Anda di halaman 1dari 8

12.

5 MENGUKUR RISIKO BERDIRI SENDIRI


Resiko berdiri sendiri suatu proyek mencerminkan ketidakpastian arus kasnya.
Investasi yang dibutuhkan, unit penjualan, harga jual, dan biaya operasional yang
ditunjukkan di tabel 12.1 untuk Proyek S merupakan subjek atas ketidakpastian.
Tahun pertama penjualan diproyeksikan 2.685 unit (scharusnya 2.685.000 tapi kita
menyebutnya menjadi 2.685 untuk mempersingkat analisis) untuk dijual pada harga
$2 per unit. Namun, unit yang terjual dapat dipastikan lebih tinggi atau lebih rendah
dari 2.685, dan bagiannya kemungkinan akan berbeda dari yang diperkirakan, yaitu
$2 per unit. Demikian pula variabel lainnya akan berbeda dari nilai yang sudah
diindikasikan. Tentunya, semua dana merupakan nilai yang dihanapkan, dan nilai
yang sebenarnya mungkin berbeda dari alei yang diharapkan. Ada tiga teknik yang
dapat digunakan untuk menilai risiko, yaitu
(1) analisis ensitivitas,
(2) analisis skenario, dan
(3) simulasi Monte Carlo.

Analisis Sensitivitas (Sensitivity Analysis) dari perubahan persentase Perubahan persentase


dalam NPV yang dihasikan yang ada dalam variabel input, hal-hal lain dianggap konstan.

NPV Kasus Dasar ( Base Case NPV) NPV di mana penjualan dan data variabel lainnya diatur
sama dengan nilai yang paling umum (atau base-case)

Analisis Skenario (Scenario Analysis) peristiwa keuangan dibandingkan dengan Suatu teknik
analisis risiko di mana sekumpulan yang "buruk" dan "baik situasi yang paling mungkin terjadi,
atau situasi dasar.

Skenario Kasus Dasar (Base- Case Scenario) Analisis di mana semua pada nilai yang paling
variabel input ditetapkan mungkin.

Skenario Kasus Terburuk (Worst-Case Scenario) Analisis di mana semua variabel input
ditetapkan poda nilai perkiraan terpanjang yang terburuk.

Skenario Kasus Terbaik (Best Case Scenario) menggunakan Analisis di mana semua variabel
input ditetapkan pada nilai perkiraan terbaiknya.

12.5A ANALISIS SENSITIVITAS


Secara logis, kita mengetahui bahwa perubahan dalam variabel input utama, seperti
jumlah unit terjual, akan menyebabkan NPV ikut berubah. Analisis sensitivitas
(sensitivity analysis) mengukur perubahan persentase pada NPV yang diakibatkan
oleh perubahan pementaur pada variabel input, apabila hal-hal yang lain sama dengan
nilai yang diharapkan. Analisis inilah yang paling banyak digunakan untuk analisis
risiko dan dipakai oleh kagian besar perusahaan. Analisis ini dimulai dengan situasi
kasus-dasar, di mana NPV proyek dihitung menggunakan nilai kasus-dasar untuk
setiap variabel input, Berikut merupakan daftar input utama untuk Proyek S:
1. Biaya peralatan
3. Perubahan dalam modal kerja operasi neto
5. Unit penjuaan
6. Harga jual
7. Biaya variabel per unit
8. Biaya tetap operasional
9. Tarif pajak
10. WACC
Dan yang kita gunakan di Tabel 12.1 merupakan data yang paling umum, atau nilai
kasus dasar, dan hasil NPV sebesar $78,82 merupakan NPV kasus dasar (base-case
NPV). Cukup mudah untuk memperkirakan perubahan dalam data, di mana
perubahan tersebut akan menghasilkan NPV yang berbeda.Ketika manajer senior
memeriksa studi penganggaran modal, dia tertarik dengan NPV kasus dasar, tetapi dia
selalu bertanya kepada analis keuangan beberapa pertanyaan tentang "bagaimana
jika": bagaimana jika unit penjualan berubah menjadi 25 persen rendah daripada
tingkat kasus-dasar? Bagaimana jika kondisi pasar memaksa kita atuk menjual di
harga S1.80, bukan pada harga $2? Bagaimana jika biaya variabel Lebih tinggi
daripada yang diperkirakan ? Analisis sensitivitas telah dibuat untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan semacam ini. Setiap variabel akan meningkat atau menurun
dari nilai yang diharapkan, dan mempertahankan variabel lain konstan pada tingkat
kasus-dasar. Kemudian, NPV dihitung menggunakan input yang diubah. Terakhir,
hasil akhir NPV diplot untuk menunjukkan seberapa sensitif NPV terhadap perubahan
setiap variabel, Gambar 12.1 menunjukkan grafik sensitivitas Proyek S terhadap enam
variabel kunci. Tabel yang berada di bawah grafik menujukkan NPV berdasarkan
berbagai nilai input dan NPV tersebut kemudian diatur untuk dibuat grafik. Gambar
12.1 menunjukkan

bahwa sejalan dengan unit terjual dan kenaikan harga, NPV proyek meningkat,
sedangkan yang sebaliknya berlaku untuk variabel, biaya tetap, biaya peralatan, dan
WACC menurunkan NPV proyek. Jarak yang ditunjukkan di bawah tabel dan
kemiringan garis pada grafik mengindikasikan seberapa sensitif perubahan NPV
terhadap perubahan setiap input. Ketika data telah diatur di Gambar 12.1, kemiringan
garis pada grafik menunjukkan seberapa sensitif NPV terhadap setiap input: makin
lebar jarak, makin curam kemiringan variabel dan makin sensitif NPV terhadap
perubahan di variabel ini. Kita melihat bahwa NPV sangat sensitif terhadap perubahan
harga jual, cukup sensitif terhadap perubahan biaya variabel, serta sedikit kurang
sensitif terhadap unit terjual dan biaya tetap, tetapi tidak sangat sensitif terhadap
perubahan biaya peralatan atau WACC. Jika kita membandingkan dua proyek, proyek
dengan garis sensitivitas yang curam akan lebih berisiko, dan yang lainnya tetap
konstan, karena perubahan yang relatif kecil divariabel input yang akan menghasilkan
perubahan besar di NPV. Jadi, analisis sensitivitas memberikan pandangan yang
berguna terhadap risiko suatu proyek.

12.5B ANALISIS SKENARIO


Di dalam analisis sensitivitas, kita mengubah variabel satu per satu. Akan tetapi, akan
sangat membantu jika kita mengetahui apa yang akan terjadi pada NPV proyek jika
Analisis seluruh input ternyata lebih baik atau lebih buruk dari yang diperkirakan
sebelumnya. (Scenario Demikian pula, kita dapat memberikan probabilitas terjadi
pada skenario yang baik, buruk, dan memiliki kemungkinan besar akan terjadi (kasus
dasar), kemudian kita akan dapat menghitung nilai yang diharapkan dan standar
deviasi NPV. Analisis skenario (cenario analysis) memungkinkan kita untuk
mengubah lebih dari satu variabel pada satu waktu, dan menggabungkan
kemungkinan perubahan variabel kunci. Di dalam analisis skenario, kita mulai dengan
skenario kasus dasar (base-case scmario) yang menggunakan nilai data yang yang
paling umum. Kemudian, kita berkomunikasi dengan divisi pemasaran, teknisi, dan
operasional lainnya untuk menentukan skenario kasus terburuk (worst-case scenario)-
unit terjual rendah, harga jual rendah, biaya variabel tinggi, dan sebagainya-dan
skenario kasus terbaik (best-case Kenerio). Sering kali, skenario terbaik dan terburuk
ditentukan saat perusahaan memiliki 25 persen kemungkinan kondisi yang baik atau
buruk, dengan 50 persen kemungkinan kondisi kasus dasar. Tentu saja, suatu kondisi
dapat memiliki lebih dari tiga nilai, tetapi penyusunan skenario berguna untuk
membantu kita memahami risiko proyek dalam Nilai kasus terbaik, terburuk, dan
kasus dasar untuk Proyek S ditunjukkan Gambar 12.2 beserta penempatan datanya.
Jika proyek sangat sukses maka kombinasi dari harga jual yang tinggi, biaya produksi
yang rendah, dan tingginya unit penjualan akan menghasilkan NPV yang sangat
tỉnggi, yaitu $7.450.38. Namun, jika kondisi memburuk NPV akan menjadi negatif
$4.782,40. Grafik tersebut menunjukkan lebarnya kisaran kemungkinan, dan
menyimpulkan bahwa proyck tersebut berisiko. Jika kondisi buruk terjadi, perusahaan
tidak akan bangkrut-ini hanya satu proyek untuk perusahaan besar Tetap saja,
kehilangan $4.782,40 (atau $4.782.400 karena kita menghitung dalam ribune dolar)
akan menjatuhkan harga saham perusahaan. Jika kita mengalikan setiap kemungkinan
skenario dengan NPV menurut salah satu skenario, kemudian menjumlahkan seluruh
produknya, kita akan mendapatkan NPV proyek yang diharapkan, yaitu sebesar
$706,40, seperti yang ditunjukkan di Gambar 12.2. Perhatikan bahwa NPV yang
diharapkan berbeda dengan NPV kasus-dasar, Ini bukanlah suatu kesalahan-secara
matematis, nilainya tidak sama. Kita juga menghitung standar deviasi dari NPV yang
sudah diharapkan sebesar $4.370,24. Ketika kita membagi standar deviasi itu dengan
NPV yang diharapkan, kita menghitung koefisien variasi, 6,19. yang merupakan
ukuran risiko berdiri-sendiri. Risiko rata-rata proyek milik perusahaan memiliki
koefisien variasi sebesar 2,0, sehingga koefisien variasi (CV) sebesar 6.19
mengindikasikan bahwa proyek ini lebih berisiko dibandingkan dengan proyek lain
dalam perusahaan.
WACC perusahaan adalah 10 persen sehingga dapat digunakan untuk menghitung
NPV dari risiko rata-rata proyck. Proyek S lebih berisiko dibanding rata-rata maka
tingkat diskonto yang lebih tinggi harus digunakan untuk menghitung NPV, Tidak ada
cara untuk menentukan tingkat diskonto yang "tepat"-ini adalah ketentuan. Namun,
perusahaan meningkatkan WACC perusahaan ketika mereka mengevaluasi proyek
yang dianggap berisiko dan mengurangi WACC untuk proyek yang risikonya lebih
rendah. Ketika NPV dihitung ulang berdasarkan nilai WACC sebesar 12,5 persen,
NPV kasus- dasar turun dari $78,82 menjadi $33,62 sehingga proyek itu akan tetap
memiliki NPV yang positif saat arus kas yang diharapkan didiskontokan pada tingkat
WACC yang disesuaikan dengan risiko.
Anggap saja jika hasil kasus-dasar sama pada analisis skenario dan sensitivitas, tetapi
pada analisis skenario, kasus terburuknya jauh lebih buruk daripada di dalam analisis
sensitivitas dan kasus terbaiknya jauh lebih baik. Pada analisis skenario, semua
variabel diterapkan pada nilai terbaik atau terburuk, sedangkan dalam analisis
sensitivitas, hanya satu variabel yang disesuaikan, dan variabel yang lainnya
ditetapkan pada nilai kasus dasar.

12.5C SIMULASI MONTE CARLO


Simulasi Monte Carlo (Monte Carlo simulation), jenis analisis ini dinamakan
demikian karena dikembangkan dari matematika perjudian dan merupakan versi rumit
dari analisis skenario. Berikut ini merupakan proyek yang dianalisis menurut banyak
skenario, atau "perjalanan". Di tahap awal perjalanan, komputer akan memilih secara
acak angka dari setiap variabel-unit terjual, harga jual, biaya variabel per unit. dan
seterusnya. Nilai-nilai tersebut kemudian digunakan untuk menghitung NPV yang
akan disimpan dalam memori komputer. Selanjutnya, sekumpulan angka kedua dipilih
secara acak, dan NPV kedua dihitung. Proses ini dilakukan berulang sebanyak 1.000
kali, dan menghasilkan 1.000 NPV. Nilai rata-rata 1.000 NPV dihitulng kemudian
digunakan sebagai ukuran profitabilitas yang diharapkan dati suatu proyek dan
standar deviasi (atau mungkin koefisien variasi) dari NPV digunakan untuk mengukur
risiko.

(GAMBAR 12.2)

Simulasi Monte Carlo secara teknis lebih rumit daripada analisis skenario, tetapi
simulasi ini dari perangkat lunak sehingga lebih mudah. Simulasi ini berguna, tetapi
karena tingkat kerumitannya, maka diskusi yang lebih detail akan diberikan di mata
kullah keuangan lanjutan.

PRAKTIK PENGANGGARAN MODAL DIWILAYAH ASIA/PASIFIK

Survei terakhir tahun 1999 terhadap para eksekutif di Australia, Hong Kong.
Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Singapura menanyakan beberapa pertanyaan
tentang praktik penganggaran modal perusahaan. Studi tersebut memberikan hasil
yang dirangkum seperti di bawah ini.

1.Teknik untuk Mengevaluasi Proyek Perusahaan Konsisten dengan perusahaan-


perusahaan di Amerika Serikat, sebagian besar perusahaan di wilayah ini
mengevaluasi proyek menggunakan IRR, NPV, dan pelunasan. Penggunaan IRR
berada di rentang mulai dari 96 persen (di Australia) hingga 86 persen (di Hong
Kong). Pengguhaan NPV berada di rentang mulai dari 96 persen (di Australia) hingga
81 persen (di Filipina). Penggunaan pelunasan berada di rentang mulai dari 100
persen (di Hong Kong dan Filipina) hingga 81 persen (di Indonesia).

2.Teknik untuk Mengestimasi Biaya Modal Ekuitas. Ingat kembali Bab 10bahwa
terdapat pendekatan dasar yang dapat digunakan untuk mengestimasi biaya ekuitas:
CAPM, imbal hasil dividen d tingkat pertumbuhan (DCF), dan biaya utng ditambah
preml risiko. Penggunaan ketiga metode sangat bervariasi di setiap negara (lihat Tabel
A) CAPM paling sering digunakan oleh perusahaan- perusahaan Amerika Serikat. Hal
ini juga berlaku bagi perusahaan-perusahaan Australia, tetapi tidak untuk perusahaan-
perusahaan di wilayah Asia Pasifik lainnya, yang sebagai gantinya lebih sering
menggunakan DCF dan pendekatan premi risiko

3.Teknik untuk Menilai Risiko Perusahaan-perusahaan di wilayah Asia/Pasifik sangat


mengandalkan analisis skenario dan sensitivitas. Perusahaan tersebut juga
menggunakan pohon keputusan dan simulasi Monte Carlo . Tetapi , dengan frekuensi
yang lebih rendah (lihat Tabel B).

(TABEL A)

12.6 RISIKO DI DALAM PERUSAHAAN DAN BETA 10


Analisis sensitivitas, analisis skenario, dan simulasi Monte Carlo dideskripsikan di
bagian sebelumnya yang membahas risiko berdiri sendiri. Analisis-analisis tersebut
memberikan informasi yang berguna mengenai risiko suatu proyek, tetapi jika proyek
itu memiliki korelasi negatif dengan proyek lain perusahaan maka dapat
menstabilisasi total pendapatan perusahaan sehingga relatif aman. Sama halnya, jika
sebuah proyek terkait secara negatif dengan pengembalian sebagian besar saham
maka akan mengurangi beta perusahaan,sehingga akan dievaluasi dengan WACC
yang relatif rendah. Secara teori, kita harus lebih memerhatikan risiko di dalam
perusahaan dan risiko beta dibandingkan dengan risiko berdiri sendiri. Meskipun
manajer memahami pentingnya risiko dalam perusahaan dan risiko beta, mereka pada
akhirnya menangani risiko-risiko ini secara subjektif, atau sepihak, daripada ecara
kuantitatif. Masalahnya adalah, untuk mengukur dampak diversifikasi pada risiko,
kita membutuhkan koefisien korelasi antara pengembalian proyek dan pengembalian
aset lain delam perusahaan yang membutuhkan data historis yang tentu saja belum
ada pada proyek baru. Manajer yang berpengalaman memiliki "insting" pada
bagaimana pengembalian proyck akan terkait dengan pengembalian aset lain dalam
perusahaan. Secara umum, korelasi positif tentunya sangat diharapkan, dan jika
korelasinya tinggi maka risiko tunggal akan bisa menjadi ketentuan yang baik untuk
risiko di dalam perusahaan. Sama halnya, manajer dapat membuat estimasi sepihak
mengenai apakalı pengembalian proyek akan tinggi saat perekonomian dan pasar
saham menguat (artinya, berapa sebaiknya beta proyek). Alcan tetapi, untuk hampir
semua bagian, semua estimasi tersebut adalah subjektif, tidak berdasarkan data yang
sebenarnya. Namun, terkadang proyek melibatkan lini produk yang seluruhnya baru,
seperti perusahaan baja yang akan mengambil proyek penambangan bijih besi. Pada
kasus ini perusahaan dapat memperoleh beta untuk perusahaan "aktivitas tertentu
(pure-play" di area yang baru itu. Sebagai contoh, perusahaan baja mungkin
mendapatkan beta rata- rata sebagai kelompok perusahaan tambang, seperti Rio Tinto
dan BHP Billiton, dengan asumsi anak perusahaan tambangnya memiliki kesamaan
karakteristik dan menggunakan beta rata-rata sebagai "pembanding" untuk
menghitung WACC anak perusahaan tambang tersebut. Meskipun pendekatan
aktivitas tertentu beralasan untuk beberapa proyek, namun penggunaannya sangat
jarang. Pikirkan hal berikut: bagaimana Anda dapat mengetahui ketentuan aktivitas
tertentu untuk sistem pengendalian persediaan. peralatan mesin, truk, dan hampir
semua proyek baru lainnya? Jawabannya adalah Anda tidak akan bisa. Kesimpulan
kami mengenai analisis risiko adalah sebagai berikut.
• Sangat sulit, jilka tidak mungkin, untuk mengukur risiko dalam perusahaan dan
risiko beta suatu proyek secara kuantitatif.
• Sebagian besar pengembalian proyek memiliki korelasi positif dengan pengembalian
aset lain perusahaan dan dengan pengembalian di pasar saham. Dengan demikian,
karena risiko berdiri-sendiri terkait dengan risiko dalam perusahaan dan risiko pasar,
maka tidak banyak kerugian jika hanya terfokus pada risiko berdiri-sendiri.
• Manajer yang berpengalaman membuat banyak penilaian sepihak, termasuk yang
terkait dengan risiko, dan mereka mengaplikasikan hal itu terhadap proses
penganggaran modal. Mahasiswa baru menyukai jawaban yang rapi dan tepat, dan
mereka ingin membuat keputusan berdasarkan perhitungan NPV. Manajer yang
berpengalaman mempertimbangkan NPV kuantitatif, tetapi mereka juga memasukkan
penilaian subjektif dalam proses pengambilan keputusan.
• Jika sebuah perusahaan tidak menggunakan jenis-jenis analisis yang dicakup dalam
buku ini maka perusahaan akan kesulitan. Di sisi lain, jika perusahaan mencoba untuk
menguantifikasi segalanya dan menyerahkan keputusan pada komputer maka akan
menimbulkan kesulitan. Manajer yang baik pasti mengerti dan menggunakan teori
finansial, tetapi mereka menerapkannya dengan penilaian pribadi.

12.7 UMUR PROYEK YANG TIDAK SAMA


Jika suatu perusahaan harus memilih di antara dua proyek di mana proyek-proyek
tersebut (1) memiliki umur yang sangat berbeda, (2) bersifat mutually exclusive, dan
(3) dapat diulang, mungkin metode NPV "reguler" tidak dapat mengindikasikan
proyek yang lebih baik. Sebagai contoh, anggaplah Home Depot berencana
melakukan modernisasi pusat distribusinya; mereka harus memilih di antara sistem
sabuk berjalan (Proyek C) atau perpindahan dengan forklift (Proyck F). Proyek-
proyek ini bersifat mutualy exelusive- memilih satu proyek berarti menolak yang lain.
Selain itu, pusat distribusi akan digunakan selama bertahun-tahun, sehingga peralatan
akan diganti apabila sudah usang.
Bagian 1 dari gambar 12.3 menunjukkan analisis yang biasanya digunakan
menganalisis kedua proyek. Kita melihat bahwa Proyek C, saat didiskontokan pada
WACC 12 persen, akan memiliki NPV yang lebih tinggi dan terlihat seperti proyek
yang kbih baik. Namun, analisis tradısional tidak lengkap, dan keputusan untuk
mengambil ulari Gambar 12.3 menunjukkan analisis yang biasanya digunakan untuk
tidaklah tepat. Jika kita memilih Proyelk F, kita akan memiliki kesempatan untuk luar
investasi yang sama dalam tiga tahun, dan jika biaya dan pendapatan sama seperti
pada Bagian I maka akan menguntungkan. Jika kita memilih Proyek G, dak akan
memiliki pilihan untuk melakukan investasi kedua ini. Oleh karena itu, untuk
membuat perbandingan yang baik antara proyek C dan R, kita harus membuar
penyesuaian, Kita mendiskusikan dua metode untuk membuat penyesualan tersebut di
bagian ini.

12-7A RANTAI PENGGANTIAN


Pertama, kita dapat mengaplikasikan pendekatan rantai penggantian atau umur yang
Bagian Il pada Gambar 12.3. Pendekatan ini melibatkan penghitungan NPV dari
Proyek sama (replacement chain (common life) approach), seperti yang ditunjukkan F
selama lebih dari enam tahun, di mana merupakan usia dari Proyek C, kemudian
membandingkan NPV yang diperpanjang dengan NPV Proyek C selama lebih dari
enam tahun yang sama. Kita melihat bahwa dengan basis umur yang sama, Proyek F
menjadi proyek yang lebih baik.
12-7B ANUITAS TAHUNAN YANG EKUIVALEN
Teknisi listrik membuat pembangkit listrik dan jalur distribusi merupakan pihak
pertama yang menemukan masalah umur proyek yang tidak setara. Mereka dapat
menggunakan transformator yang memiliki biaya yang relatif rendah tapi memiliki
umur yang pendek, atau mereka dapat menggunakan transformator yang memiliki
biaya yang relatif tinggi tapi memiliki umur yang panjang. Transformator dibutuhkan
hingga masa yang tidak terbatas, schingga masalahnya adalah pilihan manakah yang
akan menghasilkan NPV yang lebih tinggi untuk jangka panjang? Teknisi pertama-
tama menghitung NPV setiap proyek di sepanjang umurnya, kemudian menghitung
arus kas tahunan konstan yang dapat dihasilkan olch NPV selama umur awal proyek
tersebut. Karena proyek diasumsikan akan berulang secara terus-menerus,
pembayaran secara anuitas juga akan berlangsung secara terus-menerus, dan proyek
yang menghasilkan aliran pembayaran yang lebih tinggi merupakan pilihan yang
terbaik.
Prosedur ini disebut dengan Metode anuitas tahunan yang ekuivalen (equivalent
annual annuity-EAA). Nilai EAA dari Proyek C dan F dihitung di Bagian III pada
Gambar 12.3. Pertama, kita harus menghitung NPV tradisional proyek dan kemudian
menghitung EAA dari masing-masing NPV. Seperti yang Anda lihat, Proyek
merupakan

Pilihan yang lebih baik, keputusan yang sama diambil dengan menggunakan
pendekatan penggantian.

KESIMPULAN TENTANG UMUR PROYEK YANG TIDAK SAMA


Rantai pergantian dan metode EAA selalu menghasilkan keputusan yang sama,
sehingga tidak terlalu penting mana yang akan digunakan. Metode EAA lebih mudah
untuk diimplementasikan, terutama ketika proyek yang umurnya lebih panjang tidak
memiliki ?? umur proyek yang lebih pendek-sehingga, lebih dari dua siklus yang
bukan untuk mencapai umur yang sama. Namun, metode rantai penggantian lebih ah
untuk dijelaskan kepada manajer senior. Selain itu, lebih mudah untuk membuat
modikasi terhadap data rantai penggantian untuk menangani perubahan yang ada pada
improvisasi produk dan harga aset. Oleh karena itu, kita biasanya menggunakan
metode atai penggantian saat kita bekerja dengan pekerja non-teknis, tetapi jika
teknisi terlibat saka kita menunjukkan kedua hasilnya.
Pertanyaan lainnya yang mungkin akan muncul: apakah kita harus mengkhawatirkan
alisis umur yang tidak sama untuk semua proyek yang memiliki umur yang tidak
sama? Sebagai peraturan utama, masalah umur proyek yang tidak sama tidak pernah
muncul aruk proyek independen, tetapi dapat menjadi masalah kerika kita
membandingkan proyek mutually exclucive dengan umur yang sangat berbeda.
Namun, masalah muncul jka den hanya jika proyek akan berulang di akhir umur
awalnya. Jadi, semua proyek yang independen dan mutually exclusive yang tidak
berulang tidak perlu dilakukan penyesuaian umur proyek.

Anda mungkin juga menyukai