem politik di Indonesia. Dalam arti kata sistem politik di Indonesia diwarnai
oleh sistem-sistem politik daripada suku-suku yang ada di Indonesia.[

Politik dan pembangunan ekonomi


Sungguhpun didalam kehidupan politik dan ekonomi tidak terpisahkan satu sama lain, namun
untuk kepentingan analisis perlu melihat kedua unsur tersebut. Kalau Negara sebagai sistem
politik mempunyai unsur utama penggunaan kekuasaan memaksa secara sah dalam batas
tanggung jawab kepada masyarakat secara keseluruhan, maka ekonomi sebagai sistem
merupakan pengorganisasian pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap barang dan jasa yang
biasanya tersedia secara langka.

Anda mungkin juga menyukai