Anda di halaman 1dari 7

KEEFEEKTIFAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KEKUATAN OTOT

EKSTREMITAS PADA PASIEN STROKE

Havid Maimurahman dan Cemy Nur Fitria


Akper Pku Muhammadiyah
Akper PKU Muhammadiyah Surakarta
Jl. Tulang Bawang Selatan No 26 Tegalsari RT 06 RW III Kadipiro Banjarsari Surakarta
cemynurfitria@yahoo.co.id / 08172854255

Abstrak:
Pergerakan dapat terganggu oleh adanya gangguan pada perubahan produksi
neurotransmiter yang perjalanannya dari saraf ke otot, atau pada aktifitas dari aktifitas otot.
Postur juga diatur oleh sistem saraf. Postur ditentukan dari koordinasi propiosepsi dan
keseimbangan.
Tujuan penelitian untuk mengetahui keefektifan Range Of Motion (ROM) terhadap
kekuatan otot pada pasien pasca stroke, dengan metode penelitian pre eksperimental one
design pretest-postest non random.
Hasil perhitungan uji Wilcoxon nilai uji statistik Z sebesar –3,000 dengan p sebesar
0,003. Nilai p < 0,05 sehingga diputuskan terdapat perbedaan (peningkatan) derajat
kekuatan otot pasien sebelum dan sesudah terapi ROM termasuk signifikan (p = 0,003 <
0,05). Terapi ROM dinyatakan efektif dalam meningkatkan kekuatan otot ekstremitas
penderita stroke pada signifikan 95 %.
Kesimpulan : terdapat perbedaan yang signifikan derajat kekuatan otot sebelum dan
sesudah terapi ROM.

Kata Kunci : Range Of Motion (ROM), otot ekstremitas, pasien stroke

EFFECTIFITY RANGE OF MOTION (ROM) ON POWER STROKE PATIENTS LIMB


MUSCLES

Abstract:
The movement can be interrupted by a disturbance in neurotransmitter production
changes that travels from the nerve to the muscle, or the activity of the muscle activity.
Posture is also regulated by the nervous system. Posture is determined from propiosepsi
coordination and balance.
The purpose of research to determine the effectiveness of Range Of Motion (ROM)
on muscle strength in patients with post-stroke, with one research method pre experimental
pretest-posttest design non-random.
The calculation result Wilcoxon test statistic Z value of -3.000 with p equal to 0.003. P
values <0.05 so it was decided there is a difference (increase) the degree of muscle strength
of patients before and after therapy ROM includes significant (p = 0.003 <0.05). Therapy
ROM declared effective in increasing muscle strength in significant limb of stroke patients
95%.
Conclusions: There are significant differences in the degree of muscle strength before
and after ROM therapy.

Keywords: Range Of Motion (ROM), limb muscles, stroke patients


PENDAHULUAN atau secara cepat dalam beberapa jam
Badan Kesehatan se-Dunia (WHO) dengan gejala atau tanda-tanda sesuai
memperkirakan sekitar 15 juta orang dengan daerah yang terganggu.
terkena stroke setiap tahunnya. Stroke (Soeharto, 2001).
merupakan penyebab kematian utama Tanda dan Gejala orang akan
urutan kedua pada kelompok usia diatas mengalami stroke meliputi: (1). Muncul
60 tahun. Negara-negara miskin dan kehilangan rasa atau kelemahan pada
berkembang, seperti Indonesia, insiden muka, bahu, atau kaki, terutama bila
stroke cenderung meningkat setiap hanya terjadi pada separuh badan,(2).
tahunnya meskipun sulit mendapat data Merasa bingung, sulit berbicara atau
yang akurat (Ginanjar, 2009). menangkap pembicaraan lawan bicara,
Range of motion adalah latihan (3). Kesulitan melihat pada sebelah mata
gerakan sendi yang memungkinkan atau keduanya, (4). Tiba-tiba kesulitan
terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, berjalan, merasa pusing, dan kehilangan
di mana klien menggerakan masing- keseimbangan atau koordinasi,(5). Sakit
masing persendiannya sesuai gerakan kepala yang amat sangat tanpa diketahui
normal baik secara aktif ataupun pasif. apa penyebabnya (Cholik, 2009).
(Potter dan Perry (2006). Tujuan ROM Klasifikasi stroke berdasarkan
adalah : (1). Mempertahankan atau proses patologi dan gejala klinisnya stroke
memelihara kekuatan otot, (2). dapat diklasifikasikan menjadi : (1). Stroke
Memelihara mobilitas persendian, (3) hemoragik; terjadi perdarahan serebral
Merangsang sirkulasi darah, (4). dan mungkin juga perdarahan
Mencegah kelainan bentuk. subarachnoid yeng disebabkan pecahnya
Prinsip Dasar Latihan ROM adalah: pembuluh darah otak,
(1). ROM harus diulang sekitar 8 kali dan (2). Stroke non hemoragik; Iskemia yang
dikerjakan minimal 2 kali sehari, (2). ROM disebabkan oleh adanya penyumbatan
dilakukan perlahan dan hati-hati agar tidak aliran darah otak oleh thrombus atau
melelahkan pasien, (3). Dalam embolus.( Lumantobing, 2008).
merencanakan program latihan ROM, Kekuatan otot dapat digambarkan
perhatikan umur pasien, diagnosis, tanda sebagi kemampuan otot menahan beban
vital, dan lamanya tirah baring, (4). ROM baik berupa beban eksternal (external
sering diprogramkan oleh dokter dan force) maupun beban internal (internal
dikerjakan oleh fisioterapi atau perawat, force). Kekuatan otot sangat berhubungan
(5). Bagian-bagian tubuh yang dapat dengan sistem neuromuskuler yaitu
dilakukan ROM adalah leher, jari, lengan, seberapa besar kemampuan sistem safaf
siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan mengaktifasi otot untuk melakukan
kaki, (6). ROM dapat dilakukan pada kontraksi.
semua persendian atau hanya pada Penilaian Kekuatan Otot
bagian-bagian yang dicurigai mengalami mempunyai skala ukur yang umumnya
proses penyakit, (7). Melakukan ROM dipakai untuk memeriksa penderita yang
harus sesuai dengan waktunya, misalnya mengalami kelumpuhan selain
setelah mandi atau perawatan rutin telah mendiagnosa status kelumpuhan juga
dilakukan. dipakai untuk melihat apakah ada
Klasifikasi Latihan ROM meliputi: kemajuan yang diperoleh selama
(1). Latihan ROM pasif adalah latihan menjalani perawatan atau sebaliknya
ROM yang dilakukan pasien dengan apakah terjadi perburukan pada penderita.
bantuan perawat setiap gerakan, (2). Penilaian tersebut meliputi : (1). Nilai 0:
Latihan ROM aktif adalah latihan ROM paralisis total atau tidak ditemukan adanya
yang dilakukan sendiri oleh pasien tanpa kontraksi pada otot, (2) Nilai 1: kontaksi
bantuan perawat di setiap gerakan yang otot yang terjadi hanya berupa perubahan
dilakukan. dari tonus otot, dapat diketahui dengan
Stroke adalah gangguan fungsi palpasi dan tidak dapat menggerakan
saraf yang disebabkan oleh gangguan sendi, (3) Nilai 2: otot hanya mampu
aliran darah dalam otak yang dapat timbul mengerakkan persendian tetapi
secara mendadak dalam beberapa detik kekuatannya tidak dapat melawan
pengaruh gravitasi, (4) Nilai 3: dapat HASIL PENELITIAN DAN
menggerakkan sendi, otot juga dapat PEMBAHASAN
melawan pengaruh gravitasi tetapi tidak
kuat terhadap tahanan yang diberikan Hasil Penelitian
pemeriksa, (5) Nilai 4: kekuatan otot Analisis Univariat
seperti pada derajat 3 disertai dengan 1. Umur
kemampuan otot terhadap tahanan yang Tabel 1. Distribusi Frekuensi
ringan, (6) Nilai 5: kekuatan otot normal. berdasarkan Umur
(Suratun, dkk, 2008). Umur f %
Bangsal Anggrek 2 RSUD Dr. < 50 tahun 1 10
Moewardi merupakan bangsal yang 50 – 60 tahun 7 70
diperuntukkan bagi pasien dengan > 60 tahun 2 20
gangguan saraf, dan terdapat unit stroke. Total 10 100
Di bangsal ini penderita stroke yang Tabel 1 pembagian pasien
mengalami gangguan mobilisasi seperti berdasarkan umur. Ada 1 pasien
penurunan kekuatan otot ekstremitas (10%) yang berumur kurang dari 50
diberikan latihan ROM oleh fisioterapi. tahun. Ada 7 pasien (70%) yang
Peran perawat adalah memberikan berumur 50 – 60 tahun. Ada 2 pasien
motivasi dan membimbing klien dalam (20%) yang berumur lebih dari 60
melaksanakan ROM, sehingga tujuan tahun. Sebagian besar pasien
penelitian ini adalah mengetahui berumur 50 – 60 tahun.
keefektifan Range Of Motion (ROM)
terhadap kekuatan otot pada pasien 2. Jenis Kelamin
pasca stroke di Bangsal Anggrek 2 RSUD Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pasien
Dr. Moewardi berdasarkan Jenis Kelamin
JK F %
METODE PENELITIAN Laki-laki 6 60
Penelitian ini menggunakan desain Perempuan 4 40
pre eksperimental one design pretest- Total 10 100
postest dilaksanakan di Bangsal Anggrek Tabel 2 memperlihatkan
2 RSUD Dr. Moewardi sebagai salah satu pembagian pasien berdasarkan jenis
bangsal yang terdapat Unit Stroke. kelamin. Ada 6 pasien (60%) yang
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 berjenis kelamin laki-laki. Ada 4
Mei 2012 sampai dengan 19 Mei 2012. pasien (40%) yang berjenis kelamin
Populasinya adalah pasien stroke perempuan.
menggunakan non probability dengan
metode Accidental sampling sebanyak 56 3. Keadaan Umum
pasien, dengan pasien stroke non Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pasien
hemoragik 19. berdasarkan Keadaan Umum
Instrumen yang digunakan adalah Keadaan Umum f %
lembar observasi derajat kekuatan otot Baik 7 70
ekstremitas disertai pengukuran derajat Sedang 3 30
penilaian kekuatan otot tersebut. Analisa Total 10 100
data diukur dengan uji Wilcoxon pada
Tabel 3 memperlihatkan
signifikansi 95 %.
pembagian pasien berdasarkan
keadaan umum. Ada 7 pasien (70%)
dengan keadaan umum yang
dikategorikan baik. Ada 3 pasien
(30%) dengan keadaan umum yang
dikategorikan sedang. Sebagian
besar pasien keadaan umumnya
termasuk baik.
4. Derajat Kekuatan Otot Sebelum ROM, ada peningkatan derajat
Terapi ROM kekuatan otot pada pasien. Sesudah
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pasien terapi ROM kekuatan ototnya minimal
berdasarkan Derajat pada derajat mampu menggerakkan
Kekuatan Otot Sebelum persendian dan maksimal pada
Terapi ROM derajat mampu menggerakan sendi,
Derajat Kekuatan dapat melawan gravitasi, dan kuat
f %
Otot terhadap tahanan ringan.
1 2 20
2 4 40 Uji Prasyarat
3 4 40 Uji normalitas dilakukan dengan
Total 10 100 menggunakan teknik Shapiro-Wilk Test,
dengan pertimbangan jumlah sampel yang
Tabel 4. memperlihatkan pembagian relatif sedikit.
pasien berdasarkan derajat kekuatan
otot sebelum dilakukan terapi ROM. Tabel 6. Hasil Uji Normalitas
Ada 2 pasien (20%) yang derajat Variabel S-W P
kekuatan ototnya termasuk kategori 1.
Ada 4 pasien (40%) yang derajat Derajat kekuatan otot
kekuatan ototnya termasuk kategori 2. 0,820 0,025
sebelum terapi ROM
Ada 4 pasien (40%) yang derajat
kekuatan ototnya termasuk kategori 3. Derajat kekuatan otot
Pasien dalam penelitian ini sebelum 0,833 0,036
sesudah terapi ROM
dilakukan terapi ROM, kekuatan
ototnya minimal pada derajat hanya
berupa perubahan tonus dan Tabel 6. memperlihatkan hasil uji
maksimal sampai pada derajat normalitas data variabel derajat kekuatan
mampu menggerakkan sendi dan otot sebelum dan sesudah terapi ROM. Uji
dapat melawan gravitasi, namun tidak normalitas derajat kekuatan sebelum
kuat terhadap tahanan. terapi ROM menghasilkan nilai statistik
Shapiro-Wilk sebesar 0,820 dengan p
5. Derajat Kekuatan Otot Sesudah sebesar 0,025. Nilai p < 0,05 sehingga
Terapi ROM data derajat kekuatan otot sebelum terapi
ROM dinyatakan tidak berdistribusi
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Pasien normal. Uji normalitas derajat kekuatan
berdasarkan Derajat sesudah terapi ROM menghasilkan nilai
Kekuatan Otot Sesudah statistik Shapiro-Wilk sebesar 0,833
Terapi ROM dengan p sebesar 0,036. Nilai p < 0,05
Derajat sehingga data derajat kekuatan otot
f % sesudah terapi ROM dinyatakan tidak
Kekuatan Otot
2 2 20 berdistribusi normal, sehingga analisa
3 5 50 menggunakan analisis non parametrik.
4 3 30
Total 10 100 Analisis Bivariat
Tabel 5 memperlihatkan Secara deskriptif diketahui bahwa
pembagian pasien berdasarkan derajat kekuatan otot sesudah terapi ROM
derajat kekuatan otot sesudah lebih baik dibandingkan sebelum terapi
dilakukan terapi ROM. Ada 2 pasien ROM. Apabila diamati secara lebih rinci
(20%) yang derajat kekuatan ototnya diketahui bahwa dari 10 pasien yang
termasuk kategori 2. Ada 5 pasien diteliti, 9 pasien diantaranya mengalami
(50%) yang derajat kekuatan ototnya peningkatan derajat kekuatan otot, atau
termasuk kategori 3. Ada 3 pasien hanya 1 pasien yang tidak mengalami
(30%) yang derajat kekuatan ototnya peningkatan derajat kekuatan otot.
termasuk kategori 4. Dengan Perhitungan uji Wilcoxon menghasilkan
demikian sesudah dilakukan terapi nilai uji statistik Z sebesar –3,000 dengan
p sebesar 0,003. Nilai p < 0,05 sehingga dilakukan terapi ROM, ada
diputuskan H0 ditolak atau Ha diterima. peningkatan derajat kekuatan otot
Kesimpulan dari hasil uji statistik bahwa pada pasien. Kekuatan ototnya
perbedaan derajat kekuatan otot sebelum minimal pada derajat mampu
dan sesudah terapi ROM termasuk menggerakkan persendian dan
signifikan. Terapi ROM berpengaruh maksimal pada derajat mampu
terhadap kekuatan otot. Terapi ROM menggerakan sendi, dapat melawan
secara efektif dapat meningkatkan derajat gravitasi, dan kuat terhadap tahanan
kekuatan otot ekstremitas penderita stroke ringan.
non hemoragik. Tujuan rehabilitasi untuk pasien
stroke adalah membantu pasien untuk
Pembahasan mendapatkan kemandirian maksimal
Berdasarkan hasil yang diperoleh, dan rasa aman saat melakukan
maka pembahasan ini akan dilakukan aktivitas sehari-hari. Latihan ROM
untuk menjawab pertanyaan penelitian merupakan bagian dari proses
1. Karakteristik umur responden rehabilitasi untuk mencapai tujuan
Hasil penilitian menunjukan tersebut. Latihan beberapa kali dalam
pembagian responden berdasarkan sehari dapat mencegah terjadinya
umur. Ada 7 pasien (70%) yang komplikasi yang akan menghambat
berumur 50 – 60 tahun. Risiko terkena pasien untuk dapat mencapai
stroke meningkat sejak usia 45 tahun. kemandirian dalam melakukan
Setelah mencapai 50 tahun, setiap fungsinya sebagai manusia. Latihan
penambahan usia tiga tahun ROM dikatakan dapat mencegah
meningkatkan risiko stroke sebesar terjadinya penurunan fleksibilitas
11-20%, dengan peningkatan sendi dan kekakuan sendi.
bertambah seiring usia. Riwayat Sesudah dilakukan terapi ROM,
stroke dalam keluarga, terutama jika 9 dari 10 pasien mengalami
dua atau lebih anggota keluarga peningkatan derajat kekuatan otot.
pernah mengalami stroke pada usia Derajat kekuatan otot pasien menjadi
kurang dari 65 tahun, dapat pula berkisar antara derajat 2 (mampu
meningkatkan risiko terkena stroke. mengerakkan persendian, tidak dapat
2. Karakteristik jenis kelamin responden melawan gravitasi) hingga derajat 4
Hasil penelitia memperlihatkan (mampu menggerakan sendi, dapat
pembagian responden berdasarkan melawan gravitasi, kuat terhadap
jenis kelamin yaitu ada 6 pasien tahanan ringan). Uji statistik
(60%) yang berjenis kelamin laki-laki menunjukkan bahwa perbedaan
derajat kekuatan otot sebelum dan
3. Karakteristik kekuatan otot responden sesudah terapi ROM termasuk
Hasil penelitian yakni derajat signifikan (p = 0,003 < 0,05) yaitu ada
tingkat kekuatan otot sebelum perbedaan yang bermakna.
dilakukan tindakan ROM ada 4 pasien Kesimpulkan dari hasil penelitian
(40%) yang derajat kekuatan ototnya bahwa terapi ROM memang efektif
termasuk kategori 3. Pasien dalam meningkatkan derajat kekuatan otot
penelitian ini kekuatan ototnya ekstremitas penderita stroke.
minimal pada derajat hanya berupa Temuan dalam penelitian ini
perubahan tonus dan maksimal mendukung konsep terapi ROM
sampai pada derajat mampu sebagai alat efektif untuk
menggerakkan sendi dan dapat meningkatkan kekuatan otot
melawan gravitasi, namun tidak kuat ekstremitas penderita stroke. Tujuan
terhadap tahanan, sedangkan hasil ROM sendiri adalah mempertahankan
penelitian dari derajat tingkat atau memelihara kekuatan otot,
kekuatan otot setelah dilaukan memelihara mobilitas persendian,
tindakan ROM ada 5 pasien (50%) merangsang sirkulasi darah,
yang derajat kekuatan ototnya mencegah kelainan bentuk.
termasuk kategori 3. Sesudah
Keterbatasan Saran
Selama penelitian terjadi beberapa Berdasarkan kesimpulan diatas
kendala diantaranya, terbatasnya pasien maka dapat diajukan saran sebagai
yang dapat dijadikan sebagai responden. berikut:
Selain itu kurangnya motivasi dan 1. Bagi petugas kesehatan terutama di
partisipasi responden dalam melakukan Rumah Sakit Dr Moewardi dapat
tindakan ROM, karena faktor psikologis memberi tindakan ROM untuk
yang dialami responden selama sakit dan peningkatan dan pemeliharaan
mengalami kelumpuhan. Kondisi pasien kekuatan otot ekstremitas pada
yang kadang tidak stabil seperti tanda- penderita stroke yang diharapkan
tanda vital yang sering berubah selama dapat meningkatkan derajat
sakit juga menjadi salah satu kendala. kesehatan masyarakat di wilayah
Salah satu responden pada hari keempat kerja Rumah Sakit Dr Moewardi dan
mengalami perubahan kondisi yang mengajak anggota keluarga turut
menurun sehingga tindakan ROM tidak serta dalam tindakan terapi agar
dapat dilakukan dengan maksimal yang dapat dilakukan setelah pasien
menyebabkan tidak adanya perubahan pulang.
kekuatan otot pada pasien tersebut. 2. Diharapkan kepada masyarakat,
khususnya keluarga agar turut serta
KESIMPULAN dan selalu memberi motivasi kepada
Berdasarkan penelitian dan pasien dalam tindakan ROM pasif
analisis data yang telah dilakukan, sesuai maupun aktif untuk mempercepat
dengan tujuan yang telah ditentukan dapat perubahan skala kekuatan otot secara
diambil beberapa simpulan sebagai optimal khususnya saat pasien sudah
berikut: menjalani rawat jalan dirumah.
1. Pasien penderita stroke di Bangsal 3. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya
Anggrek 2 RSUD Dr. Moewardi yang dapat memanfaatkan karya tulis ini
menjadi sampel dalam penelitian ini sebagai bahan masukan dan dapat
sebagian besar berumur 50 – 60 melanjutkan penelitian ini dengan
tahun (70%), berjenis kelamin laki-laki variabel yang berbeda dikemudian
(60%), keadaan umumnya termasuk hari
baik (70%), dan semuanya menderita
stroke non hemoragik. DAFTAR PUSTAKA
2. Sebelum dilakukan terapi ROM,
derajat kekuatan otot pasien termasuk Cholik Harun. 2009. Buku Ajar Perawatan
kategori derajat 1 (hanya berupa Cedera Kepala dan Stroke.
perubahan tonus) hingga derajat 3 Yogyakarta: Ardana Media.
(mampu menggerakan sendi, dapat
melawan gravitasi, tidak kuat Fauzi. 2009. Metode penelitian Kuantitatif.
terhadap tahanan). Semarang: Walisongo Press.
3. Sesudah dilakukan terapi ROM,
derajat kekuatan otot pasien termasuk Genis Ginanjar. 2009. Stroke Hanya
kategori derajat 2 (mampu Menyerang Orang Tua?.
mengerakkan persendian, tidak dapat Yogyakarta: Bentang Pustaka.
melawan gravitasi) hingga derajat 4
(mampu menggerakan sendi, dapat Imam Soeharto. 2001. Serangan Jantung
melawan gravitasi, kuat terhadap dan Stroke. Gramedia Pustaka
tahanan ringan). Utama.
4. Terdapat perbedaan (peningkatan)
derajat kekuatan otot pasien sebelum Lumantobing. 2008. Stroke, Bencana
dan sesudah terapi ROM dengan Peredaran Darah di Otak. Jakarta:
nilai p = 0,003 < 0,05. Terapi ROM FKUI.
dinyatakan efektif dalam
meningkatkan kekuatan otot
ekstremitas penderita stroke.
Notoadmodjo Soekidjo. 2010. Metode
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Renika Cipta.

Potter dan Perry. 2006. Fundamental


Keperawatan. Jakarta: EGC.

Riduan. 2010. Metode dan Teknik


Menyusun Proposal Penelitian.
Bandung: Alfabeta.

Suratun dkk. 2008. Klien Gangguan


Sistem Muskuloskeletan. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai