Anda di halaman 1dari 14

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hakikat Pembelajaran Matematika

Sebelum menjelaskan hakikat pembelajaran Matematika, terlebih dulu akan

dijelaskan pengertian pembelajaran dan pengertian Matematika.

Komalasari (2010: 3) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu sistem

atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau

didesain, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subjek

didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan

efisien. Sebagai suatu sistem, pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang

terorganisasi antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan

metode pembelajaran, media/alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi

pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran. Sebagai suatu proses, pembelajaran

merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa

belajar.

Sedangkan menurut UUSPN No. 20 Tahun 2003, “pembelajaran adalah

proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar.”

Pembelajaran mempunyai dua karakteristik yaitu pertama, dalam proses

pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya

menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas

siswa dalam proses berpikir. Kedua, dalam pembelajaran membangun suasana

1
2

dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki

dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan

berpikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka

konstruksi sendiri.

Kemudian berbicara mengenai hakekat Matematika artinya menguraikan

tentang apa Matematika itu sebenarnya. Tanpa mengetahui Matematika kita tidak

mungkin dapat memilih strategi untuk pengajaran Matematika dengan benar.

”Matematika adalah ilmu tentang struktur yang terorganisasikan. Selain itu

Matematika adalah bahasa, dan agar dapat dipahami orang dengan tepat kita harus

menggunakan simbol dan istilah yang cermat yang disepakati secara bersama”

(Russeffendi 2006: 261).

Perlu kita ketahui bahwa “bahan kajian Matematika, antara lain, berhitung,

ilmu ukur, dan aljabar dimaksudkan untuk mengembangkan logika dan

kemampuan berpikir peserta didik” (UUSPN No.20 Tahun 2003).

Berdasarkan uraian di atas, maka hakikat pembelajaran matematika adalah

suatu proses membelajarkan peserta didik mengenai bahan kajian Matematika

melalui tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode

pembelajaran, media/alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran,

dan tindak lanjut pembelajaran.


3

2.2. Metode Mengajar

“Metode mengajar adalah cara mengajar atau cara menyampaikan materi

pembelajaran kepada siswa untuk setiap pelajaran atau bidang studi” (Ruseffendi,

2006: 281).

Metode mengajar dapat diterapkan dalam setiap pelajaran, asalkan

disesuaikan dengan materi pembelajaran, maupun hal-hal yang berkaitan dengan

proses pembelajaran. Tujuan dari bermacam-macam metode mengajar dan

aplikasinya dalam pengajaran matematika ialah agar guru memiliki pengetahuan

yang luas dan memiliki keterampilan untuk menerapkannya khususnya untuk

pengajaran matematika.

Dalam kenyataannya metode-metode itu bukan merupakan metode yang

murni, maksudnya tanpa keterlibatan metode lain tetapi saling melengkapi.

2.3. Metode Membaca SQ3R

Metode membaca SQ3R dikemukakan oleh Francis P. Robinson pada Tahun

1941 di Universitas Ohio Amerika Serikat. Menurut Soedarso (2010: 60-64),

SQ3R merupakan proses membaca yang terdiri dari lima langkah, yaitu.
4

2.3.1. S-Survey (memeriksa, meneliti atau mengidentifikasi seluruh teks).

Survey atau prabaca adalah teknik untuk mengenal bahan bacaan sebelum

membacanya secara lengkap, dilakukan untuk mengenal susunan dari isi bahan

bacaan yang akan dibaca dengan maksud untuk.

a. Mempercepat menangkap arti,

b. Mendapatkan abstrak,

c. Mengetahui ide-ide penting,

d. Melihat susunan bahan bacaan tersebut,

e. Mendapat minat perhatian yang saksama terhadap bacaan, dan

f. Memudahkan mengingat lebih banyak dan memahami lebih mudah.

Beberapa bentuk survey dalam membaca diantaranya adalah survey buku,

survey bab, dan survey artikel.

Tindakan pertama yang perlu dilakukan dalam survey buku adalah

memperhatikan judul buku dan mengajukan pertanyaan tentang topik yang

terkandung di dalamnya. Lalu melihat nama penulis dan atributnya yang bisaanya

memberikan petunjuk isi tulisan. Untuk melihat aktualisasinya, dapat melihat

tahun penerbitannya. Jika terdapat sampul bagian belakang, sebaiknya perlu

dibaca karena memuat pesan penerbit mengenai hal penting dari buku. Tahap

berikutnya adalah dengan menelusuri daftar isi, membaca pengantar, melihat

tabel, grafik, apendiks dan menelusuri indeks.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan survey bab adalah

dengan mengamati subjudul-subjudul dan kaitannya, mengamati grafik, peta dan


5

lain-lain. Lalu dengan memperhatikan: (a) Paragraf pertama dan akhir (ide pokok

paragraf), (b) Ringkasan (Ikhtisar atau ringkasan tentang bab yang terletak di

bagian tersendiri yaitu mendahului bab itu), (c) Sub judul (untuk mengetahui

hubungan bagian-bagian isi buku itu).

Adapun tahap-tahap dalam survey artikel adalah dengan: (a) membaca

judul, (b) membaca semua sub judul, (c) mengamati tabel, skema atau peta yang

memperjelas isi, (d) membaca pengantar, (e) membaca kalimat pertama sub-bab,

(f) menentukan berguna tidaknya artikel tersebut.

2.3.2. Q-Question (menyusun daftar pertanyaan yang relevan dengan teks).

Bersamaan pada saat survey, pembaca mengajukan pertanyaan sebanyak-

banyaknya tentang isi bacaan itu, dengan mengubah judul dan subjudul serta sub

dari subjudul menjadi suatu pertanyaan. Kata-kata yang digunakan adalah siapa,

apa, kapan, dimana, atau mengapa.

2.3.3. R-Read (membaca teks secara aktif untuk mencari jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun).

Pada tahap ini, pembaca membaca teks tersebut bagian demi bagian, lalu

mencari jawaban atas pertanyaan yang dibentuk berdasarkan judul-judul bagian

atau pertanyaan lain yang muncul sehubungan dengan topik bacaan itu dengan

mengkonsentrasikan pada penguasaan ide pokok serta detail yang penting, yaitu

mendukung ide pokok, memperlambat cara membaca di bagian-bagian penting

atau yang dianggap sulit dan mempercepat kembali pada bagian yang tidak

penting atau yang telah diketahui.


6

Pada tahap membaca ini ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu : (1)

tidak diperlukan membuat catatan-catatan karena akan memperlambat dalam

membaca. Selain itu juga, catatan itu bisa jadi hanya kutipan kata-kata penulisnya

saja. (2) tidak perlu membuat tanda-tanda seperti garis bawah pada kata maupun

frase tertentu, karena ada kemungkinan kesalahan dalam memilih kata yang

digarisbawahi, dan untuk menghindari bahan bacaan penuh dengan coretan tak

berarti.

2.3.4. R-Recite atau Recall (menjawab dan menghafal setiap jawaban yang telah

ditemukan).

Dalam tahap ini pembaca berhenti sejenak setiap selesai membaca suatu

bagian dan mencoba menjawab pertanyaan bagian itu atau menyebutkan hal-hal

penting dari bab itu. Pada kesempatan itu, pembaca juga dapat membuat catatan

seperlunya.

Pada tahap ini pembaca melatih diri dan berusaha tidak membuka kembali

bahan bacaan untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan.

Jika sebuah atau beberapa pertanyaan tidak terjawab, pembaca menjawab

pertanyaan berikutnya hingga seluruh pertanyaan terjawab. Waktu untuk tahap ini

adalah setengah dari waktu untuk membaca.

2.3.5. R-Review (meninjau ulang seluruh jawaban atas pertanyaan yang tersusun

pada langkah kedua dan ketiga).

Salah satu bentuk review adalah dengan membaca ulang untuk menelusuri

kembali judul-judul dan subjudul, jawaban atas pertanyaan, serta bagian penting

lainnya dengan menemukan pokok-pokok penting yang perlu untuk diingat


7

kembali. Membaca ulang dalam tahap ini bukan berarti membaca ulang seluruh

bahan bacaan yang telah dibaca sebelumnya melainkan membaca ulang sebagian

bahan bacaan saja. Tahap ini selain untuk membantu daya ingat dan memperjelas

pemahaman juga untuk mendapatkan hal-hal penting yang terlewatkan.

Membaca dengan menggunakan SQ3R dianggap lebih memuaskan, karena

dengan teknik ini dapat mendorong seseorang untuk lebih memahami apa yang

dibacanya, terarah pada intisari atau kandungan-kandungan pokok yang tersirat

dan tersurat dalam suatu buku atau teks. Selain itu, langkah-langkah yang

ditempuh dalam teknik ini tampaknya sudah menggambarkan prosedur ilmiah,

sehingga diharapkan setiap informasi yang dipelajari dapat tersimpan dengan baik

dalam sistem memori jangka panjang seseorang. Dalam kegiatan pembelajaran

dengan metode SQ3R, pembaca dilatih untuk menceritakan/mengutarakan

kembali dengan kata-kata sendiri. Namun metode SQ3R memerlukan waktu yang

cukup lama karena memiliki tahapan membaca yang sistematis.

2.4. Pengaruh Metode Membaca SQ3R

Pengaruh menurut KBBI adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu

(orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan

seseorang.

Pengertian Pengaruh Menurut Norman Barry


Pengaruh adalah suatu tipe kekuasaan yang jika seorang yang dipengaruhi agar
bertindak dengan cara tertentu, dapat dikatakan terdorong untuk bertindak
demikian, sekalipun ancaman sanksi yang terbuka tidak merupakan motivasi yang
mendorongnya
8

2.5. Komunikasi Matematis

Kata komunikasi dalam bahasa inggris adalah Communication yang berasal

dari kata kerja latin Communicare yang berarti berbicara bersama, berunding,

berdiskusi, dan berkonsultasi satu sama lain. Komunikasi secara konseptual yaitu

memberitahukan dan menyebarkan berita, pengetahuan, pikiran-pikiran dan nilai-

nilai dengan maksud untuk menggugah partisipasi agar hal-hal yang diberitahukan

menjadi milik bersama.

Menurut Effendy (2009: 10) komunikasi adalah proses penyampaian pesan

oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek

tertentu,ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi dalam arti bahwa

proses tersebut melibatkan tiga komponen utama berjalannya komunikasi yaitu

komunikator, siswa sebagai komunikan serta adanya pesan yang disampaikan baik

berupa gagasan, ide, saran, informasi agar tercapainya tujuan pendidikan yakni

meningkatkan pengetahuan seseorang mengenai suatu hal hingga ia

menguasainya.

Tindakan komunikasi juga dapat dilakukan secara verbal yaitu dengan

menggunakan kata-kata baik lisan atau tulisan maupun secara nonverbal dalam

bentuk isyarat (gesture), sikap, tingkah laku, gambar-gambar dan lain-lain. Dalam

hal ini matematika dipandang sebagai alat komunikasi (bahasa matematika) yang

dalam arti matematika sebagai bahasa simbol yang terlukis dalam proses

simbolisasi dan formulasi yaitu mengubah pernyataan dalam bentuk rumus,

simbol, atau gambar. Dengan adanya bahas simbol dalam matematika, maka
9

komunikasi antar individu dengan suatu obyek menjadi lebih mudah. Sebagai

contoh, penyajian data dalam bentuk tabel, diagram atau grafik menjadi lebih

komunikatif dari pada disajikan dalam bahasa verbal.

Untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi terdapat aspek-aspek

dalam komunikasi seperti yang dikemukakan menurut Baroody (1993: 107)

terdapat lima aspek dalam komunikasi matematis diantaranya.

a. Representasi, dalam arti menerjemahkan ide atau masalah dalam bentuk baru.

Dalam aspek ini komunikasi berperan dalam merubah wujud bahasa

matematika tersebut ke dalam simbol-simbol yang lebih mudah untuk

didapatkan strategi pemecahannya. Bentuk representasi matematik tersebut

bisa berupa grafik/gambar, persamaan aljabar, dan dengan kata-kata.

b. Mendengar. Dalam proses diskusi aspek mendengar salah asatu aspek yang

penting karena ini berkaitan dengan bagaimana ia akan berpendapat atau

mengomentari suatu topik tertentu.

c. Membaca. Kemampuan membaca merupakan kemampuan yang kompleks,

karena didalamnya terkait menganalisis, mengingat, memahami, menemukan

apa yang dibaca tersebut. Terlebih membaca hal-hal yang berkaitan dengan

matematika berupa rumus, konsep, dan strategi pemecahan soal.

d. Diskusi merupakan sarana yang mengkomunikasikan hal-hal yang ia dapat

selama proses membaca, mendengar serta menerjemahkan suatu topik

tertentu.
10

e. Menulis adalah alat yang bermanfaat menerjemahkan apa yang ia dapat untuk

diwujudkan dalam bentuk tulisan. Pengalaman matematika yang mendalam

akan terjadi pada proses ini.

Dalam hal ini komunikasi matematis merefleksikan pemahaman matematis

dan merupakan bagian dari daya matematis. Siswa-siswa mempelajari matematika

seakan-akan mereka berbicara dan menulis tentang apa yang mereka sedang

kerjakan. Mereka dilibatkan secara aktif dalam mengerjakan matematika, ketika

mereka diminta untuk memikirkan ide-ide mereka atau berbicara dan

mendengarkan siswa lain dalam berbagai ide, strategi, dan solusi. Menulis

mengenai matematika mendorong siswa untuk merefleksikan pekerjaan mereka

dan mengklarifikasi ide-ide untuk mereka sendiri. Sejalan dengan indikator

komunikasi matematis berikut.

a) Menyatakan suatu situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam

bahasa, simbol, ide, atau model matematik

Contoh :

Umur Budi x tahun, sedangkan umur Iwan 3 kali umur Budi. Jika jumlah

umur mereka adalah 44 tahun, tentukan:

a. Model matematika dari soal tersebut,

b. Umur mereka masing-masing.

Penyelesaian:

Diketahui:

- Umur Budi = x tahun

- Umur Iwan = 3 X umur Budi


11

- Jumlah umur mereka = 44 tahun

a. Misal:

Umur Budi = x

Umur Iwan = y

Jadi model matematikanya adalah x + y = 44.

b. x + y = 44 y = 3x

x + 3x = 44 y = 3 (11)

4x = 44 y = 33

44
x=
4

x = 11

Jadi, Umur Budi adalah 11 tahun dan umur Iwan adalah 33 tahun.

b) Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika

Contoh:

Buatlah model matematika persamaan linear dari kalimat-kalimat berikut.

a. Umur adik ditambah 2 kali umur kakak adalah 20 tahun

b. Harga 2 buku ditambah 3 pensil adalah Rp. 10.000,00.

Penyelesaian:

a. Misal:

Umur adik = x

Umur kakak = y

Jadi model matematikanya adalah x + 2y = 20.

b. Misal:

Harga buku = p
12

Harga pensil = q

Jadi model matematikanya adalah 2p + 3q = 10.000.

Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pengertian komunikasi

menurut berbagai pendapat para ahli bahwa komunikasi adalah interaksi antara

pendidik dalam menyampaikan informasi kepada peserta didik sebagai penerima

informasi yang kemudian peserta didik akan memberikan respon dengan

menyampaikan berbagai pesan kepada guru sehingga terjadi komunikasi dua arah

guna meningkatkan keberhasilan komunikasi untuk mencapai tujuan pembelajaran

yaitu terjadinya perubahan tingkah laku.

2.6. Hubungan SQ3R Dengan Komunikasi Matematik

Membaca dengan menggunakan SQ3R dianggap lebih memuaskan, karena

dengan teknik ini dapat mendorong seseorang untuk lebih memahami apa yang

dibacanya, terarah pada intisari atau kandungan-kandungan pokok yang tersirat

dan tersurat dalam suatu buku atau teks. Selain itu, langkah-langkah yang

ditempuh dalam teknik ini tampaknya sudah menggambarkan prosedur ilmiah,

sehingga diharapkan setiap informasi yang dipelajari dapat tersimpan dengan baik

dalam sistem memori jangka panjang seseorang. Dalam kegiatan pembelajaran

dengan metode SQ3R, pembaca dilatih untuk menceritakan/mengutarakan

kembali dengan kata-kata sendiri.

Komunikasi matematis adalah interaksi antara pendidik dalam

menyampaikan informasi kepada peserta didik sebagai penerima informasi yang

kemudian peserta didik akan memberikan respon dengan menyampaikan berbagai


13

pesan kepada guru sehingga terjadi komunikasi dua arah guna meningkatkan

keberhasilan komunikasi untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu terjadinya

perubahan tingkah laku. Sementara itu, indikator komunikasi matematis adalah

sebagai berikut.

1) Menyatakan suatu situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam

bahasa, simbol, ide, atau model matematik

2) Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan

3) Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika

4) Membaca dengan pemahaman suatu representasi matematika tertulis

5) Mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragrap matematika dalam

bahasa sendiri (Sumarmo, 2010: 6-7)

Dari Uraian diatas, dapat diharapkan metode SQ3R dapat berpengaruh

positif terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa. Hal ini di

dukung dengan penelitian yang relevan sebagai berikut.

1) Abdullah (2009) Penerapan Metode Membaca SQ3R untuk Meningkatkan

Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas VI MI An–Najah Matanair

Rubaru Sumenep Tahun Pelajaran 2009 / 2010. Metode yang digunakan

adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subjek kelas VI MI An-

Najah Matanair Rubaru. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa teknik

SQ3R dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas VI

MI An-Najah Matanair Rubaru Sumenep. Kelebihan dari penelitian ini adalah

peneliti sudah cukup bagus dalam manajemen waktu pembelajaran di kelas.

Masih terdapat kekurangan dalam penelitian ini, yakni siswa masih bersifat
14

pasif dalam kegiatan pembelajaran, hal ini terjadi karena metode SQ3R

adalah hal yang baru bagi siswa.

2) I Gusti Ngurah Pujawan (2003) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Dengan Metode SQ3R Dalam Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar

Matematika Siswa SMP. Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) dengan subjek siswa kelas IIA SMP Negeri 4 Singaraja tahun

ajaran 2003/2004 yang terdiri atas 39 orang. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa teknik SQ3R dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi

belajar siswa. Kelebihan dari penelitian ini adalah penggunaan media LKS

yang dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa dan peneliti sudah cukup

bagus dalam manajemen kelas. Masih terdapat kekurangan dalam penelitian

ini, yakni masih belum optimalnya kerjasama kelompok dalam memecahkan

masalah dan masih sulitnya menumbuhkan motivasi belajar siswa.

Anda mungkin juga menyukai