Alun - Alun Kota Jepara
Alun - Alun Kota Jepara
PENDAHULUAN Secara makro dengan pembangunan Kabupaten Jepara yang pesat dan
secara mikro meningkatnya aktivitas publik di alun – alun Kota Jepara,
diperlukan adanya kajian bagi kondisi eksisting alun – alun Kota
1.1 Latar Belakang Jepara menurut 8 elemen kota Hamid Shirvani dalam bukunya The Urban
Kota merupakan sebuah area urban yang berbeda dari desa ataupun Design Process (1985) guna mengetahui kekuatan (strength), kelemahan
kampung berdasarkan ukurannya, kepadatan penduduk, kepentingan, atau (weakness), peluang (opportunity) dan solusi (treatment) dari alun –
status hukum. Kota juga merupakan pusat permukiman, suatu hasil dari alun Kota Jepara dan pada akhirnya memberikan sumbangan yang
proses kehidupan komunitas, serta suatu ruang / wadah yang di dalamnya diharapkan dapat meningkatkan kualitas fisik dari alun – alun Kota
terkait manusia dengan kehidupannya. Proses yang dialami suatu kota Jepara.
sangatlah panjang, perjalanan sejarah kehidupan sosial budaya, 1.3 Tujuan dan Sasaran
politik, ekonomi, menerangkan catatan sendiri dalam memori kota. Suatu Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengidentifikasi visual
produk sejarah kota (artefak) seharusnya diperhatikan keberadaannya dan fungsi eksisting alun – alun Kota Jepara sebagai urban space
agar kota yang terus berkembang tidak kehilangan karakter khasnya menurut 8 elemen kota Hamid Shirvani dalam bukunya The Urban Design
(identitas kota), yang jika dipadukan dengan sosial budaya masyarakat Process (1985).
sekaligus merupakan spirit kota. Spirit kota memiliki peranan penting
untuk menjaga image kota agar bisa terus bertahan dalam menjalani Sasaran dari penulisan ini adalah mengetahui kekuatan
1.5 Metodologi Pembahasan Bab ini berisi tentang data umum kota Jepara dan
Metode pembahasan yang digunakan adalah deskriptif analitis, mengidentifikasi eksisting dan deskripsi obyek yang terdapat pada
sebagai berikut : kawasan dan sekitarnya
1. Survey dan pengumpulan data – data primer (data lapangan Bab IV Analisa Alun – alun Kabupaten Jepara Menurut 8 Elemen Kota
dan observasi langsung alun – alun Kota Jepara) maupun data – Hamid Shirvani
data sekunder (studi literatur 8 elemen kota Hamid Shirvani
Bab ini berisi analisa terhadap data eksisting alun – alun
dalam bukunya The Urban Design Process (1985)).
Kota Jepara menurut 8 elemen kota Hamid Shirvani untuk
2. Menyusun, mengelompokkan dan menyeleksi data alun – alun
menguraikan keadaan kawasan alun-alun Kota Jepara.
Kota Jepara yang relevan dengan permasalahan yang akan dibahas.
3. Menganalisa data alun – alun kota Jepara dengan menggunakan Bab V Redesain
teori 8 elemen kota Hamid Shirvani sebagai acuan dasar
Bab ini berisi redesain alun – alun kota Jepara.
pembahasan.
4. Kesimpulan dari analisa dan rekomendasi yang berisi usulan
yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kualitas alun – alun
Kota Jepara.
Kebijaksanaan Tata Guna Lahan mempertimbangkan hal-hal berikut : Sebagai simbol kota
Sebagai indeks sosial
Tipe penggunaan lahan yang diizinkan
Sebagai alat orientasi
Hubungan fungsional yang terjadi antara area yang berbeda
Sebagai perangkat estetis
Jumlah maksimum floor area yang ditampung dalam suatu area Sebagai perangkat ritual
tata guna lahan. b. Kepejalan Bangunan
Skala pembangunan baru Pengertian dari kepejalan adalah penampilan gedung dalam
Tipe intensif pembangunan yang sesuai untuk dikembangkan pada konteks kota. Kepejalan suatu gedung ditentukan oleh tinggi,
area dengan karakteristik tertentu. luas-lebar-panjang, olahan massanya dan variasi penggunaan
material.
Dalam hal ini yang termasuk dalam penggunaan lahan pada elemen
c. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
perancangan kota antara lain :
Koefisien Lantai Bangunan adalah perbandingan maksimum yang
a. Tipe penggunaan dalam suatu area diperkenankan antara jumlah luas lantai suatu bangunan dengan
b. Spesifikasi fungsi dan keterkaitan antar fungsi dalam pusat luas pekarangannya (luas tapak). Koefisien Lantai Bangunan
kota dipengaruhi oleh daya dukung tanah, daya dukung lingkungan,
c. Ketinggian bangunan nilai harga tanah dan faktor-faktor khusus tertentu sesuai
d. Skala fungsi. dengan peraturan atau kepercayaan daerah setempat.
g. Skala
Rasa akan skala dan perubahan-perubahan dalam ketinggian ruang Skala
c. Sirkulasi dan Parkir (Parking and Circulation) Membuat daerah parkir yang diusahakan developer melalui
Sirkulasi dalam kota merupakan salah satu alat sangat kuat progam urban edge parking
untuk menstrukturkan lingkungan perkotaan, karna dapat membentuk,
mengarahkan, dan mengendalikan pola aktivitas suatu kota. Selain
Sirkulasi dalam elemen perancangan kota yang secara langsung
itu sirkulasi juga dapat membentuk karakter suatu daerah, tempat
dapat membentuk dan mengontrol pola kegiatan kota, sebagaimana
aktivitas, dan lain sebagainya.
dengan keberadaan sistem transportasi dari jalan publik,
Latar belakang perencanaan sirkulasi dan parkir didaerah pedesterian way, dan tempat-tempat transit yang saling berhubungan
perkotaan adalah: akan membentuk suatu pergeakan (suatu kegiatan).
Bertambahnya penggunaan sepeda motor, karena faktor Dalam proses perancangan sebuah pola sirkulasi perlu
efesiensi. diperhatikan beberapa anggapan mengenai sirkulasi yaitu :
Kurangnya fasilitas transportasi umum.
1. Sirkulasi sebagai sebuah pergerakan
Tempat parkir yang ada kualitasnya rendah, lokasinya tidak Hal ini merupakan pandangan umum semua orang mengenai suatu
tepat, dan kurang perawatan. sirkulasi yaitu sebuah pergerakan atau perpindahan dari suatu
Elemen ruang parkir memiliki dua efek langsung pada kualitas tempat ketempat yang lainnya.
lingkungan, yaitu:
2. Sirkulasi sebagi sebuah penekanan material
Kelangsungan aktivitas komersial. Pembuatan material yang senada ataupun sejenis dapat merupakan
Pengaruh visual yang penting pada bentuk fisik dan susunan sebuah penanda atau sebuah penekanan dalam suatu pola
kota. sirkulasi. Jalur yang jelas akibat penekanan pada bahan
Kegagalan untuk merespon pengaturan kendaraan bermotor, dan material mempermudah sistem sirkulasi suatu kawasan.
penyediaan arena parkir yang menarik dan memadai, mengakibatkan
3. Sirkulasi sebagai pertimbangan desain
sejumlah pusat kota tampak kotor dan kumuh.
Jika kita mengangap sirkulasi merupakan pertimbangan dalam
Beberapa penyelesaian parkir yang mengurangiruang parkir dikota desain maka kita harus mepertimbangkan masalah kegunaan
adalah: bentuk, keamanan, dan skala dari suatu jalan atau jalur bagi
pembentukan pola sirkulasi.
Menyatukan tempat parkir dalam satu fungsi bangunan, misal
bagian dasar parkir digunakan untuk tempat pedagang eceran. 4. Sirkulasi sebagai sebuah mata rantai dan sistem visual
Membagi tempat parkir dalam dua kegiatan yang berbeda, dalam Suatu pola sirkulasi merupakan suatu pola yang berkelanjutan
waktu yang berbeda pula. dan berkesinambungan sehingga membentuk suatu sistem yang
Membuat perencanaan paket parkir, misal dalam suatu kantor tertata. Suatu sistem yang berpola dan tertata rapi menjadi
dengan karyawan banyak disediakan sebuah distrik parkir. satu kesatuan dengan hasil rancangan sehingga menimbulkan
kesan desain yang menarik.
6
Dalam suatu sirkulasi tentulah tidak terlepas dari kecepatan rencana minimal 40 km/jam,
perencanan sebuah jalan yang menghubungkan satu tempat dengan Lebar jalan tidak kurang dari 7 meter,
tempat yang lain, mengembangkan dimensi jalan dengan ukuran minimal Lebar bahu jalan antara 3 – 3,3 meter (standar dirjen bina
sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam undang-undang no. 13 tahun marga)
1380 tentang jalan dan peraturan pemerintah no. 26 tahun 1985 Kapasitas sama dengan atau lebih besar dari pada volume
tentang jalan yang berkaitan dengan pengembangan system lalu lintas rata-rata,
transportasi di kota klaten, jenis-jenis jalan di bagi menjadi Jalan masuk dibatasi, direncanakan sehingga tidak mengurangi
1. Jalan Arteri Primer kecepatan rencana dan kapasitas jalan,
Kecepatan rencana minimal 80 km/jam, Tidak terputus walaupun melalui kota.
Lebar badan jalan tidak kurang dari 8 meter, 4. Jalan Kolektor sekunder
Lebar lajur jalan antara 3 - 3,5 meter (standar dirjen bina Kecepatan rencana minimal 20 km/jam,
marga) Lebar lajur jalan antara 3 - 3,5 meter (standar dirjen bina
Kapasitas lebih besar daripada volume lalu lintas rata-rata, marga)
Lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu Lebar badan jalan minimal 7 meter.
lintas ulang alik, lalu lintas lokal dan kegiatan lokal, 5. Jalan Lokal Primer
Jalan masuk dibatasi secara efisien, Kecepatan rencana minimal 20 km/jam,
Jalan persimpangan dengan pengaturan tertentu tidak Lebar badan jalan tidak kurang dari 6 meter,
mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan, Lebar lajur jalan antara 2,75 – 3 meter (standar dirjen bina
Tidak terputus walaupun melalui kota, marga)
Persyaratan teknik jalan masuk ditetapkan oleh Menteri. Tidak terputus walaupun melalui desa.
7
Berdasarkan pertimbangan diatas, secara umum pengembangan Jalan lokal sekunder pembagi (lingkungan), antara 5 – 7
dimensi jaringan jalan (damija) sesuai dengan pengembangan meter
fungsinya adalah sebagai berikut: Dimensi tersebut dipertimbangkan minimal memiliki jalur
Jalan arteri primer, antara 37 – 41 meter jalan 3m dan bahu jalan 2x1m, saluran jalan 2x0,5m dan
Dimensi tersebut dipertimbangkan minimal memiliki median 3m, maksimal memiliki jalur jalan, bahu jalan, jalur hijau dan
jalur jalan 2x7,5m, median 2x3m, jalur lambat 2x4m, bahu saluran jalan.
jalan 2x1,5m, dan saluran 2x1,5m.
Jalan arteri sekunder, antara 28 – 36 meter Berdasarkan UU No. 13 / 1980, jalan adalah suatu prasarana
Dimensi tersebut dipertimbangkan minimal memiliki jalur perhubungan dalam bentuk apapun meliputi segala bagian jalan
jalan 15m, median 2x3m, jalur lambat 2x4m, trotoir 2x3,5m termasuk bangunan pelengkap yang diperuntukkan bagi lalu lintas.
dan saluran 2x1m (tertutup). Jalan dikelompokkan menjadi 6 ( UU No. 13 / 1980 ) antara lain :
a. Jaringan jalan berdasarkan sistem (penghubung)
Jalan kolektor primer, antara 17 – 21 meter
Sistem jaringan jalan primer
Dimensi tersebut dipertimbangkan minimal memiliki jalur
Menghubungkan kota / wilayah (simpul / distribusi) di
jalan 7m, bahu jalan 2x2,5m, jalur hijau 2x1,5m dan saluran
tingkat nasional / regional.
2x1m.
Sistem jaringan jalan sekunder
Jalan kolektor sekunder, antara 18 – 22 meter
Menghubungkan zona-zona/kawasan pada suatu kota / wilayah.
Dimensi tersebut dipertimbangkan minimal memiliki jalur
jalan 7m, bahu jalan 2x2,5m, jalur hijau 2x1,5m dan saluran
2x1m.
b. Jaringan jalan berdasar peranan / fungsi e. Jaringan jalan berdasar status pembinaan
Arteri : Jalan Nasional / Negara
Jarak jauh Jalan Propinsi
Kecepatan tinggi Jalan Kabupaten / Kota
Jalan masuk dibatasi Jalan Desa / Kampung
Kolektor :
Jarak sedang
PARKIR
Kecepatan sedang
Tempat parkir mempunyai pengaruh langsung pada suatu
Jalan masuk dibatasi
lingkungan yaitu pada kegiatan komersial di daerah perkotaan dan
Lokal :
mempunyai pengaruh visual pada beberapa daerah perkotaan.
Jarak pendek
Penyediaan ruang parkir yang paling sedikit memberi efek visual
Kecepatan rendah
yang merupakan suatu usaha yang sukses dalam perancangan kota.
Jalan masuk tidak dibatasi
Elemen ruang parkir memiliki dua efek langsung pada kualitas
c. Jaringan jalan berdasarkan peruntukkan
lingkungan
Jalan umum, untuk lalu lintas umum
1. Kelangsungan aktivitas komersial.
Jalan Khusus, tidak untuk umum, sebagai contoh :
2. Pengaruh visual yang penting pada bentuk fisik dan susunan kota
Jalan inspeksi saluran
Dalam merencanakan tempat parkir yang benar, hendaknya memenuhi
Jalan perkebunan persyaratan sebagai berikut :
Jalan pertambangan keberadaan strukturnya tidak mengganggu aktivitas di sekitar
d. Jaringan jalan berdasar klasifikasi teknis kawasan
Jalan kelas I : pendekatan program penggunaan berganda
Kendaraan dengan lebar maksimal 2,5 m tempat parkir khusus
Kendaraan dengan panjang maksimal 18 m tempat parkir di pinggiran kota
Kendaraan dengan muatan lebih dari 10 ton Dalam perencanaan untuk jaringan sirkulasi dan parkir harus selalu
Di jalan arteri. memperhatikan:
Jalan kelas II : Jaringan jalan harus merupakan ruang terbuka yang mendukung
Kendaraan dengan lebar maksimal 2,5 m citra kawasan dan aktivitas pada kawasan.
Kendaraan dengan panjang 18 m Jaringan jalan harus memberi orientasi pada penggunan dan
Kendaraan dengan muatan maksimal 10 ton membuat lingkungan yang legible.
Di jalan arteri. Kerjasama dari sektor kepemilikan dan privat dan publik dalam
mewujudkan tujuan dari kawasan.
Sedangkan dalam masalah parkir harus diperhatikan antara parkir Perencanaan open space harus merupakan bagian yang intergal dengan
individu dan parkir umum. Dalam penelitian akan penyediaan parkir perancangan kota.
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Elemen-elemen Open space terbagi dalam dua kelompok, yaitu:
Karakter pengguna
Kegiatan dan kebiasaan dari operasi usaha Solid : merupakan elemen konkret, karena dibangun secara fisik
(dengan bahan massa)
Biaya
Terdiri dari 3 elemen yaitu,:
Peraturan pemerintah
1. Blok tunggal: bersifat agak individual
2. Blok yang mendefinisi: Berfungsi sebagai pembatas secara
d. Ruang Terbuka (Open Space)
linier
Ruang terbuka menurut Rustam Hakim (1897), adalah suatu
3. Blok medan: memiliki berbagai macam massa dan bentuk
bentuk dasar dari ruang terbuka bangunan dan dapat digunakan semua
orang untuk melakukan berbagai macam kegiatan.
Void : Elemen yang bersifat abstrak atau kosong (spesial) karena
Ruang terbuka berdasarkan kegiatan yang terbagi sebagai berikut :
sukar untuk dilihat.
Ruang Terbuka Aktif, yaitu ruang terbuka yang mengandung unsur- Terdiri dari 4 elemen, yaitu:
unsur kegiatan di dalamnya.
1. Elemen sistem tertutup yang linier : memperhatikan ruang yang
Ruang Terbuka Pasif, yaitu ruang terbuka yang di dalamnya tidak
bersifat linier, tetapi kesannya tertutup..
mengundang kegiatan manusia.
2. Elemen sistem yang memusat : berkesan tertutup dan terfokus.
Elemen ruang terbuka kota meliputi, lansekap, jalan, pedestarian,
3. Elemen sistem terbuka yang sentral : terbuka namun tampak
taman dan ruang-ruang rekreasi. Berikut adalah, langkah-langkah
masih terfokus.
perencanaan ruang terbuka:
4. Elemen sistem terbuka yang linier : berkesan terbuka dengan
daerah tersebut untuk berkembang. Menurut Rob Krier dalam buku Urban Space (1979) ada dua bentuk
ruang terbuka yaitu:
Rencana jangka panjang untuk mengoptimalkan potensi alami
(natural) kawasan sebagai ruang publik. a. Berbentuk Memanjang, yaitu ruang terbuka yang hanya memiliki
Pemanfaatan potensi alami kawasan dengan menyediakan sarana yang batas-batas disisi-sisinya misalnya jalan, sungai, pedestrian,
sesuai. dan lain-lain.
Studi mengenai ruang terbuka untuk stirkulasi (open space
circulation) mengarah pada kebutuhan akan pemanfaatan yang
manusiawi.
10
b. Berbentuk Cluster, yaitu ruang terbuka yang memilki batas-batas e. Area Pedestrian (Pedestrian Ways)
disekelilingnya. Misalnya plaza, square, lapangan , bundaran Menurut John Fruin (1979) berjalan kaki adalah salah satu
dan lain-lain. Ruang terbuka bentuk ini membentuk kantong- alat penggerak kota, satu-satunya alat untuk memenuhi kebutuhan
kantong yang berfungsi sebagai ruang-ruang akumulasi aktivitas interaksi tatap muka yang ada dalam kehidupan aktivitas kehidupan
kegiatan. kota.
Berdasarkan letak dan macam kegiatannya, terdapat dua macam ruang
Elemen pejalan kaki harus dibantu interaksinya pada elemen-
terbuka :
elemen dasar desain tata kota dan harus berkaitan dengan lingkungan
Publik Domain kota dan pola-pola aktivitas sesuai dengan rencana perubahan atau
Ruang terbuka yang berada diluar lingkup bangunan sehingga pembangunan fisik bagi kota di masa mendatang.
dapat dimanfaatkan secara umum untuk generasi sosial.
Masalah pokok dalam perencanaan jalan pada pejalan kaki adalah
Privat Domain pada kebutuhan akan keseimbangan antara ketentuan elemen bagi
Ruang terbuka yang berada dalam suatu lingkup bangunan yang pejalan kaki untuk menciptakan pusat kota yang nyaman untuk
sekaligus menjadi bagian dari bangunan tersebut yang dibatasi dinikmati serta pembagian dari akses-akses pelayanan umum lainnya.
makna suatu tempat. Berkaitan dengan ruang terbuka, Spreiregen seperti toko, restoran, cafe.
dalam bukunya ”Urban Design, The Architecture of Town and Cities” ii. Street furniture berupa pohon-pohon, rambu-rambu, lampu, tempat
(1965), mengemukakan; ....ada empat macam kualitas enclosure yang duduk, dan sebagainya.
11
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam penerapan desain activity 4. Komersial
support adalah : Tanda jenis ini adalah reklame dan iklan.
a. Adanya koordinasi antara kegiatan dengan lingkungan binaan yang 5. Petunjuk ke lokasi dan fasilitas lain
dirancang Tanda jenis ini merupakan tanda petunjuk arah,lokasi kegiatan
b. Adanya keragaman intensitas kegiatan yang dihadirkan dalam tertentu yang mempunyai keterangan jarak.
suatu ruang tertentu
6. Informasi
c. Bentuk kegiatan memperhatikan aspek kontekstual
Berfungsi untuk menginformasikan kegiatan di suatu lokasi.
d. Pengadaan fasilitas lingkungan
e. Sesuatu yang terukur, menyangkut ukuran, bentuk dan lokasi dan Dalam pemasangan papan iklan harus memperhatikan pedoman teknis
fasilitas yang menampung activity support yang bertitik tolak sebagai berikut:
dari skala manusia
Penggunaan papan iklan harus merefleksikan karakter kawasan
Jarak dan ukuran harus memadahi dan diatur sedemikian rupa agar
g. Tanda-tanda (Signases)
menjamin jarak penglihatan dan menghindari kepadatan.
Kehidupan kota sangat bergantung pada aktivitas
komersialnya. akibatnya penandaan atau petunjuk mempunyai pengaruh Penggunaan harus harmonis dengan bangunan arsitektur di sekitar
penting pada desain tata kota. Pengaturan, pemunculan, dan lokasi lokasi
pemasangan papan-papan petunjuk sebaiknya tidak menimbulkan Pembatasan penggunaan lampu hias kecuali penggunaan khusus
pengaruh visual negatif. Dan tidak mengganggu tanda-tanda lalu untuk teater dan tempat pertunjukkan.
lintas. Adapun jenis tanda-tanda (sign ) dibedakan menjadi: Pembatasan papan iklan yang berukuran besar yang mendominir
di lokasi pemandangan kota.
1. Identitas
Tanda digunakan untuk pengenalan kegiatan pada lingkungan /
lokasi tertentu. Tanda-tanda yang mempunyai bentuk khusus dan
skala yang besar dapat dijadikan landmark.
2. Nama Bangunan
Dipakai sebagai nama bangunan yang biasanya dilengkapi dengan
petunjuk jenis kegiatan yang ada didalamnya.
3. Petunjuk Sirkulasi
Biasanya disebut sebagai rambu-rambu lalu lintas yang berfungsi
untuk mengatur dan mengarahkan pengendara atau pejalan kaki dalam
sirkulasi.
12
a. Solid Figure Teori ini merupakan kombinasi dari kedua teori sebelumnya,
Yaitu pola yang dibentuk oleh gubahan massa bangunan ditambhakan dengan komponen budaya, sejarah dan konteks alam.
yang menutupi tanah. Dengan demikian place theory memberikan perwujudan bentuk-bentuk
lokal. Bentuk bangunan dan elemen-elemen (vocal point) tidak hanya
b. Void Figure
sebagai enclosure, tetapi merupakan bentuk-bentuk yang cocok dengan
Meruapakan ruang terbuka pada lingkup kawasan perkotaan
potensi masyarakat, sehingga masyarakat dapat menerima nilai-nilai
yang terbentuk diantara blok-blok bangunan. Void tidak
sosio-kultural tersebut. Kehadiran suatu bangunan pada suatu tempat
hanya sekedar taman, tetapi juga meliputi jalan
sangat penting untuk emosi dan aktivitas manusia, dapat membangun
(street), square dan koridor.
pribadi serta kehidupan sosial budaya mereka.
13
14
Bahkan menurut Cooper-Hewitt, Urban Open Space tidak hanya 2.3 Teori Citra Kota Kevin Lynch
seperti yang telah disampaikan diatas, tetapi juga muka air, (water
Sedangkan untuk memperjelas image atau citra suatu daerah agar
fronts), puncak atap, dan semua ruang komunal.
dapat menjadi suatu orientasi baru maka citra dari daerah tersebut
Urban space, sebagaimana ruang dalam arsitektur, dapat berdiri harus diperkuat dengan menggunakan terapan teori elemen pembentuk
sendiri, tidak berhubungan dengan ruang-ruang didekatnya, atau mungkin citra kota yang dikemukakan Kevin Lynch dalam Image of The City.
dihubungkan dengan ruang-ruang lain yang yang dapat dinikmati dengan
Elemen-elemen pembentuk citra kota tersebut adalah:
bergerak dari ruang satu ke ruang lainnya.
a. Path (Jalan)
Urban space direncanakan dengan maksud untuk memperlihatkan
linkage yang menonjolkan sebuah bangunan dalam ruang, atau menunjukkan Pengertian Path adalah jaringan dimana manusia akan bergerak dari
arah sirkulasi utama. satu tempat ke tempat lain. Yang membentuk karakter Path, adalah:
Pengelompokan ini disesuaikan dengan pola geometrik dari Aktivitas khusus sepanjang jalan, misalnya perdagangan,
rancangan bentuknya, sehingga skala urban space juga berhungan dengan perkantoran.
kualitas geometriknya. Karakteristik fasade bangunan, misal : fasade bangunan kuno,
fasade bangunan gedung-gedung kaca.
Bentuk-bentuk urban space tersebut dipengaruhi oleh beberapa
Tampilan Path itu sendiri,: misal paving block, aspal.
factor seperti ketepatan sudut, bagian, penambahan, penggabungan,
Path merupakan struktur kota, struktur kota yang terbentuk antara
overlap, persilangan, atau pemutarbalikan. elemen-elemen sehingga
lain adalah
dapat dihasilkan bentuk geometrikal yang berfariatif baik yang
teratur, maupun yang tidak teratur. Linear
15
Fungsional
Alam (sungai, gunung, hutan)
d. Landmark
Dapat diartikan Batasan, sebenarnya merupakan pengakhiran Macam landmark dapat dibedakan :
dari suatu Distrik/kawasan tertentu. meskipun kenyataanya sulit
a. Dari aspek bentuk
melihat batasan yang jelas antar kawasan dengan fungsi yang
Dibentuk oleh suatu elemen atau bangunan
berbeda.
Berupa kawasan / urban space yang memanjang maupun cluster.
Edge bersifat menerus dan tidak teras tajam. Dinegara maju b. Dari aspek jarak
batasannya jelas seperti dalam kawasan perdagangan, instetitas Distant landmark
bangunan sangat tinggi. Local Landmark
16
Proses pembentukan landmark yaitu memperluas arah pandang, Perwujudan node, secara konseptual berupa titik kecil dalam
membuat kontras, dan meletakkan landmark pada suatu tempat yang kota. Secara realistis berupa square skala besar, bentuk linier,
memiliki hirarki visual secara strategis atau istimewa. keseluruhan pusat distrik pada tingkat yang luas.
e. Node (Simpul) Kualitas node dibagi menjadi dua, yaitu Introvert node yang
memberikan sedikit kesan mengarahkan dan Ekstrovert node yang
Salah satu bentuk landmark adalah node, yaitu pusat
menerangkan arah-arah umum, penghubung yang jelas ke berbagai
aktivitas atau kegiatan. Sebuah node dapat menampung berbagai
distrik, dan pendekatan terlihat datang dari sisi tertentu.
aktivitas atau suatu aktivitas unik yang menjadi ciri keberadaan
node tersebut. Misalnya pasar sebagai pusat perdagangan yang
meampung aktivitas jual beli, square di pusat kota yang menjadi
tempat masyarakat kota melakukan aktivitas budaya dan rekreatif,
dsb. Node adalah titik pusat kegiatan fungsional suatu kota.
Ciri-ciri node :
- pusat kegiatan
- pertemuan beberapa ruas jalan
- tempat pergantian alat transportasi.
17
Alun-Alun
Kota Jepara
terletak pada
BWK I
Kabupaten Jepara
18
19
Alun – alun Kota Jepara sebagai pusat kota dan landmark kota Museum Kartini Komando Distrik Militer
mengalami peningkatan pembangunan dan peningkatan aktivitas di Sumber:Dokumen Pribadi Sumber : Dok. Pribadi
dalamnya sekaligus mempengaruhi pengembangan dan penggunaan lahan
disekitarnya. Sehingga baru-baru ini alun-alun kota Jepara telah
mengalami pembangunan yang selesai pada tahun 2008 lalu.
SHOPPING CENTER
KAWASAN PUBLIK
COMERCIAL DISTRICT
KAWASAN PEMERINTAHAN
KAWASAN PERIBADATAN
TUGU PANCASILA
21
3.2.1 Tata Guna Lahan Alun–Alun Kota Jepara 3.2.2 Bentuk dan Massa Bangunan Alun–Alun Kota Jepara
22
JALUR PEDESTRIAN
SUMBER:DOKUMEN PRIBADI
24
a. Area Sirkulasi
1) Kolektor Primer
Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40
km/jam dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 10 m.
Mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar dari volume
lalu lintas rata-rata. Pencapaian
Alun-Alun Kota Jepara
Jumlah jalan masuk dibatasi.
Jalan tidak terputus walaupun memasuki kota
2) Kolektor Sekunder
Didesain berdasarkan kecepatan paling rendah 20 km/jam dan
lebar badan jalan tidak kurang dari 7 m.
Jumlah jalan masuk dibatasi.
3) Lokal Primer
25
2. Paving block
b. Area Parkir
26
28
29
Gambar
Tempat Sampah disekitar alun alun
Sumber : Dok. Pribadi
30
Identitas
Identitas dari alun-alun ini cukup jelas, ketika akan memasuki
kawasan alun – alun tedapat ring road dengan patung kartini yang
juga merupakan identitas kota Jepara. Setelah itu tepat di depan
alun – alun terdapat tugu dengan bentuk garuda pancasila di
Sitting Group sekaligus hot spot area atasnya.
Sumber : Dok. Pribadi
Tugu Kartini
Tugu Pancasila Sumber : Dok. Pribadi
Sumber : Dok. Pribadi
31
Pada salah satu sisi alun – alun terdapat bangunan Museum R.A. Tanda jenis ini adalah reklame dan iklan. Banyak terdapat di
Kartini yang juga merupakan salah satu ciri khas Kota Jepara. luar kawasan alun-alun yang merupakan area perdagangan dan berisis
Museum ini juga digunakan sebagai gedung kesenian. deretan pertokoan.
Komersial
3.2.8. Utilitas Alun-Alun Jepara
32
Drainase
Arah pembuangan air hujan dan air kotor diarahkan ke sungai yang
terletak di sebelah barat alun-alun. Jenis drainase menggunakan
system drainase tertutup. Hal tersebut dapat dilihat dari
selokan-selokan disekitar alun-alun yang ditutup oleh dak beton.
Titik lampu
33
Bak sampah
ALUN-ALUN
BAK SAMPAH
ALUN-ALUN
BAB IV
34
ANALISA ALUN – ALUN JEPARA 4.3. Analisa sirkulasi dan parkir alun-alun jepara
MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI
Sirkulasi pengguna jalan terlihat baik dan teratur, meskipun
jalan di sekeliling alun-alun menggunakan konsep jalur 2
arah, tidak menimbulkan kesemrawutan dikarenakan jarak yang
4.1. Analisa tata guna lahan alun-alun jepara
cukup lebar. Jalur utama (jalan lingkar selatan dan jalan
Tata guna lahan di kawasan alun-alun jepara dan sekitarnya lingkar timur), juga terlihat masih dalam kategori teratur.
berupa mixed-used area yang berisi bermacam-macam bangunan
Bagi kendaraan roda 4 dan bus memang telah ada parker khusus
dengan fungsi yang berbeda-beda. Selain pusat pemerintahan,
(di depan museum R.A.Kartini), namun ada baiknya diperluas
kawasan ini didominasi oleh bangunan bersifat komersiil.
jika memungkinkan. Bagi kendaraan roda 2 terlihat tidak ada
Sarana peribadatan diwakili oleh adanya masjid di sebelah
parker khusus, sehingga hanya diletakkan di tepian jalan
selatan, dan gereja di sebelah barat dari alun-alun.
saja tanpa ada marka jalan. Sebenarnya tidak menjadi
Pembagian blok-blok berdasarkan fungsi dari tiap bangunan persoalan yang berarti karena jalan masih cukup lebar untuk
sudah terlihat cukup jelas. Oleh sebab itu, kondisi di sirkulasi kendaraan lain. Hanya saja mungkin bisa ditata
sekitar alun-alun jepara bisa dikatakan cukup teratur baik dengan lebih rapi.
segi aksesibilitas maupun pencapaian ke tiap-tiap bangunan.
4.4. Analisa ruang terbuka alun-alun jepara
4.2. Analisa bentuk dan massa bangunan alun-alun jepara
Lapangan alun-alun yang luas dengan rumput hijau yang
Dengan tidak adanya bangunan yang sangat menonjol dari segi terawat dengan baik, memberikan kesan keleluasaan,
ketinnggian di sekitar alun-alun jepara, menyebabkan skyline kebebasan, dan kesejukan. Ditambah pula dengan batas berupa
yang tercipta menjadi cukup harmonis. Ketinggian bangunan di deretan pohon yang menghijau pula. Runag terbuka ini
sekitar alun-alun jepara berkisar antara 1 sampai 2 lantai dimanfaatkan untuk berinteraksi oleh masyarakat,
saja. berolahraga, dan tempat singgah guna melepas penat, mungkin
Sedangkan maksimal ketinggian sebenarnya bisa mencapai 7 juga sebagai tempat rekreasi karena bersebelahan dengan
tidak saling mengalahkan maupun merusak pencitraan bangunan Ruang terbuka dapat menjadi sebuah ruang komunal dan lebih
lainnya. Perbandingan massa solid dan massa void yang bersifat aktif jika dilengkapi dengan magnet-magnet yang
terjadi juga telah terjaga dengan baik. Hanya saja mungkin dapat menarik minat masyarakat untuk dating ke alun-alun.
yang menjadi permasalahan, yaitu massa void pada area Penambahan street furniture berupa tempat duduk di beberapa
komersiil/pertokoan. Dengan banyaknya aktifitas manusia dan titik di sekeliling alun-alun dapat diterapkan guna menarik
kendaraan di dalamnya, bisa saja merusak perbandingan yang minat pengunjung. Suasana seperti taman di sisi barat
baik tadi. baiknya juga dibawa masuk ke kawasan alun-alun.
35
4.5. Analisa jalur pejalan kaki alun-alun jepara 4.7. Analisa penandaan alun-alun jepara
Jalur pejalan kaki yang disediakan di sekeliling lapangan Keberadaan penandaan di sekitar kawasan alun-alun sudah
alun-alun terasa nyaman, dikarenakan lebarnya dirasa cukup. memadai. Ditinjau dari segi fungsi, memudahkan pengguna
Penggunaan paving blok yang berwarna dan berkontur menjadi kawasan untuk memahami makna-makna dan simbol-simbol yang
daya tarik bagi pejalan kaki untuk sekedar berjalan dimaksudkan oleh masing-masing penandaan.
mengitari alun-alun. Pohon palem yang membatasi jalur
Sedangkan penandaan yang bersifat pengumuman maupun
pejalan kaki dengan lapangan memang tidak sepenuhnya bisa
komersiil (reklame dan iklan) yang berupa billboard ataupun
memberikan keteduhan, namun mampu menimbulkan kesan estetis
baliho sebaiknya ditata agar menjadi daya tarik visual,
pada alun-alun.
bukan menjadi visualisasi yang negatif. Baliho yang telah
Jalur pejalan kaki selain sebagai estetika kota juga kadaluwarsa sebaiknya segera diturunkan agar tidak
berfungsi sebagai wadah manusia untuk melakukan pergerakan memberikan informasi yang salah kepada masyarakat.
dari satu tempat ke tempat lainnya.
Area perdagangan berupa pertokoan lebih mudah dijangkau oleh 4.8. Analisa preservasi dan konservasi alun-alun jepara
pengunjung alun-alun. Begitu juga dengan fasilitas bermain
Tidak ada bangunan yang merupakan konservasi di sekitar
anak-anak juga tersedia di sudut alun-alun.
kawasan alun-alun ini.
36
BAB V
37
38
Tempat parkir
Pot tanaman
39
Tempat sampah
Lampu taman
40
Sitting area
Pedestrian ways
41