Dosen pengampu,
Andy Martahan A, Dipl.PT., M.Kes
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat-Nya kami diberi anugerah kesehatan, akal budi, dan pengetahuan yang baik sehingga
kami dapat menyusun makalah ini/
Kami menyusun makalah ini untuk pemenuhan tugas yang diberikan oleh dosen mata
kuliah Evidence Based Practised. Pelaksanaan penyusunan makalah ini dilakukan dengan
metode pengumpulan data dari berbagai sumber.
Kami mengucapkan terima kasih atas segala arahan, bantuan serta dukungan yang
telah diberikan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan tema dan waktu
yang telah ditentukan.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive Pulmonary Disease
(COPD) adalah suatu penyumbatan menetap pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh
emfisema dan bronkitis kronis. Masalah utama yang menyebabkan terhambatnya arus udara
tersebut bisa terletak pada saluran pernapasan (Bronkitis kronik) maupun pada parenkim paru
(Emfisema). Kedua penyakit dapat dimasukkan ke dalam kelompok PPOK jika keparahan
penyakitnya telah berlanjut dan obstruksinya bersifat progresif (Darmanto, 2009). Menurut WHO
yang dituangkan dalam Panduan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
(GOLD), Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah penyakit dapat dicegah dan diobati,
ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus – menerus yang biasanya progresif dan
berhubungan dengan respons inflamasi kronis pada saluran nafas dan paru-paru terhadap partikel
atau gas yang beracun. World Health Organization (WHO) melaporkan terdapat 600 juta orang
menderita PPOK di dunia dengan 65 juta orang menderita PPOK derajat sedang hingga berat.
Pada tahun 2002 PPOK adalah penyebab utama kematian kelima didunia dan diperkirakan
menjadi penyebab utama ketiga kematian di seluruh dunia tahun 2030. Lebih dari 3 juta orang
meninggal karena PPOK pada tahun 2005, yang setara dengan 5% dari semua kematian secara
global (WHO,2015).
Pada kasus Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) peranan fisioterapi yaitu
mengurangi bahkan mengatasi 3 gangguan utama yaitu yang berhubungan dengan gerak dan
fungsi diantaranya mengurangi sesak nafas, membantu pengeluaran sputum, meningkatkan
ekspansi thorak dan meningkatkan kualitas hidup.
B. Rumusan Masalah
Adakah perbedaan dari efek peregangan diafragma dengan teknik manual diafragma
rilis pada gerakan diafragma saat bernafas oleh pasien dengan COPD ?
C. Tujuan
Untuk membandingkan efek dari peregangan diafragma dengan teknik manual
diafragma rilis pada gerakan diafragma saat bernafas oleh pasien dengan COPD
1
BAB II
METODOLOGI
Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi literatur dengan pendekatan studi literatur
sistematis. Penyusunan dengan mencari literatur di beberapa search engine yang dipakai
dengan metode Randomized Crossover Trial atau RCT.
2
3. Alat ukur yang dipakai :
a. Diaphragmatic Excursion : Ultrasonography
b. Chest Expansion : Mid line
P I C O
Patient/problem Intervention Comparative Outcome
/population Intervention
3
4
5
3) Pencarian di Data base online
Query: Patient of COPD AND chest mobilization technique OR chest expansion
AND Immediate effect
URL: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/advanced/
Hasil: 88 Artikel
6
- Di filter dengan Free Full
Text Hasil : 25 artikel
7
- Difilter dengan usia
Hasil : 5 artikel
8
- Kemudian click send to untuk dibuat folder
9
- Masuk ke aplikasi Mendeley kemudian dan mendownload jurnal dalam bentuk
citacion dari setiap sumber sesuai folder data base
10
4) Skrinning
- Cek Duplikasi Jurnal
- Membuat folder tiap database di Mendeley
11
- Merge Artikel yang sama
12
13
Identifikasi pencarian di Pubmed
14
- Difilter dengan 5 tahun
terakhir Hasil : 427 Artikel
15
- Setelah difilter jenis
artikel Hasil : 986 Artikel
16
- Setelah di filter 5 tahun
terakhir Hasil : 380 Artikel
17
Identifikasi pencarian di Science Direct
18
BAB III
Kami memilih 32 pasien yang didiagnosis dengan klinis stabil COPD dengan kategori
ringan atau sedang dari klasifikasi GOLD. Dengan 7 pasien harus dikeluarkan karena adanya
komorbiditas (Coronary ArteryDisease, pleura Efusi, Bronkiektasis) dan 5 pasien keluar dari
penelitian karena kurangnya minat. Sebanyak 20 pasien sesuai ukuran sampel dilibatkan pada
kedua teknik tersebut dilakukan pendataan Karakteristik dasar pasien seperti Umur, Jenis
Kelamin, kategori PPOK , Riwayat merokok disajikan pada Tabel 1 . Pergerakan diafragma
berikut teknik peregangan diafragma , di sisi kanan ada perbedaan dari 0,29 ± 0,21 (p =
0,001) di garis mid clavicular dan 0,25 ± 0,20 (p = 0,003) di linea mid axillaris. Di sisi kiri,
ada perbedaan dari 0,24 ± 0,24 (p = 0,004) di dalam linea baris dan 0,35 ± 0,25 (p = 0,312) di
linea mid axillaris, ditunjukkan di Tabel 2 .
Diafragma Ekskursi mengikuti Diafragma Manual Teknik Rilis diringkas dalam Tabel 3.
Secara Manual Teknik Pelepasan Diafragma, di sisi kanan ada perbedaan 0,24 ± 0,20 (p =
0,001) di garis midclavicular dan 0,22 ± 0,20 (p = 0,001) di garis midaxillaris. Di kiri sisi, ada
perbedaan 0,26 ± 0,28 (p = 0,002) di midclavicular line dan 0.29 ± 0.18 (p = 0.001) di
midaxillary. Dalam Pedoman Diafragma Rilis Teknik, disamping kanan ada perbedaan dari
0,24 ± 0,20 ( p = 0,001) di dalam linea line dan 0,22 ± 0,20 (p = 0,001 ) di dalam midaxillary
line. Di satu sisi kiri, ada perbedaan dari 0,26 ± 0,28 (p = 0,002) pada
19
linea baris dan 0,29 ± 0,18 (p = 0,001) di dalam midaxillary line. Nilai ekspansi dada sebelum
dan sesudah kedua Teknik diringkas dalam Tabel 4.
Setelah Peregangan Diafragma Teknik terdapat perbedaan 0,76 ± 0,71 (p = 0,001) pada
interkostal ke-4 dan 0,62 ± 0,64 (p = 0,001) di prosesus xiphoid. Setelah Teknik Manual
Diafragma Release ada perbedaan 0,82 ± 0,06 (p = 0,002) pada interkostal ke-4 dan 0,72 ±
0,88 (p = 0,002) pada prosesus xiphoid. Perbandingan nilai kedua teknik di Ekskursi
Diafragma dan Ekspansi Dada diringkas pada Tabel 5.
Kesimpulan
20
Ketersediaan Data
Data yang digunakan untuk mendukung temuan penelitian ini tersedia dari penulis terkait atas
permintaan.
Disclosure (Penyingkapan)
Konflik kepentingan
21
DAFTAR PUSTAKA
[1] C. F. Vogelmeier, G. J. Criner, F. J. Martinez et al., “Global Strategy for the Diagnosis,
Management and Prevention of Chronic Obstructive Lung Disease 2017 Report: GOLD
Executive Summary,” Respirology, vol. 22, no. 3, pp. 575–601, 2017.
[3] K. Srinath Reddy, B. Shah, C. Varghese, and A. Ramadoss, “Responding to the threat of
chronic diseases in India,” The Lancet, vol. 366, no. 9498, pp. 1744–1749, 2005.
[4] W. D. Reid and G. Dechman, “Considerations when testing and training the
respiratorymuscles,” PhysicalTherapy in Sport, vol. 75, no. 11, pp. 971–982, 1995.
[6] W. P. Dos Santos Yamaguti, E. Paulin, S. Shibao et al., “Air trapping: The major factor
limiting diaphragm mobility in chronic obstructive pulmonary disease patients,” Respirology,
vol. 13, no. 1, pp. 138–144, 2008.
22
[11] D. R. Noll, B. F. Degenhardt, J. C. Johnson, and S. A. Burt, “Immediate effects of
osteopathic manipulative treatment in elderly patients with chronic obstructive pulmonary
disease,” The Journal of the American Osteopathic Association, vol. 108, no. 5, article 251e9,
2008.
[14] R. Engel and S. Vemulpad, “The role of spinal manipulation, soft-tissue therapy, and
exercise in chronic obstructive pulmonary disease: A review of the literature and proposal of
an anatomical explanation,” The Journal of Alternative and Complementary Medicine, vol.
17, no. 9, pp. 797–801, 2011.
23
[20] E. G. Stiles, “Manipulative management of chronic lung disease,” Osteopath Ann, vol.
9, pp. 300–304, 1981.
[24] G.D. Yilmaz Yelvar, Y. Cirak, Y. Parlak Demir,M. Dalkilinc, and B. Bozkurt,
“Immediate effect ofmanual therapy on respiratory functions and inspiratory muscle strength
in patients with COPD,” International Journal of Chronic Obstructive Pulmonary Disease,
vol. 11, no. 1, pp. 1353–1357, 2016.
[25] F. Ricard and J.-L. Sall´e, Tratado de Osteopatia, vol. 135, Panamericana,Madrid, Spain,
3rd edition, 2009.
[26] M. De Coster and A. Pollaris, Osteopat´ıa Visceal, vol. 38, Paidotribo, Madrid, Spain,
2nd edition, 2005.
[27] T. Rocha, H. Souza, D. C. Brand˜ao et al., “The Manual Diaphragm Release Technique
improves diaphragmatic mobility, inspiratory capacity and exercise capacity in people with
chronic obstructive pulmonary disease: A randomised trial,” Journal of Physiotherapy, vol.
61, no. 4, pp. 182–189, 2015.
24
[29] K. Okura, A. Kawagoshi, M. Iwakura et al., “Contractile capability of the diaphragm
assessed by ultrasonography predicts nocturnal oxygen saturation in COPD,” Respirology,
vol. 22, no. 2, pp. 301–306, 2017.
[32] M. P.McHugh and C.H. Cosgrave, “To stretch or not to stretch: The role of stretching in
injury prevention and performance,” Scandinavian Journal of Medicine & Science in Sports,
vol. 20, no. 2, pp. 169–181, 2010.
25
Formulir Seleksi Data Literatur
Informasi Umum
Seleksi Awal
NO KRITERIA YA TIDAK
1 Bahasa Inggris v
2 Tahun terbit 5 tahun terakhir v
3 Teks lengkap dan tidak berbayar v
4 Pasien dengan Riwayat COPD v
5 Usia 45 sampai 65 tahun v
6 Responden kooperatif v
Seleksi Metodologi
NO KRITERIA YA TIDAK
1 Ada Outcome v
2 Alat ukur v
3 Desain penelitian RCT / Clinical trial v
4 Penentuan besar sampel dijelaskan v
5 Penentuan lama intervensi v
6 Penjelasan dosis Latihan v
7 Informasi khusus terkait intervensi dan outcome v
8 Informasi khusus terkait kriteria inklusi dan eksklusi v
26
Comparison of Diaphragmatic Stretch Technique and Manual
Diaphragm Release Technique on Diaphragmatic Excursion in Chronic
Obstructive Pulmonary Disease: A Randomized Crossover Trial
URL:
https://doi.org/10.1155/2019/6364376
HakCipta © 2019 Aishwarya Nair dkk . dibawah Creative Commons Attribution License
1. Kriteria Inklusi
Pasien dengan kondsi COPD stabil dari kedua jenis kelamin
yang sedang dirujuk untuk Fisioterapi oleh dokter spesialis paru / dokter di
KMC Rumah Sakit.
Pasien dengan COPD ringan atau sedang menurut kriteria GOLD 2016.
GOLD 1: FEV1 ≥ 80% diprediksi ringan, GOLD 2: 50% ≤ FEV1 < 80%
prediksi sedang.
2. Kriteria eksklusi
Pasien dengan PPOK eksaserbasi akut .
Pasien dengan parameter hemodinamik yang tidak stabil
dengan tekanan arteri < 100mmHg sistolik dan < 60mmHg untuk diastolik dan
tekanan arteri rata-rata (MAP) < 80mmHg).
Pasien yang memiliki atau menjalani kardiotoraks atau operasi.
Pasien yang memiliki riwayat trauma dinding dada atau perut; deformitas dinding
dada yang besar
Riwayat penyakit kejiwaan .
G. Prosedur penelitian
27
b) Teknik Diafragma Manual release.
Pasien diminta berbaring telentang dengan tungkai rileks. Diposisikan di kepala
pasien, terapis melakukan kontak manual dengan daerah hipotenar dan tiga jari
terakhir secara bilateral ke bagian bawah tulang rawan kosta ketujuh hingga
kesepuluh. Lengan terapis sejajar dengan bahu pasien. Pada fase inspirasi, terapis
dengan lembut menarik titik-titik kontak dengan kedua tangan searah kepala dan
sedikit ke samping, disertai pengangkatan tulang rusuk. Selama pernafasan, kontak
terapis diperdalam menuju margin costal bagian dalam, mempertahankan resistensi.
Di siklus pernapasan berikutnya, terapis memperdalam kontak di dalam margin
kosta
a) Pergerakkan Diafragma.
Pasien diminta untuk duduk dan gerakan diafragma direkam dalam B-Mode dan
diposisikan di midclavicular dan di garis midaxillaris berurutan, di daerah
subkostal, sehingga sinar ultrasonik akan masuk untuk memvisualisasikan bilateral
diafragma tegak lurus. Prosedur dimulai setelah ekspirasi normal dengan subjek
diinstruksikan untuk menarik napas sedalam mungkin. Titik tetap di tepi gambar di
layar dan margin diafragma pada inspirasi maksimal dan sekali lagi pada ekspirasi
maksimal berfungsi sebagai titik referensi antara pengukuran mana yang dibuat,
dengan rata-rata tiga nilai diambil untuk inspirasi maksimal dan ekspirasi maksimal
b) Ekspansi Dada .
Ekspansi dada dinilai dengan pasien berdiri dengan tangan diletakkan di atas
kepala. Mereka diberi instruksi untuk "ambil napas dalam dengan maksimal" dan
"keluarkan napas dengan maksimal." Ekspansi dada diukur pada dua tingkat.
Ekspansi dada bagian atas di tingkat ke-4 ruang interkostal dan ekspansi dada
bagian bawah setinggi proses xiphoid.
28
Estimasi Ukuran Sampel
Sebuah studi percontohan dilakukan yang melibatkan 5 pasien dengan COPD yang stabil
secara klinis yang disilangkan ke keduanya kelompok. Berdasarkan temuan studi
percontohan, mean deviasi melintasi kelompok yang dilintasi sehubungan dengan temuan
midclavicular, kekuatan 90%, 95% ci, populasi SD 0.02, nilai rata-rata perbedaan regangan
diafragma teknik (0.14), dan teknik pelepasan diafragma manual (0,08) di garis midclavicular
dan menambahkan 20% kesalahan nonresponsive, total sampel dihitung menjadi 20 subjek
29
TABLE 1: Demographic data of participants.
Data tersebut dimasukkan ke dalam sistem komputer memiliki SPSS versi 11.5. Variabel
diringkas sebagai mean dan standar deviasi Nilai sebelum dan sesudah untuk kedua teknik itu
diukur menggunakan ANOVA. Perbandingan antara pasca intervensi nilai dari kedua teknik
dilakukan dengan menggunakan Tes ANOVA dan Bonferroni. Nilai p kurang dari 0,05
adalah dianggap signifikan secara statistik.
30