Anda di halaman 1dari 11

EFEKTIVITAS DELAY URINATION DENGAN KEAGLE EXERCISE

TERHADAP RESPON BERKEMIH PASCAKATETERISASI


URINE DI RSUD AMBARAWA

Catur Dwi Mulyani*), Sri Puguh Kristiyawati **), S. Eko Ch. Purnomo ***)

*) Alumni Program Studi S.1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang


**)Dosen Program Studi S.1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang
***)Dosen jurusan Keperawatan Poltekes Kemenkes Semarang

ABSTRAK

Berkemih merupakan proses pengosongan kandung kemih. Pada pasien pasca kateterisasi urine
mengakibatkan tidak mampu mengontrol pengeluaran urin dan sangat dianjurkan untuk melakukan
delay urination dengan keagle exercise untuk membantu mempercepat pemulihan kandung kemih.
Delay urination adalah pelatihan kandung kemih yang mengharuskan pasien menunda berkemih,
dengan cara mengeklem selang kateter kemudian dilepas selama ± 1-2 jam. Latihan keagle exercise
bertujuan untuk meningkatkan tonus otot kandung kemih dan kekuatan otot dasar panggul serta sfingter
uretra agar dapat tertutup dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas delay
urination dengan keagle exercise terhadap respon berkemih pasca kateterisasi urine di RSUD
Ambarawa. Penelitian ini menggunakan quasy eksperiment dengan rancangan post test only control
group design. Penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel 33 responden
untuk kelompok perlakuan delay urination dengan keagle exercise dan 33 responden untuk kelompok
kontrol delay urination. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mann whitney. Hasil penelitian
ini menunjukkan adanya selisih rerata waktu BAK pada responden yang dilakukan delay urination
dengan keagle exercise maupun responden yang dilakukan delay urination di RSUD Ambarawa, dengan
diperoleh nilai ρ-value 0,002 karena nilai ρ < 0,05 dapat disimpulkan bahwa latihan delay urination
dengan keagle exercise lebih efektif daripada latihan delay urination. Rekomendasi hasil penelitian ini
disarankan dapat dijadikan sebagai salah satu intervensi keperawatan pada pasien gangguan berkemih
yang terpasang kateter.

Kata kunci : Delay urination, keagle exercise, pasca kateterisasi urine

ABSTRACT

Urinating is a process of emptying the bladder. Patients of post urinary catheterization cannot control
their urinary and it is highly recommended to do delay urination using keagle exercise to help to fasten
the recovery of their bladders. Delay urination is a bladder excercises that oblige patients to delay their
urination, by clamping the catheter tube then release it for approximately 1-2 hours. This keagle exercise
is conducted to improve the bladder’s muscle tonus and to strengthen pelvic floor muscles as well as
sfingter uretra so that it can be closed properly. This research is aimed to find out the effectiveness of
delay urination using keagle exercise toward the response in urinating in RSUD Ambarawa. This
research is using quasy experiment with post test only control group design. This research is also using
purposive sampling with 33 respondents for a group of delay urination and keagle exercise and 33
respondents for a group of controlled delay urination. The test used in this research in mann whitney.
The result of this research shows the mean difference during urinating on respondents with delay
urination and keagle exercise as well as respondents with delay urination in RSUD Ambarawa, with the
p-value 0.002 because p < 0.05. It can be concluded that delay urination and keagle exercise are more
effective than delay urination only. This research is recommended to be reference of nursing
intervention on patients with urinary problem using catheter.

Keywords : delay urination, keagle exercise, post urinary catheterization

Efektivitas delay urination dengan keagle exercise terhadap ... (cdwimulyani@gmail.com) 1


PENDAHULUAN hlm.1388). Menurunnya rangsangan berkemih
Berkemih merupakan proses pengosongan dalam waktu lama dapat mengakibatkan
kandung kemih (Hidayat & Uliyah, 2008, kandung kemih tidak meregang dan
hlm.63). Proses pengosongan kandung kemih berkontraksi secara teratur dan kehilangan
dimulai adanya distensi kandung kemih oleh tonusnya (Smeltzer & Bare, 2013, hlm.1387-
urin yang merangsang otot destrusor, akibatnya 1390). Apabila hal ini terjadi dan kateter
akan terjadi kontraksi dinding kandung kemih. dilepas, maka otot detrusor mungkin tidak dapat
Pada saat yang sama terjadi relaksasi sfingter berkontraksi dan pasien tidak dapat mengontrol
interna dan eksterna sehingga urin keluar dari pengeluaran urinnya (Smelzter & Bare, 2013,
kandung kemih (Asmadi, 2008, hlm.93). hlm.1388).

Kandung kemih yang normal dapat Ketidakmampuan mengontrol pengeluaran urin


menampung jumlah urin mencapai ± 1200– atau inkontinensia urine jarang dikeluhkan oleh
1500 cc (Smeltzert & Bare, 2013, hlm.1370). pasien karena dianggap sesuatu yang biasa,
Jumlah urin di dalam kandung kemih malu atau tabu untuk diceritakan pada orang
tergantung urin yang dihasilkan, lebih sering lain maupun pada dokter, dianggap sesuatu
urin diproduksi, lebih sering orang berkemih yang wajar tidak perlu diobati. Inkontinensia
(Nursalam & Baticaca, 2009, hlm.146). urin bukanlah penyakit, melainkan merupakan
gejala dari suatu penyakit atau masalah
kesehatan lain yang mendasarinya (Syah, 2014,
Sering berkemih mengakibatkan kapasitas ¶1).
kandung kemih menurun. Sisa urin di dalam
kandung kemih cenderung meningkat dan
kontraksi otot kandung kemih yang tidak teratur Data dari RSUD Ambarawa di bagian rekam
makin sering terjadi. Keadaan ini medik, pasien yang dilakukan pemasangan
mengakibatkan berkemih menjadi tidak normal kateter urin pada tahun 2015 dari bulan januari
(Nursalam & Baticaca, 2009, hlm.146). sampai november sebanyak 556 pasien. Pada
Dikatakan tidak normal apabila berkemih tidak pasien pasca kateterisasi urine kemungkinan
terjadi secara alami misalnya dalam pengisian yang terjadi pasien mengalami tidak dapat
maupun pengosongan kandung kemih. Apabila mengontrol berkemih atau inkontinensia, ada
hal tersebut terjadi maka diperlukan yang mengalami kesakitan dan urine susah
pemasangan kateter (Smeltzer & Bare, 2013, keluar atau disebut retensi urine, serta ada
hlm.1387). pasien yang proses berkemihnya dapat kembali
normal sebelum pemasangan kateter.

Kateterisasi urine dilakukan untuk membantu


pasien yang tidak mampu berkemih secara Fenomena di rumah sakit yang peneliti temui,
mandiri, sehingga harus memenuhi kebutuhan pasien rawat inap setelah pelepasan kateter
berkemih (Wirahayu, 2015, ¶4). Kateterisasi mengalami penurunan tonus otot kandung
juga dilakukan pada pasien yang mengalami kemih sehingga pasien tidak mampu tidak dapat
obstruksi pada saluran kemih. Adanya obstruksi mengontrol pengeluaran urin. Di rumah sakit,
pada saluran kemih akan menimbulkan masalah latihan delay urination dilakukan sebelum
yang kemungkinan muncul (Smeltzer & Bare, pelepasan kateter. Latihan ini bertujuan untuk
2013, hlm.1387). memperpanjang waktu berkemih, hal tersebut
memungkinkan kandung kemih berisi urin lebih
banyak dan pasien dapat merasakan tekanan
Masalah yang biasa terjadi adalah resiko urin di kandung kemih. Kondisi tersebut sesuai
infeksi, trauma uretra, dan menurunnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Wibowo
rangsangan berkemih (Smeltzer & Bare, 2013,

2 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol…No…


(2014) dengan judul “Pengaruh Bladder Pelepasan kateter dilakukan setelah tujuan
Training: Delay Urination Sebelum Pelepasan pemasangan tercapai, biasanya berdasarkan
Douwer Kateter Terhadap Pencegahan program dari pemberi perawatan primer
Inkontinensia Urin Pada Pasien BPH Pasca (Kozier, et al., 2010, hlm.885). Dikatakan
Operasi Trans Vesica Prostatectomy (TVP)”. tercapai apabila pasien mampu berkemih secara
Hasil penelitian diperoleh p value = 0,091 spontan dalam waktu 2-6 jam setelah pelepasan
berarti tidak ada pengaruh bladder training: kateter (Potter & Perry, 2006, hlm.1728).
delay urination sebelum pelepasan douwer
kateter terhadap pencegahan inkontinensia urin Pada pasien pasca kateterisasi urine
pada pasien BPH pasca operasi TVP. mengakibatkan tidak mampu mengontrol
pengeluaran urin dan sangat dianjurkan untuk
melakukan delay urination dengan keagle
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh exercise untuk membantu mempercepat
Rahayu dkk dengan judul ”Efektivitas Bladder pemulihan kandung kemih. Sehingga dengan
Training Dalam Mencegah Terjadinya intervensi delay urination dengan keagle
Inkontinensia Urine Pada Pasien Lanjut Usia exercise diharapkan pasien pasca kateterisasi
Yang Terpasang Kateter”. Hasil penelitian urine dapat merespon berkemih secara normal
diperoleh p value = 0,049 menunjukkan adanya dengan menahan waktu berkemih. Dari latar
pengaruh signifikan bladder training terhadap belakang diatas, maka peneliti ingin
kejadian inkontinensi urine pada pasien lansia mengetahui keefektifan delay urination dengan
terpasang kateter urine. keagle exercise terhadap respon berkemih
pasca kateterisasi urine.
Selain latihan delay urination yang telah
dilakukan di rumah sakit, latihan keagle METODE PENELITIAN
exercise yang dilakukan dapat meningkatkan Penelitian ini menggunakan quasy eksperiment
mobilitas kandung kemih dan bermanfaat untuk dengan rancangan post test only control group
menurunkan gangguan pemenuhan kebutuhan design merupakan modifikasi dari design one
eliminasi urine (Nursalam & Baticaca, 2009, group pre-test post-test design. Dalam design
hlm.150). Keagle exercise yang dilakukan ini terdapat dua kelompok yang dipilih sebagai
secara rutin dapat menguatkan otot-otot objek penelitian. Kelompok pertama
pubococcygeus yang menyangga kandung mendapatkan perlakuan sedangkan kelompok
kemih dan sfingter uretra serta meningkatkan kedua tidak mendapatkan perlakuan. Kelompok
kemampuan untuk memulai dan menghentikan kedua ini berfungsi sebagai kelompok
laju urine (Nursalam & Baticaca, 2009, pembanding/pengontrol (Nasir, A., Muhith, A.,
hlm.149). Ideputri,M,E., 2011, hlm.176). Dalam
penelitian ini kelompok pertama merupakan
Hal tersebut didukung penelitian yang kelompok perlakuan delay urination dengan
dilakukan Sutrismi (2015) dengan judul keagle exercise. Kelompok kedua merupakan
“Efektivitas Senam Kegel Terhadap Penurunan kelompok delay urination yang berfungsi
Inkontinensia Urine Pada Lansia Di Unit sebagai kelompok pembanding/pengontrol.
Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo
Ungaran”. Penelitian menggunakan quasy Populasi merupakan seluruh subjek atau objek
experiment dengan responden 30 lansia, dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti.
diperoleh p value = 0.018 maka senam kegel Bukan hanya objek atau subjek yang dipelajari
efektif terhadap penurunan inkontinensia urine saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang
pada lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Wening dimiliki subjek atau objek tersebut (Hidayat,
Wardoyo Ungaran. 2008, hlm.32). Populasi dalam penelitian ini
pasien yang terpasang kateter di RSUD

Efektivitas delay urination dengan keagle exercise terhadap ... (cdwimulyani@gmail.com) 3


Ambarawa. Jumlah populasi pada bulan Januari cara pengambilan sampel untuk tujuan tertentu
sampai bulan November tahun 2015 sebanyak (Hidayat, 2008, hlm.34).
556 pasien, dengan rata-rata perbulan sebanyak Alat pengumpul data dapat diartikan segala
50 pasien sehingga jumlah sampel yang peralatan yang digunakan untuk memperoleh,
digunakan dalam penelitian ini masing-masing mengelola, menginteprestasikan informasi dari
kelompok sebanyak 33 responden. para responden yang dilakukan dengan pola
pengukuran yang sama (Nasir, A., Muhith, A.,
Sampel merupakan bagian populasi yang akan Ideputri,M,E., 2011, hlm.249). Alat pengumpul
diteliti atau sebagian jumlah dan karakteristik data yang digunakan untuk mengumpulkan data
yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2008, adalah lembar observasi dan jam. Lembar
hlm.32). Sampel dalam penelitian ini adalah observasi pada penelitian ini dengan
pasien yang terpasang kateter yang memenuhi menanyakan pada pasien lama waktu menahan
kriteria sebagai berikut: berkemih antara BAK pertama dan selanjutnya
a. Kriteria inklusi setelah dilakukan delay urination dan keagle
Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana exercise.
subjek penelitian mewakili sampel
penelitian yang memenuhi syarat sebagai Analisis univariat dilakukan pada suatu variabel
sampel (Nursalam, 2003, dalam Hidayat, dari hasil penelitian, yang bertujuan untuk
2008, hlm.32). Kriteria inklusi pada menjelaskan atau mendeskripsikan
penelitian ini adalah: karakteristik setiap variabel penelitian
1) Pasien yang terpasang kateter dan 1 hari (Notoadmodjo, 2010, hlm.182). Dalam
sebelum dilakukan pelepasan kateter penelitian ini hasil data kategorik seperti jenis
2) Pasien sadar/kooperatif kelamin dan usia disajikan dalam bentuk tabel
3) Bersedia menjadi responden frekuensi. Sedangkan hasil data numerik seperti
waktu menahan BAK disajikan dalam bentuk
b. Kriteria eksklusi tabel nilai mean atau rata-rata, median dan
Kriteria eksklusi merupakan kriteria di mana standar deviasi.
subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel
karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel Data yang diperoleh, terbagi atas dua jenis data,
penelitian yang penyebabnya antara lain adanya yaitu:
hambatan etis, menolak menjadi responden atau
berada pada suatu keadaan yang tidak 1. Data primer
memungkinkan untuk dilakukan penelitian Data primer adalah data yang dikumpulkan
(Hidayat, 2008, hlm.32). Kriteria eksklusi oleh peneliti langsung dari sumber data atau
dalam penelitian ini adalah: responden (Supardi & Rustika, 2013,
1) Pasien dengan gangguan fungsi ginjal hlm.109). Dalam penelitian ini data primer
2) Pasien dengan indikasi retensi urine sesuai dalam lembar observasi responden
maupun inkontinensia urine sebelum berisi inisial nama responden, umur, jenis
pemasangan kateter kelamin dan alamat.
3) Pasien pelepasan kateter dan mengalami
retensi urine 2. Data sekunder
Data sekunder disebut juga tangan kedua
Teknik sampling merupakan suatu proses yaitu data yang diperoleh dari pihak lain,
seleksi sampel yang digunakan dalam tidak langsung diperoleh dari responden
penelitian dari populasi yang ada (Hidayat, penelitian (Sugiyono, 2013, hlm.80). Data
2008, hlm.32). Penelitian ini menggunakan sekunder yang diperoleh dalam penelitian
purposive sampling. Purposive sampling adalah ini dari pihak RSUD Ambarawa berupa data
jumlah pasien yang terpasang kateter.

4 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol…No…


Analisa bivariat yang dilakukan terhadap dua mencapai ukuran maksimal. Setelah lebih dari
variabel yang diduga berhubungan atau umur 50 tahun fungsi dan ukuran ginjal mulai
berkorelasi (Notoadmodjo, 2010, hlm.183). menurun, semakin tua seseorang semakin
Dalam penelitian ini analisa bivariat yang menurun fungsi dan struktur sistem tubuhnya
digunakan untuk menguji efektivitas delay sehingga memungkinkan pemasangan kateter
urination dengan keagle exercise terhadap (Nursalam & Baticaca, 2009, hlm.147).
respon berkemih pasca kateterisasi urine pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Hasil penelitian ini didukung oleh Yuniarti
Untuk mengetahui normalitas data dengan uji (2011) yang berjudul “Efektifitas Bladder
Kolmogorov-Smirnov karena jumlah sampel Training Pada Pasien Paska Bedah Dengan
>50 responden (Dahlan, 2013, hlm.48). Pada Anestesi Umum Yang Terpasang Kateter Urin
penelitian ini telah dilakukan uji normalitas dan Terhadap Kemampuan Berkemih Spontan Di
mendapatkan hasil Significancy 0,010 karena RS Telogorejo Semarang” mengatakan bahwa
nilai p < 0,05 maka data berdistribusi tidak usia mempengaruhi waktu berkemih.
normal, sehingga dilakukan uji statistik dengan
alternatif Mann whitney.
b. Jenis Kelamin
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN Tabel 2
1. Analisis Univariat Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
a. Usia Jenis Kelamin di RSUD Ambarawa Tahun
2016 (n = 66)
Tabel 1 Jenis Kelamin F %
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Laki-laki 40 60.6
Usia di RSUD Ambarawa Tahun 2016 (n = 66) Perempuan 26 39.4

Usia F % Total 66 100.0

26-35 tahun 0 0
36-45 tahun 9 13.6
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa jenis
kelamin terbanyak yang terpasang kateter
46-55 tahun 21 31.8
adalah laki-laki yaitu sebesar 40 responden
56-65 tahun 20 30.3
(60,6%).
≥66 tahun 16 24.2
Total 66 100.0
Adanya perbedaan struktural antara laki-laki
dan perempuan, dimana struktur otot destrusor
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa usia dan sfingter tersusun oleh sebagian otot polos
yang terpasang kateterter banyak pada usia 46- kandung kemih sehingga bila berkontraksi akan
55 tahun sebesar 21 responden (31,8%). menyebabkan pengosongan kandung kemih.
Pada laki-laki sfingter uretra pada laki-laki
Pada penelitian ini responden termasuk dalam
terletak pada bagian distal prostat sehingga
usia dewasa, di mana struktur maupun
apabila terjadi pembesaran kelenjar prostat
fungsional kandung kemih dan sfingter akan
pada laki-laki mempunyai potensi untuk
mengalami penurunan fungsi secara perlahan-
menyebabkan laki-laki tidak mampu
lahan karena berkurangnya sel yang ada
mengontrol pola berkemih dan dilakukan
didalam tubuh. Sebagai akibatnya fungsi
pemasangan kateter (Hadi & Pranarka, 2009,
kandung kemih maupun sfingter akan
hlm.274).
melemah, pada seseorang yang tidak mampu
lagi mengontrol sfingter (Maryam, et al., 2008,
hlm.45). Pada usia 35-40 tahun ginjal akan

Efektivitas delay urination dengan keagle exercise terhadap ... (cdwimulyani@gmail.com) 5


Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian masalah tersebut pasien dianjurkan banyak
yang dilakukan Nursalam (2006) dengan judul minum untuk merangsang sfingter dan
“Efektifitas Latihan Kegel (Bladder Training) dilakukan latihan delay urination selama
Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gangguan terpasang kateter. Delay urination dilakukan
Eliminasi Urine”, pada penelitian tersebut dengan menetapkan waktu untuk berkemih dan
menunjukkan jenis kelamin berpengaruh bukan sesuai dengan desakan untuk berkemih
dengan keluhan berkemih. (Kozier, et al., 2010, hlm.873).

c. Respon berkemih (Waktu BAK) Ketika mempersiapkan pelepasan kateter yang


sudah terpasang dalam waktu lama, latihan
Tabel 3 kandung kemih harus dimulai dahulu untuk
Distribusi respon waktu BAK setelah dilatih mengembangkan tonus kandung kemih dengan
delay urination di RSUD Ambarawa Tahun cara mengeklem selang kateter kemudian
2016 (n = 33) dilepas selama ±1-2 jam. Tindakan menjepit
kateter ini memungkinkan kandung kemih terisi
Variabel Mean Min Maks Standar
urine dan otot detrusor berkontraksi sedangkan
deviasi
pelepasan klem memungkinkan kandung kemih
untuk mengosongkan isinya (Smeltzer & Bare,
Delay 46.82 15.00 85.00 16.048 2013, hlm.1390).
urination
Hasil penelitian ini didukung oleh Oktaviani
(2014) dengan judul “Pengaruh Bleader
Berdasarkan tabel 3 didapatkan responden yang Training Terhadapa Fungsi Berkemih Pada
terpasang kateter respon waktu BAK sesudah Pasien Yang Terpasang Kateter Di Ruang
dilakukan tindakan delay urination yaitu Rawat Inap Bedah Kelas 3 RSUD Prof. Dr. H.
didapatkan rata-rata waktu 46,82 menit dengan Aloei Saboe Kota Gorontalo”, hasil pada
standard deviasi sebesar 16,048 menit. Respon penelitian ini yaitu ada pengaruh bladder
waktu BAK tercepat setelah dilatih delay training terhadap fungsi berkemih pasien yang
urination adalah 15,00 menit dan respon terpasang kateter.
berkemih BAK paling lama adalah 85,00 menit.
Tabel 4
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya Distribusi respon waktu BAK setelah dilatih
pengaruh latihan delay urination pada pasien delay urination dengan keagle exercise
yang terpasang kateter dapat meningkatkan di RSUD Ambarawa Tahun 2016
kontrol pada dorongan atau rangsangan dalam n = 33
berkemih. Variabel Mean Min Maks Standar
deviasi
Drainase urine yang berkelanjutan melalui Delay 56.79 40.00 85.00 11.855
kateter menetap menyebabkan kandung tidak urination
pernah meregang dan hilangnya tonus otot dengan
kandung kemih (atonia) sehingga apabila keagle
exercise
kateter dilepas, otot kandung kemih mungkin
tidak dapat berkontraksi dan pasien tidak dapat
Berdasarkan tabel 4 didapatkan responden yang
mengeliminasi urine (Potter & Perry, 2006,
terpasang kateter respon waktu BAK sesudah
hlm.1684).
dilakukan tindakan delay urination dengan
keagle exercise didapatkan rata-rata waktu
Ketidakmampuan berkemih spontan dapat
56,79 menit dengan standard deviasi sebesar
terjadi setelah kateter dilepas untuk mengatasi

6 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol…No…


11,855 menit. Respon waktu BAK tercepat dengan penelitian yang dilakukan oleh
setelah dilatih delay urination dengan keagle Widyaningsih (2009) berjudul “Pengaruh
exercise adalah 40,00 menit dan respon Latihan Kegel Terhadap Frekuensi
berkemih BAK paling lama adalah 85,00 menit. Inkontinensia Urine Pada Lansia Di Panti
Wreda Pucang Gading Semarang” dengan hasil
Pemasangan kateter menyebabkan kandung penelitian latihan senm kegel efektif untuk
kemih tidak dapat merasakan adanya sensasi menurunkan inkontinensia urin
dan sfingter tidak dapat menutup dengan baik,
tonus otot dan sfingter menjadi melemah 2. Analisis Bivariat
sehingga perlu dilakukan latihan delay Analisis efektivitas delay urination dengan
urination (Suharyanto & Madjid, 2009, keagle exercise terhadap respon berkemih pasca
hlm.103). Delay urination dilakukan dengan kateterisasi urine di RSUD Ambarawa
menetapkan waktu untuk berkemih dan bukan diperoleh hasil sebagai berikut :
sesuai dengan desakan untuk berkemih
sehingga memungkinkan untuk mengontrol Tabel 5
pengeluaran urine (Kozier, et al., 2010, Analisis Efektivitas Delay Urination Dengan
hlm.873). Keagle exercise Terhadap Respon Berkemih
Pasca Kateterisasi Urine Di RSUD Ambarawa
Dasar panggul merupakan kumpulan otot dan (n = 66)
jaringan pada bagian bawah pelvis dan berfugsi n Per Zhit Z p-
sebagai penyangga organ-organ di dalam bedaan tabel value
panggul salah satunya kandung kemih rerata
(Yolanda, 2014, ¶1). Lemahnya dasar panggul Delay
merusak kontraksi kandung kemih dan kontrol urinati 33
sfingter uretra eksterna. Kontrol mikturisi yang on
buruk dapat diakibatkan oleh otot yang tidak dengan 9.97 3.0 0.0 0.002
dipakai, yang merupakan akibat dari keagle 99 01
pemasangan kateter yang lama (Potter & Perry, exercis 1
2006, hlm.1684). e
Delay 33
Keagle exercise adalah latihan otot dasar urinati
panggul secara aktif yang bertujuan untuk on
meningkatkan kekuatan otot dasar panggul,
sehingga memperkuat fungsi sfingter eksternal Berdasarkan tabel 5 hasil uji efektifitas delay
pada kandung kemih (Sudoyo, et al, 2007, urination dengan kegel exercises terhadap
hlm.1395). Keagle exercise yang diterapkan respon berkemih pasca katerisasi urine
saat proses berkmih berlangsung dengan cara didapatkan hasil penelitian diperoleh nilai
menghentikan laju urine pada pertengahan Significancy 0,002 (p < 0,05), diketahui Zhit =
proses berkmih dapat memperkuat fungsi 3,099, Ztabel = 0,0011, sehingga Zhit > Ztabel.
sfingter (Nursalam & Baticaca, 2009, hlm.151). (0,0011). Berdasarkan tabel kurva normal,
Melania (2010) mengatakan bahwa senam untuk nilai Zhit = 3,099, sehingga
kegel yang dilakukan dengan terarah dan benar peluang/kemungkinan latihan delay urination
berpengaruh terhadap pengontrolan berkemih. dengan keagle exercise terhadap respon
berkemih adalah 0,0011. Dari hasil penelitian
Hasil penelitian ini kombinasi antara delay ini dapat disimpulkan ada perbedaan signifikan
urination dengan keagle exercise dapat efektifitas delay urination dengan keagle
mengontrol pengeluaran urine dengan
memperkuat fungsi sfingter. Hal ini sesuai

Efektivitas delay urination dengan keagle exercise terhadap ... (cdwimulyani@gmail.com) 7


exercise dan delay urination terhadap respon SIMPULAN
berkemih pasca kateterisasi urine. 1. Respon berkemih (waktu BAK) pada pasien
yang dilakukan delay urination dengan
Dalam waktu 2-6 jam setelah pelepasan kateter, keagle exercise dapat mengontrol
pasien dapat berkemih secara spontan. pengeluaran urine dengan memperkuat
Pemasangan kateter yang lama mengakibatkan fungsi sfingter dengan respon waktu BAK
otot kandung kemih dan otot sfingter tidak tercepat setelah dilatih delay urination
dapat berfungsi dengan normal sehingga pasien dengan keagle exercise adalah 40,00 menit
tidak mampu mengontrol pengeluaran urine. dan respon berkemih BAK paling lama
Apabila dalam waktu 2-6 jam pasien tidak adalah 85,00 menit.
mampu berkemih, perwat perlu mempalpasi
kandung kemih untuk memeriksa adanya 2. Terdapat perbedaan efektifitas respon
distensi abdomen, karena kandung kemih yang berkemih pasca kateterisasi urine antara
penuh menyebabkan nyeri dan sering responden yang hanya dilatih delay
menyebabkan kegelisahan dalam pemulihan urination dan responden yang dilatih delay
(Potter & Perry, 2006, hlm.1836). urination dengan keagle exercise. Hal ini
dikarenakan adanya perbedaan rerata yaitu
Latihan kandung kemih adalah salah satu cara 9,97 menit sehingga dapat disimpulkan
untuk mengatasi masalah yang berhubungan bahwa delay urination dengan keagle
dengan perkemihan. Delay urination dapat exercise terbukti lebih efektif karena lebih
digunakan untuk melatih kembali tonus otot lama dalam menahan waktu BAK.
kandung kemih setelah pemasangan kateter
dalam jangka waktu lama. Delay urination SARAN
dilakukan sesuai dengan waktu yang telah 1. Bagi Pelayanan Kesehatan/Rumah Sakit
ditetapkan dan bukan sesuai dengan desakan Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah
untuk berkemih (Kozier, et al., 2010, hlm.873). satu intervensi pada pasien gangguan
Sedangkan keagle exercise adalah latihan otot berkemih yang terpasang kateter
dasar panggul, sehingga memperkuat fungsi
sfingter eksternal pada kandung kemih 2. Bagi institusi pendidikan
(Sudoyo, et al, 2007, hlm.1395). keagle Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
exercise akan memberikan pengaruh yang baik bahan bacaan untuk mahasiswa mengenai
terhadap kemampuan fisik manusia bila metode delay urination dengan keagle
dilaksanakan dengan baik dan terarah exercise terhadap respon berkemih pada
(Setyoadi, 2011, hlm.130). pasien pasca kateterisasi urine

Dari hasil rata-rata waktu BAK pada kelompok 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
delay urination didapatkan hasil yaitu sebesar Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
46,82 menit, sedangkan pada kelompok yang informasi bagi peneliti selanjutnya yang
dilakukan delay urination dengan keagle akan meneliti tentang delay urination
exercise didapatkan hasil yaitu sebesar 56,79 dengan mengamati adanya faktor perancu
menit. Perbedaan selisih waktu BAK yang misal obat dan membatasi umur,
dilakukan delay urination dan delay urination sedangkan keagle exercise dengan
dengan keagle exercise adalah 9,97 menit meningkatkan frekuensi latihan dan
sehingga dapat disimpulkan bahwa delay dengan responden yang berbeda.
urination dengan keagle exercise lebih efektif
dalam menahan berkemih pada pasien pasca DAFTAR PUSTAKA
kateterisasi urine. Asmadi. (2008). Teknik Procedural
Keperawatan Konsep Dan

8 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol…No…


Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. SesariaDengan Spinal Anestesi Di
Jakarta: Salemba Medika Rumah Sakit Panti Wilasa
Citarum Semarang
Arsyad, E, Lotisna, D, Abdullah, N. (2012).
Hubungan Senam Kegel Kozier, B., Erb, G., Berman, A., Synder, S,J.
Terhadap Stres Inkontinensia (2010). Buku Ajar Fundamental
Urine Postpartum Pada Wanita Keperawatan konsep, proses, &
praktik Edisi 7 volume 2. Alih
Primigravida.
baring bahasa Esty W, Devi Y,
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/f
Yuyun Y, Ana L. Jakarta: EGC
iles/71cd191cd9327f5cbd6af79
1bfba5ce3.pdf diperoleh pada Melania, Enny. (2010). Efektifitas Kgel
13 januari 2016 Excercises Terhadap Pencegahan
Inkontinensia Urin Pada Ibu Post
Partum Pervaginum
Dahlan, Sopiyudin. (2013). Statistik untuk
kedokteran dan kesehatan. Nasir, A., Muhith, A., Ideputri,M,E. (2011).
Jakarta: Salemba Medika Buku Ajar: Metodologi Penelitian
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Hadi & Kris Pranarka. (2009). Geriatri (Ilmu Medika
Kesehatan Lanjut Usia). Jakarta:
Balai Penerbit FKUI Navisah, F. (2015). Perbedaan efektifitas
mobilisasi dini dan bladder
Hidayat, A,A,A., & Uliyah, M. (2008). training terhadap waktu eliminasi
Keterampilan Dasar Praktik BAK pertama pada ibu post
Klinik untuk Kebidanan. Jakarta: section caesarea di RSUD
Salemba Medika Dr.H.Soewondo Kendal

Hidayat, A,A,A., (2008). Riset Keperawatan Notoadmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi


Dan Teknik Penulisan Ilmiah. Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Jakarta: Salemba Medika Rineka Cipta

_______. (2009). Metode Penelitian Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan


Keperawatan Dan Tekhnik Metodologi Penelitian dan Ilmu
Analisa Data. Jakarta: Salemba Keperawatan: Pedoman Skripsi,
Medika Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba
_______. (2013). Pengantar Kebutuhan Medika
Dasar Manusia Aplikasi
_________. (2006). Efektifitas Latihan Kegel
Konsep Dan Proses
(Bladder Training) Terhadap
Keperawatan. Jakarta: Salemba
Pemenuhan Kebutuhan Gangguan
Medika Eliminasi Urine

Nursalam., & Baticaca, F.F. (2009). Asuhan


Kartikasari, Y. (2015). Pengaruh Senam Kegel Keperawatan Pada Pasien
Terhadap Pola Eliminasi Urin Dengan Gangguan Sistem
Pada Ibu Pasca Sektio

Efektivitas delay urination dengan keagle exercise terhadap ... (cdwimulyani@gmail.com) 9


Perkemihan. Jakarta: Salemba (2007). Ilmu Penyakit Dalam.
Medika Jakarta: FKUI

Oktafiani, Ni Wayan. (2014). Pengaruh Suharyanto,T., & Madjid,A. (2009). Asuhan


Bleader Training Terhadapa Keperawata Pada Klien Dengan
Fungsi Berkemih Pada Pasien Gangguan Sistem Perkemihan.
Yang Terpasang Kateter Di Ruang Jakarta: CV.TRANS INFO
Rawat Inap Bedah Kelas 3 RSUD MEDIA
Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota
Gorontalo Supardi, S & Rustika. (2013). Buku Ajar
Metodologi Riset Keperawatan.
Potter P.A., & Perry A.G. (2006). Buku Ajar Jakarta: TIM
Fundamental Keperawatan
konsep, proses, dan praktik edisi 4 Sutrismi. (2015). Efektifitas Senam Kegel
volume 2. Alih bahasa Renata K, Terhadap Penurunan
Dian E, Enie N, Afrina H, Sari K. Inkontinensia Urine Pada Lansia
Jakarta: EGC Di Unit Rehabilitasi Sosial
Wening Werdoyo Ungaran
_______. (2010). Fundamental
Keperawatan Buku 3 Edisi 7. Syah, Efran. (2014). Penyebab, Jenis, dan
Penerjemah Diah N.F, Onny T, Pengobatan Inkontinensia Urin.
Farah D. Jakarta: Salemba http://www.medkes.com/2014/07/
Medika penyebab-jenis-pengobatan-
inkontinensia-urin.html diperoleh
pada 18 februari 2016
Rahayu. (2011). Efektivitas Bladder Training
Dalam Mencegah Terjadinya Wibowo, A. (2014). Pengaruh Bladder
Inkontinensia Urine Pada Pasien Training: Delay Urination
Lanjut Usia Yang Terpasang Sebelum Pelepasan Douer Kateter
Kateter Terhadap Pencegahan
Inkontinensia Urin Pada Pasien
Rekam Medis RSUD Ambarawa. (2015). BPH Pasca Operasi Trans Vesica
Jumlah pasien yang terpasang Prostatectomy
kateter di RSUD Ambarawa pada
tahun 2015 Widyaningsih. (2009). Pengaruh Latihan Kegel
Terhadap Frekuensi Inkontinensia
Setyoadi. (2011). Terapi Modalitas Urine Pada Lansia Di Panti
Keperawatan Pada Klien Wreda Pucang Gading Semarang
Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba
Medika Wirahayu,W. (2015). Mengenal kateterisasi
urine dalam bidang keperawatan.
Smeltzer, C. Suzanne.,& Bare, G. Brenda. http://www.kompasiana.com/wird
(2013). Buku ajar keperawatan awirahayu/mengenal-kateterisasi-
medical-bedah. Jakarta: EGC urine-dalam-bidang-
keperawatan_54f94daea33311a13
Sudoyo, A.W, Setyohadi, B., Alwi, I., d8b4eb5 diperoleh pada 29
Simadibrata, M., Setiati, S.. desember 2015

10 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol…No…


Yuniarti. (2010). Efektifitas Bladder Training
Pada Pasien Pasca Bedah Dengan
Anestesi Umum Yang Terpasang
Kateter Urin Terhadap
Kemampuan Berkemih Spontan Di
Rs Telogorejo Semarang

Efektivitas delay urination dengan keagle exercise terhadap ... (cdwimulyani@gmail.com) 11

Anda mungkin juga menyukai