Anda di halaman 1dari 8

A.

Hakikat Membaca Kritis Hakikat membaca kritis sangat relevan dengan kehidupan Anda sebagai calon guru yang dituntut untuk menambah wawasan dan mengambangkan ilmu. 1. HAKIKAT MEMBACA Membaca dapat diartikan sebagai rangkaian sikap atau kegiatan yang berlangsung secara rutin. Tampubolon (1987:228) menyatakan bahwa apabila suatu kegiatan atau sikap, baik yang bersifat fisik maupun mental telah mendarah daging pada diri seseorang, maka dapat dikatakan kegiatan atau sikap itu telah menjadi kebiasaan orang tersebut. Rosidi (1983:76) menyatakan bahwa kebiasaan membaca adalah suatu kegiatan yang harus ditanamkan, dipupuk, dibina, dan didikkan (dibelajarkan) karena hal itu tidak tumbuh secara otomatis. Untuk meningkatkan tradisi membaca di kalangan Bahasa Indonesia 17 Penalaran dan Membaca Kritis siswa dalam proses pembelajaran Menulis harus ada upaya interaksi pembelajaran (kolaboratif) yang memberi rangsangan, motivasi, dan minat untuk mengadakan pengkajian tema-tema bacaan mutakhir yang berkaitan dengan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks) atau pun pembacaan terhadap tulisantulisan orang lain yang dipublikasikan. Burn dan Lowe (1966:111-113) mengemukakan beberapa indikator minat baca, yaitu: (1) kebutuhan akan bacaan, (2) tindakan mencari bacaan, (3) rasa senang , (4) ketertarikan, (5) kinginan, dan (6) tindak lanjut. Sedangkan menurut Danifil (1985: 60-61 ) kebiasaan membaca memiliki tigi ciri, yaitu; (1) mantap, (2) sukarela, dan (3) otomatis membaca. Kebiasaan membaca merupakan aktivitas yang mantap jika membacanya lebih terarah dengan menggunakan cara yang lebih efektifdan efisien. Kebiasaan membaca merupakan aktivitas sukarela karena perbuatan membaca itu makin menjelma sebagai kebutuhan pribadi. Aktivitas membaca dikatakan otomatis jika orang yang memiliki kebiasaan membaca dengan sendirinya terangsang untuk membaca jika situasi dan kondisi seperti: waktu, tempat, dan jenis bacaan terpenuhi. Untuk mengukur indikator tradisi membaca seseorang dapat dilihat dari sering tidaknya (frekuensi), lama tidaknya (waktu), jenis bacaan (ragam), cara memperoleh (kiat, dana,jurus-jurus membaca), dan daya serap. Makin sering dan makin banyak waktu yang digunakan mahasiswa untuk membaca makin jelaslah tradisi membacanya. Pada hakikatnya membaca merupakan kegiatan atau tindakan atau perilakuuntuk memperoleh informasi melalui simbol-simbol tercetak yang tidak terbatas pada buku tetapi juga mencakup surat kabar, brosur, leaflet, papan nama, dan lain-lain. Oleh karena yang dibaca itu simbol-simbol maka makna atau informasi yang diperoleh adalah abstrak. Dengan demikian membaca dapat pula diartikan berpikir abstrak, yaitu membayangkan suatu benda atau kejadian tanpa melihat atau mengalaminya sendiri tetapi hanya melalui bacaan. Adapun membaca bisa dilakukan dengan tujuan untuk memahami isi bacaan, bukan bagian-bagian rinciannya yang detail-detail. Oleh karena itu, strategi ini menuntut kecepatan yang paling tinggi yang dapat dilakukan seseorang. Kecepatan

yang tinggi akan menyebabkan lompatan-lompatan dalam membaca. Bagian-bagian tertentu dari bacaan yang dilompati sehingga panjang bacaan menjadi berkurang hingga 30-40%. Membaca cepat memiliki beberapa keuntungan , di antaranya seseorang dapat meninjau kembali secara cepat materi yang pernah dibacanya. Kemudian, ia memperoleh pengetahuan yang luas tentang apa yang dibacanya sesuai dengan sifat bacaan yang tidak memerlukan pendalaman. Kunci membaca cepat ialah melaju terus. Pada waktu mulai berlatih, berusahalah untuk membiasakan gerakan mata dan proses berpikir yang diperlukan dalam membaca cepat. Pada permulaan latihan, pemahaman isi tidaklah terlalu diutamakan. Upaya menanamkan "keinginan untuk membaca cepat " , itu yang pertama kali ditumbuhkan. Untuk berlatih membaca cepat dikenal dengan istilah latihan irama internal (irama internal satu detik/halaman, irama dua detik/halaman, dan sebagainya). Yang 18 Penalaran dan Membaca Kritis Bahasa Indonesia dimaksud irama internal satu detik/ halaman ialah hitungan yang memakan waktu satu detik, yang dilakukan berulang-ulang dan terus-menerus selama membaca, yang diikuti dengan pindah halaman. 2. TEKNIK MEMBACA KRITIS Sebelum membaca secara kritis, ada dua langkah yang perlu dilakukan dalam menyeleksi sumber rujukan yang akan digunakan. Pada tahap tersebut, penulis harus mampu membaca secara selintas (skimming) berbagai buku dan artikel unutk dapat memilah sumber rujukan yang tepat bagi topiknya. Dengan membaca selintas, penulis dapat memilih sumber rujukan yang tepat dan, kemudian, membaca ulang sumber tersebut secara lebih baik. Langkah kedua adalah membaca ulang sumber rujukan yang terpilih secara lengkap. Dalam membaca secara lebih cermat ini, penulis harus dapat menangkap inti permasalahan yang diajukan oleh penulis sumber rujukan yang bersangkutan. Jika berniat untuk mengutip sebuah pendapat, penulis harus membaca sumber rujukan lain yang berkaitan dengan bagian yag akan dikutip dan memahami secara mantap maksud dan sudut pandang penulis dari bagian yang akan dikutip. Untuk membaca dengan kritis, sebaiknya penulis menandai bagian-bagian dalam sumber rujukan yang penting baginya. Ada bacaan, yaitu menggarisbawahi bagian yang penting, member tanda stabile, memberi garis vertical pada bagian yang penting, member catatan pada pias (margin) luar. Dengan menandai bacaan, ada beberapa manfaat yang penulis peroleh, yaitu : a) penulis akan membaca dengan minat dan perhatian yang tinggi. Selain itu, penulis sangat berhati-hati dan waspada agar dapat menangkap gagasan pokok dalam sumber rujukan yang dibacanya. b) penulis akan membaca dengan aktif. Artinya, penulis akan mencerna dan mengolah informasi yang diperolehnya. Paling tidak, penulis akan menghubungkan sumber rujukannyadengan kepentingan penelitian atau tulisannya sendiri. c) tanda dan catatan pada sumber rujukan akan mengingatkan penulis pada

gagasannya sendiri dan kaitannya dengan sumber rujukan. Selain itu, penulis dapat mempertajam pandangannya atas gagasan yang dipilihnya. a. Teknik SQ3R Salah satu teknik membaca kritis yang sering dibicarakan dan dipraktikkan adalah SQ3R (Survey, Question, Read, Recite/Recall, Review). Singkatan itu menunjukkan proses membaca yang terdiri atas lima langkah, yaitu mempersiapkan diri (survey), bertanya (question), membaca (read), menjawab pertanyaan atau mendaras ulang isi teks (recite/recall), mengkaji ulang hasil bacaan (review). Dengan melakukan kelima langkah tersebut, diharapkan bahwa kita dapat menemukan pokokpokok pikiran dalam buku yang dibutuhkan untuk menyusun makalah. SQ3R ialah teknik membaca kritis yang telah diperkenalkan oleh Robinson (1961). Ia merupakan satu kaidah membaca yang dilakukan seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang terdapat dalam bacaan berdasarkan tujuan yang ingin dicapainya. Bahasa Indonesia 19 Penalaran dan Membaca Kritis SQ3R adalah singkatan bagi; S (survey) tinjau Q (question) soal/tanya R (read) baca R (recite) imbas kembali atau nyatakan secara lisan R (review) baca semula Mempersiapkan Diri (Survey) Survey (tinjau) ialah langkah membaca untuk mendapatkan gambaran keseluruhan tentang isi yang terkandung di dalam bahan bacaan. Ini dilakukan dengan meneliti judul besar, judul kecil (subjudul), gambar-gambar atau ilustrasi, grafik, membaca paragraf awal, dan paragraf terakhir di bagian-bagian buku atau teks. Pada saat mempersiapkan diri, penulis berusaha mengenal bahan secara lengkap sebelum membacanya secara terperinci. Hal itu dilakukan agar penulis dapat mengenal organisasi dan ikhtisar umum dari sumber rujukan yang akan dibaca. Cara itu dilakukan dengan membaca selintas atau teknik skimming. Hal yang dilakukan dalam membaca selintas adalah: 1) menelusuri daftar isi, 2) membaca bagian pengantar, 3) melihat tabel, grafik, dan lain-lain, 4) menelusuri lampiran dan indeks, Bertanya (Question) Pada langkah ini penulis mengajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya berkaitan dengan sumber rujukan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mengubah semua judul dan subjudul ke dalam bentuk kalimat tanya. Setiap pertanyaan yang dibuat dapat saja menjadi pemicu bagi munculnya berbagai pertanyaan lainnya. Dengan adanya pertanyaan itu, penulis akan membaca secara aktif dan akan menangkap dengan mudah gagasan yang ada dalam sumber rujukan

itu. Question (pertanyaan) ialah langkah yang memerlukan pembaca mengumpulkan ciri teks tersebut sesuai dengan tujuannya tentang hal yang diperoleh dari bahan tersebut, dan menjadi garis panduan ketika membaca. Dengan demikian pembaca akan mampu menjawab pertanyan-pertanyaan berdasarkan teks tersebut. Membaca (Read) Berikutnya, penulis akan membaca secara kritis. Sumber rujukan dibaca bagian demi bagian. Sambil membaca, penulis berusaha mencari bagian yang merupakan jawaban atas pertanyaan yang diajukan pada tahap Bertanya. Pada tahap ini, penulis mengusahakan agar bagian dari sumber rujukan yang merupakan jawaban atas pertanyaan penulis berkaitan pula dengan topik yang akan ditulis. Penulis mengusahakan untuk menangkap gagasan pokok dari sumber rujukan. Read (baca) ialah membaca bahan atau teks tersebut secara aktif serta mencoba menjawab masalah yang telah diuraikan sebelumnya. Ketika membaca, pembaca mungkin juga akan menyajikan masalah selanjutnya, berdasarkan perkembangan pemahaman dan keinginan selama meembaca. Pembaca mungkin juga mempermasalahkan pendapat atau pendapat yang ditemuinya. Bahasa Indonesia Menyatakan Kembali (Recite) Setelah selesai membaca, penulis harus menjawab pertanyaan yang diajukan sebelumnya dan menyebutkan unsur-unsur penting dari bagian yang dibaca. Ada kemungkinan bahwa tahap ini perlu diulang beberapa kali. Penulis harus sabar meluangkan waktu untuk menangkap masalah yang sedang dibacanya. Mendaras merupakan langkah yang penting karena dengan membaca ulang, pembaca dapat memantapkan pikirannya berkaitan dengan topik pembahasannya maupun topik yang ada dalam sumber rujukan Recite (menyatakan kembali) ialah peringkat yang ketiga.Setelah selesai membaca, pelajar cuba mengingat kembali informasi yang telah dibaca dan meneliti segala yang telah diperoleh. Pemilihan bacaan yang sesuai dilakukan dalam konteksnya. Pelajar juga boleh mencoba menjawab soalan-soalan yang diuraikan sebelumnya tanpa merujuk kepada pada nota atau bahan yang telah dibaca. Mengkaji Ulang (Review) Setelah selesai mendaras dan membaca ulang, sebaiknya, penulis mengkaji ulang segala sesuatu yang berkaitan dengan topiknya dan topic dalam sumber rujukan. Penulis harus menelusuri kembali judul-judul dan subjudul Bab yang telah dibacanya. Jika penulis telah membaca semua sumber rujukan yang diperlukan denga metode SQ3R tersebut, langkah terakhir adalah membandingkan sumber-sumber rujukan. Mencari persamaan dan perbedaan dari berbagai sumber tersebut dan kemudian merangkaikannya dalam sebuah sintesis. Review (baca semula) merupakan peringkat terakhir. Pelajar membaca bahagian-bahagian buku atau teks secara berpilih untuk mengesahkan jawapanjawapan kepada soalan yang dibuatnya di langkah ketiga. Pelajar juga memastikan tiada fakta penting yang tertinggal. b. Teknik Membaca KWLH KWLH adalah singkatan berikut:

K (know) Apa yang telah diketahui (sebelum membaca) W (want) Apa yang hendak diketahui (sebelum membaca) L (learned) Apa yang telah diketahui (selepas membaca) H (how) Bagaimana untuk mendapat pengetahuan tambahan yang berkaitan (untuk membaca seterusnya) Apa menjelaskan suatu teknik membaca kritis ketika pembaca;mengingat dahulu apa yang telah diketahui, membayang atau menentukan apa yang ingin diketahui, melakukan membaca (bahan yang telah dipilih), mengetahui apa yang telah diperoleh dari bacaan yang baru dilakukan, menentukan apa lagi yang perlu diperoleh (sekiranya perlu membaca seterusnya) Teknik membaca ini mengaitkan pengetahuan yang ada dengan bacaan yang dibaca, menentuka apa yang telah diperoleh dari bacaannya, dan menentukan lagi bahan yang perlu dibaca sekiranya ingin mendapat pengetahuan tambahan. Bahasa Indonesia Penalaran dan Membaca Kritis Dalam memudahkan teknik ini dapat digunakan tabel seperti di bawah. Know (K) Apa yang sudah diketahui? Want (W) Apa yang hendak diketahui? Learned (L) Apa yang telah dipelajari/diperoleh? How (H) Apa lagi pengetahuan tambahan yang diperlukan? c. Teknik Skimming dan Scanning Teknik skimming dan scanning ini digunakan untuk membaca bahan yang ringkas seperti sesuatu kutipan ataupun bacaan yang lebih panjang seperti buku, jurnal, dan majalah. Dalam membaca kutipan, kita hanya memberi perhatian pada ide penting untuk mendapat gambaran umum. Ide-ide khusus sengaja diabaikan. Dalam membaca buku pula, fokus kita pada bagian tertentu di dalam buku itu seperti pengenalan, prakata, isi kandungan, tajuk utama, rumusan pada akhir bab, dan rujukan indeks untuk mendapat gambaran umum tentang isi bacaan. Scanning ialah teknik membaca cepat untuk mendapatkan pengetahuan yang khusus dan bukan untuk mendapat gambaran keseluruhan sesuatu bahan bacaan. Cara ini boleh melewati bagian-bagian yang kurang penting. Ketika kita membaca, kita akan menggerakkan mata kita dari atas ke bawah dengan cepat mengikuti wacana yang dibaca sambil mencari pikira utama atau kata yang dicari. Oleh karena itu, membaca cara ini lebih cepat daripada membaca skimming. Scanning atau memindai adalah teknik membaca untuk memperoleh informasi

secara cepat dan langsung pada sasarannya. Dalam kehidupan sehari-hari membaca dengan cara memindai ini dilakukan untuk mencari: nomor telepon, kata dalam kamus, entri pada indeks, angka statistik atau tabel, jadwal siaran televisi, jadwal perjalanan. Akan tetapi, ada pula cara membaca memindai prosa, yakni mencari informasi topik tertentu dalam suatu bacaan. Artinya, kita mencari informasi yang kita butuhkan dengan mencari terlebih dahulu bagian dari bacaan yang memuat informasi tersebut. Langkah-langkahnya adalah 1) Carilah kata kunci yang dibutuhkan, 2) Kenalilah organisasi dan struktur bacaan untuk memperkirakan letak kata atau istilah yang dicari. Lihat gambar, grafik, tabel, jika disediakan. (Jika kita memindai buku, cobalah cari kata atau istilah itu melalui daftar isi dan indeks). 3) Gerakkanlah mata secara sistematik dan cepat. Ada dua cara: (1) seperti anak panah langsung ke tengah bacaan dan meluncur ke bawah atau (2) dengan cara pola S atau zig-zag. 4) Setelah menemukan letak kata atau istilah yang dicari, lambatkan kecepatan membaca untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Jadi, sebenarnya membaca memindai bisa juga diterapkan pada sebuah bacaan pendek. Teknik ini dilakukan pada tahap awal membaca. pembaca diberi waktu tertentu untuk membaca. Kemudian, siswa dihadapkan pada pertanyaan yang bersifat Indonesia umum. Berikutnya, barulah pembaca diharuskan memeriksa ulang jawabannya dengan membaca kembali teks. Terakhir, pembaca diharuskan menjawab pertanyaan yang bersifat lebih khusus yang memaksa pembaca membaca secara lebih cermat/intensif. Skimming adalah tindakan untuk mengambil inti bacaan itu, yaitu gagasan pokok dan detail penting bacaan yang tidak selalu terletak di awal bacaan tetapi seringkali muncul di tengah atau di akhir bacaan. Skimming merupakan suatu keterampilan membaca yang diatur secara sistematis untuk memperoleh hasil yang efisien. Misalnya: untuk mengenali topik bacaan; untuk mengetahui opini (pendapat) seseorang; untuk memperoleh bagian penting yang kita butuhkan tanpa perlu membaca seluruh buku atau bacaan; untuk mengetahui kerangka sebuah tulisan; untuk penyegaran kembali ingatan mengenai sesuatu yang pernah dibaca atau jika akan menyampaikan ceramah atau sambutan. Oleh karenanya, setiap kegiatan membaca dapat dilakukan dengan menerapkan kedua sistem membaca ini, termasuk kegiatan membaca sastra. Jangan lupa untuk kemudian mewajibkan siswa membaca secara lebih cermat. RUMUS MEMBACA CEPAT

JENIS-JENIS MEMBACA

A. Membaca cepat Teknik membaca cepat dapat digunakan sebagai salah satu cara belajar efektif. Membaca cepat merupakan teknik membaca dengan memindahkan padangan mata secara cepat, kata demi kata, frase demi frase, atau baris demi baris. Teknik membaca cepat bertujuan agar pembaca dapat memahami bacaan dengan cepat. Cara membaca cepat: 1. Konsentrasi saat membaca. 2. Menghilangkan kebiasaan membaca dengan bersuara dan bibir bergerak. 3. Perluas jangkauan mata ketika membaca. 4. Tidak mengulang-ulang bacaan. Dalam teknik membaca cepat, digunakan rumus untuk menghitung kecepatan membaca. Rumus tersebut adalah: KB : Jumlah kata dalam bacaan x 100% Waktu yang ditempuh Keterangan: KB = Kecepatan Membaca B. Membaca Sekilas Membaca sekilas (skimming) biasa dilakukan ketika membaca koran atau bacaan-bacaan ringan lainnya. Teknik membaca ini dilakukan dengan tujuan agar dapat menemukan infromasi yang diperlukan. Ketika membaca koran, tidak semua informasi dalam koran perlu dibaca, hanya hal-hal yang dianggap penting sudah mewakili informasi yang ingin diketahui. Membaca sekilas adalah teknik membaca yang dilakukan sekilas pada bagian-bagian teks, terutama judul, daftar isi, kata pengantar. indeks atau hal umum lainnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membaca sekilas adalah sebagai berikut: 1. jika membaca koran, bacalah setiap judul bacaan dalam koran tersebut, 2. baca garis besar bacaan atau kepala berita yang terdapat pada koran tersebut, dan 3. jika telah telah menemukan bacaan yang diinginkan, mulai untuk membacanya. C. Membaca Memindai Membaca memindai disebut juga membaca scanning, yaitu teknik membaca yang digunakan untuk mendapatkan informasi tanpa membaca yang lain. Melainkan langsung pada masalah yang diperlukan. Teknik membaca memindai, biasanya dilakukan ketika mencari nomor telepon, mencari arti kata atau istilah di kamus, dan mencari informasi di ensiklopedia. D. Membaca Intensif Membaca intensif adalah teknik membaca yan dapat diterapkan dalam upaya mencari informasi yang bersifat detail. Membaca intensif juga dapat diterapkan untuk mencari informasi sebagai bahan diskusi.

Membaca intensif, disebut juga membaca secara cermat. Membaca dengan cermat akan memperoleh sebuah pokok persoalan atau perihal menarik dari suatu teks bacaan untuk dijadikan bahan diskusi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membaca intensif adalah sebagai berikut: 1. membaca dengan jeli sehingga dapat menentukan hal yang paling menarik dari hal-hal lain, 2. mempertimbangkan kemampuan diri dal kemampuan teman diskusi berkenaan dengan kemampuan diri menguasai atau memahami perihal yang akan didiskusikan, dan 3. mempertimbangkan referensi yang dimiliki oleh peserta diskusi terkait hal yang akan didiskusikan. E. Membaca Ekstensif Membaca ekstensif adalah kegiatan membaca yang dilakukan dengan cara tidak begitu detail. Kegiatan membaca ekstensif ditujukan untuk mendapatkan informasi yang bersifat pokok-pokok penting dan bukan hal yang sifatnya terperinci. Berdasarkan informasi pokok tersebut, kita sudah dapat melihat atau menarik kesimpulan mengenai pokok bahasan atau masalah utama yang dibicarakan. Membaca ekstensif dapat digunakan ketika membaca beberapa teks yang memiliki masalah utama sama. Kita dapat menarik kesimpulan mengenai teks yang memiliki masalah utama yang sama, meskipun pembahasan detailnya berbeda. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika membaca ekstensif dua teks: 1. membaca kedua teks secara keseluruhan, sehingga mendapatkan pemahaman terhadap kedua isi teks, 2. memahami pokok-pokok penting yang disampaikan dalam masing-masing teks, 3. membandingkan kedua teks, sehingga memperoleh gambaran adanya persamaan dan perbedaannya, dan 4. menarik kesimpulan mengenai masalah utama kedua teks.

Daftar pustaka
http://belajarbahasa-bahasaindonesia.blogspot.com/2012/05/jenis-jenis-membaca.html

Anda mungkin juga menyukai