Panduan Penerapan Sekolah Siaga Bencana: January 2013
Panduan Penerapan Sekolah Siaga Bencana: January 2013
net/publication/322095107
CITATION READS
1 22,044
4 authors, including:
Triyono Triyono
Indonesia Institute of Sciences
15 PUBLICATIONS 11 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Triyono Triyono on 28 December 2017.
Panduan Penerapan Sekolah Siaga Bencana/Triyono, Ranthie Bariel Putri, Asep Koswara, dan
Vishnu Aditya. -Jakarta:Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, 2013
vii + 81 hlm.; 29,7 x 21 cm
ISBN xxx-xxx-xxx-xxx-x
1. Panduan 2. Penerapan
3. Sekolah Siaga Bencana
Diterbitkan oleh:
Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI
Kompleks LIPI Jl. Cisitu, Sangkuriang
Bandung - 40135
Telp : 022 - 2503654
Panduan Penerapan Sekolah
Siaga Bencana
Editor :
Triyono
I Gusti Ayu Sutiarti
Tim Penulis :
Triyono
Ranthie Bariel Putri
Asep Koswara
Vishnu Aditya
Tidak dapat dipungkiri bahwa negara tercinta Indonesia berada pada wilayah yang secara
geologi rawan bencana. Bencana tsunami Aceh Tahun 2004 telah memberikan pelajaran bagi kita
semua bahwa upaya membangun ketangguhan masyarakat terhadap bencana memerlukan waktu
yang tidak singkat. Upaya pengurangan risiko bencana dapat dilakukan di berbagai tingkat sasaran
dan seharusnya menjadi sebuah bagian dari kehidupan sehari-hari serta dilakukan sedini mungkin.
Di mulai pasca tsunami Aceh melalui Program Community Preparedness (COMPRESS) LIPI
melakukan sosialisasi kesiapsiagaan mengahadapi bencana dengan sasaran anak-anak khususnya di
sekolah melalui kegiatan children science support-CSS (dukungan ilmu pengetahuan untuk kesiapsiagaan
bencana). Tahun 2008 saat berkegiatan di Kota Bengkulu, kegiataan CSS berkembang dan
COMPRESS-LIPI mulai merintis upaya kesiapsiagaan di seluruh komponen komunitas sekolah
dengan sebuah konsep “sekolah siaga bencana” berlandaskan kerangka kerja (framework) kesiapsiagaan
LIPI-UNESCO/ISDR. Berdasarkan pembelajaran di Kota Bengkulu, maka pada tahun yang sama
terbitlah buku “membangun sekolah siaga bencana”. Perintisan sekolah siaga bencana selanjutnya
berkembang pada tahun 2009 bekerjasama dengan beberapa lembaga diantaranya JTIC-UNESCO
dan TDMRC UNSYIAH. Akhirnya pada tahun 2011 terbit panduan monitoring dan evaluasi
sekolah siaga bencana.
Komunitas sekolah menjadi salah satu pemangku kepentingan yang strategis dalam rangka
meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana. Pada tahun 2010 Kementrian Pendidikan Nasional
(pada waktu itu) mengeluarkan Surat Edaran tentang pengarusutamaan risiko bencana di sekolah
dan pada tahun 2012 Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengeluarkan pedoman
penerapan sekolah aman. Sementara itu, di level sekolah terutama di daerah-daerah yang rawan
bencana terdapat kebutuhan sebuah panduan praktis yang dapat menjadi referensi sekolah dalam
membangun sekolah yang siaga bencana.
Berlatar belakang uraian di atas, maka melalui Program Prioritas Nasional (PN) 9 tentang
kebencanaan dan lingkungan hidup tahun 2012, COMPRESS-LIPI berkesempatan mengembangkan
konsep dan praktik sekolah siaga bencana menjadi sebuah panduan yang diharapkan praktis dan
mudah bagi sekolah dalam rangka membangun sekolah yang siaga bencana. Panduan ini merupakan
pengembangan dari berbagai konsep dan praktik baik yang telah dilakukan LIPI maupun lembaga
lain dan hasil praktik pembelajaran dari sekolah yang menjadi pilot pada tahun 2012 yakni di 3
sekolah di Kabupaten Majene dan 1 sekolah di Kota Bandung. Melalui pendanaan Pusat Penelitian
Geoteknologi pada tahun 2013 pengembangan konsep dan praktik sekolah siaga bencana terus
dilakukan sampai panduan ini di cetak dan digandakan untuk dapat didistribusikan kepada pemangku
kepentingan khususnya sekolah.
Terima kasih diucapkan kepada penulis yang telah mendedikasikan waktu dan pikiran
sehingga panduan ini dapat terselesaikan. Tak lupa penghargaan disampaikan kepada sekolah-
sekolah yang selama ini menjadi media pembelajaran bagi pengembangan sekolah siaga bencana
diantaranya Bengkulu, Banda Aceh, Sikka-Maumere, Majene dan Bandung.
Panduan Penerapan
iii
Sekolah Siaga Bencana
Panduan ini merupakan dokumen yang dinamis sehingga ke depan diperlukan perubahan
perbaikan sesuai dengan perkembangan sehingga saran dan masukan demi sempurnanya
panduan ini di masa yang akan datang sangat dinantikan. Akhirnya semoga panduan ini
bermanfaat dan menjadi referensi bagi sekolah-sekolah dalam rangka membangun sekolah
yang siaga bencana.
iv Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
DAFTAR ISI
Panduan Penerapan
v
Sekolah Siaga Bencana
DAFTAR TABEL
vi Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
DAFTAR LAMPIRAN
vii
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG
Bencana yang terjadi di Indonesia telah menimbulkan dampak yang cukup besar pada berbagai
sektor salah satunya adalah sektor pendidikan. Di sektor pendidikan, bencana dapat berdampak
pada bangunan sekolah dan infrastruktur sekolah, termasuk siswa dan guru serta komponen
sekolah lainnya yang merupakan bagian dari komunitas sekolah. Data Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan bahwa lebih dari 130.000 bangunan sekolah
berpotensi terhantam bencana gempa bumi. Oleh karena itu upaya untuk meminimumkan
risiko di sekolah menjadi hal yang utama, salah satunya melalui peningkatan kesiapsiagaan
komunitas sekolah. Faktor penting lain yang mendukung perlunya kesiapsiagaan komunitas
sekolah adalah jumlah siswa yang banyak di sekolah menjadi kondisi tersebut sangat rentan
terhadap bencana yang berpotensi terjadi. Jumlah korban dapat lebih besar dibandingkan
dengan di daerah dengan populasi yang sedikit dan jarang. Diharapkan upaya kesiapsiagaan
komunitas sekolah dapat mengurangi korban jiwa maupun kerugian akibat bencana.
Salah satu upaya meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana adalah melalui peningkatan
kapasitas komunitas sekolah yang terdiri dari unsur siswa, guru dan komponen sekolah lainnya.
Peningkatan kesiapsiagaan komunitas sekolah dapat dilakukan melalui peningkatan kapasitas
sumberdaya manusia dan peningkatan kesiapsiagaan dari komponen fisik sekolah seperti
bangunan dan infrastruktur lainnya.
Inisiatif untuk meningkatkan kesiapsiagaan komunitas sekolah terhadap bencana telah dilakukan
di berbagai tingkat administratif. Menindaklanjuti amanat Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2007 tentang penanggulangan bencana dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008
tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, Kementrian Pendidikan Nasional telah
menyusun strategi pengurangan risiko bencana di Sekolah yang dilengkapi dengan modul bahan
ajar dan pelatihan pengintegrasian pengurangan risiko bencana. Melalui Surat Edaran Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 70a/MPN/SE/2010, Menteri Pendidikan Nasional menghimbau
kepada seluruh kepala daerah di Indonesia untuk melaksanakan strategi pengarusutamaan
pengurangan risiko bencana di sekolah. Pelaksanaan strategi pengarusutamaan pengurangan
risiko bencana di sekolah dilakukan baik secara struktural maupun non-struktural guna
mewujudkan budaya kesiapsiagaan dan keselamatan terhadap bencana di sekolah.
Surat Edaran dari Menteri Pendidikan Nasional tersebut telah mendorong berbagai institusi
menfasilitasi pengembangan pendidikan kesiapsiagaan di level komunitas sekolah dengan
berbagai konsep pengembangan seperti sekolah aman, sekolah penyangga, sekolah tangguh
maupun lainnya. Jauh sebelum ini, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia melalui program
Community Preparedness (COMPRESS) telah menginisasi pendidikan kesiapsiagaan bencana
di level komunitas sekolah. Dengan menggunakan kerangka kerja kesiapsiagaan yang telah
dikembangkan oleh LIPI-UNESCO/ISDR, COMPRESS-LIPI menginisiasi pengembangan
sekolah siaga bencana dengan mengimplementasikan lima parameter kesiapsiagaan yakni
pengetahuan dan sikap, sistem peringatan bencana, rencana tanggap darurat, kebijakan dan
panduan, dan mobilisasi sumberdaya di sekolah.
Panduan Penerapan
1
Sekolah Siaga Bencana
Di mulai pada tahun 2008, LIPI mengimplemetasikan pengurangan risiko bencana di sekolah
dengan merintis pengembangan model sekolah siaga bencana di Kota Bengkulu yakni di SD
Negeri 57 dan SMU Negeri 6 Kota Bengkulu. Pada tahun 2009 LIPI bekerjasama dengan
JTIC-UNESCO kembali melakukan perintisan sekolah siaga bencana di Kabupaten Sikka
(adapun sekolah yang terpilih : SD Negeri Inpres Waioti, SMP Negeri 1 Maumere dan SMA
Negeri 1 Maumere) dan Kota Banda Aceh (adapun sekolah yang terpilih : SD Negeri 2, SMP
Negeri 1 dan SMA Negeri 1 Banda Aceh). Pada Tahun 2012 LIPI merintis sekolah siaga
bencana di Kabupaten Majene (adapun sekolah yang terpilih : SD Negeri No. 4 Tanjung Batu,
SMP Negeri 3 Pamboang dan SMA Negeri 1 Pamboang).
Berdasarkan pembelajaran dari merintis sekolah siaga bencana yang dilakukan oleh LIPI dan
perkembangan kegiatan pendidikan kebencanaan di Indonesia, maka LIPI menyusun panduan
membangun sekolah siaga bencana. Panduan ini diharapkan menjadi acuan dalam rangka
penerapan pengurangan risiko bencana di sekolah.
B. TUJUAN
Panduan membangun sekolah siaga bencana bertujuan untuk :
a. Mengetahui kriteria dalam memilih sekolah yang akan menjadi sekolah siaga bencana.
b. Melakukan penilaian kesiapsiagaan struktur dan non struktur sekolah untuk menyusun
rencana aksi sekolah dalam membangun sekolah siaga bencana.
c. Memberikan pilihan tindakan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan parameter
kesiapsiagaan (struktur dan non struktur).
d. Memberikan gambaran umum dalam melakukan pemantauan/monitoring terhadap sekolah
dalam mencapai indiktaor sekolah siaga bencana.
C. SASARAN
Panduan membangun sekolah siaga bencana ini dapat menjadi acuan dalam membangun
sekolah siaga bencana bagi :
a. Komunitas sekolah (kepala sekolah, guru, siswa, dan komite sekolah)
b. Pemerintah pusat dan daerah
c. Instansi/Lembaga yang bergerak di bidang pendidikan kebencanaan
d. Sektor swasta dan masyarakat umum
2 Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
PERSIAPAN
2
Tahap persiapan membangun sekolah siaga bencana merupakan tahap dimana pencetus sekolah
siaga bencana (baik sekolah itu sendiri maupun lembaga/instansi eksternal) harus benar-benar
memiliki pemahaman mengenai risiko bencana yang ada di sekolah. Pemahaman mengenai risiko
bencana di sekolah digunakan dalam mengambil langkah-langkah segera sesuai dengan prioritas.
Tahap persiapan mempertimbangkan 2 kriteria utama sekolah siaga bencana yakni kesiapsiagaan
struktur dan kesiapsiagaan non struktur (Hidayati, dkk (2010)). Tahap persiapan digunakan untuk
menentukan langkah-langkah prioritas yang harus segera dilakukan menuju sekolah siaga bencana
disesuaikan dengan kapasitas yang dimiliki oleh sekolah.
A. PEMILIHAN SEKOLAH
Keputusan menjadi sekolah siaga bencana dapat berasal dari keinginan sekolah maupun pihak
eksternal yang memiliki program membangun sekolah siaga bencana. Faktor utama yang
menjadi pertimbangan dalam membangun sekolah siaga bencana adalah faktor risiko sekolah
terhadap suatu bencana. Tingkat risiko sekolah terhadap bencana sangat tergantung pada
tingkat ancaman bahaya di sekolah, tingkat kerentanan dan tingkat kapasitas yang dimiliki oleh
sekolah. Sekolah ataupun pihak eksternal yang memiliki program untuk membangun sekolah
siaga bencana dapat menggunakan pendekatan tingkat risiko untuk memilih sekolah. Berikut
hal-hal yang dapat diperhatikan dalam menentukan sekolah yang akan dijadikan sekolah siaga
bencana adalah :
1. Letak sekolah dengan sumber bahaya (semakin dekat dengan sumber bahaya menjadi yang
diprioritaskan)
2. Kemampuan sekolah dalam mengakses jalur evakuasi (semakin terbatas akses terhadap
jalur evakuasi maka menjadi yang diprioritaskan)
3. Perbandingan jumlah siswa dan guru (semakin banyak siswa yang menjadi tanggungjawab
guru maka menjadi prioritas untuk dipilih)
4. Ketersediaan prasarana dan sarana yang dimiliki sekolah (semakin terbatas ketersediaan pra
sarana dan sarana yang dimiliki sekolah untuk pengurangan risiko bencana menjadi yang
diprioritaskan)
5. Pemahaman komunitas sekolah terhadap risiko bencana (semakin rendah pemahaman
komunitas sekolah terhadap risiko bencana di sekolah menjadi yang diprioritaskan).
Panduan Penerapan
3
Sekolah Siaga Bencana
B. PENILAIAN KESIAPSIAGAAN STRUKTUR SEKOLAH
Penilaian kesiapsiagaan struktur sekolah dilakukan untuk memahami dan menilai risiko bencana
yang dihadapi oleh sekolah dari aspek struktur bangunan sekolah. Penilaian kesiapsiagaan
struktur sekolah merupakan proses evaluasi diri (self assessment) sebelum dilakukan penilaian
komprehensif oleh ahli bangunan yang bertujuan untuk membantu sekolah dalam mengetahui
kondisi kerentanan fisik sekolah serta mendata kondisi dasar risiko bencana yang ada di
lingkungan sekolahnya. Penilaian kesiapsiagaan non struktur akan digunakan sebagai data dalam
menyusun perencanaan perbaikan jangka pendek, menengah dan panjang untuk menuju sekolah
siaga bencana1.
Penilaian kesiapsiagaan struktur sekolah menggunakan perangkat penilaian/evaluasi risiko oleh
sekolah yang dikembangkan oleh BNPB (2011). Terdapat 2 aspek yang dinilai yakni :
Dalam aspek prasarana dan sarana sekolah ada 6 kategori isian yang harus diisi oleh guru
maupun komunitas sekolah. Kategori tersebut antara lain informasi umum dari sekolah, kon-
disi dan perencanaan sekolah, komponen struktural, komponen arsitektural, perabotan dan
isinya, utilitas dan sekitarnya. Untuk membantu penilai memahami apa saja komponen struk-
tural, beberapa gambar mengenai komponen-komponen bangunan telah diberikan.
Formulir lembar penilaian mengenai aspek prasarana dan sarana sekolah tersedia di lampiran
1. Adapun cara mengisi lembar penilaian ini adalah sebagai berikut:
a. Kategori pertama Informasi Umum ( 1xx ) diisi sesuai dengan data-data penilai, deskrip-
si data bangunan dan kondisi sekolaah terhadap paparan bencana.
b. Kategori kedua kondisi dan perencanaan ( 2xx ) dipilih menggunakan tanda centang
(√) pada gambar yang sesuai dengan kondisi bangunan
c. Kategori ketiga sampai keenam ( 3xx – 6xx ) menggunakan tanda centang (√) “ya” atau
“tidak” dalam penilaiannya.
Kriteria ambang dibawah ini akan membantu penilai atau pengambil kebijakan dalam mem-
buat rekomendasi.
• Jika nilai dari isian kedua ( kondisi dan perencanaan/2xx ) melebihi 4, disarankan bahwa
gedung tersebut perlu pemeriksaan lebih lanjut oleh ahli bangunan.
• Jika jumlah jawaban “tidak” pada isian ketiga ( komponen struktural/3xx ) melebihi 1,
sangat disarankan gedung tersebut untuk diperiksa lebih lanjut oleh ahli bangunan.
• Jika jumlah jawaban “tidak” pada isian keempat ( komponen arsitektural/4xx ) melebihi 5
disarankan bahwa gedung tersebut perlu perbaikan komponen arsitektural
4 Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
• Jika jumlah jawaban “tidak” pada isian kelima (perabotan dan isinya/5xx ) melebihi 10
sangat disarankan bahwa gedung tersebut perlu perkuatan pada perabotan dan isinya.
Apabila nilainya dibawah 11, perkuatan cukup dilakukan oleh guru atau komunitas seko-
lah.
• Jika jumlah jawaban “tidak” pada isian keenam (utilitas dan sekitarnya/6xx ) melebihi 3
sangat disarankan gedung tersebut memerlukan bantuan teknis untuk perkuatan kom-
ponen tersebut oleh ahli bangunan.
Semua ambang tersebut dapat diabaikan, jika dengan pengetahuan dari penilai, ada beberapa
hal kritis yang harus segera diperbaiki/diperkuat, walaupun belum melampaui batasan
ambang tersebut. Dalam kasus ini, mohon diberikan catatan yang disertai dengan gambar-
gambar dokumentasi (jika tersedia)�.
Apabila beberapa pertanyaan yang ada dalam formulir ini lebih banyak mengacu pada jawa-
ban “Tidak”, maka akan mengacu pada kesimpulan bahwa perkuatan maupun pembangunan
kembali semakin sulit untuk diadakan. Sedangkan formulir sebelumnya akan menunjukkan
seberapa besar tingkat kerentanan bangunan tersebut terhadap gempa bumi. Sehingga den-
gan turut mempertimbangkan kedua hal tersebut akan dapat disimpulkan apakah perkuatan
maupun pembangunan kembali cukup layak untuk bangunan tersebut. Apabila diperlukan,
pihak pengelola sekolah dapat meminta bantuan kepada ahli bangunan untuk datang menin-
jau sekolah tersebut secara teknis.
Selain memberikan kesimpulan akhir, pihak pengelola sekolah juga perlu memberikan
beberapa catatan-catatan penting yang mungkin ditemukan dalam bangunan tersebut
berkaitan dengan perkuatan maupun pembangunan kembali. Selain itu dapat juga diberikan
rekomendasi mengenai kedua hal tersebut.
Panduan Penerapan
5
Sekolah Siaga Bencana
dilakukan pada tahap persiapan sebagai dasar landasan untuk menentukan langkah-langkah
pembenahan selanjutnya dalam pelaksanaan membangun sekolah siaga bencana. Diharapkan
dari penilaian ini diketahui tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah per parameter sehingga
sekolah dapat menentukan pilihan tindakan prioritas yang akan dilakukan selanjutnya. Pilihan
tindakan tersebut berdasarkan parameter kesiapsiagaan terendah yang mampu dilakukan oleh
sekolah dan disesuaikan dengan kapasitas yang dimiliki sekolah.
1. Pengumpulan Data
Oleh karena subjek penilaian kesiapsiagaan komunitas sekolah terdiri dari tiga subjek utama
maka dari itu pengambilan data dilakukan dengan menggunakan instrumen yang telah
dikembangkan pada masing-masing subjek penelitian. Instrumen kesiapsiagan sekolah terdiri
dari tiga set, yaitu (S1) berupa kuesioner untuk sekolah sebagai institusi; (S2) berisi kuesioner
untuk Guru dan (S3) kuesioner untuk siswa. Instrumen kesiapsiagaan sekolah dapat dilihat
pada lampiran 3.
- Kuesioner (S1)
Daftar isian kuesioner ini diberikan kepada pengelola sekolah (kepala sekolah atau wakilnya)
untuk diisi sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalamnya.
- Kuesioner (S2)
Daftar kuesioner S2 diberikan kepada guru pada masing-masing sekolah untuk diisi. Jumlah
guru yang diharapkan mengisi kuesioner pada masing-masing sekolah adalah 10 orang guru.
- Kuesioner (S3)
Daftar kuesioner S3 diperuntukkan untuk siswa pada masing-masing sekolah. Untuk tingkat
sekolah dasar, siswa kelas 4 dan kelas 5 dipilih sebagai responden. Sedangkan untuk tingkat SMP
dan SMA siswa yang dipilih sebagai responden adalah siswa kelas 8 dan kelas 11. Pemilihan
siswa – siswa tersebut didasarkan pada pertimbangan: (1) Tidak mengganggu kegiatan belajar.
Siswa kelas paling atas (SD/MI kelas 6, SMP dan SMA kelas 9 dan 12) kemungkinan disibukkan
dengan beberapa kegiatan berkaitan dengan persiapan ujian sekolah dan ujian nasional, dan (2)
Apabila akan dilakukan monitoring dan evaluasi tingkat kesiapsiagaan siswa pada tahun berikut-
nya para siswa tersebut masih dapat dijadikan responden.
Dalam mengisi kuesioner (S3) siswa dipandu oleh guru atau fasilitator. Untuk siswa tingkat SD
guru atau fasilitator membacakan satu – satu per satu pertanyaan yang ada di dalam kuesioner
dan mempersilahkan siswa untuk menjawab sesuai dengan pertanyaan yang dibacakan. Setelah
semua pertanyaan kuesioner dibacakan dan daftar pertanyaan telah diisi semua, siswa diper-
silahkan untuk meneliti kembali kuesionernya. Untuk tingkat SMP dan SMA, siswa diminta
untuk menjawab pertanyaan dalam kuesiner dan langsung mengisi jawabannya, tanpa dibacakan
oleh guru atau fasilitator. Guru atau fasilitator memberikan penjelasan apabila ada siswa yang
meminta klarifikasi tentang beberapa pertanyaaan dalam kuesioner.
6 Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
2. Pengolahan Data
Kuesioner yang telah dikoreksi (pastikan jumlahnya sudah sesuai dengan jumlah sampel sekolah,
guru dan siswa yang sudah ditentukan sebelumnya) kemudian masing-masing kuesioner (S1, S2
dan S3) diberi nomor urut. Setelah diberi nomor urut, kuesioner siap untuk dimasukkan ke dalam
sistem pengolahan data dengan menggunakan software aplikasi kesiapsiagaan yang tersedia pada cd
dalam paket panduan ini (Lihat Lampiran Panduan Pengolahan Data yang ada dalam software).
3. Analisis Data
Setelah pengolahan data selesai akan didapatkan nilai tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah.
Tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah dikategorikan pada level tinggi, sedang, dan rendah den-
gan mengacu pada Tabel 1. Selain itu dapat juga dilihat indeks masing-masing parameter yaitu
pengetahuan, peringatan bencana, rencana tanggap darurat, kebijakan dan mobilisasi sumberdaya.
Indeks masing-masing parameter ini dapat digunakan untuk menentukan pilihan tindakan priori-
tas yang harus segera dilakukan bagi sekolah dalam rangka menuju sekolah siaga bencana.
Keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh sekolah seperti waktu, biaya, maupun sumberdaya lain-
nya dalam impelementasi kegiatan pengurangan risiko bencana menjadi kendala di sebagian besar
sekolah. Oleh karenanya perlu disepakati pilihan tindakan pengurangan risiko bencana prioritas yang
akan dilakukan dalam membangun sekolah siaga bencana berdasarkan hasil dari penilaian kesiapsia-
gaan struktur dan non struktur sekolah. Pilihan tindakan tersebut kemudian dituangkan menjadi ren-
cana aksi sekolah dalam membangun sekolah siaga bencana. Dokumen tertulis ini menjadi acuan dan
ditinjau ulang berdasarkan periode perencanaan untuk mengetahui setiap implementasi pelaksanaan
indikator sekolah siaga bencana (format dokumen rencana aksi sekolah dapat diacu pada lampiran
4).
Penentuan pilihan tindakan prioritas pengurangan risiko bencana sekolah sebagai rencana aksi se-
kolah dapat dilaksanakan dengan langkah sebagai berikut :
1. Buat Fokus Group Discussion (Diskusi terfokus) yang diikuti oleh komunitas sekolah (termasuk
guru dan siswa) serta dengan mengundang beberapa wakil dari komite sekolah dan lembaga/
instasi terkait pengurangan risiko bencana di sekolah seperti Dinas Pendidikan, Badan Penanggu-
langan Bencana Daerah, Perguruan Tinggi, Palang Merah Indonesia, Gerakan Pramuka Daerah,
Lembaga Swadaya Masyarakat, maupun dunia usaha yang terkait pengurangan risiko bencana di
daerah.
Panduan Penerapan
7
Sekolah Siaga Bencana
2. Paparkan hasil penilaian kesiapsiagaan struktur dan non struktur sekolah yang telah diperoleh
sebelumnya
3. Diskusikan target parameter kesiapsiagaan (struktur dan non struktur) dan pilihan tindakan priori-
tas berdasarkan hasil kajian yang telah dipaparkan sebelumnya.
4. Galang dukungan kongkrit (nyata) yang dapat dikontribusikan oleh masing-masing lembaga/in-
stansi yang diundang tersebut (seperti : anggaran, peralatan, pelatihan, dll).
8 Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
PELAKSANAAN
3
Dalam membangun sekolah siaga bencana harus memenuhi dua kriteria utama, yaitu kesiapsiagaan
struktur dan non struktur (Hidayati dkk, 2010). Kesiapsiagaan struktur diindikasikan dari kondisi
fisik sekolah yang harus memenuhi standar bangunan tahan gempa dan mempunyai sarana fisik
untuk penyelamatan diri dan evakuasi1. Kesiapsiagaan non struktur terdiri dari lima parameter: 1)
pengetahuan dan sikap, 2) kebijakan dan panduan, 3) rencana tanggap darurat, 4) sistem peringatan
bencana, dan 5) mobilisasi sumber daya2. Indikator parameter kesiapsiagaan (struktur dan non
struktur) dapat dilihat pada lampiran 5.
Sekolah siaga bencana dapat diwujudkan dengan melibatkan seluruh komponen sekolah utamanya
kepala sekolah, guru, siswa dan warga sekolah lainnya. Di samping itu, masyarakat yang bermukim
di sekitar sekolah, orang tua siswa, organisasi terkait kebencanaan dan pendidikan, dan pemerintah
daerah juga berperan dalam menunjang terwujudnya sekolah siaga bencana. Mengingat pentingnya
dukungan dan bimbingan dari pihak diluar sekolah dalam membangun sekolah siaga bencana.
Kapasitas sekolah juga menjadi salah satu faktor dalam membangun sekolah siaga bencana.
Kapasitas sekolah merupakan kekuatan dan sumber daya yang dimiliki oleh komponen sekolah
(guru dan siswa) dan institusi sekolah yang mampu mencegah, melakukan mitigasi, siap menghadapi
dan melakukan pemulihan dari bencana dengan cepat2. Dalam membangun sekolah siaga bencana
harus disesuaikan dengan kapasitas sekolah yang dimiliki. Dengan demikian sekolah tidak merasa
terbebani dengan mewujudkan sekolah siaga bencana. Berikut ini merupakan beberapa contoh
pilihan tindakan yang dilakukan oleh sekolah dalam rangka meningkatkan tingkat kesiapsiagaan
(struktur dan non struktur). Pilihan tindakan ini dapat dikembangkan secara mandiri sesuai dengan
kreativitas sekolah dan karakteristik daerah.
A. Kesiapsiagaan Struktur
Membangun sekolah siaga bencana harus memenuhi kesiapsiagaan dari aspek struktur yang
bersifat bentuk fisik pra sarana dan sarana di sekolah. Aspek struktur ini menjadi penting
dalam upaya melindungi komunitas sekolah dengan menyediakan lingkungan yang menjamin
keselamatan seluruh komunitas sekolah selama kegiatan belajar mengajar.
Kesiapsiagaan struktur dapat ditingkatkan dengan melakukan beberapa kegiatan yang
mencakup:
1. Struktural
Parameter struktural ini lebih melihat dari struktur dasar bangunan sekolah. Parameter
ini menjadi sangat penting diperhatikan oleh sekolah ketika memulai tahap pembangunan
fisik sekolah atau pada tahap rehabilitasi bangunan sekolah. Hal ini merupakan salah satu
upaya pengurangan risiko bencana dari aspek struktur. Untuk meningkatkan kesiapsiagaan
sekolah dari komponen struktural dapat dilakukan beberapa kegiatan antara lain:
a. Membuat sistem pondasi di bawah bangunan sekolah.
b. Membangun bangunan sekolah yang memiliki balok ikat pondasi.
c. Membangun bangunan sekolah yang memiliki kolom-kolom yang kuat.
d. Membangun dinding bangunan sekolah yang terbuat dari bahan yang ringan.
e. Mengganti atap bangunan sekolah dengan bahan terbuat dari material yang ringan.
1 Hidayati, D., Widayatun dan Triyono. 2010. Sekolah Siaga Bencana: Pembelajaran dari Kota Bengkulu. Jakarta: LIPI Press.
2 Indonesian Institute of Sciences (LIPI) – UNESCO/ISDR. 2006. Framework Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Mengantisipasi
Bencana Gempa dan Tsunami. Jakarta
Panduan Penerapan
9
Sekolah Siaga Bencana
2. Arsitektural
Parameter arsitektural bangunan sekolah juga menjadi salah satu parameter utama dalam
kesiapsiagaan struktur. Selain dinilai dari segi keindahan dan keberfungsian, komponen
arsitektural ini juga memperhatikan upaya pengurangan risiko bencana. Ada beberapa
contoh arsitektural yang dapat dibuat atau dikembangkan oleh sekolah dalam upaya
membangun sekolah siaga bencana, antara lain:
a. Memasang langit-langit (plafon) yang terikat kuat ke rangka atap bangunan sekolah.
b. Memasang pintu di tiap ruangan kelas yang terbuka keluar ruangan.
c. Memberi ikatan silang antar sudut yang kuat di semua jendela berkaca.
d. Memastikan benda-benda yang menggantung di langit-langit tidak akan saling
bertabrakan ketika terjadi gempa bumi.
e. Memasang lampu-lampu dengan kuat dan pas pada tempatnya.
f. Menanam tiang bendera dengan baik dan kuat.
g. Menjangkarkan pegangan tangga dengan kuat.
h. Memasang papan petunjuk di kawasan sekolah dengan baik dan kuat.
10
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
B. Kesiapsiagaan Non Struktur
Suatu sekolah disebut sekolah siaga bencana jika telah memenuhi pula indikator framework
kesiapasiagaan dalam mengantisipasi bencana yang terdiri dari lima parameter (Hidayati, 2010).
Untuk itu sekolah perlu melakukan beberapa upaya dalam mencapai indikator tersebut. Setelah
dilakukan penilaian kesiapsiaan non struktur sekolah, maka akan didapat indeks kesiapsiagaan
sekolah. Dari indeks tersebut akan terlihat nilai indeks kesiapsiaagan dari masing-masing
komponen sekolah (guru, siswa dan intitusi sekolah) yang juga menggambarkan tingkat
kesiapsiagaan dari kelima parameter. Dengan demikian sekolah dapat membuat rencana
prioritas dalam upaya peningkatan parameter kesiapsiagaan non struktur guna memenuhi
indikator framework kesiapsiagaan.
Ada beberapa faktor yang dapat menjadi tantangan dalam membangun sekolah siaga bencana,
seperti kalender pendidikan sekolah dan kapasitas sekolah yang dimiliki. Untuk itu sekolah perlu
membuat rencana prioritas dalam peningkatan parameter kesiapsiagaan non struktur. Dalam
menentukan parameter yang akan ditingkatkan dapat dilihat dari hasil penilaian kesiapsiagaan
non struktur sekolah yang dilakukan di awal. Parameter kesiapsiagaan non struktur yang
masih rendah menjadi prioritas dalam menentukan pilihan tindakan. Dalam menentukan
pilihan tindakan juga perlu memperhatikan indeks kesiapsiagaan non struktur per masing-
masing komponen sekolah (guru, siswa, dan institusi sekolah). Dengan demikian sekolah lebih
efektif dalam upaya meningkatkan parameter kesiapsiagaan non struktur sesuai indikator yang
diharapkan. Pilihan tindakan yang dapat dilakukan oleh sekolah dalam memenuhi indikator
kesiapsiagaan non struktur sebagai upaya dalam membangun sekolah siaga bencana antara
lain:
1. Pengetahuan dan Sikap
Pengetahuan tentang fenomena alam, khususnya gempa bumi dan tsunami, dan
kesiapsiagaan untuk mengurangi risiko bencana merupakan faktor yang sangat penting dan
menjadi parameter utama untuk mengukur kesiapsiagaan dalam mengantisipasi bencana
alam. Peningkatan pengetahuan dan sikap dalam mengantisipasi bencana gempa bumi dan
tsunami dapat berjalan efektif apabila memenuhi ketentuan berikut:
a. Pengintegrasian materi tentang bencana dan kesiapsiagaan mengantisipasi bencana
ke dalam mata pelajaran wajib yang relevan, pelajaran mulok dan kegiatan ekstra
kulikuler.
b. Penyusunan standar kompetensi kesiapsiagaan dalam mengantisipasi bencana, silabus
dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
c. Pelaksanaan pelajaran dan kegiatan sesuai dengan silabus dan RPP.
d. Evaluasi terhadap pelajaran dan kegiatan kesiapsiagaan sesuai dengan indicator yang
ditetapkan dalam standar kompetensi.
e. Ketersediaan materi dan bahan ajar kesiapsiagaan mengantisipasi bencana gempa bumi
dan tsunami.
f. Meningkatkan kapasitas (kemampuan materi dan keterampilan) guru yang relevan
dengan pelajaran dan kegiatan kesiapsiagaan mengantisipasi bencana.
g. Mengaktifkan kegiatan UKS/dokter kecil, PMR dan Pramuka dengan mengembangkan
silabus atau kegiatan yang jelas dan terukur.
h. Mengembangkan kerjasama dengan lembaga pemerhati kebencanaan dan pendidikan,
seperti Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan/Puskesmas, BPBD, Dinas Sosial/
TAGANA, PMI dan Pramuka.
11
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
2. Kebijakan dan Panduan
Adanya kebijakan sekolah sangat penting dalam upaya membangun sekolah siaga bencana.
Kebijakan menjadi payung untuk legalitas dan acuan dalam pelaksanaan kegiatan kesiapsiagaan
di sekolah. Kebijakan di tingkat sekolah akan lebih mudah dibuat dan dikembangkan
apabila telah ada landasan kebijakan yang telah dilakukan oleh Dinas Pendidikan di tingkat
Propinsi atau Kabupaten/Kota. Melalui Surat Edaran Mendiknas No. 70a/SE/MPN/2010
tentang pengarusutamaan pengurangan risiko bencana di sekolah, sudah dapat menjadi
legalitas atau acuan bagi sekolah dalam melakukan aktivitas pengurangan risiko bencana di
lingkungan sekolah. Sekolah dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) memiliki
wewenang untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebtuhan sekolah, termasuk
mengintegrasikan materi kesiapsiagaan ke dalam kurikulum sekolah.
Kebijakan yang dibuat untuk mendukung kesiapsiagaan sekolah sebaiknya dituangkan
secara tertulis. Karena suatu kebijakan harus dapat diketahui oleh seluruh warga sekolah
sebagai subjek yang diatur dalam kebijakan tersebut. Selain itu juga merupakan bukti fisik
yang dapat menjadi satu indikator suatu sekolah dikatakan siap mengantisipasi bencana.
Ada beberapa contoh kebijakan yang dapat dibuat atau dikembangkan oleh sekolah dalam
upaya membangun sekolah siaga bencana, seperti:
a. Surat atau dokumen yang menyatakan pengintegrasian materi kesiapsiagaan
mengantisipasi bencana ke dalam pelajaran wajib yang relevan, pelajaran mulok dan
kegiatan ekstra kurikuler.
b. Surat Keputusan (SK) pembentukan Gugus Siaga Bencana di sekolah. Dalam SK ini
tertulis komponen sekolah apa saja yang masuk ke dalam beberapa kelompok gugus
siaga bencana. SK ini juga menjelaskan tugas pokok dan fungsi dari tiap kelompok
gugus siaga bencana ketika sebelum terjadi bencana, saat terjadi bencana dan setelah
terjadi bencana.
c. Surat atau dokumen yang menyatakan adanya alokasi anggaran/dana untuk kegiatan
kesiapsiagaan bencana di sekolah. Untuk kebijakan ini sekolah sebaiknya melibatkan
komite sekolah dan Dinas Pendidikan daerah yang berperan sebagai pengawas dalam
pengelolaan sekolah.
d. Surat atau dokumen yang menyatakan adanya latihan atau simulasi evakuasi bencana
yang dilakukan sekolah secara regular.
12
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
4. Sistem Peringatan Bencana
Peringatan bencana merupakan salah satu faktor utama dalam mencegah korban jiwa dan
mengurangi dampak kerugian ekonomi dan material dari sebuah bencana. Agar berjalan
efektif, sistem peringatan bencana harus melibatkan seluruh komunitas sekolah secara
aktif.
Untuk meningkatkan kapasitas sekolah dalam sistem peringatan bencana dapat dilakukan
beberapa kegiatan antara lain :
a. Membuka akses komunikasi terhadap informasi peringatan bencana resmi yang
bersumber dari BMKG, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), pemerintah
daerah dan media.
b. Menyiapkan peralatan komunikasi dalam kondisi yang baik dan siap setiap saat untuk
mengakses informasi peringatan bencana yang resmi.
c. Membentuk kelompok peringatan bencana dengan tugas, kewajiban dan wewenang
yang jelas.
d. Menyiapkan peralatan peringatan bencana di sekolah yang digunakan untuk
menyebarluaskan informasi peringatan bencana ke seluruh komunitas sekolah.
e. Membuat protap (SOP) peringatan bencana yang menjelaskan tentang tanda/bunyi
peringatan bencana di sekolah, mekanisme aktivasi peringatan, pembatalan peringatan
dan kondisi aman setelah tsunami berakhir.
f. Melakukan sosialisasi tentang sistem peringatan bencana di sekolah kepada seluruh
komunitas sekolah.
13
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
MONITORING
4
Monitoring adalah proses pengumpulan dan analisis informasi (berdasarkan indiKator yang telah
ditetapkan) secara sistematis dan kontinu tentang kegiatan program sehingga dapat dilakukan
tindakan koreksi untuk penyempurnaan program selanjutnya. Adapun hal yang terkait dengan
monitoring sekolah siaga bencana adalah sebagai berikut :
1. TUJUAN MONITORING
Monitoring sekolah siaga bencana dilakukan untuk :
a. Memantau sekolah siaga bencana
b. Mengetahui kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan di sekolah siaga bencana disesuaikan
dengan rencana aksi sekolah yang telah dibuat
c. Mengidentifikasi masalah yang timbul sehingga segera teratasi
d. Melakuka penilaian apakah pola kerja dalam pengembangan sekolah siaga bencana yang
digunakan sesuai/tepat untuk mencapai tujuan program
e. Mengetahui kaitan antara kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh ukuran kemajuan
f. Menyesuaikan kegiatan dengan lingkungan yang berubah tanpa menyimpang dari tujuan
g. Melihat kemajuan peningkatan dari setiap parameter kesiapsiagaan sekolah siaga bencana
(non truktur dan struktur).
2. PELAKU MONITORING
Monitoring dapat dilakukan oleh siapa pun yang memahami konteks dan substansi yang
berhubungan dengan sekolah siaga bencana. Monitoring sekolah siaga bencana dapat dilakukan
antara lain oleh :
a. Pihak Internal Sekolah
Pihak internal sekolah yang dapat melakukan monitoring, antara lain : kepala sekolah, wakil
kepala sekolah, dan guru yang pernah terlibat dalam tahap perencanaan sampai proses
pembangunan sekolah.
b. Pihak Eksternal Sekolah
Pihak eksternal atau luar sekolah yang dapat melakukan monitoring, antara lain : pengawas
sekolah, Dinas Pendidikan daerah, LSM atau penyandang dana program sekolah siaga
bencana, perguruan tinggi, dan instansi pemerintah yang terkait dalam pengurangan risiko
bencana (seperti : BNPB, BPBD, dan lain sebagainya).
14
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
Apakah strategi yang dijalankan berjalan sesuai dengan rencana
Apakah kelompok sasaran terlibat dalam aktivitas program
Sesuai dengan pelaksanaan dalam membangun sekolah siaga bencana dimana sekolah
meningkatkan parameter kesiapsiagaan struktur dan non struktur, maka sekolah maupun pihak
eksternal dapat melakukan monitoring terhadap capaian kedua hal tersebut.
a. Monitoring Kesiapsiagaan Struktur Sekolah
Monitoring sekolah siaga bencana dilakukan untuk menilai tingkat ketercapaian kesiapsiagaan
baik struktur maupun non struktur. Monitoring tingkat ketercapaian kesiapsiagaan struktur
dilakukan pada empat parameter kesiapsiagaan struktur sekolah siaga bencana, yakni :
parameter struktural, parameter arsitektural, parameter perabotan dan isinya, dan peralatan
pendukung lain.
15
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
3) Kuisioner untuk Murid (Seri S3)
Kuisioner ini diisi oleh seluruh murid di sekolah siaga bencana. Di dalam kuisioner ini
terdapat pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh murid terkait pengetahuan dan
sikap, rencana tanggap darurat, peringatan bencana, dan mobilisasi sumber daya dalam
membangun sekolah siaga bencana.
Setelah kuisioner tersebut dipersiapkan dengan lengkap, maka langkah selanjutnya adalah
menyebarkan kuisioner tersebut kepada kelompok sasaran (kepala sekolah, guru, dan
murid).
Untuk mengetahui hasil monitoring ketercapaian sekolah siaga bencana, maka dilakukan
pengolahan data dari semua kuisioner yang terkumpul meliputi kuisioner kesiapsiagaan
struktur dan non struktur. Pengolahan data dapat dilakukan secara manual maupun dengan
menggunakan bantuan program komputer yang disertakan dalam panduan ini. Contoh
pengolahan data hasil monitoring sekolah siaga bencana (kesiapsiagaan struktur dan non
struktur) dapat dilihat pada lampiran 8.
Nilai indeks ketercapaian monitoring sekolah siaga bencana merupakan gabungan dari
nilai indeks ketercapaian kesiapsiagaan struktur dan non struktur. Nilai indeks ketercapaian
monitoring sekolah siaga bencana dikategorikan sebagai berikut :
16
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
LAMPIRAN 1. Formulir Penilaian Aspek Prasarana dan Sarana Sekolah
Informasi Umum diisi sesuai dengan data-data penilai dan deskripsi data bangunan
113 Daya Akses □ Dapat dilalui mobil □ Tidak dapat dilalui mobil
Panduan Penerapan
17
Sekolah Siaga Bencana
Kondisi sekolah Ya Tidak Keterangan
160 Tsunami
18
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
Kondisi dan perencanaan dipillih menggunakan tanda centang (√) pada gambar yang sesuai dengan kondisi bangunan
bentuk U dengan
kotak panjang lain-lain
dilatasi
230 Long Building
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
4 1 1 1
19
Jumlah
Kategori ketiga sampai keenam dipilih menggunakan tanda centang (√) “ya” atau “tidak” sesuai
dengan keadaan bangunan, disertai catatan apabila diperlukan
311 ya tidak
323 ya tidak
Apakah balok terbebas
dari kerusakan (retak, pecah, lepas dari ikatannya) ?
ya
332 tidak
Apakah semua kolom terbebas dari kerusakan (retak, pecah, lepas dari
ikatannya) ?
20
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
Apakah atap terbuat dari material yang ringan ?
ya
351 tidak
ya
352 Apakah penutup atap dihubungkan dengan baik pada rangka atap? tidak
Jumlah
400 Komponen Arsitektural
420 Langit-Langit
421 Apakah plafon atau kisi-kisi sudah diikatkan dengan kuat ke
sistem atap?
430
Pintu dan Jendela
431
Apakah pintu terbuka keluar ruangan?
21
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
No Keterangan Ya Tidak Catatan
432 Apakah jendela yang berkaca telah diberi ikatan silang antar
sudutnya sebagai pengikat lateral pada struktur atau pada kaca
dilapisi plastik pengaman kaca sehingga saat terjadi gempa,
pecahan kaca tidak membahayakan?
450 Tangga
451 Apabila ada tangga apakah pegangan tangga sudah dijangkarkan
dengan kuat dan dijangkarkan dengan baik
460 Lantai dan Keramik
461 Apakah lantai terbebas dari keretakan
462 Apakah keramik lantai utuh
Jumlah
22
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
500 Perabot dan Isinya
No Keterangan Ya Tidak Catatan
Peralatan listrik (telepon, televisi, komputer, lampu, kipas
510
angin, dll)
Apakah peralatan yang penting sudah diikatkan dengan baik untuk
menghindari peralatan tersebut bergeser dari atas rak atau meja?
511
Apakah telepon yang diletakkan di atas meja sudah cukup jauh dari
512
tepi sehingga telepon tersebut tidak terjatuh?
Apakah speakers/pengeras suara, komputer, dan alat-alat elektronik
513 lain sudah diikatkan dengan baik sehingga tidak menghambat jalur
evakuasi saat terjadi gempa
Apakah informasi penting yang berada di dalam komputer sudah
514
disimpan secara periodik ditempat lain sebagai cadangan
520 Perabotan
Apakah rak-rak buku, filling cabinet sudah diangkurkan dengan baik
pada dinding atau lantai?
521
523
23
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
No Keterangan Ya Tidak Catatan
524 Apakah barang-barang yang dapat pecah sudah berada pada tempat
yang cukup stabil dan aman?
525 Apakah rak-rak yang menyimpan peralatan P3K terletak pada tempat
yang mudah diakses dan tidak mudah rusak?
526 Apakah rak-rak yang beroda sudah ditahan/di-blok untuk
menghindari rak tersebut meluncur saat gempa?
527 Apakah meja terbuat dari bahan yang cukup kuat untuk menahan
jatuhnya reruntuhan
528 Apakah sudut-sudut meja sudah diratakan dan dihaluskan untuk
menhindari adanya cedera?
530 Gambar dan Papan
531 Apakah gambar, papan, dan hiasan dinding sudah dipasang dengan
kuat pada dinding dan terletak pada lokasi yang tidak membahayakan?
542 Apakah tabung gas LPG sudah diamankan dengan baik dan tertutup
dengan kencang?
Jumlah
24
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
600 Peralatan Pendukung Lain
No Keterangan Ya Tidak Catatan
610 Perpipaan
611 Apakah sambungan pada perpipaan cukup kuat untuk untuk
menghindari kerusakan pada saat gempa terjadi?
25
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
Kesimpulan dan Saran pada Aspek Pra sarana dan Sarana
Kesimpulan :
Kesimpulan yang ditulis adalah berdasarkan nilai dan jumlah jawaban pada isian di atas. Sehingga
diketahui apakah diperlukan peninjauan lebih lanjut oleh ahli bangunan. Namun apabila terdapat
hal-hal yang perlu disampaikan berkaitan dengan pengetahuan penilai mengenai bangunan sekolah
tersebut maka dapat ditulis dalam kesimpulan secara umum.
Saran :
Penilai
(.........................................)
Mengetahui,
Kepala Sekolah
(.....................................)
26
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
LAMPIRAN 2. Formulir Penilaian Aspek Lingkungan Sekolah
Informasi Inspeksi
Nama Penilai :
Jabatan Penilai :
Tanggal :
Informasi Bangunan
Lokasi :
Fungsi :
Jumlah Pengguna :
Jumlah Bangunan :
Umur Bangunan :
Perbaikan/Perkuatan Terakhir (tahun) :
27
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
Kesimpulan dan Saran pada Aspek Lingkungan Sekolah
Kesimpulan :
Dalam memberikan kesimpulan, pengelola sekolah dapat memilih lebih dari satu pilihan perbaikan
sesuai alasan yang didapat dari keadaan masing-masing sekolah. Kemudian diberikan catatan dan
rekomendasi untuk perbaikan tersebut.
Catatan :
Saran :
Kepala Sekolah,
(....................................)
28
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
LAMPIRAN 3. Kuisioner Penilaian Kesiapsiagaan
Non Struktur Sekolah
DAFTAR
PERTANYAAN
SURVEY KESIAPSIAGAAN
SEKOLAH (S1)
I. PENGENALAN TEMPAT
1. No. Urut
2. Provinsi
3. Kabupaten/Kota
4 Kecamatan
5. Kelurahan/Desa
6. Nama Sekolah
7. Alamat/Telepon
8. Status Negeri Swasta
1. Nama Guru
2. Jumlah Guru
Dekat(kurang dari 500 meter)
3. Jarak Sekolah dari pantai Sedang(500-2000 meter)
Jauh(lebih dari 2000 meter)
Rendah(< 5 meter dpl)
Sedang(5-10 meter)
4. Jarak Sekolah dari pantai
Tinggi(>10 meter dpl)
Tidak Tahu
5. Jenis dinding bangunan terbanyak Beton/bata Kayu/papan
6. Jenis bangunan Bertingkat Tidak bertingkat
Padat/tanpa jendela/ventilasi
Apabila bertingkat, kondisi dinding pada
7. Setengah padat/cukup jendela/ventilasi
lantai terbawah
Banyak jendela/dinding kaca
Bagian bangunan yang panjang, sejajar dengan pantai
Bagian bangunan panjang, membentuk sudut dengan garis pantai
8. Kondisi Bangunan Sekolah
Bagian bangunan yang panjang, tegak lurus dengan garis pantai
Tidak Tahu
Apakah bangunan sekolah mengikuti standar
9. Ya Tidak Tidak tahu
bangunan tahan gempa
Apakah bangunan sekolah mengikuti standar
10. bangunan yang memperhitungkan pengaruh Ya Tidak Tidak tahu
beban tsunami
29
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
III. KEBIJAKAN KESIAPSIAGAAN BENCANA (PS)
Apakah ada kebijakan/program pendidikan yang bekaitan dengan
11. Ya Tidak Tidak tahu
kesiapsigaan menghadapi bencana alam di kab./kota ini ?
12. Apakah pimpinan/guru/staf sekolah mengetahui peraturan-peraturan sebagai berikut :
a. UU No. 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana Ya Tidak Tidak Tahu
Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Surat
b. Ya Tidak Tidak Tahu
Edaran 70a/MPN/2010)
c. Perda/Peraturan Dinas Pendidikan kota/kabupaten Ya Tidak Tidak Tahu
Jika salah satu jawaban pada no. 12 adalah ‘ya’, apakah peraturan tsb.
13. Ya Tidak
dilaksanakan di sekolah ini ?
Apakah sekolah ini mempunyai/membuat kebijakan/program sendiri
14. Ya Tidak
atau yang berbeda dengan kebijakan/program tsb. di atas?
15. Apakah sekolah ini telah membentuk gugus siaga bencana ? Ya Tidak
16. Jika ya, apakah sudah diterbitkan Surat Keputusan (SK) ? Ya Tidak
17. Jika ya, gugus siaga bencana tersebut terdiri dari kelompok apa saja?
a. Kelompok peringatan bencana Ya Tidak
b. Kelompok pertolongan pertama Ya Tidak
c. Kelompok evakuasi penyelamatan Ya Tidak
d. Kelompok logistik Ya Tidak
e. Lainnya Ya Tidak
18. Apakah gugus siaga bencana tersebut, sudah melakukan kegiatan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya?
a. Kelompok peringatan bencana Ya Tidak
b. Kelompok pertolongan pertama Ya Tidak
c. Kelompok evakuasi penyelamatan Ya Tidak
d. Kelompok logistik Ya Tidak
e. Lainnya Ya Tidak
19. Apakah sekolah ini sudah mengeluarkan kebijakan sebagai berikut?
Pengintegrasian materi kesiapsiagaan ke dalam mata pelajaran
a. Ya Tidak
yang relevan di sekolah
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan kesiapsiagaan
b. Ya Tidak
dalam kegiatan eskstrakurikuler
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan guru tentang
c. Ya Tidak
kesiapsiagaan
d. Latihan simulasi evakuasi secara reguler Ya Tidak
e. Alokasi anggaran untuk kesiapsiagaan sekolah Ya Tidak
f. Lainnya Ya Tidak
IV. RENCANA TANGGAP DARURAT (EP)
Apakah sekolah ini mempunyai back up atau copy/salinan/duplikat
20. dokumen-dokumen penting yang disimpan di tempat yang aman dari Ya Tidak
bencana gempa dan tsunami?
21. Apakah sekolah ini telah menyiapkan rencana evakuasi sebagai berikut?
a. Menyepakati tempat-tempat evakuasi/pengungsian Ya Tidak
30
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
b. Membuat peta dan jalur evakuasi sekolah Ya Tidak
c. Menyiapkan peralatan dan perlengkapan evakuasi Ya Tidak
d. Melakukan latihan/simulasi evakuasi Ya Tidak
22. Apakah di sekolah ini terdapat kegiatan yang berkaitan dengan pertolongan pertama, sebagai berikut?
Menyiapkan kotak pertolongan pertama (PP) dan obat-obatan
a. Ya Tidak
penting
b. Menyiapkan posko kesehatan sekolah Ya Tidak
c. Mengaktifkan dokter kecil atau Palang Merah Remaja Ya Tidak
d. Latihan pertolongan pertama Ya Tidak
e. Menyiapkan pedoman (SOP) untuk pertolongan pertama Ya Tidak
23. Apakah sekolah ini sudah memiliki prosedur tetap (protap) evakuasi? Ya Tidak
Jika ya, apakah prosedur tetap (protap) tersebut sudah pernah
24.
diujicoba dalam bentuk simulasi evakuasi? Ya Tidak
Jika ya, apakah masing-masing kelompok gugus siaga bencana sudah melaksanakan tugas sesuai dengan prosedur tetap
25.
(protap)?
a. Kelompok Peringatan Bencana Ya Tidak
b. Kelompok Pertolongan Pertama Ya Tidak
c. Kelompok Evakuasi dan Penyelamatan Ya Tidak
d. Kelompok Logistik Ya Tidak
e. Lainnya Ya Tidak
V. PERINGATAN BENCANA (WS)
Apakah sekolah ini bisa mendapat informasi tentang peringatan
26.
bencana tsunami ? Ya Tidak
Apakah sekolah ini mempunyai peralatan untuk menyampaikan/
27. menyebarluaskan peringatan tsunami (bel, lonceng, sirine,
kentongan,dll)? Ya Tidak
31
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
b. Pembatalan terjadinya tsunami Ya Tidak
c. Kondisi aman setelah terjadi tsunami Ya Tidak
Jika ya, apakah sekolah telah mensosialisasikan tanda/bunyi
35.
peringatan bencana tersebut? Ya Tidak
Apakah sekolah telah melakukan ujicoba tanda/bunyi peringatan
36.
bencana tersebut? Ya Tidak
37. Apakah kelompok peringatan bencana sekolah ini telah memiliki prosedur tetap sebagai berikut:
a. Mensosialisasikan tanda/bunyi peringatan bencana Ya Tidak
Membunyikan tanda peringatan (terjadinya tsunami,
b.
pembatalan dan kondisi aman) Ya Tidak
Menyiapkan, menyimpan, memelihara peralatan untuk
c.
peringatan bencana Ya Tidak
32
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
44. Jika salah satu jawaban dari pertanyaan no. 45 adalah ‘ya’, bantuan/bimbingan apa saja yang diterima sekolah ini ?
a. Penyediaan bahan dan materi Ya Tidak
b. Penyediaan peralatan dan perlengkapan Ya Tidak
c. Pelatihan dan simulasi evakuasi Ya Tidak
d. Bantuan pendanaan Ya Tidak
Apakah masing-masing kelompok gugus siaga bencana sudah mempunyai bahan/peralatan untuk melaksanakan
45.
tugas?
a. Kelompok peringatan bencana Ya Tidak
b. Kelompok pertolongan pertama Ya Tidak
c. Kelompok evakuasi dan penyelamatan Ya Tidak
d. Kelompok logistik Ya Tidak
e. Lainnya Ya Tidak
Apakah masing-masing kelompok gugus siaga bencana telah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk
46.
melaksanakan ?
a. Kelompok peringatan bencana Ya Tidak
b. Kelompok pertolongan pertama Ya Tidak
c. Kelompok evakuasi dan penyelamatan Ya Tidak
d. Kelompok logistik Ya Tidak
e. Lainnya Ya Tidak
33
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
DAFTAR PERTANYAAN
SURVEY KESIAPSIAGAAN
GURU (S2)
I. PENGENALAN TEMPAT
1. No. Urut
2. Provinsi
3. Kabupaten/Kota
4 Kecamatan
5. Kelurahan/Desa
6. Nama Sekolah
7. Alamat/Telepon
8. Status Negeri Swasta
34
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
Menurut ibu/bapak, apakah gempa bumi dapat diperkirakan kapan
5. Ya Tidak Tidak Tahu
terjadi ?
6. Menurut ibu/bapak apa saja ciri-ciri gempa kuat ?
a. Gempa membuat pusing/limbung Ya Tidak Tidak Tahu
Gempa menyebabkan goyangan yang kencang/keras sehingga
b.
orang tidak bisa berdiri Ya Tidak Tidak Tahu
Getaran gempa terjadi cukup lama dan diikuti oleh gempa
c.
susulan yang lebih kecil Ya Tidak Tidak Tahu
d. Bangunan retak atau roboh Ya Tidak Tidak Tahu
7. Menurut ibu/bapak, apa saja ciri-ciri bangunan/rumah yang tahan gempa ?
Bangunan/rumah terbuat dari material yang ringan (misal kayu,
a. Ya Tidak Tidak Tahu
bambu, seng)
b. Pondasi bangunan tertanam cukup dalam Ya Tidak Tidak Tahu
Bagian-bagian bangunan (pondasi, tiang, balok, kuda-kuda)
c. Ya Tidak Tidak Tahu
yang terbuat dari bata/beton/kayu tersambung dengan kuat
d. Bentuk bangunan segi empat, bujur sangkar atau lingkaran Ya Tidak Tidak Tahu
8. Menurut ibu/bapak, apa saja yang akan dilakukan apabila terjadi gempa ?
Berlindung di tempat yang aman (misal bawah meja yang
a. Ya Tidak Tidak Tahu
kokoh)
b. Melindungi kepala Ya Tidak Tidak Tahu
c. Jika memungkinkan segera menuju lapangan yang terbuka Ya Tidak Tidak Tahu
d. Menjauhi benda-benda yang tergantung Ya Tidak Tidak Tahu
e. Menjauhi jendela/dinding kaca Ya Tidak Tidak Tahu
f. Meninggalkan ruangan setelah gempa reda Ya Tidak Tidak Tahu
Keluar gedung menggunakan tangga bila berada di gedung yang
g. Ya Tidak Tidak Tahu
bertingkat setelah gempa reda
Memarkir mobil di pinggir jalan jika sedang berada di dalam
h. Ya Tidak Tidak Tahu
kendaraan
i. Menjauhi jembatan Ya Tidak Tidak Tahu
Menurut ibu/bapak, apakah setiap gempa bumi dapat menyebabkan
9.
tsunami ? Ya Tidak Tidak Tahu
10. Menurut ibu/bapak, apakah kejadian berikut ini bisa menyebabkan tsunami ?
a. Gempa bumi di bawah laut Ya Tidak Tidak Tahu
b. Gunung meletus di bawah laut Ya Tidak Tidak Tahu
c. Longsoran di bawah laut Ya Tidak Tidak Tahu
d. Badai/puting beliung Ya Tidak Tidak Tahu
11. Apa saja tanda-tanda/gejala tsunami yang ibu/bapak ketahui ?
Gempa menyebabkan goyangan yang kencang/keras sehingga
a.
orang tidak bisa berdiri Ya Tidak Tidak Tahu
b. Air laut tiba-tiba surut Ya Tidak Tidak Tahu
c. Gelombang besar di cakrawala Ya Tidak Tidak Tahu
d. Bunyi yang keras seperti ledakan Ya Tidak Tidak Tahu
35
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
12. Menurut ibu/bapak, apa saja ciri-ciri bangunan/rumah yang relatif aman terhadap tsunami ?
a. Rumah bertingkat yang kokoh Ya Tidak Tidak Tahu
b. Adanya ruang-ruang kosong untuk jalannya air Ya Tidak Tidak Tahu
Bangunan yang bagian panjangnya tegak lurus dengan garis
c.
pantai Ya Tidak Tidak Tahu
Berlari menjauh dari laut
Menurut ibu/bapak, apa yang harus dilakukan seandainya air laut tiba-
13. Mendekati pantai/mengambil ikan
tiba surut ?
Tidak melakukan apa-apa
14. Dari mana saja ibu/bapak mendapat informasi tentang gempa dan/atau tsunami ?
a. Radio Ya Tidak
b. TV Ya Tidak
c. Koran, majalah, buletin Ya Tidak
d. Buku saku, poster, leaflet, billboard, rambu peringatan Ya Tidak
e. Sosialisasi, seminar, pertemuan Ya Tidak
f. Saudara, kerabat, teman, tetangga Ya Tidak
g. Petugas pemerintah Ya Tidak
h. LSM dan lembaga non pemerintah lainnya(misal PMI) Ya Tidak
15. Apakah ibu/bapak pernah memberikan pelajaran kepada murid tentang :
a. Gempa bumi Ya Tidak
b. Tsunami Ya Tidak
16. Apakah ibu/bapak pernah membicarakan/menginformasikan kepada murid tentang :
a. Gempa bumi Ya Tidak
b. Tsunami Ya Tidak
III. RENCANA KEGIATAN DARI BENCANA (EP)
17. Untuk mengantisipasi terjadinya gempa bumi dan tsunami, apakah ibu/bapak telah menyiapkan hal-hal sbb ?
Menyiapkan copy/salinan dokumen-dokumen kelas/mata
a. pelajaran yang diajarkan dan menyimpannya di tempat yang Ya Tidak
aman
b. Melatih siswa untuk menyelamatkan diri Ya Tidak
c. Memaku/mengikat rak-rak buku ke dinding atau lantai Ya Tidak
Meletakkan barang-barang yang berat (buku-buku, alat peraga,
d. Ya Tidak
dll.) di tempat rendah dan aman
Seandainya terjadi bencana gempa bumi ketika sedang mengajar, apakah ibu/bapak akan melakukan tindakan-
18.
tindakan sebagai berikut ?
a. Menenangkan diri sendiri dan siswa Ya Tidak
Memberikan aba-aba agar siswa berlindung di bawah meja yang
b. Ya Tidak
kokoh sampai getaran gempa berhenti
c. Memandu siswa untuk menjauh dari rak-rak buku/barang dan Ya Tidak
36
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
benda-benda yang tergantung atau jendela kaca
Memandu siswa untuk merunduk ke arah pintu sambil
d. Ya Tidak
melindungi kepala
Memandu siswa keluar ruangan/gedung secara teratur dan tidak
e. Ya Tidak
berdesak-desakan
Jika berada di lantai dua atau lebih memandu siswa untuk
f. Ya Tidak
menggunakan tangga dan tidak menggunakan elavator/lift
g. Lari menyelamatkan diri sendiri Ya Tidak
Apakah ibu/bapak pernah melaksanakan latihan simulasi evakuasi
19.
bersama seluruh komponen sekolah? Ya Tidak
Apakah ibu/bapak terlibat/partisipasi dalam gugus siaga bencana
20.
sekolah? Ya Tidak
IV. PERINGATAN BENCANA (WS)
21. Apakah ibu/bapak mengetahui adanya tanda/cara peringatan bencana tsunami di daerah ini ?
a. Tradisional/kesepakatan lokal Ya Tidak Tidak tahu
b. Sistem peringatan tsunami nasional Ya Tidak Tidak tahu
Apakah ibu/bapak mengetahui alat yang digunakan di sekolah ini
22.
untuk memberikan tanda/bunyi adanya peringatan bencana? Ya Tidak
Apakah ibu/bapak mengetahui tanda/bunyi peringatan bencana di
23.
sekolah? Ya Tidak
24. Jika ya, apakah bapak/ibu mengetahui perbedaan bunyi untuk memberikan tanda sebagai berikut:
a. Peringatan tsunami Ya Tidak Tidak tahu
b. Pembatalan terjadinya tsunami Ya Tidak Tidak tahu
c. Kondisi aman setelah terjadi tsunami Ya Tidak Tidak tahu
Apabila mendengar peringatan atau tanda bahaya tsunami ketika sedang berada di sekolah/mengajar, apakah
25.
ibu/bapak akan melakukan hal-hal berikut ?
a. Memandu siswa untuk lari ke tempat yang tinggi Ya Tidak
b. Memandu siswa menuju tempat pengungsian/evakuasi Ya Tidak
c. Menyelamatkan dokumen penting Ya Tidak
Membantu anak-anak, ibu hamil, orang tua dan orang cacat di
d. Ya Tidak
sekitar sekolah ke tempat aman sementara
e. Menenangkan diri/tidak panik Ya Tidak
f. Mematikan listrik di sekolah Ya Tidak
Segera memantau kebenaran berita tsunami dari instansi yang
g. Ya Tidak
berwenang
Apakah ibu/bapak mengetahui adanya pembatalan peringatan
26. terjadinya tsunami (tidak akan terjadi tsunami) yang dinyatakan oleh
BPBD/Satlak atau pemerintah setempat ? Ya Tidak
37
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
V. MOBILISASI SUMBERDAYA (RMC)
28. Apakah ibu/bapak pernah mengikuti pelatihan workshop, seminar, ceramah, diskusi, atau simulasi sbb : ?
a. Pengetahuan tentang bencana Ya Tidak
Perencanaan tanggap darurat (mis: pertolongan pertama,
b. Ya Tidak
penyelamatan dan evakuasi, dokumen/logistik sekolah, dll.)
Sistem peringatan dini (mis. peralatan, tanda bunyi, penyebaran
c. Ya Tidak
informasi,dll.)
Apakah ibu/bapak menginformasikan pengetahuan tentang
29. kesiapsiagaan menghadapi bencana kepada orang lain (tetangga,
saudara, teman) ? Ya Tidak
38
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
DAFTAR PERTANYAAN
SURVEY KESIAPSIAGAAN
MURID (S3)
I. PENGENALAN TEMPAT
1. No. Urut
2. Provinsi
3. Kabupaten/Kota
4 Kecamatan
5. Kelurahan/Desa
6. Nama Sekolah
7. Alamat/Telepon
8. Status Negeri Swasta
39
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
5. Apakah hari dan jam terjadinya gempa bumi dapat diketahui ? Ya Tidak Tidak Tahu
6. Apakah ciri-ciri gempa kuat ?
a. Gempa membuat pusing/limbung Ya Tidak Tidak Tahu
Gempa menyebabkan goyangan yang kencang/keras sehingga
b.
orang tidak bisa berdiri Ya Tidak Tidak Tahu
Getaran gempa terjadi cukup lama dan diikuti oleh gempa
c.
susulan yang lebih kecil Ya Tidak Tidak Tahu
d. Bangunan retak atau roboh Ya Tidak Tidak Tahu
7. Apabila terjadi gempa pada saat kamu berada di sekolah, apa yang akan kamu lakukan ?
Berlindung di bawah meja yang kokoh sambil berpegang pada
a. Ya Tidak
kaki meja
Menjauh dari rak-rak buku/barang dan benda-benda yang
b. Ya Tidak
tergantung
c. Menjauh dari jendela /dinding kaca Ya Tidak
d. Keluar ruangan secara teratur (tidak berdesak-desakan) Ya Tidak
e. Berlari menuju lapangan terbuka saat terjadi gempa Ya Tidak
8. Apakah setiap gempa bumi menyebabkan tsunami ? Ya Tidak Tidak Tahu
9. Apakah kamu pernah mengetahui/mengalami tsunami berikut ini ?
a. Krakatau 1883 Ya Tidak
b. Simelue 1907 Ya Tidak
c. Flores 1992 Ya Tidak
d. Aceh dan Nias tanggal 26 Desember 2004 Ya Tidak
e. Pangandaran Juli 2006 Ya Tidak
10. Apakah kejadian berikut ini menyebabkan tsunami ?
a. Gempa bumi di bawah laut Ya Tidak Tidak Tahu
b. Gunung meletus di bawah laut Ya Tidak Tidak Tahu
c. Longsoran di bawah laut Ya Tidak Tidak Tahu
d. Badai/puting beliung Ya Tidak Tidak Tahu
11. Apa tanda-tanda tsunami ?
a. Gempa kuat (menyebabkan orang tidak bisa berdiri) Ya Tidak Tidak Tahu
b. Air laut tiba-tiba surut Ya Tidak Tidak Tahu
c. Gelombang besar di cakrawala (batas pandang di pantai) Ya Tidak Tidak Tahu
d. Bunyi yang keras seperti ledakan Ya Tidak Tidak Tahu
Berlari menjauh dari laut
12. Seandainya air laut tiba-tiba surut, apa yang akan kamu lakukan? Mendekati pantai/mengambil ikan
Tidak melakukan apa-apa
13. Untuk kesiapsiagaan terhadap gempa dan tsunami, apa saja yang perlu kamu lakukan?
a. Menambah pengetahuan tentang gempa dan tsunami Ya Tidak
Menyimpan buku-buku dan peralatan sekolah di tempat yang
b. Ya Tidak
aman dan mudah dijangkau
c. Mengikuti latihan penyelamatan diri dari gempa dan tsunami Ya Tidak
Mendengarkan informasi tentang gempa dan tsunami dari radio,
d.
TV dan sumber lainnya Ya Tidak
40
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
14. Dari mana saja pengetahuan tentang bencana tersebut di atas kamu peroleh ?
a. Sekolah Ya Tidak
Media cetak (koran, majalah, tabloid) dan elektronik
b. Ya Tidak
(TV/Radio/internet)
c. Buku, komik, poster, leaflet, papan pengumuman, selebaran Ya Tidak
Mendengar informasi tentang gempa dan tsunami dari radio,
d. Ya Tidak
TV dan media lain
15. Apakah kamu pernah mendapat pelajaran berikut di sekolah ?
a. Gempa bumi Ya Tidak
b. Tsunami Ya Tidak
16. Apakah kamu pernah mendapatkan pengetahuan berikut ini?
a. Peringatan bencana Ya Tidak
b. Pertolongan pertama Ya Tidak
d. Penyelamatan dan evakuasi Ya Tidak
e. Lainnya Ya Tidak
Apakah kamu pernah membicarakan gempa dan tsunami dengan
17. Ya Tidak
teman atau keluarga ?
III. RENCANA KEGIATAN DARI BENCANA (EP)
18. Apa saja yang perlu kamu siapkan sebelum terjadi gempa dan tsunami ?
a. Mengikuti latihan penyelamatan diri Ya Tidak Tidak tahu
b. Mengetahui tempat yang aman Ya Tidak Tidak tahu
Mencatat alamat-alamat atau nomor telepon penting keluarga
c. Ya Tidak Tidak tahu
dan kerabat
Mengetahui tempat-tempat penting seperti : rumah sakit,
d. Ya Tidak Tidak tahu
pemadam kebakaran, polisi, PMI, PLN
d. Mengetahui tempat mengungsi anggota keluarga Ya Tidak Tidak tahu
19. Apa saja yang perlu kamu selamatkan jika terjadi gempa dan tsunami ?
a. Diri sendiri Ya Tidak
b. Raport/ijazah Ya Tidak
c. Tas/kantong/kotak yang berisi buku dan keperluan sekolah Ya Tidak
d. Surat-surat dan barang-barang penting lainnya Ya Tidak
e. Barang-barang kesayangan Ya Tidak
20. Apakah kamu bisa mendapatkan materi berikut ini di sekolah ?
a. Buku-buku tentang gempa dan tsunami Ya Tidak
Poster, leaflet (selebaran), buku saku, komik, kliping koran
b. Ya Tidak
tentang gempa dan tsunami
c. VCD, kaset tentang gempa dan tsunami Ya Tidak
41
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
21. Apakah di sekolahmu ada hal-hal berikut ini ?
a. Peta dan jalur evakuasi/penyelamatan Ya Tidak
b. Peralatan dan perlengkapan evakuasi/penyelamatan Ya Tidak
c. Kotak P3K dan obat-obatan penting Ya Tidak
d. Posko kesehatan sekolah (UKS) Ya Tidak
e. Dokter kecil/Palang Merah Remaja (PMR) Ya Tidak
22. Apakah kamu mengetahui adanya kelompok siaga bencana di sekolah? Ya Tidak
IV. PERINGATAN BENCANA (WS)
23. Apakah kamu mengetahui adanya tanda untuk peringatan tsunami di daerah ini ?
a. Tradisional/kesepakatan lokal (kentongan, lonceng, bedug, dll.) Ya Tidak Tidak tahu
b. Sistem peringatan tsunami nasional (sirine) Ya Tidak Tidak tahu
24. Apabila mendengar tanda bahaya tsunami, apa yang akan kamu lakukan ?
a. Menjauhi pantai dan/atau lari ke tempat yang tinggi Ya Tidak Tidak tahu
b. Segera menuju tempat pengungsian/evakuasi Ya Tidak Tidak tahu
c. Menenangkan diri/tidak panik Ya Tidak Tidak tahu
Apakah kamu tahu kalau peringatan tsunami dapat dibatalkan (tidak
25.
akan terjadi tsunami)? Ya Tidak
Apakah kamu tahu adanya informasi keadaan sudah aman setelah
26.
terjadinya tsunami ? Ya Tidak
Apakah kamu tahu alat/tanda/bunyi untuk peringatan tsunami yang
27.
ada di sekolah ini? Ya Tidak
Jika kamu tahu, apakah ada perbedaan tanda/bunyi untuk peringatan,
28.
pembatalan dan kondisi aman ? Ya Tidak
29. Apakah kamu pernah mengikuti latihan/simulasi peringatan bencana? Ya Tidak
V. MOBILISASI SUMBERDAYA (RMC)
30. Apakah kamu pernah mengikuti kegiatan/latihan/pertemuan sebagai berikut: ?
a. P3K termasuk dokter kecil, PMR Ya Tidak
Kepramukaan (tali temali, memasang tenda dan membuat
b. Ya Tidak
tandu)
c. Latihan dan simulasi evakuasi Ya Tidak
d. Pertemuan/ceramah tentang bencana Ya Tidak
Jika ya, apakah kamu pernah memberitahukan/menceritakan
31. pengetahuan dan keterampilan tersebut kepada
Ya Tidak
teman/keluarga/tetangga ?
VI. IDENTITAS MURID
32. Nama Murid
33. Umur
34. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
35. Kelas
42
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
LAMPIRAN 4. Format Dokumen Rencana Aksi Sekolah
No. Prioritas Bentuk Kegiatan Target Peserta Waktu Sumberdaya Sumberdaya Penanggung Mitra Terkait
Parameter Pelaksanaan Yang Yang Mampu jawab
Kesiapsiagaan Dibutuhkan Dipenuhi Oleh
Yang Akan Sekolah
Ditingkatkan
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
43
LAMPIRAN 5. Indikator Kesiapsiagaan Non Struktur dan Struktur Sekolah
Siaga Bencana
44
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
Parameter Variabel Indikator
1. Tersedianya rencana sekolah
untuk keadaan darurat
Rencana untuk merespon keadaan
2. Tersedianya prosedur tetap
darurat
(protap) sekolah untuk keadaan
darurat bencana
45
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
Parameter Variabel Indikator
Tersedianya tim yang bertugas
Penataan kelembagaan
untuk keadaan darurat
Tersedianya prosedur untuk
Sistim komando
keadaan darurat bencana
Komunikasi dan koordinasi antar Adanya keterlibatan sekolah dalam
stakeholders yang relevan jaringan kesiapsiagaan bencana
Jumlah guru dan murid yang
dilatih/terlatih untuk kesiapsiagaan
Sumberdaya manusia
dan pengelolaan tanggap darurat
Mobilisasi Sumber Daya bencana
Bimbingan teknis dan penyediaan Tersedianya materi dan bahan
materi kesiapsiagaan bencana
Adanya mobilisasi dana untuk
Pendanaan
kesiapsiagaan
Tersedianya rencana untuk
mengintegrasikan materi
Pemantauan dan evaluasi (MONEV) kesiapsiagaan bencana ke dalam
kurikulum mata pelajaran yang
relevan, muatan lokal atau ekskul
B. Kesiapsiagaan Struktur
(Panduan Teknis Rehabilitasi Sekolah Aman Dengan Dana Alokasi Khusus (DAK) Pendidikan Tahun
2011, BNPB)
Parameter Variabel Indikator
Terdapat system fondasi di bawah
Fondasi
bangunan
1. Bangunan memiliki balok ikat
fondasi
Balok
2. Bangunan memiliki balok ring
3. Balok terbebas dari kerusakan
1. Bangunan memiliki kolom
Kolom 2. Semua kolom terbebas dari
Struktural
kerusakan
1. Dinding bangunan yang terbuat dari
Dinding bahan yang ringan
2. Dinding bebas dari keretakan
1. Atap terbuat dari material yang
ringan
Atap
2. Penutup atap terhubung dengan
baik pada rangka atap
46
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
Parameter Variabel Indikator
Dinding partisi yang terikat pada
Partisi
komponen terdekat
Langit-langit Plafon yang terikat kuat ke rangka atap
1. Pintu yang terbuka keluar ruangan
2. Jendela berkaca telah diberi ikatan
Pintu dan Jendela
silang antar sudutnya
3. Kaca dilapisi plastic pengaman kaca
1. Benda-benda yang menggantung di
langit-langit dipastikan tidak akan
bertabrakan ketika terjadi gempa
2. Lampu-lampu terpasang dengan
Arsitektural
kuat dan pas pada tempatnya
Ornamen tetap 3. Tiang bendera tertanam dengan
baik dan kuat
4. Papan petunjuk di kawasan sekolah
terikat dengan baik
5. Genteng sudah terikat dengan baik
pada struktur atap
Pegangan tangga yang sudah
Tangga
dijangkarkan dengan kuat
47
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
LAMPIRAN 6. Kuisioner Monitoring Kesiapsiagaan Non Struktur
SERI : S1
PENGENALAN TEMPAT
1. Nama Sekolah
2. Alamat sekolah
Alamat Email /
3.
telepon / fax
4. Kab./ Kota
5. Kecamatan
6. Kelurahan / Desa
1. SD/sederajat
7. Tingkatan sekolah 2. SMP/sederajat
3. SMA/sederajat
1. Negeri
8. Status sekolah
2. 2. Swasta
9. Nama Informan
10 Jabatan
11 Berdiri SSB tahun
48
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
I. PENGETAHUAN
PENGETAHUAN :
KEJADIAN ALAM DAN BENCANA (TIPE, SUMBER, BESARAN, LOKASI)
a. Tipe-tipe sumber, penyebab dan intensitas bencana
1. Apakah ada kalender kejadian tentang bencana yang sering terjadi di sekolah ?
a. ya b. tidak
2. Apakah ada ornament sekolah (poster, majalah dinding, dll) tentang informasi terkait tipe-
tipe, sumber, penyebab dan intensitas bencana ?
a. ya b. tidak
b. Pengintegrasian materi kesiapsiagaan bencana ke dalam pelajaran wajib, muatan lokal , dan
ekstrakurikuler
3. Apakah ada dokumen silabus, RPP yang mengintegrasikan materi kesiapsiagaan kedalam
mata pelajaran yang relevan ?
a. ya b. tidak
4. Apakah ada dokumen silabus, rpp dalam pelajaran kesiapsiagaan (menjadi pelajaran muatan
lokal) ?
a. ya b. tidak
8. Apakah ada kegiatan sekolah untuk mengidentifikasi upaya-upaya yang bisa mengurangi
risiko bencana termasuk didalamnya pilihan melakukan relokasi sekolah atau retrofit gedung
dan infrastuktur sekolah jika diperlukan ?
a. ya b. tidak
49
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
KAPASITAS SEKOLAH
Fasilitas yang dimiliki sekolah untuk penyelamatan diri dari bencana
11. Sekolah melakukan identifikasi (menginventarisasi dan pengecekan secara berkala) yang
terkait tentang fasilitas yang bisa digunakan untuk menyelamatakan diri dari bencana
a. ya b. tidak
14. Apakah ada SK (Surat keputusan) sekolah untuk Gugus Siaga Bencana Sekolah ?
a. ya b. tidak
16. Apakah ada Surat/Dokumen yang menyatakan adanya alokasi dana untuk kegiatan
kesiapsiagaan ?
a. ya b. tidak
17. Apakah ada surat/dokumen yang menyatakan adanya latihan/simulasi evakuasi secara
regular ?
a. ya b. tidak
18. Apakah ada surat/dokumen yang menyatakan masuknya materi kesiapsiagaan dalam
proses belajar-mengajar ?
a. ya b. tidak
20. Apakah ada struktur, personil, dan tupoksi (tugas pokok dan fungsi) Gugus Siaga Bencana
Sekolah ?
a. ya b. tidak
50
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
22. Apakah ada alokasi dana untuk kegiatan kesiapsiagaan ?
a. ya b. tidak
23. Apakah ada laporan dalam bentuk laporan tertulis, foto, video dll tentang latihan/simulasi
evakuasi ?
a. ya b. tidak
24. Apakah ada dokumen pelaksanaan penyampaian materi kesiapsiagaan dalam proses belajar-
mengajar ?
. a. ya b. tidak
PANDUAN
a. Panduan pelaksanaan program pengurangan risiko bencana di sekolah
25. Apakah ada dokumen tentang panduan pelaksanaan program pengurangan risiko bencana di
sekolah ?
a. ya b. tidak
28 Apakah ada prosedur tetap evakuasi, termasuk prosedur tetap untuk gugus siaga bencana ?
a. ya b. tidak
51
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
b. Tersedianya rencana pertolongan pertama
33. Apakah mempunyai panduan untuk pertolongan pertama ?
a. ya b. tidak
40. Apakah ada tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan yang aman ?
a. ya b. tidak
52
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
IV. SISTEM PERINGATAN BENCANA
TRADISIONAL LOKAL
Memiliki alat peringatan bencana yang sederhana
44. Apakah ada alat yang bisa mengeluarkan bunyi (kentongan, lonceng, tiang bendera) ?
a. ya b. tidak
46. Apakah ada jaringan yang terhubung dengan peringatan bencana yang resmi dari
pemerintah ?
a. ya b. tidak
47. Apakah bunyi tidak bermakna ganda, jelas dan dipahami warga sekolah ?
a. ya b. tidak
51. Apakah ada sosialisasi tentang tanda peringatan bencana dan responnya ?
a. ya b. tidak
53
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
V. MOBILISASI SUMBER DAYA
PENATAAN KELEMBAGAAN
Tersedianya tim yang bertugas untuk keadaan darurat
52. Apakah ada gugus/kelompok tugas yang mempersiapkan dan melaksanakan tugas dalam
kegiatan kesiapsiagaan ?
a. ya b. tidak
56. Mengadakan pelatihan/ latihan dengan lembaga terkait di lingkungan sekolah secara
berkala untuk peningkatan skill SDM :
a. ya b. tidak
58. Apakah sekolah membuat daftar checklist penyediaan materi dan bahan ajar untuk
peningkatan pengetahuan terhadap PRB di sekolah ?
a. ya b. tidak
59. Apakah sekolah membuat daftar checklist penyediaan peralatan (tandu, alat-alat evakuasi,
alat komunikasi dll) dan logistik sebagai pemenuhan kebutuhan dasar sekolah untuk
keadaan darurat bencana, yang di periksa secara regular ?
a. ya b. tidak
b. Tersedianya akses bagi seluruh komponen sekolah terhadap informasi, pengetahuan dan
pelatihan untuk meningkatkan kapasitas sekolah dalam hal PRB (materi acuan, ikut serta
dalam pelatihan, musyawarah guru, pertemuan desa, jambore siswa dll)
60. Apakah media informasi sekolah (contoh: mading, perpustakaan, buku, modul) yang
memuat pengetahuan dan informasi PRB dan dapat diakses oleh warga sekolah ?
a. ya b. tidak
61. Apakah ada jumlah kesepakatan dan keikutsertaan warga sekolah dalam kegiatan PRB
seperti : pelatihan, musyawarah guru, pertemuan desa, jambore murid, dll ?
54
Panduan Penerapan
a. ya b. tidak
55
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
I. PENGETAHUAN
1. Apakah di sekolah bapak/ibu memiliki kalender kejadian bencana yang sering terjadi di
sekolah ?
a. ya b. tidak
2. Apakah di sekolah bapak/ibu ada ornament sekolah (poster, majalah dinding, dll) tentang
informasi terkait tipe-tipe, sumber, penyebab dan intensitas bencana ?
a. ya b. tidak
4. Apakah di sekolah bpk/ibu, materi tentang kesiapsiagaan bencana masuk ke dalam mata
pelajaran yang relevan ?
a. ya b. tidak
6. Apakah di sekolah bpk/ibu materi tentang kesiapsiagaan bencana masuk ke dalam kegiatan
ekstrakurikuler?
a. ya b. tidak
8. Apakah menurut bapak/ibu pelaksanaan pelajaran dan kegiatan sesuai dengan silabus dan
RPP, dan evaluasi terhadap pelajaran dan kegiatan kesiapsiagaan sesuai dengan indikator
yang ditetapkan dalam standar kompetensi yang telah ditetapkan?
a. ya b. tidak
10. Apakah sekolah bpk/ibu memiliki ketersediaan buku panduan, modul, film, alat peraga dll?
a. ya b. tidak
II. RENCANA TANGGAP DARURAT
11. Apakah bapak / ibu mengetahui adanya gugus sekolah siaga bencana, seperti : kelompok
peringatan bencana, evakuasi, pertolongan pertama, logistik, dan keamanan dll ?
a. ya b. tidak
12. Apakah bapak / ibu mengetahui adanya prosedur tetap evakuasi, termasuk prosedur tetap
untuk gugus siaga bencana di sekolah ?
a. Ya b. tidak
56
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
13. Apakah bapak / ibu mengetahui adanya tempat evakuasi di sekolah ini apabila ada bencana
?
a. Ya b. tidak
14. Apakah bapak / ibu mengetahui adanya peta evakuasi di sekolah ini ?
a. ya b. tidak
15. Apakah bapak / ibu mengetahui adanya jalur evakuasi bencana di sekolah ini?
a. ya b. tidak
16. Apakah bapak / ibu mengetahui adanya rambu evakuasi bencana di sekolah ini?
a. ya b. tidak
17. Apakah sekolah bapak / ibu mempunyai panduan untuk pertolongan pertama ?
a. ya b. tidak
18. Apakah sekolah bapak / ibu mempunyai kotak/obat-obatan untuk pertolongan pertama ?
a. ya b. tidak
20. Apakah di sekolah bapak / ibu ada petugas kesehatan yang terlatih ?
a. ya b. tidak
21. Apakah sekolah bapak / ibu mempunyai back up/ copy/ salinan/duplikat dokumen-
dokumen penting yang disimpan di tempat aman ?
a. ya b. tidak
22. Apakah di sekolah bapak / ibu ada daftar alokasi kebutuhan dasar sekolah, seperti : air
minum, makanan awet/tahan lama, dan obat-obatan ?
a. ya b. tidak
23. Apakah di sekolah bapak / ibu ada peralatan dan perlengkapan untuk keadaan darurat ?
a. ya b. tidak
24. Apakah di sekolah bapak / ibu ada tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan
evakuasi yang aman ?
a. ya b. tidak
25. Apakah di sekolah bapak / ibu ada daftar alamat dan nomor telepon penting, seperti : nomor
rumah sakit, pemadam kebakaran, polisi, PAM, PLN, Telkom ?
a. ya b. tidak
26. Apakah di sekolah bapak / ibu ada surat/dokumen yang menyatakan kerjasama sekolah
dengan instansi penting ?
a. ya b. tidak
57
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
27 Apakah di sekolah bapak / ibu ada foto/dokumen yang menunjukan adanya simulasi secara
regular ?
aa. ya b. tidak
28 Apakah di sekolah bapak / ibu ada alat yang bisa mengeluarkan bunyi (kentongan, lonceng,
tiang bendera, dll) sebagai tanda peringatan bencana ?
a. ya b. tidak
29. Apakah sekolah bapak / ibu mempunyai alat penerima informasi peringatan bencana dari
pemerintah (BMKG, Pemkot/pemda), dan media yang dapat dipertanggung jawabkan ?
ac. ya b. tidak
30. Apakah di sekolah bapak / ibu ada jaringan yang terhubung dengan peringatan bencana
yang resmi dari pemerintah ?
a. ya b. tidak
31. Apakah sekolah bapak / ibu melakukan pengecekan secara berkala terhadap alat peringatan
bencana, alat penerima resmi dan jaringan ?
a. ya b. tidak
32. Apakah bapak / ibu mengetahui bunyi khusus dari alat peringatan bencana apabila terjadi
bencana, suaranya jelas dan dipahami warga sekolah dan sekitarnya ?
a. ya b. tidak
33. Apakah di sekolah bapak / ibu ada tempat khusus untuk menyimpan peralatan peringatan
bencana yang mudah diakses dan aman ?
a. ya b. tidak
34. Apakah di sekolah bapak / ibu ada prosedur tetap tentang peringatan bencana termasuk
tanda/bunyi peringatan dan mekanisme pelaksanaan untuk peringatan, pembatalan
peringatan dan tanda keadaan sudah aman ?
a. ya b. tidak
35. Apakah bapak / ibu mendapatkan sosialisasi tentang tanda peringatan bencana dan
bagaimana meresponnya ?
a. ya b. tidak
36. Apakah bapak / ibu pernah mengikuti pelatihan/ latihan oleh lembaga lain terkait
kebencanaan ?
a. ya b. tidak
37. Apakah bapak / ibu membuat daftar checklist berupa pelatihan/ bimbingan penyediaan
materi dan bahan ajar untuk peningkatan pengetahuan terhadap PRB di sekolah ?
a. ya b. tidak
38. Apakah bapak / ibu mempunyai media informasi sekolah (contoh: mading, perpustakaan,
buku, modul) yang memuat pengetahuan dan informasi PRB dan dapat diakses oleh warga
sekolah ?
58
Panduan Penerapan
a. ya b. tidak
SERI : S3
DAFTAR PERTANYAAN MONITORING
KESIAPSIAGAAN MURID
SEKOLAH SIAGA BENCANA (SSB)
PENGENALAN TEMPAT
1. No. urut kuisioner
2. Alamat sekolah
Alamat Email /
3.
telepon / fax
4. Kab./ Kota
5. Kecamatan
6. Kelurahan / Desa
1. SD/sederajat
7. Tingkatan sekolah 2. SMP/sederajat
3. SMA/sederajat
1. Negeri
8. Status sekolah
2. Swasta
IDENTITAS MURID
1. Nama siswa
2. Umur tahun
1. Laki-laki
3.
Jenis kelamin 2. Perempuan
5. Kelas
Mata pelajaran yang
6.
ajar
IDENTITAT PEMERIKSA
1 Nama pemeriksa
2 Tanggal pemeriksaan
59
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
I. PARAMETER PENGETAHUAN
1. Apakah di sekolah kamu memiliki kalender kejadian bencana yang sering terjadi di sekolah
?
a. ya b. tidak
2. Apakah di sekolah kamu ada ornament sekolah (poster, majalah dinding, dll) tentang
informasi terkait tipe-tipe, sumber, penyebab dan intensitas bencana ?
a. ya b. tidak
3. Apakah kamu mampu menjelaskan mengenai tipe-tipe, sumber, penyebab dan intensitas
bencana ?
a. ya b. tidak
4. Apakah di sekolah kamu, materi tentang kesiapsiagaan bencana masuk ke dalam mata
pelajaran yang relevan ?
a. ya b. tidak
5. Apakah di sekolah kamu, materi tentang kesiapsiagaan bencana masuk ke dalam pelajaran
muatan lokal?
a. ya b. tidak
6. Apakah di sekolah kamu materi tentang kesiapsiagaan bencana masuk ke dalam kegiatan
ekstrakurikuler ?
a. ya b. tidak
9. Apakah sekolah kamu memiliki ketersediaan buku panduan, modul, film, alat peraga dll?
a. ya b. tidak
10. Apakah kamu mengetahui adanya gugus sekolah siaga bencana, seperti : kelompok
peringatan bencana, evakuasi, pertolongan pertama, logistik, dan keamanan dll ?
a. ya b. tidak
11. Apakah kamu mengetahui adanya tempat evakuasi di sekolah ini apabila ada bencana ?
a. ya b. tidak
60
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
12. Apakah kamu mengetahui adanya peta evakuasi di sekolah ini ?
a. Ya b. tidak
13. Apakah kamu mengetahui adanya jalur evakuasi bencana di sekolah ini?
a. Ya b. tidak
14. Apakah kamu mengetahui adanya rambu evakuasi bencana di sekolah ini?
a. ya b. tidak
19. Apakah di sekolah kamu ada daftar alokasi kebutuhan dasar sekolah, seperti : air minum,
makanan awet/tahan lama, dan obat-obatan ?
s. ya b. tidak
20. Apakah di sekolah kamu ada peralatan dan perlengkapan untuk keadaan darurat ?
a. ya b. tidak
21. Apakah di sekolah kamu ada tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan evakuasi
yang aman ?
a. ya b. tidak
22. Apakah di sekolah kamu ada daftar alamat dan nomor telepon penting, seperti : nomor
rumah sakit, pemadam kebakaran, polisi, PAM, PLN, Telkom ?
a. ya b. tidak
24. Apakah di sekolah kamu ada alat yang bisa mengeluarkan bunyi (kentongan, lonceng, tiang
bendera, dll) sebagai tanda peringatan bencana ?
a. ya b. tidak
25. Apakah sekolah kamu mempunyai alat penerima informasi peringatan bencana dari
pemerintah (BMKG, Pemkot/pemda), dan media yang dapat dipertanggung jawabkan ?
a. ya b. tidak
61
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
26. Apakah kamu pernah terlibat dalam melakukan pengecekan secara berkala terhadap alat
peringatan bencana, alat penerima resmi dan jaringan ?
a. ya b. tidak
27 Apakah kamu mengetahui bunyi khusus dari alat peringatan bencana apabila terjadi
bencana, suaranya jelas dan dipahami warga sekolah dan sekitarnya ?
aa. ya b. tidak
28 Apakah di sekolah kamu ada tempat khusus untuk menyimpan peralatan peringatan
bencana yang mudah diakses dan aman ?
a. ya b. tidak
29. Apakah kamu mendapatkan sosialisasi tentang tanda peringatan bencana dan bagaimana
meresponnya ?
a. ya b. tidak
30. Apakah kamu pernah mengikuti pelatihan/ latihan oleh lembaga lain terkait kebencanaan ?
a. ya b. tidak
31. Apakah sekolah kamu mempunyai media informasi sekolah (contoh: mading, perpustakaan,
buku, modul) yang memuat pengetahuan dan informasi PRB dan dapat diakses oleh warga
sekolah ?
a. ya b. tidak
32. Apakah kamu pernah ikut serta dengan warga sekolah terlibat dalam pelatihan, musyawarah
guru, pertemuan desa, jambore murid, dll ?
a. ya b. tidak
62
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
LAMPIRAN 7. Formulir Monitoring Kesiapsiagaan Struktur
Isilah dengan menggunakan tanda centang (√) pada kolom “ya” atau “tidak” sesuai dengan keadaan
bangunan, disertai catatan apabila diperlukan
A. Struktural
Fondasi Catatan
1 ya tidak
Balok Catatan
2 ya tidak
Apakah bangunan memiliki balok sloof/balok ikat fondasi ?
3 ya tidak
Apakah bangunan memiliki balok ring ?
4 ya tidak
Kolom Catatan
5 ya tidak
Apakah bangunan memiliki kolom ?
6 ya tidak
Dinding Catatan
7 ya tidak
Apakah dinding bangunan terbuat dari bahan yang ringan ?
8 ya tidak
Apakah dinding bebas dari keretakan ?
63
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
Atap
9 Apakah atap terbuat dari material yang ringan ? ya tidak
10 ya tidak
Apakah penutup atap dihubungkan dengan baik pada rangka atap?
Jumlah
B. Arsitektural
Partisi Ya Tidak Catatan
11 Apabila ada dinding partisi apakah sudah diikatkan pada
komponen-komponen terdekat?
64
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
14 Apakah jendela yang berkaca telah diberi ikatan silang antar
sudutnya sebagai pengikat lateral pada struktur atau pada kaca
dilapisi plastik pengaman kaca sehingga saat terjadi gempa,
pecahan kaca tidak membahayakan?
65
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
C. Perabot dan Isinya
Peralatan listrik (telepon, televisi, komputer, lampu, kipas angin, dll) Ya Tidak Catatan
23 Apakah peralatan yang penting sudah diikatkan dengan baik untuk
menghindari peralatan tersebut bergeser dari atas rak atau meja?
24 Apakah telepon yang diletakkan di atas meja sudah cukup jauh dari
tepi sehingga telepon tersebut tidak terjatuh?
25 Apakah speakers/pengeras suara, komputer, dan alat-alat elektronik
lain sudah diikatkan dengan baik sehingga tidak menghambat jalur
evakuasi saat terjadi gempa
26 Apakah informasi penting yang berada di dalam komputer sudah
disimpan secara periodik ditempat lain sebagai cadangan
Perabotan Ya Tidak Catatan
27
Apakah rak-rak buku, filling cabinet sudah diangkurkan dengan baik
pada dinding atau lantai?
66
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
30 Apakah barang-barang yang dapat pecah sudah berada pada tempat
yang cukup stabil dan aman?
37 Apakah tabung gas LPG sudah diamankan dengan baik dan tertutup
dengan kencang?
Jumlah
67
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
D. Peralatan Pendukung Lain
Perpipaan Ya Tidak Catatan
38 Apakah sambungan pada perpipaan cukup kuat untuk untuk
menghindari kerusakan pada saat gempa terjadi?
68
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
LAMPIRAN 8. Pengolahan dan Analisis Data Monitoring
Sekolah Siaga Bencana
Parameter
Struktural Arsitektural Perabot dan Peralatan
Total
(S) (A) isinya pendukung lain
(Pi) (Pp)
10 12 15 6 43
Persamaan untuk menghitung indeks ketercapaian per parameter adalah sebagai berikut:
69
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
indeks WS + (10/61) x indeks RMC
S1 = (0,20 x indeks K) + (0,23 x indeks PS) +( 0,13 x indeks EP) + (0,13 x indeks WS)
+( 0,16 x indeks RMC)
70
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
C. Indeks Ketercapaian Monitoring Sekolah Siaga Bencana
Nilai indeks ketercapaian monitoring sekolah siaga bencana merupakan gabungan dari nilai
indeks ketercapaian kesiapsiagaan struktur dan nilai indeks kesiapsiagaan non struktur.
Persamaan untuk menghitung indeks ketercapaian monitoring sekolah siaga bencana adalah
sebagai berikut:
Setelah diperoleh nilai indeks ketercapaian monitoring sekolah siaga bencana, kemudian
dimasukkan ke dalam kategori yang tercantum pada Tabel 2 maka akan terlihat ketercapaian
sekolah dalam membangun sekolah siaga bencana berdasarkan kesiapsiagaan struktur dan non
struktur.
71
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
LAMPIRAN 9. Panduan Menginstall Software Kesiapsiagaan Non
Struktur Sekolah (Kesiapsiagaan Komunitas Sekolah)
PENGANTAR
Manual ini digunakan untuk mengolah data kesiapsiagaan rumah tangga (keluarga) yang telah
dikumpulkan oleh pewawancara (lihat panduan Kesiapsiagaan Rumah Tangga). Tujuan dari
pengolahan data adalah untuk mengetahui tingkat kesiapsiagaan rumah tangga (keluarga)
berdasarkan parameter kesiapsiagaan (pengetahuan tentang bencana, kesiapsiagaan keluarga
untuk kondisi darurat, peringatan bencana dan mobilisasi sumber daya).
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software APPSERV. Sofware ini dikembangkan
secara khusus oleh LIPI untuk mempermudah pengolahan data kesiapsiagaan rumah tangga
(keluarga).
Penggunaan software ini sangat sederhana, hanya memasukkan data (penjelasan lebih detail lihat
bagian berikutnya) dan tidak perlu lagi melakukan perhitungan karena sudah diformulasikan di
dalam software.
KLIK
KLIK
72
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
1. Baca License Agreement : AppServ distribution under GNU/GPL License dan klik
(Gambar 2).
KLIK
KLIK
5. Tentukan lokasi dimana Appserv akan diinstall yaitu di default C:\AppServ, kemudian klik
(Gambar 3).
KLIK
KLIK
KLIK
KLIK
73
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
7. Tulis nama server: localhost. Dan tentukan email Admin misalnya admin@yahoo.com.
Kemudian klik (Gambar 5)
KLIK
KLIK
8. Ketik “siaga”, pada Root Password, kemudian ketik lagi “siaga”. Catatan: MySQL
server setting tidak perlu dirubah.
KLIK
KLIK
9. Install Appserv sudah selesai dan Complete AppServ: Klik dan restart computer
(Gambar 7).
KLIK
KLIK
74
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
CARA MENGINSTALL APLIKASI SIAGA
Aplikasi Siaga dapat dieksekusi pada Internet Explorer, Moxila Firefox, Google Chrom, dll dengan
cara sebagai berikut:
KLIK
KLIK
Klik file Database.exe, kemudian file tersebut dinstall ke dalam folder C:\AppServ\MySQL\
data. Klik hingga selesai (Gambar 9).
KLIK
KLIK
75
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
CARA MENGGUNAKAN APLIKASI SIAGA
Pilih salah satu menu: Internet Explorer, Mozilla Firefox, Google Chrom atau program sejenis.
Ketik : http://localhost/siaga lalu tekan Enter (Gambar 10). Kemudian masukkan:
a. Masukkan UserID : user
b. Masukkan Password : user
UserID dan
Password
KLIK
1. Lihat halaman muka dari Aplikasi Siaga (Gambar 11) terdiri dari :
a. PENGANTAR tentang kondisi kesiapsiagaan bencana dari masing-masing parameter
seperti Tingkat Pengetahuan Tentang Bencana (KAP), Kesiapsiagaan Keluarga untuk
Kondisi Darurat (EP), Peringatan Bencana (WS), dan Mobilisasi Sumber Daya (RMC) serta
total tingkat kesiapsigaan dari individu/rumah tangga yang bersangkutan.
b. STATUS LOGIN ( userID dan nama pemakai software)
c. MAINTANANCE berguna untuk mengedit data rumah tangga/keluarga/responden
yang sudah dientry.
d. DATA ENTRY: untuk memasukkan data rumah tangga/keluarga/responden.
e. KONDISI KESIAPSIAGAAN: Tingkat kesiapsiagaan rumah tangga/keluarga/
responden.
76
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
CARA ENTRY (MEMASUKKAN) DATA
1. Klik data Entry Kuesioner Rumah Tangga/Keluarga/responden yang terdiri dari 5 bagian: (1).
Pengenalan Tempat; (2) Pengetahuan Tentang Bencana (KAP); (3) Kesiapsiagaan Keluarga
untuk Kondisi Darurat (EP); (4) Peringatan Bencana (WS) dan Mobilisasi Sumberdaya
(RMC).
(1) Pengenalan tempat terdiri :
a. Nomor urut kuesioner sudah otomatis muncul sesuai urutan nomor kuesioner yang akan
dientry.
b. Isi nama responden (tidak boleh kosong)
c. Pilih provinsi tempat kajian dari daftar yang tersedia.
Untuk melanjutkan ke
pertanyaan berkutnya klik
scroll ke bawah
77
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
(2) Pengetahuan Tentang Bencana (KAP). Pengetahuan Tentang Bencana terdapat 14 daftar pertanyaan
(1-14).
Untuk melanjutkan ke
pertanyaan berkutnya klik
scroll ke bawah
(3) Kesiapsiagaan Keluarga untuk Kondisi Darurat (EP). Daftar pertanyaan rencana kesiapsiagaan
dari bencana terdiri dari 3 pertanyaan yaitu nomor 15-17.
Untuk melanjutkan ke
pertanyaan berkutnya
klik scroll ke bawah
Gambar 15. Daftar pertanyaan Rencana Kesiapsiagaan Keluarga dari Bencana (EP)
(4) Peringatan Bencana (WS). Daftar pertanyaan Peringantan Bencana terdiri dari 5 pertanyaan yaitu
nomor 18-22.
Untuk melanjutkan ke
pertanyaan berkutnya
klik scroll ke bawah
78
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
(2) Mobilisasi Sumberdaya (RMC). Daftar pertanyaan Mobilisasi Sumberdaya terdiri dari 4 pertanyaan
yaitu nomor 23-26.
1. Lihat daftar nama responden yang telah di entry (Gambar 18). Perhatikan data Pengetahuan
Tentang Bencana (KAP), Kesiapsiagaan Keluarga untuk Kondisi Darurat (EP), Peringatan
Bencana (WS), dan Mobilisasi Sumber Daya (RMC).
79
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
1. Pilih salah satu nomor rumah tangga/keluarga yang akan di edit/update, kemudian klik nomor tersebut
(Gambar 19)
2. Pilih pertanyaan-pertanyaan yang akan diedit/update dengan cara tekan “scroll” ke bawah atau
ke atas.
Catatan:
Lakukan langkah-langkah seperti ini untuk mengedit/mengupdate data dari sejumlah rumah tangga/keluarga/responden yang perlu
diedit/update
80
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
1. Klik menu individu/rumah tangga
Pilih menu
INDEKS INDIVIDU/RT
2. Lihat nilai indeks kesiapsiagaan rumah tangga/keluarga (secara otomatis akan keluar di screen
computer)
Catatan:
Nilai indeks kesiapsiagaan rumah tangga/keluarga merupakan gabungan (komulatif) dari
nilai indeks kesiapsiagaan ke empat parameter kesiapsiagaan (pengetahuan tentang bencana,
kesiapsiagaan untuk keadaan darurat, peringatan bencana dan mobilisasi sumber daya).
3. Tentukan tingkat kesiapsiagaan rumah tangga/keluarga dengan mengacu pada Tabel 1.
Tabel 1: Tingkat Kesiapsiagaan Individu/Rumah Tangga
Nomor Nilai Indeks Katagori
1 80-100 Kesiapsiagaan Tinggi
2. 60-79 Kesiapsiagaan Sedang
3. < 60 Kesiapsiagaan Rendah
81
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
Tingkat kesiapsiagaan rumah tangga/keluarga merupakan gabungan (komulatif) dari tingkat
kesiapsiagaan ke empat parameter kesiapsiagaan (pengetahuan tentang bencana, kesiapsiagaan
untuk keadaan darurat, peringatan bencana dan mobilisasi sumber daya).
Contoh : Kesiapsiagaan Rumah Tangga/Keluarga di Salah Satu Lokasi Kajian (Gambar 23)
a. Indeks pengetahuan tentang bencana (KAP) sebesar 58,31 berarti tingkat kesiapsiagaan
KAP adalah Rendah (lihat Tabel 1);
b. Indeks kesiapsiagaan keluarga untuk kondisi darurat (EP) sebesar 99,67 berarti tingkat
kesiapsiagaan EP adalah Tinggi (lihat Tabel 1);
c. Indeks peringatan bencana (WS) sebesar 69,38 berarti tingkat kesiapsiagaan WS adalah
Sedang; (lihat Tabel 1)
d. Indeks mobilisasi sumber daya (RMC) sebesar 74,75 berarti tingkat kesiapsiagaan RMC
adalah Sedang; (lihat Tabel 1)
e. Indeks kesiapsiagaan rumah tangga/keluarga (kumulatif atau gabungan dari 4 parameter)
sebesar 75,80 berarti tingkat kesiapsiagaan rumah tangga/keluarga berada pada level
Sedang (lihat Tabel 1).
82
Panduan Penerapan
Sekolah Siaga Bencana
View publication stats